Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN DALAM KEHIDUPAN

DOSEN PENGEMPU:
Drs. I Gusti Ngurah Tara Wiguna M.Hum

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 Ni Made Desri Purwani (003)

Luh Putu Indira Virayani (015)

Ni Kadek Nita Dwi Julyanti (021)

I Gusti Agung Ayu Cahyani Indah P.P (031)

Rahma Andri Savithri (039)

Sarjana Terapan Kebidanan


Semester 2 / (Dua)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPLUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN

DENPASAR

2021
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan peper Pancasila yang berjudul
“Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam kehidupan” dapat di selesaikan. Adapun
tujuan dari penulisan peper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan tahun 2021 Poltekkes Kemenkes Denpasar. Selain itu, melalui
penyusunan peper ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi semua pihak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. I Gusti Ngurah Tara Wiguna, M.Hum selaku
dosen pengampu Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang di tekuni.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat di pahami serta menambah pengetahuan semua pihak
khususnya bagi para pembaca. Mohon maaf sebesar–besarnya jika terdapat kata–kata yang
kurang berkenan di dalam penulisan peper ini.

Badung, 08 Maret 2021

Penulis
Daftar Isi

Y
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Paradigma pembangunan.......................................................................................................2
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Kehidupan............................................3
2.3 Fungsi dan Makna Paradigma Pembangunan......................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan ideologi negara.
Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan pembukaan
UUD 1945.

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup/ pegangan hidup/
pedoman hidup/ petunjuk hidup. Dalam hai ini, Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup
atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,Pancasila digunakan sebagai
petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat di segala bidang.
Semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila Pancasila.

Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bertujuan untuk melaksanakan pembangunan
nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu Paradigma pembangunan?
2) Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam
kehidupan?
3) Apa fungsi dan makna paradigma pembangunan?

1.3 Tujuan
1) Agar mengetahui apa itu paradigma pembangunan
2) Agar mengetahui bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam
kehidupan
3) Agar mengetahui fungsi dan makna dari paradigma pembangunan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PARADIGMA PEMBANGUNAN


Istilah paradigma awalnya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Pengertian
paradigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seperangkat unsur bahasa yang
sebagian bersifat tetap dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma juga diartikan sebagai
gugusan system pemikiran. Menurut seorang tokoh bernama Thomas Kuhn, Orang yang pertama
kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi
oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, paradigma
sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus
dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus
dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut. Suatu paradigma mengandung sudut pandang,
kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut. Dengan
suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat
menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.

Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak,
acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma
berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari
sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan
bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

Adapun pengertian dari pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus menuju
kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-citakan. Pembangunan juga bisa diartikan
sebagai usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat sehingga menjadi
lebih baik. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan harkat dan
martabat manusia indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan negara yang
tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan rincian sebagai berikut:
 Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah indonesia
 Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Yang perwujudanya terletak pada
tatanan pergaulan masyarakat internasional.
Pada hakikatnya, pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan masyarakat Indonesia seluruhnya, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan nasional
diperlukan hal-hal berikut:
 Adanya keselarasan, keserasian, keseimbangan serta kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan
 Pembangunan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat
 Adanya pemerataan pembangunan untuk seluruh mesyarakat dan seluruh wilayah tanah
air
 Objek maupun subjek pembangunan adalah seluruh manusia dan masyarakat Indonesia,
oleh karenanya pembangunan haruslah berkepribadian Indonesia dan menghasilkan
manusia-manusia maju yang memiliki kepribadian Indonesia.
 Pembangunan dilakukan dengan tujuan meningkatkan mutu serta taraf hidup suatu masyarakat
menjadi lebih baik. Sehingga dalam pembangunan terdapat tiga proses, yaitu:
 Emansipasi bangsa : yaitu usaha bangsa melepaskan diri dari ketergantungan pada bangsa
lain dengan tujuan agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri.
 Modernisasi : yaitu upaya untuk mencapai taraf dan mutu kehidupan yang lebih baik.
 Humanisasi : yaitu pembangunan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, cerdas dan terampil, berbudi pekerti yang
luhur, sehat jasmani dan rohani, disiplin, kritis terhadap lingkunagan, bertanggung jawab
serta mampu membangun dirinya dengan tujuan membangun bangsanya

2.2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN DALAM


KEHIDUPAN

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar  pancasila secara normatif  berisi
anggapan dasar, kerangka acuan, keyakinan, acuan, serta pedoman dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan, serta pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan
kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan
organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi
landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan
pembangunan. Sehingga dalam segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.


Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia
yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

·         susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga 


·         sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial 
·         kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan. 

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat


dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Hasil
maupun pelaksanaan pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu hanya mementingkan
kebutuhan manusia, namun mengabaikan pertimbangan etis.

Untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan diatas, harus terpenuhi 3 syarat, yaitu:
·         Menghormati Hak Asasi Manusia artinya pembangunan tidak mengorbankan manusia tetapi
harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia,
·         Pembangunan harus dilaksanakan dengan demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai
tujuan dari pembangunan untuk mengambil keputusan apa yang menjadi kebutuhannya,
·         Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosial, sehingga tidak terjadi kemiskinan
struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata karena kemalasan individu tetapi
karena struktur sosial yang tidak adil.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi:
o bidang politik, 
o ilmu pengetahuan
o ekonomi
o sosial budaya
o pertahanan keamanan
o agama
 
 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN POLITIK

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar
hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila). 

Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral


daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan
bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila
bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat
secara berurutan-terbalik:
· Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,   agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
· Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan;
· Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan;
· Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab;
· Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi
kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional
(berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah:
· nilai toleransi;
· nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
· nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);    
· bermoral berdasarkan konsensus.

 PERWUJUDAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN


KEHIDUPAN POLITIK

Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan. Oleh
        
karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu mewujudkan sistem yang
menjamin tegaknya HAM.
 Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
 Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak hanya
sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
 Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia
 Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai
sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
 Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
 
 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI
Hampir semua pakar ekonomi Indonesia memiliki kesadaran akan pentingnya moralitas
kemanusiaan dan ketuhanan sebagai landasan pembangunan ekonomi. Namun dalam praktiknya,
mereka tidak mampu meyakinkan permerintah tentang konsep dan konsep yang sesuai dengan
kondisi Indonesia. bahkan tidak sedikit pakar ekonomi Indonesia yang mengikuti pendapat pakar
barat tentang pembangunan ekonomi Indonesia.

Pandangan tentang merkantilisme melahirkan system ekonomi kapitalis pada akhir abad 18.
Sedangkan pada abad 19 di Eropa lahir pemikiran baru sebagai reaksi dari system ekonomi
kapitalis yang dikenla dengan system ekonomi sosialis yang juga memperjuangkan nasib kaum
proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. System pertama mengutamakan individu, system
kedua mengutamakan kepentingan orang banyak. Manakah yang lebih penting? Apabila dikaji
secara kritis, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada suatu sistempun yang paling sempurna.
Oleh karena itu menjadi sangat penting dan mendesak untuk mengembangkan system ekonomi
yang mendasarkan ada system moralitas dan humanistic sehingga lahirlah system ekonomi yang
berperikemanusiaan. System ini mendasarkan pada tercapainya kesejahteraan rakyat secara luas.
Pembangunan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja, melainkan untuk tujuan
kemanusiaan yaitu terciptanya kesejahteraan seluruh bangsa. Pemikiran ini melahirkan system
ekonomi Indonesia yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dengan demikian, pembangunan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli, dan bentuk lainnya
yang dapat menimbulkan penindasan, penderitaan dan kesengsaraan rakyat kecil.

Sesuai dengan paraddigma pancasila,pengelolaan ekonomi Indonesia diserahkan kepada


tiga bentuk badan usaha yaitu :

1. Koperasi sebagai soko guru ekonomi indonesia merupakan badan usaha nonprofit yang
berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
2. BUMN atau BUMD sebagai badan usaha yang berwenang mengelola sector-sektor
ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
3. Badan Usaha Swasta sebagai badan usaha profit millik perseroan atau kelompok
yangmengelola sector ekonomi yang belum mampu ditangani oleh koperasi dan atau
BUMN/BUMD.

