Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen meliputi :
a. Perencanaan (planning)
Pendefinisian tujuan organisasi, penentuan strategi keseluruhan untuk mencapai
tujuan tersebut, dan pengembangan serangkaian rencana komprehensif untuk
menggabungkan dan mengoordinasi berbagai aktivitas
b. Pengorganisasian ( organizing )
Proses yang meliputi penentuan tugas yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan
tugas tersebut, bagaimana tugas tersebut dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa,
dan dimana keputusan-keputusan dibuat.
c. Kepemimpinan / Pengkoordinasian ( Coordinating )
Proses yang mencakup pemberian motivasi karyawan, pengaturan orang, pemilihan
saluran komunikasi yang paling efektif dan penyelesaian konflik.
d. Pengendalian ( Controlling )
Memantau aktivitas untuk memastikan aktivitas tersebut diselesaikan sesuai yang
telah direncanakan dan memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.
2. Keahlian Manajemen
Robert Karz mengidentifikasi tiga keahlian mendasar manajemen meliputi:
1. Keahlian Teknis
Keahlian Teknis (Technical Skill) meliputi kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan atau kahlian khusus.
2. Keahlian Personal
Kemampuan untuk bekerja sama, memahami, dan memotivasi individu lain, baik
secara individual maupun dalam kelompok, mendefinisikan keahlian personal (human
skill).
3. Keahlian Konseptual
Para manajer harus mempunyai keahlian konseptual (conceptual skill), yaitu
kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi-situasi yang rumit.
3. Peran Manajemen
Henry Mintzberg menyimpulkan bahwa manajer melakukan sepuluh peran yang
dikelompokkan menjadi :
1. Peran Antarpersonal
Manager melakukan tugas-tugas terkait seremonial dan bersifat simbolis.
2. Peran Informasional
Semua manager, sampai pada tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari
organisasi-organisasi dan institusi luar.
3. Peran Pengambilan Keputusan
Mintzberg mengidentifikasikan empat peran terkait pengambilan keputusan, meliputi:
kewirausahaan, penyelesaian masalah dan pengalokasi sumber daya.
4. Manajerial Sukses vs Manajerial Efektif
Empat aktivitas manajerial, meliputi:
a. Manajemen Tradisional
Membuat keputusan, merencanakan dan mengendalikan
b. Komunikasi
Bertukar informasi rutin dan memproses pekerjaan tulis menulis
c. Manajemen Sumber Daya Manusia
Memotivasi, mendisiplin, menangani konflik, menyusun kepegawaian dan melatih
d. Pembangunan Jaringan
Bersosialisasi, terlibat dalam aktivitas politik dan berinteraksi dengan individu luar.
5. Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi (organizational behaviour) adalah bidang studi yang meyelidiki
pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam
organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan keefektifan
suatu organisasi.
6. Disiplin Ilmu Perilaku Organisasi
a. Psikologi
Psikologi (psychology) adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan terkadang mengubah perilaku manusia dan makhluk lain.
b. Psikologi Sosial
Psikologi sosial (social psychology) memadukan konsep dari psikologi dan sosiologi,
meskipun pada umumnya dianggap sebagai cabang dari psikologi.
c. Sosiologi
Sementara psikologi befokus pada individu, sosiologi (sociology) mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan kultur mereka.
a. Antropologi
Antropologi (anthropology) adalah studi kemasyarakatan untuk mempelajari manusia
dan aktivitas-aktivitas mereka.
BAB II
PERILAKU ORGANISASI ( part 2 )
3. Perputaran Karyawan
Perputaran karyawan (employee turnover) adalah pengunduran diri permanen secara
sukarela dari suatu organisasi. Angka perputaran karyawan yang tinggi
mengakibatkan bengkaknya biaya perekrutan, seleksi dan pelatihan. Apabila tingkat
perputaran karyawan terlalu besar atau melibatkan pekerja yang berharga, maka dapat
menjadi faktor pengganggu yang menghalangi efektivitas organisasi.
4. Perilkau menyimpang di tempat kerja
Sikap mangkir dan perputaran karyawan sebagai indikator atau penanda perilaku yang
menyimpang. Perilaku menyimpang ditempat kerja (deviant workplace behavior)
sebagai perilaku sukarela yang melanggar norma-norma organisasi yang signifikan
dan mengancam kesejahteraan anggota-anggotanya.
5. Perilaku kewargaan organisasi
Kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya Tidak seperti ke lima
variabel sebelumnya, kepuasan kerja lebih menggambarkan sikap daripada perilaku.
Variabel Independen
1. Variabel Tingkat Individual
Kerumitan model kita meningkat ketika kita menyadari bahwa perilaku individu
ketika berada dalam kelompok berbeda dengan ketika mereka sendirian. Oleh karena
itu, tahap berikutnya dalam pengembangan pemahaman PO adalah studi terhadap
perilaku kelompok.
3. Variabel Tingkat Sistem Organisasi
Seperti halnya kelompok yang lebih banyak dari jumlah anggota individual mereka,
begitu pula dengan organisasi yang lebih banyak dari jumlah anggota kelompok
mereka.
Manajer harus mengembangkan keahlian antarpersonal atau personal mereka jika ingin
memperoleh keefektifan dalam pekerjaan. PO adalah bidang studi yang menyelidiki
pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam
suatu organisasi, dan bidang ini diterapkan untuk membuat organisasi bergerak lebih
efektif.
BAB III
DASAR-DASAR PERILAKU ORGANISASI
Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan.
A. Kemampuan
a. Kemampuan Intelektual
c. Kesesuaian Kemampuan-Pekerjaan
B. Karakteristik-Karakteristik Biografis
a. Usia
Hubungan antara usia dan kinerja pekerjaan kemungkinan akan mendadi masalah
terdapat sedikitnya tiga alasan, yaitu pertama, terdapat kepercayaan yang luas bahwa
kinerja pekerjaan menurun seiring bertambahnya usia. Kedua, angkatan kerja menua
dan ketiga, sebagia besar pekerja AS tidak harus pension di usia 70 tahun.
b. Gender
Tidak terdapat perbedaan konsisten antara pria dan wanita dalam hal memecahkan
masalah, menganalisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan
belajar.
c. Ras
d. Masa Jabatan
Masa jabatan adalah sebuah variabel yang kuat dalam menjelaskan perputaran
karyawan. bahwa masa jabatan sebelumnya dari seorang karyawan adalah sebuah
perkiraan yang sangat kuat terhadap perputaran karyawan tersebut di masa
mendatang.
C. Pembelajaran
Tiga teori pembelajaran popular dan cara manajer memfasilitasi pembelajaran karyawan.
a. Definisi Pembelajaran
Pengondisian klasik adalah pasif. Sesuatu terjadi dan kita bereaksi dalam cara
tertentu.
2. Pengondisian Operant
Seseorang dapat juga belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada individu lain
dan hanya dengan diberi tahu mengenali sesuatu seperti belajar dari pengalaman
langsung didiasarkan atas pengamatan terhadap model – orang tua, guru, rekan
kerja, pemain film dan televise, atasan dan seterusnya belajar melalui pengamatan
maupun pengalaman langsung disebut teori pembelajaran sosial ( social-learning
theory)
Pembelajaran terjadi pada saat sebelum dan selama bekerja,manajer akan menaruh
perhatian pada bagaimana mereka dapat mengajarkan karyawan untuk berperilaku
melalui cara-cara yang paling menguntungkan organisasi.
a. Metode Pembentukan Perilaku
Ada dua jenis utama jadwal penegasan adalah berkesinambungan dan berkala. Jadwal
penegasan berkesinambungan (continuous reinforcement) menegaskan perilaku yang
diharapkan setiap kali dan setiap waktu penegasan tersebut dilakukan.
Penegasan berkala (intermittent reinforcement) dapat berupa tipe rasio atau interval.
Jadwal rasio bergantung pada seberapa banyak respons yang dibuat oleh subjek.
c. Jadwal dan Perilaku Penegasan
BAB IV
NILAI, SIKAP dan KEPUASAN KERJA
A. Nilai
Nilai dan teori nilai dapat dihubungkan dengan berbagai bidang studi, misalnya dengan
filsafat,etika atau dengan manajemen. Vijay Sathe dalam Cultura and Related Corporate
Realities (1958) mendefinisikan desirable values sebagai “basic assumtion about what
ideals are desírable or Word striving for”. Ia menggunakan konsep ini sepanjang
pembicaraan tentang perubahan budaya. Ungkapan “worth striving for” menunjukkan
bahwa pada suatu saat seseorang rela mengorbankan nyawanya untuk mengejar sesuatu
nilai. Geert Hofstede dalam Culture’s Consequences (1980) mendefinisikan nilai sebagai
“a broad tendency to prefer certain states of affairs over Kluckhohn, (Ndraha, 1997)
B. Sikap
Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif- baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan – terhadap objek, individu, atau peristiwa.Hal ini mencerminkan
bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
a. Komponen Utama dari Sikap
Sikap memiliki 3 (tiga) komponen, meliputi :
Komponen kognitif (cognitive component) adanya keyakinan bahwa,”diskriminasi itu
salah” merupakan sebuah penyetaraan evaluative.
Komponen afektif (affective component) segmen emosional dari sebuah sikap dan
tercermin dalam pernyataan.
Komponen perilaku (behavioral component) dari sebuah sikap merujuk pada suatu
maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
b. Konsitensi Sikap
Setiap orang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi PO memfokuskan perhatian pada
jumlah yang sangat terbatas mengenai sikap yang berkaitan dengan kerja. Sikap kerja
berisi evaluasi positif atau negative yang dimiliki karyawan tentang aspek-aspek
lingkungan kerja mereka. Sebagian besar penelitian dalam PO berhubungan dengan
tiga sikap, meliputi: kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan komitmen
organisasional.
a. Kepuasan kerja
Suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari
sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang
tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut. Sementara
seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negative tentang
pekerjaan tersebut. Ketika individu membicarakan sikap karyawan yang sering
dimaksudkan adalah kepuasan kerja.
b. Keterlibatan Pekerjaan
Suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan
dan keinginanya untuk mempertahankan keanggotan dalam organisasi tersebut.
Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu
seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak
organisasi yang merekrut individu tersebut.
Ada tiga dimensi terpisah dalam komitmen organisasional, meliputi :
1. Komitmen afektif
Nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila
dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersbut. Seorang karyawan
mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja karena ia bayar tinggi dan
merasa bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan
keluarganya.
3. Komitmen normative
Kewajiban untuk bertahan dalam oranisasi utuk alasan-alasan moral atau etis,
contohnya : seorang karyawan yang memelopori sebuah inisiatif batu mungkin
bertahan dengan seorang pemberi kerja karena ia merasa “meninggalkan
seseorang dalam keadaan yang sulit” , bilai ia pergi.
d. Sikap Karyawan yang dapat diukur
Melalui penggunaan survei sikap bagaimana manajemen mendapatkan informasi
tentang sikap karyawan seperti yang dianjurkan melalui metode yang paling popular.
Survei sikap secara umum memberikan karyawan serangkaian pernyataan atau
pertanyaan dengan skala penilaian yang menunjukkan tingkat kecocokan.
e. Sikap dan keberagaman di tempat kerja
Hampir semuanya meliputi fase evaluasi diri. Individu didesak untuk memeriksa diri
sendiri serta menghadapi stereotip etnis dan kultural yang mungkin mereka miliki.
Kemudian, para partisipan biasanya ambil bagian dalam diskusi kelompok, Sementara
itu, adanya aktivitas tambahan yang dirancang untuk mengubah sikap termasuk
mengatur individu untuk melakukan pekerjaan sukarela di pusat-pusat layanan sosial
atau masyarakat guna bertemu secara langsung dengan individu atau kelompok dari
latarbelakang yang berbeda-beda serta menggunakan latihan yang membiarkan para
partisipan merasakan seperti apakah menjadi Eyes-Brown Eyes, dimana individu,
dipisahkan dan dipandang sebagai stereotip menurut warna mata mereka, para
partisipan mengetahui apakah rasanya dinilai oleh sesuatu atas mana mereka tidak
mempunyai kendali. Bukti menyatakan latihan ini mengurangi sikap negative terhadap
individu yang berbeda dari para partisipan.
C. Kepuasan Kerja
a. Pengukuran Kepuasan Kerja
Penilaian seorang karyawan tentang seberapa mereka merasa puas atau tidak puas
dengan pekerjaan, merupakan penyajian yang rumit dari sejumlah elemen pekerjaan
yang berlainan.. Faktor-faktor khusus yang akan dimasukkan adalah sifat pekerjaan,
pengawasan dan bayaran.
b. Kepuasan Individu dengan Pekerjaannya
2. Motivasi Internal
Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan
motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya, yang selnjutnya
akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Beberapa teori yang ada mencoba
mengidentifikasikan motivasi-motivasi umum yang selalu ada dalam diri semua
orang. Dengan memahami teori-teori tersebut, manajer dapat memotivasi
bawahannya agar kegiatan mereka mencapai kepuasan yang diingankannya dan juga
menguntungkan pencapaian tujuan organisasi. Motivasi dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok, yaitu:
a). Motivasi Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah (biologis), seperti lapar,
haus, dan seks
b). Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu:
Motivasi kasih sayang (affectional motivation); motivasi untuk
menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan
batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive motivation); motivasi
untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis,
menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka,
mempertahankan prestise dan mendapatkan kebanggaan diri.
Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation); motivasi untuk
mengembangkan kepribadian, berprestasi menaikkan prestasi dan
mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan
penguasaannya terhadap orang lain.
