Anda di halaman 1dari 12

https://journal.uny.ac.id/index.

php/jpe/article/view/2721/2271

Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 1


Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER


DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN KULON
PROGO

A PROGRAM EVALUATION OF CHARACTER


EDUCATION IN ELEMENTARY SCHOOL OF KULON
PROGO REGENCY

Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Universitas Negeri
Yogyakarta stovikaeva@gmail.com, yube2u@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi ketercapaian program pendidikan karakter pada
tingkat sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo, (2) memberikan rekomendasi baik kepada guru,
sekolah, maupun pemerintah untuk perbaikan program pendidikan karakter. Jenis penelitian adalah
evaluasi program (evaluasi formatif) dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian meliputi: (1)
empat sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo, yaitu SDN 4 Wates, SDN 6 Bendungan, SDN Kriyan,
dan SDN Selo; (2) Pengawas SD Kecamatan Kokap dan Pengawas SD Kecamatan Wates; dan (3) Di-
nas Pendidikan Kulon Progo. Data dianalisis dengan menggunakan analisis data Milles & Huberman
meliputi: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1)
kesiapan sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
baik, dinilai dari kurikulum yang telah terintegrasi pendidikan karakter, namun masih kurang dalam
hal pengelolaan sarana prasarana pendukung dan banyak guru memerlukan lebih banyak pengetahuan
dan keterampilan tentang pendidikan karakter; (2) implementasi pendidikan karakter belum tampak
pada kegiatan pembelajaran; (3) dukungan dari pemerintah dalam sosialisasi atau pelatihan dirasa
masih kurang oleh sekolah; (4) monitoring dan evaluasi pendidikan karakter masih terbatas pada
kurikulum dan dilakukan melalui pembinaan pengawas di setiap sekolah; dan (5) kendala yang umum
dihadapi sekolah adalah penilaian sikap siswa yang belum terdokumentasi, kurangnya pemahaman
guru untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, dan tidak adanya sinergi antara pendidikan di
sekolah dengan pendidikan di rumah.
Kata kunci: evaluasi program, pendidikan karakter, sekolah dasar

Abstract
This study aims to: (1) evaluate the progress of character education program in the elementary
schools in Kulon Progo Regency, and (2) give recommendation to teachers, schools, and the
government about the character education program’s improvement. This research used a program
evaluation of Scriven’s formative evaluation model with the qualitative approach. The research
subjects comprised: (1) four elementary schools in Kulon Progo, i.e. SDN 4 Wates, SDN 6
Bendungan, SDN Kriyan, and SDN Selo, (2) elementary school’s superintendents of Wates and
Kokap, and (3) the education department of Kulon Progo. This research used the qualitative data
analysis from Miles & Huberman, consisting of data reduction, data display, and verification. The
conclusions of this study are that: (1) the readiness of school for implementing character education is
good, assessed from their curriculum integrated with character education, but still not good enough
in terms of facility management, and the number of teachers in need of more knowledge and skills
about character education; (2) the implementation of character education does not happen yet in the
classroom learning activities; (3) the sample schools consider that the support from the government
is insufficient especially for character education training; (4) the monitoring and evaluation of
character education are still limited to the curriculum and done by the school’s superintendents; and
(5) the constraints at character education are undocumented students’s behavior assessment, lack of
teacher’s understanding to implement the character education, and there is no synergy between
education at school and education at home.
Keywords: program evaluation, character education, elementary school

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


Pendahuluan Pendidikan karakter mutlak diperlukan
Pendidikan karakter sesungguhnya karena hakikat pendidikan tidak dapat dipisah-
telah digagas semenjak berdirinya negara kan dari karakter sebagaimana dikemukakan Ki
Republik Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, Hajar Dewantara, bahwa pendidikan adalah
Soekarno telah mengemukakan pentingnya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan
membangun jati di bangsa melalui konsep batin, karakter), pikiran (intelek), dan jasmani
national and character building dan Pancasila. anak didik. Lickona (2004, p.261) menjelaskan
Sejarah perkembangan pendidikan Indonesia tujuan dari pendidikan adalah untuk membim-
juga menunjukkan upaya pembangunan karak- bing siswa dalam proses di mana mereka mem-
ter melalui pendidikan budi pekerti, Pedoman bentuk diri mereka sebagai pribadi manusia,
Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4), Pen- dipersenjatai dengan pengetahuan dan kekuatan
didikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan mengambil keputusan, dan kebajikan moral, di
Kewarganegaraan, dan sebagainya. Artinya, saat yang sama pula, menyampaikan kepada
pendidikan karakter bukan lagi hal baru dalam mereka warisan spiritual bangsa dan peradaban
dunia pendidikan Indonesia. di mana mereka terlibat di dalamnya.
Berbagai upaya pendidikan tersebut Untuk membentuk karakter pribadi
diharapkan mampu membangun sumber daya yang matang diperlukan proses yang terus me-
manusia Indonesia yang berkualitas, yaitu nerus dan berkesinambungan sepanjang kehi-
masyarakat yang kaya dengan pluralitas dengan dupan. Proses ini harus dimulai sejak dini
ciri toleran dan bergotong royong. Namun hal karena pada tahap perkembangan individu, usia
tersebut tidak dapat dibuktikan oleh realitas anak adalah saat yang tepat untuk menanamkan
yang ada. Kerap dijumpai tindakan anarkis, nilai-nilai karakter karena ini akan membentuk
konflik sosial, dan masalah moral yang meram- fondasi dasar untuk perkembangan selanjutnya.
bah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Freud dalam Manery (2010, p.188) menekan-
Kulon Progo sebagai salah satu kabu- kan pentingnya peristiwa masa kanak-kanak
paten di Indonesia, tidak luput dari gejala dalam membentuk kepribadian seorang indivi-
dekandensi moral, bahkan tidak sedikit di du, bahwa awal kehidupan seseorang merupa-
antaranya terjadi di kalangan anak dan remaja. kan periode kritis. Kegagalan penanaman kepri-
Sebagai contoh, pencurian motor oleh anak usia badian yang baik di usia dini akan membentuk
13 tahun dan 14 tahun (Okezone, 30 Juli 2012), pribadi yang bermasalah di masa dewasanya
8 pelajar SD yang tertangkap tengah pesta kelak.
miras sepulang sekolah (Okezone, 29 April Penjelasan tersebut menegaskan bahwa
2010), dan tercatat bahwa kasus pernikahan di pendidikan anak teramat penting dalam kehi-
bawah umur di Kulon Progo selama 2011 dupan seseorang. Sekolah dasar sebagai lemba-
mengalami kenaikan dibandingkan tahun ga pendidikan anak, wajib untuk membangun
sebelumnya yang hampir semua perkara terse- manusia yang unggul dalam pengetahuan dan
but diajukan akibat hamil di luar nikah (Harian akhlak. Sekolah menjadi lingkungan yang ber-
Jogja, 12 Desember 2011). hadapan langsung dengan anak dan berpotensi
Gejala krisis moral yang terjadi di untuk mendidik setiap pola pikir, hati, dan peri-
masyarakat mendorong Pemerintah RI untuk laku mereka. Oleh sebab itu, setiap satuan pen-
menggalakkan kembali pendidikan karakter didikan khususnya sekolah dasar sangat diha-
melalui pencetusan Kebijakan Nasional Pem- rapkan memiliki komitmen dan integritas untuk
bangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. membangun karakter anak bangsa, salah satu-
Program ini merupakan bentuk revitalisasi nya melalui pendidikan karakter yang diinte-
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah grasikan dalam proses pendidikan yang
dengan melibatkan setiap aspek kehidupan diselenggarakan.
meliputi keluarga, satuan pendidikan, dan Lickona dalam Easterbrooks & Scheets
masyarakat. Selanjutnya, pendidikan berbasis (2004, p.256) menyatakan, “Character educa-
karakter dijadikan gerakan nasional mulai tahun tion is the deliberate effort to develope virtues
ajaran 2011/2012 mulai dari Pendidikan Anak that are good for the individual and good for
Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi society”. Artinya, pendidikan karakter adalah
termasuk di dalamnya pendidikan Nonformal sebuah upaya yang disengaja atau direncanakan
dan Informal. dalam mengembangkan kebajikan yang baik
bagi individu dan lingkungan sosial. Dijelaskan
juga bahwa proses itu tidak secara otomatis
Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 225
Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

didapat namun dengan usaha terus menerus. Sekolah adalah konteks sosial di mana
Sedangkan pengertian pendidikan karakter yang anak belajar dan berinteraksi dengan lingkung-
dijelaskan oleh Tim Pendidikan Karakter Kem- annya. Dalam pendidikan karakter, sekolah
diknas dalam Triatmanto (2010, p. 188), pen- menjadi komponen penting yang sangat ber-
didikan karakter merupakan upaya-upaya yang pengaruh terhadap keberhasilan program ini.
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis Para ahli perkembangan manusia meyakini
untuk membantu peserta didik memahami nilai- bahwa proses perkembangan anak dalam
nilai perilaku manusia yang berhubungan lingkungan sekolah mempunyai andil yang
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, besar dalam kematangan pribadi seseorang,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan beberapa bahkan menyertakannya dalam teori
yang terwujud dalam pikiran, perasaan, sikap, yang mereka kembangkan.
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- Teori yang dikembangkan Bandura
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan dalam Schunk (2010, p.285), Social Cognitive
adat istiadat. Model menjelaskan bahwa dalam diri manusia
Lickona (2001, p.241) menjelaskan terdapat tiga faktor yang saling mempengaruhi,
mengenai tahapan pendidikan karakter dalam yaitu: perilaku/karakter, kemampuan kognitif,
sebuah model yang dikenal dengan “compo- dan lingkungan. Bandura dalam Schunk,
nents of good character”, meliputi; (1) moral Pintrich, & Meece (2010, p.126) menyatakan
knowing atau pengetahuan moral, yaitu bagai- bahwa individu tidak semata-mata dipengaruhi
mana seseorang dapat mengetahui mana yang oleh kekuatan dari dalam, bukan pula secara
baik dan buruk. Dimensi yang termasuk dalam otomatis dibentuk dan dikendalikan oleh rang-
moral knowing termasuk dalam ranah kognitif, sangan eksternal. Sebaliknya, fungsi manusia
di antaranya: kesadaran moral, pengetahuan dijelaskan dalam model tiga serangkai yaitu
tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pan- perilaku, kognitif dan faktor pribadi lainnya,
dang, logika moral, keberanian mengambil dan lingkungan kejadian. Ketiga hal tersebut
sikap, dan pengenalan diri; (2) moral feeling, berjalan dan saling mempengaruhi satu sama
merupakan penguatan aspek emosi untuk men- lain. Dalam teori juga dibahas mengenai konsep
jadi manusia berkarakter, termasuk di dalam- learning through imitation yang menekankan
nya, antara lain: kesadaran akan jati diri, perca- belajar dari pengamatan perilaku orang lain
ya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, yang disebut model.
cinta kebenaran, pengendalian diri, dan keren- Berdasarkan teori tersebut, dapat
dahan hati; (3) moral Action merupakan disimpulkan bahwa untuk membentuk karakter
tindakan moral yang merupakan hasil dari dua dalam pribadi individu, diperlukan juga du-
komponen moral yang telah dijelaskan. Untuk kungan dari lingkungan yang menjadi tempat
dapat terdorong untuk berbuat baik (act interaksi. Dalam konteks penelitian ini adalah
moraly), maka harus memenuhi tiga aspek pengaruh sekolah sebagai lingkungan sosial
karakter, yaitu: kompetensi, keinginan, dan anak, termasuk guru yang bersikap sebagai role
kebiasaan. Ketiga komponen tersebut sangat model atau teladan untuk dapat dicontoh.
penting untuk mengarahkan seseorang ke kehi- Pemikiran bahwa sekolah berperan
dupan yang bermoral, karena ketiganya mem- penting dalam pembangunan karakter anak juga
bentuk apa yang dikatakan dengan kematangan disampaikan oleh Kohlberg dalam Horn,
moral. Konsep ini serupa dengan yang disam- Daddis, & Killen (2008, p.270). Ia merumuskan
paikan oleh Ki Hajar Dewantara (1962). bahwa terdapat dua kondisi yang dapat men-
Menurutnya, proses internalisasi nilai pada diri stimulasi perkembangan anak terkait dengan
peserta didik, perlu menerapkan prinsip “ngerti, moral atau karakter. Pertama, pembahasan atau
ngroso, lan nglakoni”, yang artinya mengerti, diskusi dalam konteks formal (kurikulum).
merasakan, dan melakukan. Kedua, membentuk kultur sekolah sebagai ling-
Berdasar pada beberapa penjelasan kungan moral. Pendekatan tersebut kemudian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pen- dikenal sebagai Just Community School
didikan karakter merupakan suatu upaya siste- Approach. Pencetus pendekatan ini meyakini
matis yang berkesinambungan untuk memben- bahwa pendidikan moral/karakter akan lebih
tuk kepribadian individu agar memiliki pikiran, efektif jika anak berpatisipasi secara aktif dalam
perasaan, serta tindakan yang berlandaskan lingkungan sosialnya (sekolah) yang didukung
pada norma-norma luhur yang berlaku di oleh guru yang juga berpartisipasi secara aktif.
masyarakat.

