Anda di halaman 1dari 102

POLA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI
BENGAWAN SOLO

TAHUN 2010
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar v

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air WS. Bengawan Solo 5
1.2.1 Maksud 5
1.2.2 Tujuan 5
1.2.3 Sasaran 5
1.3 Isu-Isu Strategis 7
1.3.1 Isu Strategis Nasional 7
1.3.2 Isu Strategis Lokal 8

BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO 10


2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait 10
2.2 Kebijakan yang berlaku dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 10
2.2.1 Kebijakan Pemerintah yang Berlaku di Daerah Terkait 10
2.2.2 Kebijakan Daerah 11
2.3 Inventarisasi Data 12
2.3.1 Data Umum 12
2.3.1.1 Kabupaten/Kota dalam Angka 12
2.3.1.2 Peta Dasar 12
2.3.1.3 DEM (Digital Elevation Model) 14
2.3.1.4 Laporan Hasil Studi 16
2.3.2 Data Sumber Daya Air 23
2.3.3 Data Kebutuhan Air 30
2.3.4 Lain-lain 30
2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 31
2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air 31
2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air 32
2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 32
2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air 33
2.4.5 Aspek Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi 33
2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 33
i
2.5.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air 33
2.5.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air 34
2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 34
2.5.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air 34
2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi 34

BAB III ANALISA DATA WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO 35


3.1 Asumsi Kriteria dan Standar 35
3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik, Perubahan Iklim pada Wilayah
Sungai Bengawan Solo 38
3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air 61

BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER


DAYA AIR WS BENGAWAN SOLO 68

LAPORAN PENUNJANG:

- Buku – 1 : Laporan Utama


- Buku – 2 : Laporan Pendukung, meliputi:
1. Hasil PKM-1 dan 2
2. Hasil analisa hidrologi
3. Hasil analisa alokasi air

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Potensi Air di WS Bengawan Solo 24


Tabel 2.2. Produksi Sedimen dari Erosi Lahan di Sub DAS Bengawan Solo Hulu
dan Kali Madiun 25
Tabel 2.3 Daftar Waduk dan Embung di WS Bengawan Solo Saat Ini 26
Tabel 2.4. Prasarana di Sepanjang Sungai Utama 26
Tabel 2.5. Rekapitulasi Beban Cemaran di WS Bengawan Solo 27
Tabel 2.6. Tabel Lahan Kritis di Wilayah Sungai Bengawan Solo 28
Tabel 2.7 Kebutuhan Air di WS Bengawan Solo (juta m3) 30
Tabel 2.8. Proporsi Pekerja Menurut Sektor Ekonomi 31
Tabel 3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar dalam Penyusunan Pola Pengelolaan
SDA WS Bengawan Solo 35
Tabel 3.2 Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 1 46
Tabel 3.3 Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 2 50
Tabel 3.4. Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 3 55
Tabel 4.1 Kebijakan Operasional untuk masing-masing aspek pengelolaan SDA 69

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Lokasi wilayah Sungai Bengawan Solo 3


Gambar 1.2. Peta Situasi Solo Vallei Werken 4
Gambar 2.1. Luas (km2) dan prosentase (%)Kab/Kota dalam WS Bengawan Solo,2006 12
Gambar 2.2. Prosentase (%) dan jumlah penduduk Kab/Kota di WS Bengawan
Solo,2006 12
Gambar 2.3. Peta Administrasi Wilayah Sungai Bengawan Solo 13
Gambar 2.4. Peta DEM (Digital Elevation Model) WS Bengawan Solo 15
Gambar 2.5. Peta Rencana Pengembangan SDA dalam Master Plan OTCA, 1974 17
Gambar 2.6. Peta Rencana Pengendalian Banjir dalam Master Plan OTCA, 1974 18
Gambar 2.7. Peta Rencana Induk Pengembangan SDA, CDMP, 2001 20
Gambar 2.8. Peta Identifikasi Skema Pengelolaan Pengamanan Banjir, CDMP, 2001 21
Gambar 2.9. Peta Rencana Induk Pengelolaan Pengendalian Banjir, CDMP, 2001 22
Gambar 2.10. Peta Lahan Kritis WS Bengawan Solo 29
Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 2009 (sumber: IMF, dalam
A. Prasetyantoko, 2008) 39
Gambar 3.2. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS, 1994-2009 (sumber: Bank
Indonesia monthl report, dalam A. Prasetyantoko, 2008) 39
Gambar 3.3 Analisa Skenario Planning 40
Gambar 3.4. Grafik Neraca Air Skenario 1 43
Gambar 3.5. Grafik Neraca Air Skenario 2 44
Gambar 3.6. Grafik Neraca Air Skenario 3 45
Gambar 3.7. Peta Strategi Konservasi Sumber Daya Air 64
Gambar 3.8. Peta Pendayagunaan Sumber Daya Air 65
Gambar 3.9. Peta Pengendalian Daya Rusak Air 66
Gambar 4.1. Peta Tematik Aspek Konservasi SDA 93
Gambar 4.2. Peta Tematik Aspek Pendayagunaan SDA 94
Gambar 4.3. Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 95

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa
pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o49’LS sampai 8o08’ LS.
WS Bengawan Solo secara administratif terletak di 20 kabupaten/kota di Propinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Dengan luas wilayah 20.125 km2. WS Bengawan Solo terbagi
menjadi 4 DAS yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog, DAS Pantura
Gelangbang (Gresik-Lamongan-Tuban) dan DAS Kali Lamong. Peta Lokasi wilayah
Sungai Bengawan Solo dapat dilihat pada Gambar 1.1.0
Sungai Bengawan Solo dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.100 mm merupakan sebuah
sumber air yang potensial bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber daya
air (SDA), untuk memenuhi berbagai keperluan dan kebutuhan, antara lain untuk kebutuhan
domestik, air baku air minum dan industri, irigasi dan lain-lain.
Pada saat musim kemarau, WS Bengawan Solo sering mengalami kekeringan dan masalah
intrusi air laut, sebaliknya pada musim hujan di beberapa kabupaten sering mengalami
bencana banjir yang mengakibatkan kerugian harta benda dan jiwa manusia yang tidak
sedikit.
Pembangunan infrastruktur SDA telah dilakukan sejak abad ke-18 oleh Pemerintah Belanda
melalui Pembangunan Kanal Solo Vallei Werken dan Sudetan Bengawan Solo dari
Plangwot-Sedayu Lawas namun terhenti karena kekurangan biaya. Tahun 1880 guna
menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak, muara Sungai Bengawan Solo
dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah. Tahun 1993 Pemerintah Belanda
membangun Waduk Pacal di Kab. Bojonegoro dan Waduk Prijetan (1914) di Kab.
Lamongan. Peta situasi Solo Vallei Werken dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo
setelah banjir tahun 1966 menenggelamkan sebagian besar Kota Solo. Maka pada tahun
1974 dirumuskan Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo yang
merekomendasikan pembangunan 4 waduk yaitu Waduk Wonogiri, Waduk Jipang, Waduk
Bendo dan Waduk Badegan; pembangunan 25 lokasi waduk-waduk irigasi di anak-anak
sungai Bengawan Solo; pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu,
Kali Madiun dan Bengawan Solo Hilir
Waduk Serbaguna Wonogiri dibangun pada tahun 1978-1981 yang berfungsi diantaranya
sebagai pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama melindungi Kota Solo;
Penyediaan air irigasi seluas ± 30.000 Ha di wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri,

1
Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen; PLTA (12,4 MW) serta digunakan untuk
perikanan dan pariwisata.
Pekerjaan perbaikan sungai dalam rangka pengendalian banjir telah dilaksanakan
diantaranya adalah di Bengawan Solo Hulu (Nguter -Jurug, 37 km) dan di Kali Madiun (ruas
kali Catur – Kwadungan, 18 km) dan Bengawan Solo Hilir (ruas Babat – Tanjung Kepala, 80
Km), termasuk pembangunan Floodway Plangwot – Sidayu Lawas sepanjang 12,4 Km
dengan kapasitas Q = 640 m3/dt. Namun kejadian banjir besar frekuensinya selalu
meningkat seperti yang terjadi pada Bulan Desember 2007 dan awal tahun 2008 kemudian
terulang kembali pada tahun 2009. Hal ini mendorong upaya percepatan pembangunan
infrastruktur pengendali banjir dan konservasi SDA di WS Bengawan Solo
Berdasarkan UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 11, disebutkan bahwa
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang
kehidupan, maka disusun pola pengelolaan sumber daya air.
UU No. 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, penataan ruang didasarkan pada pendekatan
sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan dan nilai strategis
kawasan.

2
Gambar 1.1 Peta Lokasi wilayah Sungai Bengawan Solo

3
Gambar 1.2 Peta Situasi Solo Vallei Werken 4
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air WS Bengawan Solo
1.2.1 Maksud
Maksud disusunnya Pola Pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo adalah
untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah
Sungai Bengawan Solo.

1.2.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Pola Pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo secara
umum adalah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat
dalam segala bidang kehidupan, sedangkan tujuan yang spesifik adalah untuk :

a. Memenuhi kepentingan dan kebijakan pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah


dan Jawa Timur dan Kabupaten/ Kota terkait di WS yaitu Kabupaten/Kota
Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Blora, Rembang,
Kota Surakarta, (Prov. Jawa Tengah) dan Madiun, Kota Madiun, Pacitan,
Ponorogo, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Cepu, Tuban, Lamongan, Gresik,
Bojonegoro dan Kota Surabaya (Prov. Jawa Timur).
b. Memenuhi kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaatan di Wilayah
Sungai Bengawan Solo.
c. Mengupayakan sumber daya air (air, sumber air dan daya air) yang terkonservasi,
berdaya guna, dan terkendali daya rusaknya secara menyeluruh, terintegrasi
dalam satu kesatuan sistem tata air Wilayah Sungai Bengawan Solo.
d. Melakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan selalu
memenuhi fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi secara selaras.
e. Menjaga keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan di Wilayah
Sungai Bengawan Solo.

1.2.3 Sasaran
Sasaran dari Penyusunan Pola Pengelolaan SDA WS Bengawan Solo adalah untuk:

a. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air di


Wilayah Sungai dalam konservasi sumber daya air.
b. Memberikan arahan tentang kebijakan pendayagunaan sumber daya air di
Wilayah Sungai dengan memperhatikan kebijakan daerah, termasuk arahan dalam
penataan ruang wilayah.
c. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengendalian daya rusak air di
Wilayah Sungai.

5
d. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pelaksanaan sistem informasi
sumber daya air di Wilayah Sungai.
e. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam peran serta masyarakat dan swasta
dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai.
Visi pengelolaan SDA menurut Direktorat Jenderal SDA adalah “Terwujudnya
kemanfaatan SDA yang berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia”,
sedangkan misi dalam pengelolaan SDA adalah sebagai berikut:
− Konservasi SDA yang berkelanjutan
− Pendayagunaan SDA yang adil untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
masyarakat yang memenuhi syarat-syarat kualitas dan kuantitas
− Pengendalian daya rusak air
− Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan pemerintah
dalam pengelolaan dan pembangunan SDA
− Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi dalam
pembangunan SDA

Setiap propinsi memiliki visi dan misi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi (RTRWP) berdasarkan Rencana Strategi masing-masing propinsi.
WS Bengawan Solo terdiri dari dua wilayah administratif yaitu Propinsi Jawa Tengah
dan Propinsi Jawa Timur yang masing-masing memiliki visi dan misi RTRWP sebagai
berikut:

1. Propinsi Jawa Timur


Visi Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2025 adalah “Pusat Agrobisnis
Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur
Makmur dan Berakhlak.
Misi pengembangan wilayah adalah: a) Menyeimbangkan pertumbuhan wilayah,
b) Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, c) Menata kembali kawasan lindung,
dan d) Optimalisasi sumber daya manusia dan penyertaan peran masyarakat
dalam pengembangan wilayah.
2. Propinsi Jawa Tengah
Visi Pembangunan Daerah Jawa Tengah 20 tahun ke depan adalah ”Jawa
Tengah yang Sejahtera, Maju dan Lestari”, dimana kesejahteraan merupakan
tuntutan awal dari masyarakat pada umumnya.
Sejahtera, menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat, yaitu masyarakat
yang terpenuhi kebutuhan materiil maupun spirituil. Maju, pelaksanaan
pembangunan daerah senantiasa dilandasi dengan keinginan bersama untuk
mewujudkan masa depan yang lebih baik. Lestari, artinya pembangunan daerah
harus dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan sehingga tercipta
stabilitas.

6
1.3 Isu-Isu Srategis
1.3.1 Isu Strategis Nasional
1. MDG’s Program (M illennium Developm ent Goals )
Pada tahun 1990, 15,1% penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrim.
Jumlahnya saat itu mencapai 27 juta orang. Saat ini proporsinya sekitar 7,5% atau
hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras, Indonesia
akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada 2015.
Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan yang cukup besar antara daerah kaya dan
miskin. Banyak daerah miskin di pedesaan, terutama di wilayah timur Indonesia yang
memerlukan kerja lebih keras, untuk mencapai target mengurangi kemiskinan dan
kelaparan.
Antara tahun 1985 dan 1997, ancaman utama tehadap hutan hujan Indonesia adalah
pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Di era desentralisasi dan otonomi daerah,
lebih banyak hutan yang dikeploitasi, pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas
kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab utamanya adalah lemahnya
supremasi hukum dan kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai tujuan
pembangunan jangka panjang dan perlindungan biosphere.

2. Ketahanan Pangan

Produksi rata-rata tanaman padi sawah di WS Bengawan Solo sebesar 5,45 ton/ha dari
total luas areal sebesar 879.591 ha karena sudah tersedianya irigasi teknis, maupun
semi teknis, ditanami dua kali dalam setahun, menggunakan input paket modern di
antaranya: pupuk, obat-obatan, benih dan alat mekanisasi lainnya.

Problem utama yang dihadapi petani tanaman pangan di sepanjang WS Bengawan Solo,
adalah relatif kecilnya skala usaha, minimnya modal usaha, tingginya biaya input pertanian,
tingginya ketidakpastian harga produk, rendahnya akses kredit pertanian, serta menurunnya
kualitas lingkungan pertanian dan ketidaksempurnaan pasar. Semua ini mengakibatkan
posisi dan bargaining power petani ada pada posisi marjinal, sebagai akibatnya daya saing
petani menjadi rendah. Selain itu, perbedaan potensi produksi pangan dan pola panen
raya yang diikuti masa paceklik, mengakibatkan distribusi ketersediaan pangan tidak
merata di setiap tempat dan setiap waktu, hal tersebut menciptakan potensi kerawanan
pangan dan jatuhnya harga produk pertanian pangan dari petani/produsen.

3. Ketersediaan Energi
Sub sektor listrik pada PDRB Propinsi Jawa Tengah termasuk dalam sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih. Sektor ini memberikan kontribusi ekonomi relatif kecil pada tahun 2005
yaitu sebesar Rp 1,18 triliun (0,82%) menurut harga konstan tahun 2000. Selama tahun
2001 – 2005, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih nilainya selalu mengalami peningkatan
yaitu rata-rata 7,93%. Selama periode tersebut kontribusi sub sektor listrik terhadap

7
PDRB keseluruhan mengalami kenaikan setiap tahunnya, dari 0,73% pada tahun 2001
menjadi 0,82% pada tahun 2005.
Sub sektor listrik pada PDRB Propinsi Jawa Timur tahun 2005 memberikan kontribusi
ekonomi relatif kecil yaitu Rp 3,58 triliun (1,40%) menurut harga konstan tahun 2000.
Selama tahun 2001 – 2005 sub sektor listrik nilainya mengalami peningkatan cukup
tinggi yaitu rata-rata 12,68%. Selama periode tersebut kontribusi sub sektor listrik
terhadap PDRB keseluruhan mengalami kenaikan setiap tahunnya, dari 0,98% pada
tahun 2000 menjadi 1,4% pada tahun 2005.
Kebutuhan energi seperti energi listrik dan air bersih mengalami peningkatan setiap
tahunnya, tetapi sumber energi yang tersedia tersedia tidak mampu memenuhi
kebutuhan. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya alam serta operasionalnya.

4. Global Climate Change


Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi, maupun
intensitas kejadian cuaca ekstrim. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
menyatakan bahwa pemanasan globa dapat menyebabkan terjadi perubahan yang
signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis,
perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin,mempengaruhi masa
reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi
serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang
terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi (termasuk ekosistem di daerah
Artika dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai.
Perubahan iklim global juga membawa dampak yang kurang baik terhadap beberapa
sektor, diantaranya sektor pertanian mengalami perubahan pola tanam, maupun masa
tanam akibat kekeringan yang berkepanjangan serta banjir pada musim penghujan. Hal
ini mengakibatkan produksi pertanian mengalami penurunan drastis, sedangkan sektor
industri mengalami penurunan produksi karena kekurangan sumber air akibat
kekeringan.

1.3.2 Isu Strategis Lokal


1. Kerusakan DAS
Kerusakan DAS ini terutama pada DAS hulu yang diakibatkan antara lain karena
penebangan liar, pengolahan lahan yang kurang benar, tanah longsor, erosi dan
sedimentasi.

2. Bencana Banjir
Bencana banjir sering terjadi di Bengawan Solo hilir. Penyebab banjir adalah karena
kapasitas saluran tidak mampu menampung debit terutama pada musim penghujan,
koefisien aliran yang tinggi akibat perubahan lahan menjadi pemukiman, penebangan
secara liar sehingga daya resap air kecil.

8
3. Krisis Air/Kekeringan

Krisis air/kekeringan terjadi pada musim kemarau terutama di Kabupaten Wonogiri,


Lamongan, Gresik dan Tuban.

4. Sedimentasi Waduk
Sedimentasi waduk terutama di Waduk Serbaguna Wonogiri disebabkan karena
pengelolaan lahan yang kurang benar terutama di DAS Keduang.

5. Degradasi dan Erosi Dasar Sungai


Degradasi dasar sungai di sungai Bengawan Solo bagian hulu dan Kali Madiun sudah
sangat memprihatinkan, sehingga perlu segera diatasi, mengingat bahaya yang
mengancam keberlanjutan fungsi sarana dan prasarana SDA telah tampak pada saat
ini.

6. Hunian di Bantaran
Hunian banyak dijumpai di bantaran Sungai Bengawan Solo, terutama di Bengawan
Solo hilir dan disekitar Bengawan Solo Hulu, sehingga perlu relokasi penghuni bantaran.

7. Pencemaran Sungai
Pencemaran banyak dijumpai di Sungai Bengawan Solo, baik pencemaran dari limbah
industri maupun limbah rumah tangga. Pencemaran ini perlu segera diatasi, karena
mengganggu kehidupan biota air di Sungai Bengawan Solo.

8. Intrusi Air Laut


Intrusi air laut terjadi di sepanjang Sungai Bengawan Solo Hilir yaitu wilayah Lamongan
dan Gresik
9. Abrasi pantai (Gresik, Lamongan dan Tuban).
Abrasi pantai menyebabkan kerusakan pelindung pantai, terutama di Pantai
Gelangbang (Gresik-Lamongan dan Tuban).

9
BAB II
KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI
BENGAWAN SOLO

2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait


1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
3. Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
4. Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan
5. Dan lain-lain

2.2 Kebijakan yang Berlaku dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


2.2.1 Kebijakan Pemerintah yang Berlaku di Daerah Terkait

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sumber Daya Air.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
8. Peraturan Menteri PU Nomor 11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
11. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai.
12. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan.
13. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan
Pemeliharaan Prasarana Pengairan.
15. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
16. Keputusan Menteri PU No. 247/KPTS/M/2009 tentang Pembentukan TKPSDA Wilayah
Sungai Bengawan Solo.

10
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai
18. Keputusan Menteri Kimpraswil No.341/KPTS/M/2002 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Izin Penggunaan Air dan atau Pemanfaatan Sumber-Sumber
Air di Wilayah Sungai Bengawan Solo Kepada Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur
Jawa Timur.
19. Peraturan Menteri PU No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
20. Peraturan Menteri PU No.67/PRT/1993 tentang Panitia Tata Pengaturan Air Provinsi
Daerah Tingkat I.
21. Peraturan Menteri PU Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin
Pengggunaan Air dan atau Sumber Air.
22. Keputusan Menteri PU No.458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai
Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C.

2.2.2 Kebijakan Daerah

1 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.7 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pemakaian Tanah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
2 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.1 Tahun 2005 tentang Pengendalian Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C Pada Wilayah Sungai di Provinsi Jawa
Timur.
3 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.20 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Lintas Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah.
4 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.8 Tahun 2002 tentang Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan.
5 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No.5 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur.
6 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No.15 Tahun 1987 juncto
No.10 Tahun 1991 dan No.15 Tahun 1995 tentang Perizinan Penggunaan Air di
Provinsi Jawa Timur.
7 Keputusan Bersama Gubernur Jawa Tengah Dengan Gubernur Jawa Timur.
Nomor : 1 Tahun 2002 tanggal 7 Juni 2002
Nomor : 42 Tahun 2002 tentang Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
8 Perjanjian Kerjasama
Nomor : 2 Tahun 2002 tanggal 7 Juni 2002
Nomor : 43 Tahun 2002 tentang Tata Pengaturan Air Pada Daerah Pengaliran Sungai
Bengawan Solo.

11
2.3 Inventarisasi Data
2.3.1 Data Umum
2.3.1.1 Kabupaten/Kota dalam Angka
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam
Angka Tahun 2007), jumlah total penduduk kabupaten/kota di WS Bengawan Solo tahun
1990, berjumlah 14.671.000 jiwa, meningkat menjadi 15.920.227 jiwa pada tahun 2006.
Selama kurun waktu tersebut terdapat perkembangan jumlah penduduk, dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 0,49% per tahun. Jumlah penduduk di WS Bengawan Solo pada
tahun 2006 yang berada pada wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan 23,05% dari
penduduk Provinsi Jawa Tengah, sedangkan jumlah penduduk WS Bengawan Solo
yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan 22,69% dari penduduk Provinsi
Jawa Timur. Laju pertumbuhan penduduk WS Bengawan Solo juga jauh lebih rendah
daripada laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur (tahun
1990 sampai 2006) yang masing-masing sebesar 0,70% dan 1,06%.

Luas (km2) dan Prosentase (%) Kab/Kota dalam WS Bengawan Solo Jumlah dan Prosentase Penduduk Kabupaten/Kota terkait dengan WS Bengawan Solo

Rembang Kota Surakarta Pacitan Ponorogo Kota Surakarta Pacitan


Blora Ponorogo
Karanganyar Blora 1,014.10 44.03 1,342.42 1,371.78 829,745 Rembang
512,898 549,768 885,986 Madiun
4.77 0.21 6.31 6.45 Madiun 3.22% 3.45% 667,709
772.20 Sragen 1,794.40 Sragen 5.21% 570,870 5.56%
4.19% Magetan
3.63 8.43 1,010.86 856,296 3.59%
621,862
946.49 Magetan 5.38%
4.75 3.91%
4.45 688.82 Karanganyar
Ngawi Ngawi
Wonogiri 3.24 799,595 857,449
1,295.98 5.02%
1,822.37 5.39%
6.09
8.58 Wonogiri
978,808
6.15%
Sukoharjo
466.66
2.19 Klaten Sukoharjo Bojonegoro
655.56 Bojonegoro 813,657 1,251,051
3.08 Kota 2,307.06 5.11% 7.86%
Tuban Tuban
Madiun Gresik 10.84
Boyolali 33.23 Lamongan 1,839.94 Klaten 1,104,538
1,191.19 1,669.56 8.65 1,126,165 6.94%
1,015.07
0.16 5.60 7.85 7.07%
4.77 Boyolali
Kota Madiun Lamongan
928,164 Gresik 1,274,194
171,605
Legend 5.83% 1,120,541 8.0%
1.08%
7.04%
Nama Kab/Kota
Luas (km2)
% seluruh Kab/Kota dlm WS Luas Total 19 Kab/Kota : 15.920.901 jiwa

Gambar 2.1 Luas (km2) dan prosentase Gambar 2.2. Prosentase (%) dan jumlah
(%)Kab/Kota dalam WS Bengawan penduduk Kab/Kota di WS
Solo,2006 Bengawan Solo,2006

2.3.1.2 Peta Dasar

Berdasarkan kajian sosio-ekonomi, WS Bengawan Solo didefinisikan sebagai gabungan


dari 17 (tujuh belas) wilayah Kabupaten dan 2 (dua) wilayah Kota sebagai berikut:
Kabupaten : Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Blora,
Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik
dan Pacitan.
Kota : Surakarta dan Madiun
(Peta Administrasi WS Bengawan Solo dapat dilihat pada Gambar 2.3.)

