Deky Paryadi
Peneliti Pada Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, BPPP, Kementerian Perdagangan-RI.
Meraih Sarjana Hukum (S.H.) dari Universitas Diponegoro (2004), Master Hukum (M.H.) dari Universitas
Indonesia (2016). Hp. 0818110403 Email: deckyparyadi@gmail.com
Abstrak
Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadikan banyak perubahan dalam berbagai bidang. Keberadaan
teknologi internet ini sangat membawa dampak yang positif bagi manusia, khususnya dibidang perdagangan,
adanya evolusi teknologi informasi ini menciptakan tren baru dalam sistem perdagangan, dari perdagangan
konvensional. Karakteristik e-commerce yang berbeda dengan perdagangan konvensional, menjadikan e-
commerce sebagai sesuatu yang masih baru dan belum banyak dipahami bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Melihat fenomena bisnis e-commerce yang pesat maka sangat penting menempatkan konsumen sebagai subjek
yang sangat erat kaitannya dengan bisnis e-commerce. Studi ini merupakan penelitian hukum normatif dari UU
Perdagangan dan UU Perlindungan Konsumen sebagai acuan melihat perlindungan konsumen dalam
perdagangan e-commerce. Hasil studi ini menemukan beberapa faktor yang menghambat keberlangsungan
kegiatan e-commerce di Indonesia, antara lain kesadaran masyarakat, keamanan dalam bertransaksi,
keterbatasan fasilitas internet banking, budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum seluruhnya
terbiasa dengan pemanfaatan internet dalam perdagangan, serta hambatan dari pihak penyedia e-commerce
yang tidak sepenuhnya memiliki kredibilitas dan dapat dipercaya. Oleh karena itu diperlukan campur tangan
pemerintah, seperti fungsi pengawasan yang lebih ketat, dikarenakan perbedaan karakteristik antara e-commerce
dengan perdagangan konvensional.
Abstract
The development of increasingly advanced technology to make many changes in various fields. The existence of
Internet technology is a positive impact for humans, especially in the field of trade, the evolution of information
technology have created a new trend in the trading system, from conventional trade. Characteristics of e-
commerce that is different from the conventional trade, making e-commerce as something that is new and has
not been understood for some communities in Indonesia. Looking at the phenomenon of e-commerce business
rapidly so it is important to put the consumer as a subject that is closely associated with e-commerce businesses.
This study is a normative legal research of the Consumer Protection Act and the Commerce Act as a reference
view of consumer protection in e-commerce trading. The results of this study found several factors that hinder
the continuity of e-commerce in Indonesia, among others, public awareness, security of transactions, the
limitations of internet banking facilities, culture or habit of Indonesian society are not entirely familiar with the
use of internet in the trade, as well as resistance from providers e-commerce is not entirely lacks credibility and
trustworthy. Therefore we need government intervention, such as more stringent oversight function, due to
differences between the characteristics of e-commerce with a conventional trade.
