Anda di halaman 1dari 40

PEKAN EKONOMI NASIONAL (PENA) SRIWIJAYA 2015

FEREGY-TECH (FECES RENEWABLE ENERGY TECHNOLOGY)


INOVASI TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN SEBAGAI
PENGHASIL LISTRIK DAN BIOGAS BERBASIS MICROBIAL FUEL
CELL DAN RAMAH LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:
M. DWI HIDAYATULLAH 130612607888/2013
MUHAMMAD SAEFI 110341421551/2011

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti PEKAN EKONOMI NASIONAL


(PENA) SRIWIJAYA 2015
 Judul Kegiatan : FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy
Technology) Inovasi Teknologi Energi Terbarukan
Sebagai Penghasil Listrik dan Biogas Berbasis
Microbial Fuel Cell dan Ramah Lingkungan
 Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Muhammad Dwi Hidayatullah
b. NIM : 130612607888
c. Jurusan/ Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kesehatan
Masyarakat
d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Malang
e. Alamat Rumah & Telp: Perumahan Griya Asri Blok L No. 103 Jl.
Pulokerto Kota Palembang, Sumsel/
083848104659
f. Alamat Email : mhddayathidayatullah@yahoo.co.id
 Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap : Muhammad Saefi
b. NIM : 110341421551
c. Jurusan/ Prodi : Biologi/Pendidikan Biologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Malang
e. Alamat Rumah & Telp: Jalan Sumbersari Gang 6 No. 2 Malang, Jatim/
08816245956
f. Alamat Email : msaefi34@yahoo.com
 Dosen Pembimbing
a. Nama dan Gelar : Ari Wibowo Kurniawan, S.Pd.,M.Pd
b. NIP : 198307032014041001
c. Alamat Rumah & Telp: Sumber Manjing Kulon RT 36 RW 09 Kec. Pagak
Malang / 081334849633

ii
Malang, 10 April 2015
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

Ari Wibowo Kurniawan, S.Pd.,M.Pd M. Dwi Hidayatullah


NIP. 198307032014041001 NIM. 130612607888
Menyetujui,
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

drg. Rara Warih Gayatri M.Ph


NIP. 198202192008012006

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Ashadu anla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.
Tidak ada daya dan upaya kecuali karena Allah Ta’ala. Tulisan ini hanyalah hal
yang sangat kecil dibandingkan luasnya ilmu Allah yang berada di bumi untuk
keselamatan umat manusia. Allah lah Yang Maha Berilmu, tiada yang dapat
melebih-Nya. Berangkat dari tema “Indonesia Menuju Green Economy”, karya
tulis berjudul “FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy Technology)
Inovasi Teknologi Energi Terbarukan Sebagai Penghasil Listrik dan Biogas
Berbasis Microbial Fuel Cell dan Ramah Lingkungan” ini berisi kajian
FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy Technology) Inovasi Teknologi
Energi Terbarukan Sebagai Penghasil Listrik dan Biogas Berbasis Microbial Fuel
Cell dan Ramah Lingkungan yang meliputi desain, prinsip kerja, pengoperasian,
keunggulan dan kelemahan, serta manfaatnya bagi lingkungan. Sebagaimana
dikatakan bahwa manusia adalah tempat segala salah dan dosa, dan Tuhanlah
yang Maha Benar. Tulisan ini tidak luput pula dari kekhilafan pemikiran penulis,
karenanya kritik, saran dan jenis masukan lainnya sangatlah penulis harapkan.
Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
menyelesaikan tulisan ini, terutama kepada Allah SWT, Dzat yang Maha
Segalanya, Nabi Muhammad dan Ulama’ yang mengantarkan keilmuan pada
segenap manusia, orang tua yang senantiasa mendoakan, dosen pembimbing
beserta universitas yang senantiasa membimbing serta teman-teman seperjuangan
yang tak henti-hentinya memberikan masukan, semoga Allah SWT memberikan
ridho dan membalas kebaikan kita semua.

Malang, 10 April 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................ix
ABSTRAK ..........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1 Sumber Energi Terbarukan (Renewable Energy)....................................6
2.2 Kotoran Sapi Sebagai Penghasil Listrik dan Biogas ..............................7
2.3 Microbial Fuel Cell (MFC) ....................................................................8
BAB III METODE PENULISAN ....................................................................10
3.1 Jenis Penulisan .......................................................................................10
3.2 Prosedur Penulisan .................................................................................10
3.3 Jenis Data ...............................................................................................11
3.4 Teknik Pengumpulan Data .....................................................................11
3.5 Teknik Analisis Data ..............................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................13
4.1 Pencemaran Lingkungan oleh Kotoran Sapi...........................................13
4.2 Desain Konstruksi FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy
Technology) ............................................................................................14
4.3 Prinsip Kerja dan Pengoperasian FEREGY-TECH (Feces
Renewable Energy Technology) .............................................................15
4.4 Perbedaan FEREGY-TECH dengan Teknologi Microbial Fuel
Cell Sebelumnya ....................................................................................17

v
4.5 Keunggulan dan Kelemahan FEREGY-TECH (Feces Renewable
Energy Technology) ................................................................................18
4.6 Manfaat FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy Technology)
dan Dampaknya Terhadap Lingkungan ..................................................19
BAB V PENUTUP .............................................................................................21
5.1 Kesimpulan .........................................................................................21
5.2 Saran ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................23

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 Desain Konstruksi FEREGY-TECH (Feces Renewable
Energy Technology) ......................................................................14

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Karakteristik Kotoran Sapi ...............................................................7
Tabel 4.1. Perbedaan FEREGY-TECH dengan Teknologi Microbial Fuel
Cell Sebelumnya ..............................................................................17

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Biodata Penulis ….......................................................................26
Lampiran 2. Kondisi Kandang Sapi dan Lingkungan Sekitarnya di Daerah
Pujon, Malang, Jawa Timur ........................................................30

ix
ABSTRAK

Konsumsi energi Indonesia terus meningkat drastis, sedangkan cadangan bahan


bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara di Indonesia terus menipis.
Kondisi ini memicu kenaikan harga dan terjadinya krisis energi. Upaya untuk
mengatasi hal ini adalah pemanfaatan biomassa limbah kotoran sapi. Biomassa
kotoran sapi saat ini pemanfaatannya hanya sebatas biogas dan sebagian besar
dibuang ke lingkungan yang menyebabkan pencemaran. Maka dari itu, FEREGY-
TECH (Feces Renewable Energy Technology) dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan ini. Pengembangan teknologi ini dimulai dari analisis masalah
yang ada di lapangan, pengumpulan data untuk merumuskan solusi, merancang
desain, kemudian mengevaluasinya. Desain konstruksi teknologi ini terdiri dari
generator pembangkit listrik, sistem Microbial Fuel Cell, dan penampung pelepas
biogas. Prinsip kerja dari teknologi ini adalah memanfaatkan biogas, ion H+ dan
e- yang dihasilkan. Pengoperasiannya yakni dengan cara memasukkan limbah
kotoran sapi pada anoda, kemudian didiamkan, kran pengeluaran biogas dibuka
pada hari kesepuluh, dan penggantian kotoran jika daya listrik yang dihasilkan
menurun. Keunggulan teknologi ini yakni tidak memerlukan energi input, listrik
yang dihasilkan lebih besar, dan menghasilkan biogas selain listrik, sedangkan
kelemahannya adalah daya listrik yang dihasilkan masih kecil dan fluktuatif.
Manfaat teknologi ini adalah mengurangi ketergantungan konsumsi energi listrik,
mengurangi ketergantungan terhadap LPG, dan kotoran sapi akan lebih ramah
lingkungan. Saran yang penulis rekomendasikan pada masyarakat dan
pemerintah yakni sebaiknya masyarakat khususnya yang tinggal di lingkungan
peternakan memanfaatkan FEREGY-TECH (Feces Renewable Energy
Technology) ini untuk mengurangi tingkat pencemaran dan sebaiknya pemerintah
mengembangkan model pemasaran teknologi ini apabila telah disempurnakan
untuk menginspirasi peternak untuk memanfaatkan teknologi ini.
Kata Kunci : Microbial Fuel Cell, Biogas, Listrik.

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan kebutuhan primer dan memegang peranan yang sangat vital
dalam kehidupan. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan perkembangan teknologi dalam beberapa dekade terakhir ini.
Energi diperoleh dengan cara pengolahan berbagai macam sumber daya fosil seperti
minyak bumi, gas, dan batu bara secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi energi. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan yang sangat
drastis terhadap jumlah cadangan bahan bakar khususnya minyak dan gas. Hasil
temuan menunjukkan persediaan total minyak Indonesia hanya 5,2 milyar barrel dan
4,6 milyar barrel potensi minyak. Jika produksi rata-rata berada pada 0,54 milyar
barrel per tahun, maka rasio yang didapat antara persediaan dan produksi adalah 18
(Abdullah, 2005). Artinya pada tahun 2023, persediaan minyak Indonesia akan habis.
Sementara itu konsumsi energi Indonesia telah meningkat dengan dratis sejak tahun
1970-an. Pada tahun 1970-an sampai dengan 2003, pertumbuhan akhir konsumsi
energi Indonesia mencapai 7 persen per tahun sementara itu pertumbuhan konsumsi
energi global hanyalah 2 persen per tahun (Witoelar, 2008). Konsumsi energi yang
meningkat dengan jumlah cadangan bahan bakar yang menurun, memicu terjadinya
kenaikan harga dan terjadinya krisis energi di Indonesia.
Berbagai macam cara telah diupayakan sebagai solusi mengatasi
ketergantungan manusia atas energi yang berasal dari sumber daya fosil yang sangat
tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi ancaman krisis energi adalah
mengembangkan teknologi energi terbarukan (renewable energy). Pemerintah telah
menetapkan regulasi tentang kewajiban pelaku energi untuk menggunakan energi
terbarukan dalam jumlah tertentu. Bahkan, dalam konsiderannya Kepmen ESDM
nomor 0002 tahun 2004, menyebutkan bahwa untuk mendorong kegiatan konsumsi
energi serta meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan
tenaga listrik dan non listrik perlu menetapkan kebijakan pengembangan energi

1
terbarukan dan konservasi energi. Teknologi energi terbarukan (renewable energy)
perlu dikembangkan juga atas beberapa pertimbangan, yakni perlunya menurunkan
emisi CO2 akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam pencegahan pemanasan global,
harga Tarif Dasar Listrik (TDL) yang terus meningkat, usaha untuk memperoleh
sumber energi listrik alternatif yang dapat diperbaharui dan memperbaiki kualitas
lingkungan yang menurun, dan dapat diproduksi dalam skala kecil di tempat yang
tidak terjangkau listrik atau energi lainnya dengan konstruksi yang sederhana.
Teknologi energi terbarukan (renewable energy) diharapkan memanfaatkan bahan
bakar yang berasal dari bahan non fosil yang ketersediaannya banyak terdapat di
lingkungan dan dapat diperbarui terus-menerus. Salah satu sumber daya bahan non
fosil tersebut adalah biomassa, seperti limbah peternakan atau kotoran ternak sapi
yang produksinya tergantung atas ketersediaan rumput. Rumput akan selalu tersedia
karena dapat tumbuh kembali dengan baik selama perawatan yang baik pula.
Jumlah populasi sapi yang besar dan rumput yang selalu tersedia sepanjang
tahun menjadikan Indonesia mempunyai potensi energi terbarukan yang besar berupa
biomassa kotoran sapi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2015),
didapatkan informasi bahwa jumlah sapi potong di Indonesia pada tahun 2014
mencapai 14.703.000 ekor dan jumlah sapi perah mencapai 483.000 ekor. Sementara
di Provinsi Jawa Timur, jumlah sapi potong pada tahun 2013 mencapai 3.949.477
ekor dan jumlah sapi perah mencapai 237.673 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Timur, 2014). Setiap satu ekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah
berupa feses dan urin lebih kurang 25 kg per hari (Departemen Pertanian, 2012).
Berdasarkan data diatas, maka jumlah limbah kotoran sapi yang dihasilkan secara
nasional mencapai kurang lebih mencapai 387.500 ton per tahun. Namun, limbah
biomassa yang melimpah ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa kecamatan di daerah Pasuruan,
Malang, dan Batu, serta provinsi Jawa Timur, diperoleh informasi bahwa limbah
kotoran ternak sapi sebagian besar dibuang langsung ke lingkungan (Lampiran 2) dan
sedikit sekali yang dimanfaatkan sebagai biogas seperti di Desa Nongkojajar
Kabupaten Pasuruan, Desa Poncokusumo Kabupaten Malang, dan Desa Pujon

2
Kabupaten Malang. Kotoran sapi yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah
akan mengontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan. Beberapa gas yang dihasilkan dari kotoran sapi antara lain gas NH4, H2S,
CO2 dan CH4. Gas-gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House
Gas) juga menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu kesehatan manusia. Kotoran
ternak dapat melemahkan daya dukung tanah. Mikroorganisme patogenik (penyebab
penyakit) yang berasal dari limbah ternak juga akan mencemari lingkungan perairan
yang mengakibatkan matinya organisme perairan. Salah satu yang sering ditemukan
yaitu bakteri Salmonella sp (Rachmawati, 2000).
Limbah kotoran ternak sapi selain dapat dimanfaatkan sebagai biogas juga
menyimpan potensi untuk dijadikan sebagai sumber energi listrik alternatif. Kotoran
sapi yang banyak mengandung bakteri akan menghasilkan ion positif (H+) dan
elektron (e-) dari proses respirasi oleh sel bakteri. Hidrogen merupakan bahan baku
yang digunakan untuk reaksi reduksi dengan oksigen, sehingga melepaskan elektron
yang dapat dijadikan sebagai sumber arus listrik alternatif (Fitrinaldi, 2011).
Berdasarkan permasalahan krisis energi yang terjadi, penurunan kualitas lingkungan
akibat pencemaran kotoran sapi yang langsung dibuang ke lingkungan, serta potensi
limbah kotoran ternak sapi yang besar masih belum dimanfaatkan secara optimal,
maka diperlukan pengembangan teknologi energi terbarukan (renewable energy)
multiguna yang memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai sumber energi listrik
alternatif sekaligus biogas yakni teknologi ramah lingkunagn FEREGY-TECH (Feces
Renewable Energy Technology). Hal ini nantinya diharapkan akan menjadi solusi dan
harapan baru untuk mengatasi permasalahan dalam hal sanitasi dan pengelolaan
limbah (wastewater) peternakan, serta untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah
kotoran sapi sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
karya tulis ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pencemaran lingkungan oleh limbah kotoran sapi?

3
2. Bagaimanakah desain konstruksi teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH?
3. Bagaimanakah prinsip kerja dan pengoperasian teknologi ramah lingkungan
FEREGY-TECH?
4. Apa perbedaan antara FEREGY-TECH dengan teknologi Microbial Fuel Cell
sebelumnya?
5. Apa keunggulan dan kelemahan teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH?
6. Apa saja manfaat teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH dan dampaknya
terhadap lingkungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya tulis
ilmiah ini, sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pencemaran lingkungan oleh kotoran sapi.
2. Untuk mendeskripsikan desain konstruksi teknologi ramah lingkungan FEREGY-
TECH.
3. Untuk menjelaskan prinsip kerja dan pengoperasian teknologi ramah lingkungan
FEREGY-TECH.
4. Untuk menjelaskan perbedaan antara FEREGY-TECH dengan teknologi
Microbial Fuel Cell sebelumnya.
5. Untuk menjelaskan keunggulan dan kelemahan teknologi ramah lingkungan
FEREGY-TECH.
6. Untuk menjelaskan manfaat teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH dan
dampaknya terhadap lingkungan.
b. Manfaat
Penulisan karya ilmiah mengenai FEREGY-TECH ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Karya tulis ilmiah ini nantinya dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian
mengenai pengembangan teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH sebagai

4
sumber energi terbarukan (renewable energy) penghasil listrik sekaligus biogas
serta dapat digunakan sebagai artikel ilmiah.
2. Secara Praktis
Bagi Masyarakat
a) Sebagai informasi bahwa membuang limbah kotoran sapi dapat menurunkan
kualitas lingkungan baik udara, tanah, dan air yang berdampak buruk bagi
kesehatan manusia.
b) Sebagai informasi bahwa limbah kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi listrik alternatif selain sebagai biogas.
c) Sebagai informasi bahwa limbah kotoran sapi perlu untuk diolah (water
treatment) sehingga limbah kotoran sapi yang dibuang ke lingkungan dapat
diminimalisir dampaknya.
d) Sebagai informasi bahwa teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH perlu
dikembangkan karena kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dan naiknya
tarif dasar listrik (TDL).
Bagi Pemerintah
a) Sebagai informasi bahwa masyarakat masih membuang limbah kotoran sapi
langsung ke lingkungan yang mengakibatkan pencemaran dan belum
mengolahnya menjadi hal yang bermanfaat.
b) Sebagai masukan untuk mengembangkan teknologi terbarukan (renewable
energy) seperti teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH ini untuk
mengurangi ketergantungan energi yang berbahan bakar fosil seperti minyak
bumi, gas, dan batubara dan meningkatkan kualitas lingkungan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Energi Terbarukan (Renewable Energy)


Energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat diperbarui dan apabila
dikelola dengan baik, sumber energi tersebut tidak akan habis. Jenis energi terbarukan
meliputi biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi
samudera (Departemen ESDM, 2004).
Energi terbarukan memiliki keunggulan dan kelemahan. Kelebihan energi
terbarukan, sebagai berikut:
1. Banyak terdapat di alam.
2. Dapat dilestarikan atau diperbaharui.
3. Ramah lingkungan.
4. Tidak memerlukan perawatan yang banyak dibandingkan dengan sumber-sumber
energi fosil dan mengurangi biaya operasi.
5. Membantu mendorong perekonomian dan menciptakan peluang kerja.
6. Beberapa teknologi mudah digunakan di tempat-tempat terpencil dan distribusi
energi bisa diproduksi di berbagai tempat, tidak tersentralisir.
Adapun kelemahan energi terbarukan, sebagai berikut:
1. Biaya awal sangat besar.
2. Pasokan sebagian besar energi terbarukan tergantung kepada kondisi cuaca. Saat
ini, energi konvensional menghasilkan lebih banyak volume yang bisa digunakan
dibandingkan dengan energi terbarukan.
3. Energi tambahan yang dihasilkan energi terbarukan harus disimpan, karena
infrastruktur belum lengkap agar bisa dengan segera menggunakan energi yang
belum terpakai, dijadikan cadangan di negara-negara lain dalam bentuk akses
terhadap jaringan listrik.
4. Kurangnya tradisi dan pengalaman energi terbarukan merupakan teknologi yang
masih berkembang (Elizabeth, 2011).

6
2.2 Kotoran Sapi sebagai Penghasil Biogas dan Listrik
Kotoran sapi merupakan zat sisa hasil metabolisme sapi. Kotoran sapi
mengandung banyak bakteri terutama Salmonella sp. (Rachmawati, 2000). Pada
umumnya kotoran sapi memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Karakteristik Kotoran Sapi
Komponen Massa (%)
Total padatan 3-6
Total padatan volatile (mudah menguap) 80-90
Total Kjeldahl Nitrogen 2-4
Selulosa 5-20
Lignin 5-10
Hemiselulosa 20-25
Sumber: Kumbahan dan Industri (1979).
Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber
pembuat biogas, karena substrat tersebut telah mengandung bakteri penghasil gas
metan yang terdapat dalam perut hewan ruminansia. Keberadaan bakteri di dalam
usus besar ruminansia tersebut membantu proses fermentasi, sehingga proses
pembentukan biogas pada tangki pencerna dapat dilakukan lebih cepat (Sufyandi,
2001). Bakteri di dalam kotoran sapi melakukan fermentasi bahan organik (kotoran
sapi) dalam kondisi anerob yang akan menghasilkan campuran beberapa gas.
Campuran gas yang dihasilkan adalah gas metana (CH4 50-70 %) dan gas
karbondioksida (CO2 30-40 %), hidrogen sulfida (H2S 0-3 %), air (H2O 0,3 %),
oksigen (O2 0,1-0,5%), hidrogen (H 1-5%) dan gas-gas yang lain dalam jumlah yang
kecil (Efriza, 2013). Campuran gas inilah yang disebut dengan biogas.
Bakteri dalam kotoran sapi melalukan respirasi yakni glikolisis, siklus asam
sitrat, dan transpor elektron. Pada proses tersebut bakteri akan mengubah substrat
(kotoran sapi) yang mengandung karbohidrat menjadi CO2, proton (H+) dan elektron
(e-). Proton dan elektron ini berpotensi untuk dijadikan sumber listrik. Apabila
ditempatkan pada sel bahan bakar, maka proton akan mengalir melalui membran,

7
sedangkan elektron tidak dapat menembus membran, sehingga pada katoda terjadi
penumpukan ion bermuatan positif. Apabila anoda dan katoda dihubungkan dengan
sebuah penghantar listrik, maka akan terjadi pengaliran elektron dari anoda ke katoda,
sehingga terdapat arus listrik (Sitorus, 2010).