12
Gambar 2.3. Peta Administrasi Wilayah Sungai Bengawan Solo
13
Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri dari 4 (empat)
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas ± 16.100 km2, DAS
Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas ± 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai
utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2.

DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub
DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir.
Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ±
6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari
lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu
(± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo
Hilir adalah ± 6.273 km2.

2.3.1.3 DEM (Digital Elevation Model)


WS Bengawan Solo memiliki kondisi topografi yang relative datar (lihat Gambar 2.4),
sebagian besar daerahnya berada di dataran rendah terutama sub DAS Bengawan Solo
Hilir. Kemiringan dasar Sungai Bengawan Solo juga bervariasi mulai landai sampai
curam.
Wilayah Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung
berbentuk kerucut, yakni gunung Merapi (2,914 m), gunung Merbabu (3,142 m) dan
gunung Lawu (3,265 m). Anak-anak sungainya banyak membawa material sedimen dari
hasil erosi pada lereng-lerengnya, sehingga mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di
Bengawan Solo.
Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir mempunyai sub DAS seluas 6.273 km2 dan
panjang alur sungai kira-kira 300 km, mulai dari pertemuan dengan Kali Madiun.
Sungainya membentuk alur yang lebar dengan kemiringan kecil/landai, melalui dataran
aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Didekat muara, wilayahnya
berawa dan luas, disebut Rawa Jabung dan Bengawan Jero.
Di sebelah selatan Sub DAS Kali Madiun terdapat Sub DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog
dengan luas 1.520 km2. Wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan Sewu dan Samudera
Indonesia. Daerahnya curam, sehingga sungai-sungai di wilayahnya memiliki
kemiringan yang besar dengan arus yang cepat.

14
Gambar 2.4. Peta DEM (Digital Elevation Model) WS Bengawan Solo 15
2.3.1.4 Laporan Hasil Studi

1. Master Plan Tahun 1974 (OTCA)


Pengembangan sumber daya air (SDA) di wilayah sungai Bengawan Solo
(seperti ditampilkan pada lampiran Gambar 2.5) dimulai pada tahun 1969, berupa
perbaikan-perbaikan kerusakan akibat banjir tahun 1966 dan 1968. Pada tahun
1972, dengan bantuan teknis Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA) dari
Jepang (dikenal dengan nama Japan International Cooperation Agency atau JICA),
yang dimulai dengan survai dan studi menyeluruh pada Wilayah Sungai. Fokus
Master Plan OTCA adalah pada pengembangan beberapa bendungan serbaguna
dengan sasaran pengembangan irigasi/pertanian, perbaikan sungai, rencana
pengendalian banjir (Gambar 2.6.), pengembangan tenaga listrik, bangunan
penahan pasir, dan pengembangan daerah rawa.

16
Gambar 2.5. Peta Rencana Pengembangan SDA dalam Master Plan OTCA, 1974

17
Gambar 2.6. Peta Rencana Pengendalian Banjir dalam Master Plan OTCA, 1974

18
2. Comprehensive Development Management Plan (CDMP), 2001
Maksud studi adalah untuk memformulasikan Rencana Induk Pengembangan dan
Pengelolaan SDA Satuan Wilayah Sungai Bengawan Solo, dengan proyeksi
kebutuhan sampai dengan tahun 2025. Rencana Induk ini akan menjadi kerangka
dan arah dari perencanaan dan pengembangan SDA di wilayah studi dengan visi :
mencukupi SDA untuk berbagai kebutuhan/kegiatan yang berkeseimbangan,
berkeadilan, berkelanjutan dan lestari dalam rangka pembangunan daerah di
Satuan Wilayah Sungai Bengawan Solo. Rumusan Comprehensive Development
Management Plan (CDMP), 2001 sudah menggunakan “bottom-up approach”. Peta
Rencana Induk Pengembanagan SDA, CDMP 2001 dapat dilihat pada Gambar 2.7,
2.8 dan Gambar 2.9.

19
Gambar 2.7. Peta Rencana Induk Pengembangan SDA, CDMP, 2001

20
Gambar 2.8. Peta Identifikasi Skema Pengelolaan Pengamanan
Banjir, CDMP, 2001

21
Gambar 2.9. Peta Rencana Induk Pengelolaan Pengendalian Banjir,
CDMP, 2001

22
2.3.2 Data Sumber Daya Air
Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo berada dalam daerah yang beriklim tropis
dengan suhu udara, kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi dan relatif
seragam selama musim hujan. WS Bengawan Solo memiliki dua musim, yaitu
musim kemarau (Mei sampai Oktober) dan musim hujan (Nopember sampai April).
Pada umumnya angin bertiup dari arah barat daya kearah barat laut pada bulan
Nopember sampai April yang mengakibatkan terjadinya musim hujan dalam
Wilayah Sungai Bengawan Solo. Sedangkan pada periode bulan Juli sampai
Oktober, berlangsung musim kemarau dimana angin bertiup dari arah Selatan dan
Tenggara. Suhu udara bulanan rata-rata sekitar 27°C.

23
Tabel 2.1. Potensi Air di WS Bengawan Solo
3
Potensi (juta m /tahun)
DAS/Sub DAS Kabupaten/Kota Air
Air Tanah
Permukaan
Bengawan Solo Wonogiri 1.827 43
Hulu Sukoharjo 529 143
Klaten 628 387
Karanganyar 937 192
Kota Surakarta 51 23
Boyolali 731 97
Sragen 1.084 137
Ngawi 806,85 189
Total 6.593,85 1.211
Kali Grindulu Kab. Pacitan 1.346 14
Kali Madiun Kab. Ponorogo 1.291 64
Kab. Magetan 729 259
Kab. Madiun 929 347
Kota Madiun 31 15
Kab. Ngawi 660,15 154
Total 3.640,15 839
Bengawan Solo Kab. Blora 776 229
Hilir Kab. Bojonegoro 2.201 311
Kab. Lamongan 1.098 195,50
Kab. Tuban 815 126
Kab. Gresik 870 32
Kota Surabaya 9,5 -
Total 5.769,50 893,50
Daerah Pantai Kab. Lamongan 122 2,50
Utara Kab. Tuban 614 33
Kab. Rembang 316 19
Total 1.052 54,50
Total WS Bengawan Solo 18.401,50 3.012
Sumber: CDMP Study, 2001

24
Tabel 2.2. Produksi Sedimen dari Erosi Lahan di Sub DAS Bengawan Solo
Hulu dan Kali Madiun

Luas Volume Erosi


No. Daerah Aliran Sungai
(km2) Permukaan (m3/tahun)
1 K. Keduang 421 1.684.000
2 Waduk Wonogiri 1.006 4.024.000
3 K. Walikan 137 548.000
4 K. Juranggempol 107 428.000
5 K. Jlantah 190 760.000
6 Hilir K.Dengkeng 130 520.000
7 Hulu K.Dengkeng 355 1.420.000
8 K. Gawe 269 1.076.000
9 K. Brambang 263 1.052.000
10 Hilir K. Samin 63 252.000
11 Hulu K. Samin 275 1.100.000
12 K. Jurug 108 432.000
13 K. Pepe 543 2.172.000
14 K. Mungkung 549 2.196.000
15 K. Pondok 232 928.000
16 K. Sawur 1,340 5.360.000
17 K. Ketonggo 477 1.908.000
18 K. Gurdo 121 484.120
19 K. Winongo 155 620.000
20 K. Muneng 106 424.000
21 K. Kedung Brubus 112 448.000
22 K. Jeroan 446 1.784.000
23 K. Banjarsari 76 304.000
24 K. Gandong 146 584.000
25 K. Catur 186 744.000
26 K. Jati 81 324.000
27 K. Gede 156 624.000
28 K. Gonggang 356 1.424.000
29 K. Asin 303 1.212.000
30 K. Tempuran 354 1.416.000
31 K. Kenyang-Mungkungan 285 1.140.000
32 K. Plapar 304 1.216.000

25
Sarana dan prasarana pengairan berupa waduk dan embung yang telah
beroperasi dan berfungsi pada saat ini sebagai penyuplai kebutuhan air di WS
Bengawan Solo adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Daftar Waduk dan Embung di WS Bengawan Solo Saat Ini
Kabupaten Waduk/Embung Waduk/Embung
Kabupaten
Sub DAS Bengawan Solo Hulu Sub DAS Bengawan Solo Hilir
Wonogiri Nawangan Bojonegoro Pacal
Ngancar Lamongan Prijetan
Parangjoho Gondang
Plumbon Blora Embung Jegong
Song Putri Sub DAS Kali Madiun
Wonogiri Magetan Telogo Pasir
Kedunguling Embung Nglompang
Klaten Jombor Embung Taman Arum
Sukoharjo Mulur Embung Titang Krajan
Karanganyar Lalung Ponorogo Telogo Ngebel
Delingan Madiun Dawuhan
Boyolali Cengklik Notopuro
Sragen Ketro Ngawi Pondok
Embung Pare Sangiran
Embung Kedungsono DAS Grindulu
Sumber: BBWS Bengawan Solo Pacitan Emb. Ngorongombo

Tabel 2.4. Prasarana di Sepanjang Sungai Utama


*1 *2, *3
Panjang Sungai Panjang tanggul (km)
Sungai
(km) Kiri Kanan Total
Bengawan Solo
200 20 19 39
Hulu
Bengawan Solo Hilir 299 99 109 208
Kali Madiun 78 21 21 42
Kali Lamong 92 7 0 7
Kali Grindulu 56 6,5 7,5 14
Catatan : *1 = B. Solo Hulu : Pertemuan dengan Kali Madiun – Bendungan Wonogiri
B. Solo Hilir : Muara – Pertemuan dengan K.Madiun
K. Madiun : Pertemuan dengan Bengawan Solo – Jembatan Sekayu
*2 = Panjang total tanggul tipe timbunan, parapet beton atau pasangan
batu sepanjang sungai utama
*3 = Untuk Bengawan Solo Hilir, termasuk tanggul yang dilaksanakan
dalam Proyek Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hilir (Fase 1).

26
Berdasarkan Laporan Program Kali Bersih Propinsi Jawa Tengah tahun 2005,
rekapitulasi beban cemaran sejak tahun ke I, II, XV, XVI dan tahun ke XVII di
WS Bengawan Solo adalah sebagai berikut.

Tabel 2.5. Rekapitulasi Beban Cemaran di WS Bengawan Solo


Parameter Tahun I Tahun II Tahun XV Tahun XVI Tahun XVII
(kg/th) 89/90 90/91 2003 2004 2005

BOD 22.966.0 5.936.180 347.682,89 414.071,63 241.305,27


COD 181.937. 26.958.81 1.018.598,12 1.344.496,89 899.338,88
TSS 6.622.19 6.952.838 304.843,97 837.087,92 214.835,30
NH 3 -N - - 89.594,69 22.746,13 20.536,72

Sumber: Laporan PROKASIH Jawa Tengah Tahun 2005


Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2003 sampai tahun 2005
ada indikasi penurunan beban pencemaran yang mempengaruhi DAS
Bengawan Solo.

27
Tabel 2.6. Tabel Lahan Kritis di Wilayah Sungai Bengawan Solo
Potensial
Sangat Kritis Kritis Agak Kritis
No Kabupaten Kritis
(ha) (ha) (ha) (ha)
I Propinsi Jawa Tengah

1 Klaten 48,42 498,40 6.662,97 16.090,11

2 Sukoharjo - 824,35 1.966,61 14.718,38

3 Karanganyar - 6.713,76 21.545,28 28.456,75

4 Sragen - 1.632,99 30.426,55 25.855,43

5 Wonogiri - 5.729,71 50.515,48 72.416,92

6 Surakarta - - - 459,40

II Propinsi Jawa Timur

7 Pacitan - 10.829,62 64.960,80 53.807,89

8 Ponorogo 28,82 5.936,21 50.270,76 41.677,03

9 Magetan - 4.350,78 19.640,19 25.377,90

10 Madiun (Kota) - - - -

11 Madiun - 5.964,25 20.905,31 20.054,49

12 Ngawi - 1.131,38 42.291,66 10.080,83

13 Bojonegoro - 4.455,18 37.740,41 130.065,52

14 Tuban - 2.330,64 41.763,65 71.023,93

15 Lamongan - 1.620,78 27.270,41 62.319,76

16 Gresik - 7.761,54 37.808,89 53.813,09


Sumber : BP DAS Solo, 2005

Peta lahan kritis WS Bengawan Solo ditampilkan pada lampiran Gambar 2.10.

28
Gambar 2.10. Peta Lahan Kritis WS Bengawan Solo

29
2.3.3 Data Kebutuhan Air
Tabel 2.7 Kebutuhan Air di WS Bengawan Solo (juta m3)
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
No. Kabupaten/Kota
Air DMI Air PDAM Air Irigasi Air Tambak
1 Kabupaten Boyolali 28.36 3.21 1,123.94 0.23
2 Kabupaten Klaten 60.01 5.72 302.96 0.07
3 Kabupaten Sukoharjo 38.05 2.31 566.41 0.12
4 Kabupaten Wonogiri 53.84 3.73 344.84 0.08
5 Kabupaten Karanganyar 37.76 5.73 630.90 0.14
6 Kabupaten Sragen 34.37 3.48 30.85 0.01
7 Kabupaten Blora 18.65 1.70 442.88 0.09
8 Kabupaten Rembang 11.78 2.78 864.73 0.75
9 Kota Surakarta 35.52 11.45 392.82 0.71
10 Kabupaten Pacitan 23.98 1.82 499.14 0.91
11 Kabupaten Ponorogo 38.84 2.95 16.96 0.03
12 Kabupaten Madiun 26.20 2.21 331.90 1.26
13 Kabupaten Magetan 29.25 2.88 708.59 1.57
14 Kabupaten Ngawi 37.62 2.85 415.82 243.47
15 Kabupaten Bojonegoro 65.99 4.00 1,166.22 690.52
16 Kabupaten Tuban 59.33 4.11 661.42 360.56
17 Kabupaten Lamongan 67.40 2.92 599.79 334.50
18 Kabupaten Gresik 61.10 8.47 594.62 276.83
19 Kota Madiun 13.50 5.23 92.59 40.54
Total 741.52 77.55 9,787.38 1,952.39
Sumber: PT Indra Karya, 2007

2.3.4 Lain-lain
Selama pembangunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja yang ada
berkembang menjadi 35,9 juta orang, dengan pertambahan sebesar 69% selama
kurun waktu 1980-1998. Walaupun sektor pertanian merupakan sektor yang
dominan menyerap tenaga kerja, namun posisinya mengalami penurunan dari
61% dari total jumlah pekerja pada tahun 1980 menjadi 45% pada tahun 1998.
Total pekerja pada sektor industri pengolahan, konstruksi, transportasi,
perdagangan dan jasa proporsinya berkembang dari 39% pada tahun 1980
menjadi 53% pada tahun 1998. Kecenderungan ini sangat nyata di Pulau Jawa.
Di dalam wilayah studi CDMP terjadi sebaliknya, dimana sektor pertanian masih
dominan (mencapai 54% dari total pekerja) mengenai hal ini pada tingkat nasional
juga menunjukan kecenderungan yang sama, seperti dikemukakan pada Tabel 2.8
yang diringkas sebagai berikut:

30
Tabel 2.8. Proporsi Pekerja Menurut Sektor Ekonomi
Proporsional menurut sektor
Daerah Pertanian Industri, Konstruksi, Sektor lain Total
perdagangan transportasi Pekerja
& jasa & keuangan (‘000)
Indonesia 1980 60.9% 34.6% 4.2% 0.3% 51,780
1990 55.9% 36.7% 5.7% 1.7% 75,850
1997 41.2% 47.2% 10.4% 1.2% 87,050
1998 45.0% 44.6% 8.7% 1.7% 87,670
P. Jawa 1980 56.8% 38.8% 4.1% 0.3% 34,330
1990 48.3% 40.5% 9.6% 1.6% 45,750
1997 33.2% 53.3% 11.2% 2.3% 51,140
Wilayah studi 55.1% 36.7% 6.0% 2.2% 6,730
1990
CDMP 1997 50.4% 40.8% 7.9% 0.9% 7,210
1998 53.7% 38.1% 6.6% 1.6% 7,620
DPS Brantas 44.9% 44.6% 7.9% 2.6% 4,860
1990
1997 36.5% 52.8% 9.8% 0.9% 5,420
1998 38.0% 49.9% 10.2% 1.9% 5,430
Sumber data: Statistik Indonesia. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Jawa Tengah dan
Jawa Timur (1998). Sensus Nasional (SENSNAS), Java Tengah (1977). Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS), Java Timur (1995). Sensus Penduduk, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1990).
Catatan : yang dimaksud sektor lain, meliputi pertambangan dan galian listrik, dan sebagainya.

2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan

2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air


Total lahan kritis di WS Bengawan Solo mulai kategori potensial kritis sampai sangat
kritis pada saat ini mencapai luas kurang lebih 11.398 km2, akibat proses erosi yang
berlanjut dan kerusakan vegetasi.
Di WS Bengawan Solo, erosi dan sedimentasi merupakan salah satu permasalahan
yang mengancam kelestarian fungsi SDA serta keberlangsungan manfaat yang
diperoleh dari upaya pengembangan dan pengelolaan SDA yang telah dilaksanakan.
Beberapa isu terkait dengan erosi dan sedimentasi yang terjadi di WS Bengawan Solo
antara lain:
− Kegiatan pertanian di daerah hulu yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan secara ilegal untuk lahan
pertanian, telah memicu terjadinya proses erosi dan sedimentasi.
− Letusan Gunung Merapi sangat mempengaruhi keseimbangan sedimen di WS
Bengawan Solo. Material hasil letusan Gunung Merapi menyebabkan agradasi
dasar sungai sehingga dapat menimbulkan bencana banjir.
− Di banyak lokasi pada ruas hulu sungai Bengawan Solo dan Kali Madiun telah
terjadi degradasi dasar sungai, karena ketidakseimbangan angkutan sedimen,
yang disebabkan oleh aktifitas penambangan pasir. Kondisi ini telah
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada bangunan perkuatan tebing dan
tanggul, pilar jembatan dan lain-lain.

31
Permasalahan konservasi di WS Bengawan Solo adalah:
1. Terus menurunnya kondisi hutan yang merupakan salah satu sumber daya yang
penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian, tetapi juga dalam
menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem.
2. Tingkat kerusakan hutan makin meningkat akibat penebangan liar, kebakaran,
perambah hutan, kurang tenaga pengawas hutan sehingga mengakibakan
kerusakan DAS.
3. Lemahnya penegakan hukum terhadap praktik penebangan liar.
4. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa
lingkungan.
5. Kurangnya koordinasi.
6. Sedimentasi waduk karena kerusakan DAS akibat penebangan secara liar .
7. Erosi dan degradasi dasar sungai akibat penambangan material galian C secara
liar.
8. Intrusi air laut.
9. Air yang tersedia semakin menipis.
10. Upaya perlindungan sumber air tidak berjalan optimal karena sebagian lahan
dimanfaatkan oleh petani.
11. Pemanfaatan ladang tidak sesuai dengan konservasi tanah, erosi tinggi di
wilayah pegunungan.
12. Banyaknya pelanggaran di sempadan sungai.
13. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.

2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air


Permasalahan pada pendayagunaan sumber daya air adalah
1. Tidak tersedia air, baik secara kualitas maupun kuantitas terutama pada musim
kemarau.
2. Debit yang tersedia belum mencukupi.
3. Dana terbatas, saluran yang ada kurang terpelihara.
4. Distribusi kurang teratur.

2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air


Di beberapa lokasi pada ruas sungai yang mengalami degradasi dasar sungai telah
terjadi longsoran tebing, destabilitasi dan kerusakan bangunan-bangunan seperti pilar
jembatan, intake pengambilan dan lain-lain dimana rehabilitasi kerusakan-kerusakan
tersebut akan memerlukan biaya yang sangat besar.
Permasalahan pada aspek pengendalian daya rusak air adalah
1. Terjadi banjir pada musim hujan di Bengawan Solo Hilir
2. Tingkat erosi dan sedimentasi dan degradasi sungai yang sangat tinggi akibat
hutan gundul, hilangnya lapisan tanah subur.

32
3. Pencemaran sungai akibat limbah domestik dan limbah industri.
4. Abrasi pantai di Gresik Lamongan dan Tuban.
5. Masyarakat bermukim dan beraktivitas di bantaran sungai.
6. Belum seluruhnya bangunan pengendali banjir yang direncanakan dapat
terealisasi.
7. Sistem peringatan dini banjir belum ada di seluruh wilayah sungai.

2.4.4 Aspek Sistem informasi Sumber Daya Air


Saat ini di WS Bengawan Solo terdapat beberapa instansi pengelola SDA. Masing-
masing instansi memiliki dan mengelola informasi terkait dengan aktivitasnya dalam
pengelolaan SDA.
Permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan penggunaan informasi SDA
antara lain:
− Data/Informasi sulit untuk didapatkan/tidak mudah diakses
− Data/informasi belum lengkap/belum tersedia
− Kurangnya sumber daya manusia

2.4.5 Aspek Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi


Permasalahan utama pengelolaan SDA dalam aspek peran serta masyarakat adalah
sebagai berikut:
− Dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan SDA, peran
masyarakat masih kurang dilibatkan
− Masyarakat kurang dilibatkan pada tahap pelaksanaan konstruksi dalam
pengelolaan SDA
− Wadah untuk mengkoordinasi masyarakat dalam upaya pengelolaan SDA sudah
terbentuk, namun masih diperlukan konsolidasi

2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan

2.5.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air


Potensi konservasi yang dapat dikembangkan adalah:
1. Pengembangan agro forestry
2. Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Bengawan Solo

33
2.5.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Potensi pendayagunaan sumber daya air yang dapat dikembangkan adalah sebagai
berikut:
1. Pengusahaan sumber daya alam ketahanan pangan
2. Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Bengawan Solo

2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air


Potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka pengendalian daya rusak air adalah:
1. Penambangan sedimen yang bisa dimanfaatkan
2. Pembangunan waduk pengendali banjir

2.5.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air


1. Pengembangan sistem informasi
2. Pengembangan sumber daya manusia

2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi


1. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pelibatan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air
2. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan (masyarakat) dalam
pengelolaan sumber daya air

34
BAB III
ANALISA DATA WILAYAH SUNGAI
BENGAWAN SOLO

3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar


Dasar yang digunakan dalam melakukan pengelolaan sumber daya air, antara lain
mencakup analisis kondisi yang ada, asumsi, standar, dan kriteria. Asumsi, standar dan
kriteria tersebut perlu ditetapkan secara jelas, sehingga analisis dan perhitungan yang
dilakukan mempunyai dasar yang jelas. Kejelasan tersebut diperlukan dalam penyusunan
skenario, strategi dan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air.
Asumsi, kriteria dan standar pengelolaan sumber daya air dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar dalam Penyusunan Pola Pengelolaan SDA WS
Bengawan Solo

No KRITERIA STANDAR
1 Kebutuhan
Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
air irigasi
2 Proyeksi Kriteria Kebutuhan air (l/org/hr)
Jumlah penduduk
Pemakaian
(jiwa) 2007 2012 2017 2027
Air Domestik
dan > 1.000.000 120 135 150 180
Perkotaan 500.000 - 1.000.000 100 117 135 165
100.000 - 500.000 90 104 120 140
3 Standar Kategori Tekstil (378 lt/org/hr), Gula (4.163 lt/org/hr), Semen (233 lt/org/hr)
Pemakai Air Petro kimia (15.922 lt/org/hr), Industri rumah tangga/kecil (< 20 org) 23 lt/org/hr
Industri
Industri menengah (20-100 org) 161 lt/org/hr, industri besar > 100 org (161
Berdasarkan
lt/org/hr)
jenis Industri
sosial/bisnis (sektor pelayanan) adalah (22lt/org/hr)

Perhitungan Menggunakan Model USLE (Universal Soil Loss Equation)


4
Erosi A=R.K.Ls.C.P
Dimana :
R = 1,119.Rm1,211.D-0.474.M0.526
K = (2,713X1,14.10-4(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-2))100
Ls = (1/73)0.45.(0.43+0.3s+0.043s2)
A = Jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = Faktor hujan dan aliran permukaan
K = Faktor eridibilitas tanah
Ls= Faktor panjang dan kemiringan lereng
C = Faktor vegetasi penuutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = Faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah
35
No KRITERIA STANDAR
5 Areal lahan Kriteria BRLKT dan DPKT
dalam
kondisi kritis 1). Peta Inventarisasi Lahan Kritis DAS Solo berdasarkan Unit Lahan
dan sangat 2). Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Solo, 1998
kritis 3). Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Jratun Seluna, 1997

6 Analisis Menggunakan rumus Frijlink


−0 , 27×D 50
Transportasi
µR Se
Sedimen di Tv = D 50 × g × µ × R × S e × 5 × e
sungai

Tv = Kapasitas transportasi sedimen per meter lebar dasar (m2/det)


μ = Faktor kekasaran dasar saluran (rippel factor)
D50 = Diameter butiran dengan 50% butiran lebih kecil dari (μ)
D90 = Diameter butiran dengan 50% butiran lebih kecil dari (μ)
R = Radius hidrolis (m)
Se = Gradien energi (-)
C = Koefisien Chézy (m½/det)
n = Kinematic viscosity (m2/det), biasanya 1,002 x 10-6
h = Permukaan air (m)
u = Kecepatan (m2/det)
g = Percepatan gravitasi (m/det2) (= 9,81)
x = Length of reach segment (m)

7 Analisis Debit Metode HSS Gamma I

QP = 0,1836 . A 0,5886 . TR -0,4008 . JN 0,2381


QP = Debit Puncak (m3/det)
JN = Jumlah Pertemuan Sungai
TR = Waktu naik
8 Kewenangan
dalam
PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
pengelolaan
DI
1). Pemerintah Pusat untuk DI dengan luas > 3.000 Ha
2). Pemerintah Propinsi untuk DI dengan luas antara 1.000 – 3.000 Ha
3). Pemerintah K
abupaten/Kota untuk DI dengan luas < 1.000 Ha

9 Pemodelan Menggunakan Model konseptual Sacramento yang terpadu dengan paket


Hujan Aliran program dan database hidrologi HYMOS (Hydrological Modeling System,
Delft Hydraulics, The Netherlands).

