Referat Epiglotitis Indi
Referat Epiglotitis Indi
EPIGLOTITIS
Disusun Oleh:
Indi Kurniati
16100701000096
Preseptor:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat, anugerah, dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan Referat
ini yang berjudul “Epiglotitis”.Referat ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorok-
Kepala dan Leher (THT-KL) Rumah Sakit Umum Solok.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
2.3 Etiologi...................................................................................................5
2.5 Patofisiologi..........................................................................................6
2.9 Penatalaksanaan.....................................................................................9
3.1 Kesimpulan..........................................................................................13
ii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan khusus dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan dari
epiglotitis.
Referat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literature.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1. Anatomi epiglotis.
Epiglotis dapat dibagi menjadi bagian suprahioid dan bagian infrahioid.
Bagian suprahioid bebas baik pada permukaan laringealnya maupun permukaan
lingualnya, dengan permukaan mukosa laring lebih melekat dibandingkan dengan
permukaan lingual. Akibat permukaan mukosa laring melipat ke arah pangkal
lidah, terbentuk tiga lipatan: dua buah lipatan glosoepiglotika lateral dan sebuah
lipatan glosoepiglotika medial. Dua lekukan yang terbentuk dari ketiga lipatan
tersebut disebut dengan valekula (dalam bahasa Latin berarti “lekukan kecil”).
Bagian infrahioid hanya bebas pada permukaan laringealnya atau permukaan
posterior. Permukaan ini memiliki tonjolan kecil yang disebut tuberkel. Di antara
permukaan anterior dan membran tirohioid dan kartilago tiroid terdapat celah pre-
epiglotika yang berisi lapisan lemak. Yang melekat secara lateral adalah membran
kuadrangular yang memanjang ke aritenoid dan kartilago kornikulata, membentuk
lipatan ariepiglotika.1
Seperti pada aspek lain dari saluran nafas pediatrik, epiglotis pada anak
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan pada orang dewasa. Pada anak-
anak, epiglotis terletak lebih ke anterior dan superior dibandingkan pada orang
dewasa dan berada pada sudut terbesar dengan trakea.2
4
Gambar 2.2. Perbedaan letak epiglotis pada (A) anak-anak dan (B) dewasa.
2.2 Definisi
Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada
daerah supraglotis dari orofaring, meliputi epiglotis, valekula, aritenoid dan
lipatan ariepiglotika, sehingga sering juga disebut dengan supraglotitis atau
laringitis supraglotik.3
2.3 Etiologi
Epiglotitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang
paling sering ditemukan adalah Haemophilus influenzae tipe b, namun dapat juga
disebabkan oleh bakteri lain, seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus
parainfluenzae, Streptococcus β-hemolyticus grup A dan grup C, Staphylococcus
aureus dan yang lebih jarang Klebsiella pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Pasteurella multocida, Pseudomonas aeruginosa dan Bacteroides melanogenicus.
