Kelompok :3
LABORATORIUM FARMASI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735. kobalt adalah suatu unsurkimia
yangmemiliki lambang Co dan nomor atom 27. Kobalt merupakan logam yang jarang
ditemukan, diperkirakan hanya 20 PPm dalam kerak bumi. kobalt ditemukan dalam
cadangan yang mengumpul sehingga produksi tahunannya mencapai jutaan pon.
Ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735. Kobalt adalah suatu unsur kimia yang memiliki
lambang Co dan nomor atom 27.
Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakan hanya 20 PPm
dalamkerak bumi. kobalt ditemukan dalam cadangan yang mengumpul sehingga
produksitahunannya mencapai jutaan pon. kobalt terdapat dialam sebagai senyawa sulfida,
sifatmempunyai kesamaan dengan Besi. Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan
eritrit.Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang
manaumum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam
meteorit.Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada.
Survei badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah
ke utara lautan pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal,
lebih dekatke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya.
Colbat berwarna : sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan :
Metalik. Ketersediaan: unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang
mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar
Dan kecil unsur kimia. Kobal jugamerupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras
dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt
adalah batu bintang. Deposit bijih Cobalt-60 (60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi
menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi). Unsur kimia/kobalt mewarnai
gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan.
1.3 Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Cobalt adalah suatu unsur kimia dalam table periodic yang memiliki lambing Co
dan nomor atom 27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di
alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-
abu perak yang keras dan berkilau.
Cobalt merupakan unsur transisi yang terletak pada golongan 9 pada periode
keempat. Cobalt merupakan logam metalik yang berwarna sedikit berkilauan dan keabu-
abuan. Cobalt selalu terdapat bergabung dengan Nikel dan biasa juga dengan Arsen.
Sumber utama cobalt adalah speisses, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih Arsen
dari Ni, Cu, Pb. Cobalt relatif tidak reaktif, meskipun larut lambat sekali dalam asam
mineral encer. Unsur kimia Cobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak
keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia
Cobalt adalah batu bintang.
Unsur kimia Cobalt mewarnai gelas kaca serta memiliki suatu keindahan warna
kebiruan. Stabilitas dari ion cobalt mempunyai kecenderungan menurun dari bilangan
oksidasi tinggi menuju bilangan oksidasi rendah dan terjadi peningkatan stabilitas tingkat
oksidasi II relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat oksidasi III, sesuai dengan deret unsur
periode pertama, Ti, V, Cr, Mn, dan Fe, terakhir Co. Tingkat oksidasi tertinggi dari ion
cobalt adalah V dan sangat sedikit senyawaan yang dikenal. Untuk senyawaan ion cobalt
(III) banyak dijumpai dengan atom-atom donor (biasanya N) dan untuk ion cobalt (I)
biasanya dengan ligan-ligan phi-aseptor. Cobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang
mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Salah satu makanan yang kita
konsumsi bersumber vitamin B 12 yang merupakan suatu campuran yang berisi unsur
Cobalt, adalah marmite, tetapi unsur yang dikandung didalamnya tergolong unsur lebih
lemah dan lembut.
Unsur cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga
dengan arsenik. Mineral cobalt terpenting antara lain Smaltite (CoAs2), cobalttite (CoAsS)
dan Lemacite ( Co3S4). Sumber utama cobalt disebut “Speisses” yang merupakan sisa
dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb.
Nama : Kobalt
Lambang : Co
Nomor atom : 27
Deret kimia : Logam transisi
Golongan :9
Periode :4
Blok :d
Berat atom standard : 58.933195(5)g·mol−1
Konfigurasi electron : [Ar] 4s23d7
Elektron per kelopak : 2, 8, 15, 2
Warna : Abu-abu metalik
Massa jenis : 8.90 g·cm−3
Massa jenis cairan titik didih : 7.75 g·cm−3
Titik lebur : 1768K(1495°C, 2723°F)
Titik didih : 3200 K(2927 °C, 5301 °F)
Kalor peleburan : 16.06 kJ·mol−1
Natrium kalsium edetat (natrium kalsium EDTA), juga dikenal dengan nama edetat
kalsium dinatrium, adalah obat yang digunakan untuk mengatasi keracunan timbal,
termasuk keracunan jangka pendek dan panjang (WHO,2008). Untuk penyakit ensefalopati
timbal, obat ini biasanya digunakan bersamaan dengan dimerkaprol. Obat ini tampaknya
tidak bermanfaat untuk keracunan tetraetiltimbal. Obat ini disuntikkan ke dalam pembuluh
darah atau otot.
Efek samping yang bisa muncul adalah rasa sakit di lokasi suntikan. Efek samping
lainnya adalah masalah pada ginjal, diare, demam, sakit di otot dan tekanan darah
rendah. Untuk pengguna yang sedang hamil, manfaat obat ini lebih besar daripada
risikonya Natrium kalsium edetat tergolong dalam kelompok obat khelasi.Obat ini terdiri
dari garam edetat dengan dua atom natrium dan satu atom kalsium. Obat ini mengikat
sejumlah logam berat agar dapat dikeluarkan dari tubuh lewat urin.