Apabila ketiga lembaga ini mampu melaksanakan tugasnya, maka bangsa Indoensia masih
memilki harapan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami kemajuan dan tingkat stabilitas
yang mantap.namun kenyataannya ketiga pengelola ekonomi ini tidak berkembang.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

Pembangunan sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar kepentingan nasional yaitu
terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis, tentram, aman, dan damai. Pemikiran
tersebut bukan berarti bangsa Indonesia harus steril dari pengaruh budaya asing. Artinya,
pengaruh budaya asing harus diterima apabila diperlukan dalam membangun masyarakat
Indonesia yang modern. Namun, perlu diingat bahwa masyarakat modern bukan berarti
masyarakat yang berbudaya Barat (westernisasi), melainkan masyarakat yang tetap berpijak pada
akar budayanya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka tidak berlebihan apabila Pancasila
merupakan satu-satunya paradima pembangunan bidang sosial budaya.

Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila
merupakan kristlisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, kita harus
menyadari bahwa penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya bukan
satu-satunya jaminan mencapai keberhasilan optimal. Argumen di atas dapat dilihat dari
keberhasilan masa Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan pada umumnya, bidang sosial
budaya pada khususnya. Sekilas kita dapat menyaksikan masyarakat yang tertib, aman, dan
damai. Namun sebenarnya pemerintah Orde Baru menanam bom yang siap meledak, serta
menghancurkan masyarakat Indsonesia.

Kegagalan pembangunan bidang sosial budaya hampir serupa dengan kegagalan


pembangunan bidang politik. Orde Baru yang belum berhasil mewujudkan cita-citanya berganti
dengan masa reformasi. Akan tetapi, nyatanya perjuangan masa reformasi sering dimanfaatkan
oleh kepentingan politik tertentu, sehingga masa reformasi yang diharapkan dapat memperbaiki
bidang sosial budayapun belum dapat mencapai cita-citanya. Pertikaian antar kelompok yang
terjadi di berbagai wilayah Indonesia merupakan bukti kegagalan dalam membangun sistem
sosial budaya yang sesuai ddengan nilai-nilai kebenaran, serta harkat dan martabat manusia.
Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dihayati dan diamalkan kembali agar dapat menjadi
dasar pembangunan bidang sosial budaya. Menurut Koentowijoyo, Pancasila sebagai paradigma
mempunyai ciri khas, seperti:

1. Universal karena mampu melepas simbol-simbol dari keterkaitan struktur


2. Transedental karena mampu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual.

Atas dasar argumen di atas semua masyarakat dapat berpartisipasi secara rasional,
proporsional dan realistis dalam membangun tatanan sosial budaya. Akhirnya dalam rangka
mewujudkan tatanan kehidupan yang demokratis, aman, tentram, damai, adil, dan makmur
menuntut partisipasi dari seluruh komponen bangsa yang dilaksanakan atas nilai-nilai kebenaran.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTKES

Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) merupakan
salah satu persyaratan menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan
modern. Namun demikian, pengembangan ipteks bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan
material, melainkan harus memperhatikan aspek spiritual. Artinya, pengembangan ipteks
diarahkan untuk mencapai kebahagian lahr dan batin.

Dengan kemampuan akalnya, manusia dapat mengembangkan kreativitasnya guna


menguasai ipteks sehingga mampu mengelola kekayaan alam yang diberikan oleh Tuhan.
Namun, di sisi lain, teknologi dapat sangat berbahaya apabila salah penggunaannya, seperti
halnya teknologi nuklir yang dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Atas dasar
kenyataan di atas, maka perkembangan ipteks harus memperhatikan aspek nilai. Sebagai bangsa
yang telah memiliki pandangan hidup Pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan
ipteks didasarkan atas paradigma Pancasila. Oleh karena itu, pengembangan ipteks harus
didasarkan pada nilai-nilai moral yang tekandung dalam sila-sila Pancasila.

1. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengkomplementasikan ipteks dalam


perimbangan rasional, irasional, antara akal, rasa, dan kehendak.
2. Kedua, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa mengembangkan ipteks harus mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab
3. Ketiga, sila Persatuan Indonesia mengkomplementasikan sifat universal dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam kaitan dengan sila-sila yang lain.
4. Keempat, sila Kerakyatan yang dipempin oleh hikmat kebijaksanaan dalm
permusyawaratan/perwakilan merupak landasan bahwa pengembangan ipteks  harus
dilakukan secara demokratis.
5. Kelima, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi landasan bahwa
pengembangan ipteks harus dapat mendatangkan keadilan bagi kehidupan manusia

Dari pemikiran tersebut, maka pengembangan ipteks yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas kehidupan mausia.
 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERAGAMA

Setiap orang bebas memilih dan memeluk agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Kita semua sependapat bahwa semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang paling luhur bagi umat manusia, baik dalam
hubungan secara vertikal maupun horizontal. Tujuan pengembangan kehidupan beragama adalah
terciptanya kehidupan sosial yang aman dan tentram, serta saling menghargai dan menghormati
satu sama lain. Pengembangan kehidupan beragama harus di laksanakan atas dasar paradigma
yang jelas dan dapat diterima oleh semua penganut agama dan aliran kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dan pancasila menjadi paradigma pengembangan kehidupan beragama. Dengan
paradigma pancasila, kiranya cukup jelas langkah-langkah dan strategi apa yang harus di lakukan
guna membangun kehidupan beragama yang paling menguntungkan bagi seluruh masyarakat.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN DALAM KEHIDUPAN

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar  pancasila secara normatif  berisi
anggapan dasar, kerangka acuan, keyakinan, acuan, serta pedoman dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan, serta pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan
kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan
organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi
landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan
pembangunan. Sehingga dalam segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.


Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia
yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
·         susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga 
·         sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial 
·         kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan. 

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat


dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Hasil
maupun pelaksanaan pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu hanya mementingkan
kebutuhan manusia, namun mengabaikan pertimbangan etis. Untuk mencapai pembangunan
seperti yang diharapkan diatas, harus terpenuhi 3 syarat, yaitu:
·         Menghormati Hak Asasi Manusia artinya pembangunan tidak mengorbankan manusia tetapi
harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia,
·         Pembangunan harus dilaksanakan dengan demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai
tujuan dari pembangunan untuk mengambil keputusan apa yang menjadi kebutuhannya,
·         Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosial, sehingga tidak terjadi kemiskinan
struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata karena kemalasan individu tetapi
karena struktur sosial yang tidak adil.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi:
o bidang politik, 
o ilmu pengetahuan
o ekonomi
o sosial budaya
o pertahanan keamanan
o agama
 
 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN POLITIK

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar
hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila). 

Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral


daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan
bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila
bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat
secara berurutan-terbalik:
· Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,   agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
· Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan;
· Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan;
· Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab;
· Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu


direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat
tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat
purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru
masyarakat informasi adalah:
· nilai toleransi;
· nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
· nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);    
· bermoral berdasarkan konsensus.

 PERWUJUDAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN


KEHIDUPAN POLITIK

Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan. Oleh
karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu mewujudkan sistem yang
menjamin tegaknya HAM.
 Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
 Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak hanya
sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
 Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia
 Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai
sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
 Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
 
 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI
Hampir semua pakar ekonomi Indonesia memiliki kesadaran akan pentingnya moralitas
kemanusiaan dan ketuhanan sebagai landasan pembangunan ekonomi. Namun dalam praktiknya,
mereka tidak mampu meyakinkan permerintah tentang konsep dan konsep yang sesuai dengan
kondisi Indonesia. bahkan tidak sedikit pakar ekonomi Indonesia yang mengikuti pendapat pakar
barat tentang pembangunan ekonomi Indonesia.

Pandangan tentang merkantilisme melahirkan system ekonomi kapitalis pada akhir abad 18.
Sedangkan pada abad 19 di Eropa lahir pemikiran baru sebagai reaksi dari system ekonomi
kapitalis yang dikenla dengan system ekonomi sosialis yang juga memperjuangkan nasib kaum
proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. System pertama mengutamakan individu, system
kedua mengutamakan kepentingan orang banyak. Manakah yang lebih penting? Apabila dikaji
secara kritis, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada suatu sistempun yang paling sempurna.
Oleh karena itu menjadi sangat penting dan mendesak untuk mengembangkan system ekonomi
yang mendasarkan ada system moralitas dan humanistic sehingga lahirlah system ekonomi yang
berperikemanusiaan.