Candida albicans juga pernah dilaporkan baik pada pasien yang imunokompeten
maupun yang imunokompromi. Beberapa virus juga dapat menyebabkan
epiglotitis akut yaitu virus herpes simpleks, virus parainfluenza, dan virus
Epstein-Barr.3
Penyebab non-infeksi dari epiglotitis akut dapat berupa penyebab termal
(makanan atau minuman yang panas, penggunaan obat-obatan terlarang seperti
rokok kokain dan rokok mariyuana), penyebab kaustik dan benda asing yang
5
tertelan. Epiglotitis juga dapat terjadi sebagai reaksi dari kemoterapi pada daerah
kepala dan leher.3
2.4 Epidemiologi
Kasus epiglotitis akut dilaporkan pertama kali oleh Theisen pada tahun
1900 sebagai “angina-epiglottides”. Sejak itu epiglotitis akut telah dipublikasikan
secara luas dalam literatur pediatrik. Di Amerika Serikat epiglotitis merupakan
penyakit yang jarang ditemui dengan insidensi pada orang dewasa sekitar 1 kasus
per 100.000 penduduk per tahun, dengan rasio pria-wanita sekitar 3:1 dan terjadi
pada usia dekade kelima dengan usia rata-rata sekitar 45 tahun.Namun akhir-akhir
ini terdapat bukti yang menyatakan bahwa prevalensi dan insidensi epiglotitis
akut pada orang dewasa meningkat dibandingkan dengan pada anak-anak yang
relatif menurun. Rasio insidensi antara anak-anak dengan orang dewasa pada
tahun 1980 adalah 2,6:1, dan menurun menjadi 0,4:1 pada tahun 1993. Penurunan
angka kejadian epiglotitis pada anak-anak ini terjadi sejak diperkenalkannya
vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Epiglotitis akut paling sering
terjadi pada anak-anak usia 2 – 4 tahun.4
2.5 Patofisiologi
Infeksi biasanya bermula di saluran pernapasan atas sebagai peradangan
hidung dan tenggorokan. Epiglotitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Infeksi yang berat menyebabkan peradangan dan edema epiglotis, supraepiglotic
dan jaringan sekitar lainnya. Bakteri secara langsung menyerang selaput lendir
epiglotis dimana sub mukosa menjadi longgar. Jalan nafas menjadi tersumbat
akibat pembengkakan epiglotis yang berkembang dengan cepat. Terjadi gangguan
pernafasan dan obstruksi jalan nafas total. Walau jarang , penyebab non infeksi
bisa disebabkan oleh adanya trauma luka bakar dan trauma kaustik yang dapat
menyebabkan epiglotitis. Anakanak dengan luka bakar terutama akibat air panas
juga harus diamati dengan hati-hati agar tidak terjadi komplikasi. 6
6
tenggorok, nyeri menelan/ sulit menelan dan suara menggumam atau ”hot potato
voice”, suara seperti seseorang berusaha berbicara dengan adanya makanan panas
di dalam mulutnya.Prediktor adanya obstruksi saluran nafas adalah perkembangan
yang cepat dalam 8 jam setelah onset gejala, terdapat stridor inspiratoar, saliva
yang menggenang, laju pernafasan lebih dari 20 kali permenit, dispnea, retraksi
dinding dada dan posisi tubuh yang tegak.Selain itu tanda-tanda lain yang dapat
ditemukan pada pasien dengan epiglotitis akut adalah demam, nyeri pada palpasi
ringan leher dan batuk.3
Pada anak-anak manifestasi klinik yang nampak akan terlihat lebih berat
dibandingkan pada orang dewasa. Tiga tanda yang paling sering ditemui adalah
demam, sulit bernafas dan iritabilitas. Anak-anak akan terlihat toksik dan terlihat
tanda-tanda adanya obstruksi saluran nafas atas. Akan terlihat pernafasan yang
dangkal, stridor inspiratoar, retraksi dan saliva yang menggenang. Selain itu juga
terdapat nyeri tenggorok yang hebat dan disfagia. Berbicara pun terbatas akibat
nyeri yang dirasakan. Batuk dan suara serak biasanya tidak ditemukan, namun
bisa terdapat suara menggumam. Stridor muncul ketika saluran nafas hampir
sepenuhnya tertutup. Anak-anak biasanya akan melakukan posisi tripod (pasien
duduk dengan tangan mencengkram pinggir tempat tidur, lidah menjulur dan
kepala lurus ke depan). Laringospasme dapat muncul secara tiba-tiba dengan
adanya aspirasi sekret ke saluran nafas yang telah menyempit dan menimbulkan
respiratory arrest.10
Obstruksi saluran nafas pada pasien dengan epiglotitis akut dapat terjadi
karena mukosa dari daerah epiglotis longgar dan memiliki banyak pembuluh
darah sehingga ketika terjadi reaksi inflamasi, iritasi dan respon alergi, dapat
dengan cepat terjadi edema dan menutupi saluran nafas sehingga terjadi obstruksi
yang mengancam jiwa.8
7
yang memiliki alat-alat yang lengkap seperti di ruang operasi. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan laringoskopi direk dengan fiber optik untuk pemeriksaan
yang lebih akurat.3,9
Penggunaan pemeriksaan radiologis pada pasien dengan epiglotitis akut
masih kontroversial. Meskipun diketahui bahwa epiglotitis dapat didiagnosis dari
radiografi lateral leher, masih dipertanyakan apakah prosedur ini aman dan
memang diperlukan.Dari hasil pemeriksaan radiografi ditemukan gambaran
“thumb sign”, yaitu bayangan dari epiglotis globular yang membengkak, terlihat
penebalan lipatan ariepiglotika dan distensi dari hipofaring. Terkadang epiglotis
itu sendiri tidak membengkak, namun daerah supraglotis masih terlihat tidak jelas
dan nampak kabur akibat edema dari struktur supraglotis yang lain. Pada kasus
yang berat terapi tidak boleh ditunda untuk melakukan pemeriksaan radiografi.