2.3 Microbial Fuel Cell (MFC)


Microbial Fuel Cell disingkat MFC atau sel bahan bakar merupakan teknologi
yang dapat mengubah material biodegradable (mudah terurai oleh agensia hayati)
menjadi energi baru tanpa menghasilkan banyak produk samping (Hugins, 2013).
Pada prinsipnya, MFC menerapkan prinsip proses degradasi bahan organik oleh
mikroorganisme melalui reaksi katalitik atau melalui mekanisme sistem
bioelektrokimia dari mikroorganisme untuk menghasilkan energi listrik (Logan,
2008). Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam teknologi ini diantaranya
mikroba yang bersifat anaerob, anaerob fakultatif maupun anaerob obligat (Kim et
al., 2006). Sejumlah mikroorganisme yang telah digunakan dalam pengembangan
teknologi MFC diantaranya mikroba dari keluarga Geobacteraceae,
Desulfuromonaceae, Alteromonadaceae, Enterobacteriaceae, Pasteurellaceae,
Clostridiaceae, Aeromonadaceae, dan Comamonadaceae (Rabaey et al. 2003). MFC
terbagi menjadi dua tipe, yakni MFC yang menghasilkan listrik dengan
menambahkan substrat dan MFC yang tidak membutuhkan penambahan substrat
(Ghangrekar, 2013).
Bagian utama rangkaian MFC umumnya terdiri atas substrat, kompartemen
anoda-katoda, dan peralatan elektronik berupa elektroda dan rangkaian listrik (Logan
et al., 2006). Berbagai bahan elektroda yang telah dicobakan pada MFC adalah perak
(Liu & Mattiasson, 2002), stainless steel (Dumas et al.. 2007), platina (Schroder
2007), dan karbon (Ghangrekar, 2013). Pemilihan karbon sebagai elektroda lebih
menguntungkan dibanding dengan material lain karena cocok untuk pertumbuhan
bakteri, mudah dihubungkan dengan kabel dan harganya yang relatif murah (Logan
2008, Scott et al. 2008, Ghangrekar, 2013). Secara garis besar, cara kerja MFC
meliputi: 1) Mikroba di dalam substrat pada kompartemen anoda mengoksidasi

8
energi menghasilkan elektron dan proton, 2) Elektron ditransfer ke kompartemen
katoda melalui sirkuit eksternal, sementara proton ditransfer melalui membran yang
pada umumnya terbuat dari platina, 3) elektron dan proton yang berada di
kompartemen katoda kemudian bereaksi dengan oksigen membentuk air
(Ghangrekar, 2013). Aliran elektron dari anoda ke katoda inilah yang menyebabkan
adanya beda potensial. Beda potensial yang dihasilkan oleh sel bahan bakar nilainya
fluktuatif. Hal ini terkait dengan aktivitas metabolisme mikroba yang terdapat di
dalam substrat. Dalam aktivitas katabolisme, sejumlah energi dipakai saat senyawa
kompleks dipecah menjadi senyawa sedehana. Sebaliknya, sejumlah energi dipakai
saat senyawa sederhana disintesis menjadi senyawa yang lebih kompleks. Kedua jenis
metabolisme ini terjadi secara simultan. Pada waktu tertentu secara umum (skala
konsorsium mikroba) selisih dari total energi yang dihasilkan dan dipakai dapat
meningkat/menurun, bergantung pada reaksi yang berlangsung (Sitorus, 2010).

9
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan


Jenis penulisan ini adalah deskriptif kualitatif, yakni mendeskripsikan
teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH sebagai sumber energi listrik dan
biogas untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

3.2 Prosedur Penulisan


Prosedur penulisan pada karya ilmiah ini dapat diuraikan, sebagai berikut:
1. Analisis Masalah
Analisis merupakan tahapan yang bertujuan untuk mendapatkan data
pendukung yang mendasari dalam membuat teknologi FEREGY-TECH dan
mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan
hasil observasi dan studi pustaka didapatkan informasi bahwa sebagian besar limbah
kotoran sapi langsung dibuang ke lingkungan yang menyebabkan pencemaran baik
air, udara, dan tanah. Pemanfaatan kotoran sapi yang melimpah terbatas pada biogas,
padahal kotoran sapi dapat digunakan sebagai sumber energi listrik alternatif untuk
mengatasi permasalahan krisis energi yang terjadi akibat dari penurunan jumlah
cadangan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan. Pengumpulan data
meliputi teknik wawancara dan studi pustaka mengenai pengembangan teknologi
terbarukan (renewable energy) yang tepat berupa teknologi ramah lingkungan
FEREGY-TECH untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan oleh kotoran
sapi dan permasalahan krisis energi yang terjadi serta hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan teknologi tersebut.

10
3. Perancangan Teknologi Ramah Lingkungan FEREGY-TECH
Perancangan teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH didasarkan atas
data yang diperoleh pada tahap sebelumnya, meliputi bahan material yang
dibutuhkan, konstruksi yang akan dibangun, prinsip kerja teknologi yang
dikembangkan, serta pengoperasian dari teknologi tersebut. Tindak lanjut dari
perancangan teknologi tersebut adalah membuat prototype berdasarkan rancangan
yang sudah dibuat.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui
perbedaan teknologi FEREGY-TECH dengan teknologi Microbial Fuel Cell
sebelumnya serta keunggulan dan kelemahan dari teknologi ramah lingkungan
FEREGY-TECH yang akan dikembangkan. Selain itu, juga dicari mengenai solusi
untuk mengatasi kelemahan teknologi tersebut serta manfaat dan dampaknya pada
lingkungan terutama untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

3.3 Jenis Data


Jenis data dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu data kualitatif. Data
kualitatif dihasilkan dari hasil wawancara ke narasumber yang terkait dan studi
pustaka dari sumber buku, jurnal, e-journal, dan e-book. Keseluruhan data ini akan
digunakan sebagai bahan refleksi dan acuan dalam merancang teknologi ramah
lingkungan FEREGY-TECH sebagai sumber energi listrik dan biogas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yakni teknik
wawancara dan studi pustaka. Penjelasan dari kalimat tersebut, yaitu:
1. Wawancara pada penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan cara
mewawancarai langsung narasumber yang berkaitan dengan penulisan. Data hasil
wawancara merupakan data kualitatif yang dapat mendukung penulisan karya
tulis ilmiah ini.

11
2. Studi pustaka pada penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan mencari
referensi dari sumber buku, jurnal, e-journal dan e-book yang dapat mendukung
penulisan sehingga data yang didapatkan bisa dipertanggungjawabkan.

