Anda di halaman 1dari 12

Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

USULAN PENENTUAN LOKASI DAN TAPAK TERMINAL REGIONAL DI


KOTA BINTUNI
Achmad Rusli Rita Rita
Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
achmadrusli19@gmail.com

Abstrak
Mendapatkan pelayanan bidang penataan ruang yang berkualitas merupakan hak semua
masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Namun sejauh ini pelayanan tersebut
belum sepenuhnya di peroleh oleh masyarakat NTT, kurangnya transparasi pemerintah serta
birokrasi yang sulit menjadi penghalang untuk terealisasinya Good Governance .Pemberian
pelayanan bidang penataan ruang sangat penting bagi masyarakat, untuk memberikan
informasi serta pengetahuan tentang penataan ruang, sehingga menimbulkan tanggung jawab
tersendiri tentang hal-hal apa saja yang dapat dilakukan serta tidak dapat dilakukan terhadap
ruang ini. Metode penelitian ini yaitu desk study dimana cara pengumpulan data dan
informasi melalui kajian dan analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder,
baik berupa laporan maupun referensi yang didapat dari dokumen persetujuan subtansi di
Kementerian Pekerjaan Umum dari 20 Kabupaten di Provinsi NTT. Lingkup dalam
menganalisis dalam penelitian ini yaitu 5 indikator SPM bidang penataan ruang, yaitu
mengenai informasi penataan ruang, pelibatan peran masyarakat dalam proses penyusunan
rencana tata ruang, izin pemanfaatan ruang, pelayanan pengaduan tata ruang serta
penyediaan RTH publik berdasarkan target pencapaian tahun 2012. Hasil dari analisis
menunjukan bahwa tingkat pencapian SPM bidang pentaan ruang di provinsi NTT sebagian
besar kabupaten sudah mendapatkan predikat baik dari hasil pencapaian sesuai target pada
tahun 2012.

Kata Kunci : Pelayanan Publik, Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang

Pendahuluan dipengaruhi oleh sistem aktivitas (tata guna lahan),


Transportasi adalah suatu sistem yang dibuat sistem pergerakan, sistem jaringan jalan. Sebagai
untuk membantu pergerakan manusia maupun fasilitas transfer (perpindahan) lokasi terminal harus
barang dalam berpindah tempat baik dalam jarak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tata ruang
dekat maupun jauh. Transportasi atau transport kota untuk menjamin terciptanya struktur kota yang
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan mengangkut baik dan harus sesuai dengan keinginan pengguna
atau memindahkan muatan (barang dan orang) dari untuk menjamin pemanfaatan terminal tersebut
suatu tempat ke tempat lain, atau dari tempt asal ke secara optimal. Selain itu keberadaan terminal
tempat tujuan. diharapkan dapat mampu memacu perkembangan
Menurut Morlock dalam (Dadi Muradi, dan pertumbuhan wilayah suatu kota (Sinta
2005: 11) transportasi mempunyai komponen- Baskoro, Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum
komponen yaitu manusia dan barang (yang Regional Terkait Dengan Kebijakan Pengembangan
diangkut), kendaraan dan peti kemas (alat angkut), Wilayah Kota Pangkalpinang, Universitas
jalan (tempat alat angkut bergerak), terminal Brawijaya,2010,Hal: 11).
(tempat memasukan dan mengeluarkan yang Seiring dengan kemajuan ekonomi yang
diangkut oleh alat angkut) dan sistem pengoperasian cukup pesat di Papua Barat maka transportasi ikut
(yang mengatur keempat komponen di atas). mengalami perubahan. Pergerakan manusia maupun
Dari penjelasan di atas dapat diketahui barang menjadi lebih luas, dan secara kuantitas
bahwa yang menjadi perhatian selain jalan adalah semakin besar jumlahnya, dengan demikian
terminal. Terminal mempunyai fungsi sebagai diperlukan penambahan maupun pengembangan
penunjang kelancaran mobilisasi orang dan arus sarana dan prasarana transportasi. Dan juga perlu
barang serta tempat perpaduan intra serta antar adanya fasilitas yang dapat mengimbangi
moda secara lancar dan tertib. pertumbuhan dalam bidang transportasi tersebut,
Kebutuhan terminal bagi suatu kota salah satu moda transportasi yang dikembangkan
dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya untuk mobilitas penumpang dan barang adalah
karateristik sistem transportasi kota yang juga sarana transportasi darat ataupun jalan raya. Namun

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 24


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

diperlukan prasarana yang dapat mendukung moda Metode Penelitian


transportasi darat tersebut dalam hal ini adalah Analisis yang digunakan dalam studi ini
terminal, Terminal angkutan umum adalah salah terbagi kedalam beberapa analisis, dengan metode
satu prasarana yang penting dalam sistem dan teknik analisis sebagai berikut:
transportasi jalan raya. 1. Analisis Penentuan lokasi terminal
Kebutuhan akan terminal regional terjadi di Dalam memilih/menentukan lokasi terminal
Kabupaten Teluk Bintuni, yang mendukung jalan regional ini, memerlukan suatu tahapan yang perlu
Regional antara Kabupaten Teluk Bintuni dengan dilakukan dalam menganalisis penempatan lokasi
Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan terminal yanng akan dipilih. Tahapan tersebut
dan Kabupaten Wondama yang terletak di Provinsi meliputi:
Papua Barat. Jalur laut yang kurang bisa a. Analisa Lokasi Secara Makro (Analisis
dihandalkan dikarenakan kondisi eksistingnya Regional)
merupakan teluk yang wilayah pesisirnya dipenuhi Analisa ini bertujuan untuk menganalisa daerah
dengan bakau, ditambah jalur kapal yang sempit sekitar terminal Regional dengan melakukan
sehingga membuat pergerakan kapal menjadi analisis terhadap jaringan jalan perkotaan, pola
terhambat dan hanya kapal yang berukuran sedang penggunaan lahan, dan arah pengembangan
yang dapat masuk dan bersandar di pelabuhan. fisik. 3 (tiga) faktor tersebut menjadi
Dengan adanya terminal diharapkan bahwa akan pertimbangan dalam pemilihan lokasi terminal
terjadi aktivitas ekonomi melalui sebagai alternatif Regional, antara lain:
fasilitas transportasi lainnya. 1. Sistem jaringan jalan perkotaan
Perumusan Masalah dari studi penelitian ini a. Jaringan jalan
adalah : Dalam RTRW Kabupaten Teluk Bintuni Dalam analisa lokasi terminal
2013 yang merencanakan pembangunan terminal berdasarkan Peraturan Menteri No.31
regional di Kota Bintuni. Namun belum ditentukan Tahun 1995 menerangkan bahwa lokasi
secara pasti lokasi terminal regional tersebut, terminal regional terletak di jalan arteri
sehingga diperlukan penentuan lokasi terminal dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
sekaligus perencanaan tapak terminal. kelas IIIA. Dengan demikian maka lokasi
(1)Bagaimana menentukan lokasi Terminal terminal yang dipilih harus terletak pada
Regional tersebut? (2) Bagaimana merencanakan ruas jalan arteri dengan tujuan
tapak pada terminal Regional tersebut? memudahkan pergerakan arus kendaraan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, keluar masuk pada terminal tersebut.
tujuan yang hendak dicapai dalam studi ini yaitu: b. Pola penggunaan lahan
(1)Menentukan lokasi terminal pada wilayah Faktor penggunaan lahan menjadi
Kabupaten Teluk Bintuni yang menghubungkan pertimbangan dalam analisa lokasi
antara Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong terminal, karena lokasi terminal yang
Selatan dan Kabupaten Wondama. (2)Merencana terpilih harus sesuai dengan RTRW Kab.
tapak dari terminal Kabupaten Teluk Bintuni. Teluk Bintuni 2010 agar terjadi
Studi penelitian ini dibatasi oleh ruang sinkronisasi dengan perubahan struktur
lingkup wilayah dan materi sebagai berikut: ruang kota yang akan terjadi dimasa
1. Lingkup Wilayah Studi mendatang, dan arah perkembangan fisik
Batas wilayah studi ialah pada Kota Bintuni kota.
sebagai ibu kota Kabupaten Teluk Bintuni. c. Arah perkembangan fisik
Lokasi terminal harus berdasarkan arah
2. Lingkup Materi Studi perkembangan fisik. Dan
Lingkup materi studi penelitian mengenai mempertimbangkan rencana umum tata
usulan penentuan lokasi dan rencana tapak terminal ruang,Selain itu, terminal regional harus
regional pada Kabupaten Teluk Bintuni sebagai memiliki lokasi yang terletak di
penunjang jalur penghubung antara Kabupaten pinggiran kota, dan di kawasan yang
Bintuni ke Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk akan dikembangkan.Dengan demikian
Bintuni ke Kabupaten Sorong Selatan dan berdasarkan pertimbangan ini, lokasi
Kabupaten Teluk Bintuni ke Kabupaten Teluk terminal yang dipilih memerlukan
wondama. penyesuaian terhadap arah perkembangan
fisik yang akan terjadi. Mengingat,
pertimbangan persyaratan lokasi diatas.
Dalam menganalisa arah perkembangan
fisik ini harus dilihat terhadap wilayah

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 25


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

efektif kota hal ini dapat diketahui arah yang baru disahkan dalam Rapat Paripurna Dewan
pengembangan daerah yang akan Perwakilan Rakyat pada tanggal 12 November 2002.
dikembangkan. Terletak antara pantai selatan Kepala Burung dan
b. Penyeleksian Kelurahan Lokasi Terminal Pantai Semenanjung Onin, menghadap ke arah Laut
Regional Seram di lepas pantai barat Papua. Berdekatan
1. Kemiringan Lahan dengan leher pegunungan sempit yang
Mengetahui lahan dalam kelurahan yang menghubungkan Kepala Burung dengan wilayah
kemiringannya mencapai standar untuk lainnya di Provinsi Papua. Secara geografis lokasi
pembangunan terminal agar dapat ini berada pada koordinat 132°55’ - 134°02’ BT dan
menghemat biaya. 2°02’ - 2°97’ LS. Secara administratif, Kabupaten
2. Daya dukung Lahan Teluk Bintuni berbatasan dengan :
Mengetahui jenis tanah yang dapat 1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah
menopang bangunan serta aktifitas yang administrasi Distrik Moskona Timur,
terjadi di dalam terminal. Kabupaten Manokwari.
3. Penggunaan Lahan 2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah
Mengetahui eksisting kegunaan lahan yang Distrik Inawatan, Kabupaten Sorong;
diusulkan sebagai lokasi terminal. Kabupaten Manokwari;
4. Ketersediaan Lahan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Mengetahui lahan yang luas lahan yang Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, dan
dapat digunakan sebagai lokasi terminal. 4. Sebelah timur dengan wilayah Distrik Windesi
5. Parameter Ongkos transport dan Wasior, Kabupaten Manokwari.
Mengetahui harga ongkos transport menuju
ke lokasi terminal guna meminimalisir Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas
ongkos. wilayah 18.637 km². Dengan distrik terluas adalah
6. Parameter Aksesibilitas Distrik Sumuri yaitu dengn luas 10,31% atau sebesar
Mencoba menganalisis akses dan melihat 1.922,00 km², dan distrik yang memiliki luas terkecil
kemudahan dari wilayah sekitar ke lokasi adalah Distrik Tuhiba memiliki luas sebesar 263,60
terminal dan dari kabupaten/kota lain. km² atau hanya sebesar 1,41% dari total luas
7. Parameter Harga Lahan Kabupaten Teluk Bintuni.
Mengetahui harga pelepasan lahan agar Kota Bintuni memiliki luas wilayah
dapat meminimalisir biaya pembangunan. 1.434,55 Ha dengan luas wilayah terbesar terdapat di
Kampung Argo Sigemerai yaitu dengan luas wilayah
c. Usulan Rencana Terminal Regional 389,50 Ha dan luas terkecil adalah Kelurahan
1. Analisis Kebutuhan Ruang dengan Three Bintuni Barat dengan luas wilayah 59,661 Ha.
Level product Hampir seluruh aktifitas perkotaan di Kota Bintuni
Mengetahui kebutuhan ruang dengan terkonsentrasi di Kelurahan Bintuni Barat dan
mengetahui produk inti, produk nyata dan Bintuni Timur.
produk tambahan untuk terminal terpadu.
2. Analisis Pengembangan Ruang Terminal Analisis Pemilihan Lokasi dan Usulan Rencana
Regional Tapak Terminal
Mengetahui kebutuhan ruang untuk Menentukan lokasi terminal regional di Kota
merencanakan rencana blok. Pada rencana Bintuni dengan pertimbangan:
pembangunan tahap ke-1 dan rencana Sistem jaringan jalan arteri kota Bintuni
pembangunan tahap ke-2 Pola Penggunaan Lahan kota Bintuni
d. Konsep tapak Block Site Plan Terminal Arah kecenderungan perkembangan fisik
Regional Kota Bintuni. kota Bintuni
1. Sirkulasi Kendaraan di terminal Regional
a. Sirkulasi Bus Landasan Perencanaan
b. Sirkulasi Minibus & Jeep Berdasarkan RTRW Kabupaten Teluk
c. Sirkulasi angkutan kota Bintuni tahun 2010 Arahan pengembangan terminal
d. Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai berikut:
2. Rencana Ilustrasi Site Plan. a. Pembangunan terminal tipe B di Distrik
Bintuni, Tembuni, dan Farfuwar;
Gambaran Umum Wilayah Studi b. Pembangunan terminal Regional di Kota
Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah Bintuni dan sub-sub terminal
satu dari 14 Kabupaten pemekaran di Provinsi Papua

