Anda di halaman 1dari 23

ERA HUKUM NO.2/ TH.

16/ OKTOBER 2016:


PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI


E-COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

Regulatory Development of Consumer Protection Of E-Commerce Transactions In


Indonesia And ASEAN Countries

Deky Paryadi
Peneliti Pada Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, BPPP, Kementerian Perdagangan-RI.
Meraih Sarjana Hukum (S.H.) dari Universitas Diponegoro (2004), Master Hukum (M.H.) dari Universitas
Indonesia (2016). Hp. 0818110403 Email: deckyparyadi@gmail.com

Abstrak
Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadikan banyak perubahan dalam berbagai bidang. Keberadaan
teknologi internet ini sangat membawa dampak yang positif bagi manusia, khususnya dibidang perdagangan,
adanya evolusi teknologi informasi ini menciptakan tren baru dalam sistem perdagangan, dari perdagangan
konvensional. Karakteristik e-commerce yang berbeda dengan perdagangan konvensional, menjadikan e-
commerce sebagai sesuatu yang masih baru dan belum banyak dipahami bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Melihat fenomena bisnis e-commerce yang pesat maka sangat penting menempatkan konsumen sebagai subjek
yang sangat erat kaitannya dengan bisnis e-commerce. Studi ini merupakan penelitian hukum normatif dari UU
Perdagangan dan UU Perlindungan Konsumen sebagai acuan melihat perlindungan konsumen dalam
perdagangan e-commerce. Hasil studi ini menemukan beberapa faktor yang menghambat keberlangsungan
kegiatan e-commerce di Indonesia, antara lain kesadaran masyarakat, keamanan dalam bertransaksi,
keterbatasan fasilitas internet banking, budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum seluruhnya
terbiasa dengan pemanfaatan internet dalam perdagangan, serta hambatan dari pihak penyedia e-commerce
yang tidak sepenuhnya memiliki kredibilitas dan dapat dipercaya. Oleh karena itu diperlukan campur tangan
pemerintah, seperti fungsi pengawasan yang lebih ketat, dikarenakan perbedaan karakteristik antara e-commerce
dengan perdagangan konvensional.

Kata kunci: E-Commerce, Perlindungan Konsumen, UU Perdagangan

Abstract
The development of increasingly advanced technology to make many changes in various fields. The existence of
Internet technology is a positive impact for humans, especially in the field of trade, the evolution of information
technology have created a new trend in the trading system, from conventional trade. Characteristics of e-
commerce that is different from the conventional trade, making e-commerce as something that is new and has
not been understood for some communities in Indonesia. Looking at the phenomenon of e-commerce business
rapidly so it is important to put the consumer as a subject that is closely associated with e-commerce businesses.
This study is a normative legal research of the Consumer Protection Act and the Commerce Act as a reference
view of consumer protection in e-commerce trading. The results of this study found several factors that hinder
the continuity of e-commerce in Indonesia, among others, public awareness, security of transactions, the
limitations of internet banking facilities, culture or habit of Indonesian society are not entirely familiar with the
use of internet in the trade, as well as resistance from providers e-commerce is not entirely lacks credibility and
trustworthy. Therefore we need government intervention, such as more stringent oversight function, due to
differences between the characteristics of e-commerce with a conventional trade.
Keyword: E-commerce, Consumer Protection, Trade Act

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang


292
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

Penemuan penting abad ini di bidang informasi dan telekomunikasi dalam


telekomunikasi adalah ditemukannya sebuah melakukan kegiatannya. Perdagangan virtual
feature teknologi yang dapat yang kita kenal dengan kenal dengan istilah
mengintegrasikan komunikasi antara Electronic Commerce (e-
manusia melalui suatu jaringan teknologi commerce) berkembang seiring dengan
komputer yang kita sebut internet. pesatnya penggunaan media internet dalam
Keberadaan teknologi internet ini sangat kegiatan manusia sehari-hari
membawa dampak yang positif bagi Pesatnya perkembangan e-commerce
manusia, khususnya dibidang perdagangan, beberapa tahun belakangan ini membuat e-
adanya evolusi teknologi informasi ini commerce menjadi prospek bisnis yang
menciptakan trend baru dalam sistem besar dalam dunia perdagangan. Menurut
perdagangan, dari perdagangan riset yang dilakukan A.T Kearney, dengan
konvensional menjadi perdagangan virtual. jumlah penduduk yang hampir lebih dari
Dengan adanya fenomena yang demikian, 240 juta jiwa, pasar e-commerce Indonesia
yaitu semakin banyaknya penggunaan pada tahun 2013 mencapai USD 1,3 miliar.
teknologi informasi di masyarakat dalam Indonesia merupakan pasar potensial bagi
transaksi perdagangan, maka perlindungan bisnis e-commerce, tercatat pengguna
hukum terhadap konsumen sangat penting internet di Indonesia mencapai 39 juta
keberadaannya. sebab dalam rangka dimana sekitar 5 juta atau 12 % diantaranya
mengejar produktifitas dan efisiensi menggunakan internet sebagai sarana
tersebut, pada akhirnya baik secara langsung bertransaksi.Asia masih menjadi pasar yang
atau tidak langsung, pihak konsumen yang menjanjikan bagi pertumbuhan e-commerce,
akan menanggung dampaknya.1 terutama Cina dan negara ASEAN.
Internet dalam perkembangan dan Diprediksi pertumbuhan e-commerce di
penggunaannya secara luar biasa, dapat ASEAN dari tahun 2013 hingga 2017
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mencapai 25%, hasil ini masih jauh berada
secara luas, aspek kehidupan yang akan diatas pertumbuhan pasar di Amerika
bergantung pada gabungan teknologi Serikat yang hanya 11 % dan negara Uni
Eropa yang hanya 10%.2
1
Sri Redjeki Hartano, Aspek-aspek Hukum
2
Perlindungan Konsumen Pada Era Perdagangan A.T.Kearney, Lifting The Barriers of E-
Bebas, Dalam Hukum Perlindungan Konsumen Commerce in ASEAN, (CIMB ASEAN Research
(Bandung: Mandar Maju, 2000), hal.33. Institute, 2015), hal. 4.