36
No KRITERIA STANDAR
10 Kriteria Kelas Kelas
No. Parameter Satuan
Mutu Air I II III IV
Sesuai PP. 82
Tahun 2001 I FISIKA
o
1 Temperatur C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
2 Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

3 Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

II KIMIA ANORGANIK
1 pH mg/L 9-Jun 9-Jun 9-Jun 9-May
2 BOD mg/L 2 3 6 12
3 COD mg/L 10 25 50 100
4 DO mg/L 6 4 3 0

5 Total Phospat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

6 NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
7 NH 3 -N mg/L 0,5 - - -
8 Arsen mg/L 0,05 1 1 1
9 Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Barium mg/L 1 - - -
11 Boron mg/L 1 1 1 1
12 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
14 Khrom(VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
15 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
16 Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
17 Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
18 Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
19 Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
20 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
21 Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
22 Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
23 Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
24 Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
25 Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
26 Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)
Belerang sebagai
27 mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
H2S

37
No KRITERIA STANDAR
III MIKROBIOLOGI
Jml/100
1 Fecal coliform 100 1000 2000 2000
ml
Jml/100
2 Total coliform 1000 5000 10000 10000
ml
IV RADIOAKTIVITAS
1 Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
2 Gross B Bg/L 1 1 1 1
V KIMIA ORGANIK

1 Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sebagai
2 ug/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa Fenol
3 ug/L 1 1 1 (-)
sbg. fenol
4 BHC ug/L 210 210 210 (-)
5 Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
6 Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
7 DDT ug/L 2 2 2 2

Heptachlor dan
8 ug/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxida

9 Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)


10 Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)
11 Endrin ug/L 1 4 (-) (-)
12 Toxapon ug/L 5 (-) (-) (-)

3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik, Perubahan iklim pada


Wilayah Sungai Bengawan Solo
Skenario kondisi wilayah sungai merupakan asumsi tentang kondisi pada masa yang akan
dating yang mungkin terjadi, misalnya kondisi perekonomian, perubahan iklim, atau
perubahan politik.

Sebelum krisis moneter pada tahun 1997/1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar di
angka 7% dan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan finansial yang melanda Asia membuat
pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat hingga -13% pada tahun 1998. (lihat grafik pada
Gambar 3.1). Pertumbuhan ekonomi secara lambat pulih kembali pada kurun waktu 2004-
2007 tetapi dampak dari krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2007-2008 ditengarai akan
berimbas ke negara lain termasuk Indonesia sehingga target pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2009 direvisi dari 6,3% menjadi 6,2%.

38
Prospek perekonomian Indonesia tahun 2009 dan seterusnya dalam mengahadapi krisis
finansial di Amerika Serikat tahun 2007-2008 menurut analisis dari ahli ekonomi 1 dapat
ditarik kesimpulan fenomena sebagai berikut:

1. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia (dan negara Asia lainnya) pada tahun 1997/1998
adalah akibat dari lemahnya struktur finansial ekonomi mikro (perusahaan, perbankan
dan neraca pemerintah).
2. Indonesia yang lemah dalam mikro ekonomi tidak akan terlepas dari guncangan
finansial yang diakibatkan oleh peningkatan suku bunga, memburuknya kondisi neraca
perusahaan, keruntuhan pasar saham, meningkatnya ketidakpastian dan masalah
kelembagaan yang ada di pasar finansial.
3. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya diyakini
akan mengalami pertumbuhan yang terbatas (sedang) tetapi masih mempunyai harapan
karena adanya faktor-faktor yang nampaknya tidak terpengaruh oleh krisis finansial
global, antara lain:
a. Pertumbuhan sektor non riil (misalnya property) tetap tinggi, sehinga mendorong
investasi di industri semen
b. Meningkatnya permintaan otomotif terutama di luar Jawa
c. Menurunnya harga BBM (akibat menurunnya permintaan pasar dunia akan minyak
mentah akibat dari penurunan pertumbuhan ekonomi global) sehingga laju inflasi
dapat dikurangi.
d. Mulai ada perbaikan dalam sektor institusi (infrastruktur) (misal membaiknya niat
Pemerintah memberantas korupsi, peningkatan efisiensi pengurusan dokumen dll)
yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (dalam %) Nilai Tukar Rp thd $ AS


10 18000
7 7 7 6.7 7 6.2 20000
6 18000
5 4.9 4.8 4.85 4.9 5 15000
16000 14000 14000 12000
5 12500
14000 12000 12000 12000
11000
0 12000 10000
9000
Rupiah

0 10000
Persen (%)

8000
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

-5 2600 2700
6000
-5 2500 2650
4000
2000
0
-10
-13
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

-15
Tahun Tahun

Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 – Gambar 3.2. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS, 1994-2009
2009 (sumber: Bank Indonesia monthly (sumber: IMF, dalam A. Prasetyantoko, 2008)
report, dalam A. Prasetyantoko, 2008)

Dalam analisis pertumbuhan ekonomi dikategorikan kedalam pertumbuhan ekonomi


rendah, sedang dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut:

− Pertumbuhan ekonomi rendah apabila pertumbuhan ekonomi < 4,5%


− Pertumbuhan ekonomi sedang apabila pertumbuhan ekonomi 4,5% - 6,5%
1 Lihat A. Prasetyantoko, 2008. Bencana Finansial. Stabilitas sebagai barang Publik.
39
− Pertumbuhan ekonomi tinggi apabila pertumbuhan ekonomi > 6,5%
Selain kondisi pertumbuhan ekonomi, kondisi lain yang sangat berpengaruh dalam
pengelolaan sumber daya air di masa yang akan datang adalah kondisi perubahan politik.
Untuk menentukan kondisi wilayah sungai di masa yang akan datang, yang mungkin terjadi,
pada analisis Pola Pengelolaan SDA WS Bengawan Solo digunakan superposisi dua kondisi
yang mungkin terjadi, yaitu:
a. Kondisi pertumbuhan ekonomi
b. Kondisi perubahan politik
Dalam menentukan skenario dilakukan skenario planning dengan kemungkinan kedua
kondisi tersebut.
Skenario planning pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo mengutamakan pada
pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo 2030 secara holistik, terpadu, adil dan
berkelanjutan. Daya penggerak kritis pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo
adalah kondisi politik yang unpredictable dan pertumbuhan ekonomi. Analisa scenario
planning ditampilkan pada Gambar 3.3 berikut.

POLITIK
KUADRAN IV : (+)
KUADRAN I :
• Political will kuat (Pemerintah+DPR) • Political will kuat (Pemerintah+DPR)
• Koordinatif (Pusat-Provinsi-Kabupaten) • Koordinatif (Pusat-Provinsi-Kabupaten)
• Kebijakan publik (pro-SDA) • Kebijakan publik (pro-SDA)
• Konsistensi Kebijakan • Konsistensi kebijakan
• Pertumbuhan ekonomi rendah • Kegiatan ekonomi tinggi
• Urgensi pegelolaan SDA rendah • Urgensi pengelolaan SDA tinggi
• Anggaran tidak memadahi • Anggaran infrastruktur memadahi
EKONOMI EKONOMI
(-) (+)
KUADRAN III : KUADRAN II :
• Political will lemah • Political will lemah
• Kurang koordinasi • Kurang koordinasi
• Kebijakan publik (tidak pro-SDA) • Kebijakan publik (tidak pro-SDA)
• Kebijakan tidak Konsisten • Kebijakan tidak konsisten
• Pertumbuhan ekonomi rendah • Pertumbuhan ekonomi tinggi
• Urgensi pengelolaan SDA rendah • Urgensi pengelolaan SDA tinggi
• Anggaran tidak memadahi • Anggaran infrastruktur memadahi
POLITIK
(-)
ANALISA SCENARIO PLANNING
50

Gambar 3.3 Analisa Skenario Planning

Skenario planning pengelolaan sumber daya air WS Bengawan Solo dibagi menjadi 4
skenario diantaranya:
1. Skenario 1 “BURUNG GARUDA”

− Pada Tahun 2030, Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera, dengan
pemerintahan yang kuat dan stabil dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
40
− Kebijakan publik Pemerintah yang didukung oleh DPR berorientasi pada
kesejahteraan rakyat, antara lain dengan upaya memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai keperluan melalui pengelolaan SDA berbagai wilayah sungai secara
holistik, terpadu, adil dan berkelanjutan.

− Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo mendapat perhatian


Pemerintah dengan dukungan DPR, sehingga tersedia alokasi dana yang
memadahi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong terjadinya kegiatan
ekonomi tinggi di WS Bengawan Solo, mengakibatkan kebutuhan air untuk berbagai
sektor juga meningkat.

− Dengan koordinasi yang baik, antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten,
serta konsistensi kebijakan publik dalam pengelolaan SDA, pada tahun 2030 semua
infrastruktur SDA yang telah ditetapkan dalam Pola Pengelolaan SDA WS
Bengawan Solo telah dibangun, termasuk Waduk Serbaguna Jipang, sehingga
permasalahan banjir, kekeringan, erosi/ sedimentasi dan masalah-masalah lainnya
dapat dikendalikan.

2. Skenario 2 “BURUNG HANTU”

− Pada Tahun 2030, Indonesia menjadi negara yang jalan di tempat, tertinggal dari
negara-negara di kawasan ASEAN, karena ketidakstabilan pemerintahan akibat
pertarungan politik antara Pemerintah dan DPR, serta kurangnya koor-dinasi antara
Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten, meskipun pertumbuhan ekonominya
relatif tinggi.

− Karena pertarungan politik tersebut, kebijakan publik dalam pengelolaan SDA


menjadi tidak berkualitas dan tidak konsisten.

− Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo kurang mendapat perhatian


dari Pemerintah dan kurang mendapat dukungan dari DPR, meskipun alokasi dana
masih relatif memadahi.

− Karena kurangnya koordinasi antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten,


pembangunan infrastruktur SDA tidak berjalan dengan baik, antara lain
pembangunan Waduk Serbaguna Jipang tidak dapat dilaksanakan karena ketidak-
sepakatan antara Pemerintah dan DPR dan terkendala pembebasan lahan.
Akibatnya, pada tahun 2030, masalah banjir, kekeringan dan masalah-masalah lain
di WS Bengawan Solo masih tetap terjadi.

3. Skenario 3 “BURUNG GAGAK”

− Pada Tahun 2030, Indonesia menjadi negara yang gagal karena ketidakstabilan
pemerintah akibat pertarungan politik terus-menerus antara Pemerintah dengan
DPR, serta kurangnya koordinasi antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten, dibarengi oleh kondisi pertumbuhan ekonomi yang rendah.

41
− Karena ketidakstabilan pemerintahan dan kondisi pere-konomian yang buruk,
kebijakan publik dalam pengelolaan SDA menjadi tidak berkualitas dan tidak
konsisten, serta terbatasnya kegiatan yang dapat dilaksanakan.

− Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo tidak mendapat perhatian


dan tidak mendapat dukungan dari DPR, sehingga alokasi dana sangat minimal.

− Pada Tahun 2030, banjir dan kekeringan masih melanda setiap tahun di WS
Bengawan Solo, serta masalah-masalah lain dalam pengelolaan SDA masih tertap
terjadi, diperparah oleh dampak Global Climate Change.

4. Skenario 4 “BURUNG MERAK”


− Pada Tahun 2030, Indonesia menjadi negara simbolik, yakni negara dengan
pemerintahan yang stabil, tapi rakyat kurang sejahtera, karena pertumbuhan
ekonomi rendah.
− Kebijakan publik dalam pengelolaan SDA relatif baik, namun pelaksanaannya
terkendala oleh alokasi dana yang tidak memadahi.
− Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo dilaksanakan dengan
alokasi dana yang sangat terbatas, sehingga banjir, kekeringan dan masalah-
masalah lain dalam pengelolaan SDA belum dapat diatasi, meskipun Pemerintah
telah berupaya maksimal.

Untuk selanjutnya terdapat 3 skenario yang ditentukan, yaitu :


a. Skenario rendah, pada scenario planning disebut scenario Burung Gagak, yaitu
scenario yang dihasilkan dari superposisi pertumbuhan ekonomi rendah dan politik
dukungan rendah.
b. Skenario sedang, pada scenario planning disebut scenario Burung Hantu yaitu
scenario yang dihasilkan dari superposisi pertumbuhan ekonomi Tinggi dan politik
dukungan rendah dan Burung Merak, yaitu scenario yang dihasilkan dari superposisi
pertumbuhan ekonomi rendah dan politik dukungan tinggi.
c. Skenario tinggi, pada scenario planning disebut scenario Burung Garuda, yaitu
scenario yang dihasilkan dari superposisi pertumbuhan ekonomi tinggi dan politik
dukungan tinggi.

Potensi air yang ada di WS Bengawan Solo dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
diantaranya untuk pemenuhan suplai air domestik, industri maupun irigasi. Dalam CDMP
Study diproyeksikan besarnya kebutuhan air pada masing-masing sektor hingga tahun 2025
dan ketersediaan air apabila dibangun waduk-waduk yang direncanakan. Tabel dan grafik
neraca air setiap skenario dapat dilihat pada halaman berikut.

42
Gambar 3.4. Grafik Neraca Air Skenario 1

43
Gambar 3.5. Grafik Neraca Air Skenario 2

44
Gambar 3.6 Grafik Neraca Air Skenario 3

45
Tabel 3.2 Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 1

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk-
Pro-yeksi sediaan buang faatkan Defisit
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
Bengawan 2007 Kab. 1.827,78 1.052,88 774,89 53,84 -12,49 76,81 1.123,94 -390,62 65,25 0,23 0,00 100,00 -403,11
Solo Hulu 2012 Wonogiri 1.827,78 902,39 925,38 62,56 -6,19 90,10 1.153,88 -285,09 75,29 0,24 0,00 100,00 -291,28
2017 1.827,78 777,84 1.049,94 71,72 -4,77 93,35 1.220,31 -237,58 80,53 0,26 0,00 100,00 -242,35
2027 1.827,78 533,29 1.294,49 91,38 -0,01 99,99 1.355,63 -152,79 88,73 0,28 0,00 100,00 -152,80
2007 Kab. 529,20 304,84 224,35 38,05 -3,62 90,50 302,96 -113,10 62,67 0,07 0,00 100,00 -116,71
2012 Sukoharjo 529,20 261,27 267,93 48,41 -1,79 96,30 303,79 -82,54 72,83 0,07 0,00 100,00 -84,34
2017 529,20 225,21 303,99 67,05 -1,38 97,94 307,03 -68,79 77,60 0,07 0,00 100,00 -70,17

2027 529,20 154,40 374,79 92,44 0,00 100,00 326,51 -44,24 86,45 0,08 0,00 100,00 -44,24

2007 Kab. 937,60 540,10 397,50 37,76 -6,41 83,04 566,41 -200,38 64,62 0,12 0,00 100,00 -206,78
2012 Karanganyar 937,60 462,91 474,70 47,82 -3,18 93,36 576,18 -146,24 74,62 0,12 0,00 100,00 -149,42
2017 937,60 399,01 538,59 65,99 -2,45 96,29 596,79 -121,87 79,58 0,13 0,00 100,00 -124,32
2027 937,60 273,56 664,04 90,41 -0,01 99,99 651,86 -78,38 87,98 0,15 0,00 100,00 -78,38
2007 Kab. Klaten 628,28 361,92 266,36 60,01 -4,29 92,85 344,84 -134,27 61,06 0,08 0,00 100,00 -138,56
2012 628,28 310,19 318,09 68,80 -2,13 96,91 349,34 -98,00 71,95 0,08 0,00 100,00 -100,13
2017 628,28 267,38 360,91 77,87 -1,64 97,90 366,25 -81,67 77,70 0,09 0,00 100,00 -83,31
2027 628,28 183,31 444,97 96,87 0,00 100,00 400,52 -52,52 86,89 0,10 0,00 100,00 -52,52
2007 Kab. Sragen 1.084,45 624,69 459,76 34,37 -7,41 78,45 630,90 -231,76 63,27 0,14 0,00 100,00 -239,17
2012 1.084,45 535,40 549,04 35,00 -3,68 89,50 650,92 -169,15 74,01 0,14 0,00 100,00 -172,82
2017 1.084,45 461,51 622,94 35,63 -2,83 92,06 692,85 -140,96 79,65 0,15 0,00 100,00 -143,79
2027 1.084,45 316,41 768,04 36,89 -0,01 99,98 781,07 -90,65 88,39 0,17 0,00 100,00 -90,66

46
lanjutan
DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk-
Pro-yeksi sediaan buang faatkan Defisit
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kota 50,99 29,37 21,62 35,52 -0,35 99,02 30,85 -10,90 64,68 0,01 0,00 100,00 -11,25
2012 Surakarta 50,99 25,18 25,82 38,28 -0,17 99,55 31,47 -7,95 74,73 0,01 0,00 100,00 -8,13
2017 50,99 21,70 29,29 41,10 -0,13 99,68 33,04 -6,63 79,94 0,01 0,00 100,00 -6,76
2027 50,99 14,88 36,12 44,59 0,00 100,00 36,35 -4,26 88,27 0,01 0,00 100,00 -4,26
2007 731,32 421,28 310,05 28,36 -5,00 82,39 442,88 -156,29 64,71 0,09 0,00 100,00 -161,29
Kab. Boyolali
2012 731,32 361,06 370,26 40,52 -2,48 93,88 446,19 -114,07 74,44 0,10 0,00 100,00 -116,55
2017 731,32 311,23 420,10 47,51 -1,91 95,98 469,45 -95,06 79,75 0,10 0,00 100,00 -96,97
2027 731,32 213,38 517,94 62,96 0,00 99,99 516,01 -61,13 88,15 0,11 0,00 100,00 -61,14
2007 Kab. Ngawi 807,19 464,98 342,21 20,69 -5,51 73,35 499,44 -172,51 65,46 0,10 0,00 100,00 -178,02
2012 807,19 398,52 408,67 24,82 -2,74 88,98 512,39 -125,90 75,43 0,11 0,00 100,00 -128,64
2017 807,19 343,51 463,67 29,34 -2,11 92,82 541,25 -104,92 80,61 0,11 0,00 100,00 -107,03
2027 807,19 235,51 571,67 37,58 -0,01 99,99 601,45 -67,47 88,78 0,13 0,00 100,00 -67,48
Kali 2007 Kab. Ngawi 782,50 564,59 217,91 16,93 -4,90 71,04 365,29 -160,05 56,19 0,65 0,00 100,00 -164,95
Madiun 2012 782,50 534,85 247,65 20,30 -0,96 95,26 383,99 -156,32 59,29 0,68 0,00 100,00 -157,29
2017 782,50 461,73 320,77 24,00 -0,76 96,82 414,84 -117,99 71,56 0,73 0,00 99,98 -118,75
2027 782,50 398,63 383,87 30,75 0,00 99,98 447,55 -95,16 78,74 0,81 0,00 99,98 -95,17
2007 Kab. 864,09 623,46 240,63 29,25 -5,41 81,49 392,82 -176,74 55,01 0,71 0,00 100,00 -182,15
2012 Magetan 864,09 590,61 273,48 34,82 -1,06 96,95 411,63 -172,62 58,06 0,75 0,00 100,00 -173,69
2017 864,09 509,87 354,22 40,88 -0,84 97,94 443,72 -130,29 70,64 0,81 0,00 99,98 -131,13
2027 864,09 440,20 423,89 51,67 -0,01 99,99 476,50 -105,09 77,95 0,89 0,00 99,98 -105,09
2007 Kab. Madiun 1.101,09 794,46 306,63 26,20 -6,90 73,67 499,14 -225,21 54,88 0,91 0,00 100,00 -232,11
2012 1.101,09 752,61 348,49 27,97 -1,36 95,15 527,74 -219,97 58,32 0,95 0,00 100,00 -221,32

47
lanjutan
DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk-
Pro-yeksi sediaan buang faatkan Defisit
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 1.101,09 649,71 451,38 29,77 -1,07 96,40 573,87 -166,02 71,07 1,03 0,00 99,98 -167,10
2027 1.101,09 560,94 540,15 30,44 -0,01 99,98 627,99 -133,91 78,68 1,13 0,00 99,98 -133,92
2007 36,76 26,52 10,24 13,50 -0,23 98,29 16,96 -7,52 55,66 0,03 0,00 100,00 -7,75
Kota Madiun
2012 36,76 25,13 11,63 14,38 -0,05 99,69 17,80 -7,34 58,75 0,03 0,00 100,00 -7,39
2017 36,76 21,69 15,07 15,27 -0,04 99,77 19,22 -5,54 71,16 0,03 0,00 99,98 -5,58
2027 36,76 18,73 18,03 16,33 0,00 100,00 20,76 -4,47 78,46 0,04 0,00 99,98 -4,47
2007 Kab. 1.530,18 1.104,05 426,13 38,84 -9,58 75,32 708,59 -312,98 55,83 1,26 0,00 100,00 -322,56
2012 Ponorogo 1.530,18 1.045,89 484,29 46,45 -1,88 95,95 744,15 -305,69 58,92 1,33 0,00 100,00 -307,57
2017 1.530,18 902,90 627,28 54,76 -1,49 97,28 803,40 -230,72 71,28 1,43 0,00 99,98 -232,21
2027 1.530,18 779,53 750,65 69,77 -0,01 99,99 865,55 -186,09 78,50 1,58 0,00 99,98 -186,10
Bengawan 2007 Kab. Blora 728,27 184,40 543,87 18,65 -10,06 46,04 415,82 -89,18 78,55 243,47 -34,83 85,69 -134,07
Solo Hilir 2012 728,27 120,26 608,01 22,59 -6,82 69,80 450,36 -78,94 82,47 255,64 -27,92 89,08 -113,68
2017 728,27 49,71 678,56 26,96 -4,92 81,75 476,99 -68,65 85,61 276,10 -19,24 93,03 -92,81
2027 728,27 37,51 690,76 35,14 -2,46 92,99 451,77 -50,55 88,81 303,71 -14,51 95,22 -67,52
2007 Kab. 2.065,46 522,99 1.542,48 65,99 -28,54 56,75 1.166,22 -252,92 78,31 690,52 -98,79 85,69 -380,25
2012 Bojonegoro 2.065,46 341,08 1.724,39 77,23 -19,35 74,94 1.264,13 -223,87 82,29 725,04 -79,19 89,08 -322,42
2017 2.065,46 140,97 1.924,49 89,14 -13,96 84,34 1.340,15 -194,69 85,47 783,05 -54,58 93,03 -263,23
2027 2.065,46 106,39 1.959,07 114,94 -6,98 93,93 1.266,01 -143,36 88,68 861,35 -41,14 95,22 -191,49
2007 Kab. 1.030,51 260,93 769,58 54,59 -14,24 73,92 560,18 -126,19 77,47 344,52 -49,29 85,69 -189,72
2012 Lamongan 1.030,51 170,17 860,34 64,08 -9,66 84,93 605,16 -111,70 81,54 361,74 -39,51 89,08 -160,86
2017 1.030,51 70,33 960,18 74,15 -6,96 90,61 638,96 -97,14 84,80 390,68 -27,23 93,03 -131,33
2027 1.030,51 53,08 977,43 96,07 -3,48 96,37 592,92 -71,52 87,94 429,75 -20,53 95,22 -95,54

48
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk-
Pro-yeksi sediaan buang faatkan Defisit
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kab. Tuban 764,92 193,68 571,24 33,82 -10,57 68,75 422,52 -93,67 77,83 255,73 -36,59 85,69 -140,82
2012 764,92 126,31 638,61 40,33 -7,17 82,23 456,43 -82,91 81,84 268,51 -29,33 89,08 -119,40
2017 764,92 52,21 712,72 47,36 -5,17 89,09 481,96 -72,10 85,04 289,99 -20,21 93,03 -97,48
2027 764,92 39,40 725,52 62,94 -2,59 95,89 448,48 -53,09 88,16 318,99 -15,24 95,22 -70,91
2007 Kab. Gresik 825,46 209,01 616,45 42,77 -11,41 73,33 449,68 -101,08 77,52 275,96 -39,48 85,69 -151,97
2012 825,46 136,31 689,15 53,62 -7,73 85,58 482,46 -89,47 81,46 289,76 -31,65 89,08 -128,85
2017 825,46 56,34 769,12 65,69 -5,58 91,51 505,52 -77,81 84,61 312,94 -21,81 93,03 -105,20
2027 825,46 42,52 782,94 93,50 -2,79 97,02 458,39 -57,29 87,50 344,24 -16,44 95,22 -76,53
Kali 2007 Kab. 122,70 84,41 38,29 6,07 -0,44 92,83 67,69 -35,42 47,67 0,39 0,00 99,92 -35,85
Lamong 2012 Lamongan 122,70 75,48 47,22 7,12 -1,06 85,09 74,55 -33,77 54,69 0,41 0,00 99,85 -34,84
2017 122,70 65,08 57,62 8,24 -1,71 79,19 78,97 -28,28 64,19 0,44 0,00 99,51 -30,00
2027 122,70 43,39 79,31 10,67 -2,68 74,86 93,87 -22,99 75,51 0,49 0,00 99,55 -25,68
2007 Kab. Gresik 271,63 186,87 84,76 18,33 -0,96 94,75 144,94 -78,41 45,90 0,87 0,00 99,92 -79,37
2012 271,63 167,09 104,54 22,98 -2,35 89,77 157,81 -74,77 52,62 0,91 0,00 99,85 -77,12
2017 271,63 144,07 127,56 28,15 -3,79 86,52 164,90 -62,61 62,03 0,98 0,00 99,51 -66,41
2027 271,63 96,06 175,57 40,07 -5,94 85,17 191,37 -50,90 73,40 1,08 0,00 99,55 -56,85

Daerah 2007 Kab. Tuban 531,79 343,18 188,61 25,51 -0,07 99,71 177,27 -69,31 60,90 78,77 -23,56 70,09 -92,95
Pantai 2012 531,79 290,93 240,87 30,43 -0,21 99,32 222,23 -66,80 69,94 82,71 -24,28 70,64 -91,29
Utara 2017 531,79 213,04 318,75 35,73 -0,53 98,51 289,42 -64,29 77,79 89,33 -24,35 72,74 -89,17
2027 531,79 77,58 454,21 47,48 0,00 100,00 401,53 -59,77 85,11 98,26 -24,66 74,91 -84,43
2007 Kab. 273,70 176,63 97,07 11,78 -0,04 99,68 92,59 -35,67 61,47 40,54 -12,13 70,09 -47,84
2012 Rembang 273,70 149,73 123,97 14,41 -0,11 99,26 115,63 -34,38 70,27 42,57 -12,50 70,64 -46,98

49
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk-
Pro-yeksi sediaan buang faatkan Defisit
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 273,70 109,65 164,05 17,35 -0,27 98,42 149,99 -33,09 77,94 45,98 -12,53 72,74 -45,90
2027 273,70 39,93 233,77 22,97 0,00 100,00 208,12 -30,76 85,22 50,57 -12,69 74,91 -43,45
2007 Kab. 105,66 68,18 37,47 6,74 -0,01 99,78 33,55 -13,77 58,95 15,65 -4,68 70,09 -18,47
2012 Lamongan 105,66 57,80 47,86 7,91 -0,04 99,48 42,29 -13,27 68,61 16,43 -4,82 70,64 -18,14
2017 105,66 42,33 63,33 9,15 -0,11 98,84 55,45 -12,77 76,96 17,75 -4,84 72,74 -17,72
2027 105,66 15,41 90,24 11,86 0,00 100,00 77,35 -11,88 84,65 19,52 -4,90 74,91 -16,77
Kali 2007 Kab. Pacitan 686,34 361,69 324,65 23,98 -0,45 98,13 331,90 -32,35 90,25 1,57 0,00 99,94 -32,80
Grindulu 2012 686,34 315,68 370,66 28,54 -0,44 98,48 364,77 -23,87 93,46 1,65 0,00 99,88 -24,31
2017 686,34 255,46 430,88 33,50 -0,43 98,71 419,39 -23,36 94,43 1,78 0,00 99,89 -23,79
2027 686,34 162,76 523,58 42,31 -0,22 99,49 501,15 -21,45 95,72 1,96 0,00 99,85 -21,67
Sumber: Hasil analisis PT. INDRA KARYA, 2007

Tabel 3.3 Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 2


DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan 3
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m )
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
Bengawan 2007 Kab. 1.827,78 1.052,88 774,89 53,84 -12,49 76,81 1.123,94 -390,62 65,25 0,23 0,00 100,00 -403,11
Solo Hulu 2012 Wonogiri 1.827,78 1.052,88 774,89 62,56 -29,03 53,59 1.153,88 -412,74 64,23 0,24 -0,01 95,24 -441,78
2017 1.827,78 1.052,88 774,89 71,72 -48,22 32,76 1.220,31 -469,14 61,56 0,26 -0,03 88,18 -517,39
2027 1.827,78 1.052,88 774,89 91,38 -84,76 7,25 1.355,63 -587,58 56,66 0,28 -0,06 80,17 -672,39

50
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kab. 529,20 304,84 224,35 38,05 -3,62 90,50 302,96 -113,10 62,67 0,07 0,00 100,00 -116,71
2012 Sukoharjo 529,20 304,84 224,35 48,41 -8,41 82,63 303,79 -119,50 60,66 0,07 0,00 95,24 -127,91
2017 529,20 304,84 224,35 67,05 -13,96 79,18 307,03 -135,83 55,76 0,07 -0,01 88,18 -149,80
2027 529,20 304,84 224,35 92,44 -24,54 73,45 326,51 -170,12 47,90 0,08 -0,02 80,17 -194,68
2007 Kab. 937,60 540,10 397,50 37,76 -6,41 83,04 566,41 -200,38 64,62 0,12 0,00 100,00 -206,78
2012 Karanganyar 937,60 540,10 397,50 47,82 -14,89 68,86 576,18 -211,73 63,25 0,12 -0,01 95,24 -226,62
2017 937,60 540,10 397,50 65,99 -24,74 62,51 596,79 -240,66 59,67 0,13 -0,02 88,18 -265,41
2027 937,60 540,10 397,50 90,41 -43,48 51,91 651,86 -301,41 53,76 0,15 -0,03 80,17 -344,92
2007 Kab. Klaten 628,28 361,92 266,36 60,01 -4,29 92,85 344,84 -134,27 61,06 0,08 0,00 100,00 -138,56
2012 628,28 361,92 266,36 68,80 -9,98 85,49 349,34 -141,88 59,39 0,08 0,00 95,24 -151,86
2017 628,28 361,92 266,36 77,87 -16,58 78,71 366,25 -161,26 55,97 0,09 -0,01 88,18 -177,85
2027 628,28 361,92 266,36 96,87 -29,13 69,93 400,52 -201,97 49,57 0,10 -0,02 80,17 -231,13
2007 Kab. Sragen 1.084,45 624,69 459,76 34,37 -7,41 78,45 630,90 -231,76 63,27 0,14 0,00 100,00 -239,17
2012 1.084,45 624,69 459,76 35,00 -17,23 50,79 650,92 -244,89 62,38 0,14 -0,01 95,24 -262,12
2017 1.084,45 624,69 459,76 35,63 -28,61 19,70 692,85 -278,35 59,83 0,15 -0,02 88,18 -306,98
2027 1.084,45 624,69 459,76 36,89 -50,29 -36,31 781,07 -348,62 55,37 0,17 -0,03 80,17 -398,94
2007 Kota 50,99 29,37 21,62 35,52 -0,35 99,02 30,85 -10,90 64,68 0,01 0,00 100,00 -11,25
2012 Surakarta 50,99 29,37 21,62 38,28 -0,81 97,88 31,47 -11,52 63,41 0,01 0,00 95,24 -12,33
2017 50,99 29,37 21,62 41,10 -1,35 96,73 33,04 -13,09 60,39 0,01 0,00 88,18 -14,43
2027 50,99 29,37 21,62 44,59 -2,36 94,70 36,35 -16,39 54,90 0,01 0,00 80,17 -18,76

51
lanjutan
DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 731,32 421,28 310,05 28,36 -5,00 82,39 442,88 -156,29 64,71 0,09 0,00 100,00 -161,29
Kab. Boyolali
2012 731,32 421,28 310,05 40,52 -11,62 71,33 446,19 -165,14 62,99 0,10 0,00 95,24 -176,76
2017 731,32 421,28 310,05 47,51 -19,29 59,39 469,45 -187,71 60,02 0,10 -0,01 88,18 -207,02
2027 731,32 421,28 310,05 62,96 -33,91 46,14 516,01 -235,10 54,44 0,11 -0,02 80,17 -269,03
2007 Kab. Ngawi 807,19 464,98 342,21 20,69 -5,51 73,35 499,44 -172,51 65,46 0,10 0,00 100,00 -178,02
2012 807,19 464,98 342,21 24,82 -12,82 48,33 512,39 -182,27 64,43 0,11 -0,01 95,24 -195,10
2017 807,19 464,98 342,21 29,34 -21,30 27,41 541,25 -207,18 61,72 0,11 -0,01 88,18 -228,49
2027 807,19 464,98 342,21 37,58 -37,43 0,40 601,45 -259,49 56,86 0,13 -0,02 80,17 -296,94
Kali 2007 Kab. Ngawi 782,50 564,59 217,91 16,93 -4,90 71,04 365,29 -160,05 56,19 0,65 0,00 100,00 -164,95
Madiun 2012 782,50 564,59 217,91 20,30 -8,93 56,01 383,99 -178,10 53,62 0,68 -0,03 95,24 -187,06
2017 782,50 564,59 217,91 24,00 -13,37 44,30 414,84 -208,21 49,81 0,73 -0,09 88,18 -221,67
2027 782,50 564,59 217,91 30,75 -20,10 34,63 447,55 -240,94 46,17 0,81 -0,16 80,17 -261,20
2007 Kab. 864,09 623,46 240,63 29,25 -5,41 81,49 392,82 -176,74 55,01 0,71 0,00 100,00 -182,15
2012 Magetan 864,09 623,46 240,63 34,82 -9,86 71,68 411,63 -196,67 52,22 0,75 -0,04 95,24 -206,57
2017 864,09 623,46 240,63 40,88 -14,76 63,89 443,72 -229,92 48,18 0,81 -0,10 88,18 -244,78
2027 864,09 623,46 240,63 51,67 -22,20 57,05 476,50 -266,06 44,16 0,89 -0,18 80,17 -288,43
2007 Kab. Madiun 1.101,09 794,46 306,63 26,20 -6,90 73,67 499,14 -225,21 54,88 0,91 0,00 100,00 -232,11
2012 1.101,09 794,46 306,63 27,97 -12,57 55,06 527,74 -250,61 52,51 0,95 -0,05 95,24 -263,22
2017 1.101,09 794,46 306,63 29,77 -18,81 36,81 573,87 -292,98 48,95 1,03 -0,12 88,18 -311,92
2027 1.101,09 794,46 306,63 30,44 -28,28 7,08 627,99 -339,03 46,01 1,13 -0,22 80,17 -367,54
2007 36,76 26,52 10,24 13,50 -0,23 98,29 16,96 -7,52 55,66 0,03 0,00 100,00 -7,75
Kota Madiun
2012 36,76 26,52 10,24 14,38 -0,42 97,08 17,80 -8,37 53,01 0,03 0,00 95,24 -8,79

52
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 36,76 26,52 10,24 15,27 -0,63 95,89 19,22 -9,78 49,10 0,03 0,00 88,18 -10,41
2027 36,76 26,52 10,24 16,33 -0,94 94,22 20,76 -11,32 45,47 0,04 -0,01 80,17 -12,27
2007 Kab. 1.530,18 1.104,05 426,13 38,84 -9,58 75,32 708,59 -312,98 55,83 1,26 0,00 100,00 -322,56
2012 Ponorogo 1.530,18 1.104,05 426,13 46,45 -17,47 62,40 744,15 -348,27 53,20 1,33 -0,06 95,24 -365,80
2017 1.530,18 1.104,05 426,13 54,76 -26,14 52,26 803,40 -407,16 49,32 1,43 -0,17 88,18 -433,47
2027 1.530,18 1.104,05 426,13 69,77 -39,31 43,66 865,55 -471,15 45,57 1,58 -0,31 80,17 -510,77
Bengawan 2007 Kab. Blora 728,27 225,34 502,92 18,65 -10,06 46,04 374,88 -89,18 76,21 243,47 -34,83 85,69 -134,07
Solo Hilir 2012 728,27 225,34 502,92 22,59 -15,20 32,74 398,70 -111,82 71,96 250,78 -42,14 83,20 -169,15
2017 728,27 225,34 502,92 26,96 -20,50 23,98 406,72 -118,90 70,77 258,30 -49,66 80,77 -189,06
2027 728,27 225,34 502,92 35,14 -23,69 32,58 425,40 -142,57 66,49 263,46 -54,83 79,19 -221,09
2007 Kab. 2.065,46 639,11 1.426,36 65,99 -28,54 56,75 1.050,10 -252,92 75,91 690,52 -98,79 85,69 -380,25
2012 Bojonegoro 2.065,46 639,11 1.426,36 77,23 -43,10 44,20 1.117,62 -317,13 71,62 711,23 -119,51 83,20 -479,73
2017 2.065,46 639,11 1.426,36 89,14 -58,13 34,78 1.140,85 -337,22 70,44 732,57 -140,84 80,77 -536,20
2027 2.065,46 639,11 1.426,36 114,94 -67,19 41,54 1.191,22 -404,34 66,06 747,22 -155,50 79,19 -627,03
2007 Kab. 1.030,51 318,87 711,65 54,59 -14,24 73,92 502,25 -126,19 74,88 344,52 -49,29 85,69 -189,72
2012 Lamongan 1.030,51 318,87 711,65 64,08 -21,50 66,45 532,06 -158,22 70,26 354,85 -59,63 83,20 -239,35
2017 1.030,51 318,87 711,65 74,15 -29,00 60,89 539,52 -168,25 68,82 365,50 -70,27 80,77 -267,52
2027 1.030,51 318,87 711,65 96,07 -33,52 65,11 555,61 -201,74 63,69 372,81 -77,58 79,19 -312,84
2007 Kab. Tuban 764,92 236,69 528,24 33,82 -10,57 68,75 379,52 -93,67 75,32 255,73 -36,59 85,69 -140,82
2012 764,92 236,69 528,24 40,33 -15,96 60,43 402,17 -117,44 70,80 263,40 -44,26 83,20 -177,66
2017 764,92 236,69 528,24 47,36 -21,53 54,54 408,15 -124,89 69,40 271,30 -52,16 80,77 -198,58
2027 764,92 236,69 528,24 62,94 -24,88 60,46 420,79 -149,74 64,41 276,73 -57,59 79,19 -232,21

53
lanjutan
DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kab. Gresik 825,46 255,42 570,04 42,77 -11,41 73,33 403,27 -101,08 74,94 275,96 -39,48 85,69 -151,97
2012 825,46 255,42 570,04 53,62 -17,22 67,88 423,90 -126,74 70,10 284,24 -47,76 83,20 -191,72
2017 825,46 255,42 570,04 65,69 -23,23 64,63 425,87 -134,77 68,35 292,77 -56,29 80,77 -214,29
2027 825,46 255,42 570,04 93,50 -26,85 71,28 428,51 -161,60 62,29 298,63 -62,14 79,19 -250,59
Kali 2007 Kab. 122,70 84,41 38,29 6,07 -0,44 92,83 67,69 -35,42 47,67 0,39 0,00 99,92 -35,85
Lamong 2012 Lamongan 122,70 84,41 38,29 7,12 -5,28 25,78 74,55 -38,49 48,37 0,41 -0,02 95,16 -43,79
2017 122,70 84,41 38,29 8,24 -8,66 -5,08 78,97 -40,65 48,52 0,44 -0,05 88,11 -49,36
2027 122,70 84,41 38,29 10,67 -16,31 -52,78 93,87 -50,34 46,37 0,49 -0,10 80,10 -66,75
2007 Kab. Gresik 271,63 186,87 84,76 18,33 -0,96 94,75 144,94 -78,41 45,90 0,87 0,00 99,92 -79,37
2012 271,63 186,87 84,76 22,98 -11,70 49,09 157,81 -85,20 46,01 0,91 -0,04 95,16 -96,94
2017 271,63 186,87 84,76 28,15 -19,17 31,92 164,90 -89,99 45,43 0,98 -0,12 88,11 -109,28
2027 271,63 186,87 84,76 40,07 -36,10 9,90 191,37 -111,44 41,77 1,08 -0,22 80,10 -147,76

Daerah 2007 Kab. Tuban 531,79 343,18 188,61 25,51 -0,07 99,71 177,27 -69,31 60,90 78,77 -23,56 70,09 -92,95
Pantai 2012 531,79 343,18 188,61 30,43 -5,42 82,20 222,23 -113,85 48,77 82,71 -27,50 66,75 -146,76
Utara 2017 531,79 343,18 188,61 35,73 -11,28 68,44 233,90 -124,95 46,58 89,33 -34,12 61,81 -170,34
2027 531,79 343,18 188,61 47,48 -19,67 58,58 242,20 -136,61 43,60 94,69 -39,48 58,31 -195,75
2007 Kab. 273,70 176,63 97,07 11,78 -0,04 99,68 92,59 -35,67 61,47 40,54 -12,13 70,09 -47,84
2012 Rembang 273,70 176,63 97,07 14,41 -2,79 80,65 115,63 -58,59 49,33 42,57 -14,15 66,75 -75,54
2017 273,70 176,63 97,07 17,35 -5,80 66,55 121,42 -64,31 47,04 45,98 -17,56 61,81 -87,67
2027 273,70 176,63 97,07 22,97 -10,12 55,94 126,12 -70,31 44,25 48,73 -20,32 58,31 -100,75
2007 Kab. 105,66 68,18 37,47 6,74 -0,01 99,78 33,55 -13,77 58,95 15,65 -4,68 70,09 -18,47
2012 Lamongan 105,66 68,18 37,47 7,91 -1,08 86,40 42,29 -22,62 46,51 16,43 -5,46 66,75 -29,16

54
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 105,66 68,18 37,47 9,15 -2,24 75,53 44,41 -24,83 44,11 17,75 -6,78 61,81 -33,84
2027 105,66 68,18 37,47 11,86 -3,91 67,05 45,69 -27,14 40,60 18,81 -7,84 58,31 -38,89
Kali 2007 Kab. Pacitan 686,34 361,69 324,65 23,98 -0,45 98,13 331,90 -32,35 90,25 1,57 0,00 99,94 -32,80
Grindulu 2012 686,34 361,69 324,65 28,54 -4,33 84,83 364,77 -65,90 81,93 1,65 -0,08 95,18 -70,31
2017 686,34 361,69 324,65 33,50 -8,55 74,48 419,39 -121,26 71,09 1,78 -0,21 88,13 -130,02
2027 686,34 361,69 324,65 42,31 -14,24 66,34 501,15 -206,14 58,87 1,96 -0,39 80,12 -220,78
Sumber : Hasil Analisis PT. INDRA KARYA, 2007

Tabel 3.4. Kondisi Neraca Air Untuk Skenario 3


DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
Bengawan 2007 Kab. 1.827,78 1.052,88 774,89 53,84 -12,49 76,81 1.123,94 -390,62 65,25 0,23 0,00 100,00 -403,11
Solo Hulu 2012 Wonogiri 1.827,78 902,39 925,38 62,56 -6,19 90,10 1.153,88 -285,09 75,29 0,24 0,00 100,00 -291,28
2017 1.827,78 794,87 1.032,91 71,72 -4,77 93,35 1.220,31 -254,61 79,14 0,26 0,00 100,00 -259,38
2027 1.827,78 550,32 1.277,46 91,38 -0,01 99,99 1.355,63 -169,82 87,47 0,28 0,00 100,00 -169,83
2007 Kab. 529,20 304,84 224,35 38,05 -3,62 90,50 302,96 -113,10 62,67 0,07 0,00 100,00 -116,71
2012 Sukoharjo 529,20 261,27 267,93 48,41 -1,79 96,30 303,79 -82,54 72,83 0,07 0,00 100,00 -84,34
2017 529,20 230,14 299,06 67,05 -1,38 97,94 307,03 -73,72 75,99 0,07 0,00 100,00 -75,10
2027 529,20 159,33 369,86 92,44 0,00 100,00 326,51 -49,17 84,94 0,08 0,00 100,00 -49,17

55
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kab. 937,60 540,10 397,50 37,76 -6,41 83,04 566,41 -200,38 64,62 0,12 0,00 100,00 -206,78
2012 Karanganyar 937,60 462,91 474,70 47,82 -3,18 93,36 576,18 -146,24 74,62 0,12 0,00 100,00 -149,42
2017 937,60 407,75 529,85 65,99 -2,45 96,29 596,79 -130,61 78,11 0,13 0,00 100,00 -133,06
2027 937,60 282,30 655,30 90,41 -0,01 99,99 651,86 -87,11 86,64 0,15 0,00 100,00 -87,12
2007 Kab. Klaten 628,28 361,92 266,36 60,01 -4,29 92,85 344,84 -134,27 61,06 0,08 0,00 100,00 -138,56
2012 628,28 310,19 318,09 68,80 -2,13 96,91 349,34 -98,00 71,95 0,08 0,00 100,00 -100,13
2017 628,28 273,23 355,05 77,87 -1,64 97,90 366,25 -87,52 76,10 0,09 0,00 100,00 -89,16
2027 628,28 189,17 439,11 96,87 0,00 100,00 400,52 -58,37 85,43 0,10 0,00 100,00 -58,38
2007 Kab. Sragen 1.084,45 624,69 459,76 34,37 -7,41 78,45 630,90 -231,76 63,27 0,14 0,00 100,00 -239,17
2012 1.084,45 535,40 549,04 35,00 -3,68 89,50 650,92 -169,15 74,01 0,14 0,00 100,00 -172,82
2017 1.084,45 471,61 612,84 35,63 -2,83 92,06 692,85 -151,07 78,20 0,15 0,00 100,00 -153,90
2027 1.084,45 326,51 757,93 36,89 -0,01 99,98 781,07 -100,76 87,10 0,17 0,00 100,00 -100,76
2007 Kota 50,99 29,37 21,62 35,52 -0,35 99,02 30,85 -10,90 64,68 0,01 0,00 100,00 -11,25
2012 Surakarta 50,99 25,18 25,82 38,28 -0,17 99,55 31,47 -7,95 74,73 0,01 0,00 100,00 -8,13
2017 50,99 22,18 28,82 41,10 -0,13 99,68 33,04 -7,10 78,50 0,01 0,00 100,00 -7,24
2027 50,99 15,35 35,64 44,59 0,00 100,00 36,35 -4,74 86,97 0,01 0,00 100,00 -4,74
2007 731,32 421,28 310,05 28,36 -5,00 82,39 442,88 -156,29 64,71 0,09 0,00 100,00 -161,29
Kab. Boyolali
2012 731,32 361,06 370,26 40,52 -2,48 93,88 446,19 -114,07 74,44 0,10 0,00 100,00 -116,55
2017 731,32 318,04 413,28 47,51 -1,91 95,98 469,45 -101,88 78,30 0,10 0,00 100,00 -103,78
2027 731,32 220,19 511,13 62,96 0,00 99,99 516,01 -67,95 86,83 0,11 0,00 100,00 -67,95
2007 Kab. Ngawi 807,19 464,98 342,21 20,69 -5,51 73,35 499,44 -172,51 65,46 0,10 0,00 100,00 -178,02
2012 807,19 398,52 408,67 24,82 -2,74 88,98 512,39 -125,90 75,43 0,11 0,00 100,00 -128,64

56
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 807,19 351,03 456,15 29,34 -2,11 92,82 541,25 -112,44 79,23 0,11 0,00 100,00 -114,55
2027 807,19 243,03 564,15 37,58 -0,01 99,99 601,45 -75,00 87,53 0,13 0,00 100,00 -75,00
Kali 2007 Kab. Ngawi 782,50 564,59 217,91 16,93 -4,90 71,04 365,29 -160,05 56,19 0,65 0,00 100,00 -164,95
Madiun 2012 782,50 534,85 247,65 20,30 -0,96 95,26 383,99 -156,32 59,29 0,68 0,00 100,00 -157,29
2017 782,50 461,73 320,77 24,00 -0,76 96,82 414,84 -117,99 71,56 0,73 0,00 99,98 -118,75
2027 782,50 398,63 383,87 30,75 0,00 99,98 447,55 -95,16 78,74 0,81 0,00 99,98 -95,17
2007 Kab. 864,09 623,46 240,63 29,25 -5,41 81,49 392,82 -176,74 55,01 0,71 0,00 100,00 -182,15
2012 Magetan 864,09 590,61 273,48 34,82 -1,06 96,95 411,63 -172,62 58,06 0,75 0,00 100,00 -173,69
2017 864,09 509,87 354,22 40,88 -0,84 97,94 443,72 -130,29 70,64 0,81 0,00 99,98 -131,13
2027 864,09 440,20 423,89 51,67 -0,01 99,99 476,50 -105,09 77,95 0,89 0,00 99,98 -105,09
2007 Kab. Madiun 1.101,09 794,46 306,63 26,20 -6,90 73,67 499,14 -225,21 54,88 0,91 0,00 100,00 -232,11
2012 1.101,09 752,61 348,49 27,97 -1,36 95,15 527,74 -219,97 58,32 0,95 0,00 100,00 -221,32
2017 1.101,09 649,71 451,38 29,77 -1,07 96,40 573,87 -166,02 71,07 1,03 0,00 99,98 -167,10
2027 1.101,09 560,94 540,15 30,44 -0,01 99,98 627,99 -133,91 78,68 1,13 0,00 99,98 -133,92
2007 36,76 26,52 10,24 13,50 -0,23 98,29 16,96 -7,52 55,66 0,03 0,00 100,00 -7,75
Kota Madiun
2012 36,76 25,13 11,63 14,38 -0,05 99,69 17,80 -7,34 58,75 0,03 0,00 100,00 -7,39
2017 36,76 21,69 15,07 15,27 -0,04 99,77 19,22 -5,54 71,16 0,03 0,00 99,98 -5,58
2027 36,76 18,73 18,03 16,33 0,00 100,00 20,76 -4,47 78,46 0,04 0,00 99,98 -4,47

57
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2007 Kab. 1.530,18 1.104,05 426,13 38,84 -9,58 75,32 708,59 -312,98 55,83 1,26 0,00 100,00 -322,56
2012 Ponorogo 1.530,18 1.045,89 484,29 46,45 -1,88 95,95 744,15 -305,69 58,92 1,33 0,00 100,00 -307,57
2017 1.530,18 902,90 627,28 54,76 -1,49 97,28 803,40 -230,72 71,28 1,43 0,00 99,98 -232,21
2027 1.530,18 779,53 750,65 69,77 -0,01 99,99 865,55 -186,09 78,50 1,58 0,00 99,98 -186,10
Bengawan 2007 Kab. Blora 728,27 225,34 502,92 18,65 -10,06 46,04 374,88 -89,18 76,21 243,47 -34,83 85,69 -134,07
Solo Hilir 2012 728,27 176,79 551,48 22,59 -6,82 69,80 398,70 -78,94 80,20 250,78 -27,92 88,87 -113,68
2017 728,27 137,78 590,49 26,96 -4,92 81,75 406,72 -68,65 83,12 258,30 -19,24 92,55 -92,81
2027 728,27 81,68 646,59 35,14 -2,46 92,99 425,40 -50,55 88,12 263,46 -14,51 94,49 -67,52
2007 Kab. 2.065,46 639,11 1.426,36 65,99 -28,54 56,75 1.050,10 -252,92 75,91 690,52 -98,79 85,69 -380,25
2012 Bojonegoro 2.065,46 501,40 1.564,07 77,23 -19,35 74,94 1.117,62 -223,87 79,97 711,23 -79,19 88,87 -322,42
2017 2.065,46 390,75 1.674,71 89,14 -13,96 84,34 1.140,85 -194,69 82,93 732,57 -54,58 92,55 -263,23
2027 2.065,46 231,65 1.833,82 114,94 -6,98 93,93 1.191,22 -143,36 87,97 747,22 -41,14 94,49 -191,49
2007 Kab. 1.030,51 318,87 711,65 54,59 -14,24 73,92 502,25 -126,19 74,88 344,52 -49,29 85,69 -189,72
2012 Lamongan 1.030,51 250,16 780,35 64,08 -9,66 84,93 532,06 -111,70 79,01 354,85 -39,51 88,87 -160,86
2017 1.030,51 194,96 835,56 74,15 -6,96 90,61 539,52 -97,14 82,00 365,50 -27,23 92,55 -131,33
2027 1.030,51 115,58 914,94 96,07 -3,48 96,37 555,61 -71,52 87,13 372,81 -20,53 94,49 -95,54
2007 Kab. Tuban 764,92 236,69 528,24 33,82 -10,57 68,75 379,52 -93,67 75,32 255,73 -36,59 85,69 -140,82
2012 764,92 185,69 579,24 40,33 -7,17 82,23 402,17 -82,91 79,38 263,40 -29,33 88,87 -119,40
2017 764,92 144,71 620,21 47,36 -5,17 89,09 408,15 -72,10 82,33 271,30 -20,21 92,55 -97,48
2027 764,92 85,79 679,14 62,94 -2,59 95,89 420,79 -53,09 87,38 276,73 -15,24 94,49 -70,91
2007 Kab. Gresik 825,46 255,42 570,04 42,77 -11,41 73,33 403,27 -101,08 74,94 275,96 -39,48 85,69 -151,97
2012 825,46 200,38 625,08 53,62 -7,73 85,58 423,90 -89,47 78,89 284,24 -31,65 88,87 -128,85

58
lanjutan

DMI Irigasi Tambak


Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
2017 825,46 156,16 669,30 65,69 -5,58 91,51 425,87 -77,81 81,73 292,77 -21,81 92,55 -105,20
2027 825,46 92,58 732,88 93,50 -2,79 97,02 428,51 -57,29 86,63 298,63 -16,44 94,49 -76,53
Kali 2007 Kab. 122,70 84,41 38,29 6,07 -0,44 92,83 67,69 -35,42 47,67 0,39 0,00 99,92 -35,85
Lamong 2012 Lamongan 122,70 75,48 47,22 7,12 -1,06 85,09 74,55 -33,77 54,69 0,41 0,00 99,85 -34,84
2017 122,70 65,08 57,62 8,24 -1,71 79,19 78,97 -28,28 64,19 0,44 0,00 99,51 -30,00
2027 122,70 43,39 79,31 10,67 -2,68 74,86 93,87 -22,99 75,51 0,49 0,00 99,55 -25,68
2007 Kab. Gresik 271,63 186,87 84,76 18,33 -0,96 94,75 144,94 -78,41 45,90 0,87 0,00 99,92 -79,37
2012 271,63 167,09 104,54 22,98 -2,35 89,77 157,81 -74,77 52,62 0,91 0,00 99,85 -77,12
2017 271,63 144,07 127,56 28,15 -3,79 86,52 164,90 -62,61 62,03 0,98 0,00 99,51 -66,41
2027 271,63 96,06 175,57 40,07 -5,94 85,17 191,37 -50,90 73,40 1,08 0,00 99,55 -56,85

Daerah 2007 Kab. Tuban 531,79 343,18 188,61 25,51 -0,07 99,71 177,27 -69,31 60,90 78,77 -23,56 70,09 -92,95
Pantai 2012 531,79 290,93 240,87 30,43 -0,21 99,32 222,23 -66,80 69,94 82,71 -24,28 70,64 -91,29
Utara 2017 531,79 268,56 263,24 35,73 -0,53 98,51 233,90 -64,29 72,51 89,33 -24,35 72,74 -89,17
2027 531,79 236,91 294,88 47,48 0,00 100,00 242,20 -59,77 75,32 94,69 -24,66 73,96 -84,43
2007 Kab. 273,70 176,63 97,07 11,78 -0,04 99,68 92,59 -35,67 61,47 40,54 -12,13 70,09 -47,84
2012 Rembang 273,70 149,73 123,97 14,41 -0,11 99,26 115,63 -34,38 70,27 42,57 -12,50 70,64 -46,98
2017 273,70 138,22 135,48 17,35 -0,27 98,42 121,42 -33,09 72,75 45,98 -12,53 72,74 -45,90
2027 273,70 121,93 151,77 22,97 0,00 100,00 126,12 -30,76 75,61 48,73 -12,69 73,96 -43,45
2007 Kab. 105,66 68,18 37,47 6,74 -0,01 99,78 33,55 -13,77 58,95 15,65 -4,68 70,09 -18,47
2012 Lamongan 105,66 57,80 47,86 7,91 -0,04 99,48 42,29 -13,27 68,61 16,43 -4,82 70,64 -18,14
2017 105,66 53,36 52,30 9,15 -0,11 98,84 44,41 -12,77 71,24 17,75 -4,84 72,74 -17,72
2027 105,66 47,07 58,59 11,86 0,00 100,00 45,69 -11,88 74,01 18,81 -4,90 73,96 -16,77

59
lanjutan
DMI Irigasi Tambak
Keter- Ter- Terman- Total
DAS/Sub Kabupaten/ Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Kebu- Kesuk- Defisit
Pro-yeksi sediaan buang faatkan
DAS Kota 3 3 3 tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan tuhan Neraca sesan (juta m3)
(juta m ) (juta m ) (juta m ) 3 3 3
(juta m ) (%) (juta m ) (%) (juta m ) (%)
Kali 2007 Kab. Pacitan 686,34 361,69 324,65 23,98 -0,45 98,13 331,90 -32,35 90,25 1,57 0,00 99,94 -32,80
Grindulu 2012 686,34 315,68 370,66 28,54 -0,44 98,48 364,77 -23,87 93,46 1,65 0,00 99,88 -24,31
2017 686,34 255,46 430,88 33,50 -0,43 98,71 419,39 -23,36 94,43 1,78 0,00 99,89 -23,79
2027 686,34 162,76 523,58 42,31 -0,22 99,49 501,15 -21,45 95,72 1,96 0,00 99,85 -21,67
Sumber : Hasil Analisis PT. INDRA KARYA, 2007

60
3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan SDA
Strategi pengelolaan sumber daya air merupakan rangkaian upaya atau kegiatan
pengelolaan sumber daya air untuk mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan scenario kondisi wilayah sungai.
Strategi pengelolaan sumber daya air akan dikelompokkan berdasarkan aspek konservasi,
pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, peningkatan peran serta masyarakat dan
keterbukaan data dan sumber daya air. Peta alternatif pilihan strategi dapat dilihat pada
lampiran Gambar 3.7, 3.8 dan 3.9.

1. Strategi Konservasi Sumber Daya Air (SDA)


Strategi konservasi SDA meliputi beberapa kegiatan di WS. Bengawan Solo dapat
diuraikan berupa:
a) Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
− Rehabilitasi dan perlindungan hutan.
− Reboisasi kawasan hutan yang rusak.
− Penghijauan di lahan kritis milik masyarakat dan negara .
− Penetapan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai, danau, waduk, situ,
embung dan rawa sebagai sabuk hijau terutama yang saat ini digunakan sebagai
pemukiman oleh masyarakat.
− Pemanfaatan lahan sesuai dengan kaidah-kadiah konservasi tanah dan jenis
tanah.
− Pelestarian dan perlindungan sumber air secara menyeluruh sehingga kerusakan
ekosistem sumber daya air dapat dicegah.
− Penertiban penambangan galian Golongan C.
b) Pengawetan Air
− Peningkatan pemanfaatan air permukaan dengan cara antara lain:
• Pengendalian aliran permukaan untuk memperpanjang waktu air tertahan di
atas permukaan tanah dan meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam
tanah melalui: pengolahan tanah untuk setiap aktivitas budidaya pertanian,
penanaman tanaman menurut garis kontur (contour cultivation), penanaman
dalam strip (sistem penanaman berselang seling antara tanaman yang
tumbuh rapat (misal rumput atau leguminosa) dan strip tanaman semusim,
pembuatan teras yang dapat menyimpan air, misalnya teras bangku
konservasi, pembangunan waduk dan embung.
• Penyadapan air (water harvesting).
• Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dengan cara memperbaiki struktur
tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian tanaman penutup tanah
(mulsa) atau bahan organik.
• Pengolahan tanah minimum (minimum tillage).

− Pengelolaan air tanah, dilakukan antara lain dengan: perbaikan drainase


permukaan, drainase dalam, atau kombinasi keduanya yang akan meningkatkan

61
efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Strategi Pengelolaan air tanah pada
saat ini belum ditinjau lebih detail, dikarenakan kurangnya data air tanah yang
tersedia. Perlu tinjauan lebih detail untuk merumuskan pengelolaan air tanah.

− Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi antara lain dengan: tanam benih
langsung (tabela), pengurangan tinggi penggenangan atau pemberian air (sistem
SRI), mengurangi kebocoran saluran irigasi dan galengan, pergiliran pemberian
air, dan pemberian air secara terputus. Dua aktivitas terakhir ini harus disertai
dengan peraturan dan pengawasan yang ketat.
c) Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
− Pengelolaan kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap pembuangan limbah
domestik
− Pengendalian/ pengawasan pembuangan limbah industri
− Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kawasan industri
− Pelaksanaan audit lingkungan

2. Strategi Pendayagunaan Sumber Daya Air


Strategi pendayagunaan SDA di WS Bengawan Solo dapat diuraikan berupa:
a) Penetapan zona pemanfaatan sumber air
− Penetapan zona pemanfaatan sumber air ke dalam peta tata ruang wilayah
Kabupaten/ Kota di WS. Bengawan Solo
− Penetapan zona pemanfaatan sumber air yang direkomendasikan oleh TKPSDA
WS Bengawan Solo
b) Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan SDA
− Penetapan peruntukan air untuk berbagai kepentingan
− Penyediaan air sesuai prioritas yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-
hari dan pertanian rakyat
− Penetapan ijin penggunaan air berkaitan dengan hak guna air
− Pengusahaan SDA tanpa mengabaikan fungsi sosial SDA
c) Pengembangan Sumber Daya Air
− Pengembangan SDA dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
dilengkapi dengan studi Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
− Pengembangan terhadap modifikasi cuaca untuk menambah volume sumber air

3. Strategi Pengendalian Daya Rusak Air


Strategi Pengendalian Daya Rusak Air di WS Bengawan Solo diarahkan untuk dapat
mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air dan meningkatkan
peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan daya rusak air.

Dari strategi pokok tersebut, beberapa kegiatan dalam pengendalian daya rusak air di
WS. Bengawan Solo antara lain:

62
a) Pencegahan bencana alam
− Penetapan zona rawan banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah longsor,
amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air,
kepunahan flora dan fauna serta wabah penyakit yang diakibatkan oleh daya
rusak air (misal banjir)
− Pengendalian pemanfaatan kawasan rawan bencana dengan melibatkan
masyarakat
− Peringatan dini dilakukan di lokasi rawan bencana
b) Penanggulangan bencana alam
− Pelaksanaan tindakan penanggulangan kerusakan dan atau bencana akibat
daya rusak air
− Penetapan prosedur operasi standart penanggulangan bencana alam
− Penyampaian berita tentang kejadian bencana alam

c) Pemulihan daya rusak air


Pemulihan daya rusak air merupakan penanganan pasca bencana, baik berupa
bencana banjir, bencana kekeringan maupun bencana tanah longsor sbb.

− Merehabilitasi kerusakan, baik secara struktural maupun non struktural.


− Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pemulihan
akibat bencana.
− Revitalisasai wadah-wadah air pada daerah aliran sungai

Pemulihan bencana pasca banjir atau disebut juga rehabilitasi pasca banjir,adalah
proses perbaikan keadaan terencana berdasarkan hasil evaluasi kelayakan agar
keadaan kembali sama dengan atau lebih baik dari keadaan semula. Kegiatan yang
dibutuhkan antara lain:

− Pengumpulan data awal. Inventarisasi terdiri dari jenis kerusakan dan karakter
banjir.
− Penilaian kerusakan.
− Revitalisasi:
• Evaluasi kelayakan terdiri dari kritaria legalitas dan kriteria tingkat resiko
banjir
• Rekonstruksi mengembalikan seperti semula dengan pengembalian total
seperti kondisi sebelum banjir atau tidak melakukan perubahan atau desain
ulang
• Konstruksi lebih baik dari semula yaitu peningkatan dilokasi semula,
bangunan jenis baru dan pindah ke lokasi baru (relokasi)

63
Gambar 3.7. Peta Strategi Konservasi Sumber Daya Air

64
Gambar 3.8. Peta Pendayagunaan Sumber Daya Air
.
65
Gambar 3.9. Peta Pengendalian Daya Rusak Air

66
4. Strategi Sistem Informasi Data
Strategi sistem informasi data di WS Bengawan Solo dapat diuraikan berupa:
a) Menyediakan data dan informasi sumber daya air yanng akurat, tepat waktu,
berkelanjutan dan mudah
b) Memudahkan pengaksesan data dan informasi oleh masyarakat, swasta dan dunia
usaha

5. Strategi Peran Serta Masyarakat


Strategi peran serta masyarakat di WS Bengawan Solo dapat diuraikan berupa:
a) Meningkatkan peran masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sumber daya air
b) Meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air
c) Meningkatkan koordinasi ditingkat lintas kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber
daya air
d) Pemberdayaan TKPSDA Wilayah Sungai Bengawan Solo.

67
BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI
BENGAWAN SOLO

Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air


merupakan arahan pokok untuk melaksanakan strategi pengelolaan sda yang telah
ditentukan, misalnya arahan pokok yang harus dituangkan dalam substansi peraturan
perundang-undangan yang harus disusun sebagai instrument untuk :
a. Penghematan penggunaan air, antara lain, penerapan tarif progresif; dan
b. Mendukung upaya konservasi sumber daya air, antara lain, baku mutu air limbah yang
boleh dibuang ke perairan umum.
Kebijakan operasional untuk masing-masing aspek pengelolaan sumber daya air ditampilkan
padaTabel-tabel berikut.

68
Tabel 4. 1. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
ASPEK I : KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
TUJUAN : Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air
KEGIATAN 1. Perlindungan dan pelestarian sumber air
2. Pengawetan air
3. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

1. PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR


SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)
1.1 Kerusakan DAS akibat Mempertahankan luas • Rehabilitasi dan konservasi lahan di • Rehabilitasi dan konservasi lahan di • Rehabilitasi dan konservasi lahan di Konservasi berbasis BBWS B.Solo, SubDinas
penebangan liar dan kawasan lindung 30 % kawasan lindung (penghijauan) dengan kawasan lindung (penghijauan) dengan kawasan lindung (penghijauan) dengan masyarakat PSDA, Pemda Kab,
konversi lahan sesuai dengan UU no bantuan tanaman produktif bagi bantuan tanaman produktif bagi bantuan tanaman produktif bagi Bappeda Prov/Kab,
menimbulkan 26/2007 masyarakat untuk penghijauan pada masyarakat untuk penghijauan pada masyarakat untuk penghijauan pada BPDAS Solo
kerusakan ekosistem kawasan lindung. kawasan lindung. kawasan lindung.
dalam tatanan DAS • Pelaksanaan Gerhan dan GNKPA secara • Pelaksanaan Gerhan dan GNKPA secara • Pelaksanaan Gerhan dan GNKPA secara Juklak dan Juknis
dan terus menurunnya rutin rutin rutin konservasi terpadu
kondisi hutan
• Mempertahankan luas kawasan lindung • Mempertahankan luas kawasan lindung 30 • Mempertahankan luas kawasan lindung UU no 26 tahun 2007
30 % sesuai dengan UU no 26/2007 % sesuai dengan UU no 26/2007 30 % sesuai dengan UU no 26/2007

1.2 Kerusakan kawasan Meningkatkan luas kawasan OP Bendungan multi fungsi Wonogiri OP Bendungan multi fungsi Wonogiri OP Bendungan multi fungsi Wonogiri Kebijakan PJT1
resapan air dan yang berfungsi lindung, (kapasitas tampung 220 juta m3, kapasitas (kapasitas tampung 220 juta m3, (kapasitas tampung 220 juta m3,
semakin banyaknya terutama sebagai kawasan pengendali debit puncak 4.000 m3/det kapasitas pengendali debit puncak 4.000 kapasitas pengendali debit puncak 4.000
lahan terbuka resapan air m3/det m3/det
• Pembangunan waduk serbaguna Waduk • Pembangunan waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab.
Badegan di Kali Sungkur (Kab. Ponorogo) Badegan di Kali Sungkur (Kab. Ponorogo, Pemerintah
Ponorogo) Prop. Jatim dengan
Pemerintah Pusat

• Rehabilitasi dan konservasi daerah • Rehabilitasi dan konservasi daerah Konservasi berbasis
tangkapan air lereng G.Wilis tangkapan air lereng G.Wilis masyarakat
• Pembangunan Waduk Kresek, Kab. • Pembangunan Waduk Kresek, Kab. Konservasi berbasis
Madiun Madiun masyarakat
• Pembangunan waduk-waduk kecil di • Pembangunan waduk-waduk kecil di Pemkab dan Ditjen SDA
beberapa lokasi beberapa lokasi
Rehabiltasi dan konservasi daerah Rehabiltasi dan konservasi daerah Konservasi berbasis
tangkapan air lereng Pegunungan tangkapan air lereng Pegunungan masyarakat
Kendeng, Pantura Kendeng, Pantura

69
STRATEGI KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.3 Masih rendahnya Mengembangkan dan


kesadaran merehabilitasi prasarana • Rehabiltasi dan konservasi daerah • Rehabiltasi dan konservasi daerah Konservasi berbasis
masyarakat dalam dan sarana untuk tangkapan air lereng Pegunungan tangkapan air lereng Pegunungan masyarakat
pemeliharaan konservasi SDA yang telah Kendeng, Pantura di Kab. Rembang Kendeng, Pantura di Kab. Rembang
lingkungan ada

• Rehabiltasi dan konservasi daerah • Rehabiltasi dan konservasi daerah Konservasi berbasis
tangkapan air lereng Pegunungan tangkapan air lereng Pegunungan masyarakat
Kendeng, Pantura dan hulu Waduk Pacal Kendeng, Pantura dan hulu Waduk Pacal

• Rehabilitasi dan pembangunan check • Rehabilitasi dan pembangunan check Konservasi berbasis
dam di DAS W. Wonogiri, Sub DAS K. dam di DAS W. Wonogiri, Sub DAS K. masyarakat
• Rehabiltasi dan konservasi daerah • Rehabiltasi dan konservasi daerah Konservasi berbasis
tangkapan air lereng Gunung Merapi dan tangkapan air lereng Gunung Merapi dan masyarakat
Gunung Merbabu di Kab. Klaten, lereng Gunung Merbabu di Kab. Klaten, lereng
G.Lawu di Kab. Karanganyar G.Lawu di Kab. Karanganyar

• Rehabilitasi Rawa Jombor di Kab. Klaten • Rehabilitasi Rawa Jombor di Kab. Klaten Kesepakatan Pemkab.
Klaten, Pemerintah
Prop. Jawa Tengah
dengan Pemerintah
Pusat
1.4 Kekurangan air irigasi Menjaga daerah resapan air • Operasional dan Pemeliharaan Waduk- • Rehabilitasi Waduk yang ada di Wilayah • Pembangunan waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab. BBWS B.Solo, SubDinas
pada musih kemarau dan mempertahankan waduk yang ada di Wilayah Sungai Sungai Bengawan Solo Bendo di K. Keyang (Kab. Ponorogo) Ponorogo, Pemerintah PSDA, Pemda Kab,
dan kerusakan daerah imbuhan air tanah Bengawan Solo Prop. Jatim dengan Bappeda Prov/Kab,
kawasan resapan air Pemerintah Pusat BPDAS Solo
dan semakin • Operasional dan Pemeliharaan Embung • Pembangunan Embung • Penyempurnaan Waduk Kedung Brubus Koordinasi Pemkab.
banyaknya lahan di K. Madiun Madiun dengan
terbuka Pemerintah Pusat
• Penyempurnaan Waduk Kedung Brubus • Pembangunan Waduk Tugu, Kresek, di Kesepakatan Pemkab.
di K. Madiun Kab. Madiun Madiun, Pemerintah
Prop. Jatim dengan
Pemerintah Pusat
• Pembangunan Waduk Tugu, Kresek, di • Pembangunan waduk serbaguna Jipang Kesepakatan TKPSDA
Kab. Madiun di Kab. Blora, Kab. Ngawi dan Kab. terutama Pemkab.
Bojonegoro Blora, Bojonegoro,
* catatan : strategi pengelolaan air Ngawi, Pemerintah
tanah lebih detail, akan dirumuskan
Prop. Jateng, Prop.
setelah mendapatkan data yang lebih
lengkap Jatim, dengan

