Anda di halaman 1dari 9

Aktivitas teh hijau sebagai antioksidan dikarenakan kandungan

polifenolnya, termasuk di dalamnya flavonoid (flavonol dan katekin). Golongan


flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol,
isoflavon, katekin, flavanol dan kalkon (Djatmiko, 1998).

Teh hijau diketahui memiliki kandungan Polyphenol yang merupakan


antioksidan jenis bioflavonoid yang 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25
kali dari vitamin E. Kandungan ini bermanfaat menurunkan kadar kolesterol,
menurunkan tekanan dan kadar gula darah, membantu kerja ginjal dan mencegah
terjadinya batu empedu, memperlancar pencernaan, serta melarutkan lemak dan
mencegah kolesterol jahat. Polyphenol yang terdapat dalam teh hijau juga
bermanfaat mencegah penyebaran dan pertumbuhan sel kanker dalam darah,
dimana penelitian membuktikan bahwa orang yang minum teh hijau secara
berkala bisa mengurangi risiko kanker payudara, perut, usus, maupun kanker
prostat (Rao, 2003).

Komposisi teh hijau terdiri dari protein, asam amino, karbohidrat, vitamin
(B, C, E), xanthic seperti caffeine dan theophylline, pigmen seperti klorofil dan
karoten, mineral. Kandungan terbesar dari teh hijau, yaitu polifenol terutama
flavonoid. Flavonoid berasal dari sintesis fenol. Flavonoid terbesar yang terdapat
dalam teh hijau adalah catechins (flavan-3-ols). Empat catechins yang paling
banyak terdapat dalam teh hijau adalah epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yaitu
59% dari total catechins, epigallocatechin (EGC) kira kira 19%, epicatechin-3-
gallate (ECG) kira kira 13,6%, dan epicatechin (EC) kira kira 6,4% (Carmen,
2006).
(Carmen, 2006).

Katekin merupakan kerabat tanin terkondensasi yang juga sering disebut


polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya.Katekin teh
hijau tersusun sebagian besar atas senyawa-senyawa katekin (C), epikatekin (EC),
galokatekin (GC), epigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin
galat (GCG), dan epigalokatekin galat (EGCG), perbedaan dari beberapa jenis
katekin dilihat dari jumlah gugus hidroksilnya. Gambar 1 menunjukkan struktur
kimia dari beberapa jenis senyawa katekin (Astutiningsih, 2014).

Katekin pada teh hijau dapat memberi konstribusi positif bagi kesehatan
manusia, yaitu mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, membunuh sel tumor,
menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus, sel kanker kulit, dan
membantu proses pencernaan makanan. Berguna pula mengobati penyakit
kardiovaskular, keluhan gastrointestinal, perawatan gigi, perawatan kulit,
mengurangi gula darah, mencegah arthritis, mencegah kerusakan hati, serta
sebagai penurun berat badan (Ottaviani, 2011).

Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) adalah kandungan terbesar dari


polifenol dalam teh hijau yang dapat menyebabkan apoptosis dan menghentikan
siklus sel pada sel yang telah mengalami kerusakan DNA atau sel kanker
(Naghma, 2006).

Sintesis katekin terjadi melalui tahap-tahap berikut ini:


(Dewick, 2009).

Karotenoid merupakan kelompok pigmen dan antioksidan alami yang


dapat meredam radikal bebas, yang menyebabkan warna kuning orange dan merah
pada tanaman (Gross, 1991).

Karotenoid merupakan pigmen organik yang terdapat secara alami pada


khromoplast dari tanaman, serta beberapa tipe dari jamur dan bakteri. Merupakan
salah satu jenis pewarna pada makanan dan merupakan kelompok pigmen terbesar
yang diproduksi di alam dengan produksi tahunan diperkirakan mencapai
100.000.000 ton. Sebagian besar merupakan fucoxantin yang diproduksi dari alga
yang hidup di lautan dan juga tiga pigmen utama yaitu lutein, violaxanthin, dan
neoxanthin pada daun hijau. Karatenoida memegang dua peranan penting pada
tanaman dan alga yaitu untuk menyerap energi cahaya yang akan digunakan
dalam proses fotosintesisi dan melindungi klorofil dari fotodamage (Armstrong,
1996).

