(FINAL) PROPOSAL ASPEK KEBIJAKAN Kawasan Agropolitan Pangalengan Baru
(FINAL) PROPOSAL ASPEK KEBIJAKAN Kawasan Agropolitan Pangalengan Baru
Tanggal Penyerahan :
Disusun oleh
i
3.3.5 Kerangka Analisis......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
TABEL KENDALI ............................................................................................ 71
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kebijakan, Kelembagaan dan Pembiayaan terkait dengan pengembangan
wilayah Kawasan Agropolitan di Kecamatan Pangalengan menurut RPJMD
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021 merupakan salah satu potensi
perekonomian, terutama pada sektor pertanian (RPJMD Kabupaten Bandung
2016-2021). Kecamatan Pangalengan memiliki potensi ekonomi yang cukup,
yaitu telah ditetapkan tiga komoditas unggulan untuk sektor pertanian, antara lain
jagung, kentang dan kubis (RPJMD Kabupaten Bandung 2016-2021) Letak
geografis menjadikan daerah ini sentra perkebunan kopi terutama kopi arabika di
Bandung. Komoditas kopi menjadi sektor unggulan atau basis dan mengalami
pertumbuhan yang positif baik di Kecamatan Pangalengan. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan pemerintah daerah dalam penentuan arah pengembangan sub sektor
atau komoditas perkebunan ke depan dalam rangka memperkuat perekonomian
daerah baik di tingkat Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung maupun
Provinsi Jawa Barat (RPJMD Kabupaten Bandung 2016-2021)
2
1.2 Isu
Kecamatan Pangalengan merupakan kawasan strategis cepat tumbuh yang
telah berkembang atau potensial untuk dikembangkan karena memiliki
keunggulan sumber daya alam dan memiliki topografi yang bervariasi yang
menyebabkan komoditas unggulan pertanian dan perkebunan dari masing-masing
wilayah juga bervariasi dan memiliki kekhasannya sendiri.. Hal ini menyebabkan
Kawasan agropolitan pangalengan mempunyai potensi fleksibilitas
pengembangan wilayah yang dibarengi dengan perlunya ketersediaan penataan
ruang dan sarana prasarana penunjang.
3
Dalam aspek kelembagaan yaitu kurangnya penerapan kelembagaan dalam
menghidupkan kelompok tani yang bertujuan untuk meningkatkan profit (Vela,
2014). Dalam aspek pembiayaan yaitu kurangnya permodalan untuk usaha tani
kentang. Hasil panen yang tidak menentu, modal yang sedikit dan tingginya harga
input menjadi alasan para petani butuh bantuan modal (Aisah, 2020). Oleh karena
itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam hal membuat kebijakan, mengatur
kelembagaan dan Pembiayaan agar dapat mengatasi isu permasalahan yang
nantinya bisa menjadi masalah bila tidak dikelola dengan baik.
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam studio proses perencanaan ini adalah
untuk mengidentifikasi karakteristik, potensi dan masalah dari aspek kebijakan,
kelembagaan, dan pembiayaan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari Studio Proses Perencanaan ini,yaitu:
a. Kebijakan
Teridentifikasinya kebijakan eksternal dan internal yang
mempengaruhi perkembangan di Kawasan Agropolitan Kecamatan
Pangalengan
Teridentifikasinya kesesuaian arahan kebijakan dengan kondisi
eksisting di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan
Teridentifikasinya potensi dan masalah kebijakan di Kawasan
Agropolitan Kecamatan Pangalengan
b. Kelembagaan
Teridentifikasinya lembaga pemerintahan, swasta maupun
masyarakat yang ada beserta program-programnya di Kawasan
Agropolitan Kecamatan Pangalengan
4
Teridentifikasinya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas
antara lembaga di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan
Teridentifikasinya potensi dan masalah kelembagaan di Kawasan
Agropolitan Kecamatan Pangalengan
c. Pembiayaan
Teridentifikasinya sumber dan alokasi keuangan baik dari
pemerintah, swasta, dan masyarakat di Kawasan Agropolitan
Kecamatan Pangalengan
Teridentifikasinya kemandirian, keamanan, dan kesehatan
pembiayaan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan
Teridentifikasinya potensi dan masalah pembiayaan di Kawasan
Agropolitan Kecamatan Pangalengan
Wilayah Kabupaten Bandung berada pada 107° 22’ sampai dengan 180°
50’ Bujur Timur dan 6°41’ sampai dengan 70°19’ Lintang Selatan. Kabupaten
Bandung merupakan wilayah daratan dengan ketinggian antara 500 m sampai
1.800 m dpl. Kabupaten Bandung berbatasan langsung dengan :
5
Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan
Kabupaten Sumedang.
6
Kecamatan Luas Kecamatan (km2) Persentase (%)
No
21 Pameungpeuk 14,62 0,83
22 Katapang 15,72 0,89
23 Soreang 25,51 1,45
24 Kutawaringin 47,30 2,68
25 Margaasih 18,35 1,04
26 Margahayu 10,54 0,60
27 Dayeuhkolot 11,03 0,63
28 Bojongsoang 27,81 1,58
29 Cileunyi 31,58 1,79
30 Cilengkrang 30,12 1,71
31 Cimenyan 53,08 3,01
Total 1762,4 100
Sumber : BPS Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2020
Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2020 dalam olahan excel
7
Gambar 1. 1 Grafik Luasan Kabupaten Bandung
8
Gambar 1 2 Peta Administrasi Kabupaten Bandung
9
B. Ruang Lingkup Wilayah Internal
10
Kecamatan Pangalengan (BPS 2019)
11
Sumber: Hasil Analisis 2021
Berdasarkan Gambar 1.3 dan Tabel 1.2 didapatkan hasil bahwa total luas
dari Kawasan Agropolitan adalah sebesar 27.294 Ha dengan sebarannya yaitu;
luas Desa Wanasuka sebesar 4.556 Ha dengan persentase 16,69 %, Desa
Banjarsari sebesar 2.209 dengan persentase 8,09 %, Desa Margaluyu sebesar 860
Ha dengan persentase 3,15%, Desa Sukaluyu 1.748 Ha dengan persentase 6,40%,
Desa Warnasari sebesar 2.354 Ha dengan persentase 8,62 %, Desa Pulosari
sebesar 5.118 Ha dengan presentase 18,75%, Desa Margamekar sebesar 818 Ha
dengan presentase 3,00, Desa Sukamanah 668 dengan presentase 2,45%, Desa
Margamukti sebesar 2.613 dengan presentase 9,57%, Desa Pengalengan sebesar
590 Ha dengan presentase 2,16%, Desa Margamulya sebesar 1.294 Ha dengan
presentase 4,74%, Desa Tribaktimulya sebesar 450 Ha dengan presentase 1,65 %,
dan Desa Lamajang sebesar 4.016 dengan presentase 14,71%.
12
Gambar 1 4 Peta Administrasi Kawasan Agropolitan
13
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
1. Teridentifikasinya kebijakan eksternal dan internal dari sisi spasial
maupun sektoral yang dapat mempengaruhi perkembangan Kawasan
Agropolitan Kecamatan Pangalengan dan teridentifikasinya potensi dan
masalah kebijakan Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan.
14
1.5 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang : Isu
Dasar Hukum :
Kebijakan, Kelembagaan dan Pembiayaan terkait dengan pengembangan wilayah
- RTRW Kab.Bandung Kawasan Agropolitan di Kecamatan Pangalengan menurut RPJMD Kabupaten
Memiliki komoditas
- RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021 merupakan salah satu potensi perekonomian, terutama
pada sektor pertanian (RPJMD Kabupaten Bandung 2016-2021). unggulan dikarenakan
Bandung
- RPJMD Nasional topografi yang bervariasi
- RIPPARNAS Kecamatan Pangalengan memiliki potensi ekonomi yang cukup, yaitu telah Tingkat ekonomi yang
- Renstra 2016-2021 ditetapkan tiga komoditas unggulan untuk sektor pertanian, antara lain jagung,
masih rendah.