METODE KERJA
3.1.1 Alat
1. Spuit
2. Pipet
3. Stopwatch
4. Timbangan
5. Beker glass
7. Platform
3.1.2 Bahan
2. Larutan Cobalt-clorida
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
3. Setelah terlihat gejala keracunan, Disuntikkan kalsium dinatrium edeteate 25%, 500
mg/kg bb ip pada tikus
BAB IV
Data Biologis
Refleks +++
Kesadaran +++
Gejala Lain -
Data Pengamatan
2’ : kejang
3’ : kejang
5’ : kembali normal
8’ : lemas
10’ : kejang
2’ : kejang / komvulsi
3’ : kejang bergetar
5’ : menggeliat
7’ : staub, piloereksi
20’ : normal
5’ : diam
9’ : mati
2’ : diam
5’ : straub, piloereksi
8’ : lakrimasi, lemas
30’ : normal
5’ : diam
6’ : kejang
7’ : mati
Perhitungan dosis
= =
= =
X=
X = 0,0072 gram
Volume penyuntikan
= =
= =
Y=
Kalsium dinatrium edeteate 25% dosis 500mg/BB ~ 0,5 gram/kg BB
Perhitungan dosis
= =
= =
X=
X = 0,09 gram
Volume penyuntikan
= =
= =
Y=
Y = 0,36 mL
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini percobaan mengenai Antagonisme Cobalt Edeteate In Vivo.
Antagonis sendiri merupakan obat atau zat kimia yang berikatan dengan reseptop namun
tidak mengaktiviainya. Antagonis menurunkan zat transmitor atau agonis lain dengan
reseptor sehingga mengurangi atau memblok kerja transmitor tersebut. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan hewan uji yaitu tikus putih dewasa. Sebelum dilakukan
perlakuan, tikus terlebih dahulu diamati data biologisnya.
Pada percobaan ini dilakukan 3 perlakuan yang akan dilakukan pada masing-masing
tikus. Perlakuan pertama yaitu pencegahan, perlakuan kedua tanpa antidota yang ketiga
adalah tindakan kuratif atau perlakuan pengobatan. Kelompok yang lain melakukan
percobaan 1 dan 2 sedangkan kelompok kami melakukan percobaan ke 1. Bobot hewan uji
coba yang kami gunakan adalah 180 gram, zat yang disuntikkan adalah larutan cobalt
klorida dengan konsentrasi 1% dan kalsium dinatrium edeteate dengan konsentrasi 25%
yang diinjeksikan melalui rute intra peritonial yaitu pada bagian rongga perut tikus.
Cobalt klorida (CuCl6H2O) merupakan zat padat logam berat. Kristal berwarna
merah, sangat mudah menyerap air, dan dapat mengikat uap air. Kobalt menunjukkan
konsentrasi yang lebih tinggi dalam hati, dengan konsentrasi agak rendah di ginjal dan
limpa. Cobalt merupakan nutrisi penting berupa vitamin B12 atau cobalamin yang
menangkal anemia perisiosa. Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah
serta pembangun vitamin B12. Cobalt yang merupakan vitamin B12 (kobalamin). Vitamin
ini diperlukan untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi semua sel.
Cobalt mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim.
Mekanisme antagonisme Cobalt dimana zat beracun cobalt berikatan pada darah
sehingga akan terjadi kekurangan oksigen dengan adanya pemberian kalsium dinatrium
edeteate maka Cobalt Chlorida akan tergeser dan akan digantikan oleh Ca sehingga
mengurangi efek toksisitas,
Dalam klinis efek toksisitas Cobalt diantaranya fibrosis, penyakit paru - paru,
gangguan pernafasan, gagal jantung, efusi perikardial, tiroid berupa tiromegali,
hipotiroidisme, neuropati yaitu dermatitis dan hipersensitivitas. Toksisitas akut Cobalt yaitu
penyakit paru, asma, pneumonia, sesak, mual dan muntah, lalu temuan klinisnya adalah
kardiomiopati, kelainan paru - paru, disfungsi tiroid dan sensitivitas.
Salah satu cara untuk mengetahui pengaruh antara berat badan dan volume
pemberian obat dengan membandingkan onset dan durasi obat dimana waktu onset waktu
yang diperlukan obat dari mulai proses pemberian obat sampai menimbulkan sirkulasi
sistemik dan menimbulkan efek. Sedangkan waktu durasi adalah waktu yang diperlukan
obat mulai memberikan efek sampai hilangnya obat. Dalam absorbsi obat mulai
memberikan efek sampai hilangnya efek dengan absorbsi penyerapan sehingga menyakut
kecepatan proses dan kelengkapan biasanya dinyatakan dalam jumlah persentase dari
jumlah obat yang diberikannya. Dalam rongga perut secara ip diabsorbsi dengan cepat
karena pada mesentrium menyelubungi organ perut lain dan berlanjut sebagai lapisan
dalam dari rongga perut dengan banyaknya pembuluh darah sehingga permukaan
absorbsinya lebih luas onset pada cara ini paling pendek dan efeknya tepat.
Hubungan antara berat badan dan volume pemberiannya adalah semakin berat bobot
badan tikus maka volume pemberian yang diberikan akan tinggi juga, sehingga hasil onset
yang diraih akan lebih cepat dan durasi obatnya lama.
Dari ketiga percobaan diatas yang paling efektiv adalah percobaan pertama. Karena
kalsium dinatrium edeteate lebih efektif digunakan sebagai pencegahan keracunan logam
berat.
BAB V
KESIMPULAN
Simonsen, M.E.; Sogaard, E.G. Sol-gel Reactions of Titanium Alkoxides and Water:
Influence of pH and Alkoxy Group on Cluster formation and Proporties of the
Resulting Products. Journal of Sol-gel Science and Technology. 2010. 485-497
WHO (2008). The global burden of diseases: 2004 update Geneva: World
HealthOrganization.http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/G
BD_report_2004update_full.pdf