293
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

Volume E-commerce diprediksi akan media elektronik dengan mempromosikan


menyaingi volume perdagangan barang/jasanya secara online, karena lebih
konvensional, hal ini tidak mengherankan mudah dan tidak memakan banyak biaya.3
jika kita lihat keuntungan dari E-commerce Perkembangan aturan-aturan
tersebut, seperti jangkauan pasar yang luas perdagangan juga tidak terlepas dari
dan dapat menekan biaya operasional atau pengaruh perkembangan teknologi.
promosi (overhead) sebab perusahaan tidak Pengaruh teknologi tersebut semakin nyata
harus membuka gerai (showroom) di dengan lahirnya e-commerce. Perkembangan
berbagai tempat dan memasang iklan yang cukup signifikan terjadi dengan
promosi di berbagai media untuk melihat dari kuantitas transaksi melalui
memperkenalkan produknya, cukup hanya sarana e-commerce ini. John Nielson, salah
dengan membuat homepage atau website satu seorang pimpinan perusahaan
saja yang berisi informasi perusahaan Microsoft, menyatakan bahwa dalam kurun
beserta produk-produknya. Hal ini waktu tiga puluh tahun, 30% dari transaksi
menjadikan harga produk menjadi lebih penjualan kepada konsumen akan dilakukan
murah dan menarik banyak minat konsumen melalui e-commerce. E-commerce mulai
e-commerce baik domestik maupun berkembang secara signifikan ketika internet
mancanegara. mulai diperkenalkan. Perkembangan internet
Perkembangan internet dalam ini mendorong transaksi-transaksi
intensitas tinggi, peningkatan kapasitas, perdagangan internasional semakin cepat.
kemudahan mengakses dan semakin Dengan internet, batas-batas wilayah negara
murahnya biaya penggunaan internet dalam melakukan transaksi dagang menjadi
menyebabkan perubahan revolusioner dalam tidak lagi signifikan. Praktik perdagangan
penggunaannya di berbagai bidang, seperti melalui internet digambarkan juga sebagai
komunikasi, hiburan, pariwisata dan bidang “final frontiers of commerce” pada abad ke-
lainnya. Namun dari sekian banyak tersebut, 21 ini.4
bidang perdagangan yang mengalami Perkembangan teknologi smartphone
perkembangan paling signifikan dalam
3
Abdul Kadir Pobela, Analisis Yuridis
penggunaan media internet di masyarakat. Terhadap Tindak Pidana Penipuan Yang Dilakukan
Melalui Media Elektronik, (Makassar: Fakultas
Banyak pengusaha yang memanfaatkan Hukum Universitas Hasanudin, 2013).
4
Huala Adolf, Hukum Perdagangan
Internasional, (Jakarta: Rajawali Press. 2013), hal.
161.

294
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

secara tidak langsung juga mempengaruhi antara lain, adalah praktis, kemudahan
pola perdagangan saat ini dan telah sistem pembayaran, efisiensi waktu dan
melakukan transformasi ekonomi yang lebih banyaknya harga promo yang menarik dari
luas dari sebelumnya.5 Dengan masuknya pelaku usaha online. Namun dibalik segala
media internet dalam dunia perdagangan / kemudahan dan keuntungan yang
bisnis, banyak hal-hal yang mengalami ditawarkan, timbul pula kekhawatiran akan
perubahan, yaitu kedekatan antara penjual tanggung jawab perusahaan online kepada
dan pembeli dalam bertransaksi menjadi konsumen E-commerce mengingat begitu
semakin renggang, karena masing-masing banyaknya perusahaan online. Perusahaan
pihak tidak mengenal secara dekat satu online yang ada, menawarkan berbagai
dengan yang lain dan kenal hanya melalui macam produk dengan kelebihan masing-
media internet. Kendala lain yang akan masing memberikan banyak pilihan kepada
timbul dari adanya transaksi melalui media konsumen E-commerce. Namun konsumen
internet ini antara lain adalah ketidakjelasan E-commerce menduduki posisi yang lemah
mengenai kondisi produk yang ditawarkan dalam memilih jenis produk yang
yang membutuhkan identifikasi secara fisik diperdagangkan. Konsumen tidak memiliki
seperti obat-obatan, kosmetik dan parfum. kesempatan untuk melakukan tawar
Kepastian bahwa barang yang dikirim akan menawar sebab produk yang ditawarkan
sesuai pesanan juga menjadi kendala dalam sudah diproduksi dan dipasarkan secara
bertransaksi melalui media internet, padahal massal dengan harga yang sudah tetap.6
diketahui hubungan antara penjual dan Teknologi Informasi sangat dominan
pembeli dimaksudkan agar masing-masing dengan perwujudan kehidupan dunia maya,
bisa dapat saling diuntungkan dalam namun memiliki pengaruh kepada
bertransaksi. kehidupan masyarakat seperti kehidupan
Banyaknya kemudahan dalam nyata. Perdagangan atau bisnis e-commerce
mengakses internet membuat konsumen E- sudah banyak dilakukan, dan menjadi hal
commerce meningkat, beberapa alasannya
6
Deky Paryadi, Aspek Perlindungan
Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
5
Key Pousttchi, et.al., “Introduction to The
Perdagangan Dan Undang-Undang No 8 Tahun
Special Issue on Mobile Commerce: Mobile
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. (Jakarta:
Commerce Research Yesterday, Today, Tomorrow –
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2016),
What Remains to Be Done,” International Journal of
hal. 4.
Electronic Commerce. Volume 19, Nomor 4 (2015):
hal. 5.

295
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

yang lumrah dan biasa. Sama halnya dengan menganalisis berpedoman pada Undang-
perdagangan konvensional, dalam bisnis e- undang No 8 tahun 1999 Tentang
commerce juga diperlukan regulasi dan Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan
aturan yang jelas untuk melindungi merek Konsumen) serta UU No. 7 Tahun 2014
dan konsumen, hal ini untuk mencegah Tentang Perdagangan (UU Perdagangan)
terjadinya praktek monopoli dan persaingan yang telah mengatur tentang e-commerce
curang. Sebagaimana diketahui, bisnis e- dan merupakan pedoman para pelaku usaha
commerce tidak hanya melibatkan pasar dalam melakukan transaksi perdagangan di
lokal saja melainkan lintas negara, oleh wilayah Indonesia.
karena itu diperlukan peraturan yang jelas Keberadaan e-commerce dalam UU
yang dapat diaplikasikan secara Perdagangan dirasa sangat penting, melihat
internasional, agar dapat melindungi penjual potensi serta pertumbuhan bisnis online di
dan pembeli. tanah air. Melihat hal tersebut, maka akan
Bisnis online merupakan bisnis yang sangat penting melihat konsumen sebagai
dirasa sangat mudah dilakukan oleh subjek yang sangat erat kaitannya dengan
kebanyakan masyarakat usia produktif di bisnis online tersebut, sehingga diperlukan
Indonesia yang sebagian besar telah melek perlindungan bagi para konsumen, seperti
teknologi. Transaksi perdagangan melalui yang telah di atur oleh pemerintah melalui
media elektronik menyisakan berbagai UU Perlindungan Konsumen. Undang-
permasalahan yang belum jelas Undang No 7 Tahun 2014 Tentang
pengaturannya. Dalam pelaksanaannya, E- Perdagangan yang telah berlaku saat ini
commerce ini mengalami permasalahan menjadi acuan bagi setiap pelaku usaha
khususnya yang berkaitan dengan kontrak, dalam melakukan transaksi perdagangan
perlindungan konsumen, pajak, yurisdiksi baik itu perdagangan konvensional maupun
dan digital signature. perdagangan melalui online atau e-
Dalam studi ini yang akan diulas commerce.
perkembangan regulasi terkait e-commerce Dalam UU Perdagangan, diatur
di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN. mengenai sistem perdagangan elektronik
Namun studi ini akan lebih banyak diulas dengan ketentuan bahwa setiap orang atau
regulasi dari sisi perlindungan konsumen badan usaha yang memperdagangkan barang
dalam transaksi e-commerce. Dalam atau jasa wajib menyediakan data dan

296
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

informasi secara lengkap dan benar. E- yang tidak bertanggung jawab dalam
commerce diatur dalam UU Perdagangan memasarkan produknya.
Bab VIII mengenai Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik pada pasal 65 dan 66. B. Perumusan Masalah
Sementara untuk ketentuan lebih lanjut akan Dalam studi ini akan mengangkat
diatur dalam Peraturan Pemerintah yang permasalahan, mengenai bagaimana
hingga saat ini masih didorong perkembangan regulasi Indonesia dalam
penyelesaiannya. UU Perdagangan itu
mengatur perlindungan konsumen dalam
merupakan pengganti peraturan melakukan transaksi e-commerce dan
penyelenggaraan perdagangan, bagaimana Indonesia dapat bersaing dalam
Bedfrijfsreglementerings Ordonnantie (BO), bidang e-commerce dengan negara-negara
yang telah digunakan sejak zaman ASEAN. Diharapkan dalam studi ini dapat
penjajahan Belanda sebagai dasar hukum
memberikan pemahaman terhadap pembaca
7
perdagangan Indonesia. mengenai e-commerce yang berkembang di
Pemerintah melalui Kementerian Indonesia.
Perdagangan saat ini tengah menyusun
peraturan pelaksana / teknis melalui C. Metode Analisis
Rancangan Peraturan Pemerintah terkait e- Metode studi yang digunakan dalam
commerce (perdagangan elektronik). Hal ini
studi ini adalah penelitian hukum normatif
diharapkan dapat mendorong pelaku bisnis (normative legal research), yaitu studi yang
online tumbuh dan juga melindungi dilakukan dengan cara mengkaji peraturan
konsumen dari praktek perdagangan yang perundang-undangan yang berlaku atau
curang dan unfair. Perlindungan konsumen
diterapkan terhadap suatu permasalahan
menjadi hal yang penting dan dibutuhkan
hukum tertentu. Penelitian normatif
ketika penjual dan pembeli hanya seringkali disebut sebagai penelitian
bermodalkan asas kepercayaan dalam doktrinal, yaitu penelitian yang objek
melakukan transaksi perdagangan kajiannya adalah dokumen peraturan
elektronik. Jangan sampai perdagangan perundang-undangan dan bahan pustaka
elektronik dijadikan alat bagi orang-orang (Soekanto, 2003). Metode ini dipilih karena

7
obyek kajian studi adalah UU No 7 Tahun
Newsletter Komisi Hukum Nasional, Desain
Hukum (Kiblat UU Perdagangan Baru), (Jakarta, 2014 tentang Perdagangan yang terkait
Vol 14, No 4, Mei 2014), hal 8.

297
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

dengan e-commerce, dimana pada studi ini lainnya.


dimaksudkan untuk memberikan data dan Adapun data sekunder dalam studi
gambaran sejelas mungkin terkait ini menggunakan bahan hukum primer,
pelaksanaan aspek perlindungan konsumen bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier
di Indonesia. dan bahan non hukum. Bahan hukum primer
berupa peraturan perundang-undangan
terkait Perlindungan konsumen dan
D. Sumber Data
Perdagangan. Bahan hukum sekunder
Studi yang dilakukan adalah studi
berupa jurnal, artikel, buku, hasil penelitian,
literatur dimana menggunakan data
makalah dan tulisan ilmiah lainnya di bidang
sekunder. Data sekunder dalam penelitian
hukum yang membahas mengenai
ini didapat melalui studi kepustakaan,
Perlidungan Konsumen dan Perdagangan.
dengan mencari informasi selengkap dan
Bahan hukum tersier berupa kamus dan
sebanyak mungkin dengan literatur jurnal,
ensiklopedia hukum serta dari media
surat kabar, artikel, karya ilmiah dan
internet berupa bahan bacaan yang diperoleh
peraturan perundang-undangan yang
melalui website terkait e-commerce dan
berkaitan dengan permasalahan
perdagangan. Bahan non hukum adalah
perlindungan konsumen E-commerce.
segala dokumen, gambar, data statistik,
Penggunaan data sekunder atau kepustakaan
berita surat kabar dan berbagai artikel
dimaksudkan untuk;
umum.
1) Memberitahu pembaca mengenai
Data yang terkumpul dalam studi ini
hasil penelitian lain yang
akan dianalisis secara deskriptif dengan
berhubungan dengan penelitian yang
pendekatan kualitatif (qualitative approach),
sedang dilakukan;
yaitu dengan memberikan pemaparan dan
2) Menghubungkan suatu penelitian
penjelasan secara menyeluruh dan
yang dilakukan secara
mendalam (holistic/verstelen), berdasarkan
berkesinambungan untuk mengisi
kata-kata yang disusun dalam sebuah latar
kekurangan dan memperluas
ilmiah. Dalam konteks ini, analisis yang
penelitian lainnya; dan
dilakukan bertujuan untuk melihat
3) Memberikan kerangka dan acuan
perkembangan regulasi terkait perlindungan
untuk membandingkan suatu
konsumen e-commerce di Indonesia dan
penelitian dengan temuan-temuan

298
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

negara ASEAN serta memahami dan dalam masyarakat modern terdapat sistem
menjelaskan aspek perlindungan konsumen distribusi yang rumit termasuk lintas negara,
E-commerce dalam Undang-undang No 7 mengakibatkan hubungan antara konsumen
Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Undang- dan produsen menjadi sangat kompleks.
undang No 8 tahun 1999 Tentang Konsumen tidak dapat mengenal siapa
Perlindungan Konsumen serta regulasi pembuat barang, bahkan produsen suatu
terkait e-commerce yang lain barang tertentu berada dinegara lain. Hal ini
memperlihatkan pula, bahwa hukum
perlindungan konsumen mempunyai kaitan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang erat dengan globalisasi perdagangan
A. Karakteristik E-Commerce
dan industri.
Kemajuan teknologi dan industri,
Sejalan dengan perkembangan
telah pula memperkuat perbedaan antara
peradaban manusia, segala aktivitas yang
pola hidup masyarakat tradisional dan
dilakukan oleh manusia turut berkembang.
masyarakat modern. Terdapat dua perbedaan
Begitupula dengan aktivitas perdagangan
pokok antara masyarakat tradisional dan
yang merupakan kegiatan yang dilakukan
modern, yaitu dalam hal cara memproduksi
manusia sejak awal peradabannya, yang
barang kebutuhan konsumen dan pola
semula menggunakan barter (pertukaran
hubungan antara konsumen dan produsen.
barang), kemudian jual beli menggunakan
Dalam Masyarakat tradisonal, barang-
alat tukar uang dan yang paling terkini
barang kebutuhan konsumen diproduksi
adalah jual beli dengan melalui jaringan
melalui proses yang sederhana. Sementara
internet atau lebih dikenal dengan istilah e-
dalam masyarakat modern barang-barang
commerce.
diproduksi secara massal, sehingga
Belakangan ini, perkembangan
melahirkan masyarakat yang mengkonsumsi
aktivitas perdagangan melalui e-commerce
produk barang dan jasa secara massal. (mass
menjadi sangat pesat, dimana produk yang
consumer consumption).
diperdagangkan dapat berupa jasa dan
Hubungan antara konsumen dan
barang-barang konsumsi lainnya.
produsen dalam masyarakat dalam
Perdagangan dalam konteks dasarnya adalah
masyarakat tradisional juga sederhana, yaitu
suatu kegiatan yang melibatkan dua orang
konsumen dapat bertatap muka secara
atau lebih yang bertemu secara langsung
langsung dengan produsen. Sebaliknya,

