Abstrak
Mendapatkan pelayanan bidang penataan ruang yang berkualitas merupakan hak semua
masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Namun sejauh ini pelayanan tersebut
belum sepenuhnya di peroleh oleh masyarakat NTT, kurangnya transparasi pemerintah serta
birokrasi yang sulit menjadi penghalang untuk terealisasinya Good Governance .Pemberian
pelayanan bidang penataan ruang sangat penting bagi masyarakat, untuk memberikan
informasi serta pengetahuan tentang penataan ruang, sehingga menimbulkan tanggung jawab
tersendiri tentang hal-hal apa saja yang dapat dilakukan serta tidak dapat dilakukan terhadap
ruang ini. Metode penelitian ini yaitu desk study dimana cara pengumpulan data dan
informasi melalui kajian dan analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder,
baik berupa laporan maupun referensi yang didapat dari dokumen persetujuan subtansi di
Kementerian Pekerjaan Umum dari 20 Kabupaten di Provinsi NTT. Lingkup dalam
menganalisis dalam penelitian ini yaitu 5 indikator SPM bidang penataan ruang, yaitu
mengenai informasi penataan ruang, pelibatan peran masyarakat dalam proses penyusunan
rencana tata ruang, izin pemanfaatan ruang, pelayanan pengaduan tata ruang serta
penyediaan RTH publik berdasarkan target pencapaian tahun 2012. Hasil dari analisis
menunjukan bahwa tingkat pencapian SPM bidang pentaan ruang di provinsi NTT sebagian
besar kabupaten sudah mendapatkan predikat baik dari hasil pencapaian sesuai target pada
tahun 2012.
Kata Kunci : Pelayanan Publik, Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang
efektif kota hal ini dapat diketahui arah yang baru disahkan dalam Rapat Paripurna Dewan
pengembangan daerah yang akan Perwakilan Rakyat pada tanggal 12 November 2002.
dikembangkan. Terletak antara pantai selatan Kepala Burung dan
b. Penyeleksian Kelurahan Lokasi Terminal Pantai Semenanjung Onin, menghadap ke arah Laut
Regional Seram di lepas pantai barat Papua. Berdekatan
1. Kemiringan Lahan dengan leher pegunungan sempit yang
Mengetahui lahan dalam kelurahan yang menghubungkan Kepala Burung dengan wilayah
kemiringannya mencapai standar untuk lainnya di Provinsi Papua. Secara geografis lokasi
pembangunan terminal agar dapat ini berada pada koordinat 132°55’ - 134°02’ BT dan
menghemat biaya. 2°02’ - 2°97’ LS. Secara administratif, Kabupaten
2. Daya dukung Lahan Teluk Bintuni berbatasan dengan :
Mengetahui jenis tanah yang dapat 1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah
menopang bangunan serta aktifitas yang administrasi Distrik Moskona Timur,
terjadi di dalam terminal. Kabupaten Manokwari.
3. Penggunaan Lahan 2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah
Mengetahui eksisting kegunaan lahan yang Distrik Inawatan, Kabupaten Sorong;
diusulkan sebagai lokasi terminal. Kabupaten Manokwari;
4. Ketersediaan Lahan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Mengetahui lahan yang luas lahan yang Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, dan
dapat digunakan sebagai lokasi terminal. 4. Sebelah timur dengan wilayah Distrik Windesi
5. Parameter Ongkos transport dan Wasior, Kabupaten Manokwari.
Mengetahui harga ongkos transport menuju
ke lokasi terminal guna meminimalisir Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas
ongkos. wilayah 18.637 km². Dengan distrik terluas adalah
6. Parameter Aksesibilitas Distrik Sumuri yaitu dengn luas 10,31% atau sebesar
Mencoba menganalisis akses dan melihat 1.922,00 km², dan distrik yang memiliki luas terkecil
kemudahan dari wilayah sekitar ke lokasi adalah Distrik Tuhiba memiliki luas sebesar 263,60
terminal dan dari kabupaten/kota lain. km² atau hanya sebesar 1,41% dari total luas
7. Parameter Harga Lahan Kabupaten Teluk Bintuni.
Mengetahui harga pelepasan lahan agar Kota Bintuni memiliki luas wilayah
dapat meminimalisir biaya pembangunan. 1.434,55 Ha dengan luas wilayah terbesar terdapat di
Kampung Argo Sigemerai yaitu dengan luas wilayah
c. Usulan Rencana Terminal Regional 389,50 Ha dan luas terkecil adalah Kelurahan
1. Analisis Kebutuhan Ruang dengan Three Bintuni Barat dengan luas wilayah 59,661 Ha.
Level product Hampir seluruh aktifitas perkotaan di Kota Bintuni
Mengetahui kebutuhan ruang dengan terkonsentrasi di Kelurahan Bintuni Barat dan
mengetahui produk inti, produk nyata dan Bintuni Timur.
produk tambahan untuk terminal terpadu.
2. Analisis Pengembangan Ruang Terminal Analisis Pemilihan Lokasi dan Usulan Rencana
Regional Tapak Terminal
Mengetahui kebutuhan ruang untuk Menentukan lokasi terminal regional di Kota
merencanakan rencana blok. Pada rencana Bintuni dengan pertimbangan:
pembangunan tahap ke-1 dan rencana Sistem jaringan jalan arteri kota Bintuni
pembangunan tahap ke-2 Pola Penggunaan Lahan kota Bintuni
d. Konsep tapak Block Site Plan Terminal Arah kecenderungan perkembangan fisik
Regional Kota Bintuni. kota Bintuni
1. Sirkulasi Kendaraan di terminal Regional
a. Sirkulasi Bus Landasan Perencanaan
b. Sirkulasi Minibus & Jeep Berdasarkan RTRW Kabupaten Teluk
c. Sirkulasi angkutan kota Bintuni tahun 2010 Arahan pengembangan terminal
d. Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai berikut:
2. Rencana Ilustrasi Site Plan. a. Pembangunan terminal tipe B di Distrik
Bintuni, Tembuni, dan Farfuwar;
Gambaran Umum Wilayah Studi b. Pembangunan terminal Regional di Kota
Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah Bintuni dan sub-sub terminal
satu dari 14 Kabupaten pemekaran di Provinsi Papua
- Pemanfaatan ruang untuk perdagangan yang dari arah timur dan barat. Wilayah efektif kota ini
cukup dominan adalah pasar, pertokoan, kios memerlukan adanya perencanaan perkembangan
dan warung, lokasinya terkonsentrasi di pusat daerah terbangunnya sehingga pola aktifitas yang
kota lama dan sebagian di tepi jalan Pemda. terjadi dapat tersebar di seluruh daerah perkotaan.
- Pemanfaatan ruang untuk industri yang Dengan demikian perluasan daerah tersebut dapat
dominan adalah industri non polutif yang terarah dan teratur. Berdasarkan pola perkembangan
mencakup industri kecil dan rumah tangga, Kota Bintuni yang mengikuti jaringan jalan dan
lokasinya tersebar pada lokasi perumahan mengarah ke timur dan barat kota maka dapat
- Pemanfaatan ruang untuk jasa, yang dominan disimpulkan bahwa daerah yang dapat menampung
adalah jasa perbankan dan penginapan yang perkembangan aktifitas kota adalah mengarah ke
lokasinya sebagian besar berada di tepi jalan Kelurahan Bintuni Barat dan Kelurahan Bintuni
Pemda. Timur.
- Pemanfaatan ruang untuk perkantoran,
lokasinya tersebar sepanjang jalan utama Kota Penyeleksian Kelurahan-Kelurahan Lokasi
Bintuni. Terminal
- Pemanfaatan ruang untuk fasilitas sosial (fasos) Berdasarkan pertimbangan hasil analisis
dan fasilitas umum (fasum) tersebar pada lokasi diatas maka ditemukan wilayah berpotensi untuk
pemukiman dan pusat kota. pembangunan terminal regional, seiring dengan
- Pemanfaatan ruang untuk pertanian dan hutan perkembangan daerah yang mengikuti garis jaringan
produksi adalah bentuk pemanfaatan lahan yang jalan arteri yang melewati bagian tengah Kota
terbesar (7.500 Ha). Lokasinya tersebar dalam Bintuni yaitu meliputi dua keluraha:
bentuk areal-areal yang dikelola oleh HPH. 1. Kelurahan Bintuni Barat
Kopermas (koperasi peran serta masyarakat) 2. Kelurahan Bintuni Timur
serta masyarakat setempat. Lokasinya berada di Dengan demikian analisis ini bertujuan
sekitar kota lama (Kelurahan Bintuni Barat dan untuk penyeleksian kelurahan-kelurahan tersebut
Bintuni Timur). sebagai lokasi dari Terminal Regional di Kota
Bintuni. Hal-hal penting yang di pertimbangkan
Analisis Arah Perkembangan Fisik dalam tahap penyeleksian lokasi terminal ini
Sebagai akibat bertambahnya jumlah diantaranya adalah :
penduduk yang diiringi dengan meningkatnya 4. Kemiringan Lahan
aktivitas ekonomi perkotaan sebagai kota dalam
kabupaten pemekaran, Kota Bintuni menjadi kota Tabel 1
tujuan untuk masyarakat baik dari kota-kota dalam Kondisi Topografi
Provinsi Papua Barat maupun dari luar.
Dengan perkembangan penduduk, Kota No Nama Kondisi Topografi Kesesuaian
Bintuni harus memiliki ruang untuk menampung Keluarahan Lahan
meter %
perkembangan aktifitas penduduk yang terjadi. 1 Bintuni Timur 0 − 20 0 – 10 Sesuai
Dalam hal ini, kebutuhan ruang/lahan yang dapat
menjadi tempat bagi perkembangan penduduk kota 2 Bintuni Barat 20 − 60 10 – 30 Tidak
Sesuai
tersebut sangat diperlukan. Mengingat hal tersebut,
Sumber: Hasil Analisis, 2013
perlu diketahui arah perkembangan terbangun kota
guna menampung aktifitas penduduk kota dimasa
mendatang. Wilayah aktifitas kota mempunyai Dalam hal menganalisis untuk
pengertian sebagai berikut: menempatkan sarana transportasi seperti terminal,
- Suatu wilayah yang mempunyai intensitas kondisi fisik lahan, Kemiringan lahan menjadi
terbangun cukup tinggi jika dibandingkan penting untuk dapat memperhitungkan berbagai hal,
dengan wilayah disekitarnya. diantaranya biaya pembangunan. Menurut F.Stuart
- Suatu wilayah yang memiliki potensi untuk Chapin,Jr dalam (Yoppie 2000:VI-11). bahwa suatu
dikembangkan sesuai dengan peruntukkan, lokasi kemiringan yang baik untuk suatu lokasi
guna menunjang kegiatan perkotaan dimasa kegiatan adalah lokasi yang mempunyai batas
mendatang. kemiringan 15% sedangkan untuk lokasi terminal
bus yang baik adalah lokasi yang mempunyai
Berdasarkan hasil dari survey lapangan yang kemiringan lahan antara 0-8%.
dilakukan, wilayah efektif kota pada Kota Bintuni
berkembang searah dengan jaringan jalan arteri
sekunder yang melintasi daerah pusat Kota Bintuni
memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal 3. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai
perjalanan, pelataran parkir kendaraan dengan kebutuhan.
pengantar dan taksi. Analisis Pemanfaatan Kendaraan dan Rencana
7. Kamar kecil/toilet Tapak Terminal
8. Musholla Analisa ini melalui beberapa perhitungan
9. Kios/kantin diantaranya yaitu:
10. Ruang pengobatan 1. Faktor Muatan
11. Ruang infromasi dan pengaduan telepon umum Menurut Morlock,1985 Faktor muatan
12. Tempat penitipan barang didefinisikan sebagai perbandingan antara
13. Taman. banyaknya penumpang per-jarak dengan kapasitas
14. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, tempat duduk angkutan umum yang tersedia,
penjemput, sirkulasi barang dan pengelola dirumuskan sebagai berikut:
terminal.
15. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi
perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas
penunjang Tabel 6
16. Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap Faktor Muatan
dalam pengoperasian terminal antara lain: Minibus &
17. Turun naik penumpang dan parkir bus harus Faktor Muatan Bus jeep
tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan Kapasitas penumpang rata-
dengan memperhatikan keamanan penumpang. rata (tempat duduk) 15 8
18. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan Faktor Muatan 75 100
pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah : Panjang Perjalanan
Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal Penumpang rata-rata (mil) 250 250
harus memberikan kesan yang nyaman dan Sumber : Hasil Analisis, 2013
akrab. Kesimpulan: faktor muatan untuk angkutan Bus,
minibus dan jeep maksimal atau efektif.