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


Vygotsky meyakini bahwa proses bel- Strategi pendidikan karakter tersebut digambar-
ajar individu sangat tergantung pada interaksi kan dalam sebuah bagan berikut:
sosial dan belajar sosial yang berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif. Salah satu
konsep Vygotsky yang terkenal adalah zone of
proximal development (ZPD). ZPD adalah
istilah untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit
untuk dikuasai anak sendirian tetapi dapat
dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa
atau anak yang lebih mampu (Santrock, 2010,
p.62).
Teori ini memang tidak secara lang-
sung membahas mengenai perkembangan priba-
di atau sosial, namun lebih menitikberatkan
perkembangan kognitif. Meskipun demikian,
pembentukan karakter juga tidak terlepas dari Gambar 1. Konteks Mikro Pendidikan
proses kognitif. Pada tahapan pendidikan karak- Karakter Kemdiknas (2011, p.8)
ter yang dijelaskan oleh Lickona, terdapat tahap
moral knowing, yaitu tahapan untuk mengetahui Dalam Pedoman Pelaksanaan Pendi-
mana yang baik dan tidak, yang melibatkan dikan Karakter (Kemdiknas, 2011, p.4) dijelas-
proses kognitif. Di sinilah peran lingkungan kan, proses pendidikan karakter didasarkan
sosial untuk melakukan pendampingan pada pada totalitas psikologis yang mencakup selu-
anak. Keteladanan dari orang yang lebih dewa- ruh potensi individu manusia (kognitif, afektif,
sa sangat diperlukan untuk memberikan penge- psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural
tahuan pada anak tentang bagaimana karakter dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan
yang baik. pendidikan, dan masyarakat. Totalitas psikolo-
ZPD juga menjelaskan sebuah konsep gis dan sosiokultural dapat dikelompokkan
scaffolding, yaitu pemberian bantuan dan bim- sebagaimana yang digambarkan dalam bagan
bingan kepada anak selama tahap-tahap awal berikut.
pembelajaran hingga anak dapat mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah ia dapat melakukannya (Thalib, 2010,
p.96). Siswa sekolah dasar, terutama di kelas
rendah, perlu mendapat bimbingan yang inten-
sif dari guru untuk membentuk scaffolding
(kerangka). Misalnya dengan memberikan nase-
hat dan contoh tindakan, selain itu guru perlu
sering memberi penguatan agar konsep nilai
yang diajarkan dapat tertanam dengan baik.
Pada masa pertumbuhan berikutnya, siswa
mungkin telah dapat menunjukkan perubahan
sikap yang lebih baik (karakter yang semakin
baik) sehingga guru dapat mengurangi inten-
sitas bimbingan, tidak perlu lagi mengawasi
dengan ketat dan memberi kepercayaan pada Gambar 2. Ruang Lingkup Pendidikan
siswa untuk mengembangkan karakternya Karakter Kemdiknas (2011, p.9)
Dalam rancangan pembangunan karak- Berdasar gambar tersebut, dijelaskan
ter yang dicanangkan pemerintah, sekolah seba- bahwa konfigurasi karakter dapat dikelompok-
gai satuan pendidikan perlu diberdayakan seba- kan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional
gai sebuah strategi. Pendidikan karakter di development); (2) olah pikir (intellectual deve-
sekolah termasuk dalam konteks mikro pendi- lopment); (3) olah raga dan kinestetik (physical
dikan karakter, bagian yang termasuk di dalam- & kinesthetic development); dan (4) olah rasa
nya meliputi; (1) pembelajaran di kelas, (2) dan karsa (affective and creativity develop-
kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), ment). Keempat proses tersebut bersifat holistik
(3) kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. dan koheren yang memiliki keterkaitan dan
Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 227
Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

saling melengkapi. Masing-masing bagian seca- didikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh
ra konseptual merupakan gugus nilai luhur yang Kemdiknas (2010b, pp.15-18 dan pp.25-30).
di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagai- Berdasarkan kriteria tersebut maka
mana dapat dilihat pada gambar di atas. penelitian dilakukan pada; (1) kesiapan sekolah
Kemdiknas (2011, p.14) merumuskan meliputi kurikulum, sarana prasarana pendu-
implementasi pendidikan karakter yang diinte- kung pendidikan karakter, dan tenaga pendidik;
grasikan dalam KTSP, meliputi; (1) integrasi (2) proses implementasi program pendidikan
dalam mata pelajaran yang ada, yaitu mengem- karakter baik dalam pembelajaran di kelas
bangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang maupun kultur sekolah; (3) dukungan yang
telah ada sesuai dengan nilai yang telah ditetap- diberikan oleh Dinas Pendidikan kepada seko-
kan, (2) integrasi dalam muatan lokal disesuai- lah; (4) monitoring dan evaluasi implementasi
kan dengan kompetensi yang dikembangkan pendidikan karakter; dan (5) kendala yang diha-
daerah/sekolah, (3) kegiatan pengembangan dapi dalam implementasi program pendidikan
diri, melalui pengkondisian, kegiatan rutin, karakter.
kegiatan spontanitas, keteladanan, kegiatan ter-
program, ekstrakurikuler, dan bimbingan Metode Penelitian
konseling. Jenis Penelitian
Pendidikan karakter yang diintegrasi-
kan di sekolah merupakan program strategis Penelitian ini menggunakan pendekat-
yang diharapkan mampu mengatasi berbagai an kualitatif dengan jenis penelitian evaluasi
masalah moral yang ada. Sayangnya, belum ada formatif yang dikembangkan oleh Scriven,
evaluasi terhadap program ini sehingga belum yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
dapat diketahui ketercapaian program pendidik- berlangsung dan dimaksudkan untuk mening-
an karakter di sekolah. Evaluasi penting dilaku- katkan efektivitas program. Pada penelitian ini
kan untuk mengetahui apakah program berjalan ditetapkan kriteria tertentu sebagai pedoman
sesuai dengan rancangan dan mengetahui dalam mengevaluasi program pendidikan karak-
sejauh mana telah mencapai tujuan yang ter untuk mengetahui ketercapaian program.
diinginkan. Kriteria tersebut disusun berdasarkan pada
Berdasar penjelasan tersebut, maka sa- Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya
ngat penting untuk dilakukan sebuah penelitian dan Karakter Bangsa oleh Kemdiknas.
evaluasi terhadap implementasi program pendi- Waktu dan Tempat Penelitian
dikan karakter di sekolah. Cronbach dalam
Tayibnapis (2008, p.8) menilai bahwa evaluasi Waktu penelitian berlangsung pada Bu-
yang baik harus dapat memberikan dampak lan Maret–September 2013 di Kabupaten Kulon
positif pada perkembangan program. Artinya, Progo. Penelitian dilakukan di Kabupaten Ku-
perlu ada kesinambungan dari hasil penelitian lon Progo dengan pertimbangan bahwa di
terhadap perbaikan/pengembangan program daerah ini juga terdapat banyak permasalahan
atau memberi masukan rekomendasi untuk karakter di lingkungan anak dan remaja. Hal
program selanjutnya. Dengan penelitian ini, tersebut memberikan alasan perlunya dilakukan
dapat diketahui ketercapaian program pendidik- penelitian terhadap implementasi pendidikan
an karakter pada tingkat sekolah dasar di Kabu- karakter di Kulon Progo, khususnya di sekolah
paten Kulon Progo. Selanjutnya, dihasilkan dasar.
rekomendasi baik untuk guru, sekolah, maupun Subjek Penelitian
pemerintah terkait dengan pengembangan atau
perbaikan program pendidikan karakter. Subjek penelitian ditentukan secara
Evaluasi program pendidikan karakter purposive atau berdasar pertimbangan tertentu,
dilakukan dengan menetapkan kriteria tertentu yaitu sekolah dasar yang telah mengimplemen-
sebagai pedoman dalam mengevaluasi program tasikan program pendidikan karakter. Subjek
pendidikan karakter untuk mengetahui keterca- dipilih untuk mewakili kondisi demografi Ka-
paian program. Kriteria tersebut disusun berda- bupaten Kulon Progo, yaitu di daerah perkotaan
sarkan pada Pedoman Pengembangan Pendidik- dan pedesaan. Ditentukan pula sekolah dengan
an Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemdik- profil yang berbeda, dari ketersediaan sarana
nas, yaitu pada Implementasi Pendidikan Ka- dan prasarana pendidikan hingga penyeleng-
rakter dalam KTSP dan Indikator Keberhasilan garaan layanan pendidikan. Berdasar kriteria
Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan Pen- tersebut maka ditetapkan empat sekolah dasar
yang diteliti, yaitu SDN 4 Wates, SDN 6 Ben-

