Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizky Maulidhan Imani

Nim : D20191113

Prodi/Fakultas : KPI 03/Dakwah

Uts : Sejarah Dakwah

1. Sejarah Dakwah berasal dari dua kata yaitu ”sejarah” dan “dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa Arab
“Syajarah” yang berarti pohon. Dalam bahasa Arab “Sejarah” disebut “taraikh” yang berarti penanggalan
atau kejadian berdasarkan urutan tanggal atau waktu. Kini kata “sejarah” history, dan taraikh telah
mengandung arti khusus yaitu”masa lampau umat manusia ”Sedangkan dakwah secara etimologi
berasal dari kata da,a, yad,u, da,watan. Kata da,a mengandung arti menyeru, memanggil, dan mengajak.
Dakwah artinya seruan, panggilan. Dengan demikian sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa
masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia
kepada islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi
setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.

Hakikat sejarah adalah tentang masyarakat umat manusia. Sejarah identik dengan peradaban dunia;
tentang perubahan yang terjadi pada watak peradaban itu sendiri, seperti keliaran, keramah-tamahan,
dan solidaritas Hikmah dari mempelajari sejarah adalah untuk memahami ihwal makhluk, bagaimana
situasi dan kondisi membentuk suatu perubahan, bagaimana pula negara-negara, memperluas
wilayahnya, dan bagaimana mereka memakmurkan bumi, sehingga terdorong mengadakan perjalanan
jauh, hingga ditelan waktu, lenyap dari pangung bumi. Dalam konteks kekinian, pengetahuan tentang
sejarah berguna bagi kita dalam rangka untuk mengambil ‘ibrah (i‘tibâr), yakni pelajaran yang berharga
dari masa lalu.

2. Seluruh nabi yang diturunkan Allah ke muka bumi mendapatkan tugas yang mulia untuk berdakwah.
Menyebarkan ajaran kebaikan yang pesannya langsung dari langit. meski nabi terdahulu memiliki tugas
yang mulia dalam berdakwah, namun sejatinya tugas-tugas tersebut biasanya hanya ditujukan kepada
umatnya semata. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW yang mengemban tugas untuk berdakwah
kepada seluruh umat di muka bumi. Nabi di masa lalu itu diutus untuk umatnya saja. Jadi sifatnya masih
lokalitas, kalaupun turun kitab suci maka itu berbentuk lembaran-lembaran yang berlaku bagi kaumnya.
Nabi Muhammad justru mampu menuntaskan dakwahnya dengan sangat baik. Nabi Muhammad dinilai
sanggup mengubah peradaban yang bersifat jahil menjadi peradaban yang menjunjung tinggi moralitas
yang disebut akhlak.

3. Pada masa itu, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di tengah-
tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakat di Mekkah pun mulai menyebarkan isu yang
tidak benar mengenai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai salah satu cara untuk
menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang
menimbulkan fitnah tersebut. Seperti yang dilakukan salah seorang tokoh masyarakat Quraisy
yang selalu menghalangi gerakan dakwah Nabi Muhammad yakni Abu Lahab. Rasulullah telah
mengumumkan dakwahnya secara terang-terangan, sekaligus mengemban dakwah secara
terbuka (safirah) dan menantang (muttahadiyah). Aktivitas dakwah semacam ini tentu akan
memancing terjadinya perlawanan kaum Quraisy dan masyarakat Mekkah. Dari sejarah singkat
di atas, ada beberapa hambatan dan tantangan yang dialami oleh Rasul dan juga para sahabat,
yang dilakukan oleh kaum kafir. Diantaranya, tantangan yang paling berat adalah menyampaikan
dakwah kepada para keluarga terdekat, dia mendapat penolakan dari para keluarga terutama
pamannya Abu Lahab dan Abu Jahal, ini juga menjadi beban yang berat baginya karena kedua
pamannya ini sampai akhir ayat tidak beriman kepada Allah.

Ada pelajaran yang dapat dipelajari dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW yaitu:

 Rasullulah pantang menyerah dalam melakukan dakwah, baik ketika ia menyampaikan


dakwahnya kepada sanak keluarga terdekatnya ataupun kepada penduduk Mekkah, yang
mana berkat beliau tidak menyerah ada beberapa tokoh masyarakat kaum kafir quraisy
yang masuk ke agama Islam seperti Umar bin Khattab yang kita kenal menjadi Khalifah
kedua setelah Abu Bakar wafat.
Rasulullah selalu sabar dalam menghadapi siksaan, hinaan, caci maki, bahkan juga
pernah beliau juga mendapat tuduhan bahwa apa yang ia bawa adalah ajaran yang tidak
benar, namun beliau balas dengan kebaikan, seperti kisah Nabi Muhammad dengan
seorang pengemis tunanetra, alkisah pada setiap pagi ada seorang pengemis tua duduk di
salah satu sudut pasar kota madinah yang dalam kondisi tunanetra.

4. Kondisi Dakwah pada masa khulafaur Rasyidin, bani ummayah hingga bani abbasiyah
tentunya melewati banyak rintangan dan hambatan hingga pada akhirnya perjuangan mereka pun
membuahkan hasil, seperti pada masa khulafaur rasyidin, Penerusan kepemimpinan agama pasca
Rasul wafat selanjutnya dialihkan kepada empat para sahabat rasul atau dikenal dengan masa
kekhalifahan, yang diangkat sesuai dengan ajaran Nabi dalam hal memutuskan sesuatu
hendaknya dengan musyawarah dan demokratis.

Seperti contoh Masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq walaupun singkat namun banyak
menghasilkan perkembangan dari sisi kebudayaan islam. Dan yang terpenting dalam masa
pemerintahannya adalah keberhasilan menyelamatkan umat islam dari perpecahan sepeninggal
rasul. Setelah umar bin khatab wafat Kepemimipinan di berikan kepda Utsman Bin Affan
dimana beliau memiliki garis kebijakan yang berbeda dengan Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar
bin Khattab. Pada paruh terakhir pada masa kekhalifahanya muncul perasaan tidak puas  dan
kecewa  di kalangan umat islam terhadapnya. Puncak kekecewaan masyarakat terhadap
pemerintahanya adalah banyak sahabat dekat mulai meninggalkan Utsman Bin Affan, banyak
pertentangan terhadap penjabat khalifah (amir) yang akhirnya sampai terjadinya pemberontakan
dan Usman di Affan di bunuh. Tak hanya berhenti di situ, proses dakwah islam masih terus
berkembang hingga masa bani umayyah, dalam masa ini bani ummayah banyak membuahkan
keberhasilan dakwah baik dalam bidang material maupun immaterial. Seperti contoh Dibangun
masjid-masjid dan istana. Adapun Kegagalan Dinasti Umayyah bukanlah semata-mata
disebabkan oleh serangan Bani Abbas. Diantaranya : Pengangakatan lebih dari satu putra
mahkota, Timbulnya fanatisme kesukuan, Kehidupan khalifah yang melampaui batas, Fanatisme
kearaban Bani Umayyah, Kebencian terhadap golongan syiah.

Dan dakwah pada masa Dinasti Abbasiyyah. berdirinya dinasti abbasiyah ini tak luput dari
sejarah kemunduruan atas bani umayyah. Perlu kita ingat kembali bahwa foktor kamunduran dari
bani umayyah sendiri dikarenakan atas attitude yang tidak baik atau akhlaq yang tidak atau
kurang baik yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Umayyah. Diantaranya ialah tidak cakap
atau bisa dikatan tidak bermoral. Bahkan beberapa khalifah lebih suka berburu, pesta minum,
tenggelam dalam alunan music dan puisi daripada membaca Al-qur’an atau mengurus persoalan
negara. Berfoya-foya dalam kemewahan, dikarenakan meningkatnya kekayaan dan melimpahnya
budak menjadi fenomena umum. Bahkan keluarga khalifah tidak berdarah Arab murni, Yazid III
adalah kalifah pertama yang lahir dari seorang budak. Perilaku buruk kelas penguasa hanyalah
gambaran kecil dari keburukan moral yang bersifat umum.

5. Adapun prestasi Dakwah masa bani Umayyah dan mada bani Abbasiyah sebagai berikut

Prestasi Dakwah pada masa Bani Umayyah

Prestasi Dakwah pada masa bani Umayyah terbagi menjadi 2 bidang yaitu bidang material dan
bidang Immaterial. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Bidang Material :

 Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda
dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata.
 Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan ”anjung”
dalam masjid tempat sembahyang. Ia sangat khawatir akan keselamatan dirinya, karena
khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.
 Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang
Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang
negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
 Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian dimatangkan   lagi
pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata dengan baik,
sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.

2. Bidang Immaterial
 Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama-nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan  Washil bin Atha.
Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits,  dan fikih.
 Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair     Arab
Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719 m.),    Jamil al-
Udhri (w. 701 M.),  Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama
Laila Majnun, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.)
 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni. Waktu dinasti ini telah mulai dirintis
jalan ilmu naqli, berupa filsafat dan eksakta. Dan ilmu pengetahun berkembang dalam
tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan selama pemerintahan dinasti Umayyah, antara lain kota Kairawan, Kordoba,
Granda dan lain sebagainya. Sehingga secara perlahan ilmu pengetahuan terbagi menjadi
dua macam, yaitu : pertama, Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-
ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-
Jughrafi), Al-Ulumul khiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang
meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia
dan     Romawi. Kedua : Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada
pada zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair,
khitabah dan amtsal.

Prestasi Dakwah Masa Bani Abbasiyah

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintahan Dinasti Abbasiyah mampu mengembangkan
dan memajukan peradaban islam, sehingga dinasti ini mencapai puncak kejayaannya. Kemajuan
Islam pada masa Bani Abbasiyah dapat diuraikan sebagai berikut

1. Kemajuan dalam bidang Sosial Budaya

 Dalam bidang sosial budaya, Dinasti Abbasiyah mampu mempercantik seni bangunan
dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya,
contohnya seperti pada istana Qashrul Dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara bangunan
kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya. Selain itu kemajuan
juga terlihat dalam bidang pendidikan dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan,
mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.

2. Kemajuan dalam bidang politik dan militer

 Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah
Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut
Diwanul Jundi, yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan
keamanan.
3. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
 Kemajuan dalam ilmu pengetahuan merupakan berkah dari kebijakan politik Bani
Abbasiyah terhadap masayarakat non Arab yang memiliki tradisi intelektual dan budaya
riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Mereka diberikan fasilitas berupa
materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan
malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya

4. Kemajuan dalam bidang ilmu agama Islam

 Terkait erat dengan peran serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat,
baik dukungan moral, material dan finansial, kepada para ulama. Perhatian yang serius
dari pemerintah ini membuat para ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat
motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan
memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. 
 

Anda mungkin juga menyukai