Jika radiografi memang dibutuhkan pemeriksaan harus didampingi dengan
personil yang dapat mengintubasi pasien secara cepat ketika obstruksi saluran
nafas memberat atau telah tertutup seluruhnya.1,2,10
8
Epiglotitis dapat menjadi fatal jika terdiagnosis terlambat. Diagnosis
biasanya dapat ditegakkan dari riwayat perjalanan penyakit dan temuan klinis,
serta pemeriksaan radiografi jika memungkinkan.1
2.8 Diagnosis Banding
Pada anak-anak croup dapat merupakan diagnosis banding dari epiglotitis.
Usia pasien, gejala prodromal, adanya batuk dan tingkat toksisitas dapat
membantu membedakan epiglotitis dari croup. Biasanya croup terjadi pada anak
yang lebih muda dan yang paling penting, pada anak dengan croup terdapat
barking cough dan jarang terlihat toksik.4
Kondisi-kondisi lain yang menyerupai epiglotitis adalah angioedema akut,
obstruksi saluran nafas karena penyebab lain, fraktur atau stenosis laring, aspirasi
benda asing, difteri laringeal, laringitis, abses peritonsilar, abses retrofaringeal,
dan sepsis.3,4
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan epiglotitis diarahkan kepada
mengurangi obstruksi saluran nafas dan menjaganya agar tetap terbuka serta
mengeradikasi agen penyebab. Intubasi tidak boleh dilakukan di lapangan kecuali
sudah terjadi obstruksi saluran nafas yang akut. Pada pasien dengan keadaan yang
tidak stabil, penatalaksanaan saluran nafas sangat diperlukan. Tanda dan gejala
yang berhubungan dengan kebutuhan intubasi termasuk distres pernafasan,
keadaan saluran nafas yang membahayakan yang ditemukan saat pemeriksaan,
stridor, ketidakmampuan untuk menelan, saliva yang menggenang dan keadaan
yang makin memburuk dalam 8 – 12 jam. Epiglotis yang membesar pada
pemeriksaan radiografi berhubungan dengan obstruksi saluran nafas. Jika masih
ragu-ragu, mengamankan saluran nafas merupakan pendekatan yang paling aman.