70
STRATEGI KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.5 Penurunan Kualitas Pembangunan IPAL dan Pembangunan IPAL dan TPA di seluruh Pembangunan IPAL dan TPA di seluruh Pembangunan IPAL dan TPA di seluruh Pelaksanaan penegakan BBWS B.Solo, SubDinas
Air TPA untuk pengaturan Kab/kota di WS Bengawan Solo Kab/kota di WS Bengawan Solo Kab/kota di WS Bengawan Solo hukum PSDA, Pemda Kab,
sanitasi Bappeda Prov/Kab,
1.6 Masih rendahnya Pengendalian Pemanfaatan Pengendalian pemanfaatan bantaran sungai Pengendalian pemanfaatan bantaran Pengendalian pemanfaatan bantaran Keterpaduan BPDAS Solo
pengendalian tata Ruang sebagai permukiman sungai sebagai permukiman sungai sebagai permukiman penanganan antara
ruang Pemkot dengan Ditjen
SDA
1.7 Pengolahan lahan Peran serta masyarakat > Pengolahan lahan sesuai dengan kaidah • Pengolahan lahan sesuai dengan kaidah • Pengolahan lahan sesuai dengan kaidah Konservasi berbasis
yang kurang dalam konservasi lahan dan konservasi (pembuatan teras bangku, konservasi (pembuatan teras bangku, konservasi (pembuatan teras bangku, masyarakat
memperhatikan kaidah air penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman penutup tanah,
konservasi pembuatan guludan, dll pembuatan guludan, dll pembuatan guludan, dll
Konservasi swadaya > Penghijauan dan pembuatan teras • Penghijauan dan pembuatan teras bangku • Penghijauan dan pembuatan teras Konservasi berbasis
masyarakat bangku bangku masyarakat
1.8 Kurangnya Peran serta masyarakat Sosialisasi pengolahan lahan sesuai Sosialisasi pengolahan lahan sesuai Sosialisasi pengolahan lahan sesuai Konservasi berbasis
pengetahuan dalam konservasi lahan dan dengan kaidah konservasi dengan kaidah konservasi dengan kaidah konservasi masyarakat
masyarakat dalam air
konservasi lahan dan Konservasi swadaya Penghijauan dan pembuatan teras Penghijauan dan pembuatan teras bangku Penghijauan dan pembuatan teras Konservasi berbasis
air masyarakat bangku bangku masyarakat
1.9 Kurangnya Menetapkan dan mengelola > Penetapan batas sempadan • Penetapan batas sempadan danau/sungai • Penetapan batas sempadan PERDA KABUPATEN
pengetahuan kawasan waduk, danau/sungai di seluruh WS Bengawan di seluruh WS Bengawan Solo dengan danau/sungai di seluruh WS Bengawan
masyarakat mengenai bendungan, situ/embung & Solo dengan PERDA KABUPATEN PERDA KABUPATEN Solo dengan PERDA KABUPATEN
batas sempadan mata air
sungai, rawa, dana > Pengendalian pemanfaata sempadan • Pengendalian pemanfaata sempadan • Pengendalian pemanfaatan sempadan Sosialisasi peraturan
dan mata air sungai di seluruh WS sungai di seluruh WS sungai di seluruh WS sepadan sungai

Menetapkan daerah batas > Perlu percotohan pengamanan • Perlu percotohan pengamanan sempadan • Perlu percotohan pengamanan Kesepakatan
sempadan sungai, rawa, sempadan sungai yang sudah sungai yang sudah berpenghuni sempadan sungai yang sudah Pemkot/Pemkab dan
danau dan pantai, mata air berpenghuni berpenghuni BBWS B. Solo

> Bantuan dana untuk konservasi mata air, • Bantuan dana untuk konservasi mata air, • Bantuan dana untuk konservasi mata air, PP no. 42 tahun 2008
sungai dan lainnya sungai dan lainnya sungai dan lainnya

1.10 Kerusakan kawasan Meningkatkan, memulihkan > Penyusunan Pola RLKT DAS Prioritas • Pengukuhan kawasan lindung • Pengukuhan kawasan lindung Kesepakatan TKPSDA BBWS B.Solo, SubDinas
lindung dan mempertahankan daya Grindulu (penunjukan kelompok hutan dan non (penunjukan kelompok hutan dan non yang disusun oleh PSDA, Pemda Kab,
dukung, daya tampung dan hutan, penataan batas KL, pemetaan KL) hutan, penataan batas KL, pemetaan KL) Departemen Kehutanan Bappeda Prov/Kab,
fungsi konservasi secara BPDAS Solo, Dinas
berkelanjutan Kehutanan Prop./Kab.,
LMBH
• Pengembangan partisipasi dan dukungan • Penyusunan Pola RLKT DAS Prioritas • Penyusunan Pola RLKT DAS Prioritas Kesepakatan TKPSDA
masyarakat dalam pengelolaan KL Grindulu Grindulu yang disusun oleh
(pengelolaan hutan bersama Departemen Kehutanan
masyarakat/masyarakat adat)
Meningkatkan daya dukung • Rehabilitasi dan konservasi lahan di • Rehabilitasi dan konservasi lahan di Juklak dan Juknis
alamiah dan buatan, serta kawasan lindung kawasan lindung (penghijauan)/GERHAN Pelaksanaan GERHAN
menjaga daya tampung dan
kualitas lingkungan • Pengembangan partisipasi dan dukungan • Pengembangan partisipasi dan Konservasi berbasis
masyarakat dalam pengelolaan KL dukungan masyarakat dalam masyarakat
(pengelolaan hutan bersama pengelolaan KL (pengelolaan hutan
masyarakat/masyarakat adat) bersama masyarakat/masyarakat adat)

71
STRATEGI KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.11 Kurangnya Menetapkan dan mengelola • Sosialisasi tentang perlunya menjaga • Sosialisasi tentang perlunya menjaga • Sosialisasi tentang perlunya menjaga Juklak sosialisasi KL BBWS B.Solo, SubDinas
pengetahuan daerah resapan air dalam kawasan lindung kawasan lindung kawasan lindung PSDA, Pemda Kab,
masyarakat dalam rangka penyediaan air bagi Bappeda Prov/Kab,
konservasi kemanfaatan umum secara • Pengembangan partisipasi masyarakat • Pengembangan partisipasi masyarakat • Pengembangan partisipasi masyarakat Konservasi berbasis BPDAS Solo, Dinas
berkelanjutan dan dalam pengelolaan KL (pengelolaan hutan dalam pengelolaan KL (pengelolaan hutan dalam pengelolaan KL (pengelolaan masyarakat Kehutanan Prop./Kab.,
pengurangan daya rusak air bersama masyarakat/masyarakat adat) bersama masyarakat/masyarakat adat) hutan bersama masyarakat/masyarakat LMBH

• Pengendalian kawasan lindung • Pelestarian kawasan lindung di WS • Pelestarian kawasan lindung di WS Sosialisasi KL
(pengawasan, pengamanan, dan Bengawan Solo Bengawan Solo
pengaturan sumber daya KL)
Pengelolaan hutan berbasis
masyarakat baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, • Dalam hal mengantisipasi erosi, longsor • Pengendalian kawasan lindung • Pengendalian kawasan lindung Konservasi berbasis
pengawasan akibat banjir yaitu penanaman Pohon (pengawasan, pengamanan, dan (pengawasan, pengamanan, dan masyarakat
Cempaka dan Lada pengaturan sumber daya KL) pengaturan sumber daya KL)

Pengembangan aneka
usaha kehutanan (AUK) • Dalam hal mengantisipasi erosi, longsor • Dalam hal mengantisipasi erosi, longsor Sosialisasi manfaat
perlebahan, persuteraan akibat banjir yaitu penanaman Pohon akibat banjir yaitu penanaman Pohon penanaman Pohon
alam, agro forestry, Cempaka dan Lada Cempaka dan Lada Cempaka dan Lada
wanafarma tapi belum
optimal. Perlu dukungan
d ib b i ih k Rehabilitasi hutan dan lahan bukan hanya tanggung jawab Dep.Kehutanan saja tapi tanggung jawab para pengguna lahan. Di hulu Kesepakatan TKPSDA
wilayah sungai mayoritas rusak sehingga banjir rutin akan terjadi setiap tahun maka : perlu ditingkatkannya RHL dengan penanaman
lahan kosong dengan tanaman kayu-kayuan dan MPTS (multi purpose tree species)

72
2. PENGAWETAN AIR

STRATEGI KEGIATAN PENGAWETAN AIR


SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
NO PERMASALAHAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

2.1 Kerusakan kawasan Meningkatkan kapasitas Mengalokasikan dana OP yang memadai Mengalokasikan dana OP yang memadai Mengalokasikan dana OP yang memadai Kebijakan Ditjen SDA BBWS B.Solo, SubDinas
resapan air tampungan air yang ada untuk sumber-sumber air yang ada baik untuk sumber-sumber air yang ada baik untuk sumber-sumber air yang ada baik PSDA, Pemda Kab,
alami maupun buatan (sungai, danau, alami maupun buatan (sungai, danau, alami maupun buatan (sungai, danau, Bappeda Prov/Kab, BP-
Meningkatkan pengelolaan
saluran, bendung) saluran, bendung) saluran, bendung) DAS Solo
bendung dan waduk
2.2 Kekurangan air pada Meningkatkan efisiensi Kampanye Gerakan hemat air Kampanye Gerakan hemat air Kampanye Gerakan hemat air Perda
musim kemarau pemakaian air
Penerapan sistem tanam padi dengan pola Penerapan sistem tanam padi dengan Penerapan sistem tanam padi dengan Kebijakan Pola tanam
SRI pola SRI pola SRI
2.3 Kurangnya Conjunctive use air tanah Pemberian ijin pemanfaatan air tanah hanya Pemberian ijin pemanfaatan air tanah Pemberian ijin pemanfaatan air tanah PP no. 43 tahun 2008 Dinas Pertambangan dan
pemanfaatan air tanah dan air permukaan pada kawasan yang produksi akifernya hanya pada kawasan yang produksi hanya pada kawasan yang produksi Energi Kab
cukup-besar, sesuai dengan kondisi akifernya cukup-besar, sesuai dengan akifernya cukup-besar, sesuai dengan
hidrogeologi dan keberadaan cekungan air kondisi hidrogeologi dan keberadaan kondisi hidrogeologi dan keberadaan
tanah di wilayah sungai Bengawan Solo cekungan air tanah di wilayah sungai cekungan air tanah di wilayah sungai
Bengawan Solo Bengawan Solo

73
3. PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

STRATEGI KEGIATAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

3.1 Penurunan kualitas air Membangun sistem Membangun sistem pemantauan kualitas air Membangun sistem pemantauan kualitas Membangun sistem pemantauan kualitas PPLH BBWS B.Solo, SubDinas
pemantauan kualitas air pada sumber air dan kualitas limbah cair air pada sumber air dan kualitas limbah air pada sumber air dan kualitas limbah PSDA, Pemda Kab,
pada sumber air dan secara berkelanjutan di sepanjang S. cair secara berkelanjutan di sepanjang S. cair secara berkelanjutan di sepanjang S. Bappedal Kab.
kualitas limbah cair secara Bengawan Solo Bengawan Solo Bengawan Solo
berkelanjutan dengan
meningkatkan SDM dan
peralatan yang dibutuhkan
Menetapkan baku mutu Penerbitan Perda Baku Mutu Air dan limbah Penerbitan Perda Baku Mutu Air dan Penerbitan Perda Baku Mutu Air dan Perda Baku Mutu Air &
limbah cair yang cair di Kabupaten dalam WS Bengawan Solo limbah cair di Kabupaten dalam WS limbah cair di Kabupaten dalam WS Limbah Cair
diperkenankan dibuang Bengawan Solo Bengawan Solo
kedalam sungai
Mendorong dan Pembangunan IPAL di Kabupaten/Kota di • Pembangunan IPAL di Kabupaten/Kota di • Pembangunan IPAL di Kabupaten/Kota di Sosialisasi dan
mengupayakan sistem WS Bengawan Solo WS Bengawan Solo WS Bengawan Solo penegakan hukum
pengendalian limbah cair masyarakat industri
komunal dikawasan
Memperbaiki kualitas air Penerbitan peraturan yang dapat • Penerbitan peraturan yang dapat • Penerbitan peraturan yang dapat Perda Baku Mutu Air &
pada sumber air mengakomodir kepentingan masyarakat dari mengakomodir kepentingan masyarakat mengakomodir kepentingan masyarakat Limbah Cair
hulu hingga hilir dari hulu hingga hilir dari hulu hingga hilir
3.2 Penurunan kualitas air Sosialisasi kepada • Sosialisasi intensif kepada masyarakat • Sosialisasi intensif kepada masyarakat • Sosialisasi intensif kepada masyarakat Pembuatan Juklak dan BBWS B.Solo, SubDinas
masyarakat di sekitar tentang bahaya pencemaran air tentang bahaya pencemaran air tentang bahaya pencemaran air Juknis sosialisasi PSDA, Pemda Kab,
sumber air Bappedal Kab., UNS, UMS
• Pembuatan perda yang mengatur • Pembuatan perda yang mengatur • Pembuatan perda yang mengatur Perda Persampahan
pembuangan sampah oleh masyarakat pembuangan sampah oleh masyarakat pembuangan sampah oleh masyarakat

74
Tabel 4. 2. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
ASPEK II : PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
TUJUAN : Memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil
KEGIATAN 1. Penatagunaan sumber daya air
2. Penyediaan sumber daya air
3. Penggunaan sumber daya air
4. Pengembangan sumber daya air
5. Pengusahaan sumber daya air

1. PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


STRATEGI KEGIATAN PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.1 Kurangnya integrasi Penetapan zona Kampanye Publik Pengendalian • Kampanye Publik Pengendalian • Penyusunan RTR WS Bengawan Solo Koordinasi institusi terkait dalam Ditjen Penataan Ruang,
antara tata ruang pemanfaatan SDA kedalam Pemanfaatan Ruang DAS Bengawan Pemanfaatan Ruang DAS Bengawan Solo penyusunan dan pengawasan BBWS B.Solo, Pemda
dengan tata air peta tata ruang wilayah Solo • Penyusunan RTR WS Bengawan Solo • Kampanye Publik Pengendalian pemanfaatan RTR Kabupaten, Bappeda,
Kabupaten di WS Pemanfaatan Ruang DAS Bengawan Dinas PSDA, Dinas
• Pengawasan Teknik Pengendalian Kehutanan
Pemanfaatan Ruang DAS Wonogiri
1.2 Kurangnya Menetapkan daerah Menetapkan batas kawasan sempadan Menetapkan batas kawasan sempadan Menetapkan batas kawasan sempadan UU No. 7, PP 42, Permen
pengetahuan sempadan pantai, sungai, pantai, sungai dan mata air di seluruh pantai, sungai dan mata air di seluruh WS pantai, sungai dan mata air di seluruh
masyarakat mengenai waduk, danau, mata air WS Bengawan Solo Bengawan Solo WS Bengawan Solo
sempadan sungai
Sosialisasi ke masyarakat atau pihak lain Sosialisasi ke masyarakat atau pihak lain Penyusunan Juklak dan Juknis
tentang batasan membuang limbah ke tentang batasan membuang limbah ke sosialisasi bersama seluruh
badan sungai badan sungai instansi terkait

Memasang rambu-rambu peringatan Memasang rambu-rambu peringatan pada Memasang rambu-rambu peringatan Inventarisasi ruas sungai
pada ruas sungai yang rawan tingkat ruas sungai yang rawan tingkat buangan pada ruas sungai yang rawan tingkat
buangan limbah di S. Bengawan Solo limbah di S. Bengawan Solo buangan limbah di S. Bengawan Solo

Menetapkan alokasi dan hak Menyusun Perda alokasi dan hak guna air • Menyusun Perda alokasi dan hak guna Perda alokasi air BBWS B.Solo, Pemda
guna air bagi pengguna yang bagi pengguna air di WS Bengawan Solo air bagi pengguna air di WS Bengawan Kabupaten, Bappeda,
sudah ada pada masing- • S l
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Dinas PSDA, Dinas
masing kabupaten dan kota Perda Kehutanan, UNS, UMS,
1.3 Kurangnya sharing Menetapkan alokasi dan hak • Menyusun pedoman perhitungan biaya Menyusun pedoman perhitungan biaya jasa Menyusun pedoman perhitungan biaya Draft pedoman disusun oleh Usahid
hulu dengan hilir guna air atas permohonan jasa pengelolaan SDA serta metode pengelolaan SDA serta metode jasa pengelolaan SDA serta metode BBWSBS dengan melibatkan
pengguna baru sesuai pembebanannya kepada para pembebanannya kepada para pemanfaat pembebanannya kepada para pemanfaat lembaga terkait
dengan pola dan rencana pemanfaat
pengelolaan SDA • Menetapkan Pola Alokasi Air
Menerapkan prinsip Menerapkan Perda penerima manfaat • Menerapkan Perda penerima manfaat • Menerapkan Perda penerima manfaat Sangsi hukum bagi pelanggar
penerima manfaat menanggung biaya jasa pengelolaan menanggung biaya jasa pengelolaan SDA menanggung biaya jasa pengelolaan perda
membayar kecuali untuk SDA SDA
• Membuat Pilot Proyek pelaksanaan konsep • Membuat Pilot Proyek pelaksanaan Pilot Project disiapkan oleh
kebutuhan pokok sehari hari
"penerima manfaat membayar" untuk S. konsep "penerima manfaat membayar" BBWSBS dengan melibatkan
dan pertanian rakyat
Bengawan Solo untuk S. Bengawan Solo lembaga terkait

• Sosialisasi Perda Kesepakatan Pemkot/Pemkab


dan BBWS B. Solo
• Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Disusun pedoman monitoring
Perda dan evaluasi

75
2. PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI KEGIATAN PENYEDIAAAN SUMBER DAYA AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

2.1 Kurangnya air bersih • Penyediaan air bersih untuk • OP bangunan/prasarana irigasi dan OP bangunan/prasarana irigasi dan OP bangunan/prasarana irigasi dan Pengalokasian dana OP yang Pemda Prov. Jateng/
untuk keperluan RKI keperluan RKI/DMI prasarana penyediaan air baku prasarana penyediaan air baku prasarana penyediaan air baku memadai Jatim, Bappda, BBWS
pada musim kemarau (domestik, municipal, B.Solo
• Pembangunan bangunan prasarana irigasi • Pembangunan bangunan prasarana Kesepakatan Pemkab. Blora,
industri) dikembangkan tidak
irigasi Pemerintah Prop. Jatim dengan
hanya di kota tetapi tersebar
• Pembangunan Bendungan Blungun, • Pembangunan Bendungan Blungun, Pemerintah Pusat
juga di kecamatan dan di
Pengkok, Pucang, Kendang di Kab. Blora Pengkok, Pucang, Kendang di Kab.
desa
Blora
Pembangunan bendung Tawun di Kab. Pembangunan bendung Tawun di Kab. Kesepakatan Pemkab. Tuban,
Tuban Tuban Pemerintah Prop. Jatim dengan
Pemerintah Pusat
• Pemanfaatan sumber air Pengembagian air baku Bendung Gerak Kesepakatan Pemkab,
baku yang ada Sembayat / Kuro di Kab. Gresik Pemerintah Propinsi dengan
Pemerintah Pusat
2.2 Kurangnya air irigasi • Operasi dan Pemeliharaan • Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Irigasi Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Penyusunan DD Rehab DI Colo
pada musim kemarau daerah irigasi Irigasi Colo Barat dan Colo Timur Colo Barat dan Colo Timur termasuk Irigasi Colo Barat dan Colo Timur Barat dan Colo Timur
termasuk Bangunan Pelengkapnya Bangunan Pelengkapnya termasuk Bangunan Pelengkapnya
• Rehabilitasi dan peningkatan Perbaikan Saluran Irigasi Pacal juga • Perbaikan Saluran Irigasi Pacal juga Kesepakatan Pemkab.
jaringan irigasi pada daerah- sebagai tanggul di Kab. Bojonegoro sebagai tanggul di Kab. Bojonegoro Bojonegoro, Pemerintah Propinsi
daerah irigasi Jatim dengan Pemerintah Pusat
• Pembangunan waduk-waduk kecil
Rehabilitasi Bendung yang Rehabilitasi dan pembangunan check Rehabilitasi dan pembangunan check dam Rehabilitasi dan pembangunan check Penyusunan DD Check Dam
rusak dam di DAS W. Wonogiri di DAS W. Wonogiri dam di DAS W. Wonogiri

Pembangunan waduk Pengembangan sistem Kali Pacal (Kab. Pengembangan sistem Kali Pacal (Kab. Pengembangan sistem Kali Pacal (Kab. Kesepakatan Pemkab.
kecil/Embung dan Bojonegoro) Bojonegoro) Bojonegoro) Bojonegoro, Pemerintah Propinsi
tampungan air untuk Jatim dengan Pemerintah Pusat
penyediaan air baku Studi waduk Pejok di Kab. Bojonegoro Studi waduk Pejok di Kab. Bojonegoro • Pembangunan Waduk Pejok di Kab. Kesepakatan Pemkab.
pertanian Bojonegoro Ponorogo, Pemkab. Bojonegoro,
• Pembangunan waduk serbaguna Waduk Pemerintah Propinsi Jatim
Bendo di K. Keyong (Kab. Ponorogo) dengan Pemerintah Pusat
• Pembangunan Waduk Gongseng
(Bojonegoro)

76
STRATEGI KEGIATAN PENYEDIAAAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

2.3 Kurangnya Pengukuhan kawasan Pengukuhan lahan sawah beririgasi Pengukuhan lahan sawah beririgasi Pengukuhan lahan sawah beririgasi Inventarisasi lahan sawah
pengendalian alih pertanian lahan basah terutama di Daerah irigasi terutama di Daerah irigasi terutama di Daerah irigasi beririgasi
fungsi lahan khususnya lahan sawah Pembangunan prasarana pengendali banjir Pembangunan prasarana pengendali Penyusunan DD prasarana
beririgasi teknis ( pemetaan untuk mengamankan daerah irigasi banjir untuk mengamankan daerah irigasi pengendali banjir
lahan sawah beririgasi
teknis, penetapan lahan
sawah beririgasi teknis)
Penyediaan air untuk Pembangunan waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab.
pembangkitan tenaga listrik Badegan di Kali Sungkur (Kab. Ponorogo, Pemerintah Propinsi
Ponorogo) Jatim dengan Pemerintah Pusat
Pembangunan long storage disepanjang Kesepakatan Pemkab, Pemprop
S. Bengawan Solo Hilir (mulai dari Cepu dan Pemerintah Pusat, terutama
ke hilir) dalam pembebasan tanahnya
2.4 Kurangnya air bersih Penyediaan air untuk Penyusunan Neraca Air saat ini dan Penyusunan Neraca Air saat ini dan Penyusunan Neraca Air saat ini dan Dimasukkan dalam rencana
untuk keperluan RKI berbagai macam kebutuhan dimasa yang akan datang, yang dimasa yang akan datang, yang dimasa yang akan datang, yang jangka menengah BBWS B. Solo
pada musim kemarau dalam jangka pendek, jangka merupakan fungsi ruang dan waktu. merupakan fungsi ruang dan waktu. merupakan fungsi ruang dan waktu.
menengah dan jangka
panjang Penyusunana prioritas pengembangan Penyusunana prioritas pengembangan Penyusunana prioritas pengembangan Dilakukan dengan
SDA untuk pemenuhan kebutuhan air SDA untuk pemenuhan kebutuhan air SDA untuk pemenuhan kebutuhan air mempertimbangkan aspek
berdasarkan atas ketersediaan air. berdasarkan atas ketersediaan air. berdasarkan atas ketersediaan air. teknis, sosial, lingkungan
maupun legalitasnya

Pembangunan Bendung Gerak Kesepakatan Pemkab.


