Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BENTUK PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN


Dosen Pengampu :
Widiastuti Furbani, S.Sos, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Nurakidah
2. Annisa Salsabila
3. Esy Rizki Mulyani
4. Nuraini
5. Rijal Rusliadi
6. Putri Aenaya Chairunnisa
7. Muhammad Handriyan M.
8. Dediman
9. Haerul Pahmi
10. Jihad Azhar

PRODI ILMU ADM. BISNIS


FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada akhirnya
bisa menyelesaikan Makalah Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan ini
dapat disusun dengan baik.

Semoga Makalah Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan yang telah kami susun ini turut
memperluas pemahaman serta menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa Makalah Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan ini juga masih memiliki
banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca
sekalian demi penyusunan Makalah Bentuk Peruabahan Sosial dan Kebudayaan dengan tema
serupa yang lebih baik lagi.

Mataram, 21 November 2019

Penyusun,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perubahan Sosial


2.2 Teori-teori Perubahan Sosial
2.3 Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
2.4 Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
2.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1.      Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
2.      Penemuan-penemuan Baru
3.      Pertentangan
4.      Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan


1.      Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan
2.      Faktor-faktor yang Menghalangi Terjadinya Perubahan

2.7. Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan


1.      Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan
2.      Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan
3.      Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)

2.8. Arah Perubahan (Direction of Change)

2.9. Modernisasi
1.      Pengertian
2.      Tujuan Modernisasi
3. Ciri-ciri Modenisasi
4. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses dalam Modernisasi
5. Syarat-syarat Modernisasi
6. Faktor Pengaruh Modernisasi
7. Dampak Modernisasi
8. Contoh-contoh Modernisasi

BAB III    PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Tidak


ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan
yang berkaitan dengan kebudayaan. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial pada suatu
masyarakat sering dikenal dengan istilah perubahan sosial.

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak
faktor dan juga perubahannya dapat menuju kearah yang positif maupun menuju arah yang
negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga sebaliknya.
Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan mempunyai
berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang berbeda
tentang perubahan sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin mengetahui
bagaimana perubahan sosial dan contoh perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di


dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan tentang teori-teori
perubahan sosial dan kebudayaan:

1.      William F. Ogburn, mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial


meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial, yang
ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-
unsur immaterial.

2.      Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang


terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian
buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam
hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
3.      Maclver, peruabahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan
dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

4.      Gillin dan Gillin, mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari


cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena peruabahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

5.      Emile Durkheim, perubahan sosial yang terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor


ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi
tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern
yang diikat oleh solidaritas organistik.

6.     Selo Soemardjan, perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di


dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian memengaruhi
segi-segi struktur masyarakat lainnya.

2.2.   TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL

Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan
prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat
bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang
timbul dari pergaulan hidup manusia.

Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya,
pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran
kejadian-kejadian. Pitirim A.Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan
bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak
akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial
tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah
akan dapat diperoleh suatu generalisasi.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang


menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya, kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis,
atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial
lainnya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula yang
mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan
perubahan-perubahan sosial. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan
antara kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu. Penelitian yang obyektif
akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu
juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan tersebut berlangsung.

2.3.   HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN


KEBUDAYAAN

Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan
bahwa, “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”. Teori perubahan
sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai
produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max Weber lebih pada sistem gagasan,
sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan. Perubahan sosial
dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan
cara-cara baru atau perbaikan didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan
antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sangat erat.

Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak
selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk menentukan garis pemisah antara
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya perubahan
sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan. Walaupun perubahan sosial dibedakan
dari perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-pembahasan, mengenai perubahan sosial tidak
akan mencapai suatu pengertian yang benar jika tidak mengaitkannya dengan perubahan
kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku
dalam pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan :
1.      Timbulnya masalah sosial
2.      Timbulnya perubahan sikap hidup
3.      Timbulnya krisis masyarakat

Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaan, karena untuk :
a.       Menghadapi masalah-masalah baru.
b.      Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris.
c.       Lingkungan yang berubah
Contoh : masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap
lingkungan seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka
menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan uang.

Perubahan sosial dan perubahan budaya mana yang lebih dulu terjadi
Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan ketika perubahan
sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun dalam praktek di lapangan kedua
jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Perubahan kebudayaan
bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar
organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan
buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila
diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Soemardjan (1982),
mengemukan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama
yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi tidak ada yang lebih dahulu ada atau
muncul antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Keduanya muncul bersamaan, karena
diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan.
Contoh : ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan HP.
Perubahan sosial terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari
menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP.

2.4.   BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya. Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam
masyarakat sangat beragam. Secara umum, bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat
dibedakan sebagai berikut.

1.      Perubahan lambat dan perubahan cepat

a.      Berdasarkan Perubahan lambat

1)      Evolusi

Evolusi adalah perubahan yang sangat lambat. Evolusi memerlukan waktu yang lama, di
mana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.
Pada evolusi, perubahan-perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu
kehendak tertentu. Perubahan-perubahan tersebut terjadi oleh karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi kondisi
baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan perubahan
tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat
yang bersangkutan. Contoh perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat
meramu
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu :
·         Unilinier Theories of Evolution : menyatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi
kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
·         Universal Theories of Evolution : menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
·         Multilined Theories of Evolution : menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh
perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

b.      Berdasarkan perubahan cepat

2)      Revolusi

Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan
sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial
mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung
relative cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh
masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi
masyarakat.

2.5.   FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL DAN


KEBUDAYAAN

a.      Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri

1.      Bertambah atau berkurangnya penduduk

Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya


perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Missal,
orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan
selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.

Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota


atau dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan
kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang memengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus ribu
tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambahnya banyaknya manusia penduduk
bumi ini.

2.      Penemuan-penemuan baru

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak
terlalu lama adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur-unsur
kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan
baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian dari discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention kalau
masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.

Apabila ditelaah lebih lanjut agi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor
pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah :

a.       Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.


b.      Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c.       Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekurangan dalam
kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai
hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak
mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjadi pencipta-pencipta
baru tersebut.

3.      Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat

Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-


kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan
didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi
mempunyai fungsi sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan
kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.

Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua.
Pertentangan-pertentangan demikian itu kerap terjadi, apabila pada masyarakat yang sedang
berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum
terbentuk kepribadiannya lebih mudah menerima dalam beberapa hal mempunyai taraf yang
lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Misalnya, pergaulan bebas antara wanita dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita
yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain.

4.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi

Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bnetuk kerajaan absolut berubah
menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-
perubahan yang mendasar.

b.      Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat

1.      Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan
masyarakatnya terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Missal, pada waktu dulu
masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.

Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan
manusia itu sendiri. Misalnya, penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan
kelestarian humus tanah, penebangan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.

2.      Peperangan

Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-


perubahan karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara
yang kalah. Contohnya adalah Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua banyak
sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya. Negara-negara yang kalah
dalam Perang Dunia Kedua seperti Jerman dan Jepang mengalami perubahan-perubahan besar
dalam masyarakat.

3.      Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain
melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai
kecenderungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat
lainnya, tetapi juga menerima pengaruhnya dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu
kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih maka yang terjadi adalah
proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan
kebudayaan asli namun lambat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.

2.6.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYA PROSES


PERUBAHAN

Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang


mempengaruhi itu terdiri dari faktor pendorong dan penghambat yang dapat berasal dari dalam
maupun luar masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan
budaya dalam masyarakat.
a.      Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan

1.      Kontak dengan kebudayaan lain

Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila masyarakat sering
melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang mempercepat kontak dengan
kebudayaan lain adalah proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah
diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai semua
masyarakat dapat menikmati kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial
juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue dan memerlukan
hubungan dekat.

2.      Sistem pendidikan yang maju

Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan formal masyarakat akan
mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan
ilmiah serta cara pandang terhadap masalah yang lebih obyektif.

3.      Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong


bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk
menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang
tertentu, walaupun masih dalam arti yang snagat terbatas dan belum merata.
  
4.      Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang

Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah menerima hal-hal yang
baru, sehingga proses perubahan sosial budaya akan berjalan lebih cepat karena masyarakat
sangat toleran dengan perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan positif
maupun negatif.
Contoh : dahulu pekerjaan sopir hanya dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang
ini masyarakat tidak merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir.

5.      Sistem lapisan masyarakat yang terbuka

Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan kesempatan adanya
gerak sosial vertical dan peluang yang luas bagi individu untuk meningkatkan diri untuk maju
dan berusaha menaikkan status sosial dalam masyarakat.
Contoh : seorang anak yang terlahir dari keluarga petani miskin, dengan kemampuan
secara akademis anak itu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu
menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya.
6.      Penduduk yang heterogen

Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras dan ideologi yang
berbeda akan mudah dan sering terjadi pertentangan yang akan memicu terjadinya perubahan
tersebut.
Contoh : masyarakat di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda-beda
kebudayaan. Misalnya : Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan itu masyarakat sering
berinteraksi dan memungkinkan terjadi perubahan.

7.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

Ketidakpuasan ini baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi dan keamanan akan
mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem
baru agar sesuai dengan kebutuhan.
Contoh : masyarakat tidak puas dengan kebijakan ekonomi dari pemerintah, kemudian
masyarakat menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah melalui DPR.
  
8.      Orientasi kedepan

Seseorang dalam masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa masa yang akan datang
berbeda dengan masa sekarang sehingga masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang
sesuai keinginannya. Untuk itu masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-perubahan
agar dapat menerima masa depan.
Contoh : sekarang ini masyarakat harus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi karena
untuk menghadapi krisisglobal.

9.      Nilai meningkatkan taraf hidup

Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

b.      Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan

1.      Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-


perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya
kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung pola-
pola pemikirannya oleh tradisi.
Contoh : masyarakat suku pedalaman akan sulit mengetahui perkembangan-
perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi.

2.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau
mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain.
Contoh : masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga
pemikirannya kurang terbuka.

3.      Sikap masyarakat yang tradisionalistis

Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa
tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut
akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan
konservatif.
Contoh : di zaman modern ini masih banyak masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam
dengan hal-hal yang irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara ilmiah.

4.      Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti aka nada sekelompok
orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan
juga pada masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir, ada golongan-
golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu
mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

5.      Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan
bersifat sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-unsur tertentu mempunyai derajat integrasi
tinggi. Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat. 

6.      Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing

Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah
bangsa-bangsa barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari barat karena tidak
pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-unsur
baru kebanyakan berasal dari barat, sehingga prasangka kian besar lantaran khawatir bahwa
melalui unsur-unsur tesebut penjajahan bisa masuk lagi.
Contoh : sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa munculnya internet
adalah salah satu bentuk penjajahan bangsa barat melalui media elektronik.

7.      Hambatan ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan


sebagai usaha yang berlawanan dengan ideology masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
Contoh : masyarakat Minang menganut matrialisme, maka masyarakat akan sulit
menerima ideologi baru bahwa derajatnya lebih tinggi.
8.      Kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam
memenuhi segala kebutuhan pokoknya apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut
efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara
berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.
Contoh : seorang ibu yang hidup dalam masyarakat desa telah terbiasa menumbuk pada
secara manual, walaupun sekarang telah ada adat yang lebih efisien namun kebanyakan
masyarakat enggan menggunakannya.

9.      Nilai pasrah

Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

2.7.  PROSES-PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

1.      Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu
keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling
mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman,
karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan
tetapi, kadang kala unsur yang baru dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila
masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan,
pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya.
Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak dapat berfungsi secara wajar.

Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan


mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga
masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan
tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara pada warga tidak
mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi
suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment) bila sebaliknya
yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin
mengakibatkan terjadinya anomie.

Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga


kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang
pertama menunjuk pada keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan
yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi
psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan
penting karena garis keturunan yang matrialineal, terlihat adanya suatu kecenderungan dimana
hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya
yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah
dianggap sebagai orang luar cenderung menguat.

2.      Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-saluran yang dilalui


oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan
seterusnya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan menjadi titik tolak, tergantung pada cultural
focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa
saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan
oleh khalayak ramai, atau dengan singkat mengalami proses institutionalization (pelembagaan)

3.      Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)

a.      Pengertian

Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari
suatu kebulatan, misalnya masyarakat agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada
keserasian antar bagian-bagiannya. kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada
persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain
yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral
yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan yang
terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-
nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami
perubahan.
Tahap reorgansasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses
pelembagaan (institutionalization) = (efektivitas menanam) – (kekuatan menentang masyarakat).

b.      Suatu gambaran mengenai disorganasasi dan reorganisasi

Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas yang
secara minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang jalan kaki. Pada
umumnya terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut,
padahal peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan
orang-orang yang berjalan kaki. Hal ni paling tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap
keadaan sampai dimana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi.
c.       Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya (cultural lag)

Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk
berubah. Biasanya unsure-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsure-
unsurkebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara bertani, tidak berpengaruh
pada tarian-tarian tradisional.
Suatu teori tentang ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn,
menyatakan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam
keseluruhannya seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat.
Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat
dinamakan ketertinggalan kebudayaan (cultural lag) dan unsur masyarakat korelasi, tidak
sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan
diterimanya penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya suatu unsur
lainnya yang berkaitan erat hubungannya.

2.8.  ARAH PERUBAHAN (Direction of Change)

Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan
tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk
yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak kea rah suatu bentuk yang sudah ada didalam
waktu lampau.
Sebagai contoh, perkembangan industry music saat ini mengalami kemajuan yang luar
biasa. Banyak jenis-jenis aliran music yang kita kenal, mulai dari pop, rock, jazz, dangdu, heavy
metal, ska, hip-hop, punk, dll. Tapi saat ini ada jenis music baru yang sedang trend di kalangan
anak muda Indonesia yaitu The Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n’roll yang pernah
dipopulerkan Rolling Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim Morrisson. Akan
tetapi lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan generasi
sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta.

2.9.      MODERNISASI

1.      Pengertian Modernisasi

Pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang


tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola
ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil.
Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan
yang harus dihadapi masyarakat, karena di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas,
menyangkut proses disorganisasi, problema-problema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-
hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya.
2. Tujuan Modernisasi

Tujuan utama dari modernisasi ini yaitu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat secara umum. Selain itu, modernisasi ini juga bertujuan untuk dapat mengubah pola
pikir seseorang menjadi lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan sehingga dapat beradaptasi
dengan kehidupan yang sangat dinamis.

3. Ciri-ciri Modernisasi

 Tingkat suatu organisasi yang tinggi, terutama disiplin untuk diri sendiri.
 Sentralisasi pada wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
 Sistem administrasi yang sangat baik, dapat mewujudkan suatu reformasi birokrasi yang
mumpunyai.
 Adanya sistem pada pengumpulan data yang teratur.
 Cara berfikir ilmiah yang melembaga ke dalam hidup penguasa maupun masyarakat.
 Penciptaan suatu iklim yang dapat disenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan berbagai alat-alat komunikasi massa.

4.      Disorganisasi, Transformasi, dan Proses Modernisasi

Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal tersebut
akan menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap
norma-norma kemasyarakatan.
Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat terhadap
kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan, pendidikan
dan perkembangan ilmiah yang tertinggal, merupakan faktor-faktor yang menghambat
modernisasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang berpengaruh pada modernisasi adalah
sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan kesepadanannya dengan
unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan
kebudayaan yang ada. Selain itu, ada kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang
lama.

5.      Syarat-syarat modernisasi

Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi


masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif
(membangun).
Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut :
1.      Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun
masyarakat.
2.      Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3.      Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lembaga
4. Penciptaan iklim yang dapat menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi yang sangat tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di
lain pihak berarti pengurangan
kemerdekaan
6. Sentralisasi pada wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Apabila itu tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari
kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu
golongan kecil dalam masyarakat.

6. Faktor Pengaruh Modernisasi

1. Terciptanya suatu stabilitas nasional agar hidup tentram, aman dan damai.
2. Perkembangan pada bidang pelaksanaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Adanya sebuah penemuan, perkembangan, serta penguasaan dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Kemajuan pada bidang perekonomian dengan penerapan sistem efisiensi dan
produktivitas.
5. Perkembangan pada bidang politik dan ideologi (demokratisasi).
6. Memajukan bidang industri dan juga pertanian.

7. Dampak Modernisasi

Dampak Positif

1. Masyarakat akan semakin mudah menjalankan aktifitas sehari-hari dan maju dalam
sebuah pola pikir dengan adanya Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Timbulnya sebuah perubahan penilaian serta sikap masyarakat, hal ini muncul karena
pemikiran yang rasional dan irasional.
3. Mendapatkan suatu kehidupan yang lebih layak dengan ilmu pengetahuan maupun
teknologi itu sendiri.
4. Meningkatkan sebuah intregasi dan komunikasi antar masyarakat, sikap ini harus terbuka
dan mampu untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi.
5. Menguatkan suatu kesadaran politik di masyarakat, dengan adanya media informasi
masyarakat menjadi lebih tau dan lebih pintar untuk dapat menyikapi.

Dampak Negatif

1. Pola hidup masyarakat yang menjadi konsumtif.


2. Sikap individualistik yang akan lebih menonjol.
3. Gaya hidup masyarakat yang akan menjadi kebarat-baratan.
4. Terjadinya sebuah kesenjangan sosial dalam masyarakat.
5. Tingkat kriminalitas yang akan semakin tinggi.

8. Contoh Modernisasi
 Bidang Budaya yang biasanya ditandai akan semakin terdesaknya budaya tradisional
oleh sebuah pengaruh budaya dan luar sehingga budaya ash semakin pudar.

 Bidang Politik yang dapat ditandai akan semakin banyaknya negara yang lepas dan
penjajahan, munculnya berbagai negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya negara-
negara demokrasi, lahirnya berbagai lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya
hak asasi manusia.

 Bidang Ekonomi dalam moderenisasi ini biasanya memiliki gejala dimana kompleksnya


kebutuhan mahluk hidup (manusia) yang akan kebutuhan barang dan jasa sehingga suatu
kondisi tersebut dapat memunculkan keadaan untuk dapat memproduksi barang melalui
ektor idustri.

 Bidang Sosial dalam moderenisasi ini ditandai dengan semakin banyak bentuk


kelompok-kelompok sosial atau suatu lembaga baru dalam kehidupan masyarakat yang
tentusanya setiap hal dalam sosial tersebut memiliki sebuah perbedaan kelas dan status
sosial.a

BAB III
PENUTUP

3.1.    KESIMPULAN

Dari konsep teori dan pembahasan yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan
bahwa perbahan-perubahan sosial pada masyarakat juga membawa perubahan-perubahan pada
kebudayaan. Berbagai bentuk perubahan sosial dan kebudayaan disetiap tempat dan daerah tidak
sama, hal ini bisa dilihat dari kambat cepatnya perubahan, kecil besarnya perubahan dan pihak-
pihak yang menginginkan perubahan.

Banyak faktor yang bisa mengakibatkan perubahan sosial dan kebudayaan kemudian
mempengaruhi jalannya proses perubahan tersebut. Setiap perubahan sosial dan kebudayaan
pasti akan menimbulkan disorganisasi, reorganisasi dan cultural lag. Dewasa ini sulit
menentukan kearah mana masyarakat berkembang. Salah satu jenis arah perubahan adalah
modernisasi. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi
masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif
(membangun).

Anda mungkin juga menyukai