Keyword: E-commerce, Consumer Protection, Trade Act
293
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
294
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
secara tidak langsung juga mempengaruhi antara lain, adalah praktis, kemudahan
pola perdagangan saat ini dan telah sistem pembayaran, efisiensi waktu dan
melakukan transformasi ekonomi yang lebih banyaknya harga promo yang menarik dari
luas dari sebelumnya.5 Dengan masuknya pelaku usaha online. Namun dibalik segala
media internet dalam dunia perdagangan / kemudahan dan keuntungan yang
bisnis, banyak hal-hal yang mengalami ditawarkan, timbul pula kekhawatiran akan
perubahan, yaitu kedekatan antara penjual tanggung jawab perusahaan online kepada
dan pembeli dalam bertransaksi menjadi konsumen E-commerce mengingat begitu
semakin renggang, karena masing-masing banyaknya perusahaan online. Perusahaan
pihak tidak mengenal secara dekat satu online yang ada, menawarkan berbagai
dengan yang lain dan kenal hanya melalui macam produk dengan kelebihan masing-
media internet. Kendala lain yang akan masing memberikan banyak pilihan kepada
timbul dari adanya transaksi melalui media konsumen E-commerce. Namun konsumen
internet ini antara lain adalah ketidakjelasan E-commerce menduduki posisi yang lemah
mengenai kondisi produk yang ditawarkan dalam memilih jenis produk yang
yang membutuhkan identifikasi secara fisik diperdagangkan. Konsumen tidak memiliki
seperti obat-obatan, kosmetik dan parfum. kesempatan untuk melakukan tawar
Kepastian bahwa barang yang dikirim akan menawar sebab produk yang ditawarkan
sesuai pesanan juga menjadi kendala dalam sudah diproduksi dan dipasarkan secara
bertransaksi melalui media internet, padahal massal dengan harga yang sudah tetap.6
diketahui hubungan antara penjual dan Teknologi Informasi sangat dominan
pembeli dimaksudkan agar masing-masing dengan perwujudan kehidupan dunia maya,
bisa dapat saling diuntungkan dalam namun memiliki pengaruh kepada
bertransaksi. kehidupan masyarakat seperti kehidupan
Banyaknya kemudahan dalam nyata. Perdagangan atau bisnis e-commerce
mengakses internet membuat konsumen E- sudah banyak dilakukan, dan menjadi hal
commerce meningkat, beberapa alasannya
6
Deky Paryadi, Aspek Perlindungan
Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
5
Key Pousttchi, et.al., “Introduction to The
Perdagangan Dan Undang-Undang No 8 Tahun
Special Issue on Mobile Commerce: Mobile
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. (Jakarta:
Commerce Research Yesterday, Today, Tomorrow –
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2016),
What Remains to Be Done,” International Journal of
hal. 4.
Electronic Commerce. Volume 19, Nomor 4 (2015):
hal. 5.
295
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
yang lumrah dan biasa. Sama halnya dengan menganalisis berpedoman pada Undang-
perdagangan konvensional, dalam bisnis e- undang No 8 tahun 1999 Tentang
commerce juga diperlukan regulasi dan Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan
aturan yang jelas untuk melindungi merek Konsumen) serta UU No. 7 Tahun 2014
dan konsumen, hal ini untuk mencegah Tentang Perdagangan (UU Perdagangan)
terjadinya praktek monopoli dan persaingan yang telah mengatur tentang e-commerce
curang. Sebagaimana diketahui, bisnis e- dan merupakan pedoman para pelaku usaha
commerce tidak hanya melibatkan pasar dalam melakukan transaksi perdagangan di
lokal saja melainkan lintas negara, oleh wilayah Indonesia.
karena itu diperlukan peraturan yang jelas Keberadaan e-commerce dalam UU
yang dapat diaplikasikan secara Perdagangan dirasa sangat penting, melihat
internasional, agar dapat melindungi penjual potensi serta pertumbuhan bisnis online di
dan pembeli. tanah air. Melihat hal tersebut, maka akan
Bisnis online merupakan bisnis yang sangat penting melihat konsumen sebagai
dirasa sangat mudah dilakukan oleh subjek yang sangat erat kaitannya dengan
kebanyakan masyarakat usia produktif di bisnis online tersebut, sehingga diperlukan
Indonesia yang sebagian besar telah melek perlindungan bagi para konsumen, seperti
teknologi. Transaksi perdagangan melalui yang telah di atur oleh pemerintah melalui
media elektronik menyisakan berbagai UU Perlindungan Konsumen. Undang-
permasalahan yang belum jelas Undang No 7 Tahun 2014 Tentang
pengaturannya. Dalam pelaksanaannya, E- Perdagangan yang telah berlaku saat ini
commerce ini mengalami permasalahan menjadi acuan bagi setiap pelaku usaha
khususnya yang berkaitan dengan kontrak, dalam melakukan transaksi perdagangan
perlindungan konsumen, pajak, yurisdiksi baik itu perdagangan konvensional maupun
dan digital signature. perdagangan melalui online atau e-
Dalam studi ini yang akan diulas commerce.