- PERBUB kentang dan kubis (RPJMD Kabupaten Bandung, 2016-2021)
- APBD Kurangnya kebijakan
dalam menjaga
kelestarian alam.
Tujuan :
kurangnya penerapan
Mengidentifikasi karakteristik, potensi dan masalah aspek kebijakan, kelembagaan kelembagaan dalam
dan pembiayaan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pangalengan. menghidupkan kelompok
tani.
kurangnya permodalan
untuk usaha tani kentang.
Sasaran :
Kebijakan
Mengetahui kebijakan eksternal dan internal dari sisi spasial maupun sektoral.
Kelembagaan
Mengetahui peran lembaga yang berkepentingan dari kerterlibatan seluruh
pemangku kepentingan
Pembiayaan
Mengidentifikasi sumber dan alokasi pembiayaan.
INPUT
15
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, isu, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi,
sistematika penulisan, serta kerangka pemikiran.
Menjelaskan mengenai teori dan kebijakan yang terkait dengan aspek kebijakan,
kelembagaan, pembiayaan dan kerangka teori.
16
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kebijakan
Menurut William N. Dunn menyebutkan bahwa kebijakan adalah suatu
rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau
pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah
seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Kebijakan pemerintah
mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik
oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut
kepentingan umum (Dunn, 1999).
Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk
mengarahkan keputusan. Kebijakan senantiasa berorientasi kepada masalah
(problem-oriented) dan juga berorientasi kepada tindakan (action-oriented),
sehingga dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan (Suharto, 2006).
Sementara James E. Anderson dalam Wahab (2008:2), memberikan
rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok,
instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pendapat yang lain adalah dari (Carl Friedrich dalam Wahab,2008:2) yang
menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang
diinginkan.
Kebijakan adalah sebuah keputusan politis yang diambil oleh pemerintah
sebagai bagian dari sikap pemerintah untuk memecahkan sebuah persoalan publik
(Fitriani, 2016). Pada prinsipnya sebuah kebijakan tidak terlepas dari keterlibatan
seluruh element yang ada baik itu masyarakat sebagai bagian yang terikat dalam
hasil putusan kebijakan sampai pada tahap pemerintah sebagai badan pembuat
17
kebijakan tersebut. Kebijakan memiliki beragam definisi, yang masing-masing
memiliki penekanan berbeda, hal ini tidak terlepas dari latar belakang seorang
ilmuan tersebut. Namun demikian, satu hal yang perlu diingat dalam
mendefinisikan kebijakan, adalah bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus
mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan, ketimbang apa
yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu (Winarno,
2012).
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan
utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku.
Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan
Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan
intepratatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang
tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa
menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang
diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.(Dunn, 1999).
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia, kebijakan dapat
dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Kebijakan Internal (Manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan
mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
b. Kebijakan Eksternal (Publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat
masyarakat umum, sehingga dengan demikian kebijakan harus tertulis.
Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy
memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah
yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian
public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat
atau umum.
Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam mengendalikan pemerintahannya. Dalam penyelenggaraan pemerintah
18
daerah, kebijakan publik dan hukum mempunyai peranan yang penting.
Pembahasan mengenai hukum dapat meliputi dua aspek:
a. Aspek Keadilan menyangkut tentang kebutuhan masyarakat akan rasa adil
di tengah sekian banyak dinamika dan konflik di tengah masyarakat, dan
b. Aspek Legalitas ini menyangkut apa yang disebut dengan hukum positif
yaitu sebuah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Salah satu esensi kehadiran kebijakan publik (public policy) adalah
memecahkan masalah yang berkembang di masyarakat secara benar. Meskipun
demikian, kegagalan sering terjadi karena kita memecahkan masalah secara tidak
benar (Dunn, 2000). Analisis kebijakan publik (public policy analiysis)
merupakan upaya untuk mencegah kegagalan dalam pemecahan masalah melalui
kebijakan publik. Oleh karena itu, kehadiran analisis kebijakan berada pada setiap
tahapan dalam proses kebijakan publik (public policy process). Arti penting
mempelajari kebijakan merupakan suatu kebutuhan bagi ilmuwan pendidikan,
terutama ilmuwan administrasi pendidikan untuk memahami studi mengenai
kebijakan publik (public policy) khususnya kebijakan pendidikan (educational
policy).
Dalam definisi lain, analisis kebijakan adalah suatu yang menggunakan
argumentasi rasional dan fakta-fakta untuk menjelaskan, menilai, dan
membuahkan pemikiran dalam rangka upaya memecahkan masalah publik, atau
suatu prosedur yang menggunakan metode inquiri dan argumentasi berganda
untuk menghasilkan dan mendayagunakan informasi kebijakan yang sesuai dalam
suatu proses pengambilan keputusan yang bersifat politis dalam rangka
memecahkan masalah kebijakan.
Analisis kebijakan memiliki metedologi yang khas. Metodologi, dalam
pengertian ini juga berkaitan dengan aktivitas intelektual logic of inquiry yaitu
“kegiatan pemahaman manusia mengenai pemecahan masalah”. Metodologi
analisis kebijakan diambil dengan cara memadukan elemen-elemen dari berbagai
disiplin ilmu. Sehingga analisis kebijakan berupaya menciptakan suatu
pengetahuan yang dapat meningkatkan efisiensi pilihan atas berbagai alternatif
kebijakan, misalnya: alternatif penyediaan layanan kesehatan, eliminasi
19
diskriminasi rasial dan seks dalam lingkup ruang pekerjaan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian metodologi analisis kebijakan bertujuan menciptakan, menilai
secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan.
Metodologi Analisis Kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang
lazim dipakai dalam pemecahan masalah; yaitu:
a. Definisi (perumusan masalah) menghasilkan informasi mengenai kondisi-
kondisi yang menimbulkan masalah.
b. Preskripsi (Rekomendasi) menghasilkan informasi mengenai nilai kegunaan
relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah.
c. Deskripsi (Pemantauan) menghasilkan informasi tentang konsekuensi
sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan dan ;
d. Evaluasi menghasilkan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari
konsekuensi pemecahan atau pegatasan masalah.
Dengan prosedur Analisis tersebut, diperoleh lima tipe (macam) Informasi
kebijakan, yaitu :
a. Masalah Kebijakan, kebutuhan, nilai atau kesempatan yang tidak terealisir
(meskipun teridentifikasi) dapat diatasi melalui tindakan public
b. Masa Depan Kebijakan; pilihan (alternatif) kebijakan dan prediksi
kosekuensi yang ditimbulkannya
c. Aksi Kebijakan, serangkaian tindakan kompleks yang dituntut oleh
alternatif-alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai nilai-nilai
tertentu
d. Hasil Kebijakan, konsekuensi yang teramati dari suatu aksi kebijakan
e. Kineja Kebijakan; suatu derajat dimana hasil kebijakan tertentu memberi
kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.
Kelima prosedur metodologis analisis kebijakan tersebut, sejajar (paralel)
dengan tahap-tahap Pembuatan Kebijakan. Dunn membuat kesamaan Prosedur
Analisis kebijakan dengan Tahap Pembuatan Kebijakan sebagaimana matriks di
bawah ini:
20
Tabel 2. 1 Prosedur Analisis Kebijakan Dengan Tahap Pembuatan Kebijakan
21
• Kepatuhan, Pemantauan bermanfaat untuk mementukan apakah tindakan dari
para administrator program sesuai dengan standard dan prosedur yang dibuat
oleh para legislator, instansi pemerintah, dan lembaga profesional,
• Pemeriksaan, pemantauan membantu menentukan apakah sumberdaya dan
pelayanan yang dimaksudkan Untuk kelompok sasaran maupun konsumen
tertentu,
• Akuntansi, monitoring menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk
melakukan akuntansi atas perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah
dilaksanakannya sejumlah kebijakan dari waktu ke waktu
• Eksplanasi, pemantauan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan
mengapa hasil-hasil kebijakan dan program berbeda.
d. Evaluasi
Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang
ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang benar-
benar dihasilkan. Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-
masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran,
pemberian angka, dan penilaian. Evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik yang
membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya:
• Fokus nilai, Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian
menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan dan program. Evaluasi
terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial
kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi
mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.
• Interdependensi fakta nilai, Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta maupun
nilai, untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapai
tingkat kinerja yang tertinggi, diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau seluruh masyarakat untuk
menyatakan demikian, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan
secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tertenti.
22
• Orientasi masa kini dan masa lampau, Tuntutan evaluatif, berbeda dengan
tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lau,
ketimbang hasil dimasa depan. Evaluasi bersifat retrosfektif dan setelah aksi-aksi
dilakukan.
• Dualitas nilai, Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas
ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasi sama
dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada dapat dianggap
sebagai intrinsik atau ektrinsik. Nilai-nilai sering ditata didalam suatu hirarki yang
merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar tujuan dan
sasaran.
2.2 Kelembagaan
Menurut (Scott,2008), teori kelembagaan baru (neoinstitutional theory)
adalah tentang bagaimana menggunakan pendekatan kelembagaan baru dalam
mempelajari sosiologi organisasi. Akar teoritisnya berasal dari teori kognitif, teori
kultural, serta fenomenologi dan etnometodologi. Ada 3 elemen analisis yang
membangun kelembagaan walau kadang-kadang ada yang dominan, tapi mereka
berkerja dalam kombinasi. Ketiganya datang dari perbedaan cara pandang
terhadap sifat realitas sosial dan keteraturan sosial dalam tradisi sosiologi
sebelumnya. Ketiga elemen tersebut adalah aspek regulatif, aspek normatif, dan
aspek kultural-cognitif.
Kelembagaan menyediakan pedoman dan sumber daya untuk bertindak,
sekaligus batasan-batasan dan hambatan untuk bertindak. Fungsi kelembagaan
adalah untuk tercapainya stabilitas dan keteraturan (order), tapi mereka pun
berubah. Kelembagaan adalah property sekaligus proses. Dalam pendekatan
kelembagaan baru dipelajari apa tipe-tipe dan bentuk-bentuk kelembagaan yang
mendorong lahirnya organisasi formal. Hal ini berkaitan dengan hambatan
struktural dan kultural (kontrol) versus kemampuan atau keberanian individu
untuk bertindak kreatif (make difference).
Scot dalam Hessel dan (Terjesen,2008) menyatakan bahwa kelembagaan
merupakan struktur sosial yang telah mencapai ketahanan tertinggi dari budaya
23
kognitif, normatif, dan regulatif yang sarat dengan perubahan. Elemen-elemen ini
secara Bersama-sama mempengaruhi kegiatan dan sumber daya untuk
memberikan stabilitas dan makna bagi kehidupan sosial. Dalam upaya
memberikan stabilitas ini maka sebuah lembaga perlu memperhatikan unsur-unsur
seperti rules, norms, cultural benefit, peran dan sumber daya material. Hal ini
yang dapat membentuk komitmen organisasi dalam memberikan stabilitas melalui
berbagai kebijakan dan program yang ada.
Lebih jauh, (Scott,2008) menjelaskan tentang adanya 3 pilar dalam
perspektif kelembagaan baru. Pertama, pilar regulatif (regulative pillar), yang
berkerja pada konteks aturan (rule setting), monitoring, dan sanksi. Hal ini
berkaitan dengan kapasitas untuk menegakkan aturan, serta memberikan reward
and punishment. Cara penegakkannya melalui mekanisme informal (folkways)
dan formal (polisi dan pengeadilan). Meskipun ia bekerja melalui represi dan
pembatasan (constraint), namun disadari bahwa kelembagaan dapat memberikan
batasan sekaligus kesempatan (empower) terhadap aktor. Aktor yang berada
dalam konteks ini dipandang akan memaksimalkan keuntungan, karena itulah
kelembagaan ini disebut pula dengan kelembagaan regulatif (regualtive
institution) dan kelembagaan pilihan rasional (rational choice instituion). Dalam
kelembagaan di bagi menurut wilayahnya, yaitu :
A. Kelembagaan Pemerintah
Kelembagaan pemerintah merupakan lembaga pemerintahan atau
“Citilizated Organization” dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari
negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
Tugas Umum Lembaga Negara yaitu antara lain :
• Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM, dan
budaya.
• Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan harmonis
• Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya
• Menjadi sumbur inspirator dan aspirator rakyat
• Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme
• Membantu menjalankan roda pemerintahan negara
24
Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas
masing-masing dan kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang
memiliki kedudukan sejajar yaitu :
• Legislatif – bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
• Eksekutif – bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang
eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.
• Yudikatif – bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun
unsur yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah
Konstitusi (MK)
Lembaga Negara mempunyai tugas, fungsi dan wewenang, yang sudah diatur
di dalam Undang Undang Dasar 1945. Berikut adalah penjelasaanya dibawah
ini.
• Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) – Mengubah dan menetapkan
undang-undang dasar, Melantik presiden dan wakil presiden.
• Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) – Memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan DPR mempunya hak interplasi, hak angket,
dan hak menyatakan pendapat.
• Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – Dapat mengajukan rancangan undang-
undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah.
• Presiden dan Wakil Presiden – Memiliki wewenang Membuat perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar.
• Mahkamah Agung – Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang undangan di bawah Undang-undang terhadap Undang-
Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-
Undang.
• Komisi Yudisial – Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan
dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian
yang baik.
25
• Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) – fungsinya adalah untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri.
B. Kelembagaan Daerah
Kelembagaan Daerah adalah lembaga yang unsur pelaksanaanya oleh
pemerintah daerah dan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Kelembagaan
daerah mempunyai tugas melaksanakan tugas tertentu yang karena sifatnya tidak
tercakup oleh sekretariat daerah dan dinas daerah dalam lingkup tugasnya. Tugas
tersebut meliputi bidang penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan,
pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi,
kependudukan, dan pelayanan kesehatan. Kelembagaan daerah juga
menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya, serta penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Contoh
Lembaga teknis Daerah yaitu:
• BAPPEDA (Badan perencanaan pembangunan daerah)
• BKD (Badan kepegawaian daerah)
• Badan pelayanan kesehatan rumah sakit daerah
• Satuan Polisi Pamong Praja
C. Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat. Maksud Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan
yaitu untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kegotong-royongan,
menumbuh kembangkan peran serta masyarakat secara optimal dan membantu
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna serta membantu
pemerintah dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yaitu untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam, membantu kelancaran penyelenggaraan
26
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta menciptakan kondisi
dinamis untuk pemberdayaan masyarakat.
Kelembagaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada di atas terdiri dari :
• Rukun Tetangga (RT);
• Rukun Warga (RW);
• Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD);
• PKK;
• Karang Taruna;
• Lembaga-lembaga lain sesuai kebutuhan.
(Nugroho,2010) dengan view yang lebih humani menyatakan bahwa,
“kelembagaan sebagai aturan main, norma-norma, larangan-larangan, kontrak,
kebijakan dan peraturan atau perundangan yang mengatur dan mengendalikan
perilaku individu dalam masyarakat atau organisasi untuk mengurangi
ketidakpastian dalam mengontrol lingkungannya serta menghambat munculnya
perilaku oportunis dan saling merugikan sehingga perilaku manusia dalam
memaksimumkan kesejahteraan individualnya lebih dapat diprediksi”. Definisi
tersebut mengimplikasikan 2 (dua) komponen penting dalam kelembagaan, yaitu
aturan main (rules of the game) dan organisasi (players of the game). Kedua
definisi tersebut sulit dipisahkan karena organisasi dapat berjalan apabila aturan
main mengizinkan atau memungkinkan, sebaliknya aturan main disusun,
dijalankan, dan ditegakkan oleh organisasi. (Anantanyu, 2011).
Pada umumnya Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga
formal dan lembaga non-formal. Menurut (Sitti Bulkis, 2011) dalam (Saraswati,
2014), “kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah lokal); kategori
sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan koperasi); kategori sektor swasta
(organisasi jasa dan bisnis swasta)”. Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga
garis (line organization, military organization) lembaga garis dan staf (line and
staff organization); lembaga fungsi (functional organization). Jadi peneliti
menyimpulkan bahwa pengertian dari kelembagaan adalah suatu sistem sosial
yang melakukan usaha untuk mencapai tujuan tertentu yang menfokuskan pada
27
perilaku dengan nilai, norma, dan aturan yang mengikutinya, serta memiliki
bentuk dan area aktivitas tempat berlangsungnya.
Kelembagaan sosial ialah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada aktivitas – aktivitas untuk memenuhi kompleks – kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1996).
Kelembagaan sosial juga dimaknai sebagai himpunan norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat (Mutiara, 2015;Soekanto, 2003). Fungsi kelembagaan sosial:
1. Memberi pedoman berperilaku kepada individu/masyarakat
2. Menjaga keutuhan
3. Memberi arahan untuk masyarakat dalam mengadakan kontrol social
4. Mempunyai lambang-lambang yang secara simbolik menggambarkan tujuan
5. Mempunyai alat untuk mencapai tujuan tertentu
6. Mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis.
Kelembagaan sosial memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
manusia. Kelembagaan sosial memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai
berikut
1. Sebagai pedoman anggota masyarakat dalam bertingkahlaku atau bersikap
untuk menghadapi masalah dalam masyarakat, khususnya yang menyangkut
kebutuhan manusia
2. Sebagai penjaga bagi keutuhan masyarakat.
3. Menjadi pedoman dalam sistem pengendalian sosial terhadap tingkah laku
anggota masyarakat.
Ciri-ciri pokok yang membedakan kelembagaan sosial dengan konsepsi lain
(Mutiara, 2015; Soekanto,1990)
1. Merupakan pengorganisasian pola pemikiran yang terwujud melalui
aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya
2. Memiliki kekekalan tertentu.
2.3 Pembiayaan
Menurut (Rivai dan Arifin, 2010 : 681) pembiayaan atau financing adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
28
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncankan.
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Pembiayaan secara
luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dikerjakan oleh orang lain.
Pemerintah/public
Swasta/private
Gabungan antara pemerintah dengan swasta
Sumber pendapatan Pemerintah dapat digolongkan sebagai berikut:
A. PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Pendapatan asli daerah terdiri atas pajak, retribusi, perusahaan milik
Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya.
1. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum. Pajak juga merupakan instrumen keuangan
konvensional yang sering digunakan di banyak negara. Penerimaan pajak
digunakan untuk membiayai prasarana dan pelayanan perkotaan yang
memberikan manfaat bagi masyarakat umum, yang biasa disebut juga
sebagai "public goods". Penerimaan pajak dapat digunakan untuk membiayai
satu dari 3 pengeluaraan, yaitu: untuk membiayai biaya investasi total ("pay
as you go"), untuk membiayai pembayaran hutang ("pay as you use") dan
menambah dana cadangan yang dapat digunakan untuk investasi di masa
29
depan.
2. Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau
pemberian izin tertentu yang khususnya disediakan dan/ atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk Kepentingan orang Pribadi Atau Badan. Secara
teoritis retribusi mempunyai 2 fungsi, yaitu:
Sebagai alat untuk mengatur (mengendalikan) pemanfaatan prasarana dan
jasa yang tersedia; dan
Merupakan pembayaran atas penggunaan prasarana dan jasa.
Untuk wilayah perkotaan jenis retribusi yang umum digunakan misalnya air
bersih, saluran limbah, persampahan dan sebagainya. Pengenaan retribusi
sangat erat kaitannya dengan prinsip pemulihan biaya (cost recovery),
dengan demikian retribusi ini ditujukan untuk menutupi biaya operasi,
pemeliharaan, depresiasi dan pembayaran hutang. Adapun tarif retribusi
umumnya bersifat proporsional, dimana tarif yang sama diberlakukan untuk
seluruh konsumen, terlepas dari besarnya konsumsi masing-masing
konsumen.
Dana hibah,
Dana Darurat, berasal dari APBN, Prosedur dan tata cara penyaluran Dana
Darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN,
Dan penerimaan lainnya
B. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari:
1. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan
dan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam,
dimana:
30
Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan
10% Pemerintah Pusat dan 90% untuk Daerah.
Penerimaaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk
Daerah. 10% (sepuluh persen) penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan
20% (dua puluh persen) penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintah Pusat dibagikan kepada
seluruh Kabupaten dan Kota.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sector
pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20%
untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan
gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi
dengan imbangan sebagai berikut:
Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari
wilayah daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dibagi dengan imbangan 85% untuk Pemerintah Pusat dan 15%
untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah
daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dibagi dengan imbangan 70% untuk Pemerintah Pusat dan 30%
untuk Daerah.
C. Dana Alokasi Umum
Dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Alokasi
Umum untuk Daerah Propinsi dan untuk Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
masing-masing 10% dan 90% dari Dana Alokasi Umum.
D. Dana Alokasi Khusus.
DAK adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi
31
Khusus termasuk yang berasal dari dana reboisasi. Dana reboisasi dibagi
dengan imbangan: 40% dibagikan kepada Daerah penghasil sebagai Dana
Alokasi Khusus dan sebesar 60% untuk Pemerintah Pusat.
E. Pinjaman Daerah
Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk
membiayai sebagian anggarannya. Apabila akan melakukan pinjaman luar
negeri maka harus melalui pemerintah pusat. Peminjaman yang dilakukan
dapat berupa pinjaman jangka panjang dan jangka pendek dimana :
Pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang
merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan
masyarakat.
Pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus kasdalam rangka pengelolaan
kas Daerah.
Akan tetapi peminjaman yang dilakukan harus melalui persetujuan
DPRD, dengan memperhatikan kemampuan daerahnya untuk memenuhi
kewajiban. Daerah sendiri dilarang melakukan pinjaman yang menyebabkan
terlampauinya batas jumlah Pinjaman Daerah yang ditetapkan, melakukan
perjanjian yang bersifat penjaminan sehingga mengakibatkan beban atas
keuangan Daerah.
Dana yang telah dipinjam menjadi kewajiban daerah, Semua
pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah atas Pinjaman Daerah
merupakan salah satu prioritas dalam pengeluaran APBD. Dalam hal Daerah
tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas Pinjaman Daerah dari
Pemerintah Pusat, maka Pemerintah Pusat dapat memperhitungkan
kewajiban tersebut dengan Dana Alokasi Umum kepada Daerah.
Pinjaman,merupakan instrumen keuangan yang bersifat konvensional.
Secara umum pinjaman mempunyai jangka waktu lebih pendek dan relatif
lebih mahal dibandingkan dengan obligasi. Namun demikian, pemerintah
atau perusahaan daerah bisa melakukan pinjaman tidak hanya dalam bentuk
pinjaman komersial, tetapi dapat juga dalam bentuk pinjaman non komersial,
32
baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri (melalui
pemerintah pusat).
Metode analisis yang digunakan adalah:
1. Kemandirian
Analisis kemandirian adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan daerahnya
sendiri yang didapat dari pendapatan asli daerahnya dibandingkan dengan dana
perimbangan yang didapat. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah
dalam menjalankan otonomi daerah, salah satunya bisa di ukur melalui kinerja/
kemampuan keuangan daerah.
Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal Yaitu derajat untuk mengukur persentase penerimaan
daerah antara lain: PAD, BHPBP, serta sumbangan pemerintah pusat terhadap
total penerimaan daerah. Semakin tinggi hasilnya, maka semakin tinggi pula
desentralisasi fiskal. Artinya Apabila jumlah PAD lebih besar dari bantuan dari
pusat maka ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat semakin
kecil. Semakin tinggi hasilnya, maka desentralisasi fiskal semakin tinggi pula.
Kebutuhan Fiskal
Kebutuhan fiskal yaitu untuk mengukur kebutuhan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi pelayanan dasar umum. Semakin tinggi indeks, maka
kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar.
Kapasitas Fiskal
Untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD dan dana bagi
hasil yang diserahkan kepada pemerintah daerah guna membiayai pendanaan
daerah dengan penilaian, apabila kapasitas fiskal (PAD + dana Bagi hasil) lebih
besar dari pengeluaran (kebutuhan fiskal) maka potensi untuk mendapatkan PAD
didaerah tersebut cukup bagus tanpa ada bantuan dari pemerintah pusat.
Upaya Fiskal
Posisi fiskal Indikator/rasio yang digunakan adalah dengan mencari koefisien
elastisitas PAD terhadap PDRB Rasio ini bertujuan untuk melihat sensitivitas
atau elastisitas PAD terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah.
33
2. Kesehatan Keuangan
Analisis kesehatan digunakan atau dapat dipakai untuk melihat kesehatan
dari suatu daerah, maksudnya apabila daerah tersebut antara pendapatan lebih
kecil dari pengeluaran, maka dikatakan tidak sehat. Namun sebaliknya apabila
pendapatan lebih besar dari pengeluaran maka dapat dikatakan sehat.
3. Keamanan Keuangan
Analisis keamanan adalah analisis yang dapat digunakan untuk melihat
aman atau tidaknya suatu daerah. Apabila dari APBD terdapat dana cadangan
maka suatu daerah dapat dikatakan aman, sedangkan apabila daerah tersebut tidak
memiliki dana cadangan maka dapat dikatakan tidak aman.
34
2.4 Kerangka Teori
Teori Analisis
kebijakan deskripsi, Teori Structure, Teori Analisis
preskripsi, definisi dan Conduct, Performance Desentralisasi Fiskal
evaluasi (Sumber : Mason, (Sumber : Supriyadi,
1939). dkk, 2013).
(Sumber : Dunn,.
2003).
Deskripsi Pembiayaan
- Kepatuhan. Kelembagaan - Pendapatan asli
- Pemeriksaan. - Kelembagaan daerah.
- Akuntansi. pemerintah. - Pendapatan dari dana
- Eksplanasi. - Kelembagaan daerah. perimbangan.
Evaluasi - Kelembagaan - Penerimaan
- Fokus nilai. masyarakat. pembiayaan.
- Interdepedensi - Lain – lain
fakta nilai. pendapatan asli daerah
- Orientasi masa kini yang sah.
dan masa lampau.
- Dualitas nilai.
35
BAB III
METODOLOGI
36
Observasi lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara lansung
dengan mengamati kondisi eksisting wilayah yang dikaji observasi lapangan
dalam kkp ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara yang ada di
kebijakan dengan kondisi eksisting.
Mengetahui peran
kelembagaan dalam
implementasi
kebijakan
b. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey
yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden yang sudah
ditentukan. Dalam aspek kebijakan, kelembagaan dan pembiayaan, wawancara
berguna untuk mengetahui kesesuaian kebijakan, koordinasi lantar lembaga dan
keuangan daerah menurut pemerintah dengan kondisi yang sesungguhnya. Jenis
sampling yang digunakan yaitu Purposive Sampling, untuk sasaran respondennya
itu ada BAPPEDA untuk menanyakan kesesuaian kebijakan terkait kawasan
agropolitan dengan kondisi eksisting, lalu Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
untuk mengetahui kebijakan mengenai pembiayaan, lalu ada Sekretaris Daerah
untuk mengetahui kesesuaian rencana kerja lembaga terkait Kawasan Agropolitan
dengan program yang sudah terealisasi, yang terakhir ada Pemerintah Daerah
(Desa) Mengetahui peran kelembagaan dalam implementasi kebijakan.
37
1) Pemilihan Metode Sampling
Pada kegiatan wawancara dan kuisioner, metode yang paling tepat
digunakan oleh aspek kebijakan, kelembagaan, dan keuangan adalah purposive
sampling karena responden yang dipilih merupakan orang yang dianggap sudah
paham atau ahli dalam bidang terkait serta ditentukan sesuai dengan aspek kajian
sehingga diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar - benar sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
Selain itu, narasumber yang akan diwawancara merupakan yang mengetahui
dan memahami tentang kebijakan RTRW, kelembagaan, dan keuangan di
Kawasan Strategis Agropolitan Pangalengan seperti Instansi (Bappeda, Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan instansi terkait penataan ruang serta tokoh
masyarakat).
Metode
No. Prinsip Responden
Sampel
Pengambilan sampel
dilakukan secara acak tanpa melihat
Simple Random
strata atau tingkatan. Digunakan
Sampling (Sampel
apabila anggota populasi dianggap Random
Acak)
homogen.
38
Dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap wilayah geografis
Area Sampling (Cluster yang ada. Disebut juga dengan sampel
Sampling) kelompok. Random
Penentuan sampel
Sampling Aksidental berdasarkan faktor spontanitas. Random
2.
pertimbangan tertentu dari si peneliti.
39
menguasai mengenai hal- hal terkait kebijakan yang ada di RTRW.
Narasumber yang dimaksud adalah dalam bidang:
Bidang Perencanaan
Bidang Fisik
Bidang Tata Ruang dan Infrastuktur
Bidang Pengendalian dan Evaluasi
b. Sekretaris Daerah
Narasumber yang berada di Sekretaris Daerah sebanyak 3
narasumber atau lebih yang dianggap mengetahui tentang kondisi
koordinasi antar lembaga terkait pembangunan industri di wilayah
yang akan dikaji. Narasumber yang dimaksud yaitu Asisten
Pemerintahan, yang dibawahkan Bagian Organisasi dengan :
Sub Bagian Kelembagaan
Sub Bagian Ketatalaksanaan
Sub Bagian Analisa Formasi dan Jabatan
c. Perangkat Daerah
Narasumber merupakan tokoh masyarakat wilayah kajian seperti
Kepala Desa Sebanyak 51 narasumber atau lebih (1 orang dari setiap
desa) yang dinggap mengetahui tentang pengembangan dan
pengelolaan pembiayaan daerah
d. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
Narasumber BPKD Kecamatan Pangalengan di bagian pengelolaan
aspek kebijakan RTRW sebanyak 4 narasumber atau lebih yang di
anggap tahu dan menguasai mengenai hal- hal terkait pengadaan
pembiayaan daerah. Narasumber yang dimaksud adalah dalam bidang:
Bidang Anggaran
Bidang Pendapatan
Bidang Pembendaharaan
Bidang Pengelolaan Kekayaaan Daerah
40
e. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Narasumber Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan
Pangalengan di bagian pengelolaan aspek kebijakan RTRW sebanyak
2 narasumber atau lebih yang di anggap tahu dan menguasai mengenai
hal- hal terkait pengadaan pembiayaan daerah. Narasumber yang
dimaksud adalah dalam bidang:
Bidang Pertanian
Bidang ketahanan Pangan
41
Tabel 3. 3 Wawancara
42
Tujuan Topik Metode
Topik Wawancara Alat Wawancara Instansi Narasumber
Wawancara Wawancara
lembaga
Pembiayaan
Badan 1. Bidang Pendapatan
Pengelolaan 2. Bidang Anggaran
Lembaga Keuangan 3. Bidang Pembendaharaan
Alokasi dan Sumber Teknik Purposive
Pengadaan Form Wawancara Daerah 4. Bidang Pengelolaan Kekayaaan
Pembiayaan Daerah Sampling
pembiayaan daerah Kawasan Daerah
Agropolitan
pangalengan
Koordinasi Dinas
1. Bidang Kopersi, Usaha Mikro,
Tanggung Jawab Mengetahui peran Koperasu
Kecil dan Menengah
Sosial atau kelembagaan dan alokasi Teknik Purposive Form Wawancara Usaha Kecil
2. Bidang Industri
Coorporate Social serta mengetahi Sampling Menengah dan
3. Bidang Perdagangan
Responsibility pembiayaan CSR Perdagangan
4. Bidang Pengelolaan Pasar
(CSR) Kawasan
43
Tujuan Topik Metode
Topik Wawancara Alat Wawancara Instansi Narasumber
Wawancara Wawancara
Agropolitan
Koordinasi
Tanggung Jawab Mengetahui peran
Kantor Desa
Sosial atau kelembagaan dan alokasi Teknik Purposive Form Wawancara 1. Kepala Desa
Kawasan
Coorporate Social serta mengetahi Sampling 2. Sekretaris Desa
Agropolitan
Responsibility pembiayaan CSR
(CSR)
44
c. Alternatif Pengumpulan Data
Alternatif lain untuk mendapatkan data primer bila tidak melakukan
survey lapangan adalah
1. Untuk wawancara kepada masyarakat bisa menggunakan
kuisioner yang dilakukan secara online melalui Google Form.
2. Untuk mendapatkan data primer kita juga bisa melakukan studi
dokumen baik dokumen primer ataupun sekunder.
3. Bisa juga dengan menggunakan teknik observasi tetapi dengan
Non participant Observation, jadi untuk penelitinya tidak turun
langsung untuk survey lapangan.
4. Dilakukan wawancara secara virtual dengan instansi yag
bersangkutan.
Tabel 3. 4 Alat Kuisioner
Mengetahui peran
kelembagaan dalam
implementasi
kebijakan
a) Merencanakan
45
Tahapan perencanaan ini meliputi analisis kebutuhan penggunaan
Google Form sebagai penilaian terhadap jawaban dari setiap instansi/
masyarakat dan analisis validitas angket yang akan digunakan sebagai
kuesioner penilaian kevalidan jawaban dari instansi. Adapun kebutuhan
penggunaan Google Form sebagai kuesioner penilaian hasil kisioner dapat
dilihat dari sisi efektifitas dan efesiensi dalam pengisian dan
penganalisisan data.
b) Membuat
Untuk dapat membuat kuisioner onlinemenggunakan Google Form
maka anda harus terlebih dahulu memiliki akun Google. Adapun cara
masuk ke akun Google adalah dengan mengunjungi halaman
http://accounts/Google.com/sigin. Jika anda belum memiliki akun Google
maka anda perlu mendaftar di halaman:
https://accounts.Google.com/signup, lalu isi formulir pendaftarannya. Lalu
klik tombol Langkah Berikutnya untuk mengeksekusi isian formulir
pendaftaran, Selanjutnya, silahkan Verifikasi Akun Anda dengan
memasukkan nomor HP yang aktif di tangan anda. Anda juga dapat
memilih cara Google mengirimkan kode verifikasi ke nomor tersebut,
apakah melalui SMS atau panggilan suara. Kemudian klik tombol
Lanjutkan, lalu masukkan kode angka (yang dikirimkan ke Handphone
anda) pada kotak yang tersedia, lalu klik tombol Lanjutkan. Maka email
anda pun telah jadi. Harap jangan lupa mengamankan/menyimpan alamat
email dan password email baru anda agar tidak kelupaan atau tercecer.
Akun ini dapat digunakan untuk masuk ke semua aplikasi Google, seperti:
Youtube, Google Drive, Google Play, Google Map, dan membuat
kuisioner Online menggunakan Google Form.
Adapun jenis-jenis pertanyaan yang tersedia dalam Google Form adalah:
1) jawaban singkat, 2) paragraph, 3) pilihan ganda, 4) kotak centang, 5)
Tarik-turun, 6) Skala linier, 7) kisi pilihan ganda, 8) tanggal, 9) waktu.
c) Mempublikasikan
46
Adapun cara mempublikasikan kuesioner online menggunakan
Google Form adalah dengan mengklik tombol “kirim”. Metode
pengirimannya terdiri dari 3 macam, yaitu: 1) email, 2) membagikan link
(alamat web), 3) menampilkannya pada halaman website/ blog. Adapun
cara mengirimnya melalui email adalah dengan mengisi alamat email
tujuan (responden), judul dan pesan email pada kolom yang tersedia. Cara
membagikan link adalah dengan cara mengcopylink yang tersedia dan
mempastekannya pada media-media tertentu untuk diketahui dan
dikunjungi oleh responden. Selanjutnya, cara menampilkannya pada
halaman website atau blog adalah dengan menentukan ukuran halaman
formulirnya, lalu mengcopy teks HTML yang tersedia dan kemudian
dipastekan pada postingan website/blog dengan mode text HTML.
d) Menyediakan petunjuk penggunaan
Petunjuk penggunaan ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada responden tentang cara memberikan tanggapan pada kuesioner
online yang menggunakan Google Form, yaitu sebagai berikut: 1)
Responden harus masuk terlebih dahulu ke akun Google (kunjungi:
https://accounts.Google.com/login) sebelum memberikan tanggapan pada
kuesioner yang diamankan dengan 1 orang 1 tanggapan; 2) Kunjungi
halaman kuesioner online (sesuai dengan alamat yang diberikan oleh
administrator); 3) isi semua pertanyaan kuisioner online dengan objektif ;
4) untuk mengirim tanggapan, klik tombol ‘kirim’.
47
Tabel 3. 5 Checklist Data Sukunder
Bentuk
No Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Data
Kebijakan eksternal RTRW Kabupaten Bandung
Pola ruang Dokumen
dari sisi spasial yang Tahun 2016 - 2036
mempengaruhi RTRW Provinsi Tahun 2009 -
Struktur ruang Dokumen BAPPEDA
Kawasan Agropolitan 2029
di Kecamatan RTRW Nasional Tahun 2008 -
Kawasan Strategis Dokumen
Pangalengan 2028
Arahan
Pengembangan Pola
RPJMD Nasional Tahun 2020-
Ruang, Struktur Dokumen BAPPEDA
2024
Ruang, dan Jangka
panjang
Arahan
1 Pengembangan Pola
Kebijakan eksternal Ruang, Struktur RPJMD Provinsi Tahun 2018-
Dokumen BAPPEDA
dari sisi sektoral yang Ruang, dan Kawasan 2023
mempengaruhi Strategis jangka
Kawasan Agropolitan menengah
Kecamatan 1. Dinas Pertanian
Pangalengan dan Ketahanan
Pangan
Rencana Induk Pengembangan 2. Rencana Induk
Masterplan Pertanian Dokumen Kawasan Agropolitan Pengembangan
Kecamatan Pangalengan Kawasan
Agropolitan
Kecamatan
Pangalengan
Restra DISPARBUD
Rencana Strategis Dokumen BAPPEDA
Kabupaten Bandung
Pengembangan RPI2-JM Kabupaten Bandung
Dokumen Cipta Karya
Infrastruktur Tahun 2017 - 2022
Pengembangan Tatrawil
Dokumen BAPPEDA
transportasi Tatralok
48
Bentuk
No Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Data
Arahan
Pengembangan Pola
Ruang, Struktur RPJMD Kabupaten Bandung
Dokumen
Ruang, dan Kawasan Tahun 2016 – 2021
Kebijakan internal dari
Strategis jangka
sisi sektoral yang
panjang
mempengaruhi BAPPEDA
Arahan
Kawasan Agropolitan
Pengembangan Pola
Pangalengan
Ruang, Struktur RPJMD Kabupaten Bandung
2 Dokumen
Ruang, dan Kawasan Tahun 2016 – 2021
Strategis jangka
menengah
RTRW Kabupaten Bandung
Kebijakan internal dari Pola Ruang Dokumen
Tahun 2016 - 2036
sisi spasial yang
RTRW Kabupaten Bandung
mempengaruhi Struktur Ruang Dokumen BAPPEDA
Tahun 2016 - 2036
Kawasan Agropolitan
RTRW Kabupaten Bandung
Pangalengan Kawasan Strategis Dokumen
Tahun 2016 - 2036
Kesesuaian arahan
penataan ruang 1. BAPPEDA
berdasarkan kebijakan 2. Dinas terkait
RTRW Kabupaten Bandung
dengan kondisi Pola ruang Dokumen penataan ruang
Tahun 2016 - 2036
eksisting Kawasan kawasan
Agropolitan Agropolitan
3 Pangalengan
1. RIPPARNAS Tahun
2010-2025
Kebijakan Eksternal Arahan Kebijakan
2. RIPPARPROV Tahun
dan Internal dari sisi Pengembagan Dokumen Dinas Pariwisata
2015-2025
sektoral Pariwisata
3. RIPPARDA Tahun 2015-
2020
49
Bentuk
No Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Data
1. Peraturan Bupati
(PERBUP) Kabupaten
Bandung Nomor 98
Tahun 2019 Tentang
Tugas, Fungsi, Dan Tata
Kerja Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
2. Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur
Negara No 04 Tahun 2007
tentang Pedoman Umum
Formulasi, implementasi,
Evaluasi Kinerja dan
Revisi Kebijakan Publik di
Lingkungan Lembaga
Identifikasi Lembaga Program kerja Pemerintah Pusat dan
4 Dokumen Sekretaris Daerah
dan Programnya TUPOKSI Daerah
3. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah
4. Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung
Nomor 7 Tahun 2016
tentang RPJMD
Kabupaten Bandung
Tahun 2016 – 2021
50
Bentuk
No Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Data
suatu daerah dalam Sektor lain
memenuhi kebutuhan
daerahnya sendiri
PAD APBD
Mengetahui sumber dan Peneriman Daerah DPPKAD
Dokumen
alokasi dana dari Sektor lain
Pengeluaran Daerah
Mengetahui dana Cadangan APBD DPPKAD
Dokumen APBD
cadangan Pengeluaran Daerah
51
membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh
dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.
Evaluasi kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcomes) atau
dampak (impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses
pelaksanaan suatu kebijakan telah dilaksanakan. Dengan kata lain, evaluasi dapat
digunakan untuk melihat apakah proses pelaksanaan suatu kebijakan telah
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditentukan.
Edward A. Suchman sebagaimana dikutip Winarno menyatakan bahwa
ada enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu :
1) mengidetifikasi tujuan program yang akan dievaluasi,
2) analisis terhadap masalah,
3) deskripsi dan standardisasi kegiatan,
4) pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi,
5) menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain,
6) beberapa indikator untuk menentuan keberadaan suatu dampak.
52
3.3.2 Metode Analisis Kelembagaan
Metode analisis yang digunakan dalam menganalisis aspek kelembagaan
yakni dengan menggunakan metode:
53
ini merupakan penyelarasan berbagai pihak dalam bekerja secara tertib dan
teratur.
Sinkronisasi
Kawasan yang terletak di perbatasan provinsi dan memerlukan
sinkronisasi penataan ruang dan pengembangan wilayah dengan kawasan yang
berbatasan dibutuhkan terjalinnya komunikasi dan sinkronisasi yang baik antara
Pemerintah Daerah, DPRD dengan Masyarakat
Performance, menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan
kelembagaan dan melibatkan pertisipasi kelompok dan kualitas hasil. Tampilan
performance menunjukkan identifikasi kegiatan, actor (pelaku), waktu
penyelesaian, capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode waktu terentu
(misalnya satu tahun), manfaat yang diperoleh dan prediksi dampaknya. Pada poin
ini berhubungan dengan sinergitas, karena dengan adanya sinergitas atau kerja
sama maka akan terwujudnya kegiatan yang akan dikerjakan oleh lembaga.
Koordinasi
54
Dalam administrasi Pemerintah,koordinasi dimaksudkan untuk
menyerasikan dan menyatukan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pimpinan
dan kelompok pejabat pelaksana.Suatu tindakan pelaksanaan yang
terkoordinasikan berarti kegiatan kelompok pejabat baik pimpinan dan para
pelaksanaan menjadi serasi,seirama dan terpadu dalam pencapaian tujuan
bersama.(Handayaningrat,1982).Berdasarkan atas hubungan antara pejabat yang
mengkoordinasikan dengan pejabat yang dikoordinasikan,maka dapat dibedakan
2(dua) jenis koordinasi,yaitu:Koordinasi Internal dan Koordinasi Eksternal.
Koordinasi Internal terdiri atas Koordinasi Vertikal,Koordinasi Horisontal, dan
Koordinasi Diagonal dan Koordinasi Eksternal termasuk koordinasi
fungsional.Dalam koordinasi Eksternal terdiri atas Horisontal dan Diagonal.
55
Publik” ada beberapa Analisis kinerja keuangan daerah salah satunya adalah
desentralisasi fiskal. Pengukuran tingkat kemandirian :
b. Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal yaitu derajat untuk mengukur persentase
penerimaan daerah antara lain: PAD, BPHBP dan Sumbangan Daerah, terhadap
total penerimaan daerah. Secara matematis, ditulis sebagai berikut:
Dimana :
PAD = Pendapatan asli daerah
BHPBP = Bagi hasil pajak dan bukan pajak
Sum = Sumbangan Pemerintah pusat.
TPD = Total penerimaan daerah
TPD = PAD + BHPBP + SUMSum = DAU + DAK + Pinjaman daerah
+ Lain-lain penerimaan yang sah.
Semakin tinggi hasilnya, maka desentralisasi fiskal semakin tinggi pula.
Artinya apabila jumlah PAD lebih besar dari bantuan dari pusat maka
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat semakin kecil.
Semakin tinggi hasilnya, maka desentralisasi fiskal semakin tinggi pula.
c. Kesehatan Keuangan Daerah
Analisis kesehatan keuangan daerah digunakan untuk melihat kesehatan
keuangan dari suatu daerah. Apabila didaerah tersebut jumlah pendapatan asli
daerahnya lebih kecil dari pada pengeluaran daerah tersebut, maka keuangan dari
daerah tersebut dapat dikatakan tidak sehat. Dan sebaliknya apabila pendapatan
56
asli daerah lebih besar dari pada pengeluaran daerah tersebut, maka keuangan dari
suatu daerah dapat dikatakan sehat, atau yang dikenal dengan surplus dan devisit.
d. Keamanan Keuangan Daerah
Analisis keamanan adalah analisis yang dapat digunakan untuk melihat aman atau
tidaknya keuangan suatu daerah. Apabila dari APBD terdapat dana cadangan
maka suatu daerah dapat dikatakan aman, sedangkan apabila daerah tersebut tidak
memiliki dana cadangan maka keuangan daerah tersebut dapat dikatakan tidak
aman. Hal ini sangat penting untuk menuntut adanya perlindungan ekstra dari
gangguan serta ancaman. Gangguan dan ancaman tersebut dapat terjadi baik yang
berasal dari internal maupun eksternal
57
3.3.4 Metode analisis Perumusan Potensi dan Masalah
Metode analisis yang digunakan dalam adalah deskriptif kualitatif. dengan
mendeskripsikan data yang diperoleh yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
penjelasan, kemudian data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Menurut
(Nawawi,2005) Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Menurut
(Moleong,2006),bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apayang dialami oleh subjek
penelitianmisalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dan lain-lain secara
holistik,dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-katadan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
58
Tabel 3. 6 Matriks Analisis
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
RTRW Kabupaten Bandung
Pola ruang Dokumen
Tahun 2016 - 2036
RTRW Provinsi Tahun 2009 -
Kebijakan Struktur ruang Dokumen
2029
eksternal dari sisi
spasial yang
1
mempengaruhi BAPPEDA
Deskripsi
Kawasan
Teridentifikasinya RTRW Nasional Tahun 2008 -
Agropolitan Kawasan Strategis Dokumen
kebijakan eksternal 2028
Pangalengan
dan internal dari sisi
spasial maupun
sektoral
Kebijakan Arahan
eksternal dari sisi Pengembangan
sektoral yang Pola Ruang, RPJMD Nasional Tahun 2020-
Dokumen BAPPEDA
2 mempengaruhi Deskripsi Struktur Ruang, 2024
Kawasan dan Jangka
Agropolitan panjang
Pangalengan Arahan Dokumen RPJMD Provinsi Tahun 2018-
59
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
Pengembangan 2023
Pola Ruang,
Struktur Ruang,
dan Kawasan
Strategis jangka
menengah
Rencana Induk Pengembangan Dinas Pertanian
Masterplan
Dokumen Kawasan Agropolitan dan Ketahanan
Pertanian
Kecamatan Pangalengan Pangan
Restra DISPARBUD
Rencana Strategis Dokumen BAPPEDA
Kabupaten Bandung
Pengembangan RPI2-JM Kabupaten Bandung
Dokumen Cipta Karya
Infrastruktur Tahun 2017 - 2022
Pengembangan Tatrawil
Dokumen BAPPEDA
transportasi Tatralok
Kebijakan internal Arahan Kebijakan internal
dari sisi sektoral Pengembangan dari sisi sektoral
RPJMD Kabupaten Bandung
3 yang Deskripsi Pola Ruang, Dokumen yang
Tahun 2016 – 2021
mempengaruhi Struktur Ruang, mempengaruhi
Kawasan dan Kawasan Kawasan
60
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
Agropolitan Strategis jangka Agropolitan
Pangalengan panjang Pangalengan
Arahan
Pengembangan
Pola Ruang,
RPJMD Kabupaten Bandung
Struktur Ruang, Dokumen
Tahun 2016 – 2021
dan Kawasan
Strategis jangka
menengah
61
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
dalam penataan ruang Tahun 2019 Tentang
di Kawasan Tugas, Fungsi, Dan Tata
Agropolitan Kerja Sekretariat Dewan
Pangalengan, serta Perwakilan Rakyat
teridentifikasinya Daerah
koordinasi, 2. Peraturan Menteri
Singkronisasi, Negara Pendayagunaan
Integrasi antara Aparatur Negara No 04
Lembaga di Kawasan Tahun 2007 tentang
Agropolitan Pedoman Umum
Pangalengan. Formulasi, implementasi,
Evaluasi Kinerja dan
Revisi Kebijakan Publik
di Lingkungan Lembaga
Pemerintah Pusat dan
Daerah
3. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2008
Tentang Pedoman
62
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah
4. Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung
Nomor 7 Tahun 2016
tentang RPJMD
Kabupaten Bandung
Tahun 2016 – 2021
Mengidentifikasi Mengetahui
sumber dan alokasi seberapa besar
pembiayaan baik dari kemampuan suatu PAD
Kemandirian
6 pihak pemerintah, daerah dalam Peneriman Daerah Dokumen APBD DPPKAD
Keuangan
swasta, maupun memenuhi dari Sektor lain
masyarakat, kebutuhan
teridentifikasinya daerahnya sendiri
7 kemandirian, Mengetahui Kesehatan dan PAD Dokumen APBD DPPKAD
63
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
kesehatan dan sumber dan Kemandiriaan Peneriman
keamanan alokasi dana Keuangan Daerah dari
pembiayaan di Sektor lain
Kawasanan Pengeluaran
Agropolitan Daerah
8 Pangalengan serta
teridentifikasinya
Cadangan
pembiayaan Kawasan
Mengetahui dana Keamanan APBD DPPKAD
Agropolitan Dokumen APBD
cadangan Keuangan Pengeluaran
Pangalengan.
Daerah
64
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Perangkat Daerah
Teridentifikasinya 4. RIPPARNAS Tahun
kebijakan eksternal Kebijakan 2010-2025
Arahan Kebijakan
dan internal dari sisi Eksternal dan 5. RIPPARPROV Tahun
Deskripsi Pengembagan Dokumen Dinas Pariwisata
spasial maupun Internal dari sisi 2015-2025
Pariwisata
sektoral sektoral 6. RIPPARDA Tahun 2015-
7. 2020
Teridentifikasinya
potensi dan masalah
Arah kebijakan
kebijakan di Potensi dan Deskriptif & Wawancara
10 Kawasan Dokumen BAPPEDA
Kawasan Agropolitan masalah Kualitatif Hasil analisis setiap Sasaran
Agropolitan
Kecamatan
Pangalengan
65
Metode Bentuk
No Sasaran Output Jenis Data Sumber Data Instansi
Analisis Data
Teridentifikasinya
potensi dan masalah
Pengembangan
pembiayaan di
Pembiayaan Wawancara DPPKAD
11 Kawasan Agropolitan Dokumen
Kawasan Hasil Analisis Setiap Sasaran
Kecamatan
Agropolitan
Pangalengan
66
3.3.5 Kerangka Analisis
Gambar 3 1 Kerangka Analisis
SASARAN
kesesuaian arahan kebijakan dengan Identifikasi Lembaga dan Kemampuan Keuangan Potensi Masalah
Programnya Daerah
kondisi eksisting di Kawasan
Agropolitan
Anggriani, Rezeki. _____. Analisis Structure, Conduct, Dan Performance (Scp) Industri Tekstil
Batubara, 2016. Penggunaan Google Form Sebagai Alat Penilaian Kinerja Dosen. Al - Bidayah
Kantor Kementerian Agama kabupaten wonogiri, 2018. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
tarbiyah/article/view/102
Merry, (2020). Observasi: Pengertian, Manfaat, Jenis dan Tujuan. Diakses pada 28 Februari
Miles, M.B. & Huberman, A.M., 1992, Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy .J.2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Muhadjir dalam Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik.(Jakarta: Bayumedia, 2008), hlm.112
Nurhidayat, Nurmaeta, Hardi, 2013. Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan
68
Setyobakti,2017,Identifikasi Masalah Dan Potensi Desa Berbasis Indek Desa Membangun (Idm)
Di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.Jurnal Penelitian Ilmu
Ekonomi WIGA Vol. 7, Maret 2017, Hal 1 – 14
Sharaven, J. 2008. Struktur Conduct Perfomance Analysis og Internet. Diakses pada 2 Maret
2020, dalam http://www.Prnejoutnal.com/aticle/pdf/.
Supriyadi, Armandelis dan Selamet Rahmadi, 2013, Analisis Desentralisasi Fiskal di Kabupaten
Bungo, Universitas Jambi
Suwitri, S. (2014). Konsep Dasar Kebijakan Publik MODUL 1. Analisis Kebijakan Publik, 2, 1–
51, dalam
William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Diakses pada 24 Februari 2020 https://www.ksi-
indonesia.org/document/material/Modul-Pelatihan-Analis-Kebijakan.pdf
69
TABEL KONTRIBUSI
No. Nama NRP Kontibusi
1. Farhatun Fuadiah 193060005 Menyusun Bab 3, dan membuat
proposal aspek, menyunting proposal
aspek, menyunting Bab 3
2. Junaldi Ferdian 193060007 Menyusun Bab 1, membuat
powerpoint, menyunting Bab 1
3. Hamzah Raflyanto 173060018 Menyusun Bab 2
70
TABEL KENDALI
2 50.74
Baiknya urutkan seperti ini
untuk kebijakan (1)
Kebijakan eksternal spasial
(2) kebijakan eksternal
sektoral (3) kebijakan Sudah diperbaiki
internal spasial (4) kebijakan
internal sektoral, belum ada
perumusan potensi dan
masalah
71