Anda di halaman 1dari 13

Nama : Vendy Imanuel Buan

NIM : 2013020061

Kelas : B

Keterkaitan sektor perikanan dalam perekonomian nasional akan menentukan peran strategis
sektor tersebut dalam pembangunan perikanan dan pemulihan perekonomian nasional. Untuk
itu telah dilakukan kajian mengenai keterkaitan sektor perikanan ”dalam arti luas” dengan
menggunakan metode analisis keterkaitan ke belakang (backward lingkage) dan ke depan
(forward lingkage) berdasarkan pendekatan model input output. Data yang digunakan dalam
kajian ini adalah data sekunder dari table input output tahun 1990, 1995 dan 2000. Hasil
kajian menunjukkan bahwa selama periode 1990-2000, secara rata-rata keterkaitan sektor
perikanan dalam perekonomian nasional masih relatif lemah dengan indeks keterkaitan
berkisar sebesar 0,46-1,10. Kecenderungan penguatan keterkaitan ke belakang terjadi pada
perikanan darat, sedangkan penguatan keterkaitan ke depan terjadi pada industri pengolahan
dan pengawetan ikan. Selain itu, keterkaitan antara kelompok perikanan primer (perikanan
laut dan perikanan darat) dan kelompok perikanan sekunder (industri pengeringan dan
penggaraman ikan dan industri pengolahan dan pengawetan ikan) lebih mencerminkan
keterkaitan ke depan berupa aliran pasokan komoditas ikan untuk bahan baku. Namun
keterkaitan itu masih relatif lemah dan cenderung semakin lemah.


Pemerintah Indonesia memutuskan memasukkan subsektor perikanan sebagai penggerak
utama untuk sektor pertanian melalui jalur ekspor dalam pertumbuhan ekonomi nasional
berdasarkan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024
 Agar bisa menjadi pemimpin, perikanan didorong untuk bisa meningkatkan daya saing
produk perikanan di pasar internasional. Upaya peningkatan itu, salah satunya melibatkan
kerja sama dengan Uni Eropa melalui program Arise Plus Indonesia
 Dengan program tersebut, Indonesia mendapatkan dana hibah selama empat tahun ke depan
senilai Rp232 miliar untuk meningkatkan daya saing sektor dan integrasi Indonesia dalam
rantai nilai perdagangan global
 Program Arise Plus Indonesia juga mendukung penguatan kapasitas terkait perundingan
perjanjian perdagangan bebas, peningkatan infrastruktur mutu untuk mendorong ekspor
produk unggulan, dan mempromosikan indikasi grafis (IG) unggulan Indonesia
 
Subsektor perikanan menjadi salah satu sektor yang diandalkan untuk bisa menggenjot
pertumbuhan ekonomi nasional melalui jalur ekspor. Perikanan menjadi subsektor di
bawah sektor pertanian yang mendapat perhatian besar dari Pemerintah Indonesia. Sektor
tersebut, terutama subsektor perikanan akan digenjot untuk bisa meningkatkan daya
saingnya di pasar internasional.
Untuk meningkatkan daya saing, Pemerintah Indonesia mendapat dukungan dari Uni
Eropa melalui kerja sama ekonomi ASEAN Regional Integration Support Indonesia
Trade Support Facility atau disingkat menjadi Arise Plus Indonesia. Program hibah
tersebut akan berlangsung selama empat tahun dan mengucurkan dana sebesar EUR15
juta atau setara Rp232 miliar.
“Kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor dan integrasi
Indonesia dalam rantai nilai global,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional Kementerian Perdagangan RI Dody Edward di Jakarta, pekan lalu
 
Kiri – kanan : Deputi Menteri Bappenas Bambang Prijambodo, Kepala Delegasi Uni Ero
pa untuk Indonesia Vincent Piket Ekspor dan Dirjen Pengembangan Nasional Kemen
terian Perdagangan Dody Edward saat membuka acara program ASEAN Regional Integration Sup
port Indonesia Trade Support Facility atau disingkat menjadi Aris
 
Sebagai subsektor yang diandalkan, perikanan harus bisa memenuhi standar untuk bisa
masuk ke pasar internasional, salah satunya adalah Uni Eropa. Untuk itu, Pemerintah
berjanji akan terus meningkatkan nilai tambah produk ekspor sehingga bisa memperkuat
peran Indonesia dalam rantai pasok dunia.
Menurut Dody, perlunya Indonesia meningkatkan upaya di atas, karena Uni Eropa
diyakini menjadi salah satu sumber investasi langsung asing yang berperan penting bagi
Indonesia. Terlebih, juga karena kedua pihak sudah terjalin kerja sama melalui program
Arise Plus Indonesia.
Bagi Indonesia, Uni Eropa memang menjadi penting karena mereka adalah mitra dagang
ketiga terbesar di Indonesia dan salah satu sumber investasi asing Iangsung (FDI)
terpenting. Pada 2018 saja, tercatat perdagangan bilateral mencapai EUR26,3 miliar,
dengan surplus sebesar EUR6,9 miliar untuk Indonesia.
“Uni Eropa juga merupakan investor diluar Asia teratas di Indonesia, dengan FDI Iebih
dari 3,3 miIiar dollar AS,” tuturnya.
Adapun, program Arise Plus Indonesia diketahui akan mendukung penguatan kapasitas
terkait perundingan perjanjian perdagangan bebas, peningkatan infrastruktur mutu untuk
mendorong ekspor produk unggulan, dan mempromosikan indikasi grafis (IG) unggulan
Indonesia.
“Untuk ekspor unggulan yang dimaksud yakni produk pertanian pangan dan perikanan.
Sedangkan IG yang mau kita dorong yaitu kopi,” sebutnya.
 
Perwakilan dari Bappenas, Kementerian Perdagangan dan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia saat
membuka acara program ASEAN Regional Integration Support Indonesia Trade Support Facility atau
disingkat menjadi Arise Plus Indonesia di Jakarta. Foto : Uni Eropa perwakilan Indonesia/Mongabay
Indonesia

 
Komoditas Unggulan
Program Arise juga diharapkan bisa meningkatkan keterlibatan eksportir skala kecil dan
menengah pada rantai nilai global, dan juga melaksanakan pemberdayaan perempuan di
seluruh Nusantara.
Deputi Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang
Prijambodo pada kesempatan yang sama mengatakan, perdagangan dan investasi menjadi
kunci penting bagi Indonesia untuk bisa menumbuhkan perekonomiannya dengan cepat
dan baik. Untuk itu, sektor manufaktur dan pangan harus bisa menjadi andalan Indonesia
untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut dia, manufaktur dan pangan harus bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan
ekonomi nasional dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)
2020-2024. Karenanya, Pemerintah Indonesia bertekad untuk meningkatkan produk
pangan bernilai tambah yang ada pada subsektor perikanan.
Tentang pertumbuhan ekonomi nasional, Bambang mengatakan bahwa Pemerintah
mengharapkan bisa tumbuh antara 5,4 hingga 6,0 persen per tahun dan itu sudah sudah
tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Agar harapan itu bisa terwujud, Pemerintah akan
menggenjot perdagangan dan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Khusus untuk sektor pertanian, Bambang menyebutkan, dalam RPJMN 2020-2024
disebutkan bahwa Pemerintah menargetkan bisa tumbuh antara 3,8 hingga 3,9 persen per
tahun. Untuk menggenjot target itu, subsektor perikanan akan menjadi andalan agar bisa
menggerakkan sektor primer dan pangan yang memiliki nilai tambah baik. Selain itu,
teknologi juga diakui menjadi bagian tak terpisahkan untuk bisa mewujudkan target
tersebut.
Di sisi lain, Bambang mengakui, sepanjang 2018 ini Indonesia mengalami defisit
perdagangan senilai USD-8,7 miliar. Capaian tidak memuaskan itu diharapkan bisa
diperbaiki menjadi surplus pada 2024 mendatang dengan nilai USD15 miliar.
 
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melepaskan ekspor raya perikanan di Pelabuhan
Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/7/2019). Ekspor terbesar ini terdiri dari 394 kontainer yang berisi
8.938,76 ton dari 26 produk perikanan Volume senilainya Rp588,79 miliar ke berbagai negara dari
lima pelabuhan di Indonesia. Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia
 
Lebih jauh Bambang menambahkan, Indonesia bisa sukses meningkatkan ekonominya,
jika bisa melaksanakan reformasi struktur ekonomi dan diversifikasi sektor manufaktur
yang akan memainkan peran penting. Sektor tersebut akan menjadi pendorong utama
untuk transformasi struktural.
Kemudian, tak boleh dilupakan juga, adalah bagaimana upaya para eksportir skala kecil
dan menengah untuk bisa meningkatkan kemampuannya untuk lebih kompetitif dan
terintegrasi di pasar internasional. Upaya tersebut, akan sangat bergantung pada kemauan
masing-masing eksportir untuk meningkatkannya, salah satunya melalui prorgam Arise
Plus Indonesia.
“Arise Plus Indonesia diharapkan bisa (membantu) untuk mencapai tujuan ini,” tuturnya.
 