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


dungan, SDN Kriyan, dan SDN Selo. Sebagai tivitas (Guba & Lincoln dalam Madaus,
informan kunci di tiap sekolah adalah kepala Scriven, & Stufflebeam, 1986, pp. 326-329).
sekolah, guru, dan siswa. Selain itu, data atau Credibility untuk membuktikan kebe-
informasi juga diperoleh dari Dinas Pendidikan naran data yang terkumpul sehingga dapat
Kabupaten Kulon Progo selaku penentu kebi- dipercaya. Upaya yang dilakukan untuk me-
jakan dan pengawas sekolah dasar yang me- ningkatkan kredibilitas penelitian meliputi: (1)
mantau langsung praktik pendidikan di sekolah. mengecek kembali kebenaran data ketika terda-
Prosedur pat pernyataan atau temuan pengamatan yang
berbeda. Misal dengan mengonfirmasikan kepa-
Pengumpulan data dilakukan dengan da narasumber lain atau melakukan pengamatan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. secara lebih mendalam untuk mengklarifikasi
Wawancara dilakukan kepada narasumber di data yang diperoleh; (2) melakukan pengamatan
sekolah untuk mengetahui kesiapan sekolah, dengan lebih cermat dan berkesinambungan,
proses implementasi, dan kendala yang diha- caranya dengan mencatat setiap kejadian yang
dapi dalam program pendidikan karakter. memiliki data penting; (3) triangulasi, meliputi
Wawancara juga dilakukan kepada staf Dinas pengambilan data dari beragam narasumber
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo dan peng- (kepala sekolah, guru, pengawas, pemangku ke-
awas sekolah dasar untuk mengetahui praktik bijakan) dan dengan berbagai metode (wawan-
pendidikan sekolah dasar secara umum di wila- cara, observasi, dan dokumentasi). Dengan de-
yah Kulon Progo dan seberapa besar dukungan mikian, data yang diperoleh memiliki perspektif
pemerintah terkait dengan pelaksanaan program yang lebih luas atau objektif; (4) menggunakan
pendidikan karakter. Observasi dilakukan pada data pendukung, di antaranya rekaman wawan-
beberapa aspek di sekolah, meliputi; (1) obser- cara dalam audio, foto, dan dokumen autentik
vasi kurikulum, bertujuan untuk mengetahui lainnya yang mendukung keabsahan data.
apakah kurikulum yang disusun sudah terinte- Selain itu, narasumber diminta untuk mengecek
grasi dengan pendidikan karakter; (2) observasi apakah data yang tersimpan sudah memberikan
sarana dan prasarana untuk melihat kelengkap- informasi yang benar, salah satunya dengan
an dan kondisi fasilitas yang mendukung ter- transkrip wawancara.
laksananya pendidikan karakter; dan (3) Transferability agar penelitian ini dapat
observasi kegiatan belajar mengajar kelas dan juga diterapkan dalam konteks yang lain. Upaya
suasana keseharian sekolah. yang dilakukan untuk meningkatkan transfer-
Teknik Analisis Data ability meliputi: (1) memilih subjek penelitian
yang memiliki kondisi yang berbeda, yakni
Analisis data menggunakan model
sekolah yang berada di daerah perkotaan dan
analisis interaktif Miles & Huberman. Analisis
sekolah yang berada di daerah pedesaan; (2)
data terdiri dari tiga tahap, yaitu reduksi data,
membuat deskripsi yang memuat informasi
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/veri-
yang jelas mengenai konteks penelitian dan
fikasi. Pertama, reduksi data, meliputi kegiatan
proses yang dilakukan selama penelitian.
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfo-
Dependability sebagai reliabilitas pene-
kuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari
litian, dilakukan dengan cara melakukan audit
tema dan polanya. Kedua, penyajian data, disa-
terhadap keseluruhan penelitian, mulai dari me-
jikan dalam bentuk narasi deskriptif berdasar-
nentukan masalah, memasuki lapangan, meng-
kan kategori untuk memberikan gambaran yang
ambil data, menganalisis data, melakukan uji
jelas dan rinci. Ketiga, penarikan kesimpulan/
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.
verifikasi, dilakukan dengan menguji kecocok-
Confirmability agar hasil penelitian
an, kebenaran, dan kekuatan setiap data terpilih
disepakati banyak orang. Caranya adalah de-
melalui uji keabsahan data. Dengan demikian,
ngan triangulasi (telah dijelaskan sebelumnya).
kesimpulan akhir yang diperoleh adalah kesim-
Selain itu dilakukan dengan melakukan audit
pulan yang dapat dipercaya.
pada interpretasi data, apakah hasil interpretasi
Keabsahan Data data tersebut masuk akal dan bermakna.
Keabsahan data diuji melalui; (1) cre-
dibility atau validasi internal, (2) transferability
atau validitas eksternal, (3) dependability atau
reliabilitas, dan (4) confirmability atau objek-
Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 229
Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

Hasil Penelitian dan Pembahasan makan, namun pembiasaan semacam itu baru
Kesiapan Sekolah terjadi di satu sekolah yang diamati. Contoh
lain, majalah dinding (mading) dapat diman-
Pertama, kesiapan dari segi kurikulum. faatkan untuk wahana aktualisasi ide dan
Narasumber dari Dinas Pendidikan menyatakan kreativitas, namun sebagian besar sekolah tidak
bahwa semua sekolah dasar di Kulon Progo mengelolanya dengan baik, mading jarang
telah menggunakan kurikulum yang terintegrasi diperbarui sehingga menjadi barang usang yang
pendidikan karakter. Hal tersebut dikonfirmasi menarik minat siswa.
dengan hasil observasi kurikulum pada subjek
Selain pengelolaan yang baik, sekolah
penelitian yang menunjukkan bahwa pendidik- juga perlu memperhatikan perawatan dan peme-
an karakter telah diintegrasikan pada rumusan
liharaan sarana dan prasarana sekolah. Dalam
visi, misi, dan tujuan sekolah hingga perencana- hal ini, diperlukan keterlibatan semua warga
an pembelajaran dalam kelas.
sekolah, terutama siswa. Keterlibatan siswa
Kurikulum yang diintegrasikan dengan secara aktif dalam pemanfaatan, perawatan, dan
pendidikan karakter telah dipenuhi oleh semua pemeliharaan sarana prasarana serta lingkungan
sekolah di Kabupaten Kulon Progo. Hal terse- sekolah akan menumbuhkan rasa memiliki dan
but tidak lepas dari kontrol yang dilakukan tanggung jawab untuk lebih peduli terhadap
pemerintah daerah. Dengan adanya pengecekan lingkungan sekolahnya.
dan koreksi dari pihak Dinas Pendidikan, maka Ketiga, kesiapan dari segi tenaga pen-
setidaknya sekolah memiliki kurikulum yang didik. Kompetensi untuk dapat mengintegrasi-
sesuai dengan standar pendidikan karakter. Ke- kan pendidikan karakter dalam pembelajaran
siapan kurikulum menjadi dasar yang baik bagi berkaitan erat dengan pemahaman guru tentang
implementasi pendidikan karakter di sekolah. pendidikan karakter. Hal ini dapat dipenuhi jika
Idealnya, sekolah membuat peta nilai yang telah guru mendapatkan sosialisasi yang cukup.
terpilih dari tahun pertama sampai tahun ter- Narasumber dari sekolah di Kecamatan Wates
akhir kemudian mengintegrasikannya ke dalam menyatakan bahwa guru-guru telah mendapat
silabus dan RPP. Dengan demikian, dalam do- pemahaman tentang pendidikan karakter mela-
kumen silabus dan RPP akan termuat nilai ka- lui sosialisasi dari Dinas Pendidikan. Namun
rakter secara spesifik lengkap dengan indikator- pernyataan berbeda disampaikan oleh narasum-
nya. Namun pemetaan tersebut belum dilakukan ber dari sekolah di Kecamatan Kokap, hasil
oleh sekolah, sehingga nilai karakter yang wawancara menjelaskan bahwa mereka masih
dirumuskan bersifat acak, tidak ada fokus pada kurang mendapatkan pemahaman yang benar
nilai-nilai karakter tertentu di setiap jenjang tentang implementasi pendidikan karakter.
kelas. Pelatihan langsung juga belum pernah
Kedua, kesiapan dari segi sarana dan didapatkan.
prasarana pendukung pendidikan karakter. Be- Kesempatan untuk memperoleh pela-
berapa sarana pendukung pelaksanaan pendi- tihan lebih banyak didapatkan oleh sekolah-
dikan karakter di sekolah antara lain: fasilitas sekolah di daerah perkotaan. Sehingga tidak
ibadah, tempat temuan barang hilang, kantin banyak guru yang mendapat pengalaman lang-
kejujuran, tata tertib sekolah, catatan kehadiran, sung dari pelatihan. Sosisalisasi hanya didapat
pajangan kata mutiara, media komunikasi dan dari pengimbasan melalui forum Kelompok
informasi, perpustakaan, dan sarana kebersihan. Kerja Guru (KKG) yang dinilai oleh beberapa
Hasil observasi terhadap sarana dan prasarana guru tidak efektif. Keterbatasan akses informasi
tersebut menunjukkan bahwa hanya sebagian dialami oleh sekolah di Kecamatan Kokap yang
kecil sarana yang tidak tersedia di sekolah, meru-pakan daerah pelosok, cukup jauh untuk
yaitu tempat temuan barang hilang dan kantin dapat dijangkau. Maka kondisi seperti ini dapat
kejujuran. Terdapat kekurangan dalam hal mem-beri gambaran mengenai kondisi sekolah-
pengelolaan sarana dan prasarana, yaitu: pe- seko-lah lain di pelosok Kabupaten Kulon
manfaatan yang belum optimal dan pemelihara- Progo, seperti sekolah di Kecamatan Nang-
an yang kurang. gulan, Kecamatan Girimulyo, atau Kecamatan
Sarana dan prasarana pendukung yang Sidomulyo.
ada dapat dimanfaatkan sebagai wahana pem- Namun demikian, hal ini tidak sepe-
bentukan karakter, misal fasilitas tempat cuci nuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
tangan dapat untuk menanamkan kebiasaan Seorang guru juga selayaknya mempunyai
sehat mencuci tangan sebelum dan sesudah semangat belajar terus menerus baik secara

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


individual maupun komunal. Guru hendaknya dewasa. Apabila guru memiliki cara pandang
bersikap proaktif menelusuri berbagai sumber yang demikian, maka suasana pembelajaran
informasi yang dibutuhkan dalam upaya yang tercipta adalah pembelajaran satu arah di
pengembangan profesionalnya, khususnya yang mana guru terus memberikan informasi kepada
berkaitan dengan layanan pendidikan yang siswa untuk ditampung.
diberikan kepada seluruh anak didiknya. Penanaman nilai karater hanya tampak
Berikutnya, pendidikan akan semakin pada mata pelajaran tertentu seperti PKn, IPS,
efektif apabila guru dapat berperan sebagai dan Bahasa Jawa karena nilai-nilai tersebut
figur keteladanan bagi siswa. Lickona (1991, menjadi bagian materi yang harus disampaikan.
p.72) menyatakan bahwa guru mempunyai Sedangkan pada mata pelajaran eksakta seperti
kekuatan untuk mempengaruhi karakter anak Matematika dan IPA tidak terlihat guru melaku-
atau siswa, salah satunya adalah menjadi model kan penekanan pada nilai-nilai tertentu. Itu
bagi mereka. Dengan demikian, guru harus artinya, pendidikan karakter belum sepenuhnya
senantiasa menjadi teladan baik di dalam dapat terintegrasi melalui pembelajaran, sebagi-
maupun di luar kelas. Serta memiliki kepeduli- an besar guru masih terfokus pada penyampaian
an moral dan penalaran moral yang baik dan materi.
konsisten antara sikap yang ditunjukkan di Proses pembelajaran yang dilakukan
lingkungan sekolah dengan kehidupan sehari- hendaknya bermuara pada pembentukan karak-
hari di masyarakat. ter siswa. Sesuai dengan hasil pengamatan yang
Hasil pengamatan terhadap kepala telah dijelaskan, pembelajaran lebih berorien-
sekolah dan guru menyatakan bahwa kepala tasi pada penyampaian materi dan tidak ada
sekolah dan guru pada umumnya menunjukkan penyampaian nilai karakter secara lisan oleh
sikap yang baik selama di sekolah. Satu-satunya guru. Kemdiknas (2010a, p.32) menjelaskan
hal negatif yang teramati adalah masalah ke- terdapat dua jenis pengalaman belajar (learning
disiplinan waktu yang buruk. Di beberapa experiences) yang dibangun, yaitu melalui
sekolah, guru gagal menunjukkan contoh yang intervensi dan habituasi. Intervensi adalah sua-
benar untuk selalu menghargai waktu. Kebiasa- sana interaksi belajar dan pembelajaran yang
an guru datang terlambat akan membentuk sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
kebiasaan serupa kepada siswa. pembentukan karakter dengan menerapkan ke-
Proses Implementasi Pendidikan giatan yang terstruktur. Dengan demikian, harus
Karakter dalam Pembelajaran ada peran aktif guru untuk menekankan nilai
karakter tertentu selama proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang ideal Dengan kata lain, pendidikan nilai tidak dapat
untuk pendidikan karakter adalah pendekatan mengalir apa adanya, namun terpogram dengan
belajar siswa aktif. Dari sepuluh kelas yang jelas, dan dilaksanakan sesuai dengan dengan
diobservasi, didapati bahwa hanya dua guru program yang telah direncanakan.
yang benar-benar menerapkan metode belajar Intervensi nilai karakter dalam pembel-
aktif dan menyenangkan. Selebihnya, guru ajaran tidak hanya cukup dengan memberikan
masih mengajar dengan metode konvensional contoh-contoh perilaku yang baik, namun
yang didominasi oleh ceramah. Menurut diperlukan metode yang komprehensif meliputi
Koesoema (2012, p.119), interaksi dinamis di seluruh dimensi pengolahan diri, yaitu olah
kelas penting bagi pembentukan karakter. Oleh pikir, olah hati, dan olah raga, sesuai dengan
karenanya, metode pembelajaran mestinya „components of good character‟ yang dicetus-
memberi ruang bagi dialog, komunikasi, dan kan Lickona (2001, p.241). Berdasar teori
diskusi yang terbuka, serta dilandasi oleh ketu- tersebut, maka guru perlu berupaya untuk
lusan untuk saling berbagi dan belajar bersama. memberikan pemahaman kepada siswa tentang
Berdasar pengertian tersebut maka pembelajar- nilai yang diajarkan, mengapa nilai tersebut
an yang monolog atau dominatif oleh guru penting untuk dimiliki, atau apakah sikap yang
harus dihindari. dimilikinya saat ini sudah benar atau belum.
Koesoema (2012, p.119) menjelaskan Kemudian memberi penguatan dalam aspek
bahwa kecenderungan yang perlu diwaspadai emosinya untuk merasakan nilai-nilai moral
adalah sindrom infantilisme, yaitu sikap atau yang selanjutnya akan direpresentasikan mela-
pandangan yang menganggap anak di sekolah lui tindakannya.
sebagai orang-orang yang belum dewasa se- Proses selanjutnya adalah habituasi.
hingga mereka selalu menjadi objek bagi orang Habituasi berkaitan dengan pembiasaan diri.
Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 231
Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

Dalam konteks pendidikan karakter, habituasi sudah baik atau yang masih perlu ditekankan
meliputi situasi dan kondisi dan penguatan yang kembali.
diciptakan agar memungkinkan siswa membia- Penilaian sikap penting untuk dikem-
sakan diri berperilaku sesuai nilai karakter yang bangkan dalam sebuah dokumentasi. Dokumen-
telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan tasi memiliki peran penting dalam pendidikan
melalui proses intervensi. karakter yang berkelanjutan. Dengan adanya
Berdasar hasil wawancara, penilaian dokumentasi, sekolah dapat mempertahankan
sikap siswa masih dirasa sulit bagi sejumlah nilai-nilai yang telah berhasil ditanamkan se-
guru. Mayoritas guru telah melakukan peng- hingga membudaya dan menjadi ciri khas seko-
amatan terhadap sikap yang dinampakkan oleh lah. Sementara itu, hal-hal yang masih kurang
siswa, namun yang masih menjadi kendala dapat dapat dievaluasi sehingga implementasi
adalah pencatatan hasil pengamatan tersebut. pendidikan karakter dapat semakin disempurna-
Idealnya, guru memiliki catatan tertulis meski- kan.
pun dalam bentuk yang sederhana, misal
dengan membuat catatan anekdot, yaitu catatan Pembentukan Budaya Sekolah
yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku Pengembangan budaya sekolah dilaku-
yang berkenaan dengan nilai yang dikem- kan melalui kegiatan pengembangan diri,
bangkan. Catatan anekdot dan hasil pengamatan meliputi: kegiatan rutin, kegiatan spontan, kete-
lain seperti tugas, laporan, dan sebagainya dapat ladanan, dan pengkondisian. Kegiatan rutin
digunakan guru untuk memberikan kesimpulan yang telah dilakukan masing-masing sekolah
atau pertimbangan tentang pencapaian indikator dalam pengembangan karakter antara lain:
nilai. Kesimpulan tersebut dapat dinyatakan upacara bendera, memulai dan mengakhiri ke-
dalam pernyataan kualitatif, yaitu BT (belum giatan belajar di kelas dengan berdoa, berbaris
terlihat), MT (mulai terlihat), MB (mulai ketika hendak pulang dan bersalaman dengan
berkembang), dan MK (membudaya). guru (pada kelas rendah), shalat berjamaah,
Berdasar observasi di sekolah, tidak mengumpulkan infaq, piket kelas, kerja bakti.
ada satu pun sekolah yang telah membuat pe- Kegiatan spontan yang dapat teramati selama
nilaian tersebut. Dari kondisi ini dapat diketahui proses penelitian, antara lain: menjenguk warga
bahwa pendidikan karakter sebagai sebuah sekolah yang terkena musibah (misal karena
program, sangat lemah dalam hal penilaian. kecelakaan) dan mengumpulkan sumbangan,
Sekolah tidak memiliki patokan yang jelas guru menegur siswa yang membuang sampah
tentang kriteria penilaian sikap siswa. Selain sembarangan, mengucapkan terima kasih saat
itu, guru jarang membuat penilaian sikap secara mendapat bantuan, guru mengajak siswa
tertulis. Mayoritas guru tetap melakukan peng- menyapu kelas yang kotor, berjabat tangan.
amatan terhadap sikap siswa, namun tidak Telah disampaikan sebelumnya bahwa
tercatat atau yang sering disebut dengan istilah kepala sekolah dan guru sebagai orang dewasa
„ilmu titen‟. Cara lisan seperti ini tampaknya di sekolah, pada umumnya menunjukkan sikap
tidak menjadi masalah bagi guru karena begitu yang layak menjadi teladan dalam hal kesopan-
permasalahan muncul, guru langsung memberi- an, keramahan, atau kerapian. Namun masih
kan tindak lanjut agar siswa dapat memper- terdapat hal negatif yang sering dinampakkan
baikinya. yaitu sikap tidak disiplin waktu. Pembentukan
Penilaian lisan sangat lemah untuk budaya sekolah juga dilakukan melalui peng-
dijadikan dasar pertimbangan dalam menentu- kondisisan, meliputi segala upaya yang dilaku-
kan kesimpulan profil siswa. Pertama, karena kan untuk menciptaan kondisi yang mendukung
ingatan manusia sifatnya sangat terbatas sehing- keterlaksanaan pendidikan karakter. Salah
ga tidak semua dapat diingat tepat dengan apa satunya adalah menyediakan sarana prasarana
yang sebelumnya pernah diamati. Kedua, tidak pendukung pendidikan karakter, informasi
ada bukti fisik yang jelas sehingga mengurangi mengenai sarana prasarana pendukung telah
nilai objektivitas dan akuntabilitas. diulas sebelumnya.
Selain untuk memberikan feed back Kultur positif yang ditunjukkan adalah
langsung untuk siswa, penilaian sikap juga budaya berjabat tangan. Ketika melihat guru
sangat diperlukan sebagai dasar assessment dan kepala sekolah, siswa akan secara spontan
pribadi guru. Pernyataan yang lugas seperti BT, menghampiri untuk berjabat tangan (cium
MT, MB, dan MK dapat memberi gambaran tangan) dengan mengucapkan salam. Kebiasaan
jelas bagi guru tentang karakter apa saja yang seperti itu ada di semua sekolah yang diteliti,

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


namun siswa di daerah pedesaan terlihat lebih untuk mengidentifikasi: (1) adanya berbagai
peka untuk menyambut bapak ibu guru atau penyimpangan dalam proses pendidikan karak-
kepala sekolah yang dijumpainya. ter, selanjutnya hal tersebut dijadikan umpan
Dukungan Pemerintah (Dinas balik untuk perbaikan dalam perencanaan,
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo) pelaksanaan, dan sistem evaluasi; (2) tingkat
pencapaian kinerja sesuai dengan indikator
Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas kinerja kunci yang ditetapkan oleh setiap unit
Pendidikan Kulon Progo dalam implementasi kerja.
program pendidikan karakter di sekolah dasar
meliputi: (1) membuat edaran tertulis kepada Kendala dalam Implementasi Program Pendi-
UPTD mengenai kebijakan pendidikan karak- dikan Karakter
ter; (2) memberikan sosialisasi pada sekolah- Dari hasil penelitian di lapangan, dida-
sekolah, baik dengan anggaran pemerintah dae- pati tiga masalah utama yang dialami oleh
rah sendiri maupun sebagai pelaksana program sekolah. Pertama, pelatihan guru mengenai pen-
pemerintah pusat; (3) hadir dalam uji publik didikan karakter masih dirasa kurang sehingga
kurikulum sekolah untuk melihat sampai sejauh banyak guru yang belum sepenuhnya mema-
mana itu pendidikan karakter sudah termuat hami konsep pendidikan karakter di sekolah.
dalam kurikulum sekolah; dan (4) pendamping- Semua kepala sekolah dan guru yang menjadi
an ke sekolah, meskipun tidak secara khusus narasumber sepakat bahwa pelatihan pendidik-
untuk pendidikan karakter tetapi peningkatan an karakter masih sangat perlu untuk terus
mutu sekolah secara umum. dilakukan.
Salah satu bentuk dukungan yang dibe- Kedua, implementasi pendidikan ka-
rikan pemerintah melalui Dinas Pendidikan rakter masih lemah dalam dokumentasi peni-
kepada sekolah adalah sosialisasi atau pelatih- laian sikap siswa. Semua sekolah subjek tidak
an. Semua pernyataan hasil wawancara menge- memiliki catatan tertulis dari hasil pengamatan
nai dukungan pemerintah dalam proses imple- terhadap sikap siswa, sehingga tidak ada dasar
mentasi pendidikan karakter di sekolah dasar untuk sekolah dapat membuat kesimpulan
menjelaskan bahwa sosialisasi dan pelatihan tentang pencapaian indikator nilai yang dimiliki
yang telah diberikan Dinas Pendidikan selama oleh siswa. Dalam hal ini, jelas bahwa admini-
ini dirasa masih kurang. Bentuk dukungan yang strasi yang memuat laporan nilai karakter tidak
paling diperlukan sekolah adalah pelatihan dan dapat dipenuhi oleh sekolah.
petunjuk teknis yang jelas. Ketiga, terdapat kesenjangan yang
Monitoring dan Evaluasi mungkin terjadi antara pendidikan yang dibe-
rikan sekolah dengan pendidikan di rumah.
Tugas monitoring didelegasikan kepa- Agar setiap penyelenggaraan pendidikan berja-
da pengawas sekolah. Pengawas yang akan lan efektif, sekolah perlu didukung oleh setiap
turun lapangan untuk mendampingi sekolah dan elemen sosial yang ada, salah satunya adalah
membantu sekolah secara langsung ketika ada keluarga. Hal tersebut dapat dicapai apabila
kendala. Salah satu kendala dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dilakukan dengan mem-
monitoring di lapangan adalah lokasi sekolah bangun hubungan kemitraan dengan keluarga.
yang menyebar di setiap daerah. Terkait dengan Tujuannya adalah membangun sinergi dengan
evaluasi program, pihak dinas mengakui me- melibatkan orang tua atau keluarga dalam
mang belum ada evaluasi terperinci mengenai menanamkan pembiasaan karakter pada anak di
keterlaksanaan pendidikan karakter di sekolah. lingkungan rumah dan sekitarnya.
Evaluasi dilakukan pada kelengkapan dokumen
misal kurikulum. Simpulan dan Saran
Sesuai dengan Kerangka Acuan Pendi- Simpulan
dikan Karakter Kemdiknas (2010a, p.45), stra-
tegi monitoring dan evaluasi dilakukan untuk Kesiapan sekolah dasar di Kabupaten
mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan Kulon Progo dalam melaksanakan program
pendidikan karakter di lingkup Dinas Pendidik- pendidikan karakter dinilai baik berdasarkan
an di tiap-tiap kabupaten/kota yang dimaksud- kurikulum yang telah diintegrasikan dengan
kan untuk meningkatkan kualitas proses dan pendidikan karakter. Kekurangsiapan sekolah
hasil pendidikan karakter di daerah tersebut. Se- ditunjukkan pada pengelolaan sarana dan pra-
cara khusus, monitoring dan evaluasi dilakukan sarana pendukung pendidikan karakter meliputi
Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo... 233
Stovika Eva Darmayanti, Udik Budi Wibowo

pemanfaatan dan pemeliharaan yang belum warga sekolah. Dengan demikian, pendidikan
optimal. Sebagian besar tenaga pendidik belum karakter dapat dilakukan secara sinergis hingga
memiliki pemahaman yang jelas mengenai terwujud suatu budaya sekolah yang berkarak-
program pendidikan karakter dan implemen- ter dan dapat dipertahankan menjadi kekhasan
tasinya di sekolah. sekolah.
Integrasi pendidikan karakter belum Sekolah membangun sinergi antara
terlihat di sebagian besar proses pembelajaran pendidikan di sekolah dengan pendidikan di
karena tidak ada nilai karakter tertentu yang rumah. Untuk itu, harus dibangun kemitraan
sengaja ditekankan. Masih banyak ditemukan yang baik dengan orang tua siswa dan masya-
metode pembelajaran berpusat pada guru yang rakat sekitar. Sampaikan pula tujuan pendidikan
kurang memfasilitasi siswa untuk aktif. Penilai- karakter yang hendak dicapai sekolah, dengan
an sikap yang dilakukan guru tidak terdoku- demikian layanan pendidikan yang diberikan
mentasikan. akan berkesinambungan dan akan lebih efektif
Dukungan Dinas Pendidikan Kabupa- dalam mencapai tujuan pendidikan karakter
ten Kulon Progo dilakukan melalui sosialisasi yang diharapkan.
dan pelatihan kepada semua sekolah di Kulon Sekolah perlu memperbaiki sistem
Progo. Namun, bentuk dukungan tersebut dirasa pengelolaan terhadap sarana dan prasarana
masih kurang oleh sekolah, khususnya sekolah pendukung pendidikan karakter, meliputi pe-
yang berada di daerah pelosok desa. manfaatan yang optimal serta pemeliharaan
Evaluasi yang dilakukan oleh Dinas yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo sebatas Dengan demikian, fungsi sarana dan prasarana
pada kelengkapan administratif (kurikulum), pendukung pendidikan karakter akan lebih
belum ada evaluasi untuk mengukur ketercapai- efektif.
an program pendidikan karakter secara keselu- Pembelajaran yang efektif dalam men-
ruhan. Monitoring dilakukan oleh pengawas didik karakter siswa adalah pembelajaran yang
sekolah namun personil pengawas yang hanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk ber-
satu atau dua orang setiap kecamatan sangat pikir, berkreativitas, dan berinteraksi dengan
kurang jika dibanding dengan jumlah sekolah. maksimal. Oleh karena itu, setiap guru harus
Kendala utama yang dihadapi sekolah memberikan pembelajaran yang terpusat pada
selama mengimplementasikan pendidikan ka- siswa yaitu pembelajaran yang aktif dan me-
rakter yaitu: pelatihan pendidikan karakter yang nyenangkan. Kepala sekolah berwenang untuk
dirasa masih kurang oleh pihak sekolah, tidak menilai kinerja guru sehingga dapat menegur
adanya dokumentasi penilaian sikap, kesenjang- guru apabila mendapati ketidaksesuaian.
an antara pendidikan di sekolah dengan pendi- Sekolah memiliki mitra kerja yaitu Di-
dikan di rumah sehingga menghambat pemben- nas Pendidikan. Oleh karena itu, sekolah dapat
tukan karakter siswa. berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan
Saran mengenai setiap kesulitan yang dihadapi. Dari
penelitian ini didapati kepala sekolah maupun
Saran disajikan dalam bentuk rekomen- guru yang masih bingung terhadap pelaksanaan
dasi yang disampaikan kepada sekolah dan pendidikan karakter. Bila terjadi demikian,
pemerintah. Berikut adalah rinciannya, sekolah dapat secara langsung bertanya kepada
Rekomendasi untuk Sekolah Dinas Pendidikan ataupun memohon diadakan
pelatihan atau seminar jika memang diperlukan.
Mulai dari perencanaan, sekolah perlu
membuat Rencana Aksi Sekolah (RAS) yang Rekomendasi untuk Pemerintah
jelas mengenai pencapaian indikator nilai ka- (Dinas Pendidikan)
rakter pada setiap jenjang kelas. Dengan demi- Menentukan satu sekolah di setiap
kian sekolah dapat merancang semua kegiatan kecamatan sebagai sekolah best practices atau
sekolah yang difokuskan pada pencapaian nilai sekolah percontohan pendidikan karakter. Seko-
tersebut. lah tersebut yang kemudian berperan dalam
Setiap perencanaan dan tujuan pendi- mengimbaskan pengetahuan dan pengalaman
dikan karakter harus disosialisasi kepada selu- kepada sekolah lain melalui forum-forum
ruh warga sekolah sehingga tercipta suatu kepala sekolah dan guru. Cara ini untuk
pemahaman yang utuh dan memiliki komitmen menyiasati keterbatasan Dinas Pendidikan
bersama dalam membangun karakter seluruh menjangkau setiap sekolah secara langsung.

Jurnal Prima Edukasia, Volume 2 - Nomor 2, 2014


Penguatan strategi monitoring dan eva- tanggal 31 Juli 2012, dari
luasi dengan membuat check list indikator http://jogja.okezone.com/read/2012/07/
kinerja yang jelas tentang keterlaksanaan pen- 30/513/670611/curi-motor-pelajar-ini-
didikan karakter sehingga tampak jelas bagian ditangkap-saat-salat-tarawih.
yang sudah dan belum tercapai. Selanjutnya hal
tersebut dijadikan umpan balik untuk perbaikan Lickona, T. (2001). What is good character?
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan sistem [Versi Elektronik]. Reclaiming Chidren
evaluasi berikutnya. and Youth, 5, 239-251.
Daftar Pustaka Lickona, T. (2004). Character matters: how to
help our children develop good
Easterbrooks, S. R. & Scheets, N. A. (2004). judgment, integrity, and other essential
Applying critical thinking skill to virtues. New York: Touchstone.
character education and values
clarification with student who are deaf Madaus, G. F., Scriven, M. S., & Stufflebeam,
or hard hearing [Versi elektronik]. D. L. (1986). Evaluation model,
American Annals of the Deaf, Vol 149, viewpoint on educational and human
No. 3, pp.255-263. services evaluation. Boston: Kluwer-
Nijhoff Publishing.
Horn, S. S., Daddis, C., & Killen, M. (2008).
Peer relationships and social groups: Manery, R. (2010). Philosophy of education.
implications for moral education. London: Sage.
Dalam Nucci, Larry P. & Narvaez, Razak, A. H. (12 Desember 2011). Pernikahan
Darcia (Eds), Handbook of Moral and di bawah umur meningkat di Kulon
Character Education. (pp.267-287). Progo. Diakses tanggal 22 Juli 2012,
New York: Routledge. dari http://www.harianjogja.com/baca/
Kemdiknas. (2010). Kerangka acuan pendidik- 2011/12/12/pernikahan-di-bawah-umur-
an karakter tahun anggaran 2010. meningkat-di-kulonprogo-151144.
Jakarta: Kemdiknas. Santrock, J. W. (2010). Psikologi pendidikan
Kemdiknas. (2010). Pengembangan pendidikan (edisi 2). (Terjemahan Tri Wibowo
budaya dan karakter bangsa. Jakarta: B.S). USA: Mc Graw – Hill Company,
Kementerian Pendidikan Nasional Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 2004).
Badan Penelitian dan Pengembangan Schunk, D. H., Printrich, P. R., & Meece, J. L.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2010). Motivation in education:
Kemdiknas. (2011). Pedoman pelaksanaan theory, research, and applications (3 rd
pendidikan karakter (berdasarkan ed). New Jersey: Pearson Education,
pengalaman di satuan pendidikan Inc.
rintisan). Jakarta: Kementerian Pendi- Tayibnapis, F. Y. (2008). Evaluasi program
dikan Nasional Badan Penelitian dan dan instrumen evaluasi untuk program
Pengembangan Pusat Kurikulum dan pendidikan dan penelitian. Jakarta: PT
Perbukuan. Rineka Cipta.
Koesoema, D. (2012). Pendidikan karakter Thalib, S. B. (2010). Psikologi pendidikan
utuh dan menyeluruh. Yogyakarta: berbasis analisis empiris dan aplikatif.
Penerbit Kanisius. Jakarta: Kencana Prenada Media
Kuntadi. (29 April 2010). Wah, anak sd Group.
pesta miras. Diakses tanggal 22 Juli Triatmanto. (2010). Tantangan implementasi
2012, dari pendidikan karakter di sekolah.
http://news.okezone.com/read/ Cakrawala Pendidikan, Th XXIX,187-
2010/04/29/340/327436/wah-anak-sd- 203.
pesta-miras.
Kuntadi .(30 Juli 2012). Curi motor, pelajar ini
ditangkap saat salat tarawih. Diakses

Anda mungkin juga menyukai