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 26


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

c. Pembangunan Terminal Tipe C di Bintuni, penambahan ruas jalan baru ataupun


Babo, Meyado, Jagiro, Moskona Barat; peningkatan ruas jalan eksisting (peningkatan
d. Pembangunan terminal lokal/sub terminal di kualitas, fungsi atau kelas jalan). Melihat pola
Aranday, Farfuwar dan Kampung Baru; pembebanan jaringan jalan di Kota Bintuni saat
e. Pembangunan prasarana jalan dan fasilitas ini terlihat bahwa pemanfaatan jaringan jalan
keselamatan transportasi jalan terkait dengan sekunder masih sangat minimal. Jalan utama
penanganan 11 (sebelas) ruas jalan strategis terpusat di Jalan Raya Bintuni.
yaitu Manokwari- Maruni – Mameh – Bintuni.
2. Fasilitas Terminal
Hal ini menjelaskan pada point a akan Karena dengan tidak adanya fasilitas terminal
dilaksanakan pembangunan terminal tipe B pada utama kota pada saat ini mengakibatkan
distrik Bintuni yang berfungsi sebagai tempat terjadinya ketidak aturan aktifitas angkutan
persinggahan kendaraan/angkutan umum yang juga antar kota dan angkutan kota dalam
berfungsi mengatur pergerakan orang dan barang menurunkan dan menaikan penumpang.
pada Kabupaten Teluk Bintuni. Terlebih lagi lokasi menurunkan dan menaikan
penumpang berada dalam satu kawasan dengan
Jaringan Jalan pasar kota dan kawasan pelabuhan yang
Jaringan jalan adalah sebagai prasarana memang merupakan pusat aktivitas utama
penting yang mendukung pergerakan transportasi penduduk Bintuni. Sehingga dapat
darat dan menghubungkan interaksi dalam fungsi dikhawatirkan dapan mengakibatkan
kota. Keadaan tersebut tentu menjadi pemikiran kemacetan pada waktu-waktu yang akan datang
dalam menganalisis jaringan jalan yang ada di Kota serta kesemrawutan pergerakan akibat
Bintuni. percampuran moda angkutan. Untuk
Jaringan jalan tersebut melintasi Distrik mengantisipasi perkembangan yang pesat dan
Bintuni yang merupakan ruang lingkup penelitian pemusatan pergerakan penduduk, maka di
seperti yang terlihat pada Sistem Jaringan Jalan. butuhkan fasilitas terminal yang dapat
Jaringan jalan Arteri Regional (Jalan Raya Bintuni) menampung aktifitas angkutan umum.
adalah yang melintas bagian pusat Kota Bintuni
dengan panjang 514.013 m, yang merupakan jalur 3. Pelayanan Angkutan Umum
utama penghubung arus lalulintas perkotaan dan Terkait dengan kebutuhan penduduk akan
regional. Jalan ini merupakan akses penting yang layanan pergerakan sehari-hari maka perlu
ada di Kota Bintuni karena langsung penambahan lintasan jaringan pelayanan
menghubungkan Kota Bintuni dengan beberapa angkutan umum terutama untuk pelayanan
kabupaten/kota disebelahnya, oleh sebab itu jalan ini kantong-kantong permukiman yang saat ini
harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sebagai belum terjangkau lintasan pelayanan.
salah satu jalan pendukung untuk perkembangan
jalur darat antar kota/ kabupaten. Berdasarkan Analisis Pola Penggunaan Lahan
pertimbangan di atas, maka lokasi terminal Regional Kota Bintuni memiliki luas wilayah
dapat dialokasikan di sepanjang jaringan jalan arteri 1.434,55 Ha dengan luas wilayah terbesar terdapat di
(Jalan Raya Bintuni) yang melintasi bagian tengah Kampung Argo Sigemerai yaitu dengan luas wilayah
kota Bintuni. 389,50 Ha dan luas terkecil adalah Kelurahan
Bintuni Barat dengan luas wilayah 59,661 Ha.
Analisis Transportasi Kota Bintuni Hampir seluruh aktifitas perkotaan di Kota Bintuni
Berkaitan dengan pola tata ruang wilayah terkonsentrasi di Kelurahan Bintuni Barat dan
perencanaan untuk menunjang hubungan fungsional Bintuni Timur.
antar kegiatan yang ada di Kota Bintuni, perlu - Pemanfaatan ruang untuk permukiman adalah
adanya peningkatan dan pengembangan prasarana bentuk pemanfaatan yang cukup dominan di
perhubungan antar kegiatan yang sudah Kota Bintuni (860 ha). Lokasinya tersebar
dialokasikan. Prasarana perhubungan ini merupakan dalam bentuk perkampungan-perkampungan
alat yang menunjang aksesibilitas Kota Bintuni dan terkonsentrasi di Kelurahan Bintuni Barat
dengan kota-kota dalam wilayah Kabupaten Bintuni. dan Bintuni Timur, Kampung Sibena dan
1. Pengembangan Jaringan Jalan Kampung Argo Sigemerai. Hal ini terjadi
Pengembangan jaringan jalan merupakan upaya karena di kota lama tersebut tersedia sarana dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas serta prasarana yang lengkap, fasilitas pelayanan
memperbaiki pola jaringan yang ada saat ini. yang memadai serta dekat dengan
Bentuk pengembangan dapat berupa pemerintahan.