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995 : Terminal
penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang 2. Head way
dinyatakan dengan jumlah arus minimum kendaraan Menurut (Morlok,1985) headway adalah
persatu satuan waktu mempunyai ciri-ciri sebagai jarak waktu antar kendaraan pada jalur suatu jalan
berikut: yang sama. Semakin kecil nilai headway
1. Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam menunjukan frekwensi kendaraan semakin tinggi
2. Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam sehingga akan menyebabkan waktu tunggu yang
3. Terminal tipe C 25 kendaraan/jam rendah, ini merupakan kondisi yang menguntungkan
bagi penumpang, namun disisi lain akan
1. Luas terminal penumpang mengakibatkan gangguan lalu lintas. Untuk
Untuk masing-masing tipe terminal memiliki mengetahui besaran nilai headway dapat digunakan
luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya, rumus sebagai berikut :
dengan ketentuan ukuran minimal:
a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan
Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya
seluas 3 Ha.
b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Dengan :
Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau H : Headway
lainnya seluas 2 Ha. P : Jumlah penumpang per jam pada seksi
c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan. terpadat
C : Kapasitas kendaraan
2. Akses LF : Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi
Akses jalan masuk dari jalan umum ke dinamis)
terminal, berjarak minimal: Kesimpulan: Rata-rata head way dari Bus, Mini
1. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan bus dan Jeep memiliki head way yang sama
di pulau lainnya 50 m, yaitu 42.
2. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau
Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m,
Analisa Kebutuhan Luas Terminal 104 m2. Sehingga ruang sirkulasi yang dibutuhkan
adalah 104 m2 x 10 bus = 1040 m2
Untuk kebutuhan ruang parkir Bus dalam
kota dan angkutan umum dengan asumsi.
Jumlah bus = 10
Mini bus & Jeep = 30
Kebutuhan ruang parkir
Luas Bus = 30 m2x 10 = 300m2
Luas mini bus & jeep = 10 m2 x 30 = 300 m2
Dengan asumsi ruang sirkulasi yang dibutuhkan
adalah :
104m2 x 10 bus = 1040 m2
25m2 x 30 minibus = 750 m2
Dari hasil ini dapat diketahui ruang terminal 2 Ha
Untuk Bus 20% dari luas lahan.
Sumber: Hasil Analisis, 2013 Untuk Minibus 20% dari luas lahan.
Gambar 1 Untuk Bangunan 30%
Three Level of Product Ruang Terbuka dan lain-lain 30%
Alasan penetapan bentuk lokasi yaitu berdasarkan
Analisis untuk gambar di atas adalah kontur wilayah yang ada, lokasi berada pada wilayah
1. Untuk lingkar inti di dalam merupakan produk yang masih belum terbangun dan bentuk ini pada
yang akan direncanakan, yaitu terminal regional dasarnya dapat memudahkan pembangunan serta
Kota Bintuni. kerapian dari bentuk kota.
2. Untuk lingkar kedua merupakan elemen yang
ada di dalam terminal Regional, yang nantinya Rencana Blok Terminal
akan mendukung keberadaan terminal regional. Berdasarkan hasil analisis maka ditetapkan
Dalam gambar di atas terdapat Bus AKDP, rencana blok dari terminal regional Kota Bintuni
Minibus dan jeep, bangunan terminal, bengkel, yang menjelaskan keterkaitan antara moda
angkutan kota, dan parkir angkutan. transportasi yang memasuki terminal agar tercipta
3. Untuk lingkar terluar merupakan elemen sirkulasi yang baik dan nyaman di dalam terminal.
tambahan yang nantinya dibutuhkan akan
keberadaan terminal regional. Untuk gambar di
atas, terdapat pusat informasi, klinik, loket
penjualan, kantin & pujasera, RTH, TPS, toilet
umum, mushola, tempat pencucian angkutan,
ruang serbaguna dan utilitas.
Kabupaten Teluk Bintuni dengan Kabupaten menurunkan dan menjemput penumpang secara
Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan dan sembarangan hal ini dapat menimbulkan kemacetan
Kabupaten Wondama. di kemudian hari.
