php/jpe/article/view/2721/2271
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi ketercapaian program pendidikan karakter pada
tingkat sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo, (2) memberikan rekomendasi baik kepada guru,
sekolah, maupun pemerintah untuk perbaikan program pendidikan karakter. Jenis penelitian adalah
evaluasi program (evaluasi formatif) dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian meliputi: (1)
empat sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo, yaitu SDN 4 Wates, SDN 6 Bendungan, SDN Kriyan,
dan SDN Selo; (2) Pengawas SD Kecamatan Kokap dan Pengawas SD Kecamatan Wates; dan (3) Di-
nas Pendidikan Kulon Progo. Data dianalisis dengan menggunakan analisis data Milles & Huberman
meliputi: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1)
kesiapan sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
baik, dinilai dari kurikulum yang telah terintegrasi pendidikan karakter, namun masih kurang dalam
hal pengelolaan sarana prasarana pendukung dan banyak guru memerlukan lebih banyak pengetahuan
dan keterampilan tentang pendidikan karakter; (2) implementasi pendidikan karakter belum tampak
pada kegiatan pembelajaran; (3) dukungan dari pemerintah dalam sosialisasi atau pelatihan dirasa
masih kurang oleh sekolah; (4) monitoring dan evaluasi pendidikan karakter masih terbatas pada
kurikulum dan dilakukan melalui pembinaan pengawas di setiap sekolah; dan (5) kendala yang umum
dihadapi sekolah adalah penilaian sikap siswa yang belum terdokumentasi, kurangnya pemahaman
guru untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, dan tidak adanya sinergi antara pendidikan di
sekolah dengan pendidikan di rumah.
Kata kunci: evaluasi program, pendidikan karakter, sekolah dasar
Abstract
This study aims to: (1) evaluate the progress of character education program in the elementary
schools in Kulon Progo Regency, and (2) give recommendation to teachers, schools, and the
government about the character education program’s improvement. This research used a program
evaluation of Scriven’s formative evaluation model with the qualitative approach. The research
subjects comprised: (1) four elementary schools in Kulon Progo, i.e. SDN 4 Wates, SDN 6
Bendungan, SDN Kriyan, and SDN Selo, (2) elementary school’s superintendents of Wates and
Kokap, and (3) the education department of Kulon Progo. This research used the qualitative data
analysis from Miles & Huberman, consisting of data reduction, data display, and verification. The
conclusions of this study are that: (1) the readiness of school for implementing character education is
good, assessed from their curriculum integrated with character education, but still not good enough
in terms of facility management, and the number of teachers in need of more knowledge and skills
about character education; (2) the implementation of character education does not happen yet in the
classroom learning activities; (3) the sample schools consider that the support from the government
is insufficient especially for character education training; (4) the monitoring and evaluation of
character education are still limited to the curriculum and done by the school’s superintendents; and
(5) the constraints at character education are undocumented students’s behavior assessment, lack of
teacher’s understanding to implement the character education, and there is no synergy between
education at school and education at home.
Keywords: program evaluation, character education, elementary school
didapat namun dengan usaha terus menerus. Sekolah adalah konteks sosial di mana
Sedangkan pengertian pendidikan karakter yang anak belajar dan berinteraksi dengan lingkung-
dijelaskan oleh Tim Pendidikan Karakter Kem- annya. Dalam pendidikan karakter, sekolah
diknas dalam Triatmanto (2010, p. 188), pen- menjadi komponen penting yang sangat ber-
didikan karakter merupakan upaya-upaya yang pengaruh terhadap keberhasilan program ini.
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis Para ahli perkembangan manusia meyakini
untuk membantu peserta didik memahami nilai- bahwa proses perkembangan anak dalam
nilai perilaku manusia yang berhubungan lingkungan sekolah mempunyai andil yang
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, besar dalam kematangan pribadi seseorang,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan beberapa bahkan menyertakannya dalam teori
yang terwujud dalam pikiran, perasaan, sikap, yang mereka kembangkan.