3. Motivasi eksternal
Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal. Tetapi justru
mengembangkannya. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan
yang ada dalam individu yang dipengaruhi faktor-faktor ekstern yang
dikendalikan oleh manajer, yaitu meliputi; suasana kerja seperti gaji, kondisi
kerja, dan kebijaksanaan perusahaan, dan hubungan kerja, penghargaan, kenaikan
pangkat dan tanggung jawab.
Manajer perlu mengenal motivasi eksternal untuk mendapatkan tanggapan yang
positif dari karyawannya. Tanggapan yang positif ini menunjukan bahwa
bawahannya sedang bekerja demi kemajuan orgnisasi. Seorang manajer dapat
mempergunakan motivasi eksternal yang positif ataupun yang negatif. Motivasi
positif memberikan penghargaan untuk pelaksanaan kerja yang baik. Motivasi
negatif memperlakukan hukuman bila pelaksanaan kerja jelek Keduanya dapat
dipakai oleh manajer.
4. Teori-Teori Motivasi
Konsep awal motivasi adalah model tradisional yang dikaitkan dengan manajemen
ilmiah (scientific management). Manajer menentukan cara memotivsi karyawan
dengan sistem insentif upah yaitu semakin banyak yang dihasilkan oleh karyawan
semakin besar upah yang yang diterima. Model tradisional ini kemudian dilengkapi
dengan model hubungan manusia yaitu memotivasi karyawan tidak cukup hanya
dengan upah saja tetapi diperlukan pula pemenuhan kebutuhan sosial yang membuat
karyawan merasa berguna dan penting bagi orgnisasi. Berawal dari model hubungan
manusia inilah maka Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori
motivasi menjadi lima kategori yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori
keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran.
a. Teori Kebutuhan
Teori ini memfokuskan pada apa yang menjadi kebutuhan orang agar hidupnya
dapat tercukupi. Menurut teori kebutuhan, orang agar hidupnya dapat tercukupi.
Menurut teori kebutuhan, seseorang mempunyai motivasi jika dia belum
mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam hidupnya. Dimulai dari kebutuhan
manusia yang paling mendasar yaitu; kebutuhan fisiologis, kemudian meningkat
pada kebutuhan keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan tertinggi sebagi
kebutuhan aktualisasi diri membuat manusia termotivasi untuk memenuhinya
secara tahap demi tahap. Dengan demikian apabila kebutuhan akan sesuatu telah
terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi akan menjadi motivator.
b. Teori Keadilan
Teori keadilan merupakan teori motivasi kerja yang berdasarkan pada asumsi
bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah motivasi individu atas
keadilan dari penghargaan yang diterima. Menurut teori ini, keadilan disini
ditunjukan oleh perbandingan yang memadai antara input pekerjaan individu
(misalnya keterampilan) dengan imbalan atas input tersebut (misalnya gaji atau
promosi).
c. Teori Penguatan
Tindakan seseorang dimasa yang akan datang sangat terpengaruh oleh tindakan
masa lalu. Hal tersebut dapat digambarkan secara siklis dengan urutan sebagai
berikut: Rangsangan respon kosekuensi respon masa depan. Teori penguatan
dapat dipakai oleh manajer untuk mengubah tingkah laku bawahannya. Manajer
dapat memilih diantara penguatan positif; yaitu merangsang seseorang untuk
berperilaku sesui dengan yang dikehendaki dengan memberi imbalan. Penguatan
negatif (disebut juga avoidance learning), peniadaan (extinction), maupun
hukuman (punishment) untuk mengubah tingkah laku bawahan sehingga
dihasilkan tingkah laku karyawan yang sesuai dalam organisasi. Waktu atas
pemberian penguatan atau imbalan menentukan hasil yang dicapai, maka dari itu
diperlukan jadwal tertentu untuk melakukan penguatan terhadap karyawan agar
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Jadwal tersebut terdiri dari waktu
penguatan diberikan, apakah harian, mingguan, bulanan dan seterusnya,
frekuensi adalah seberapa sering penguatan diberikan, dan rasio pemberian
penguatan yang proporsional.
W Clay Hamner memberikan enam cara modifikasi tingkah laku yaitu:
1. Tidak memberi imbalan pada semua individu dengan cara yang sama, tetapi
harus didasarkan pada prestasi kerjanya.
2. Selalu waspada bahwa kesalahan memberikan respon dapat mengubah
tingkah laku.
3. Memberitahukan secara pasti pada semua bawahan tentang apa yang dapat
dilakukan bawahan agar memperoleh penguatan.
4. Memberitahukan pada bawahan tentang kesalahan yang dilakukan .
5. Tidak menghukum dihadapan orang/karyawan lain.
6. Senantiasa berlaku adil.