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 27


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

- Pemanfaatan ruang untuk perdagangan yang dari arah timur dan barat. Wilayah efektif kota ini
cukup dominan adalah pasar, pertokoan, kios memerlukan adanya perencanaan perkembangan
dan warung, lokasinya terkonsentrasi di pusat daerah terbangunnya sehingga pola aktifitas yang
kota lama dan sebagian di tepi jalan Pemda. terjadi dapat tersebar di seluruh daerah perkotaan.
- Pemanfaatan ruang untuk industri yang Dengan demikian perluasan daerah tersebut dapat
dominan adalah industri non polutif yang terarah dan teratur. Berdasarkan pola perkembangan
mencakup industri kecil dan rumah tangga, Kota Bintuni yang mengikuti jaringan jalan dan
lokasinya tersebar pada lokasi perumahan mengarah ke timur dan barat kota maka dapat
- Pemanfaatan ruang untuk jasa, yang dominan disimpulkan bahwa daerah yang dapat menampung
adalah jasa perbankan dan penginapan yang perkembangan aktifitas kota adalah mengarah ke
lokasinya sebagian besar berada di tepi jalan Kelurahan Bintuni Barat dan Kelurahan Bintuni
Pemda. Timur.
- Pemanfaatan ruang untuk perkantoran,
lokasinya tersebar sepanjang jalan utama Kota Penyeleksian Kelurahan-Kelurahan Lokasi
Bintuni. Terminal
- Pemanfaatan ruang untuk fasilitas sosial (fasos) Berdasarkan pertimbangan hasil analisis
dan fasilitas umum (fasum) tersebar pada lokasi diatas maka ditemukan wilayah berpotensi untuk
pemukiman dan pusat kota. pembangunan terminal regional, seiring dengan
- Pemanfaatan ruang untuk pertanian dan hutan perkembangan daerah yang mengikuti garis jaringan
produksi adalah bentuk pemanfaatan lahan yang jalan arteri yang melewati bagian tengah Kota
terbesar (7.500 Ha). Lokasinya tersebar dalam Bintuni yaitu meliputi dua keluraha:
bentuk areal-areal yang dikelola oleh HPH. 1. Kelurahan Bintuni Barat
Kopermas (koperasi peran serta masyarakat) 2. Kelurahan Bintuni Timur
serta masyarakat setempat. Lokasinya berada di Dengan demikian analisis ini bertujuan
sekitar kota lama (Kelurahan Bintuni Barat dan untuk penyeleksian kelurahan-kelurahan tersebut
Bintuni Timur). sebagai lokasi dari Terminal Regional di Kota
Bintuni. Hal-hal penting yang di pertimbangkan
Analisis Arah Perkembangan Fisik dalam tahap penyeleksian lokasi terminal ini
Sebagai akibat bertambahnya jumlah diantaranya adalah :
penduduk yang diiringi dengan meningkatnya 4. Kemiringan Lahan
aktivitas ekonomi perkotaan sebagai kota dalam
kabupaten pemekaran, Kota Bintuni menjadi kota Tabel 1
tujuan untuk masyarakat baik dari kota-kota dalam Kondisi Topografi
Provinsi Papua Barat maupun dari luar.
Dengan perkembangan penduduk, Kota No Nama Kondisi Topografi Kesesuaian
Bintuni harus memiliki ruang untuk menampung Keluarahan Lahan
meter %
perkembangan aktifitas penduduk yang terjadi. 1 Bintuni Timur 0 − 20 0 – 10 Sesuai
Dalam hal ini, kebutuhan ruang/lahan yang dapat
menjadi tempat bagi perkembangan penduduk kota 2 Bintuni Barat 20 − 60 10 – 30 Tidak
Sesuai
tersebut sangat diperlukan. Mengingat hal tersebut,
Sumber: Hasil Analisis, 2013
perlu diketahui arah perkembangan terbangun kota
guna menampung aktifitas penduduk kota dimasa
mendatang. Wilayah aktifitas kota mempunyai Dalam hal menganalisis untuk
pengertian sebagai berikut: menempatkan sarana transportasi seperti terminal,
- Suatu wilayah yang mempunyai intensitas kondisi fisik lahan, Kemiringan lahan menjadi
terbangun cukup tinggi jika dibandingkan penting untuk dapat memperhitungkan berbagai hal,
dengan wilayah disekitarnya. diantaranya biaya pembangunan. Menurut F.Stuart
- Suatu wilayah yang memiliki potensi untuk Chapin,Jr dalam (Yoppie 2000:VI-11). bahwa suatu
dikembangkan sesuai dengan peruntukkan, lokasi kemiringan yang baik untuk suatu lokasi
guna menunjang kegiatan perkotaan dimasa kegiatan adalah lokasi yang mempunyai batas
mendatang. kemiringan 15% sedangkan untuk lokasi terminal
bus yang baik adalah lokasi yang mempunyai
Berdasarkan hasil dari survey lapangan yang kemiringan lahan antara 0-8%.
dilakukan, wilayah efektif kota pada Kota Bintuni
berkembang searah dengan jaringan jalan arteri
sekunder yang melintasi daerah pusat Kota Bintuni