Keadaan pasien dapat memburuk secara cepat dan peralatan untuk membuka
saluran nafas harus tersedia. Jika intubasi gagal dapat dilakukan trakeostomi atau
krikotirotomi segera.3
Pada pasien dengan keadaan yang stabil tanpa tanda-tanda bahaya saluran
nafas, sulit bernafas, stridor atau saliva yang menggenang dan hanya memiliki
pembengkakan yang ringan, dapat ditangani tanpa intervensi saluran nafas yang
segera dengan pengawasan ketat di unit perawatan intensif atau ICU. Karena
9
obstruksi saluran nafas dapat terjadi dengan cepat pada pasien, penilaian serial
berulang dari patensi saluran nafas sangat diperlukan.3
Pada anak-anak, hindari prosedur yang dapat meningkatkan kegelisahan
sampai saluran nafas anak tersebut telah diamankan. Prosedur seperti
pengambilan darah dan pemasangan infus, meskipun dibutuhkan pada
kebanyakan kasus epiglotitis akut pada anak, dapat meningkatkan kegelisahan
dan memperparah keadaan saluran nafasnya.4
Antibiotik intravena dapat dimulai sesegera mungkin dan harus mencakup
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus dan
Pneumococcus, seperti amoksisilin/asam klavulanat atau sefalosporin generasi
kedua atau ketiga, seperti sefuroksim, sefotaksim atau seftriakson. Kortikosteroid
sering direkomendasikan untukepiglotitis. Walaupun begit, tidak ada data yang
menunjukkan kegunaannya pada keadaan ini. Penggunaan kortikosteroid tidak
mengurangi kebutuhan untuk intubasi, durasi intubasi ataupun durasi perawatan.1.9
10
Ekstubasi biasanya dapat dilakukan setelah 48 hingga 72 jam, di mana
edema telah berkurang dan terdapat kebocoran udara di sekeliling selang
endotrakeal. Kriteria untuk ekstubasi termasuk berkurangnya eritema,
berkurangnya edema epiglotis atau secara empiris setelah 48 jam intubasi.
Laringoskopi fiber optik transnasal dapat dilakukan untuk menilai resolusi dari
edema sebelum dilakukan ekstubasi.1,8
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Epiglotitis adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah
supraglotis dari orofaring, meliputi epiglotis, valekula, aritenoid dan lipatan
ariepiglotika, sehingga sering juga disebut dengan supraglotitis atau laringitis
supraglotik. Kasus epiglotitis akut dilaporkan pertama kali oleh Theisen pada
tahun 1900 sebagai “angina-epiglottides”. Sejak itu epiglotitis akut telah
dipublikasikan secara luas dalam literatur pediatrik.
Epiglotitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, yang paling
sering ditemukan adalah Haemophilus influenzae tipe b, namun dapat juga
disebabkan oleh bakteri lain, virus dan jamur. Selain itu juga terdapat penyebab
non-infeksi, seperti penyebab termal, penyebab kaustik dan benda asing yang
tertelan. Epiglotitis juga dapat terjadi sebagai reaksi dari kemoterapi pada daerah
kepala dan leher.
12
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan
dan/ atau sulit menelan, dan sulit bernafas. Pada anak-anak, gejala yang nampak
akan terlihat lebih berat.
Epiglotitis dapat menjadi fatal jika terdiagnosis terlambat, karena dapat
menyebabkan obstruksi saluran nafas. Diagnosis biasanya dapat ditegakkan dari
riwayat perjalanan penyakit dan temuan klinis, serta pemeriksaan radiografi jika
memungkinkan.
Penatalaksanaan pada pasien dengan epiglotitis diarahkan kepada
mengurangi obstruksi saluran nafas dan menjaganya agar tetap terbuka, serta
mengeradikasi agen penyebab. Dapat dilakukan intubasi jika telah terjadi
obstruksi, dengan ekstubasi setelah 48 – 72 jam, serta pemberian antibiotik yang
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
13
8. Chung, C.H. Acute Epiglottitis Presenting as the Sensation of a Foreign Body
in the Throat. Hong Kong Med J. September 2000. Tersedia di:
http://www.hkmj.org/article_pdfs/hkm0009p322.pdf [diakses 4 agustus 2012].
9. Wick, F., Ballmer, P.E., Haller, A. Acute Epiglottitis in Adults. Swiss Med
Wkly. 2002; 132: 541-546. Tersedia di:
http://www.smw.ch/docs/pdf200x/2002/37/smw-10050.PDF [diakses 4 agustus
2012].
10. Cummings, C.W. et al. Cummings Otolaryngology - Head & Neck Surgery.
5th Ed. USA: Elsevier; 2010: 2806-9.
14