3.5 Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan mengenai pencemaran lingkungan, rancangan
teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH, perbedaan dengan teknologi Microbial
Fuel Cell sebelumnya kelemahan dan keunggulan, serta manfaat dan dampaknya
terhadap lingkungan dari hasil observasi, wawancara, dan studi pustaka dari berbagai
referensi akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pencemaran Lingkungan oleh Kotoran Sapi


Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber
pembuat biogas, karena substrat tersebut telah mengandung bakteri penghasil gas
metan yang terdapat dalam perut hewan ruminansia. Beberapa gas yang dihasilkan
dari kotoran sapi antara lain gas NH4, H2S, CO2 dan CH4 (Efriza,2013). Gas-gas akan
mengakibatkan pencemaran udara karena bau tidak sedap yang ditimbulkan,
meningkatkan pemanasan global warming, dan mengganggu sistem pernafasan
manusia. Kotoran sapi memiliki nilai DO (oksigen terlarut) dan pH (tingkat
keasaman) yang masih belum memenuhi syarat minimum limbah untuk dibuang ke
lingkungan. Nilai DO berada pada angka 1 mg/l dan pH kotoran sapi berada pada
angka 6.45, sedangkan nilai DO yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan
menurut PP No 20 tahun 1990 mengenai Standar Bahan Baku Mutu Lingkungan,
kriteria air buangan yang boleh dibuang ke lingkungan harus memiliki kadar oksigen
terlarut (DO) minimum 3 mg/l, sedangkan untuk pH adalah 7 (netral). Jika kotoran
sapi dibuang langsung ke lingkungan, maka akan menyebabkan pengasaman pada
tanah dan juga mematikan organisme perairan seperti ikan.
UU RI No. 32 tahun 2009 pasal 13 tentang PLH menyatakan bahwa,
“pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup tersebut meliputi kegiatan pencegahan, penanggulangan,
dan pemulihan. Dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup dinyatakan
bahwa setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup. Berdasarkan penjelasan diatas, maka para petani/peternak sapi harus
melakukan pengolahan limbah kotoran sapi terlebih dahulu. Namun, pengolahan
limbah kotoran sapi pada umumnya masih terbatas pada pemanfaatan biogasnya saja,

13
sedangkan potensi sumber hidrogen yang dihasilkan masih belum dimanfaatkan
sebagai sumber listrik alternatif. Maka dari itu, diperlukan suatu alat teknologi yang
ramah lingkungan untuk memanfaatkan potensi limbah kotoran sapi lebih optimal
sehingga kotoran sapi tidak hanya menghasilkan sumber energi terbarukan berupa
biogas, tetapi juga menghasilkan sumber listrik. Teknologi ini adalah FEREGY-
TECH.

4.2 Desain Konstruksi Teknologi Ramah Lingkungan FEREGY-TECH


Desain konstruksi teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH yang
dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Desain Konstruksi FEREGY-TECH

14
Keterangan gambar: 10. Pipa penghubung dengan
1. Kincir angin limbah kotoran sapi
2. Generator 11. Logam Zn
3. Kabel 12. Kran penutup pipa pengeluaran
4. Pompa udara biogas
5. Pipa penghubung udara 13. Pipa penghubung biogas
6. Logam Cu 14. Penampung biogas
7. Avometer 15. Pipa pengeluaran limbah
8. PEM (Jembatan garam) kotoran sapi
9. Kran penutup pipa penghubung 16. Kran penutup pipa pengeluaran

FEREGY-TECH memiliki kapasitas tangki reactor (anoda dan katoda)


berbentuk tabung dengan diameter 230 cm dan tinggi 130 cm yang terbuat dari
fiber. Aliran udara di masukkan dengan menggunakan pompa udara yang
digerakkan oleh listrik dari generator yang digerakkan oleh kincir angin.
Elektrode menggunakan lempeng logam Cu dan Zn dengan luas 50 cm x 10 cm
sebanyak 5 baris @5 batang elektrode. Jarak antar lempeng elektroda yakni 5 cm.
Membran dibuat berupa jembatan garam dengan melarutkan gelatin dan garam
dengan perbandingan 1:4 kedalam air yang dipanaskan kemudian dimasukkan
didalam pipa PVC diameter 4 dim dengan panjang 10 cm sebanyak 3 buah
(bagian atas, tengah, dan bawah).

4.3 Prinsip Kerja dan Pengoperasian Teknologi Ramah Lingkungan


FEREGY-TECH
Prinsip kerja teknologi FEREGY-TECH yang dikembangkan, sebagai
berikut:
1. Kincir angina (Nomor 1) yang digunakan untuk menggerakkan generator
untuk menghasilkan listrik (Nomor 2).
2. Listik yang dihasilkan generator sebagian akan disimpan dalam baterai atau
aki UPS dan sebagian lainnya digunakan untuk menggerakkan pompa udara
(Nomor 4) yang dihubungkan melalui pipa penghubung udara (Nomor 5)
menuju ke ruang katoda (+) untuk mengalirkan oksigen (O2).
3. Limbah kotoran sapi yang telah tercampur air (perbandingan 1:1 sampai 1:2)
pada ruang anoda (-) (terdapat elektroda berupa logam Zn (Nomor 11)) yang
mengandung banyak bakteri. Bakteri tersebut melakukan proses respirasi

15
untuk memenuhi kebutuhan energi. Pada proses respirasi tersebut akan
mengubah substrat pada kotoran sapi untuk menghasilkan H+, elektron (e-),
dan CO2. Bakteri pada ruang anoda ini juga menghasilkan biogas.
4. Ion positif (H+) yang dihasilkan oleh mikroba akan melewati PEM (Proton
Exchange Membran) berupa jembatan garam (Nomor 8) dari ruang anoda
menuju ke ruang katoda (terdapat elektroda berupa logam Cu (Nomor 6)).
5. Elektron (e-) yang dihasilkan akan tertangkap oleh elektroda anoda (logam
Zn) yang akan dialirkan melalui rangkaian kabel luar (penghubung anoda dan
katoda) (Nomor 3 Atas) menuju ke elektroda (logam Cu) pada katoda yang
memiliki elektron bebas.
6. H+ pada ruang katoda akan berikatan dengan oksigen (O2) yang dialirkan oleh
pompa udara menjadi air (H2O) dengan bantuan elektron (e-).
7. Perbedaan tegangan (Volt) pada anoda dan katoda serta aliran elektron
(Ampere) akan menghasilkan daya listrik (Watt).
8. Arus listrik yang dihasilkan juga dapat disimpan dalam baterai atau aki UPS.
9. Biogas dialirkan melalui pipa penghubung biogas (Nomor 13) menuju ke
ruang penampung biogas (Nomor 14) yang terhubung dengan anoda yang
selanjutnya dapat dipakai sebagai sumber biogas.
Adapun pengoperasian teknologi FEREGY-TECH yang dikembangkan,
sebagai berikut:
1. Memastikan rangkaian FEREGY-TECH terpasang dengan baik.
2. Memastikan pompa udara yang terhubung dengan ruang katoda berjalan
dengan baik.
3. Memasukkan limbah kotoran sapi dengan membuka kran penghubung pipa
kotoran sapi (Nomor 9) yang sudah terhubung dengan ruang penampung
limbah kotoran sapi, kemudian pastikan kran penutup pada lubang
pengeluaran limbah kotoran sapi dalam keadaan tertutup (Nomor 16).
4. Menutup kran penghubung pipa kotoran sapi (Nomor 9) apabila ruang anoda
terisi ¾ dari volume.
5. Membiarkan (batch) limbah kotoran sapi pada ruang anoda.

16
6. Hari kesepuluh kran pembuka biogas (Nomor 12) dengan penampung pelepas
biogas dibuka untuk mengalirkan gas metan yang dihasilkan menuju ke
penampung biogas (Nomor 14).
7. Apabila arus listrik yang dihasilkan mengalami penurunan yang signifikan,
kotoran sapi dapat diganti.
8. Membuang dengan memasukkan kotoran sapi yang baru melalui kran
penghubung (Nomor 9) dengan penampung limbah kotoran sapi, sedangkan
kran pada lubang pengeluaran (Nomor 16) dalam keadaan terbuka dan kran
penampung biogas dalam keadaan tertutup.
9. Mengganti dengan kotoran sapi yang baru dengan mengikuti langkah 3-8.

4.4 Perbedaan FEREGY-TECH dengan Teknologi Microbial Fuel Cell


Sebelumnya
Perbedaan FEREGY-TECH dengan teknologi Microbial Fuel Cell
sebelumnya yaitu menurut Ghangrekar (2013), sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbedaan FEREGY-TECH dengan Teknologi Microbial Fuel Cell
Sebelumnya
FEREGY-TECH MFC Ghangrekar
1. Membran sudah rapat 1. Membran masih ada sirkulasi
2. Kebocoran sudah diminimalisir 2. Masih rentan kebocoran (membran
(Logam diletakkan diatas, biogas, dan logam)
membran menempel kuat dan 3. Pompa udara dan pompa peristaltik
ditambahkan penampung biogas) masih menggunakan listrik rumah
3. Pompa yang digunakan lebih tangga
efisien (Hanya menggunakan 4. Biogas masih belum dimanfaatkan
pompa udara bersumber listrik dan tidak tertampung secara baik,
yang berasal dari kincir angin) beresiko menimbulkan ledakan
4. Biogas sudah dimanfaatkan dan 5. Desain kurang efisien
tertampung secara baik
5. Desain lebih efisien dan optimal

17
4.5 Keunggulan dan Kelemahan Teknologi Ramah Lingkungan FEREGY-
TECH
Keunggulan
Keunggulan teknologi FEREGY-TECH, sebagai berikut:
1. Pompa Udara
Teknologi FEREGY-TECH yang dikembangkan memiliki perbedaan pada
penggunaan listrik untuk pompa udara. Pada teknologi Microbial Fuel Cell
pada umumnya, listrik pompa udara diperoleh dari baterai atau listrik PLN.
Pada teknologi yang dikembangkan ini, listrik pompa udara dihasilkan dari
kincir angin yang menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik dalam
artian tidak ada energi input yang dibutuhkan.
2. Menghasilkan Listrik dan Biogas
Teknologi Microbial Fuel Cell pada umumnya hanya menghasilkan listrik
yang dihasilkan dari aliran elektron dari anoda ke katoda. Pada teknologi
FEREGY-TECH ini arus listrik dihasilkan dari generator yang digerakkan
kincir angin dan aliran elektron dari anoda ke katoda itu sendiri. Arus listrik
yang dihasilkan dari teknologi ini berlangsung secara kontinyu (terus-
menerus) selama terdapat mikroba yang menghasilkan H+ dan e- sebagai
sumber listrik (Sitorus, 2010). Keunggulan lainnya yakni dengan desain
konstruksi yang dibuat, memungkinkan biogas yang dihasilkan dapat
tertampung.
3. Membran Pertukaran Proton
Membran pertukaran proton (Proton Exchange Membrane/PEM) yang
digunakan pada teknologi FEREGY-TECH ini menggunakan campuran
gelatin dan garam yang relatif lebih murah daripada logam platina yang biasa
digunakan pada Microbial Fuel Cell umumnya.
Kelemahan
Kelemahan teknologi FEREGY-TECH adalah hasil listrik yang dihasilkan
masih dalam skala yang kecil dan fluktuatif (peningkatan dan penurunan daya
listrik yang dihasilkan). Peningkatan dan penurunan beda potensial listrik ini
berkorelasi dengan jumlah elektron bebas yang dihasilkan oleh konsorsium
bakteri. Peningkatan beda potensial yang terukur oleh avometer kemungkinan

18
terjadi saat bakteri melakukan pemecahan senyawa yang sederhana. Adapun
peningkatan terjadi akibat adanya aktivitas metabolisme dan pemecahan substrat
kompleks menjadi senyawa. Fluktuatif daya listrik ini merupakan karakteristik
dari teknologi ini karena teknologi ini digerakkan oleh makhluk hidup yakni
bakteri (Sitorus, 2010).
Kecilnya arus yang dihasilkan merupakan masalah umum yang dihadapi
dalam pengembangan teknologi ini. Namun, arus listrik yang lemah dapat diatasi
dengan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Aliran O2 dari pompa udara diperbesar
Aliran O2 yang besar akan berpengaruh pada kecepatan aliran elektron dari
anoda ke katoda. Semakin besar aliran O2, maka semakin banyak elektron
yang digunakan untuk mereduksi H+ dengan O2 menjadi air, maka aliran
aliran listrik juga akan semakin cepat.
2. Memperbanyak dan memperluas lempeng elektroda
Semakin banyak dan semakin luas lempeng elektroda, maka akan semakin
banyak elektron yang bisa tertangkap untuk dialirkan dari anoda ke katoda
sehingga arus listrik yang dihasilkan semakin besar.
3. Memperbanyak sel bahan bakar
Semakin banyak rangkaian sel bahan bakar maka akan semakin besar arus
listrik yang dihasilkan.
Adapun upaya untuk menghasilkan biogas yang lebih besar dapat
dilakukan dengan memperbesar volume dari ruang anoda dan memperbanyak sel
bahan bakar. Semakin besar volume ruang anoda dan semakin banyak sel bahan
bakar yang digunakan, maka biogas yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

4.6 Manfaat Teknologi Ramah Lingkungan FEREGY-TECH dan


Dampaknya Terhadap Lingkungan
Manfaat dan dampak dari teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH,
sebagai berikut:
1. Menghasilkan Arus Listrik
Arus listrik yang dihasilkan dari teknologi FEREGY-TECH ini dapat
disimpan ke dalam baterai atau aki UPS yang selanjutnya dapat digunakan

19
untuk penerangan dan kebutuhan lainnya. Penggunaan energi listrik dari
teknologi ini juga akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap arus
listrik dari PLN dengan tarif dasar listrik (TDL) yang terus mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Penggunaan energi listrik dari teknologi ini secara
tidak langsung juga akan mengurangi ketergantungan energi yang sebagian
besar masih memakai bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan
batubara untuk pembangkit listrik. Teknologi ini juga bisa menjadi solusi dan
harapan baru untuk penerangan bagi masyarakat pedesaan yang masih belum
terjangkau aliran listrik. Penggunaan energi listrik dari teknologi ini secara
tidak langsung juga akan mengurangi pemanasan global karena energi ini
rendah emisi CO2.
2. Menghasilkan Biogas
Biogas juga dihasilkan oleh teknologi i FEREGY-TECH ini selain sumber
energi listrik. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan
memasak dan akan berdampak pada berkurangnya ketergantungan
penggunaan LPG dan minyak tanah yang terus mengalami kenaikan harga.
3. Limbah Kotoran Sapi yang Lebih Ramah Lingkungan
Limbah kotoran sapi yang dikeluarkan telah mengalami beberapa sifat kimia.
Aliran ion H+ dari ruang anoda ke katoda akan mengurangi jumlah ion H+ di
anoda. Pengurangan jumlah ion H+ ini berdampak pada meningkatnya nilai
pH terus mendekati ke arah netral. Kadar oksigen terlarut (DO) juga akan
semakin meningkat setelah mengalami perlakuan sebagai anolit dalam sistem
biogass-Microbial Fuel Cell hybrid ini. Peningkatan nilai DO ini
menunjukkan adanya aktivitas mikrobial di dalam kotoran sapi. Meskipun
nilai pH dan DO tidak mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Perlakuan
yang lebih lama akan memungkinkan meningkatnya nilai pH dan DO yang
terukur hingga sesuai batas minimum yang ditetapkan sebagai syarat
pembuangan limbah langsung ke lingkungan. Dampak pencemaran
lingkungan dapat diminimalisir apabila kotoran sapi dibuang ke lingkungan.
Limbah kotoran sapi berupa padatan juga akan dapat digunakan kembali
seperti digunakan sebagai pupuk organik dan juga dapat digunakan sebagai
campuran medium pada ternak cacing tanah.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pembuangan limbah kotoran sapi secara langsung ke lingkungan akan
mengakibatkan pencemaran baik udara, air, dan tanah karena masih belum
memenuhi syarat minimum sehingga diperlukan suatu pengolahan. Salah satu
cara pengolahan tersebut yakni pengembangan teknologi FEREGY-TECH
yang memakai kotoran sapi sebagai bahan bakar.
2. Desain konstruksi teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH ini terdiri
dari generator pembangkit listrik, sistem Microbial Fuel Cell yang terdiri dari
anoda dan katoda yang dipisahkan oleh PEM, dan penampung biogas.
3. Prinsip kerja dari teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH ini adalah
memanfaatkan biogas serta H+ dan e- yang dihasilkan oleh aktivitas mikrobial
yang ada pada anoda untuk dijadikan sebagai sumber listrik. Pengoperasian
teknologi ini yakni memasukkan limbah kotoran sapi pada anoda, kemudian
didiamkan (batch), kran pengeluaran biogas dibuka pada hari kesepuluh, dan
diganti dengan kotoran yang baru apabila daya listrik yang dihasilkan
menurun secara signifikan.
4. Perbedaan teknologi ramah lingkungan FEREGY-TECH dengan teknologi
Microbial Fuel Cell sebelumnya adalah membran sudah rapat, kebocoran
sudah diminimalisir, pompa yang digunakan lebih efisien (Hanya
menggunakan pompa udara bersumber listrik yang berasal dari kincir angin),
biogas sudah dimanfaatkan dan tertampung secara baik dan desain lebih
efisien dan optimal.
5. Keunggulan teknologi FEREGY-TECH ini adalah tidak memerlukan energi
input, listrik yang dihasilkan lebih besar karena dari dua sumber (generator
dan sistem Microbial Fuel Cell), dan membran yang relatif murah, dan
menghasilkan biogas selain listrik. Kelemahan teknologi FEREGY-TECH ini
adalah daya listrik yang dihasilkan masih kecil dan fluktuatif.

21
6. Manfaat teknologi FEREGY-TECH ini dan dampaknya terhadap lingkungan
adalah mengurangi ketergantungan konsumsi energi listrik dari PLN dengan
TDL yang terus naik, mengurangi ketergantungan terhadap LPG pertamina
yang terus mengalami kenaikan harga, dan kotoran sapi akan lebih ramah
lingkungan apabila dibuang karena terjadi peningkatan nilai pH dan DO pada
anoda teknologi ini.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis rekomendasikan terkait penulisan ini,
sebagai berikut:
1. Saran Pemanfaatan
Sebaiknya masyarakat khususnya yang tinggal di lingkungan peternakan
memanfaatkan teknologi FEREGY-TECH ini sebagai alternatif penghasil
energi listrik dan biogas untuk mengurangi tingkat pencemaran oleh limbah
kotoran sapi di lingkungannya.
2. Saran Pengembangan Lebih Lanjut
Sebaiknya peneliti mengembangkan teknologi FEREGY-TECH ini lebih
lanjut ini agar pembuatannya lebih mudah dan daya listrik yang dihasilkan
lebih besar. Selain itu, perlu dikembangkan pula cara penyimpanan energi
listrik yang lebih efektif dengan menekan potensial yang hilang pada saat
penyimpanan.
3. Saran Diseminasi
Sebaiknya pemerintah mengembangkan model pemasaran teknologi
FEREGY-TECH ini apabila telah disempurnakan baik konstruksi maupun
energi yang dihasilkan untuk keperluan rumah tangga dalam lingkup yang
lebih luas. Hal ini juga dimaksudkan agar para petani dan atau peternak
terinspirasi untuk memanfaatkan teknologi ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K. 2005. Renewable Energy Conversion and Utilization in ASEAN


Countries. Energy Policy, 30: 119-128.
Departemen Pertanian. 2012. Pengembangan Biogas Ternak Bersama
Masyarakat (BATAMAS). Jakarta: Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2014. Data Statistik Populasi Ternak
Kab/Kota di Jawa Timur. (Online),
(http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/datastatistik), pada diakses
tanggal 09 Maret 2015.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2015. Populasi Ternak dari Tahun 2000-2014.
(Online)(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_sub
yek=24&notab=12), diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
Dumas, C., Mollica, A., Feron, D., Baseguy, R., Etcheverry, L., dan Bergel, A.
2007. Marine microbial fuel cell: use of stainless steel electrodes as anode
and cathode materials. Electrochim Acta 53:468-473.
Efriza. 2009. Farmamin dan Perbekalan kesehatan. Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Kemasan Pangan
Elizabeth, G. 2011. Energi Terbarukan Gothermal. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Fitrinaldi. 2011. Microbial Fuel Cell Sebagai Energi Alternatif Menggunakan
Bakteri Escherichia coli. Padang: Pascasarjana Universitas Andalas.
Ghangrekar, M.M., dan Shinde, V.B. 2013. Microbial Fuel Cell: A New Approach
of Wastewater Treatment with Power Generation. India: Indian Institute of
Technology, Kharagpur.
Hugins, Tyler, Paul H Fallgren, Song Jin, dan Zhiyong Jason Ren. 2013. Energy
and Performance Comparison of Microbial Fuel Cell and Conventional
Aeration Treating of Wastewater. Microbial & Biochemical Technology,
S6: 002. doi:10.4172/1948-5948.S6-002.
Keputusan Menteri ESDM No 0002 Tahun 2004 Tentang Kebijakan
Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Pengembangan

23
Energi Hijau). (Online), (http://prokum.esdm.go.id/kepmen/2004/kepmen-
0002-2004.pdf), diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
Kim, G.T., Webster, G., Wimpenny, J.W.T., Kim, B.H., Kim, H.J., dan
Weightman, A.J. 2006. Bacterial community structure,
compartmentalization and activity in a microbial fuel cell. J. Appl.
Microbiol. 101: 698–710.
Kumbahan dan Industri. 1979. Sekeliling Effluen Kumbahan dan Industri.
(Online),
(http://www.agrolink.moa.my/jph/dvs/booklets/farmingguides/feedlot),
diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
Liu, J. dan Mattiasson, B. 2002. Microbial BOD sensors for wastewater analysis.
Water Res. 36: 3786-3802.
Logan, B.E., Hamelers, B., Rozendal, R., Schroder U., Keller, J., Freguia, S.,
Aelterman, P., Verstraete, W., dan Rabaey, K. 2006. Microbial fuel cells:
methodology and technology. Environmental Science & Technology 40:
5181-5192.
Logan, B.E. 2008. Microbial Fuel Cell. New Jersey: John Wiley &Sons Ltd.
Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 Tentang Standar Bahan Baku Mutu
Lingkungan. (Online), (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sda/PP20-
1990PengendalianPencemaranAir.pdf), diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
Rachmawati. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam.
WARTAZOA, 9(2):73 – 80.
Schroder, U. 2007. Anodic electron transfer mechanisms in microbial fuel cells
and their energy efficiency. Phys. Chem. 9: 2619-2629.
Scott, K., Cotlarciuc, I., Head, I., Katuri, K.P., Hall, D., Lakeman, J.B., dan
Browning, D. 2008. Fuel cell power generation from marine sediments:
investigation of cathode materials. J. Chem. Technol. Biotechnol, 83: 1244-
1254.
Sitorus, Berlian. 2010. Diversifikasi Sumber Energi Terbarukan melalui
Penggunaan Air Buangan dalam Sel Elektrokimia Berbasis Mikroba. Jurnal
ELKHA, 2(1): 10-15.

24
Sufyandi, A. 2001. Informasi Teknologi Tepat Guna Untuk Pedesaan Biogas.
Bandung.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. (Online),
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%2032%20Tahun%202009%20(PPL
H).pdf), diakses pada tanggal 20 Maret 2015.
Witoelar, R., 2008. Energy Security and Climate Change: An Indonesian
Perspective. Jurnal Kajian Wilayah Eropa.

25
Lampiran 1.
BIODATA PENULIS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA
A. Biodata Diri
1 Nama Lengkap Muhammad Dwi Hidayatullah
2 Jenis Kelamin L
S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Program Studi, Fakultas,
3 Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Perguruan Tinggi
Malang
4 NIM 130612607888
5 Tempat dan Tanggal Lahir Palembang, 10 Juli 1995
6 E-mail mhddayathidayatullah@yahoo.co.id
7 Nomor Telepon/HP 083848104659
8. Agama Islam
Perumahan Griya Asri Blok L No. 103 Jl.
9. Alamat
Pulokerto Kota Palembang, Sumsel.

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA PT
SD SMPN 47 Kota SMAN 7 Universitas
Muhammadiyah Palembang & Kota Negeri
Nama Institusi
1 Kota SMPN 18 Kota Malang Malang
Palembang Malang
- - IPA S1 Ilmu
Jurusan Kesehatan
Masyarakat
Tahun Masuk- 2001-2007 2007-2008 & 2010-2013 2013-
Lulus 2008-2010 Sekarang

C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir


No. Jenis Penghargaan Sebagai Institusi Tahun

26
Pemberi
Kompetisi PKM-GT Universitas
1. Mahasiswa Angkatan Juara I Negeri Malang 2013
2013 Tingkat UM (UM)
Kompetisi PKM-GT Fakultas Ilmu
2. Mahasiswa Angkatan Juara I Keolahragaan 2013
2013 Tingkat UM (FIK) UM
Kompetisi PKM-GT Fakultas Ilmu
3. Mahasiswa Angkatan Juara I Keolahragaan 2013
2013 Tingkat FIK (FIK) UM
PKM-P Didanai DIKTI Universitas
4. Anggota 2014
Tahun 2014 Negeri Malang
Fakultas
The Second Public
Kesehatan
Health Competition
5. Finalis Masyarakat 2014
(LKTI, Poster, dan
Universitas
Essai Nasional)
Jember
Fakultas
Scripta Research
Kedokteran
6. Festival (LKTI, Poster, Finalis 2015
Universitas
dan Essai Nasional)
Sumatera Utara
Fakultas
Festival Bulan K3 Kesehatan
7. (LKTI, Poster, dan Finalis Masyarakat 2015
Essai Nasional) Universitas
Jember

Malang, 10 April 2015

Muhammad Dwi Hidayatullah


NIM. 130612607888

27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA

A. Biodata Diri
1. Nama Lengkap Muhammad Saefi
2. Jenis Kelamin L
S-1 Pendidikan Biologi, Fakultas
Program Studi, Fakultas,
3. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Perguruan Tinggi
Universitas Negeri Malang
4. NIM 110341421551
5. Tempat dan Tanggal Lahir Pasuruan, 01 Januari 1992
6. E-mail msaefi34@yahoo.com
7. Nomor Telepon/HP 08816245956
8. Agama Islam
Jalan Sumbersari Gang 6 No. 2 Malang,
9. Alamat
Jawa Timur

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA PT
SDN SMPN 3 SMAN 1 Universitas
Nama Institusi
Semare Pasuruan Pasuruan Negeri Malang
- - IPA S1 Pend.
Jurusan
Biologi
Tahun Masuk- 1999-2005 2005-2008 2008-2011 2011-Sekarang
Lulus
C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir
Institusi
No Jenis Penghargaan Sebagai Tahun
Pemberi
Alternatif Energy Competition
Teknik Mesin
Kategori Renewable Energy
1. Juara II FTI ITS 2014
Tingkat Mahasiswa Se-
Surabaya
Indonesia (KTI)

28
Kafapet Joglosemar Unsoed Kafapet
Competition 2014 Tingkat Juara Joglosemar
2. 2014
Nasional (KIR) Harapan III Unsoed
Surakarta
Kompetisi Esai dan Karya Fakultas Hukum
3. Tulis Mahasiswa Nasional Juara II Universitas 2014
(KERTAS 2014) (KTI) Hasanuddin
LKTI FE UM Se-Jawa Bali Universitas
4 Juara III 2014
Negeri Malang
The Second Public Health Fakultas
Competition (LKTI, Poster, Kesehatan
5. dan Essai Nasional) Finalis Masyarakat 2014
Universitas
Jember

Malang, 10 April 2015

Muhammad Saefi
NIM. 110341421551

29
Lampiran 2.
Kondisi Kandang Sapi dan Lingkungan Sekitarnya
di Daerah Pujon, Malang, Jawa Timur

Kondisi kandang sapi yang tidak terjaga kebersihannya

Kandang sapi yang belum dibersihkan

Kondisi sungai yang telah dicemari kotoran sapi

30

Anda mungkin juga menyukai