Disusun Oleh:
SITI ANISAH
(17.20.061)
I. Masalah Kesehatan
A. Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih 3 kali pada anak. Konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Dapat bersifat akut atau kronis. Diare
kronik didefinisikan jika lamanya lebih dari 2 minggu.
Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastiointestinal atau penyakit lain diluar pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan penyakit diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya.
B. Epidemiologi
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menmderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar.
b. Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan
oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,
d. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
f. Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
D. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai
lendir lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena, sering
deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak; yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam kedaan dehidrasi berat
dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12 ½%. Pada dehidrasi berat, volume
darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah,
kesadaran umum (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).
F. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh
bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel
mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi
sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini
dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti
demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang
telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat
self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan
didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
(Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan
elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat
hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam,
2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan
diare (Hidayat, 2008).
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).
G. Pathway
Diare
Anoreksia
Hiperpehstaltik pada usus
Resti < nutrisi
Sekresi cairan Spasme
elektrolit intertinal
ATP <<
nyaman nyeri
Feces cair
Kelemahan
Anxiestas
Iritasi Kehilangan
mukosa cairan ADL
anus elektrolit istirahat tidur
personal
integritas kulit Dehidrasi Defisit volume higiene
(anal) cairan
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan AGD, eletrolit, kalium, kadar natrium serum
- Pemeriksaan tinja
J. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a) Jenis cairan
Oral : pedialyte atau oralite, Ricelyte
Parenteral : NaCl, Isotonic, Infus
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas
dan sekresi usus, antiemetic
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai
sedang atau tidak jenuh
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan vomiting, diare, kehilangan
cairan berelebihan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadequate
absorbsi nutrisi
c. Gangguan integritas kulit b/d iritasi/seringnya BAB
d. Nyeri b/d distensi abdomen /kram
e. Intoleransi aktifitas b/d proses penyakitnya
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.
L. Daftar Pustaka
a. Dangoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
b. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aeascolapius
c. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta. EGC
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No Reg : 120902
Usia : 2 bulan Tanggal MRS : 24.04.2021
Nama orang tua :Tn B Tanggal Pengkajian : 26.03.2021
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat : Sumber Jaya
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: -
Diagnosa Medis : Diare
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Diare
b. Saat Pengkajian : Diare 4x sehari berlendir dan berbusa, lemas dan tidak mau
menyusu
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal : tidak dikaji
b. Natal : tidak dikaji
c. Post Natal : tidak dikaji
Keterangan:
: laki- laki : pasien
: perempuan
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : compos mentis
b. Tanda-tanda Vital : Nadi : 63 x/mnt
: SPO2 : 98 %
RR : 30 x/mnt
S : 37,0 °c
BB : 4,4 kg
Pemeriksaan Kepala : simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala,
rambut hitam dan tipis
c. Pemeriksaan Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
d. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung : bentuk dada simetris
2) Paru :-
3) Mammae : Bentuk normal tidak ada kelainan
4) Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
e. Pemeriksaan Abdomen : peristaltic usus 8 kali/menit
f. Pemeriksaan Ekstremitas : tidak ada kelainan
g. Pemeriksaan Genetalia : tidak ada kelainan
h. Pemeriksaan Integumen : Warna kulit sawo matang
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : terlampir
b. Radiologi : tidak ada
8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)
a. Motorik Kasar : tidak dikaji
b. Motorik Halus : tidak dikaji
c. Sosialisasi : tidak dikaji
d. Bahasa : tidak dikaji
9. TERAPI
1. CN 10%
2. Ranitidin 5 mg
3. Cefotaxime 150 mg
4. Sanmol drop 0,5 cc
5. Lacto B ½ sachet
10. KESIMPULAN
DADS (diare akut dehidrasi sedang) + INVEKSI BAKTERI + VOMITING AKUT
11. PERENCANAAN PULANG
a. Tujuan pulang : anak sudah tidak diare dan tidak
muntah
b. Transportasi pulang : Sepeda Motor
c. Dukungan keluarga : tidak dikaji
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : tidak dikaji
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : tidak dikaji
f. Pengobatan : tidak dikaji
g. Rawat jalan ke : tidak dikaji
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : tidak dikaji
i. Keterangan lain : tidak ada
A. ANALISA DATA
III.Nama : An. A
Usia : 2 bulan
No Reg : 120902
Fases cair
A: masalah teratasi
P: hentikan intevensi