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 28


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

1. Daya Dukung Tanah Tabel 2.


Pada dasarnya dalam menentukan lokasi Jarak Kelurahan Ke Pusat Kegiatan Di Kota
suatu tempat kegiatan dalam hal ini adalah lokasi Bintuni
terminal daya dukung tanah merupakan hal penting Nama
Pusat Kegiatan
yang perlu di pertimbangkan guna No & jarak Keterangan
Keluarahan
meperhitungkan biaya pembangunan dan menahan Daerah Km
beban kendaraan yang akan memasuki terminal Bintuni Kantor
tersebut. Secara eksisting tanah di Kota Bintuni 1 Timur bupati 12 daerah SP
Kawasan
terutama di ke dua kelurahan terpilih memiliki jenis
Pasar Bintuni
tanah yang beragam antara lain: entisols,inceptols sentral − Timur
dan histosols. Maka dalam penentuan lokasi jenis Kawasan
entisollah yang di pilih karena jenis ini cenderung Pelubuhan Bintuni
agak keras dengan lapisan batu yang berfungsi utama − Timur
menopang aktifitas yang terjadi di lokasi terminal Kawasan
tersebut. Bintuni
Bandara 2 Barat
2. Penggunaan Lahan Kawasan
Pertimbangan penggunaan lahan dalam Taman Bintuni
kota − Timur
menentukan lokasi terminal juga merupakan hal
Kantor
penting karena harus disesuaikan dengan rencana DPR 12 daerah SP
pemerintah dalam menentukan pola penggunaan
lahan yang sudah direncanakan dan untuk mencari Bintuni Kantor
lahan tepat berada pada sepanjang jalan arteri kota. 2 Barat bupati 22 daerah SP
Setelah dilakukan analisis untuk menentukan lokasi Kawasan
terminal ditemukan di sepanjang Kelurahan Bintuni Pasar Bintuni
Timur masih terdapat banyak lahan kosong berupa sentral 2 Timur
semak belukar dan ditumbuhi pepohonan. Kawasan
Pelubuhan Bintuni
utama 1 Timur
3. Ketersediaan Lahan Kawasan
Lahan yang dipilih sebagai lokasi terminal Bintuni
memiliki luas 5 ha, dalam strandar luas lokasi Bandara − Barat
sebuah terminal Regional atau tipe B harus memiliki Kawasan
luas minimal 3,5 ha. Maka lokasi tersebut telah Taman Bintuni
memenuhi standar yang di tetapkan sebagai acuan kota 4 Timur
pembangunan terminal. Dengan demikian kantor
berdasarkan hasil analisis maka Kelurahan Bintuni DPR 22 daerah SP
Timur yang miliki potensi besar untuk di jadikan Sumber: Hasil Analisis, 2013
lokasi Terminal Regional Kota Bintuni.
Rata-rata tarif angkutan untuk kawasan
4. Parameter ongkos transport dalam kota yaitu Rp.5000 dan untuk sampai keluar
Parameter ongkos transport dimaksud untuk kota menuju ke daerah SP (Satuan Pemukiman) di
mendapatkan kelurahan sebagai lokasi terminal distrik Manimeri tarif angkutan berkisar Rp.15.000 –
dengan biaya akses tranport termurah, agar 20.000.
mempermudah akses penduduk ke terminal dalam
melakukakan aktifitas bepergian. Sebagai syarat 5. Parameter aksesibilitas
penting dalam penentuan lokasi terminal, maka perlu Parameter aksesibilitas ini di lakukan untuk
penentuan bobot ongkos transport setiap kelurahan mengetahui tinggi rendahnya akses menuju dan
potensial. Metode ini di lakukan dengan tujuan keluar dari kelurahan potensial terpilih hal ini di
memimalkan ongkos transport untuk menjangkau tinjau dari prasarana yang terdapat di kelurahan-
terminal dilihat dari jarak atau jenis aktifitas yang kelurahan tersebut. Berikut kriteria untuk menilai
akan dilakukan sehingga biaya transport sekecil (tinggi, sedang, rendah) aksesibilitas kelurahan-
mungkin. kelurahan tersebut sebagai berikut:
a. Lokasi kelurahan dilewati jaringan jalan
arteri, primer, arteri primer dan arteri
sekunder.

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 29


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

b. Lokasi kelurahan merupakan simpul Tabel 5


pertemuan jalan arteri dengan jalan lainnya. Penilaian Kelurahan & Lokasi
Berdasarkan kriteria diatas maka penilaian Kelurahan
terhadap kelurahan-kelurahan tersebut sebagai No Analisis
berikut: Bintuni Bintuni
Tabel 3 Barat Timur
Nilai Bobot Aksesibilitas 1 Kemiringan Lahan X √
Nilai Daya Dukung
Aksesibilitas 2 √ √
No Kelurahan Nilai Tanah
Jaringan Jalan
A B C D 3 Penggunaan Lahan X √
Bintuni Ketersediaan
4 √ √
1 Timur 4 − 3 1 8 Lahan
Bintuni Parameter Ongkos
5 √ √
2 Barat 4 − 1 1 6 Transport
Sumber : Hasil Analisis, 2013 Parameter
6 X √
Keterangan: Aksesibilitas
A= Jalan Arteri Primer Parameter Harga
7 X √
B= Kolektor Primer Lahan
C= Kolektor Sekuder Sumber : Hasil Analisis, 2013
D= Simpul Keterangan:
1. √ = Memenuhi Kriteria
6. Parameter harga lahan 2. X = Tidak Memenuhi Kriteria
Harga lahan merupakan hal penting dalam
menetapkan lokasi terminal hal ini dikarenakan
berpengaruh pada biaya pembangunan yang akan di Kriteria Pembangunan Terminal
keluarkan. Perhitungan ini berdasarkan hasil survey Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995:
lapangan yaitu dengan menanyakan kepada Pembangunan terminal dilengkapi dengan:
penduduk setempat yang berada dekat dengan lokasi 1. Rancang bangun terminal
yang di usulkan dan pada kelurahan tersebut. 2. Analisis dampak lalu lintas
3. Analisis mengenai dampak lingkungan
Tabel 4
Harga lahan Kelurahan Dalam rancang bangun terminal penumpang
harus memperhatikan:
No Keluarahan Harga Lahan 1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.
2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja
1 Bintuni Timur 450.000 terminal dengan lokasi peruntukkan lainnya,
2 Bintuni Barat 500.000 misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan
Sumber:Hasil Survey, 2013 sebagainya.
3. Pemisahcan antara lalu lintas kendaraan dan
7. Lokasi Terminal Regional Terpilih pergerakan orang di dalam terminal.
Setelah melakukan analisis dari beberapa 4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan
aspek di atas untuk menenteukan lokasi terminal, antar kota antar propinsi, angkutan antar kota
maka perhitungan kelayakan untuk kelurahan dan dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan
lokasi terpilih adalah sebagai berikut: pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam
Dari hasil analisis Tabel 5 diketahui terminal dan di daerah pengawasan terminal.
Kelurahan Bintuni Timur terpilih sebagai kelurahan
yang layak untuk menentukan lokasi terminal Fasilitas utama terminal
regional Bintuni. Alasan pemilihan lokasi yaitu 1. Jalur pemberangkatan kendaraan umum
berdasarkan hasil analisis diatas yaitu mengikuti 2. Jalur kedatangan kendaraan umum
perkembangan wilayah yang cenderung mengikuti 3. Tempat tunggu kendaraan umum
arah dari jalan arteri yang ada. 4. Tempat istirahat sementara kendaraan umum
5. Bangunan kantor terminal
6. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar,
menara pengawas, loket penjualan karcis,
rambu-rambu dan papan informasi, yang

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 30


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal 3. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai
perjalanan, pelataran parkir kendaraan dengan kebutuhan.
pengantar dan taksi. Analisis Pemanfaatan Kendaraan dan Rencana
7. Kamar kecil/toilet Tapak Terminal
8. Musholla Analisa ini melalui beberapa perhitungan
9. Kios/kantin diantaranya yaitu:
10. Ruang pengobatan 1. Faktor Muatan
11. Ruang infromasi dan pengaduan telepon umum Menurut Morlock,1985 Faktor muatan
12. Tempat penitipan barang didefinisikan sebagai perbandingan antara
13. Taman. banyaknya penumpang per-jarak dengan kapasitas
14. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, tempat duduk angkutan umum yang tersedia,
penjemput, sirkulasi barang dan pengelola dirumuskan sebagai berikut:
terminal.
15. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi
perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas
penunjang Tabel 6
16. Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap Faktor Muatan
dalam pengoperasian terminal antara lain: Minibus &
17. Turun naik penumpang dan parkir bus harus Faktor Muatan Bus jeep
tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan Kapasitas penumpang rata-
dengan memperhatikan keamanan penumpang. rata (tempat duduk) 15 8
18. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan Faktor Muatan 75 100
pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah : Panjang Perjalanan
Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal Penumpang rata-rata (mil) 250 250
harus memberikan kesan yang nyaman dan Sumber : Hasil Analisis, 2013
akrab. Kesimpulan: faktor muatan untuk angkutan Bus,
minibus dan jeep maksimal atau efektif.
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995 : Terminal
penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang 2. Head way
dinyatakan dengan jumlah arus minimum kendaraan Menurut (Morlok,1985) headway adalah
persatu satuan waktu mempunyai ciri-ciri sebagai jarak waktu antar kendaraan pada jalur suatu jalan
berikut: yang sama. Semakin kecil nilai headway
1. Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam menunjukan frekwensi kendaraan semakin tinggi
2. Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam sehingga akan menyebabkan waktu tunggu yang
3. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam rendah, ini merupakan kondisi yang menguntungkan
bagi penumpang, namun disisi lain akan
1. Luas terminal penumpang mengakibatkan gangguan lalu lintas. Untuk
Untuk masing-masing tipe terminal memiliki mengetahui besaran nilai headway dapat digunakan
luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, rumus sebagai berikut :
dengan ketentuan ukuran minimal:
a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan
Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya
seluas 3 Ha.
b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Dengan :
Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau H : Headway
lainnya seluas 2 Ha. P : Jumlah penumpang per jam pada seksi
c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan. terpadat
C : Kapasitas kendaraan
2. Akses LF : Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi
Akses jalan masuk dari jalan umum ke dinamis)
terminal, berjarak minimal: Kesimpulan: Rata-rata head way dari Bus, Mini
1. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan bus dan Jeep memiliki head way yang sama
di pulau lainnya 50 m, yaitu 42.
2. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau
Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m,

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 31


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

Analisa Kebutuhan Luas Terminal 104 m2. Sehingga ruang sirkulasi yang dibutuhkan
adalah 104 m2 x 10 bus = 1040 m2
Untuk kebutuhan ruang parkir Bus dalam
kota dan angkutan umum dengan asumsi.
Jumlah bus = 10
Mini bus & Jeep = 30
Kebutuhan ruang parkir
Luas Bus = 30 m2x 10 = 300m2
Luas mini bus & jeep = 10 m2 x 30 = 300 m2
Dengan asumsi ruang sirkulasi yang dibutuhkan
adalah :
104m2 x 10 bus = 1040 m2
25m2 x 30 minibus = 750 m2
Dari hasil ini dapat diketahui ruang terminal 2 Ha
Untuk Bus 20% dari luas lahan.
Sumber: Hasil Analisis, 2013 Untuk Minibus 20% dari luas lahan.
Gambar 1 Untuk Bangunan 30%
Three Level of Product Ruang Terbuka dan lain-lain 30%
Alasan penetapan bentuk lokasi yaitu berdasarkan
Analisis untuk gambar di atas adalah kontur wilayah yang ada, lokasi berada pada wilayah
1. Untuk lingkar inti di dalam merupakan produk yang masih belum terbangun dan bentuk ini pada
yang akan direncanakan, yaitu terminal regional dasarnya dapat memudahkan pembangunan serta
Kota Bintuni. kerapian dari bentuk kota.
2. Untuk lingkar kedua merupakan elemen yang
ada di dalam terminal Regional, yang nantinya Rencana Blok Terminal
akan mendukung keberadaan terminal regional. Berdasarkan hasil analisis maka ditetapkan
Dalam gambar di atas terdapat Bus AKDP, rencana blok dari terminal regional Kota Bintuni
Minibus dan jeep, bangunan terminal, bengkel, yang menjelaskan keterkaitan antara moda
angkutan kota, dan parkir angkutan. transportasi yang memasuki terminal agar tercipta
3. Untuk lingkar terluar merupakan elemen sirkulasi yang baik dan nyaman di dalam terminal.
tambahan yang nantinya dibutuhkan akan
keberadaan terminal regional. Untuk gambar di
atas, terdapat pusat informasi, klinik, loket
penjualan, kantin & pujasera, RTH, TPS, toilet
umum, mushola, tempat pencucian angkutan,
ruang serbaguna dan utilitas.