Bojonegoro ( Kapasitas tampung 13 juta Bojonegoro, Pemerintah Propinsi
m3) di Kab. Bojonegoro Jatim dengan Pemerintah Pusat

Pembangunan bendung gerak Kesepakatan Pemkab.


Karangnongko dengan tampungan air Bojonegoro, Pemerintah Propinsi
sebesar 100 juta m3 Jatim dengan Pemerintah Pusat

Pembangunan Solo Valley Warken, yaitu Penyusunan kajian kelayakan,


saluran yang mengalir dari Ngawi baik dari aspek teknis, sosial,
sampai Gresik untuk mengatasi lingkungan dan legalitasnya
kekeringan di bagian selatan Bengawan
Solo di Jawa Timur

77
3. PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI KEGIATAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

3.1 Perlunya keterpaduan Penyusunan Rencana Penyusunan Rencana Pengelolaan SDA Penyusunan Rencana Pengelolaan SDA Penyusunan Rencana Pengelolaan SDA PP no. 42 tahun 2008 BBWS B.Solo, Pemda
penyusunan rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Bengawan Solo Wilayah Sungai Bengawan Solo Wilayah Sungai Bengawan Solo Kab, Bappeda, Dinas
pengelolaan SDA PSDA, Dinas Pertanian,
Memberikan masukan untuk review RTRW • Memberikan masukan untuk review Kesepakatan Pemkab/Kota, PDAM, Dinas Cipta Karya
provinsi, Kabupaten/Kota RTRW provinsi, Kabupaten/Kota Propinsi
• Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Kesepakatan TKPSDA
SDAWilayah Sungai Bengawan Solo
oleh seluruh Stakeholder

3.2 Penggunaan air irigasi Meningkatkan efektifitas dan Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Irigasi Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Irigasi Rehabilitasi dan Perbaikan Jaringan Penyusunan DD Rehab DI Colo
yang kurang efisien efesiensi penyediaan serta Colo Barat dan Colo Timur termasuk Colo Barat dan Colo Timur termasuk Irigasi Colo Barat dan Colo Timur Barat dan Colo Timur
penggunaan air irigasi Bangunan Pelengkapnya Bangunan Pelengkapnya termasuk Bangunan Pelengkapnya
dengan lebih mengutamakan
kegiatan O & P, rehabilitasi
dan mengembalikan kinerja Perbaikan Saluran Irigasi Pacal juga Perbaikan Saluran Irigasi Pacal juga Perbaikan Saluran Irigasi Pacal juga Kesepakatan Pemkab.
sistem irigasi yang telah ada sebagai tanggul di Kab. Bojonegoro sebagai tanggul di Kab. Bojonegoro sebagai tanggul di Kab. Bojonegoro Bojonegoro, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah Pusat

78
4. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI KEGIATAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

BBWS B.Solo, Pemda


4.1 Kurangnya • Pengukuhan kawasan • Pemetaan dan penetapan lahan sawah Pemetaan dan penetapan lahan sawah Pemetaan dan penetapan lahan sawah Penyusunan study Pengelolaan Kab, Bappeda, Dinas
pengendalian dan pertanian lahan basah beririgasi teknis di seluruh Daerah beririgasi teknis di seluruh Daerah Irigasi beririgasi teknis di seluruh Daerah Irigasi Aset Irigasi PSDA, Dinas Pertanian,
pengawasan alih khususnya sawah irigasi Irigasi Teknis dan Semi Teknis di WS Teknis dan Semi Teknis di WS Bengawan Teknis dan Semi Teknis di WS PDAM, Dinas Cipta Karya
fungsi lahan teknis Bengawan Solo Solo Bengawan Solo

• Peningkatan infrastruktur • Penyusunan mekanisme perizinan Penyusunan mekanisme perizinan Penyusunan mekanisme perizinan PP no. 20 Tahun 2006
pertanian untuk pemanfaatan ruang sawah beririgasi pemanfaatan ruang sawah beririgasi teknis pemanfaatan ruang sawah beririgasi
mempertahankan teknis teknis
keberadaan fungsi lahan Alih fungsi lahan harus melalui • Alih fungsi lahan harus melalui Pengawasan dan penegakan
sawah beririgasi teknis kesepakatan anggota Komisi Irigasi dan kesepakatan anggota Komisi Irigasi dan hukum alih fungsi lahan
• Mengendalikan alih fungsi izin berdasarkan rekomendasi dari Komisi izin berdasarkan rekomendasi dari
lahan sawah (terutama yang Irigasi secara prosedural Komisi Irigasi secara prosedural
beririgasi teknis)
• Pemanfaatan dan evaluasi alih fungsi
lahan
• Penegakan hukum alih fungsi lahan

Pengembangan modifikasi
cuaca untuk menambah
volume air pada sumber air

4.2 Pola tanam yang Mendorong pengembangan Mengembangkan pertanian palawija dan Mengembangkan pertanian palawija dan Mengembangkan pertanian palawija dan Sosialisasi efisiensi pengelolaan
kurang efektif irigasi dalam rangka tanaman bernilai ekonomi tinggi yang tanaman bernilai ekonomi tinggi yang tidak tanaman bernilai ekonomi tinggi yang pertanian
mendukung produktivitas tidak membutuhkan air yang banyak membutuhkan air yang banyak pada tidak membutuhkan air yang banyak
usaha tani untuk pada daerah tadah hujan dan pada daerah tadah hujan dan pada daerah irigasi pada daerah tadah hujan dan pada
meningkatkan produksi daerah irigasi yang kekurangan air atau yang kekurangan air atau pada daerah daerah irigasi yang kekurangan air atau
pertanian guna ketahanan pada daerah irigasi pedesaan irigasi pedesaan pada daerah irigasi pedesaan
pangan nasional dan
memajukan kesejahteraan • Rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak • Rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak Identifikasi jaringan irigasi yang
masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan dalam rangka mendukung ketahanan rusak
pangan untuk mengantisipasi pertambahan pangan untuk mengantisipasi
penduduk dan alih fungsi sawah sampai pertambahan penduduk dan alih fungsi
tahun 2028 sawah sampai tahun 2028
• Pengembangan Bengawan Jero • Pengembangan Bengawan Jero Kesepakatan Pemkab.
Lamongan, Gresik, Pemerintah
Prop. Jatim dan Pemerintah

79
5. PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI KEGIATAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

5.1 Kurangnya Menyusun pedoman Menyusun pedoman perhitungan biaya Menyusun pedoman perhitungan biaya jasa Menyusun pedoman perhitungan biaya Penyusunan Peraturan Jasa BBWS B.Solo, Pemda
pengetahuan role perhitungan biaya jasa jasa pengelolaan SDA serta metode pengelolaan SDA serta metode jasa pengelolaan SDA serta metode Pengelolaan SDA Kab, Bappeda, Dinas
sharing hulu dan hilir pengelolaan SDAserta pembebanannya kepada para pemanfaat pembebanannya kepada para pemanfaat pembebanannya kepada para pemanfaat PSDA, Dinas Pertanian,
metode pembebanannya untuk WS Bengawan Solo untuk WS Bengawan Solo untuk WS Bengawan Solo PDAM, Dinas Cipta Karya,
kepada para pemanfaat UNS, UMS, LSM
Inventarisasi penggunaan air oleh kalangan Inventarisasi penggunaan air oleh kalangan Inventarisasi penggunaan air oleh kalangan Penyusunan Database
industri dan perdagangan : industri dan perdagangan : industri dan perdagangan : Penggunaan Air
• Volume, sumber air, pembuangan • Volume, sumber air, pembuangan limbah • Volume, sumber air, pembuangan
limbah limbah
• Besar iuran jasa penggunaan air (atau • Besar iuran jasa penggunaan air (atau • Besar iuran jasa penggunaan air (atau
istilah lain) yang telah disetor ke istilah lain) yang telah disetor ke Dispenda istilah lain) yang telah disetor ke
Dispenda Dispenda
Menetapkan kriteria bagian Sosialisasi IP Air (Iuran Pemanfaatan
SDA yang dapat dilakukan Sosialisasi IP Air (Iuran Pemanfaatan air) Sosialisasi IP Air (Iuran Pemanfaatan air) air) Penyusunan Juklak dan Juknis
pengusahaan dengan tetap • P3A/GP3A/KTNA/HKTI • P3A/GP3A/KTNA/HKTI • P3A/GP3A/KTNA/HKTI sosialisasi Iuran Pemanfaatan Air
mengutamakan kepentingan
• PLTA • PLTA • PLTA
publik.

Menetapkan sistem perizinan • Kalangan Industri • Kalangan Industri • Kalangan Industri


pengusahaan guna
menciptakan kepastian
hukum bagi dunia usaha
dalam pengusahaan SDA
5.2 Kurangnya kesadaran • Menetapkan sistem perizinan Memberikan sanksi bagi pengguna air yang Memberikan sanksi bagi pengguna air Penegakan hukum BBWS B.Solo, Pemda
masyarakat dalam pengusahaan guna tidak sesuai dengan peraturan yang tidak sesuai dengan peraturan Kab, Bappeda, Dinas
penggunaan SDA menciptakan kepastian PSDA, Dinas Pertanian,
hukum bagi dunia usaha PDAM, Dinas Cipta Karya,
dalam pengusahaan SDA UNS, UMS, LSM

• Mengembangkan dan
menerapkan sistem Penetapan kriteria pengusahaan air Koordinasi dengan instansi
pemantauan dan terkait
pengawasan pelaksanaan
pengusahaan dan
memperkuat instansi Pemda
terkait,untuk pengaturan
peran dunia usaha dalam
pengusahaan SDA

80
STRATEGI KEGIATAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN OPERASIONAL
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

Mengembangkan dan Penyempurnaan persyaratan dan Penyempurnaan persyaratan dan prosedur Penyempurnaan persyaratan dan Penyusunan SOP pelayanan air
menyempurnakan prosedur kerjasama dalam kerjasama dalam pengusahaan SDA prosedur kerjasama dalam pengusahaan minum
persyaratan dan prosedur pengusahaan SDA SDA
kerjasama pengusahaan kelembagaan dan profesionalisme kelembagaan dan profesionalisme kelembagaan dan profesionalisme
SDA dan menerapkannya pelayanan pelayanan pelayanan
secara konsisten

full cost recovery


Peningkatan cakupan pelayanan
Menyehatkan kelembagaan pelayanan air
minum (PDAM)Review revitalisasi PDAM
di Kab/Kota di WS Bengawan Solo

Menyehatkan kelembagaan Persyaratan dan prosedur dalam:


pelayanan air minum
• penggunaan air untuk tenaga kerja di
(PDAM), mencakup redefinisi kawasan industri
kelembagaan,
• pengusahaan air minum dalam
profesionalisme pelayanan,
full cost recovery dan kemasan (AMDK) dari mata air
peningkatan cakupan • penggunaan air untuk proses produksi
l dan pendingin

5.3 Kurangnya kesadaran Pemberdayaan koperasi, Pemberdayaan P3A sehingga menjadi • Pemberdayaan P3A sehingga menjadi • Pemberdayaan P3A sehingga menjadi Fasilitasi pemberdayaan P3A, Dinas PSDA, Dinas
P3A dalam badan usaha swasta dan entitas berbadan hukum entitas berbadan hukum entitas berbadan hukum KTP dan Koperasi Pertanian, Dinas
penggunaan SDA masyarakat dalam: • Pemberdayaan KTP (Kelompok Tani • Pemberdayaan KTP (Kelompok Tani Kehutanan Kab
* Pembangunan prasarana Penghijauan) Penghijauan)
air minum pedesaan
* Peningkatan/rehabilitasi • Pemberdayaan Koperasi dalam
irigasi pedesaan pelestarian lingkungan

81
Tabel 4. 3. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
ASPEK III : PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
TUJUAN : Pencegahan, penanggulangan dan pemulihan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadudan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air yang terselenggara
dengan melibatkan peran serta masyarakat
KEGIATAN 1. Pencegahan
2. Penanggulangan
3. Pemulihan

1. PENCEGAHAN

STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR


SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
YANG INGIN DICAPAI OPERASIONAL TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.1 Belum adanya integrasi Kawasan rawan bencana perlu • Pembentukan Badan Penanggulangan • Pembentukan Badan Penanggulangan • Pembentukan Badan Penanggulangan Pembahasan intensif BBWS B.Solo, Pemda Kab,
antara perencanaan ditetapkan disetiap RTRW Bencana Provinsi/Kab Bencana Provinsi/Kab Bencana Provinsi/Kab mengenai bencana, RTRW Bappeda, Dinas PSDA
tata ruang dan tata Kabupaten/Kota dan ditindak dan pengelolaan SDA oleh
• Pengaturan pemanfaatan kawasan rawan • Pengaturan pemanfaatan kawasan rawan • Pengaturan pemanfaatan kawasan rawan
lanjuti dengan penerbitan Perda. TKPSDA
kelola air bencana dalam RTRW bencana dalam RTRW bencana dalam RTRW

• Koordinasi antar stakeholder dalam • Koordinasi antar stakeholder dalam • Koordinasi antar stakeholder dalam
pengelolaan DAS pengelolaan DAS pengelolaan DAS

• Penetapan kawasan rawan bencana banjir • Penetapan kawasan rawan bencana banjir Identifikasi dan pemetaan
kawasan rawan bencana
• Penetapan bahwa kawasan rawan bencana • Penetapan bahwa kawasan rawan bencana
tertutup bagi permukiman. tertutup bagi permukiman.
• Penegakan hukum pemanfaatan sempadan • Penegakan pemanfaatan sempadan sungai
sungai secara optimal secara optimal
• Penyusunan Peta Resiko Bencana Banjir • Penyusunan Peta Resiko Bencana Banjir

Perbaikan/penguatan tanggul-tanggul terutama Koordinasi dengan instansi


di lokasi rawan banjir terkait
1.2 Sedimentasi di waduk- Pembangunan penahan tebing • Pembangunan bangunan penahan tebing • Pembangunan bangunan penahan tebing • Pembangunan bangunan penahan tebing Koordinasi dengan instansi
waduk dan sering dan penahan erosi sungai di Desa Lawu (Bengawan Solo sungai di Desa Lawu (Bengawan Solo Hulu) sungai di Desa Lawu (Bengawan Solo Hulu) terkait
terjadinya banjir Hulu)
• Perbaikan tanggul, parapet, pintu air dan • Perbaikan tanggul, parapet, pintu air dan • Perbaikan tanggul, parapet, pintu air dan
prasarana lainnya yang rusak akibat banjir prasarana lainnya yang rusak akibat banjir di prasarana lainnya yang rusak akibat banjir di
di B.Solo Hulu dan K. Madiun B.Solo Hulu dan K. Madiun B.Solo Hulu dan K. Madiun

• Pengaturan dan perbaikan. K. Jerowan, K. • Pengaturan dan perbaikan. K. Jerowan, K. Kesepakatan Pemkab.
Catur Catur Madiun, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

• Perbaikan dan pengaturan Bengawan Solo Hilir • Perbaikan dan pengaturan Bengawan Solo Hilir Kesepakatan Pemkab. Blora,
sepanjang 200 km sepanjang 200 km Tuban, Bojonegoro,
Lamongan, Gresik,
Pemerintah Prop. Jateng,
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

• Perbaikan dan pengaturan sungai Kali Madiun • Perbaikan dan pengaturan sungai Kali Madiun Kesepakatan Pemkab.
sepanjang 90 km sepanjang 90 km Madiun, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

82
STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

• Pembangunan bangunan penahan tebing Kesepakatan TKPSDA


sungai di sepanjang Kali Dengkeng,
Rehabilitasi jembatan Jarum (tebing kiri: wet
masonry revetment)

• Pembangunan penahan tebing dan penahan Kesepakatan TKPSDA


erosi

Perbaikan dan pengaturan waduk retensi banjir Penyelesaian pembebasan


Jabung 5.450 ha; floodway sepanjang 12,5 km lahan

1.3 Kurangnya O & P Pembangunan tanggul dan • OP tanggul Sungai Bengawan Solo di • OP tanggul Sungai Bengawan Solo di • OP tanggul Sungai Bengawan Solo di Pengalokasian dana rutin OP
prasarana pengendali bangunan penahan banjir Surakarta, Bojonegoro, Babat, Kalimireng Surakarta, Bojonegoro, Babat, Kalimireng dan Surakarta, Bojonegoro, Babat, Kalimireng dan
banjir dan tanggul di Kali Madiun di Kota Madiun tanggul di Kali Madiun di Kota Madiun tanggul di Kali Madiun di Kota Madiun

• OP sudetan (shortcut) Bengawan Solo di • OP sudetan (shortcut) Bengawan Solo di • OP sudetan (shortcut) Bengawan Solo di
daerah Kuro, Lamongan, shortcut Kali daerah Kuro, Lamongan, shortcut Kali Madiun daerah Kuro, Lamongan, shortcut Kali Madiun
Madiun di daerah Pojok-Jeroan, Madiun di daerah Pojok-Jeroan, Madiun di daerah Pojok-Jeroan, Madiun

• OP parapet wall, revertent di Bengawan • OP parapet wall, revertent di Bengawan Solo • OP parapet wall, revertent di Bengawan Solo
Solo dan Kali Madiun dan Kali Madiun dan Kali Madiun

• OP pompa dan saluran drainase di • OP pompa dan saluran drainase di daerah • OP pompa dan saluran drainase di daerah
daerah perkotaan (Solo, Bojonegoro, dan perkotaan (Solo, Bojonegoro, dan Madiun) perkotaan (Solo, Bojonegoro, dan Madiun)
Madiun)
• Pembangunan waduk serbaguna Waduk • Pembangunan waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab.
Badegan di Kali Sungkur (Kab. Ponorogo) Badegan di Kali Sungkur (Kab. Ponorogo) Ponorogo, Pemerintah
Prop. Jatim dengan
Pemerintah Pusat

• Pembangunan waduk-waduk kecil di beberapa • Pembangunan waduk-waduk kecil di beberapa Kesepakatan TKPSDA
lokasi lokasi
• Perbaikan tanggul, parapet, pintu air, dan • Perbaikan tanggul, parapet, pintu air, dan Kesepakatan Pemkab.
prasarana lainnya yang rusak akibat banjir kali prasarana lainnya yang rusak akibat banjir kali Madiun, Pemerintah Prop.
Madiun Madiun Jatim dengan Pemerintah
Pusat
• Pembangunan tanggul / parapet Bengawan • Pembangunan tanggul / parapet Bengawan Kesepakatan TKPSDA
Solo Hilir, di kota Cepu sepanjang 8 Km Solo Hilir, di kota Cepu sepanjang 8 Km

• Pembangunan waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab.


Bendo di K. Keyong (Kab. Ponorogo) Ponorogo, Pemerintah
Prop. Jatim dengan
• Penyempurnaan Waduk Kedung Brubus Kesepakatan TKPSDA
• Pembangunan Waduk Gonggang di. Kab. Kesepakatan Pemkab.
Magetan Magetan, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

83
STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.4 Kurangnya prasarana Pembangunan Waduk Pengendali • Pembangunan Waduk serbaguna Waduk • Pembangunan Waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab.
pengendali banjir Banjir Bendo di K Bendo (Kab. Ponorogo) Bendo di K Bendo (Kab. Ponorogo) Ponorogo, Pemerintah
Prop. Jatim dengan
Pemerintah Pusat
• Pembangunan Drainase Bengawan Jero • Pembangunan Waduk serbaguna Waduk Kesepakatan Pemkab. Blora,
Jipang di S. Bengawan Solo (Kab. Blora, Ngawi, Pemerintah Prop.
Bojonegoro, Ngawi) Jatim dengan Pemerintah
Pusat
• Pembangunan Drainase Bengawan Jero Kesepakatan Pemkab.
Lamongan, Gresik
Pemerintah Prop. Jatim
dengan Pemerintah Pusat

Pengendalian banjir dengan • OP bangunan multi fungsi Wonogiri • OP bangunan multi fungsi Wonogiri (kapasitas • OP bangunan multi fungsi Wonogiri (kapasitas Kebijakan PJT1
prasarana pengendali banjir (kapasitas tampung 220 juta m3, tampung 220 juta m3, kapasitas pengendali tampung 220 juta m3, kapasitas pengendali
Menjaga kestabilan pantai kapasitas pengendali debit puncak 4.000 debit puncak 4.000 m3/det menjadi 400 m3/det. debit puncak 4.000 m3/det menjadi 400
m3/det menjadi 400 m3/det. m3/det.

• OP bangunan pengendali banjir di daerah • OP bangunan pengendali banjir di daerah hulu • OP bangunan pengendali banjir di daerah hulu Pengalokasian dana rutin OP
hulu (Nguter-Jurug) : sudetan (13 km), (Nguter-Jurug) : sudetan (13 km), tanggul (36 (Nguter-Jurug) : sudetan (13 km), tanggul (36
tanggul (36 km), channel excavation (30 km), channel excavation (30 km), Revetment km), channel excavation (30 km), Revetment
km), Revetment (9km), Groundsill (5 (9km), Groundsill (5 bh),Sluiceway (65 bh), (9km), Groundsill (5 bh),Sluiceway (65 bh),
bh),Sluiceway (65 bh), groyne (17 sets), groyne (17 sets), Bridge 3 bh) groyne (17 sets), Bridge 3 bh)
Bridge 3 bh)

• OP bangunan pengendali banjir di Kali • OP bangunan pengendali banjir di Kali Madiun • OP bangunan pengendali banjir di Kali Madiun Pengalokasian dana rutin OP
Madiun (Pertemuan Kali Catur- (Pertemuan Kali Catur-Kwadunga) : short-cut (Pertemuan Kali Catur-Kwadunga) : short-cut
Kwadunga) : short-cut (4 km), Levee (4 km), Levee embankment (2 juta m3), (4 km), Levee embankment (2 juta m3),
embankment (2 juta m3), parapet wall (3 parapet wall (3 km), revetment (25 km), parapet wall (3 km), revetment (25 km),
km), revetment (25 km), groundsill (15 groundsill (15 bh), sluiceway (60 bh), groyne groundsill (15 bh), sluiceway (60 bh), groyne
bh), sluiceway (60 bh), groyne (60 sets), (60 sets), bridge (4 bh), weir modification (60 sets), bridge (4 bh), weir modification
bridge (4 bh), weir modification

• OP bangunan prasarana pengendali banjir • OP bangunan prasarana pengendali banjir • OP bangunan prasarana pengendali banjir Pengalokasian dana rutin OP
Sliceway WKA-1 di Kali Wingko (struktur Sliceway WKA-1 di Kali Wingko (struktur Sliceway WKA-1 di Kali Wingko (struktur
menggantung) menggantung) menggantung)
• OP Bendung Kori : wet masnory • OP Bendung Kori : wet masonry revetment • OP Bendung Kori : wet masonry revetment Pengalokasian dana rutin OP
revetment (tebing kiri) (tebing kiri) (tebing kiri)
• OP Bendung Jati : wet masnory • OP Bendung Jati : wet masonry revetment • OP Bendung Jati : wet masonry revetment Pengalokasian dana rutin OP
revetment (tebing kanan) (tebing kanan) (tebing kanan)

• OP Bendung Sungkur : rubber gate • OP Bendung Sungkur : rubber gate • OP Bendung Sungkur : rubber gate Pengalokasian dana rutin OP

84
STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

• Pembangunan bangunan pengendali banjir di • Pembangunan bangunan pengendali banjir di Kesepakatan Pemkab.
daerah hilir (Babat-Tanjung Kepala) : Levee daerah hilir (Babat-Tanjung Kepala) : Levee Lamongan, Gresik
embakment, revetment, parapet, floodway, embakment, revetment, parapet, floodway, Pemerintah Prop. Jatim
sluiceway, short-cut, bridge, gate structure sluiceway, short-cut, bridge, gate structure dengan Pemerintah Pusat

• Pembangunan tanggul Bengawan Solo Hilir Kesepakatan Pemkab. Blora,


dari Babat sampai Cepu , sepanjang 130 Km Tuban, Bojonegoro,
Lamongan dan Pemerintah
Pusat

• Pembangunan Tanggul K. Ngelang ( lanjutan ) • Pembangunan Tanggul K. Ngelang ( lanjutan ) Kesepakatan Pemkab.
di Kab. Magetan di Kab. Magetan Magetan, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

• Pembangunan tanggul/Parapet, Pelindung • Pembangunan tanggul/Parapet, Pelindung Kesepakatan Pemkab.