perkembangan regulasi terkait e-commerce Dalam UU Perdagangan, diatur
di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN. mengenai sistem perdagangan elektronik
Namun studi ini akan lebih banyak diulas dengan ketentuan bahwa setiap orang atau
regulasi dari sisi perlindungan konsumen badan usaha yang memperdagangkan barang
dalam transaksi e-commerce. Dalam atau jasa wajib menyediakan data dan
296
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
informasi secara lengkap dan benar. E- yang tidak bertanggung jawab dalam
commerce diatur dalam UU Perdagangan memasarkan produknya.
Bab VIII mengenai Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik pada pasal 65 dan 66. B. Perumusan Masalah
Sementara untuk ketentuan lebih lanjut akan Dalam studi ini akan mengangkat
diatur dalam Peraturan Pemerintah yang permasalahan, mengenai bagaimana
hingga saat ini masih didorong perkembangan regulasi Indonesia dalam
penyelesaiannya. UU Perdagangan itu
mengatur perlindungan konsumen dalam
merupakan pengganti peraturan melakukan transaksi e-commerce dan
penyelenggaraan perdagangan, bagaimana Indonesia dapat bersaing dalam
Bedfrijfsreglementerings Ordonnantie (BO), bidang e-commerce dengan negara-negara
yang telah digunakan sejak zaman ASEAN. Diharapkan dalam studi ini dapat
penjajahan Belanda sebagai dasar hukum
memberikan pemahaman terhadap pembaca
7
perdagangan Indonesia. mengenai e-commerce yang berkembang di
Pemerintah melalui Kementerian Indonesia.
Perdagangan saat ini tengah menyusun
peraturan pelaksana / teknis melalui C. Metode Analisis
Rancangan Peraturan Pemerintah terkait e- Metode studi yang digunakan dalam
commerce (perdagangan elektronik). Hal ini
studi ini adalah penelitian hukum normatif
diharapkan dapat mendorong pelaku bisnis (normative legal research), yaitu studi yang
online tumbuh dan juga melindungi dilakukan dengan cara mengkaji peraturan
konsumen dari praktek perdagangan yang perundang-undangan yang berlaku atau
curang dan unfair. Perlindungan konsumen
diterapkan terhadap suatu permasalahan
menjadi hal yang penting dan dibutuhkan
hukum tertentu. Penelitian normatif
ketika penjual dan pembeli hanya seringkali disebut sebagai penelitian
bermodalkan asas kepercayaan dalam doktrinal, yaitu penelitian yang objek
melakukan transaksi perdagangan kajiannya adalah dokumen peraturan
elektronik. Jangan sampai perdagangan perundang-undangan dan bahan pustaka
elektronik dijadikan alat bagi orang-orang (Soekanto, 2003). Metode ini dipilih karena
7
obyek kajian studi adalah UU No 7 Tahun
Newsletter Komisi Hukum Nasional, Desain
Hukum (Kiblat UU Perdagangan Baru), (Jakarta, 2014 tentang Perdagangan yang terkait
Vol 14, No 4, Mei 2014), hal 8.
297
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
298
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
negara ASEAN serta memahami dan dalam masyarakat modern terdapat sistem
menjelaskan aspek perlindungan konsumen distribusi yang rumit termasuk lintas negara,
E-commerce dalam Undang-undang No 7 mengakibatkan hubungan antara konsumen
Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Undang- dan produsen menjadi sangat kompleks.
undang No 8 tahun 1999 Tentang Konsumen tidak dapat mengenal siapa
Perlindungan Konsumen serta regulasi pembuat barang, bahkan produsen suatu
terkait e-commerce yang lain barang tertentu berada dinegara lain. Hal ini
memperlihatkan pula, bahwa hukum
perlindungan konsumen mempunyai kaitan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang erat dengan globalisasi perdagangan
A. Karakteristik E-Commerce
dan industri.
