Anda di halaman 1dari 6

https://sgrcui.wordpress.

com/2017/04/06/penjelasan-sgrc-mengenai-surat-pernyataan-pdskji-terkait-
lgbt-dan-tanggapan-apa/

diunduh 14 sept 2018

PENJELASAN SGRC INDONESIA


MENGENAI SURAT PERNYATAAN
PDSKJI TERKAIT LGBT DAN
TANGGAPAN APA
Posted on 6 April 2017 by Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC)

Hari ini SGRC Indonesia akan membahas mengenai terminologi yang belakangan beredar,
terutama mengenai ODMK dan ODGJ, kaitannya dengan PDSKJI. Terutama untuk yang belum
membaca jawaban SGRC Indonesia di laman ask.fm/SGRCUI. Hal ini berkaitan dengan surat
pernyataan PDSKJI terkait LGBT, tanggapan APA, dan penjelasan lanjutan dari PDSKJI.
Jika ada yang tidak dimengerti, silakan bertanya langsung ya! Pertanyaan dapat
diajukan melalui email resmi kami dan beberapa media sosial kami, dengan mengetik
pencarian dengan nama SGRCUI, baik itu Twitter, Facebook, Instagram, dan Askfm.

Untuk lebih jelas akan dijelaskan secara lugas mengenai pengertian-pengertian terkait
dengan gambar di atas. Pertama, mari kita urai istilah istilah umum:

1. PDSKJI merujuk kepada Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia.


2. IPA adalah Indonesian Psychiatric Association, sama dengan PDSKJI.
3. ICD adalah International Classification of Diseases
4. ODMK adalah Orang Dengan Masalah Kejiwaan dan ODGJ adalah Orang Dengan
Gangguan Jiwa.
5. Singkatan lain yang mungkin muncul akan dijelaskan kemudian.
Harus dapat diketahui bahwa Psikiater dan Psikolog adalah dua disiplin ilmu yang
berbeda. Psikiater berbeda dengan Psikolog. Pendidikan S1 Psikiatri adalah Pendidikan
Dokter, yang selanjutnya melanjutkan dengan spesialis Kedokteran Jiwa. Sedangkan
Psikolog menempuh S1 di Ilmu Psikologi dan melanjutkan S2 Profesi Psikologi.
Semoga menjadi cukup jelas.

Sekarang, pembahasan mengenai ODMK dan ODGJ itu sendiri. Pada poin kedua
dijelaskan:

“Dalam Ilmu Psikiatri dikenal orientasi seksual meliputi heteroseksual, homoseksual dan
biseksual. Homoseksualitas adalah kecenderungan ketertarikan secara seksual dengan
kepada jenis kelamin yang sama. Homoseksual meliputi lesbian dan gay. Biseksualitas
adalah kecenderungan ketertarikan secara seksual kepada kedua jenis kelamin.
Transeksualisme adalah gangguan identitas jenis kelamin berupa suatu hasrat untuk
hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai
perasaan tidak enak atau tidak sesuai anatomis seksualnya dan menginginkan untuk
memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip
mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan. Menurut Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, Pasal 1 Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental dan sosial,
pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko
mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian orang dengan homoseksual dan biseksual
dapat dikategorikan sebagai orang dengan masalah kejiwaan (ODMK)”.
Pernyataan ini seringkali digunakan untuk menstigmatisasi LGBT, dan melegitimasi
tindakan kekerasan terhadap LGBT karena dianggap ‘Gangguan’. Hal ini (ODMK)
dianggap sebagai diagnosis FINAL dari Psikiater bahwa LGBT terganggu dan harus
disembuhkan. Padahal, ODMK bukan merupakan terminologi untuk diagnosis
melainkan terminologi untuk populasi yang dianggap beresiko tinggi; serta yang
dimaksud ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial,
pertumbuhan, dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko
mengalami gangguan jiwa.
Contohnya, ODMK bisa seseorang dengan disabilitas tetapi hidup dalam lingkungan
yang tidak disability-friendly; remaja yang tertekan oleh bullying di sekolah;  pekerja
yang sehari-hari mengalami tekanan menghadapi kemacetan dalam perjalanan harian.
ODMK juga banyak dialami oleh kelompok urbanisasi, warga yang tinggal di daerah
bencana alam, bajir, daerah teroris. Jadi, sebenarnya semua orang mempunyai resiko
mengalami masalah kejiwaan.
Pertanyaan selanjutnya : “Dari mana terminologi OMDK ini berawal?”. Istilah ODMK
dan ODGJ bisa ditemukan di Undang-Undang  Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa (selanjutnya dibaca UU Kesehatan Jiwa). Salah satu alasan UU
Kesehatan Jiwa memunculkan istilah ODMK selain ODGJ adalah karena keinginan
perhatian upaya kesehatan jiwa bagi ODMK bisa ditekankan pada upaya promotif dan
preventif.

Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:

1. Mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa masyarakat secara optimal


2. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai bagian dari
masyarakat ;(dan ini sangat penting)
3. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa; dan
4. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.
Stigma, diskriminasi, dan peran serta masyarakat adalah kata-kata kunci bagi upaya
promotif dan dapat dilaksanakan dimanapun. Apa implikasi lanjutan yang terdapat di
UU Kesehatan Jiwa mengenai ODMK dan ODGJ? Adalah terdapat pada Pasal 86 UU
Kesehatan Jiwa yang sama.

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan


dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau
kekerasan terhadap ODMK dan ODGJ dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”. Inilah yang seharusnya menjadi  highlight concern.
Lalu? Apakah pernyataan tersebut berbeda dengan ICD? Apakah sebenarnya ICD
yang menjadi rujukan PDSKJI/IPA? Indonesia, terutama PDSKJI, masih menggunakan
ICD 10 (International Classification of Disease) dan gagal menegaskan bahwa
sebagaimana yang tertulis pada F66 –Psychological and behavioural disorders associated
with sexual development and orientation, dicatatkan bahwa: “Sexual orientation by itself is
not to be regarded as a disorder”.
ICD-10 sendiri adalah klasifikasi kesehatan yang dibuat oleh WHO (World Health
Organization)yang digunakan praktisi kesehatan untuk epidemiologi, manajemen
kesehatan dan tujuan klinis, termasuk analisis situasi kesehatan umum kelompok
populasi; Untuk memonitor insiden & prevalensi penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, membuktikan gambaran situasi kesehatan umum negara dan populasi.  Jadi
tidak hanya berfokus pada kesehatan mental saja. Uniknya edisi 10 (ICD-10)
dipublikasikan pada tahun 1990, yakni masih dipakai dari 27 tahun lalu.
Lalu apa itu DSM? DSM V (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth
Edition. DSM V adalah alat bantu diagnosis dan klasifikasi gangguan mental yang
dikeluarkan oleh APA (American Psychiatric Association). Pada tahun 2013 yang
diterbitkan oleh APA (American Psychiatric Association) dan berfokus pada klasifikasi
gangguan mental.
Jadi pertanyaannya sekarang adalah mana yang lebih baru antara standar DSM V yang
dipakai Amerika, dengan ICD-10 yang dijadikan acuan para ahli psikiatri Indonesia?
Jelas dan tentu terbitan DSM V merupakan acuan yang jauh lebih mutakhir. ICD-10
terakhir kali direvisi tahun 1992, dan sampai saat ini masih dalam proses revisi final ke
ICD-11, pada tahun 2018.

Jadi mengapa terjadi kesalahpahaman? Menurut kami, hal ini terjadi karena PDSKJI
menerbitkan surat dengan terminologi yang hanya dimengerti oleh kalangan amat
terbatas (ahli, psikiater, psikolog, pembuat kebijakan) namun menerbitkannya sebagai
statement publik.

Anda mungkin juga menyukai