299
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

untuk melakukan sebuah transaksi jual beli commerce adalah suatu jenis dari
sebuah produk. Perdagangan atau mekanisme bisnis secara elektronik yang
perniagaan dalam arti umum ialah pekerjaan memfokuskan diri pada transaksi bisnis
membeli barang dari suatu tempat atau pada berbasis individu dengan internet sebagai
suatu waktu dan menjual barang itu di medium pertukaran barang atau jasa antara
tempat lain atau pada waktu yang berikut dua buah institusi (Business to Business)
dengan maksud memperoleh keuntungan. Di maupun antara institusi dan konsumen
zaman yang modern ini perdagangan adalah (Business to Consumer)
pemberian perantaraan kepada produsen dan European Union website
konsumen untuk membelikan menjual mendefinisikan E-commerce sebagai
barang-barang yang memudahkan dan berikut:
memajukan pembelian dan penjualan.8 “Electronic commerce is a general
Namun dengan berkembangnya kemajuan concept covering any form of business
teknologi yang ada sekarang, perdagangan transaction or information exchange
dapat terjadi tanpa pembeli dan penjual executed using information and
harus bertemu secara langsung tetapi cukup communication technology, between
mengandalkan kecanggihan teknologi yang companies and public administrations.
ada. Electronic commerce includes electronic
Istilah electronic commerce (e- trading of goods, services and electronic
commerce) masih merupakah istilah yang material”
baru dalam masyarakat Indonesia, namun E-commerce adalah suatu bentuk
seiring dengan perkembangan media bisnis modern melalui sarana internet,
elektronik dan perkembangan pengetahuan karenanya E-commerce dapat dikatakan
masyarakat, e-commerce mulai di pahami sebagai perdagangan di internet. Chissick
sebagai suatu pola perdagangan melalui dan Kelman juga memberikan definisi yang
media elektronik dan sebagian masyarakat sangat global terhadap e-commerce, yaitu
memahami hal ini dengan sebutan istilah yang luas yang menggambarkan
perdagangan online. Lalu apa sebenarnya aktivitas-aktivitas bisnis dengan data teknis
definisi dari e-commerce itu sendiri. E- yang terasosiasi yang dilakukan secara atau
dengan menggunakan media elektronik.9
8
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan
Hukum Dagang Indonesia (Edisi Kedua), (Jakarta:
9
Sinar Grafika, 2013), hal. 13. Arsyad Sanusi, E-commerce Hukum dan

300
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

Prospektif e-commerce adalah untuk sampaikan sebelumnya, maka dapat di


memperbaiki cara beroperasi perusahaan ketahui beberapa ciri-ciri transaksi e-
secara internal dan bagaimana kewajiban commerce, antara lain:
konsumen e-commerce, e-commerce adalah 1) Transaksi secara e-commerce
lebih dari sekedar alat untuk meningkatkan memungkinkan para pihak (produsen
rasio biaya-kualitas suatu layanan UKM.10 dan konsumen) memasuki pasar
Perkembangan teknologi internet global internasional secara cepat
yang sedemikian pesat, tidak dapat dengan mengabaikan jarak dan
dipungkiri telah membawa dampak batas-batas negara;
signifikan terhadap perkembangan transaksi 2) Transaksi e-commerce
online atau yang kita kenal dengan e- memungkinkan antara produsen dan
commerce. Dengan internet pelaku usaha, konsumen tidak harus bertemu
dapat melakukan transaksi lebih efektif dan langsung dalam melakukan
efisien. Penggunaann sistem e-commerce, transaksi;
sebenarnya dapat menguntungkan banyak 3) Dalam transaksi e-commerce
pihak, baik pihak konsumen, maupun pihak terdapat pertukaran barang atau jasa
produsen dan penjual (retailer). Misalnya antara produsen dan konsumen;
bagi pihak konsumen, menggunakan e- 4) Transaksi e-commerce sangat
commerce dapat membuat waktu berbelanja bergantung pada keberadaan
menjadi singkat. Selain itu, harga barang- teknologi internet.
barang yang dijual melalui e-commerce Dilihat dari karakteristiknya,
biasanya lebih murah dibandingkan dengan transaksi e-commerce Business to Business,
harga di toko, karena jalur distribusi dari mempunyai karakteristik sebagai berikut:
produsen barang ke pihak penjual lebih 1) Trading partners yang sudah saling
singkat dibandingkan dengan toko mengetahui dan antara mereka sudah
konvensional. terjalin hubungan yang berlangsung
Dari beberapa definisi yang telah di cukup lama. Pertukaran informasi
hanya berlangsung di antara mereka
Solusinya,(Bandung: PT Mizan Grafika Sarana, dan karena sudah sangat mengenal,
2001), hal 14.
10
Lyata Ndyali, “Adaptation and Barriers of E- maka pertukaran informasi tersebut
Commerce in Tanzania Small and Medium
Enterprises.” Journal of Developing Country Studies,
Volume 3, Nomer 4, (2013): hal. 102.

301
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

dilakukan atas dasar kebutuhan dan yang menghendaki segala sesuatunya


kepercayaan; dengan instant dan cepat. Berikut
2) Pertukaran data dilakukan secara mekanisme alur proses transaksi e-
berulang-ulang dan berskala dengan commerce.
format data yang telah disepakati.
Jadi, service yang digunakan antara
kedua sistem tersebut sama dan
menggunakan standar yang sama;
3) Salah satu pelaku tidak perlu
menunggu partner mereka lainnya
untuk mengirim data;
4) Model yang umum digunakan adalah Gambar 1. Mekanisme Alur
pear to pear, dimana processing
Transaksi E-commerce
intelegence dapat didistribusikan di
kedua pelaku bisnis. Berdasarkan gambar tersebut diatas,
Sedangkan dalam tipe transaksi e- maka tahapan dalam transaksi e-commerce
commerce Business to Consumer memiliki dapat dijabarkan sebagai berikut:
karakteristik sebagai berikut: 1) E-customer dan e-merchant bertemu
1) terbuka untuk umum;
dalam dunia maya melalui server
2) layanan yang dilakukan bersifat yang disewa dari Internet Service
umum sehingga dapat digunakan Provider (ISP) oleh e-merchant.
oleh orang banyak; 2) Transaksi melalui e-commerce
3) layanan yang diberikan berdasarkan
disertai term of use dan sales term
demand/request dari konsumen condition atau klausula standar. Pada
sehingga produsen selalu tanggap umumnya e-merchant telah
akan kebutuhan/keinginan konsumen meletakkan klausula kesepakatan
yang cepat berubah. pada website, dan jika e-customer
Mekanisme e-commerce yang mudah menyetujui tinggal menekan tombol
yang disesuaikan dengan perkembangan accept atau menerima.
teknologi, menjadikan e-commerce sebagai 3) Penerimaan e-customer melalui
alternatif transaksi bagi masyarakat modern “klik” tersebut sebagai perwujudan