Berdasarkan kebutuhan luas suatu terminal


setiap tipe terminal memiliki ketetapan luas wilayah
yang berbeda. Munurut Keputusan menteri
no.31/1995. Terminal tipe B di pulau jawa dan
sumatera minimal mempunyai luas 3 Ha dan 2 Ha di
pulau lainnya.
Setelah menganalisis tentang kebutuhan Gambar 2
ruang terminal yang nantinya terminal ini akan Sirkulasi dalam Terminal Regional
digunakan oleh Bus, angkutan antar kota (minibus & Sumber : Hasil Rencana, 2013
Jeep), angkutan kota, dan kendaraan pribadi. Hasil
survey dan perhitungan jumlah bus yang masuk Sirkulasi Bus
antar kota dalam kota antara 8-10 unit. Sirkulasi Bus dalam rencana tapak terminal
Dengan asumsi kebutuhan ruang parkir bus. ini adalah:
Jumlah bus = 10 1. Bus masuk ke terminal dari Jalan Raya Bintuni.
Luas bus = 30 m2 2. Kemudian Bus menurunkan penumpang pada
Dengan demikian kubutuhan ruang parkir untuk bus terminal kedatangan.
adalah seluas 10 x 30 m2 = 300 m2 Sedangkan untuk 3. Bus langsung parkir di tempat parkir Bus untuk
sirkulasi Bus untuk bergerak dalam terminal menunggu penumpang.
menurut new matric standard. Untuk satu bus adalah

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 32


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

4. Bus menuju terminal keberangkatan untuk


menjemput penumpang.
5. Setelah itu, Bus keluar terminal menuju jalan
Raya Bintuni.

Sirkulasi Minibus & Jeep


Sirkulasi Minibus dan Jeep dalam rencana
tapak terminal ini adalah:
1. Kendaraan Minibus dan Jeep masuk ke
terminal dari Jalan Raya Bintuni.
2. Kendaraan Minibus dan Jeep menurunkan
penumpang pada terminal kedatangan. Sumber : Hasil rencana, 2013
3. Kendaraan Minibus dan Jeep menuju ke blok Gambar 3
parkiran khusus Minibus dan Jeep. Site Plan Terminal regional
4. Setelah itu, Minibus dan Jeep menuju ke
terminal keberangkatan untuk menjemput dan
memuat penumpang.
5. Minibus dan Jeep keluar terminal menuju
Jalan Raya Bintuni menggunakan jalur yang
sesuai dengan rute masing-masing.

Sirkulasi Angkutan Kota


Sirkulasi angkutan kota (angkot) dalam
rencana tapak terminal ini adalah:
1. Kendaraan angkutan kota masuk ke terminal
khusus angkot dari Jalan Raya Bintuni.
2. Kendaraan angkutan kota menurunkan
penumpang dan parkir untuk menunggu
penumpang.
3. Setelah itu, kendaraan angkutan kota keluar
terminal menuju Jalan Raya Bintuni. Sumber : Hasil Rencana, 2013
Gambar 3
Sirkulasi Kendaraan Pribadi Site Plan Terminal Regional 3D
Sirkulasi kendaraan pribadi dalam rencana
tapak terminal ini adalah: Kesimpulan
1. Kendaraan pribadi masuk ke terminal dari Dalam menghadapi perkembangan yang
Jalan Raya Bintuni. terjadi di Kabupaten Teluk Bintuni, sebagai dampak
2. Kendaraan pribadi masuk untuk dari daerah pemekaran, pembangunan terminal
menurunkan penumpang pada tempat parkir sebagai prasarana yang mendukung sarana
kendaraan pribadi. transportasi jalur darat antar kota dan kabupaten
3. Setelah itu kendaraan pribadi masuk ke adalah sangat dibutuhkan. Sesuai dalam RTRW
parkiran kendaraan pribadi dan keluar terminal Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010 sudah
menuju Jalan Raya Bintuni. direncanakan terminal tipe B yang di tetapkan
berada pada Distrik Bintuni yang dalam perda
Rencana Site Plan ditetapkan Distrik Bintuni sebagai kota dalam
Rencana site plan ini menjelaskan tentang Kabupaten Teluk Bintuni, namun belum ditentukan
fasilitas dan bagian serta keterkaitan antar moda di lokasi serta rencana tapak dari terminal tersebut.
dalam terminal regional Kota Bintuni, untuk Oleh karena itu penetapan lokasi dan rencana tapak
mempermudah pergerakan penumpang di dalam terminal merupakan bentuk usulan yang mendukung
terminal. kebijakan dalam RTRW tersebut.
Terminal regional ini merupakan tempat
efektif untuk naik dan turun penumpang, untuk
menjaga kestabilan pergerakan aktifitas kota, selain
itu terminal ini di rencanakan untuk mendukung dari
beberapa jalan darat penghubung antar kota dan
kabupaten. Jalan ini dapat menghubungkan antara