System ini mendasarkan pada tercapainya kesejahteraan rakyat secara luas. Pembangunan
ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja, melainkan untuk tujuan kemanusiaan yaitu
terciptanya kesejahteraan seluruh bangsa. Pemikiran ini melahirkan system ekonomi Indonesia
yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dengan demikian, pembangunan ekonomi harus
mampu menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli, dan bentuk lainnya yang dapat
menimbulkan penindasan, penderitaan dan kesengsaraan rakyat kecil.Sesuai dengan paraddigma
pancasila,pengelolaan ekonomi Indonesia diserahkan kepada tiga bentuk badan usaha yaitu :

4. Koperasi sebagai soko guru ekonomi indonesia merupakan badan usaha nonprofit yang
berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
5. BUMN atau BUMD sebagai badan usaha yang berwenang mengelola sector-sektor
ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
6. Badan Usaha Swasta sebagai badan usaha profit millik perseroan atau kelompok
yangmengelola sector ekonomi yang belum mampu ditangani oleh koperasi dan atau
BUMN/BUMD.

Apabila ketiga lembaga ini mampu melaksanakan tugasnya, maka bangsa Indoensia masih
memilki harapan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami kemajuan dan tingkat stabilitas
yang mantap.namun kenyataannya ketiga pengelola ekonomi ini tidak berkembang.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

Pembangunan sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar kepentingan nasional yaitu
terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis, tentram, aman, dan damai. Pemikiran
tersebut bukan berarti bangsa Indonesia harus steril dari pengaruh budaya asing. Artinya,
pengaruh budaya asing harus diterima apabila diperlukan dalam membangun masyarakat
Indonesia yang modern. Namun, perlu diingat bahwa masyarakat modern bukan berarti
masyarakat yang berbudaya Barat (westernisasi), melainkan masyarakat yang tetap berpijak pada
akar budayanya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka tidak berlebihan apabila Pancasila
merupakan satu-satunya paradima pembangunan bidang sosial budaya. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan kristlisasi
nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa
penggunaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya bukan satu-satunya
jaminan mencapai keberhasilan optimal. Argumen di atas dapat dilihat dari keberhasilan masa
Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan pada umumnya, bidang sosial budaya pada
khususnya. Sekilas kita dapat menyaksikan masyarakat yang tertib, aman, dan damai. Namun
sebenarnya pemerintah Orde Baru menanam bom yang siap meledak, serta menghancurkan
masyarakat Indsonesia.

Kegagalan pembangunan bidang sosial budaya hampir serupa dengan kegagalan


pembangunan bidang politik. Orde Baru yang belum berhasil mewujudkan cita-citanya berganti
dengan masa reformasi. Akan tetapi, nyatanya perjuangan masa reformasi sering dimanfaatkan
oleh kepentingan politik tertentu, sehingga masa reformasi yang diharapkan dapat memperbaiki
bidang sosial budayapun belum dapat mencapai cita-citanya. Pertikaian antar kelompok yang
terjadi di berbagai wilayah Indonesia merupakan bukti kegagalan dalam membangun sistem
sosial budaya yang sesuai ddengan nilai-nilai kebenaran, serta harkat dan martabat manusia.
Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dihayati dan diamalkan kembali agar dapat menjadi
dasar pembangunan bidang sosial budaya. Menurut Koentowijoyo, Pancasila sebagai paradigma
mempunyai ciri khas, seperti:

3. Universal karena mampu melepas simbol-simbol dari keterkaitan struktur


4. Transedental karena mampu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual.

Atas dasar argumen di atas semua masyarakat dapat berpartisipasi secara rasional,
proporsional dan realistis dalam membangun tatanan sosial budaya. Akhirnya dalam rangka
mewujudkan tatanan kehidupan yang demokratis, aman, tentram, damai, adil, dan makmur
menuntut partisipasi dari seluruh komponen bangsa yang dilaksanakan atas nilai-nilai kebenaran.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTKES

Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) merupakan
salah satu persyaratan menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan
modern. Namun demikian, pengembangan ipteks bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan
material, melainkan harus memperhatikan aspek spiritual. Artinya, pengembangan ipteks
diarahkan untuk mencapai kebahagian lahr dan batin. Dengan kemampuan akalnya, manusia
dapat mengembangkan kreativitasnya guna menguasai ipteks sehingga mampu mengelola
kekayaan alam yang diberikan oleh Tuhan. Namun, di sisi lain, teknologi dapat sangat berbahaya
apabila salah penggunaannya, seperti halnya teknologi nuklir yang dapat menimbulkan
malapetaka bagi manusia. Atas dasar kenyataan di atas, maka perkembangan ipteks harus
memperhatikan aspek nilai. Sebagai bangsa yang telah memiliki pandangan hidup Pancasila,
maka tidak berlebihan apabila pengembangan ipteks didasarkan atas paradigma Pancasila. Oleh
karena itu, pengembangan ipteks harus didasarkan pada nilai-nilai moral yang tekandung dalam
sila-sila Pancasila.

6. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengkomplementasikan ipteks dalam


perimbangan rasional, irasional, antara akal, rasa, dan kehendak.
7. Kedua, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa mengembangkan ipteks harus mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab
8. Ketiga, sila Persatuan Indonesia mengkomplementasikan sifat universal dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam kaitan dengan sila-sila yang lain.
9. Keempat, sila Kerakyatan yang dipempin oleh hikmat kebijaksanaan dalm
permusyawaratan/perwakilan merupak landasan bahwa pengembangan ipteks  harus
dilakukan secara demokratis.
10. Kelima, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi landasan bahwa
pengembangan ipteks harus dapat mendatangkan keadilan bagi kehidupan manusia

Dari pemikiran tersebut, maka pengembangan ipteks yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas kehidupan mausia.

 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERAGAMA

Setiap orang bebas memilih dan memeluk agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Kita semua sependapat bahwa semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang paling luhur bagi umat manusia, baik dalam
hubungan secara vertikal maupun horizontal. Tujuan pengembangan kehidupan beragama adalah
terciptanya kehidupan sosial yang aman dan tentram, serta saling menghargai dan menghormati
satu sama lain. Pengembangan kehidupan beragama harus di laksanakan atas dasar paradigma
yang jelas dan dapat diterima oleh semua penganut agama dan aliran kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dan pancasila menjadi paradigma pengembangan kehidupan beragama. Dengan
paradigma pancasila, kiranya cukup jelas langkah-langkah dan strategi apa yang harus di lakukan
guna membangun kehidupan beragama yang paling menguntungkan bagi seluruh masyarakat.
2.3 FUNGSI DAN MAKNA PARADIGMA PEMBANGUNAN
Menurutnya, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupaka
suatu sumber nilai), sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang
menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Kemudian berkembang
menjadi penertian sumber nilai, kerangka pikir orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan
dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, bidang
pembangunan, reformasi atau pendidikan, termasuk pula bidang poleksosbudhankam.

Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah sebuah paradigma karena hendak


dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai di setiap
program pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi
dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber
nilai, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan. Yang meliputi
pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik, poembangunan ekonomi,
pembangunan social budaya, pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan, dan
sebagai reformsi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi politik. Semuanya ditujukan untuk
membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat yang semakin mapan.

3.2 Saran
Dengan disusunnya laporan ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar lebih
memahami Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam kehidupan , yang dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa laporan peper sederhana ini
jauh dari kata sempurna, semoga kedepannya dalam penulisan makalah menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Prof. Dr. H. Kaelan, MS. 2016. Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta

Abdul Ghofur, Demokratis dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi Atas Pemikiran Gus
Dur, Yogyakarta: Walisongo Pers dan Pustaka Pelajar, 2002

C. S. T Kansil. dkk, Empat Pilar Berbangsa dan Berngara, Jakarta: PT. Rieka Cipta, 2011

G. Moedjanto, Pancasila: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia, 1989

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/

https://www.slideshare.net/NurfaizatulJannah1/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-
kehidupan-dalam-bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara

https://bonaventura21.wordpress.com/2014/01/25/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan-kehidupan-politik/

Anda mungkin juga menyukai