302
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

dari kesepakatan yang tentunya bertransaksi dengan siapa saja dan di mana
mengikat e-merchant dan e- saja dalam waktu yang sebenarnya (real
customer. time). Luasnya ruang lingkup bisnis dalam
4) Setelah kedua belah pihak sepakat, e-commerce juga mendorong kelahiran
kemudian akan diikuti dengan proses berjuta-juta pelaku usaha atau perusahaan
pembayaran yang akan melibatkan yang siap melayani ekonomi dunia yang
dua bank perantara dari masing- berada dalam dimensi cyber space. E-
masing pihak, yaitu acquiring commerce juga meningkatkan kapasitas
merchant bank dan issuing customer transportasi informasi bisnis secara cepat
bank. Prosedurnya adalah e-customer dan murah dari hulu hingga hilir. Sehingga
memerintahkan kepada issuing e-commerce merupakan aplikasi bisnis
customer bank untuk dan atas nama secara elektronik yang senantiasa
e-customer melakukan sejumlah digunakan untuk transaksi perdagangan
pembayaran atas harga barang internasional.
kepada acquiring merchant bank Hal yang perlu diperhatikan dalam
yang ditujukan kepada e-merchant. pelaksanaan e-commerce ini ialah perlunya
5) Setelah proses pembayaran selesai suatu kebijakan yang tidak hanya
kemudian diikuti dengan proses berorientasi pada aspek keamanan,
pemenuhan prestasi oleh pihak e- kepastian dan kenyamanan konsumen
merchant berupa pengiriman barang dalam bertransaksi, tetapi juga mampu
atau jasa sesuai kesepakatan kedua menghilangkan berbagai hambatan dalam
belah pihak. perdagangan. Regulasi dan aturan dari
Dari beberapa definisi e-commerce pemerintah ini akan dapat memberikan
tersebut, memperlihatkan bahwa kepastian hukum dalam mendukung
keunggulan e-commerce adalah dapat perkembangan transaksi e-commerce di
memfasilitasi proses distribusi pembelian, Indonesia.
penjualan, pemasaran produk atau jasa
melalui sistem elektronik (internet). B. E-commerce di Indonesia
Karakter industri komunikasi yang Pada tahun 2014, Indonesia memiliki
mencakup jaringan global internet ± 252 juta penduduk, dengan total pengguna
memungkinkan pelaku usaha untuk internet di Indonesia yang mencapai 88 juta

303
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

pada tahun 2014. Menurut Asosiasi (60%) dan mencari berita terbaru (60%).12
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Data tersebut seperti terlihat pada gambar 3
(APJII) penetrasi pengguna internet di dan gambar 4 di bawah ini.
Indonesia akan semakin meningkat seiring
berkembangnya kemajuan dibidang
teknologi, seperti yang dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.11

Gambar 3. Alasan Mengakses Internet

sumber: APJII

Gambar 2. Jumlah Dan Penetrasi


Pengguna Internet Indonesia
Tahun 2005-2014
sumber : APJII

Dari survey yang dilakukan oleh


APJII bekerjasama dengan Puskakom UI,
menyatakan bahwa terdapat tiga alasan
utama orang Indonesia menggunakan
internet. Tiga alasan tersebut adalah untuk Gambar 4. Kegiatan Ketika
mengkases sarana sosial/komunikasi (72%), Mengakses Internet
sumber informasi harian (65%) dan
sumber APJII
mengikuti perkembangan jaman (51%). Tiga
alasan utama mengakses internet itu
Dari tabel tersebut diatas
dipraktekkan melalui empat kegiatan utama,
penggunaan internet untuk sarana jual beli
yaitu menggunakan jejaring sosial (87%),
online masih sangat minim, yaitu sekitar
mencari informasi (69%), pesan singkat
11%, hal ini sangat disayangkan melihat
potensi yang besar dalam perdagangan e-
commerce. Dalam penelitian yang dibuat
11
Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
(APJII), Profil Pengguna Internet Indonesia 2014,
12
(Jakarta: Puskakom UI, 2015), hal. 22. Ibid, 30

304
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

oleh APJII tersebut menyatakan bahwa menggabungkan konsep perdagangan online


sebanyak 72,7% pengguna internet dengan sistem jejaring sosial. Karena tingkat
menyatakan belum pernah menggunakan kunjungannya yang tinggi, jejaring sosial
belanja online. Faktor-faktor yang menjadi salah satu basis utama kegiatan e-
menyurutkan niat pengguna internet commerce di Indonesia. Para pengguna
melakukan belanja online adalah karena internet menjadikan jejaring sosial seperti
mereka beranggapan akan memakan proses facebook dan twitter untuk memasarkan
yang lama (59,5%) dan alasan kedua produk-produknya. Lebih dari 8 juta anggota
terbanyak adalah barang yang dijual tidak kaskus.com memanfaatkan jejaring
sesuai dengan yang diiklankan (38%).13 komunitas tersebut untuk berjual-beli.14
Social commerce muncul sebagai platform
penting dalam e-commerce, terutama karena
meningkatnya popularitas situs jejaring
sosial seperti Facebook, Linkedin, dan
Twitter.15
Walaupun perkembangan e-
commerce beberapa tahun belakangan ini
begitu pesat, namun ternyata masih memiliki
sejumlah permasalahan. Beberapa
permasalahan, seperti ketimpangan akses
Gambar 5. Alasan Tidak internet di Pulau Jawa dan di luar Pulau
Melakukan Pembelian Online Jawa, infrastruktur jaringan kabel dan
nirkabel yang kurang memadai, merupakan
sumber APJII
kendala teknis dalam bisnis melalui e-

Belakangan ini, perkembangan e- commerce. Secara umum, terdapat lima

commerce kembali menyita perhatian, selain


14
http://tekno.liputan6.com/read/2223590/raih-
situs-situs yang murni menyediakan layanan 8-juta-user-kaskus-ingin-gandeng-lebih-banyak-
e-commerce seperti bukalapak.com, olx.com komunitas, diakses 20 Oktober 2015
15
Ting Peng Liang, et.al. “What Drives Social
atau tokopedia.com, beberapa situs penyedia Commerce: The Role of Social Support and
Relationship Quality,” International Journal of
layanan e-commerce pada akhirnya Electronic Commerce, Volume 16, Nomer 2, (2011):
hal. 78.
13
ibid

305
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

faktor lain yang menghambat kualifikasi jasa yang ditawarkan, harga dan
keberlangsungan kegiatan e-commerce di cara pembayaran barang dan atau jasa, dan
Indonesia selain akses dan infrastuktur, yaitu cara penyerahan barang.
kesadaran masyarakat, keamanan dalam Selanjutnya untuk melaksanakan
bertransaksi, keterbatasan fasilitas internet aturan terkait e-commerce ini UU
banking, budaya atau kebiasaan masyarakat Perdagangan diamanatkan untuk
Indonesia yang belum seluruhnya terbiasa membentuk aturan pelaksana lewat pasal 65
dengan pemanfaatan internet dalam yang menyatakan “Ketentuan lebih lanjut
perdagangan, serta hambatan dari pihak mengenai transaksi Perdagangan melalui
penyedia e-commerce yang tidak Sistem Elektronik diatur dengan atau
sepenuhnya memiliki kredibilitas dan dapat berdasarkan Peraturan Pemerintah”.
dipercaya. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Terkait dengan masalah-masalah transaksi perdagangan melalui sistem
yang dihadapi tersebut, Pemerintah selaku elektronik sebagaimana diamanatkan dalam
regulator telah memberikan aturan-aturan UU Perdagangan tersebut saat ini dalam
yang terkait dengan e-commerce. Undang- proses pembahasan oleh Kementerian
undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan bersama stakeholder terkait.
Perdagangan (UU Perdagangan), ketentuan Adapun penggunaan sistem
terkait e-commerce itu tertera dalam pasal elektronik sebagaimana dimaksud, wajib
65 dan 66. Pasal 65 ayat (1) menyatakan memenuhi ketentuan yang diatur dalam
“Setiap pelaku usaha dilarang Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang
memperdagangkan barang dan/atau jasa Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
dengan menggunakan sistem elektronik yang ITE). Beberapa pasal dalam UU ITE yang
tidak sesuai dengan data dan/atau berperan dalam e-commerce antara lain:16
informasi," 1) Pasal 2, setiap Orang yang
Dalam Pasal 65 ayat (4) tersebut melakukan perbuatan hukum
dijelaskan kembali yang dimaksud data dan sebagaimana diatur dalam Undang-
informasi antara lain: identitas dan legalitas Undang ini, baik yang berada di
pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku wilayah hukum Indonesia maupun di
usaha distribusi, persyaratan teknis barang
16
Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag,
yang ditawarkan, persyaratan teknis atau
Indonesia E-commerce Menuju Asean Free Trade
Area (AFTA) 2015, (Jakarta, 4 Desember 2014).

306
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

luar wilayah hukum Indonesia, yang Untuk melaksanakan UU ITE


memiliki akibat hukum di wilayah tersebut Pemerintah dalam hal ini
hukum Indonesia dan/atau di luar Kemenkominfo telah menerbitkan Peraturan
wilayah hukum Indonesia dan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang
merugikan kepentingan Indonesia. Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
2) Pasal 9, Pelaku usaha yang Elektronik untuk mendukung penggunaan e-
menawarkan produk melalui Sistem commerce di Indonesia. Selain itu, saat ini
Elektronik harus menyediakan Kementerian Perdagangan selaku pembina
informasi yang lengkap dan benar sektor perdagangan, juga sedang gencar
berkaitan dengan syarat kontrak, melakukan promosi terhadap bisnis online
produsen, dan produk yang ini dengan cara mempersiapkan regulasi
ditawarkan. terkait e-commerce berupa Peraturan
3) Pasal 10, Setiap pelaku usaha yang Pemerintah sebagai pelaksana dari Undang-
menyelenggarakan Transaksi undang Perdagangan. Peraturan Pemerintah
Elektronik dapat disertifikasi oleh ini sangat dibutuhkan untuk melindungi
Lembaga Sertifikasi Keandalan. konsumen dan sekaligus melindungi rintisan
Ketentuan mengenai pembentukan bisnis yang menggunakan e-commerce
Lembaga Sertifikasi Keandalan sebagai basis usahanya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perlindungan konsumen merupakan
diatur dengan Peraturan Pemerintah. hal penting yang harus diakomodir oleh
4) Pasal 18, Transaksi Elektronik yang pemerintah. UU Perlindungan Konsumen
dituangkan ke dalam Kontrak telah memberikan hak dan kewajiban yang
Elektronik mengikat para pihak. Para harus dipatuhi oleh para pelaku usaha.
pihak memiliki kewenangan untuk Dalam hal transaksi e-commerce,
memilih hukum yang berlaku bagi perlindungan konsumen menjadi sangat
Transaksi Elektronik internasional penting karena melihat budaya masyarakat
yang dibuatnya. Jika para pihak tidak Indonesia yang belum sepenuhnya percaya
melakukan pilihan hukum dalam terhadap mekanisme transaksi perdagangan
Transaksi Elektronik internasional, online (e-commerce). Adanya perhatian
hukum yang berlaku didasarkan pada yang besar dari pemerintah terhadap
asas Hukum Perdata Internasional. pertumbuhan e-commerce akan membuat

307
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

pelaku usaha dibidang e-commerce pengembangan ICT (Information and


mendapatkan kepastian dan perlindungan Communication Technology) di bidang
hukum.17 (Pratni, 2013). bisnis, masyarakat dan pemerintah. Draft
kesepakatan yang dibuat terdapat beberapa
C. E-commerce di ASEAN kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
Perkembangan teknologi informasi negara-negara ASEAN terkait e-commerce,
dalam satu dekade terakhir mengalami antara lain:
kemajuan di seluruh dunia. Seiring dengan 1) segera mengundang peraturan dan
itu, praktek e-commerce pun semakin kebijakan nasional terkait transaksi
meningkat. Hal ini memberikan pengaruh e-commerce;
besar bagi perkembangan ekonomi negara- 2) memfasilitasi terbentuknya
negara, baik makro maupun mikro. Untuk framework dari tanda tangan digital;
menunjangnya, diperlukan sebuah perangkat 3) memfasilitasi penyelesaian,
yang mengatur masalah pemanfaatan pembayaran transaksi elektronik
teknologi informasi dalam perniagaan secara yang bersifat regional, melalui
lebih mendalam. Lembaga internasional mekanisme seperti gerbang
PBB melalui UNCITRAL telah pembayaran elektronik (electronic
merumuskan suatu model kebijakan payment gateway);
mengenai e-commerce yang dapat 4) melakukan ratifikasi / adopsi
digunakan oleh negara-negara diseluruh terhadap perlindungan HAKI kerena
dunia. kegiatan e-commerce;
Perubahan pola perdagangan melalui 5) melakukan tindakan
media elektronik pun turut masuk ke dalam mensosialisaikan proteksi data
pembahasan pada lingkup regional ASEAN. personal dan privasi konsumen; dan
Pada KTT ASEAN di Manila tahun 1999 6) mendorong digunakannya
menetapkan e-ASEAN Legal Framework Alternative Dispute Resolution
yang bertujuan untuk mengembangkan (ADR) untuk transaksi online.
rencana kerja komprehensif untuk Pada tahun 2001, e-ASEAN telah
menerbitkan Common Reference
17
Debi Tridata Pratni, Tindak pidana
penipuan terhadap konsumen dalam transaksi jual Framework for ASEAN e-commerce Legal
beli secara elektronik (e commerce). (Jakarta:
Infrastructure. Framework ini akan berperan
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2013),
hal. 15.

308
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

sebagai panduan bagi anggota ASEAN yang commerce atau sekitar USD119 miliar,
belum memiliki draft dari peraturan e- sedangkan Cina sebesar 15 % atau USD181
commerce. miliar.
Perkembangan E-commerce di Gambar 6 berikut memperlihatkan
negara-negara ASEAN, terutama 6 negara komposisi kekuatan e-commerce di enam
besar seperti Indonesia, Singapura, negara ASEAN.
Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina,
menyumbang kurang dari 1% total pasar e-
commerce dunia, seperti terlihat pada
gambar 5.

Gambar 6. Pangsa Pasar E-commerce di


Enam Negara ASEAN

Sumber: A.T. Kearney Analysis

Dapat dilihat dari 248 juta jiwa


Gambar 5. Perdagangan E-commerce
penduduk Indonesia pada tahun 2013, 39
Negara di Dunia
juta diantaranya adalah pengguna internet
Sumber: A.T. Kearney Analysis dan jumlah pembeli online hanya sekitar 5
juta. Sedangkan Malaysia dari 20 juta
Saat ini pasar e-commerce di ke-
pengguna internet, memiliki 16 juta pembeli
enam negara ASEAN tersebut hanya
online. Singapura dari 4 juta pengguna
berkisar USD7 miliar, sangat jauh sekali bila
internet, memiliki 3,2 juta pembeli online.
dibandingkan dengan Amerika Serikat yang
Filipina 36 juta pengguna internet, memiliki
mencapai USD395 miliar dan Uni Eropa
25 juta pembeli online. Thailand dari 19
yang mencapai dan USD230 miliar. Bahkan
pengguna internet, memiliki 14 juta pembeli
untuk Jepang dan Cina pun, ke-enam Negara
online, sedangkan Vietnam dari 40 juta
ASEAN masih kalah jauh. Jepang
pengguna internet 24 juta penduduknya
menyumbang sekitar 10% total pasar e-
merupakan pembeli online.

309
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

Dari USD 7 miliar total market e- Seiring dengan daya beli masyarakat
commerce di ASEAN, negara Singapura yang terus meningkat, penetrasi internet
masih merupakan leader dalam hal pasar e- yang kian tinggi, serta makin banyaknya
commerce yakni USD 1,7 miliar. Sementara layanan yang ditawarkan, pasar e-commerce
Indonesia dan Malaysia memiliki jumlah di negara ASEAN diprediksi akan tumbuh
pasar yang sama yaitu sebesar USD 1,3 hingga 25 persen di beberapa tahun
miliar, namun secara potensi Indonesia mendatang. Pertumbuhan pasar e-commerce
memiliki potensi pasar yang lebih besar dienam negara ASEAN bersaing dengan
dibandingkan negara lain. Dengan bonus negara Cina yaitu tumbuh 25%. Sedangkan
demografi yang ada serta perbaikan untuk Amerika tumbuh sebesar 11%, Uni
infrastruktur yang sedang berjalan, Eropa sebesar 10% dan negara Jepang
diprediksi pengguna internet akan semakin tumbuh sebesar 6%.
bertambah setiap tahunnya. Dari data yang Pertumbuhan Pasar e-commerce di
terlihat Indonesia hanya memiliki sekitar Indonesia bahkan diprediksi akan bernilai
lima juta pembeli online, yaitu sekitar 12% USD 25 miliar (Rp 320,8 triliun) hingga
dari jumlah pengguna internet yang ada. USD 30 miliar (Rp 385 triliun), dari yang
Singapura memang memiliki jumlah tadinya hanya USD 1,3 miliar (Rp 16,7
pembeli online yang lebih sedikit (3,2 juta), triliun) paling besar bila dibandingkan
namun perlu diingat bahwa negara ini dengan negara ASEAN lainnya. Prediksi
memiliki jumlah penduduk yang sedikit pula pertumbuhan juga terlihat di semua negara
yakni sekitar 5,5 juta. ASEAN, negara Malaysia diprediksi tumbuh
sebesar US$ 10-15 miliar dari sebelumnya
USD 1,3 miliar. Begitu pula dengan
Thailand yang diprediksi akan mengalami
pertumbuhan sebesar USD 12-15 miliar dari
sebelumnya USD 900 juta.
Terkait dengan regulasi e-commerce,
Gambar 7. Potensi Pasar E-commerce sebagian besar negara ASEAN telah
ASEAN memiliki regulasi yang mengatur tentang

Sumber: A.T. Kearney Analysis perlindungan data elektronik dan transksi


elektronik. Namun jika dikaitkan dengan

310
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

harmonisasi regulasi yang ingin dicapai oleh telah memiliki undang-undang terkait
ASEAN, belum semua negara memiliki perlindungan konsumen. Sementara Brunei
regulasi yang harmonized. Darussalam dan Indonesia memiliki aturan
hukum yang terpisah. Sementara Republik
Tabel 1. Status Harmonisasi Hukum E- Demokratik Rakyat Laos sedang melakukan
commerce di ASEAN rancangan undang-undang, dan Kamboja
belum memiliki aturan hukum terkait hal ini.
Besarnya potensi e-commerce
menjadikan perlindungan konsumen amat
penting. Sistem e-payment yang merupakan
keunggulan e-commerce belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan di banyak negara
sumber: UNCTAD
ASEAN. Meskipun melakukan pembelian
Dari data yang disampaikan oleh
secara online namun banyak para pembeli
United Nations Conference on Trade and
melakukan pembayaran melalui Cash on
Development (UNCTAD), berkaitan dengan
Delivery (COD). Selain karena khawatir
undang-undang perlindungan data / privasi,
akan keamanan data, banyak masyarakat di
telah banyak kemajuan di negara ASEAN,
negara Asia Tenggara tidak memiliki
dan terdapat potensi untuk dilakukan
rekening bank (un-banked) sehingga
harmonisasi. Tiga negara (Malaysia, Filipina
berdampak pada penggunaan e-payment
dan Singapura) telah mengeluarkan undang-
oleh konsumen e-commerce. Dari data yang
undang terkait privasi, sedangkan Indonesia
ada, di Indonesia hanya sekitar 4% yang
dan Vietnam memiliki undang-undang
menggunakan fasilitas e-payment sebagai
privasi secara terpisah, sementara Brunei
metode pembayaran, sedangkan Malaysia
Darussalam dan Thailand, saat ini, sedang
sebesar 5%, Thailand sebesar 11% dan
membahas rancangan undang-undang.
masyarakat Singapura sebesar 50% adalah
Undang-undang perlindungan
yang paling banyak menggunakan fasilitas
konsumen juga dibahas dalam review
e-payment sebagai metode pembayaran
UNCTAD ini. Kemajuan informasi tentang
transaksi e-commerce mereka.18 Pengaruh
undang-undang perlindungan konsumen
media elektrik juga ikut mempengaruhi pola
untuk transaksi online di ASEAN sangat
beragam. Enam dari 10 negara ASEAN 18
Op.Cit, AT Kearney

311
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

perilaku konsumen e-commerce, karena itu menjadi prioritas pemerintah untuk


sebagian besar industri e-commerce akan diselesaikan agar keberadaan iklim bisnis
menggunakan media elektronik selain media e-commerce di Indonesia bersaing dengan
online dalam meningkatkan brand awarness negara-negara ASEAN lainnya.
dan brand image suatu produk kepada Perkembangan bisnis e-commerce di
konsumen.19 Indonesia hendaknya dijadikan pemacu
bagi Pemerintah selaku regulator untuk
III. KESIMPULAN DAN dapat menjadikan e-commerce Indonesia
REKOMENDASI menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Dari hal tersebut dapat menjadikan Kebijakan yang ada hendaknya dapat
alasan bahwa banyak konsumen yang mengakomodir kepentingan-kepentingan
sebenarnya belum sepenuhnya percaya bisnis e-commerce terutama pelaku usaha
terhadap transaksi secara online. Konsumen e-commerce yang berskala kecil yang
merasa belum sepenuhnya terlindungi memilih e-commerce sebagai media dalam
dalam transaksi online. Dalam hal ini peran memasarkan produk dan jasa mereka.
negara sebagai regulator menjadi sangat Dengan bonus demografi yang dimiliki
penting. Undang –Undang No 7 Tahun serta pangsa pasar yang besar, Indonesia
2014 Tentang Perdagangan sebagai payung harus dapat menjadi market leader dalam
hukum dalam perdagangan, baik bidang e-commerce di ASEAN. Untuk
perdagangan konvensional maupun mewujudkan hal tersebut maka harus
perdagangan online, melihat hal ini sebagai didukung dengan bisnis proses dan regulasi
suatu hal yang harus memiliki aturan yang yang pro terhadap perlindungan konsumen,
jelas dalam hal perlindungan konsumen tidak hanya perdagangan konvensional
selain menggunakan UU Perlindungan namun juga dalam e-commerce. Hal yang
Konsumen. Oleh karena itu Rancangan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan e-
Peraturan Pemerintah terkait e-commerce commerce ini ialah perlunya suatu
sebagaimana telah diamanatkan dalam kebijakan yang tidak hanya berorientasi
Pasal 66 UU Perdagangan, harus segera pada aspek keamanan, kepastian dan
kenyamanan konsumen dalam bertransaksi,
19
German Zanetti, et.al. “Search Engine tetapi juga mampu menghilangkan berbagai
Advertising Effectiveness in A Multimedia
Campaign,” International Journal of Electronic
hambatan dalam perdagangan. Regulasi
Commerce, Volume 18, Nomer 3 (2014): Hal. 20.

312
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

dan aturan dari pemerintah ini akan dapat Ndyali, Lyata. Adaptation and Barriers of E-
memberikan kepastian hukum dalam commerce in Tanzania Small and
mendukung perkembangan transaksi e- Medium Enterprises. Journal of
commerce di Indonesia. Developing Country Studies. Vol.3
(4), 2013. pp. 100-104.
Raih 8 Juta User, Kaskus Ingin Gandeng

IV. DAFTAR PUSTAKA Lebih Banyak Komunitas,


http://tekno.liputan6.com/read/22235
Adolf, Huala. Hukum Perdagangan
90/raih-8-juta-user-kaskus-ingin-
Internasional. Jakarta: Rajawali
gandeng-lebih-banyak-komunitas.
Press, 2013.
Diakses tanggal 30 Maret 2016.
Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
Investasi E-commerce Menyoroti Berbagai
(APJII). Profil Pengguna Internet
Regulasi Pemerintah,
Indonesia 2014. Jakarta: Puskakom
https://www.idea.or.id/berita/detail/e
UI, 2015.
-commerce-investment-highlights-
Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag.
various-government-regulation.
Indonesia E-commerce Menuju
Diunduh tanggal 20 Juli 2016.
Asean Free Trade Area (AFTA)
Paryadi, Deky. Aspek Perlindungan
2015. Jakarta: Kementerian
Konsumen Dalam Transaksi E-
Perdagangan, 2014.
Commerce Ditinjau Dari Undang-
Hartano, Sri Redjeki. Aspek-aspek Hukum
Undang Nomor 7 Tahun 2014
Perlindungan Konsumen Pada Era
Tentang Perdagangan Dan Undang-
Perdagangan Bebas, Dalam Hukum
Undang No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Bandung:
Perlindungan Konsumen. Tesis.
Mandar Maju, 2000.
Jakarta: Program Pasca Sarjana
Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan
Universitas Indonesia, 2016.
Hukum Dagang Indonesia (Edisi
Peng Liang, Ting-, et.al.. What Drives
Kedua). Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Social Commerce: The Role of
Kearney, A.T. Lifting The Barriers of E-
Social Support and Relationship
commerce in ASEAN. Singapura:
Quality. International Journal of
CIMB ASEAN Research Institute,
Electronic Commerce. Vol . 16 (2),
2015.

313
ERA HUKUM NO.2/ TH.16/ OKTOBER 2016:
PERKEMBANGAN REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-
COMMERCE DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

2011. pp. 69-90. 3821.


Pratni, Debi Tridata. Tindak pidana Indonesia. Undang-Undang Perdagangan,
penipuan terhadap konsumen dalam UU No. 7 tahun 2014, LN No. 45
transaksi jual beli secara elektronik Tahun 2014, TLN No. 5512.
(e commerce). Tesis. Jakarta: Indonesia. Undang-Undang Informasi dan
Program Pasca Sarjana Universitas Transaksi Elektronik, UU No 11
Indonesia, 2013. Tahun 2008, LN No. 58.
Pobela, Abdul Kadir. Analisis Yuridis Winarta, Frans. Mengkritisi Undang-undang
Terhadap Tindak Pidana Penipuan Perdagangan Yang Baru. Desain
Yang Dilakukan Melalui Media Hukum (Kiblat UU Perdagangan
Elektronik. Makassar: Fakultas Baru). Vol 14 (4), 2014. hal 12-14.
Hukum Universitas Hasanudin, Zanetti, German, et.al. Search Engine
2013. Advertising Effectiveness in A
Pousttchi, Key, et.al. Introduction to The Multimedia Campaign. International
Special Issue on Mobile Commerce: Journal of Electronic Commerce.
Mobile Commerce Research Vol. 18 (3), 2014. pp 7-38.
Yesterday, Today, Tomorrow –What
Remains to Be Done. International
Journal of Electronic Commerce.
Vol. 19 (4), 2015. pp. 1-20.
Soekanto, Soejono dan H.Abdurahman.
Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Rineka Cipta, 2003.
UNCTAD. (2013). Review of E-commerce
Legislation Harmonization in the
Association of Southeast Asian
Nations. New York: United Nations
Publication, 2013.
Indonesia. Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999,
LN No. 42 Tahun 1999, TLN No.

314

Anda mungkin juga menyukai