Daya Saing Global
Sementara, Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menjelaskan, kerja
sama yang sudah terjalin dengan Indonesia, diharapkan bisa mendorong peningkatan
ekonomi nasional secara baik. Adapun, kerja sama fokus pada peningkatan iklim usaha,
pembangunan ekonomi yang inklusif, dan investasi berkelanjutan.
Di mata Vincent, Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki potensi besar
dalam daya saing secara global. Namun, potensi tersebut harus bisa dikembangkan
dengan baik mengikuti standar yang berlaku secara internasional.
Untuk bisa mewujudkan itu, program Arise Plus Indonesia diharapkan bisa membantu
untuk mencapainya dengan cara memperkuat ekspor dan daya saing Indonesia dalam
rantai perdagangan global. Kata dia, Arise Plus Indonesia akan mendukung integrasi
perdagangan dan investasi Indonesia di ASEAN dengan Uni Eropa dan dalam organisasi
perdagangan dunia (WTO).
Dengan kata lain, Vincent berharap, seluruh pelaku usaha terkait perdagangan dengan
Uni Eropa bisa mendapatkan manfaat dari sistem perdagangan dan sekaligus peningkatan
ekspor, peningkatan keahlian, dan transfer teknologi.
Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket Ekspor saat memberi sambutan acara
program ASEAN Regional Integration Support Indonesia Trade Support Facility atau disingkat
menjadi Arise Plus Indonesia di Jakarta. Foto : Uni Eropa perwakilan Indonesia/Mongabay Indonesia

 
Untuk saat ini, proses negosiasi tengah berjalan untuk perjanjian kemitraan ekonomi
komprehensif Uni Eropa-Indonesia atau CEPA. Dari perjanjian itu, dimungkinkan
terlaksananya peningkatan perdagangan barang dan jasa, serta peluang investasi di pasar
bersama. Untuk Indonesia, subsektor yang sangat potensial untuk dikembangkan, adalah
perkebunan dan perikanan yang masuk sektor pertanian.
Adapun, perundingan atas tarif bea masuk atas komoditas ekspor ikan ke Uni Eropa saat
ini dievaluasi hingga bisa mencapai 0 persen melalui skema CEPA. Upaya tersebut akan
menghilangkan tarif bea masuk yang saat ini berlaku di kisaran 20 hingga 24 persen
untuk ekspor ikan ke Uni Eropa. Jika itu berhasil, maka angka ekspor ikan ke Uni Eropa
diyakini akan naik signifikan.
Upaya yang sedang dijajaki oleh Kemendag dan Bappenas bersama Uni Eropa dengan
menjadikan subsektor perikanan sebagai penggerak utama dalam ekonomi Indonesia,
akan menjadi catatan besar. Mengingat, sejak 2016 Pemerintah Indonesia sudah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi
(DNI).
Perpres tersebut menutup pintu bagi para investor dari luar Indonesia untuk menanamkan
modalnya pada subsektor perikanan, khususnya perikanan tangkap. Sementara di sisi lain,
untuk menjadikan perikanan sebagai penggerak utama, diperlukan investasi dalam jumlah
besar dan berkelanjutan dari sektor hulu ke hilir subsektor perikanan.
 
Pasar ikan di Lampulo, Aceh. Secara tradisional pranata laut dikelola oleh Panglima Laot. Foto:
Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 
Diketahui, kegiatan awal program Arise Plus Indonesia akan mencakup pengembangan
kapasitas di berbagai kementerian, studi terkait perdagangan dan investasi, serta
dukungan teknis kepada asosiasi produsen Indikasi Geografis (IG).
Selain Pemerintah, kolaborasi dengan perwakilan dunia usaha akan dilakukan untuk
membantu menyebarluaskan kemajuan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Uni Eropa-Indonesia (IEU- CEPA) ke kalangan bisnis dan masyarakat
sipil, serta memastikan manfaatnya bagi Indo¹nesia termasuk dalam hal peningkatan
lapangan kerja dan pemerataan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai