Wilman Setiawan
NIM : 01021381823125
· Deadweight Loss adalah pengurangan surplus konsumen (Consumer Surplus) dan Surplus produsen
yang terjadi apabila output suatu produk dibatasi sehingga lebih rendah dari tingkat efisiensi optimum.
· Deadweight Loss adalah hilangnya efisiensi ekonomi bagi konsumen/ produsen karena efisiensi
alokasi sumber daya tidak tercapai.
Misal, bila pemerintah menetapkan harga dasar gabah Rp 700 per kilogram, maka pembeli harus
membeli gabah dari petani dengan harga serendah-rendahnya Rp 700 per kilogram. Contoh lain,
bila pemerintah menetapkan upah minimum tenaga kerja Rp 15.000 per hari, maka majikan
harus membayar tenaga kerja paling tidak Rp 15.000 per hari
Jika harga dasar berada diatas titik equilibrium, maka akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran.
Upah Minimum dapat menyebabkan majikan untuk memberi upah lebih tinggi kepada
pekerja.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, sehingga akan
mencegah pekerja yang mempunyai keahlian rendah untuk mendapatkan pekerjaan.
Grafik diatas merupakan contoh penerapan harga dasar pada pasar gabah di karawang.
Harga dasar diatas titik keseimbangan akan menyebabkan penawaran naik. Pada grafik
diatas penawaran naik menjadi 700.000 ton.
Sedangkan permintaan turun menjadi 200.000 ton.
Segitiga A dan B merupakan DWL.
Surplus konsumen yang hilang adalah sebesar luas segitiga A.
Surplus Produsen yang hilang adalah sebesar luas segitiga B.
Contoh Penerapan Floor Price pada Upah Minimum Provinsi
Pada kurva diatas keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi pada harga Rp 2.500/hari,
dengan kesempatan kerja sebesar 5.000 pekerja/ bulan.
Saat pemerintah menetapkan upah minimum diatas harga keseimbangan dalam pasar,
maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun, namun penawaran tenaga kerja naik.
Perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, bahkan mengurangi pekerjanya
karena gaji yang lebih tinggi.
Dilain pihak, orang tertarik dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan
penawaran tenaga kerja naik.
Hal ini menyebabkan pengangguran sebesar 5000 orang/bulan (7000-2000).
DWL adalah sebesar segitiga A dan B.
Harga tertinggi (ceiling price) adalah batas maksimum harga penjualan oleh produsen.
Tujuan penetapan harga tertinggi adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh
konsumen yang daya belinya kurang.
Harga tertinggi yang berada dibawah harga keseimbangan dapat menyebabkan DWL.
Perusahaan yang telah ditetapkan harga produk per unit dibawah harga biasanya akan
mengecilkan produksinya atau mengurangi pasokan barang dibawah yang benar-benar
diminta oleh konsumen.
Pada grafik diatas, keseimbangan terjadi pada tingkat harga mie instan Rp 1.000 per
bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus per bulan.
Pada harga tertinggi Rp 750 per bungkus, penawaran turun menjadi 10 juta, sedangkan
permintaan naik menjadi 16,25 juta.
Hal tersebut menyebabkan kelebihan permintaan sebesar 6,25 juta (16,25 juta – 10 juta)
bungkus perbulan.
DWL atau surplus ekonomi yang hilang adalah sebesar luas segitiga A dan B.
Kuota
Kuota atau pembatasan produksi adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
membatasi jumlah produksi barang atau jasa yang dijual di pasar.
Kuota bertujuan untuk mempengaruhi dan menjaga tingkat harga.
Tanpa campur tangan pemerintah, keseimbangan pasar jagung pada kurva diatas terjadi
di titik E1 dengan Jumlah jagung sebsar Qo dan harga sebesar Po.
Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1, maka jumlah produksi
harus dibatasi sebesar Q1 saja.
Kurva penawaran menjadi S1, dan harga naik menjadi P1.
Hal tersebut menyebabkan kehilangan surplus konsumen sebesar A+B.
Produsen kehilangan Surplus sebesar C namun mendapatkan tambahan surplus seluas A.
DWL adalah luas segitiga B dan C.
Nb: agar produsen jagung mau mengurangi produksinya sampai tingkat Q1, maka insentif
finansial yang harus diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+F.
Pajak
Pada kurva diatas, pengenaan pajak kepada produsen menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke kiri. (So ke S1)
Harga keseimbangan menjadi P1, dan jumlah keseimbangan menjadi Q1.
Hal ini menyebabkan konsumen kehilangan surlplus sebesar A+B.
Produsen kehilangan surplus sebesar F+C.
Pemerintah memperoleh pendapatan sebesar A+F. ( 0Q1*(P1-P2) )
DWL adalah segitiga B+C.
Kotak yang berwarna abu-abu tersebut adalah besarnya penerimaan pajak.
DWL adalah area segitiga yang terbuat dari kotak abu-abu penerimaan pajak, kurva
penawaran awal, dan kurva permintaan.
Segitiga tersebut juga dikenal dengan sebutan Segitiga Harberger (Harberger’s Triangle).
RESUME TENTANG PASAR MONOPSONI
pasar sayuran dan peternakan sapi perah yang berada di daerah terpencil dan sulit dalam hal
distribusi ke tempat lain untuk menjual produknya ke konsumen. Kesulitan dalam hal distribusi
produk membuat para petani dan peternak menjual produk mereka ke satu pembeli secara
borongan dengan harga yang murah.
Pasar ini termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna, yaitu pasar yang belum terorganisir
dengan baik. Adapun ciri-ciri pasar monopsoni adalah sebagai berikut:
Seperti halnya jenis pasar lainnya, pasar ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Kelebihan dan kekurangan itu antara lain: