NIM : 1916040012
Open-ended problem atau soal terbuka adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian atau cara
penyelesaian yang benar Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183). Soal terbuka merupakan bentuk
soal yang diarahkan untuk mendorong tumbuhnya pemahaman dan penalaran siswa atas masalah yang
diajukan.
pendekatan problem solving dapat dijelaskan sebagai sebuah metode perencanaan kerja yang meliputi
penilaian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
problem posing sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran dengan cara memberikan tugas kepada
siswa/mahasiswa untuk menyusun atau membuat soal berdasarkan situasi yang tersedia dan
menyelesaikan soal tersebut. situasi dapat berupa gambar, cerita, rumus, atau informasi lain yang
berkaitan dengan pembelajaran.
Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreatifitas.
pembelajaran Quantum Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki strategi
pembelajaran efektif dengan memberikan perlakuan-perlakuan kepada setiap individu sesuai dengan
kemampuan masing-masing agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Open-Ended Problem
pelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah berupa tes uraian dan tes kemampuan
penalaran abstrak berupa pilihan ganda. Tes kemampuan penalaran abstrak terdiri dari 25 butir soal.
Sedangkan tes uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa yang digunakan saat
posttest. Tes uraian berjumlah 8 butir
Kelebihan
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
matematika secara komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
4. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan
Kekurangan
1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan
mudah
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyaksiswa
yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
4. Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa kelompok pandai seringkali merasa cemas
bahwa jawabannya akan tidak memuaskan.
5. Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa kegiatan belajar mereka tidak menyenagkan
karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
Problem Solving
Pada siklus I penyampaian materi dan upaya guru dalam memancing kemampuan pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa belum maksimal. Sehingga guru melakukan
perbaikan pada tindakan selanjutnya. Pada siklus II guru sudah mengalami peningkatan dalam proses
pembelajaran. hanya saja guru perlu memberikan tindak lanjut pada siswa untuk memaksimalkan hasil
belajar siswa.
Kelebihan
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Kekurangan
Problem Posing
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Pujokusuman I Yogyakarta Tahun Ajaran
2014/2015 yang terdiri atas 30 orang dan 28 orang. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan
desain penelitian pretest-posttest nonequivalen control group design. Pada desain ini terdapat dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang menerapkan strategi pembelajaran problem posing dan
kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran direct instruction.
Kelebihan
Kekurangan
Penelitian ini merupakan eksperimen. Adapun rancangan di penelitian ini adalah eksperimen semu atau
sering disebut quasi experiment. Eksperimen semu yaitu peneliti menggunakan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Penelitian ini diterpkan di SDN Bandungrejosari 3 Malang, subjek penelitian
meliputi siswa kelas V yang terdapat dari dua kelas, yaitu kelas A dan B yang bertindak sebagai kelas
yang menggunakan model CrPs atau disebut dengan kelas eksperimen dan kelas V-A bertindak sebagai
kontrol dengan masingmasing terdiri dari 30 pada kelas V-A dan 26 siswa pada kelas V-B.
Kelebihan
Kekurangan
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu
tidak mudah.
2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar yang banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun
kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan tantangan
atau bahkan kesulitan bagi siswa.
3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama.
4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru.
5. melibatkan lebih banyak orang
Pembelajaran Quantum
Bentuk desain kuasi eksperimen yang dipilih adalah Nonequivqlenty Control Group Design. Metode
kuasi eksperimen dianggap tepat digunakan dalam penelitian ini karena dilakukan untuk mengumpulkan
informasi faktual melalui penggunaan instrumen soal untuk pretest dan postest. Teknik pengumpulan
data berupa instrumen tes tersebut untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan setelah setelah
dilakukan proses pembelajaran. Instrumen test yang diberikan kepada siswa berjumlah 30 soal. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X AP 2 sebanyak 36 siswa dan kelas X AA 3 sebanyak 36 siswa pada
program Administrasi Perkantoran salah satu SMK di Bandung.
Setelah siswa diberikan pretest pada tahap awal pembelajaran, dan proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada kelas eksperimen dan Discovery
Learning pada kelas kontrol, siswa diberikan posttest untuk mengukur kemampuan akhir siswa.
Selanjutnya, hasil pretest dan hasil posttest di uji menggunakan uji beda (uji-t) dengan menggunakan
skor N-gain sehingga diperoleh hasil perbedaan nilai siswa pada saat sebelum dilakukan eksperimen dan
setelah dilakukan eksperimen.
Kelebihan
1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang
sama.
2. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian
murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang
penting itu dapat diamati secara teliti.
3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang
banyak.
4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan
dapat mencoba melakukannya sendiri
Kekurangan
1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu
yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3. Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa
tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.
4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses
pembelajaran tidak akan efektif.