Tidak mendapatkan O2
(5-7 menit) -> Kematian
Efektivitas BHD (Bantuan Hidup Dasar)
D R S C A B
Danger (Bahaya)
• Pastikan keamanan (3A)
• Aman diri
• Penolong harus aman terlebih dahulu
• Aman Lingkungan
• Apakah lingkungan disekitar pasien tidak
membahayakan
• Aman Pasien
• Apakah pasien dalam keadaan yang bisa diselamatkan
• Prinsipnya : Do not further harm
• Jika memungkinkan memakai APD level 1 atau
level 2 (pandemic)
Tingkat pertama untuk tenaga kesehatan
yang bekerja di tempat praktik umum
dimana kegiatannya tidak menimbulkan
risiko tinggi, tidak menimbulkan aerosol.
APD yang dipakai terdiri dari masker
bedah, gaun, dan sarung tangan
pemeriksaan.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200417/0533711/tingkatan-apd-bagi-tenaga-
medis-saat-tangani-covid-19/
Tingkat kedua dimana tenaga kesehatan,
dokter, perawat, dan petugas laboratorium
yang bekerja di ruang perawatan pasien, di
ruang itu juga dilakukan pengambilan sampel
non pernapasan atau di laboratorium, maka
APD yang dibutuhkan adalah penutup kepala,
google, masker bedah, gaun, dan sarung
tangan sekali pakai.
R esponse (Respon)
• Cek respon pasien atau korban secara verbal
dan rasa sakit
• Teriak “PAK/ BU BANGUN!!”
• Dilakukan sambil menepuk bahu pasien
• jika tidak ada respon -> beri stimulus nyeri
• Stimulus nyeri pada sternum atau pada kuku
Alert
Verbal
Penilaian/ Assesment for response
*GCS dapat dijadikan alternatif Pain
Unresponsive
S hout (Minta Tolong)
• Tetap tenang dan jangan tinggalkan pasien
• Minta bantuan untuk menelpon ambulans
• Call 118/119
• Jika ada beberapa orang, tunjuk satu orang untuk menelpon
ambulans
• Saat menelpon ambulans, bilang “Code Blue”
Code blue system adalah sistem kegawatdaruratan yang
terdiri dari tim code blue yang memberikan pertolongan
segera pada semua pasien dengan kegawatdaruratan saat
henti napas dan
atau henti jantung.
• Perkenalkan diri
• Jelaskan situasi yang terjadi
• Gambaran sederhana pasien (jenis kelamin & rentan usia)
• Lokasi, serta posisi korban
sistem penaggulangan
gawat darurat terpadu
C irculation (sirkulasi)
• Cek arteri Carotis 2-3 cm di sebelah trakea
• Raba apakah ada denyut nadi atau tidak
• Maksimal 10 detik
• Bila Asystole atau Pulseless
• Lakukan RJP (resusitasi Jantung Paru)
• 30x kompresi & 2x ventilasi (1 siklus)
• Lakukan sebanyak 5 siklus
• bila nadi teraba cek airway & breathing
Resusitasi Jantung Paru
• Atur posisi pasien
• Korban harus terlentang (permukaan keras & datar)
• Posisi penolong – harus dikanan pasien
• Berlutut disamping pasien
• Berdiri disamping tempat tidur pasien (di RS)
• Letakan telapak tangan (dominan) pada
pertengahan dada
• Lalu ditumpuk dengan jari ditautkan
RJP (Resusitasi Jantung Paru) – posisi
RJP (dewasa, anak, bayi)
A irway (jalan napas)
• Evaluasi obstruksi pada saluran napas
• Apakah ada suara seperti
• Snoring (pangkal lidah kebelakang)
• Gargling (ada cairan)
• Stridor (suara seperti mengi)
• Periksa apakah ada jejas di regio cervical.
• Membuka jalan napas dapat dengan cara :
• Head tilt and chin lift (jika tidak ada cedera cervical)
• Jaw thrust (jika ada cedera cervical)
• Dilakukan orang yang kompeten
A irway (jalan napas)
• Jika terjadi obstruksi lakukan
• Finger swab
• Abdominal thrust/ Heimlich Manuever
B reathing (pernapasan)
• Diperiksa dengan 3 cara – dilakukan sekaligus
• Look – lihat pergerakan dada
• Listen – mendengar pernapasan
• Jika mempunyai stetoskop, dengar pernapasan pada dada dengan stetoskop.
• Feel – merasakan hembusan napas
B reathing (pernapasan)
• Bila pasien mengalami gagal napas
• lakukan ventilasi dengan mouth to mouth (jika tidak ada di fasilitas yg memadai)
• (lebih baik pakai Bag Valve Mask)