Tebing di Kota Ngawi, sepanjang 6 Km Tebing di Kota Ngawi, sepanjang 6 Km Ngawi, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat
• Perbaikan dan pengaturan Sungai K. Madiun Kesepakatan Pemkab.
antara Kwadungan-Ngawi, sepanjang 29 km Madiun, Ngawi

• Pembangunan/Perbaikan parapet K. Wingko, • Pembangunan/Perbaikan parapet K. Wingko, Koordinasi BBWS B. Solo


sepanjang 6 km. sepanjang 6 km. dengan Pemkot Surakarta

• Pengadaan, pemasangan, perbaik -an pompa • Pengadaan, pemasangan, perbaikan pompa Kesepakatan Pemkot.
air dan pembuatan pintu air K. Boro, dan K. air dan pembuatan pintu air K. Boro, dan K. Surakarta, Pemerintah Prop.
Wingko Wingko Jateng dengan Pemerintah
Pusat

• Perbaikan tanggul, parapet, pintu air dan • Perbaikan tanggul, parapet, pintu air dan Kesepakatan Pemkab.
prasarana lain yang rusak akibat banjir ( prasarana lain yang rusak akibat banjir ( Sukoharjo, Klaten
termasuk S. Jlantah, S Samin, S. Dengkeng, S. termasuk S. Jlantah, S Samin, S. Dengkeng,
Ranjing ) dan kali Dengkeng S. Ranjing ) dan kali Dengkeng

• Pencegah abrasi pantai Kesepakatan Pemkab.


Gresik, Tuban dan
Penyusunan DD Pantai
Tuban, Gresik
• Normalisasi Sungai Grompol dan Sungai Kesepakatan Pemkab.
Mungkung Sragen, Pemerintah Prop.
Jateng dan Pemerintah Pusat

• Pembangunan Bendungan Pakulan di Kab. Kesepakatan Pemkab.


Ngawi Ngawi, Pemerintah Prop.
Jatim dengan Pemerintah
Pusat

85
STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

• Pembangunan Bendungan Jaga, Jegong, Kesepakatan Pemkab. Blora,


Pucang, Kendang di Kab. Blora Pemerintah Prop. Jatim
dengan Pemerintah Pusat

• Pembangunan Bendungan Jipang Kesepakatan TKPSDA


terutama Pemkab. Blora,
Bojonegoro, Ngawi,
Pemerintah Prop. Jateng,
Prop. Jatim, dengan
Pemerintah Pusat

• Pembangunan Bendungan Pidekso di Kab. Kesepakatan Pemkab.


Wonogiri Wonogiri, Pemerintah Prop.
Jateng dengan Pemerintah
Pusat

• Pelaksanaan perbaikan dan penga -turan Kesepakatan


sungai Bengawan Solo Hulu, Jurug - Sragen , Pemkab/Pemkot dengan
sepanjang 2 km Ditjen SDA
• Perbaikan sistem pengendalian banjir Kota Kesepakatan Pemkot.
Surakarta dan pembangunan Pintu Air Surakarta dengan
Demangan. Pemerintah Pusat

• Peninggian tanggul dari Jembatan Bacem - Koordinasi antara Ditjen SDA


Jurug ( Q50th ) dengan Ditjen Bina Marga

• Penyusunan panduan praktis bagi • Penyusunan panduan praktis bagi masyarakat • Penyusunan panduan praktis bagi masyarakat Pedoman Banjir
masyarakat bila terjadi banjir bila terjadi banjir bila terjadi banjir

• Sosialisasi tentang bahaya pembuangan • Sosialisasi tentang bahaya pembuangan • Sosialisasi tentang bahaya pembuangan PERDA Persampahan
sampah ke badan air sampah ke badan air sampah ke badan air
• Upaya komprehensip dengan membuat • Upaya komprehensip dengan membuat suatu • Upaya komprehensip dengan membuat suatu Kebijakan Ditjen SDA
suatu lokasi tertentu sebagai percontohan lokasi tertentu sebagai percontohan lokasi tertentu sebagai percontohan

• Pelatihan bagi masyarakat dalam • Pelatihan bagi masyarakat dalam mengurangi • Pelatihan bagi masyarakat dalam mengurangi Pedoman Banjir
mengurangi kerugian akibat banjir kerugian akibat banjir kerugian akibat banjir

• Pembangunan bangunan penahan tebing • Pembangunan bangunan penahan tebing Kebijakan Ditjen SDA
pantai pantai
• Pembangunan waduk-waduk kecil untuk • Pembangunan waduk-waduk kecil untuk Kesepakatan Pemkab
menahan sedimen menahan sedimen dengan Ditjen SDA
• Pengerukan sedimen di waduk Serbaguna Kebijakan Ditjen SDA
Wonogiri
• Pembangunan sabo dam untuk menahan Kebijakan Ditjen SDA
sedimen (Pembangunan Waduk Penampung
Sedimen)

86
STRATEGI KEGIATAN PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR
SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1.5 Belum adanya zonasi Penetapan zona rawan banjir, Penetapan kawasan rawan bencana Penetapan kawasan rawan bencana banjir Penetapan kawasan rawan bencana banjir Identifikasi dan pemetaan BBWS B.Solo, Pemda Kab,
rawan banjir kekeringan, longsor, erosi dan banjir kawasan rawan bencana Bappeda, Dinas PSDA,
sedimentasi, banjir lahar dingin, banjir
amblesan tanah, perubahan sifat
dan kandungan kimiawi, biologi • Sosialisasi tentang hidup harmoni dengan • Sosialisasi tentang hidup harmoni dengan Penyusunan Pedoman Hidup
dan fisik air, kepunahan flora dan banjir banjir Harmoni dengan banjir
fauna serta wabah penyakit secara menyeluruh dan
karena air (water borne desease) • Membuat bangunan evakuasi • Membuat bangunan evakuasi terpadu

• Membuat papan pengumuman daerah rawan • Membuat papan pengumuman daerah rawan
banjir dan petunjuk arah evakuasi banjir dan petunjuk arah evakuasi

Penetapan kawasan rawan bencana longsor Identifikasi dan pemetaan


terutama di Kab. Boyolali (lereng timur G. kawasan rawan bencana
Merbabu dan lereng timur G. Merapi), Kab. longsor
Wonogiri (lereng selatan G. Lawu, perbukitan
selatan dan timur S. Keduwang, Kab.
Karanganyar bagian (lereng barat G.Lawu),
Kab. Sragen (Sangiran dan Gemolong), Kab.
Blora (daerah Ngawen, Todanan, Jepon),Kab.
Rembang di bagian selatan dan timur

1.6 Kurangnya pengelolaan • Menggunakan konsep kesatuan Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang • Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur • Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur Permen no. 63 BBWS B.Solo, Pemda Kab,
SDA yang berwawasan sistem ekologi hidrolik antara alur (sempadan) sungai dengan (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi Bappeda, Dinas PSDA, Dinas
badan sungai, sempadan sungai menaturalisasi sempadan sungai yang sempadan sungai yang rusak sempadan sungai yang rusak Kehutanan, Dinas Pertanian
dan daerah aliran sungai (DAS) rusak
• Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi • Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi Konservasi berbasis
hutan di hulu, tengah dan hilir hutan di hulu, tengah dan hilir masyarakat

• Penanganan banjir dengan • Menerapkan pola pengelolaan lahan yang Konservasi berbasis
konsep eko-hidrolik benar (pemb. teras) masyarakat

Meningkatkan fungsi Waduk Wonogiri dan Penanganan mendesak


tampungan air yang ada sedimentasi Waduk
Serbaguna Wonogiri

87
2. PENANGGULANGAN

STRATEGI KEGIATAN PENANGGULANGAN DAYA RUSAK AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

2.1 Kurangnya pengetahuan • Menyiapkan kesiapan dan • Pelatihan bagi masyarakat dalam • Pelatihan bagi masyarakat dalam mengurangi • Pelatihan bagi masyarakat dalam mengurangi Pedoman hidup harmoni BBWS B.Solo, Pemda Kab,
masyarakat mengenai ketahanan stakeholders dalam mengurangi kerugian akibat banjir kerugian akibat banjir kerugian akibat banjir dengan banjir secara Bappeda, Dinas PSDA,
banjir menghadapi bencana akibat daya menyeluruh dan terintegrasi Pemda
rusak air

• Penyusunan panduan praktis bagi • Penyusunan panduan praktis bagi masyarakat • Penyusunan panduan praktis bagi masyarakat
masyarakat bila terjadi banjir bila terjadi banjir bila terjadi banjir
• Penetapan prosedur operasi • Sosialisasi tentang hidup harmoni dengan • Sosialisasi tentang hidup harmoni dengan
standar penanggulangan bencana banjir banjir
alam/banjir. • Membuat bangunan evakuasi • Membuat bangunan evakuasi

• Pelaksanaan tindakan • Membuat papan pengumuman daerah rawan • Membuat papan pengumuman daerah rawan
penanggulangan kerusakan dan banjir dan petunjuk arah evakuasi banjir dan petunjuk arah evakuasi
atau bencana akibat daya rusak
air
• Penyampaian berita tentang
kejadian bencana banjir.
2.2 Kekurangsigapan dalam Menampung debit banjir dengan Menyiapkan bahan bahan banjiran dan Menyiapkan bahan bahan banjiran dan peralatan Menyiapkan bahan bahan banjiran dan peralatan Pedoman Banjir BBWS B.Solo, Pemda Kab,
penanggulangan darurat meningkatkan kapasitas peralatan yang dibutuhkan untuk yang dibutuhkan untuk penanggulangan darurat yang dibutuhkan untuk penanggulangan darurat Bappeda, Dinas PSDA,
banjir bangunan pelimpah banjir, kolam penanggulangan darurat banjir antara lain : banjir antara lain : banjir antara lain : Pemda
retensi, saluran pengalih dsb
• Karung karung plastik, bronjong kawat, • Karung karung plastik, bronjong kawat, perahu • Karung karung plastik, bronjong kawat, perahu Pedoman Banjir
perahu karet dan pelampung, tenda-tenda karet dan pelampung, tenda-tenda atau kayu karet dan pelampung, tenda-tenda atau kayu
atau kayu dan lain-lain. dan lain-lain. dan lain-lain.
• Pemasangan bronjong menggunakan • Pemasangan bronjong menggunakan matras • Pemasangan bronjong menggunakan matras Pedoman Banjir
matras bambu bambu bambu

3. PEMULIHAN

STRATEGI KEGIATAN PEMULIHAN DAYA RUSAK AIR


SASARAN/TARGET LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III KEBIJAKAN
YANG INGIN DICAPAI TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

3.1 Kurangnya sosialisasi Meningkatkan fungsi retensi Penanganan pengungsi dan korban banjir Penanganan pengungsi dan korban banjir Penanganan pengungsi dan korban banjir Pedoman Banjir BBWS B.Solo, Pemda Kab,
mengenai penanganan ekologis (eko hidraulics) Bappeda, Dinas PSDA,
banjir sepanjang alur sungai Pemda
Pemulihan fungsi prasarana pengendali banjir Pemulihan fungsi prasarana pengendali banjir Pedoman Banjir
yang ada secara darurat yang ada secara darurat

88
Tabel 4. 4. KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
ASPEK IV : KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR
TUJUAN : Mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air
KEGIATAN Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya

PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH MENYELENGGARAKAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR SESUAI KEWENANGANNYA

STRATEGI KEGIATAN KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN
YANG INGIN DICAPAI SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III OPERASIONAL TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1 Tidak tersedianya data dan Mengembangkan sistem informasi Updating data dan informasi SDA Updating data dan informasi SDA Updating data dan informasi SDA Pengembangan sistem data Pemda Kabupaten,
informasi SDA terbaru SDA di WS dan informasi BBWS B .Solo, UNS,
UMS
Membangun sistem data base Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Sosialisasi ke masyarakat pentingnya Pengembangan sistem data
pengelolaan SDA WS informasi dari masyarakat yang terkait informasi dari masyarakat yang terkait informasi dari masyarakat yang terkait dan informasi
dengan SDA dengan SDA dengan SDA

• Meningkatkan peran SISDA Mengembangkan partisipasi masyarakat Mengembangkan partisipasi masyarakat Mengembangkan partisipasi masyarakat Sosialisasi mengenai data
dengan menggunakan protokol dalam memberikan informasi tentang dalam memberikan informasi tentang SDAdalam memberikan informasi tentang dan informasi SDA
internet. SDA SDA
• Meningkatkan peran dan fungsi Pembuatan data base WS Bengawan Pembuatan data base WS Bengawan Solo. Pembuatan data base WS Bengawan Pengembangan sistem data
SISDA dalam pengelolaan SDA Solo. Link SISDA pengelolaan SDA WS Link SISDA pengelolaan SDA WS ke Solo. Link SISDA pengelolaan SDA WS dan informasi
ke WRDC WRDC ke WRDC

Pembuatan prosedur akses data Penyusunan prosedur lintas informasi Penyusunan prosedur lintas informasi Penyusunan prosedur lintas informasi Penyusunan MoU
dan informasi SDA oleh masyarakat antara Balai Besar Wilayah Sungai antara Balai Besar Wilayah Sungai antara Balai Besar Wilayah Sungai pengelolaan data antar
dan swasta dalam pengelolaan Bengawan Solo dan masyarakat Bengawan Solo dan masyarakat Bengawan Solo dan masyarakat lembaga terkait
SDA
2 Informasi mengenai SDA Pembuatan website sumber daya Pembuatan Web Site BBWS Bengawan Pembuatan Web Site BBWS Bengawan Pembuatan Web Site BBWS Bengawan Pengembangan sistem data Pemda
belum dapat diakses air WS Bengawan Solo yang berisi Solo yang dapat diakses oleh berbagai Solo yang dapat diakses oleh berbagai Solo yang dapat diakses oleh berbagai dan informasi Provinsi/Kabupaten,
secara luas data dan informasi SDA pengguna pengguna pengguna BBWS B .Solo, UNS,
UMS
Pembentukan Unit Pusat Data dan Pembentukan Unit Pusat Data dan Pembentukan Unit Pusat Data dan Kebijakan Ditjen SDA
Informasi SDA tingkat provinsi Informasi SDA tingkat provinsi Informasi SDA tingkat provinsi

Belum ada sumber data dari tingkat Belum ada sumber data dari tingkat provinsi Belum ada sumber data dari tingkat Kebijakan Ditjen SDA
provinsi mengenai kerusakan dan mengenai kerusakan dan pemanfaatan SDA provinsi mengenai kerusakan dan
pemanfaatan SDA pemanfaatan SDA

89
STRATEGI KEGIATAN KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR
SASARAN/TARGET KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN
YANG INGIN DICAPAI SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III OPERASIONAL TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

3 Pengelolaan data yang Penyediaan data dan informasi Memelihara dan mengupdate data dan Memelihara dan mengupdate data dan Memelihara dan mengupdate data dan Kebijakan Ditjen SDA Pemda
masih kurang maksimal SDA yang uptodate informasi yang ada di WS Bengawan informasi yang ada di WS Bengawan Solo informasi yang ada di WS Bengawan Provinsi/Kabupaten,
Solo (hidrologis, hidrometeorologis, (hidrologis, hidrometeorologis, Solo (hidrologis, hidrometeorologis, BBWS B .Solo, UNS,
hidrogeologis, kebijakan SDA hidrogeologis, kebijakan SDA hidrogeologis, kebijakan SDA UMS

Mengembangkan jaringan sistem Pembuatan prosedur akses data dan Pembuatan prosedur akses data dan Pembuatan prosedur akses data dan Kebijakan Ditjen SDA Pemda
informasi SDA provinsi dan informasi yang mudah dan tidak informasi yang mudah dan tidak menyulitkan informasi yang mudah dan tidak Provinsi/Kabupaten,
kabupaten/kota untuk WS menyulitkan pengguna pengguna menyulitkan pengguna BBWS B .Solo, UNS,
Bengawan Solo yang terpadu dan UMS
didukung oleh kelembagaan yang Pembentukan lembaga khusus Pembentukan lembaga khusus pengelola Pembentukan lembaga khusus Kebijakan Ditjen SDA
tangguh pengelola informasi SDA WS informasi SDA WS Bengawan Solo untuk pengelola informasi SDA WS Bengawan
Bengawan Solo untuk mengupdate data mengupdate data sehingga dapat memberi Solo untuk mengupdate data sehingga
sehingga dapat memberi informasi yang informasi yang akurat bagi pengguna dapat memberi informasi yang akurat
akurat bagi pengguna bagi pengguna

90
Tabel 4. 5. PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
ASPEK V : PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH
TUJUAN : Meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
KEGIATAN Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara terencana dan sistematis

Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan
sumber daya air secara terencana dan sistematis

KEGIATAN PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH


SASARAN/TARGET YANG KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
INGIN DICAPAI OPERASIONAL TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

1 Kurangnya kesadaran Meningkatkan peran serta Sosialisasi tentang hak ulayat hukum Sosialisasi tentang hak ulayat hukum adat Sosialisasi tentang hak ulayat hukum adat dalam Kesepakatan Dep.Sos, Pemda,
masyarakat dalam masyarakat dan swasta untuk adat dalam pengelolaan SDA dalam pengelolaan SDA pengelolaan SDA BBWS B.Solo, Dinas
pengelolaan SDA berpartisipasi dalam pengelolaan PSDA, LSM
SDA
Meningkatkan peran Asosiasi bidang • Sosialisasi dan pelatihan terhadap • Sosialisasi dan pelatihan terhadap • Sosialisasi dan pelatihan terhadap asosiasi terkait Kesepakatan Pemda Kabupaten, LSM,
SDA dalam perencanaan dan asosiasi terkait dalam perencanaan dan asosiasi terkait dalam perencanaan dan dalam perencanaan dan pelaksanaan konstruksi TKPSDA GP3A, KTNA, HKTI,
pelaksanaan konstruksi bidang SDA pelaksanaan konstruksi bidang SDA pelaksanaan konstruksi bidang SDA bidang SDA PMTH, KTP, Instansi
Terkait, BBWS B.Solo
• Meningkatkan peran Asosiasi bidang • Meningkatkan peran Asosiasi bidang SDA • Meningkatkan peran Asosiasi bidang SDA yaitu P3A, Kesepakatan
SDA yaitu P3A, GP3A, KTNA, HKTI, KTP yaitu P3A, GP3A, KTNA, HKTI, KTP GP3A, KTNA, HKTI, KTP dalam perencanaan dan TKPSDA
dalam perencanaan dan pengelolaan dalam perencanaan dan pengelolaan pengelolaan SDA
SDA SDA
Membentuk mekanisme Pengawasan terhadap seluruh proses Pengawasan terhadap seluruh proses Pengawasan terhadap seluruh proses dan hasil Kebijakan Ditjen SDA Pemda Kabupaten, LSM,
pengawasan masyarakat dalam dan hasil pelaksaanaan pengelolaan dan hasil pelaksaanaan pengelolaan SDA pelaksaanaan pengelolaan SDA di wilayahnya Instansi Terkait, BBWS
pengelolaan SDA SDA di wilayahnya di wilayahnya B.Solo

Membentuk unit monitoring dan evaluasi Membentuk unit monitoring dan evaluasi Membentuk unit monitoring dan evaluasi dlm Kebijakan Ditjen SDA
dlm pengelolaan SDA untuk menampung dlm pengelolaan SDA untuk menampung pengelolaan SDA untuk menampung keluhan
keluhan masyarakat keluhan masyarakat masyarakat
Perlu dibuka Kotak Pos pengaduan atau Perlu dibuka Kotak Pos pengaduan atau Perlu dibuka Kotak Pos pengaduan atau kritik dari Kebijakan Ditjen SDA
kritik dari masyarakat kritik dari masyarakat masyarakat
Peran swasta dalam pengendalian Sosialisasi terhadap masyarakat atau Sosialisasi terhadap masyarakat atau Sosialisasi terhadap masyarakat atau pihak lain Kesepakatan
pencemaran air sungai pihak lain tentang dampak pembuangan pihak lain tentang dampak pembuangan tentang dampak pembuangan limbah ke badan TKPSDA
limbah ke badan sungai limbah ke badan sungai sungai

• Peran masyarakat dalam Peran P3A dalam pelaksanaan Peran P3A dalam pelaksanaan Peran P3A dalam pelaksanaan pemeliharaan Kesepakatan Pemda Kabupaten, LSM,
pelaksanaan pemeliharaan jaringan pemeliharaan jaringan irigasi, pemeliharaan jaringan irigasi, jaringan irigasi, penanganan pasca panen, TKPSDA GP3A, KTNA, HKTI,
irigasi di tempatnya masing-masing penanganan pasca panen, pengadaan penanganan pasca panen, pengadaan pengadaan bibit, intensifikasi pertanian, pemanfaatan PMTH, KTP, Instansi
bibit, intensifikasi pertanian, bibit, intensifikasi pertanian, pemanfaatan teknologi Terkait, BBWS B.Solo
pemanfaatan teknologi teknologi
• Penanganan pasca panen Pemberdayaan P3A menjadi P3A Pemberdayaan P3A menjadi P3A mandiri Pemberdayaan P3A menjadi P3A mandiri Kesepakatan
mandiri TKPSDA
• Pengadaan bibit, intensifiksi Pendidikan dan latihan bagi aparat dan Pendidikan dan latihan bagi aparat dan Pendidikan dan latihan bagi aparat dan petani Kesepakatan
pertanian petani petani TKPSDA

91
KEGIATAN PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH
SASARAN/TARGET YANG KEBIJAKAN LEMBAGA/ INSTANSI
NO PERMASALAHAN SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
INGIN DICAPAI OPERASIONAL TERKAIT
(RENDAH) (SEDANG) (TINGGI)

2 Keterbatasan sumber Memperdayakan masyarakat dan Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Kesepakatan BBWS B.Solo,
daya manusia swasta dengan sosialisasi, kelembagaan masyarakat lainnya dalam kelembagaan masyarakat lainnya dalam kelembagaan masyarakat lainnya dalam TKPSDA Universitas setempat,
pelatihan, pendampingan, perencanaan pengelolaan SDA sesuai perencanaan pengelolaan SDA sesuai perencanaan pengelolaan SDA sesuai dengan (misal UNS), Badan
pembinaan, sehingga peduli, dengan prosedur yang berlaku. dengan prosedur yang berlaku. prosedur yang berlaku. Diklat, Badan Litbang
berpartisipasi dan tanggung jawab
dalam pengelolaan SDA

3 Keterbatasan sumber Menyusun standar kompetensi Optimalisasi peran Badan Litbang yang Optimalisasi peran Badan Litbang yang Optimalisasi peran Badan Litbang yang membidangi Kebijakan Ditjen SDA
daya manusia sumber daya manusia (SDM) dalam membidangi pengelolaan SDA untuk membidangi pengelolaan SDA untuk pengelolaan SDA untuk melaksanakan diklat bagi
pengelolaan SDA melaksanakan diklat bagi petugas melaksanakan diklat bagi petugas petugas lapangan dengan masyarakat yang peduli
lapangan dengan masyarakat yang lapangan dengan masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan SDA
peduli terhadap pengelolaan SDA terhadap pengelolaan SDA

Meningkatkan lembaga pemerintah Pendidikan dan pelatihan bagi aparat Pendidikan dan pelatihan bagi aparat Pendidikan dan pelatihan bagi aparat lembaga Kebijakan Ditjen SDA
ditingkat provinsi, kabupaten/kota lembaga pemerintah, dan pengelola SDA lembaga pemerintah, dan pengelola SDA pemerintah, dan pengelola SDA dalam pengelolaan
dalam pengelolaan SDA dan dalam pengelolaan SDA dalam pengelolaan SDA SDA
peningkatan kerjasama, koordinasi
komunikasi antar lembaga terkait
dalam pengelolaan SDA melalui
kegiatan rapat koordinasi lembaga
SDA
Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia
pengelola SDA dalam rangka
memenuhi standar kompetensi

4 Tidak adanya badan Membentuk dan/atau meningkatkan Pembentukan Badan Koordinasi dalam Pembentukan Badan Koordinasi dalam Pembentukan Badan Koordinasi dalam Pengelolaan Kebijakan Ditjen SDA BBWS B.Solo, Pemda
pengelolaan SDA Badan Koordinasi pengelolaan SDA Pengelolaan SDA definitif (TKPSDA) Pengelolaan SDA definitif (TKPSDA) SDA definitif (TKPSDA) Jawa Tengah/Jawa
ditingkat WS lintas propinsi, kabupaten/kota Timur
dalam pengelolaan SDA. Prioritas
membentuk TKPSDA atau bentuk
lain

92
Gambar 4. 1. PETA TEMATIK ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
93
Gambar 4. 2. PETA TEMATIK ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
94
Gambar 4. 3. PETA TEMATIK ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 95

Anda mungkin juga menyukai