Kemajuan teknologi dan industri,
Sejalan dengan perkembangan
telah pula memperkuat perbedaan antara
peradaban manusia, segala aktivitas yang
pola hidup masyarakat tradisional dan
dilakukan oleh manusia turut berkembang.
masyarakat modern. Terdapat dua perbedaan
Begitupula dengan aktivitas perdagangan
pokok antara masyarakat tradisional dan
yang merupakan kegiatan yang dilakukan
modern, yaitu dalam hal cara memproduksi
manusia sejak awal peradabannya, yang
barang kebutuhan konsumen dan pola
semula menggunakan barter (pertukaran
hubungan antara konsumen dan produsen.
barang), kemudian jual beli menggunakan
Dalam Masyarakat tradisonal, barang-
alat tukar uang dan yang paling terkini
barang kebutuhan konsumen diproduksi
adalah jual beli dengan melalui jaringan
melalui proses yang sederhana. Sementara
internet atau lebih dikenal dengan istilah e-
dalam masyarakat modern barang-barang
commerce.
diproduksi secara massal, sehingga
Belakangan ini, perkembangan
melahirkan masyarakat yang mengkonsumsi
aktivitas perdagangan melalui e-commerce
produk barang dan jasa secara massal. (mass
menjadi sangat pesat, dimana produk yang
consumer consumption).
diperdagangkan dapat berupa jasa dan
Hubungan antara konsumen dan
barang-barang konsumsi lainnya.
produsen dalam masyarakat dalam
Perdagangan dalam konteks dasarnya adalah
masyarakat tradisional juga sederhana, yaitu
suatu kegiatan yang melibatkan dua orang
konsumen dapat bertatap muka secara
atau lebih yang bertemu secara langsung
langsung dengan produsen. Sebaliknya,
299
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
untuk melakukan sebuah transaksi jual beli commerce adalah suatu jenis dari
sebuah produk. Perdagangan atau mekanisme bisnis secara elektronik yang
perniagaan dalam arti umum ialah pekerjaan memfokuskan diri pada transaksi bisnis
membeli barang dari suatu tempat atau pada berbasis individu dengan internet sebagai
suatu waktu dan menjual barang itu di medium pertukaran barang atau jasa antara
tempat lain atau pada waktu yang berikut dua buah institusi (Business to Business)
dengan maksud memperoleh keuntungan. Di maupun antara institusi dan konsumen
zaman yang modern ini perdagangan adalah (Business to Consumer)
pemberian perantaraan kepada produsen dan European Union website
konsumen untuk membelikan menjual mendefinisikan E-commerce sebagai
barang-barang yang memudahkan dan berikut:
memajukan pembelian dan penjualan.8 “Electronic commerce is a general
Namun dengan berkembangnya kemajuan concept covering any form of business
teknologi yang ada sekarang, perdagangan transaction or information exchange
dapat terjadi tanpa pembeli dan penjual executed using information and
harus bertemu secara langsung tetapi cukup communication technology, between
mengandalkan kecanggihan teknologi yang companies and public administrations.
ada. Electronic commerce includes electronic
Istilah electronic commerce (e- trading of goods, services and electronic
commerce) masih merupakah istilah yang material”
baru dalam masyarakat Indonesia, namun E-commerce adalah suatu bentuk
seiring dengan perkembangan media bisnis modern melalui sarana internet,
elektronik dan perkembangan pengetahuan karenanya E-commerce dapat dikatakan
masyarakat, e-commerce mulai di pahami sebagai perdagangan di internet. Chissick
sebagai suatu pola perdagangan melalui dan Kelman juga memberikan definisi yang
media elektronik dan sebagian masyarakat sangat global terhadap e-commerce, yaitu
memahami hal ini dengan sebutan istilah yang luas yang menggambarkan
perdagangan online. Lalu apa sebenarnya aktivitas-aktivitas bisnis dengan data teknis
definisi dari e-commerce itu sendiri. E- yang terasosiasi yang dilakukan secara atau
dengan menggunakan media elektronik.9
8
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan
Hukum Dagang Indonesia (Edisi Kedua), (Jakarta:
9
Sinar Grafika, 2013), hal. 13. Arsyad Sanusi, E-commerce Hukum dan
300
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
301
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
302
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
dari kesepakatan yang tentunya bertransaksi dengan siapa saja dan di mana
mengikat e-merchant dan e- saja dalam waktu yang sebenarnya (real
customer. time). Luasnya ruang lingkup bisnis dalam
4) Setelah kedua belah pihak sepakat, e-commerce juga mendorong kelahiran
kemudian akan diikuti dengan proses berjuta-juta pelaku usaha atau perusahaan
pembayaran yang akan melibatkan yang siap melayani ekonomi dunia yang
dua bank perantara dari masing- berada dalam dimensi cyber space. E-
masing pihak, yaitu acquiring commerce juga meningkatkan kapasitas
merchant bank dan issuing customer transportasi informasi bisnis secara cepat
bank. Prosedurnya adalah e-customer dan murah dari hulu hingga hilir. Sehingga
memerintahkan kepada issuing e-commerce merupakan aplikasi bisnis
customer bank untuk dan atas nama secara elektronik yang senantiasa
e-customer melakukan sejumlah digunakan untuk transaksi perdagangan
pembayaran atas harga barang internasional.
kepada acquiring merchant bank Hal yang perlu diperhatikan dalam
yang ditujukan kepada e-merchant. pelaksanaan e-commerce ini ialah perlunya
5) Setelah proses pembayaran selesai suatu kebijakan yang tidak hanya
kemudian diikuti dengan proses berorientasi pada aspek keamanan,
pemenuhan prestasi oleh pihak e- kepastian dan kenyamanan konsumen
merchant berupa pengiriman barang dalam bertransaksi, tetapi juga mampu
atau jasa sesuai kesepakatan kedua menghilangkan berbagai hambatan dalam
belah pihak. perdagangan. Regulasi dan aturan dari
Dari beberapa definisi e-commerce pemerintah ini akan dapat memberikan
tersebut, memperlihatkan bahwa kepastian hukum dalam mendukung
keunggulan e-commerce adalah dapat perkembangan transaksi e-commerce di
memfasilitasi proses distribusi pembelian, Indonesia.
penjualan, pemasaran produk atau jasa
melalui sistem elektronik (internet). B. E-commerce di Indonesia
Karakter industri komunikasi yang Pada tahun 2014, Indonesia memiliki
mencakup jaringan global internet ± 252 juta penduduk, dengan total pengguna
memungkinkan pelaku usaha untuk internet di Indonesia yang mencapai 88 juta
303
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
pada tahun 2014. Menurut Asosiasi (60%) dan mencari berita terbaru (60%).12
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Data tersebut seperti terlihat pada gambar 3
(APJII) penetrasi pengguna internet di dan gambar 4 di bawah ini.
Indonesia akan semakin meningkat seiring
berkembangnya kemajuan dibidang
teknologi, seperti yang dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.11
sumber: APJII
304
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
305
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
faktor lain yang menghambat kualifikasi jasa yang ditawarkan, harga dan
keberlangsungan kegiatan e-commerce di cara pembayaran barang dan atau jasa, dan
Indonesia selain akses dan infrastuktur, yaitu cara penyerahan barang.
kesadaran masyarakat, keamanan dalam Selanjutnya untuk melaksanakan
bertransaksi, keterbatasan fasilitas internet aturan terkait e-commerce ini UU
banking, budaya atau kebiasaan masyarakat Perdagangan diamanatkan untuk
Indonesia yang belum seluruhnya terbiasa membentuk aturan pelaksana lewat pasal 65
dengan pemanfaatan internet dalam yang menyatakan “Ketentuan lebih lanjut
perdagangan, serta hambatan dari pihak mengenai transaksi Perdagangan melalui
penyedia e-commerce yang tidak Sistem Elektronik diatur dengan atau
sepenuhnya memiliki kredibilitas dan dapat berdasarkan Peraturan Pemerintah”.
dipercaya. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Terkait dengan masalah-masalah transaksi perdagangan melalui sistem
yang dihadapi tersebut, Pemerintah selaku elektronik sebagaimana diamanatkan dalam
regulator telah memberikan aturan-aturan UU Perdagangan tersebut saat ini dalam
yang terkait dengan e-commerce. Undang- proses pembahasan oleh Kementerian
undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan bersama stakeholder terkait.
Perdagangan (UU Perdagangan), ketentuan Adapun penggunaan sistem
terkait e-commerce itu tertera dalam pasal elektronik sebagaimana dimaksud, wajib
65 dan 66. Pasal 65 ayat (1) menyatakan memenuhi ketentuan yang diatur dalam
“Setiap pelaku usaha dilarang Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang
memperdagangkan barang dan/atau jasa Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
dengan menggunakan sistem elektronik yang ITE). Beberapa pasal dalam UU ITE yang
tidak sesuai dengan data dan/atau berperan dalam e-commerce antara lain:16
informasi," 1) Pasal 2, setiap Orang yang
Dalam Pasal 65 ayat (4) tersebut melakukan perbuatan hukum
dijelaskan kembali yang dimaksud data dan sebagaimana diatur dalam Undang-
informasi antara lain: identitas dan legalitas Undang ini, baik yang berada di
pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku wilayah hukum Indonesia maupun di
usaha distribusi, persyaratan teknis barang
16
Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag,
yang ditawarkan, persyaratan teknis atau
Indonesia E-commerce Menuju Asean Free Trade
Area (AFTA) 2015, (Jakarta, 4 Desember 2014).
306
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
307
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
308
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
sebagai panduan bagi anggota ASEAN yang commerce atau sekitar USD119 miliar,
belum memiliki draft dari peraturan e- sedangkan Cina sebesar 15 % atau USD181
commerce. miliar.
Perkembangan E-commerce di Gambar 6 berikut memperlihatkan
negara-negara ASEAN, terutama 6 negara komposisi kekuatan e-commerce di enam
besar seperti Indonesia, Singapura, negara ASEAN.
Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina,
menyumbang kurang dari 1% total pasar e-
commerce dunia, seperti terlihat pada
gambar 5.
309
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
Dari USD 7 miliar total market e- Seiring dengan daya beli masyarakat
commerce di ASEAN, negara Singapura yang terus meningkat, penetrasi internet
masih merupakan leader dalam hal pasar e- yang kian tinggi, serta makin banyaknya
commerce yakni USD 1,7 miliar. Sementara layanan yang ditawarkan, pasar e-commerce
Indonesia dan Malaysia memiliki jumlah di negara ASEAN diprediksi akan tumbuh
pasar yang sama yaitu sebesar USD 1,3 hingga 25 persen di beberapa tahun
miliar, namun secara potensi Indonesia mendatang. Pertumbuhan pasar e-commerce
memiliki potensi pasar yang lebih besar dienam negara ASEAN bersaing dengan
dibandingkan negara lain. Dengan bonus negara Cina yaitu tumbuh 25%. Sedangkan
demografi yang ada serta perbaikan untuk Amerika tumbuh sebesar 11%, Uni
infrastruktur yang sedang berjalan, Eropa sebesar 10% dan negara Jepang
diprediksi pengguna internet akan semakin tumbuh sebesar 6%.
bertambah setiap tahunnya. Dari data yang Pertumbuhan Pasar e-commerce di
terlihat Indonesia hanya memiliki sekitar Indonesia bahkan diprediksi akan bernilai
lima juta pembeli online, yaitu sekitar 12% USD 25 miliar (Rp 320,8 triliun) hingga
dari jumlah pengguna internet yang ada. USD 30 miliar (Rp 385 triliun), dari yang
Singapura memang memiliki jumlah tadinya hanya USD 1,3 miliar (Rp 16,7
pembeli online yang lebih sedikit (3,2 juta), triliun) paling besar bila dibandingkan
namun perlu diingat bahwa negara ini dengan negara ASEAN lainnya. Prediksi
memiliki jumlah penduduk yang sedikit pula pertumbuhan juga terlihat di semua negara
yakni sekitar 5,5 juta. ASEAN, negara Malaysia diprediksi tumbuh
sebesar US$ 10-15 miliar dari sebelumnya
USD 1,3 miliar. Begitu pula dengan
Thailand yang diprediksi akan mengalami
pertumbuhan sebesar USD 12-15 miliar dari
sebelumnya USD 900 juta.
Terkait dengan regulasi e-commerce,
Gambar 7. Potensi Pasar E-commerce sebagian besar negara ASEAN telah
ASEAN memiliki regulasi yang mengatur tentang
310
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
harmonisasi regulasi yang ingin dicapai oleh telah memiliki undang-undang terkait
ASEAN, belum semua negara memiliki perlindungan konsumen. Sementara Brunei
regulasi yang harmonized. Darussalam dan Indonesia memiliki aturan
hukum yang terpisah. Sementara Republik
Tabel 1. Status Harmonisasi Hukum E- Demokratik Rakyat Laos sedang melakukan
commerce di ASEAN rancangan undang-undang, dan Kamboja
belum memiliki aturan hukum terkait hal ini.
Besarnya potensi e-commerce
menjadikan perlindungan konsumen amat
penting. Sistem e-payment yang merupakan
keunggulan e-commerce belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan di banyak negara
sumber: UNCTAD
ASEAN. Meskipun melakukan pembelian
Dari data yang disampaikan oleh
secara online namun banyak para pembeli
United Nations Conference on Trade and
melakukan pembayaran melalui Cash on
Development (UNCTAD), berkaitan dengan
Delivery (COD). Selain karena khawatir
undang-undang perlindungan data / privasi,
akan keamanan data, banyak masyarakat di
telah banyak kemajuan di negara ASEAN,
negara Asia Tenggara tidak memiliki
dan terdapat potensi untuk dilakukan
rekening bank (un-banked) sehingga
harmonisasi. Tiga negara (Malaysia, Filipina
berdampak pada penggunaan e-payment
dan Singapura) telah mengeluarkan undang-
oleh konsumen e-commerce. Dari data yang
undang terkait privasi, sedangkan Indonesia
ada, di Indonesia hanya sekitar 4% yang
dan Vietnam memiliki undang-undang
menggunakan fasilitas e-payment sebagai
privasi secara terpisah, sementara Brunei
metode pembayaran, sedangkan Malaysia
Darussalam dan Thailand, saat ini, sedang
sebesar 5%, Thailand sebesar 11% dan
membahas rancangan undang-undang.
masyarakat Singapura sebesar 50% adalah
Undang-undang perlindungan
yang paling banyak menggunakan fasilitas
konsumen juga dibahas dalam review
e-payment sebagai metode pembayaran
UNCTAD ini. Kemajuan informasi tentang
transaksi e-commerce mereka.18 Pengaruh
undang-undang perlindungan konsumen
media elektrik juga ikut mempengaruhi pola
untuk transaksi online di ASEAN sangat
beragam. Enam dari 10 negara ASEAN 18
Op.Cit, AT Kearney
311
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
312
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
dan aturan dari pemerintah ini akan dapat Ndyali, Lyata. Adaptation and Barriers of E-
memberikan kepastian hukum dalam commerce in Tanzania Small and
mendukung perkembangan transaksi e- Medium Enterprises. Journal of
commerce di Indonesia. Developing Country Studies. Vol.3
(4), 2013. pp. 100-104.
Raih 8 Juta User, Kaskus Ingin Gandeng
313
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN
314