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- Teori yang dikembangkan Bandura
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan dalam Schunk (2010, p.285), Social Cognitive
adat istiadat. Model menjelaskan bahwa dalam diri manusia
Lickona (2001, p.241) menjelaskan terdapat tiga faktor yang saling mempengaruhi,
mengenai tahapan pendidikan karakter dalam yaitu: perilaku/karakter, kemampuan kognitif,
sebuah model yang dikenal dengan “compo- dan lingkungan. Bandura dalam Schunk,
nents of good character”, meliputi; (1) moral Pintrich, & Meece (2010, p.126) menyatakan
knowing atau pengetahuan moral, yaitu bagai- bahwa individu tidak semata-mata dipengaruhi
mana seseorang dapat mengetahui mana yang oleh kekuatan dari dalam, bukan pula secara
baik dan buruk. Dimensi yang termasuk dalam otomatis dibentuk dan dikendalikan oleh rang-
moral knowing termasuk dalam ranah kognitif, sangan eksternal. Sebaliknya, fungsi manusia
di antaranya: kesadaran moral, pengetahuan dijelaskan dalam model tiga serangkai yaitu
tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pan- perilaku, kognitif dan faktor pribadi lainnya,
dang, logika moral, keberanian mengambil dan lingkungan kejadian. Ketiga hal tersebut
sikap, dan pengenalan diri; (2) moral feeling, berjalan dan saling mempengaruhi satu sama
merupakan penguatan aspek emosi untuk men- lain. Dalam teori juga dibahas mengenai konsep
jadi manusia berkarakter, termasuk di dalam- learning through imitation yang menekankan
nya, antara lain: kesadaran akan jati diri, perca- belajar dari pengamatan perilaku orang lain
ya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, yang disebut model.
cinta kebenaran, pengendalian diri, dan keren- Berdasarkan teori tersebut, dapat
dahan hati; (3) moral Action merupakan disimpulkan bahwa untuk membentuk karakter
tindakan moral yang merupakan hasil dari dua dalam pribadi individu, diperlukan juga du-
komponen moral yang telah dijelaskan. Untuk kungan dari lingkungan yang menjadi tempat
dapat terdorong untuk berbuat baik (act interaksi. Dalam konteks penelitian ini adalah
moraly), maka harus memenuhi tiga aspek pengaruh sekolah sebagai lingkungan sosial
karakter, yaitu: kompetensi, keinginan, dan anak, termasuk guru yang bersikap sebagai role
kebiasaan. Ketiga komponen tersebut sangat model atau teladan untuk dapat dicontoh.
penting untuk mengarahkan seseorang ke kehi- Pemikiran bahwa sekolah berperan
dupan yang bermoral, karena ketiganya mem- penting dalam pembangunan karakter anak juga
bentuk apa yang dikatakan dengan kematangan disampaikan oleh Kohlberg dalam Horn,
moral. Konsep ini serupa dengan yang disam- Daddis, & Killen (2008, p.270). Ia merumuskan
paikan oleh Ki Hajar Dewantara (1962). bahwa terdapat dua kondisi yang dapat men-
Menurutnya, proses internalisasi nilai pada diri stimulasi perkembangan anak terkait dengan
peserta didik, perlu menerapkan prinsip “ngerti, moral atau karakter. Pertama, pembahasan atau
ngroso, lan nglakoni”, yang artinya mengerti, diskusi dalam konteks formal (kurikulum).
merasakan, dan melakukan. Kedua, membentuk kultur sekolah sebagai ling-
Berdasar pada beberapa penjelasan kungan moral. Pendekatan tersebut kemudian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pen- dikenal sebagai Just Community School
didikan karakter merupakan suatu upaya siste- Approach. Pencetus pendekatan ini meyakini
matis yang berkesinambungan untuk memben- bahwa pendidikan moral/karakter akan lebih
tuk kepribadian individu agar memiliki pikiran, efektif jika anak berpatisipasi secara aktif dalam
perasaan, serta tindakan yang berlandaskan lingkungan sosialnya (sekolah) yang didukung
pada norma-norma luhur yang berlaku di oleh guru yang juga berpartisipasi secara aktif.
masyarakat.
saling melengkapi. Masing-masing bagian seca- didikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh
ra konseptual merupakan gugus nilai luhur yang Kemdiknas (2010b, pp.15-18 dan pp.25-30).