Terminal ini juga disediakan untuk Selain itu pemerintah juga harus
menampung Bus serta mini bus dan jeep yang memperhatikan sarana angkutan yang berada
bergerak selama ini berhenti di sembarang tempat Kabupaten Teluk Bintuni agar dapat di arahkan serta
untuk melayani arus penumpang menuju ke diperhitungkan, guna dapat memenuhi permintaan
kota/kabupaten yang terhubung oleh jalan darat, sarana transportasi di masa mendatang seiring
selain itu di dalam terminal terdapat lokasi untuk dengan pertumbuhan wilayah dan penduduk.
angkot. Kepada masyarakat agar lebih
Dari beberapa analisis yang menjadikan memperhatikan dan mengikuti himbauan dari
kelurahan Bintuni Barat dan Kelurahan Bintuni pemerintah dalam hal menggunakan dan menjaga
Timur sebagai objek untuk menentukan lokasi prasarana yang disediakan guna menjaga dan
terminal, maka terpilihlah Kelurahan Bintuni Timur melestarikan fasilitas yang telah ada supaya tidak
sebagai lokasi dari terminal regional di kota Bintuni. kekurangan nantinya.
Penentuan ini dilakukan berdasarkan beberapa faktor
di antaranya kemiringan lahan, daya dukung tanah, Daftar Pustaka
penggunaan lahan, ketersediaan lahan, parameter Bintarto,1977, Suatu Pengantar Geografi Desa, UP
ongkos transport, parameter aksesibilitas, dan Spring,Yogyakarta, 1977.
parameter harga lahan.
Selain itu terdapat kriteria rencana terminal Black, JA, 1981, Urban Transport Planing : Theory
yang di dalamnya membahas tentang kriteria and Practice, London; Cromm Helm,
pembangunan terminal dan fasilitas utama terminal, London, 1981.
juga alternatif standar luas dari sebuah terminal yang
akan diterapkan pada rencana tapak terminal Burgess, E,W (1925), The Growth of the City, in
regional Kota Bintuni. Adapun analisa rencana tapak R,E,Park; E,W, Burgess and R,D, McKenzie
terminal membahas tentang analisa kebutuhan luas (end), The City, Chicago: University of
terminal yang menurut standar terminal tipe B yang Chicago Press, Chicago, 1925.
di tetapkan dalam Juknis LLAJ, 1995 yaitu untuk
terminal tipe B untuk daerah luar pulau jawa Chiara de, Joseph, Lee E Kopplelman, 1978,
minimal memiliki luas lahan sebesar 2 ha. Oleh Standar Perencanaan Tapak, Jakarta:
karena itu luas terminal Regional Kota Bintuni Erlangga, Jakarta, 1978.
direncanakan dengan luas 2 ha hal ini disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan yang ada pada Kota Creighton, RL, 1978, Transportation and Traffic
Bintuni. Enginnering Handbook, The Institute Of
Dalam sirkulasi yang di rencanakan semua Traffic Enginnering, 1978.
kendaraan baik Bus, Mini bus dan jeep, angkutan
kota dan kendaraan pribadi masuk dan keluar Firdiansyah, 2013, Usulan Rencana Tapak Terminal
melalui Jalan Raya Bintuni. Kemudian bus Terpadu Rawa Buaya, Universitas Esa
menurunkan penumpang pada terminal kedatangan Uunggul, Jakarta, 2013.
dan langsung masuk ke area parkir khusus bus yang
terletak pada bagian belakang terminal, setelah itu Gray, George E,, dan Hoel, Lester A, 1979, Public
bus menuju ke terminal keberangkatan untuk Transportation : Planning, Operation, and
menjemput penumpang dan keluar pada pintu keluar Management, New Jersey; Prentice- Hall
terminal yang juga menghadap ke Jalan Raya Inc, New Jersey, 1979.
Bintuni. Begitu juga dengan mini bus dan jeep yang
setelah menurunan penumpang pada terminal Homer Hoyt , 1939, The Structure and Growth of
kedatangan langsung menuju ke tempat parkir mini Residential Areas in American Cities;,
bus dan jeep yang terletak di sebelah tempat parkir Washington DC: Federal Housing
bus. Berbeda dengan angkutan kota dan kendaraan Administration, Washington, 1939.
pribadi yang menurunkan dan menjemput
penumpang pada tempat khusus angkutan kota dan Marangkup PR, Hubert dan Eka Ulin S, 2006,
kendaraan pribadi. Kepada Pemerintah Kabupaten Identifikasi Pola Pengembangan Daerah
Teluk Bintuni diusulkan segera membangun Pinggiran dan Pola Jaringan Jalan Kota
terminal ini guna mencegah ketidak aturan di dalam Semarang, Undergraduate Thesis Fakultas
kota yang diakibatkan karena banyak angkutan yang