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 33


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

Kabupaten Teluk Bintuni dengan Kabupaten menurunkan dan menjemput penumpang secara
Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan dan sembarangan hal ini dapat menimbulkan kemacetan
Kabupaten Wondama. di kemudian hari.
Terminal ini juga disediakan untuk Selain itu pemerintah juga harus
menampung Bus serta mini bus dan jeep yang memperhatikan sarana angkutan yang berada
bergerak selama ini berhenti di sembarang tempat Kabupaten Teluk Bintuni agar dapat di arahkan serta
untuk melayani arus penumpang menuju ke diperhitungkan, guna dapat memenuhi permintaan
kota/kabupaten yang terhubung oleh jalan darat, sarana transportasi di masa mendatang seiring
selain itu di dalam terminal terdapat lokasi untuk dengan pertumbuhan wilayah dan penduduk.
angkot. Kepada masyarakat agar lebih
Dari beberapa analisis yang menjadikan memperhatikan dan mengikuti himbauan dari
kelurahan Bintuni Barat dan Kelurahan Bintuni pemerintah dalam hal menggunakan dan menjaga
Timur sebagai objek untuk menentukan lokasi prasarana yang disediakan guna menjaga dan
terminal, maka terpilihlah Kelurahan Bintuni Timur melestarikan fasilitas yang telah ada supaya tidak
sebagai lokasi dari terminal regional di kota Bintuni. kekurangan nantinya.
Penentuan ini dilakukan berdasarkan beberapa faktor
di antaranya kemiringan lahan, daya dukung tanah, Daftar Pustaka
penggunaan lahan, ketersediaan lahan, parameter Bintarto,1977, Suatu Pengantar Geografi Desa, UP
ongkos transport, parameter aksesibilitas, dan Spring,Yogyakarta, 1977.
parameter harga lahan.
Selain itu terdapat kriteria rencana terminal Black, JA, 1981, Urban Transport Planing : Theory
yang di dalamnya membahas tentang kriteria and Practice, London; Cromm Helm,
pembangunan terminal dan fasilitas utama terminal, London, 1981.
juga alternatif standar luas dari sebuah terminal yang
akan diterapkan pada rencana tapak terminal Burgess, E,W (1925), The Growth of the City, in
regional Kota Bintuni. Adapun analisa rencana tapak R,E,Park; E,W, Burgess and R,D, McKenzie
terminal membahas tentang analisa kebutuhan luas (end), The City, Chicago: University of
terminal yang menurut standar terminal tipe B yang Chicago Press, Chicago, 1925.
di tetapkan dalam Juknis LLAJ, 1995 yaitu untuk
terminal tipe B untuk daerah luar pulau jawa Chiara de, Joseph, Lee E Kopplelman, 1978,
minimal memiliki luas lahan sebesar 2 ha. Oleh Standar Perencanaan Tapak, Jakarta:
karena itu luas terminal Regional Kota Bintuni Erlangga, Jakarta, 1978.
direncanakan dengan luas 2 ha hal ini disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan yang ada pada Kota Creighton, RL, 1978, Transportation and Traffic
Bintuni. Enginnering Handbook, The Institute Of
Dalam sirkulasi yang di rencanakan semua Traffic Enginnering, 1978.
kendaraan baik Bus, Mini bus dan jeep, angkutan
kota dan kendaraan pribadi masuk dan keluar Firdiansyah, 2013, Usulan Rencana Tapak Terminal
melalui Jalan Raya Bintuni. Kemudian bus Terpadu Rawa Buaya, Universitas Esa
menurunkan penumpang pada terminal kedatangan Uunggul, Jakarta, 2013.
dan langsung masuk ke area parkir khusus bus yang
terletak pada bagian belakang terminal, setelah itu Gray, George E,, dan Hoel, Lester A, 1979, Public
bus menuju ke terminal keberangkatan untuk Transportation : Planning, Operation, and
menjemput penumpang dan keluar pada pintu keluar Management, New Jersey; Prentice- Hall
terminal yang juga menghadap ke Jalan Raya Inc, New Jersey, 1979.
Bintuni. Begitu juga dengan mini bus dan jeep yang
setelah menurunan penumpang pada terminal Homer Hoyt , 1939, The Structure and Growth of
kedatangan langsung menuju ke tempat parkir mini Residential Areas in American Cities;,
bus dan jeep yang terletak di sebelah tempat parkir Washington DC: Federal Housing
bus. Berbeda dengan angkutan kota dan kendaraan Administration, Washington, 1939.
pribadi yang menurunkan dan menjemput
penumpang pada tempat khusus angkutan kota dan Marangkup PR, Hubert dan Eka Ulin S, 2006,
kendaraan pribadi. Kepada Pemerintah Kabupaten Identifikasi Pola Pengembangan Daerah
Teluk Bintuni diusulkan segera membangun Pinggiran dan Pola Jaringan Jalan Kota
terminal ini guna mencegah ketidak aturan di dalam Semarang, Undergraduate Thesis Fakultas
kota yang diakibatkan karena banyak angkutan yang

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 34


Usulan Penentuan Lokasi Dan Tapak Terminal Regional di Kota Bintuni

Teknik Universitas Diponogoro, Semarang,


2006.

Morlock, Edward,K, 1978, Pengantar Teknik dan


Perencanaan Transportasi, Terjemahan,
Jakarta; Penerbit Erlangga, Jakarta, 1978.

Ofyar Z Tamin, 1997, Perencanaan & Pemodelan


Transportasi, Bandung; Penerbit ITB,
Bandung, 1997.

Pushkarev, Boris, S, 1977, Public Transportation


and Landuse Policy, Canada,
Indiana;University Press, Canada, 1977.

Jhon D, Edward, Jr, P,E, 1992, Transportation


Planning Handbook, New Jersey; Prentice-
Hall Inc, New Jersey, 1992.

Sakti Adji Adisasmita, 2011, Transportasi Dan


Pengembangan Wilayah, Graha Ilmu, 2011.

Sinta Baskoro, 2010, Pemanfaatan Terminal


Angkutan Umum Regional Terkait Dengan
Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota
Pangkalpinang, Universitas Brawijaya
2010.

Warpani Suwajoko, 1990, Merencanakan Sistem


Pengangkutan, Bandung; Penerbit ITB,
Bandung, 1990.

Yoppie Rudiawan Sidik, 2002, Studi Penentuan


Lokasi Dan Usulan Rencana Tapak
Terminal Regional Terpilih Di Kota
Sukabumi, Universitas Esa Unggul, Jakarta,
2002.

Jurnal Planesa Volume 5, Nomer 1 Mei 2014 35

Anda mungkin juga menyukai