Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

K DENGAN DIARE DI RUANG


ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA

Departemen Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
SITI ANISAH
(17.20.061)

PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROOGAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE PADA ANAK

I. Masalah Kesehatan
A. Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih 3 kali pada anak. Konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Dapat bersifat akut atau kronis. Diare
kronik didefinisikan jika lamanya lebih dari 2 minggu.
Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastiointestinal atau penyakit lain diluar pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan penyakit diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya.

B. Epidemiologi
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menmderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar.
b. Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan
oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,
d. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
f. Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti :
Shigella dan v cholera
b. Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai
akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy
Syndrome ) pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung lama,
e. Segera Proposional , diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55%)

3. Faktor lingkungan dan perilaku


Penyakit diare merupakan salah satu penyakiy yang berbasis lingkungan dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua faktor ini
akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila factor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
C. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
- Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
- Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia Trichomonas hominis).
Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringilis, bronkopneumonia, ensefalitis
clan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2. Faktor mallabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laklosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa fruktosa, dan galaktosa), Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa),
- Malabsorpsi lemak.
- Malabsorpsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

D. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.

E. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai
lendir lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena, sering
deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak; yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam kedaan dehidrasi berat
dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12 ½%. Pada dehidrasi berat, volume
darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah,
kesadaran umum (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).

F. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh
bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel
mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi
sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini
dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti
demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang
telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat
self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan
didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
(Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan
elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat
hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam,
2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan
diare (Hidayat, 2008).
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).
G. Pathway

Diare

Faktor infeksi Faktor infeksi

Virus Shigelosis Bakteri Antibiotik Alergi makanan

Merusak Penetrasi Melabsorbsi Kekurangan


Antero
ephitelium ke oleh usus laktogen
mukosa intestinal toksin
Kuantitas Distensi
Sel villi Kerusakan Stimulus meningkat abdomen
usus rusak seluler otot polos
Potensi Hce >>
Melabsorbsi Inflamasi kuman

Anoreksia
Hiperpehstaltik pada usus
Resti < nutrisi
Sekresi cairan Spasme
elektrolit intertinal
ATP <<
nyaman nyeri
Feces cair
Kelemahan
Anxiestas
Iritasi Kehilangan
mukosa cairan ADL
anus elektrolit istirahat tidur

personal
integritas kulit Dehidrasi Defisit volume higiene
(anal) cairan

HipovolemiCO2>> Hipokalemia Hipoglikemia

Diversis Hiperventilasi Asidosis metabolik

Petensi urine pertukaran gas


H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonic atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase
6. kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah diare, jika lama atau kronik)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan AGD, eletrolit, kalium, kadar natrium serum
- Pemeriksaan tinja
J. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a) Jenis cairan
 Oral : pedialyte atau oralite, Ricelyte
 Parenteral : NaCl, Isotonic, Infus
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cara pemberian


 Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3,
KCL dan glukosa
 Cairan parenteral, pada umumnya cairang Ringer Laktat (RL) selalu
bersedia di fasilitas keseahtan dimana saja mengenai seberapa banyak
cairan yang diberikan tergantung ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
d) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali
status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.

 Identifikasi penyebab diare

 Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas
dan sekresi usus, antiemetic

2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

 Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai
sedang atau tidak jenuh

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan vomiting, diare, kehilangan
cairan berelebihan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadequate
absorbsi nutrisi
c. Gangguan integritas kulit b/d iritasi/seringnya BAB
d. Nyeri b/d distensi abdomen /kram
e. Intoleransi aktifitas b/d proses penyakitnya

3. Nursing Care Plan


Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
Tindakan Keperawatan adalah perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.Tujuan Klinik:
Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
1. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan
2. Menyediakan kriteria hasil (outcome) sebagai pengulangan dan evaluasi
keperawatan
3. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya    untuk melaksanakan tindakan.
4. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah
disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah
dianggap permanen. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-
norma tertentu mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, pelaksanaan tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk  membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
            Penilaian  dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
          Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.

L. Daftar Pustaka
a. Dangoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
b. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aeascolapius
c. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta. EGC
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No Reg : 120902
Usia : 2 bulan Tanggal MRS : 24.04.2021
Nama orang tua :Tn B Tanggal Pengkajian : 26.03.2021
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat : Sumber Jaya
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: -
Diagnosa Medis : Diare

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Diare
b. Saat Pengkajian : Diare 4x sehari berlendir dan berbusa, lemas dan tidak mau
menyusu
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal : tidak dikaji
b. Natal : tidak dikaji
c. Post Natal : tidak dikaji

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit masa lalu : tidak ada
b. Riwayat dirawat di RS : tidak dikaji
c. Riwayat pengobatan : bidan
d. Riwayat tindakan Medis : tidak dikaji
e. Riwayat alergi : tidak ada
f. Riwayat kecelakaan : tidak ada
g. Riwayat imunisasi : lengkap
h. Pola Asuh : Tidak terkaji
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu : Tidak terkaji
1) Motorik kasar : Tidak terkaji
2) Motorik halus : Tidak terkaji
3) Sosialisasi : Tidak terkaji
4) Bahasa : Tidak terkaji
j. Genogram : Tidak terkaji

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (jelaskan dan dibuat genogram)

Keterangan:
: laki- laki : pasien

: perempuan

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS
1. Pola Nutrisi ASI ASI
- Makanan
- Cairan
2. Pola Eliminasi Tidak terkaji Bab 4x sehari,
berlendir dan
berbusa
3. Pola Istirahat & Tidur Tidak terkaji Tidur ±12jam
4. Personal hygiene Tidak terkaji Seka 2x sehari
5. Aktivitas Tidak terkaji Tidak terkaji

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : compos mentis
b. Tanda-tanda Vital : Nadi : 63 x/mnt
: SPO2 : 98 %
RR : 30 x/mnt
S : 37,0 °c
BB : 4,4 kg

Pemeriksaan Kepala : simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala,
rambut hitam dan tipis
c. Pemeriksaan Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
d. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung : bentuk dada simetris
2) Paru :-
3) Mammae : Bentuk normal tidak ada kelainan
4) Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
e. Pemeriksaan Abdomen : peristaltic usus 8 kali/menit
f. Pemeriksaan Ekstremitas : tidak ada kelainan
g. Pemeriksaan Genetalia : tidak ada kelainan
h. Pemeriksaan Integumen : Warna kulit sawo matang
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : terlampir
b. Radiologi : tidak ada
8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)
a. Motorik Kasar : tidak dikaji
b. Motorik Halus : tidak dikaji
c. Sosialisasi : tidak dikaji
d. Bahasa : tidak dikaji
9. TERAPI
1. CN 10%
2. Ranitidin 5 mg
3. Cefotaxime 150 mg
4. Sanmol drop 0,5 cc
5. Lacto B ½ sachet
10. KESIMPULAN
DADS (diare akut dehidrasi sedang) + INVEKSI BAKTERI + VOMITING AKUT
11. PERENCANAAN PULANG
a. Tujuan pulang : anak sudah tidak diare dan tidak
muntah
b. Transportasi pulang : Sepeda Motor
c. Dukungan keluarga : tidak dikaji
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : tidak dikaji
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : tidak dikaji
f. Pengobatan : tidak dikaji
g. Rawat jalan ke : tidak dikaji
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : tidak dikaji
i. Keterangan lain : tidak ada

A. ANALISA DATA
III.Nama : An. A
Usia : 2 bulan
No Reg : 120902

NO Data Pendukung Masalah Etiologi


DS : Resiko Faktor infeksi
Ibu px mengatakan Bab ketidakseimbangan
Cair 4x kurang lebih 1 elektrolit b/d diare Bakteri
minggu desertai lender dan
berwarna hijau Antero
DO :
Ku : lemas, tidak mau Toksin
minum asi
S : 37,0oC Stimulus otot polos
Peristaltic usus : 8x/menit
Hiperpehstaltik pada usus

Sekresi cairan elektrolit

Fases cair

Kehilangan cairan elektrolit


2. DS : Resiko deficit Faktor infeksi
Ibu px mengatakan Bab nutrisi b/d
Cair kurang lebih 1 factor Alergi makanan
minggu desertai lender dan psikologis
berwarna hijau dan ibu (kengganan Kekurangan laktogen
mengatakan bahwa nafsu untuk makan)
makan pasien menurun Distensi abdomen
DO :
Ku : lemas, tidak mau Anoreksia
minum asi
S : 37,0 oC Nutrisi
Peristaltic usus : 8x/menit
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
IV. Nama : An A
Usia : 2 bulan
No Reg : 120902

No Dx Keperawatan SLKI SIKI

1. Resiko Setelah dilakukan Observasi:


ketidakseimbanga tindakan keperawatan 1 Identifikasi
n elektrolit b/d 2x24 jam diharapkan penyebab diare
diare eliminasi fekal membaik 2 Identifikasi pemberian
dengan kriteria hasil makanan
3. Monitor warna, volume,
1. Control pengeluaran frekuensi dan konsistensi tinja
feses : membaik 4. Monitor tanda dan gejala
2. Konsistensi feses : hypovolemia
membaik 5. Monitor jumlah pengeluaran
3. Frekuensi defeksi : diare
membaik
Terapeutik
1. berikan asupan cairan
oral(mis. Pedialyte, oralit,
larutan garam gula)
2. berikan cairan
intravena
2. Resiko deficit Setelah dilakukan Obsevasi :
nutrisi b/d tindakan keperawatan 1. monitor asupan dan keluarnya
factor 2x24 jam diharapkan makanan dan cairan serta
psikologis nafsu makan membaik kebutuhan kalori
(kengganan dengan kriteria hasil
untuk makan) Trapeutik :
- keinginan makan : 1. diskusikan perilaku makan
meningkat dan jumlah aktivitas fisik
- asupan makan :
meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
V. Nama : An A
Usia : 2 bulan
No Reg : 120902

Tgl/Jam Dx Kep Implementasi Evaluasi


Resiko Observasi: S: ibu px mengatakan
ketidakseimbangan 1. Identifikasi bahwa pasien tidak
elektrolit b/d diare penyebab diare mengalami diare
2. Identifikasi pemberian dan mual muntah
makanan O:
3. Monitor warna, volume, KU : membaik,
frekuensi dan konsistensi tinja Frekuensi fases
4. Monitor tanda dan gejala normal
hypovolemia Nadi : 63 x/mnt
5. Monitor jumlah pengeluaran SPO2 : 98 %
diare RR : 30 x/mnt
S : 37,0 °c
Terapeutik BB : 4,4 kg
3. berikan asupan cairan - Kesadaran compos
oral(mis. Pedialyte, oralit, mentis
larutan garam gula)
4. berikan cairan A : Masalah Teratasi
intravena Sebagian
P:Intervensi
dihentikan
Resiko deficit Obsevasi : S: ibu px mengatakn
nutrisi 2. monitor asupan dan keluarnya nafsu makannya
makanan dan cairan serta bertambah
kebutuhan kalori
O: - KU : membaik
Trapeutik : - Frekuensi fases
2. diskusikan perilaku makan normal
dan jumlah aktivitas fisik Nadi : 63 x/mnt
SPO2 : 98 %
RR : 30 x/mnt
S : 37,0 °c
BB : 4,4 kg
- Kesadaran compos
mentis

A: masalah teratasi
P: hentikan intevensi

Anda mungkin juga menyukai