Karotenoid termasuk dalam kategori tetrapenoids. Secara struktur


termasuk dalam bentuk rantai polyene dan beberapa diakhiri oleh ikatan cincin.
Karotenoid dapat dibedakan dalm dua jenis yaitu :

1. Karotenoid dengan molekul yang mengandung oxygen, seperti lutein,


zeaxanthin, yang dikenal dengan xanthophill
2. Karotenoid yang tidak mengandug molekul oxygen, seperti alpha-carotene,
beta-carotene, licopene yang dikenal dengan carotene. Carotene hanya
mengandung karbon dan hirogen.
(Button, 2008).

Karotenoid banyak dikonsumsi orang dari makanan alami seperti buah dan
sayur-sayuran karena lebih sehat serta memiliki angka kematian yang rendah dari
beberapa penyakit kronis. Pada manusia karotenoid seperti β-carotene sangat
berperan sebagai prekusor dari vitamin A, suatu pigmen yang sangat penting
untuk proses penglihatan, karotenoid juga berperan sebagai anti oksidan dalam
tubuh (Ravi, 2010).
Karatenoid merupakan scavenger yang efisien untuk radikal bebas serta
dapat secara signifikan mengurangi resiko dari penyakit kanker (Henrikson,
2009).

Berikut adalah beberapa contoh jenis karotenoid beserta struktur


molekulnya:
(Amstrong 1996).

Sintesis karotenoid melalu jalur berikut ini:

(Amstrong, 1996).

Daftar Pustaka
Djatmiko, S. 1998. Seminar Nasional Tumbuhan Obat XII. Surabaya:
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Rao Narasinga. 2003. Bioactive Phytochemicals In Indian Foods and Their


Potential In Health Promotion and Disease Prevention. Asia Pasific J, Clin Nutr,
12 (1). 9-22.

Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebuah Tinjauan


Ilmiah. Yogyakarta: Kanisius.

Astutiningsih, C., dkk. 2014. Uji Daya Anti Bakteri dan Identifikasi Isolat
Senyawa Katekin dari Daun Teh. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 11 (2).
50-57.

Naghma, K., Afaq F., Saleem M., Ahmad N., and Mukhtar H. 2006.
Targeting Multiple Signaling Pathways by Green Tea Polyphenol (_)
Epigallocatechin-3-Gallate. American Association for Cancer Research.;
66(5):2500-2505.

Armstrong G.A., Hearst J.E. 1996. Carotenoids 2: Genetics and molecular


biology of carotenoid pigment biosynthesis. Faseb J. 10 (2). 228–37.

Button, G., Liaaen-Jensen, S., and Fanden, H.P. 2008. Carotenoids,


volume 4. Berlin: Binkhausen.

Henrikson, R. 2009, Earth Food Spirulina How this remarkable blue-


green algae can transform your health and our planet. Hawaii: Ronore
Enterprises, Inc.

Ravi, M., De, Sai L., Azharuddin, S., Paul, Solomon F. D. 2010. The
beneficial effects of spirulina focusing on its immunomodulatory and antioxidant
properties. Nutrition and Dietary Supplements 2010 vol 2. 73–83.

Dewick, Paul M. 2009. Medicinal Natural Products: A Biosynthetic


Approach (3rd ed.). UK: John Wiley & Sons.
Ottaviani, J. I.; Momma, T. Y.; Heiss, C; Kwik-Uribe, C; Schroeter, H;
Keen, C. L. 2011. The stereochemical configuration of flavanols influences the
level and metabolism of flavanols in humans and their biological activity in
vivo. Free Radical Biology and Medicine. 50 (2): 237–44.

Gross, J. 1991. Pigments In Vegetables (Chlorophylls and Carotenoids).


New York: Van Nostrand Reinhold.

Anda mungkin juga menyukai