di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagai- Berdasarkan kriteria tersebut maka
mana dapat dilihat pada gambar di atas. penelitian dilakukan pada; (1) kesiapan sekolah
Kemdiknas (2011, p.14) merumuskan meliputi kurikulum, sarana prasarana pendu-
implementasi pendidikan karakter yang diinte- kung pendidikan karakter, dan tenaga pendidik;
grasikan dalam KTSP, meliputi; (1) integrasi (2) proses implementasi program pendidikan
dalam mata pelajaran yang ada, yaitu mengem- karakter baik dalam pembelajaran di kelas
bangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang maupun kultur sekolah; (3) dukungan yang
telah ada sesuai dengan nilai yang telah ditetap- diberikan oleh Dinas Pendidikan kepada seko-
kan, (2) integrasi dalam muatan lokal disesuai- lah; (4) monitoring dan evaluasi implementasi
kan dengan kompetensi yang dikembangkan pendidikan karakter; dan (5) kendala yang diha-
daerah/sekolah, (3) kegiatan pengembangan dapi dalam implementasi program pendidikan
diri, melalui pengkondisian, kegiatan rutin, karakter.
kegiatan spontanitas, keteladanan, kegiatan ter-
program, ekstrakurikuler, dan bimbingan Metode Penelitian
konseling. Jenis Penelitian
Pendidikan karakter yang diintegrasi-
kan di sekolah merupakan program strategis Penelitian ini menggunakan pendekat-
yang diharapkan mampu mengatasi berbagai an kualitatif dengan jenis penelitian evaluasi
masalah moral yang ada. Sayangnya, belum ada formatif yang dikembangkan oleh Scriven,
evaluasi terhadap program ini sehingga belum yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
dapat diketahui ketercapaian program pendidik- berlangsung dan dimaksudkan untuk mening-
an karakter di sekolah. Evaluasi penting dilaku- katkan efektivitas program. Pada penelitian ini
kan untuk mengetahui apakah program berjalan ditetapkan kriteria tertentu sebagai pedoman
sesuai dengan rancangan dan mengetahui dalam mengevaluasi program pendidikan karak-
sejauh mana telah mencapai tujuan yang ter untuk mengetahui ketercapaian program.
diinginkan. Kriteria tersebut disusun berdasarkan pada
Berdasar penjelasan tersebut, maka sa- Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya
ngat penting untuk dilakukan sebuah penelitian dan Karakter Bangsa oleh Kemdiknas.
evaluasi terhadap implementasi program pendi- Waktu dan Tempat Penelitian
dikan karakter di sekolah. Cronbach dalam
Tayibnapis (2008, p.8) menilai bahwa evaluasi Waktu penelitian berlangsung pada Bu-
yang baik harus dapat memberikan dampak lan Maret–September 2013 di Kabupaten Kulon
positif pada perkembangan program. Artinya, Progo. Penelitian dilakukan di Kabupaten Ku-
perlu ada kesinambungan dari hasil penelitian lon Progo dengan pertimbangan bahwa di
terhadap perbaikan/pengembangan program daerah ini juga terdapat banyak permasalahan
atau memberi masukan rekomendasi untuk karakter di lingkungan anak dan remaja. Hal
program selanjutnya. Dengan penelitian ini, tersebut memberikan alasan perlunya dilakukan
dapat diketahui ketercapaian program pendidik- penelitian terhadap implementasi pendidikan
an karakter pada tingkat sekolah dasar di Kabu- karakter di Kulon Progo, khususnya di sekolah
paten Kulon Progo. Selanjutnya, dihasilkan dasar.
rekomendasi baik untuk guru, sekolah, maupun Subjek Penelitian
pemerintah terkait dengan pengembangan atau
perbaikan program pendidikan karakter. Subjek penelitian ditentukan secara
Evaluasi program pendidikan karakter purposive atau berdasar pertimbangan tertentu,
dilakukan dengan menetapkan kriteria tertentu yaitu sekolah dasar yang telah mengimplemen-
sebagai pedoman dalam mengevaluasi program tasikan program pendidikan karakter. Subjek
pendidikan karakter untuk mengetahui keterca- dipilih untuk mewakili kondisi demografi Ka-
paian program. Kriteria tersebut disusun berda- bupaten Kulon Progo, yaitu di daerah perkotaan
sarkan pada Pedoman Pengembangan Pendidik- dan pedesaan. Ditentukan pula sekolah dengan
an Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemdik- profil yang berbeda, dari ketersediaan sarana
nas, yaitu pada Implementasi Pendidikan Ka- dan prasarana pendidikan hingga penyeleng-
rakter dalam KTSP dan Indikator Keberhasilan garaan layanan pendidikan. Berdasar kriteria
Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan Pen- tersebut maka ditetapkan empat sekolah dasar
yang diteliti, yaitu SDN 4 Wates, SDN 6 Ben-
Hasil Penelitian dan Pembahasan makan, namun pembiasaan semacam itu baru
Kesiapan Sekolah terjadi di satu sekolah yang diamati. Contoh
lain, majalah dinding (mading) dapat diman-
Pertama, kesiapan dari segi kurikulum. faatkan untuk wahana aktualisasi ide dan
Narasumber dari Dinas Pendidikan menyatakan kreativitas, namun sebagian besar sekolah tidak
bahwa semua sekolah dasar di Kulon Progo mengelolanya dengan baik, mading jarang
telah menggunakan kurikulum yang terintegrasi diperbarui sehingga menjadi barang usang yang
pendidikan karakter. Hal tersebut dikonfirmasi menarik minat siswa.
dengan hasil observasi kurikulum pada subjek
Selain pengelolaan yang baik, sekolah
penelitian yang menunjukkan bahwa pendidik- juga perlu memperhatikan perawatan dan peme-
an karakter telah diintegrasikan pada rumusan
liharaan sarana dan prasarana sekolah. Dalam
visi, misi, dan tujuan sekolah hingga perencana- hal ini, diperlukan keterlibatan semua warga
an pembelajaran dalam kelas.
sekolah, terutama siswa. Keterlibatan siswa
Kurikulum yang diintegrasikan dengan secara aktif dalam pemanfaatan, perawatan, dan
pendidikan karakter telah dipenuhi oleh semua pemeliharaan sarana prasarana serta lingkungan
sekolah di Kabupaten Kulon Progo. Hal terse- sekolah akan menumbuhkan rasa memiliki dan
but tidak lepas dari kontrol yang dilakukan tanggung jawab untuk lebih peduli terhadap
pemerintah daerah. Dengan adanya pengecekan lingkungan sekolahnya.
dan koreksi dari pihak Dinas Pendidikan, maka Ketiga, kesiapan dari segi tenaga pen-
setidaknya sekolah memiliki kurikulum yang didik. Kompetensi untuk dapat mengintegrasi-
sesuai dengan standar pendidikan karakter. Ke- kan pendidikan karakter dalam pembelajaran
siapan kurikulum menjadi dasar yang baik bagi berkaitan erat dengan pemahaman guru tentang
implementasi pendidikan karakter di sekolah. pendidikan karakter. Hal ini dapat dipenuhi jika
Idealnya, sekolah membuat peta nilai yang telah guru mendapatkan sosialisasi yang cukup.
terpilih dari tahun pertama sampai tahun ter- Narasumber dari sekolah di Kecamatan Wates
akhir kemudian mengintegrasikannya ke dalam menyatakan bahwa guru-guru telah mendapat
silabus dan RPP. Dengan demikian, dalam do- pemahaman tentang pendidikan karakter mela-
kumen silabus dan RPP akan termuat nilai ka- lui sosialisasi dari Dinas Pendidikan. Namun
rakter secara spesifik lengkap dengan indikator- pernyataan berbeda disampaikan oleh narasum-
nya. Namun pemetaan tersebut belum dilakukan ber dari sekolah di Kecamatan Kokap, hasil
oleh sekolah, sehingga nilai karakter yang wawancara menjelaskan bahwa mereka masih
dirumuskan bersifat acak, tidak ada fokus pada kurang mendapatkan pemahaman yang benar
nilai-nilai karakter tertentu di setiap jenjang tentang implementasi pendidikan karakter.
kelas. Pelatihan langsung juga belum pernah
Kedua, kesiapan dari segi sarana dan didapatkan.
prasarana pendukung pendidikan karakter. Be- Kesempatan untuk memperoleh pela-
berapa sarana pendukung pelaksanaan pendi- tihan lebih banyak didapatkan oleh sekolah-
dikan karakter di sekolah antara lain: fasilitas sekolah di daerah perkotaan. Sehingga tidak
ibadah, tempat temuan barang hilang, kantin banyak guru yang mendapat pengalaman lang-
kejujuran, tata tertib sekolah, catatan kehadiran, sung dari pelatihan. Sosisalisasi hanya didapat
pajangan kata mutiara, media komunikasi dan dari pengimbasan melalui forum Kelompok
informasi, perpustakaan, dan sarana kebersihan. Kerja Guru (KKG) yang dinilai oleh beberapa
Hasil observasi terhadap sarana dan prasarana guru tidak efektif. Keterbatasan akses informasi
tersebut menunjukkan bahwa hanya sebagian dialami oleh sekolah di Kecamatan Kokap yang
kecil sarana yang tidak tersedia di sekolah, meru-pakan daerah pelosok, cukup jauh untuk
yaitu tempat temuan barang hilang dan kantin dapat dijangkau. Maka kondisi seperti ini dapat
kejujuran. Terdapat kekurangan dalam hal mem-beri gambaran mengenai kondisi sekolah-
pengelolaan sarana dan prasarana, yaitu: pe- seko-lah lain di pelosok Kabupaten Kulon
manfaatan yang belum optimal dan pemelihara- Progo, seperti sekolah di Kecamatan Nang-
an yang kurang. gulan, Kecamatan Girimulyo, atau Kecamatan
Sarana dan prasarana pendukung yang Sidomulyo.
ada dapat dimanfaatkan sebagai wahana pem- Namun demikian, hal ini tidak sepe-
bentukan karakter, misal fasilitas tempat cuci nuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
tangan dapat untuk menanamkan kebiasaan Seorang guru juga selayaknya mempunyai
sehat mencuci tangan sebelum dan sesudah semangat belajar terus menerus baik secara
Dalam konteks pendidikan karakter, habituasi sudah baik atau yang masih perlu ditekankan
meliputi situasi dan kondisi dan penguatan yang kembali.
diciptakan agar memungkinkan siswa membia- Penilaian sikap penting untuk dikem-
sakan diri berperilaku sesuai nilai karakter yang bangkan dalam sebuah dokumentasi. Dokumen-
telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan tasi memiliki peran penting dalam pendidikan
melalui proses intervensi. karakter yang berkelanjutan. Dengan adanya
Berdasar hasil wawancara, penilaian dokumentasi, sekolah dapat mempertahankan
sikap siswa masih dirasa sulit bagi sejumlah nilai-nilai yang telah berhasil ditanamkan se-
guru. Mayoritas guru telah melakukan peng- hingga membudaya dan menjadi ciri khas seko-
amatan terhadap sikap yang dinampakkan oleh lah. Sementara itu, hal-hal yang masih kurang
siswa, namun yang masih menjadi kendala dapat dapat dievaluasi sehingga implementasi
adalah pencatatan hasil pengamatan tersebut. pendidikan karakter dapat semakin disempurna-
Idealnya, guru memiliki catatan tertulis meski- kan.
pun dalam bentuk yang sederhana, misal
dengan membuat catatan anekdot, yaitu catatan Pembentukan Budaya Sekolah
yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku Pengembangan budaya sekolah dilaku-
yang berkenaan dengan nilai yang dikem- kan melalui kegiatan pengembangan diri,
bangkan. Catatan anekdot dan hasil pengamatan meliputi: kegiatan rutin, kegiatan spontan, kete-
lain seperti tugas, laporan, dan sebagainya dapat ladanan, dan pengkondisian. Kegiatan rutin
digunakan guru untuk memberikan kesimpulan yang telah dilakukan masing-masing sekolah
atau pertimbangan tentang pencapaian indikator dalam pengembangan karakter antara lain:
nilai. Kesimpulan tersebut dapat dinyatakan upacara bendera, memulai dan mengakhiri ke-
dalam pernyataan kualitatif, yaitu BT (belum giatan belajar di kelas dengan berdoa, berbaris
terlihat), MT (mulai terlihat), MB (mulai ketika hendak pulang dan bersalaman dengan
berkembang), dan MK (membudaya). guru (pada kelas rendah), shalat berjamaah,
Berdasar observasi di sekolah, tidak mengumpulkan infaq, piket kelas, kerja bakti.
ada satu pun sekolah yang telah membuat pe- Kegiatan spontan yang dapat teramati selama
nilaian tersebut. Dari kondisi ini dapat diketahui proses penelitian, antara lain: menjenguk warga
bahwa pendidikan karakter sebagai sebuah sekolah yang terkena musibah (misal karena
program, sangat lemah dalam hal penilaian. kecelakaan) dan mengumpulkan sumbangan,
Sekolah tidak memiliki patokan yang jelas guru menegur siswa yang membuang sampah
tentang kriteria penilaian sikap siswa. Selain sembarangan, mengucapkan terima kasih saat
itu, guru jarang membuat penilaian sikap secara mendapat bantuan, guru mengajak siswa
tertulis. Mayoritas guru tetap melakukan peng- menyapu kelas yang kotor, berjabat tangan.
amatan terhadap sikap siswa, namun tidak Telah disampaikan sebelumnya bahwa
tercatat atau yang sering disebut dengan istilah kepala sekolah dan guru sebagai orang dewasa
„ilmu titen‟. Cara lisan seperti ini tampaknya di sekolah, pada umumnya menunjukkan sikap
tidak menjadi masalah bagi guru karena begitu yang layak menjadi teladan dalam hal kesopan-
permasalahan muncul, guru langsung memberi- an, keramahan, atau kerapian. Namun masih
kan tindak lanjut agar siswa dapat memper- terdapat hal negatif yang sering dinampakkan
baikinya. yaitu sikap tidak disiplin waktu. Pembentukan
Penilaian lisan sangat lemah untuk budaya sekolah juga dilakukan melalui peng-
dijadikan dasar pertimbangan dalam menentu- kondisisan, meliputi segala upaya yang dilaku-
kan kesimpulan profil siswa. Pertama, karena kan untuk menciptaan kondisi yang mendukung
ingatan manusia sifatnya sangat terbatas sehing- keterlaksanaan pendidikan karakter. Salah
ga tidak semua dapat diingat tepat dengan apa satunya adalah menyediakan sarana prasarana
yang sebelumnya pernah diamati. Kedua, tidak pendukung pendidikan karakter, informasi
ada bukti fisik yang jelas sehingga mengurangi mengenai sarana prasarana pendukung telah
nilai objektivitas dan akuntabilitas. diulas sebelumnya.
Selain untuk memberikan feed back Kultur positif yang ditunjukkan adalah
langsung untuk siswa, penilaian sikap juga budaya berjabat tangan. Ketika melihat guru
sangat diperlukan sebagai dasar assessment dan kepala sekolah, siswa akan secara spontan
pribadi guru. Pernyataan yang lugas seperti BT, menghampiri untuk berjabat tangan (cium
MT, MB, dan MK dapat memberi gambaran tangan) dengan mengucapkan salam. Kebiasaan
jelas bagi guru tentang karakter apa saja yang seperti itu ada di semua sekolah yang diteliti,
pemanfaatan dan pemeliharaan yang belum warga sekolah. Dengan demikian, pendidikan
optimal. Sebagian besar tenaga pendidik belum karakter dapat dilakukan secara sinergis hingga
memiliki pemahaman yang jelas mengenai terwujud suatu budaya sekolah yang berkarak-
program pendidikan karakter dan implemen- ter dan dapat dipertahankan menjadi kekhasan
tasinya di sekolah. sekolah.
Integrasi pendidikan karakter belum Sekolah membangun sinergi antara
terlihat di sebagian besar proses pembelajaran pendidikan di sekolah dengan pendidikan di
karena tidak ada nilai karakter tertentu yang rumah. Untuk itu, harus dibangun kemitraan
sengaja ditekankan. Masih banyak ditemukan yang baik dengan orang tua siswa dan masya-
metode pembelajaran berpusat pada guru yang rakat sekitar. Sampaikan pula tujuan pendidikan
kurang memfasilitasi siswa untuk aktif. Penilai- karakter yang hendak dicapai sekolah, dengan
an sikap yang dilakukan guru tidak terdoku- demikian layanan pendidikan yang diberikan
mentasikan. akan berkesinambungan dan akan lebih efektif
Dukungan Dinas Pendidikan Kabupa- dalam mencapai tujuan pendidikan karakter
ten Kulon Progo dilakukan melalui sosialisasi yang diharapkan.
dan pelatihan kepada semua sekolah di Kulon Sekolah perlu memperbaiki sistem
Progo. Namun, bentuk dukungan tersebut dirasa pengelolaan terhadap sarana dan prasarana
masih kurang oleh sekolah, khususnya sekolah pendukung pendidikan karakter, meliputi pe-
yang berada di daerah pelosok desa. manfaatan yang optimal serta pemeliharaan
Evaluasi yang dilakukan oleh Dinas yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo sebatas Dengan demikian, fungsi sarana dan prasarana
pada kelengkapan administratif (kurikulum), pendukung pendidikan karakter akan lebih
belum ada evaluasi untuk mengukur ketercapai- efektif.
an program pendidikan karakter secara keselu- Pembelajaran yang efektif dalam men-
ruhan. Monitoring dilakukan oleh pengawas didik karakter siswa adalah pembelajaran yang
sekolah namun personil pengawas yang hanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk ber-
satu atau dua orang setiap kecamatan sangat pikir, berkreativitas, dan berinteraksi dengan
kurang jika dibanding dengan jumlah sekolah. maksimal. Oleh karena itu, setiap guru harus
Kendala utama yang dihadapi sekolah memberikan pembelajaran yang terpusat pada
selama mengimplementasikan pendidikan ka- siswa yaitu pembelajaran yang aktif dan me-
rakter yaitu: pelatihan pendidikan karakter yang nyenangkan. Kepala sekolah berwenang untuk
dirasa masih kurang oleh pihak sekolah, tidak menilai kinerja guru sehingga dapat menegur
adanya dokumentasi penilaian sikap, kesenjang- guru apabila mendapati ketidaksesuaian.
an antara pendidikan di sekolah dengan pendi- Sekolah memiliki mitra kerja yaitu Di-
dikan di rumah sehingga menghambat pemben- nas Pendidikan. Oleh karena itu, sekolah dapat
tukan karakter siswa. berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan
Saran mengenai setiap kesulitan yang dihadapi. Dari
penelitian ini didapati kepala sekolah maupun
Saran disajikan dalam bentuk rekomen- guru yang masih bingung terhadap pelaksanaan
dasi yang disampaikan kepada sekolah dan pendidikan karakter. Bila terjadi demikian,
pemerintah. Berikut adalah rinciannya, sekolah dapat secara langsung bertanya kepada
Rekomendasi untuk Sekolah Dinas Pendidikan ataupun memohon diadakan
pelatihan atau seminar jika memang diperlukan.
Mulai dari perencanaan, sekolah perlu
membuat Rencana Aksi Sekolah (RAS) yang Rekomendasi untuk Pemerintah
jelas mengenai pencapaian indikator nilai ka- (Dinas Pendidikan)
rakter pada setiap jenjang kelas. Dengan demi- Menentukan satu sekolah di setiap
kian sekolah dapat merancang semua kegiatan kecamatan sebagai sekolah best practices atau
sekolah yang difokuskan pada pencapaian nilai sekolah percontohan pendidikan karakter. Seko-
tersebut. lah tersebut yang kemudian berperan dalam
Setiap perencanaan dan tujuan pendi- mengimbaskan pengetahuan dan pengalaman
dikan karakter harus disosialisasi kepada selu- kepada sekolah lain melalui forum-forum
ruh warga sekolah sehingga tercipta suatu kepala sekolah dan guru. Cara ini untuk
pemahaman yang utuh dan memiliki komitmen menyiasati keterbatasan Dinas Pendidikan
bersama dalam membangun karakter seluruh menjangkau setiap sekolah secara langsung.