Anda di halaman 1dari 2

Perubahan Hormonal

Kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan. Sebenarnya hormon hCG
ini tidak secara langsung menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Namun, secara tidak
langsung terlibat karena hCG secara fisiologis dapat menstimulasi reseptor hormon TSH
(thyroid stimulating hormone). Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroidisme
transien (gestational transient thyrotoxicosis) pada awal kehamilan. Dari penelitian
didapatkan banyak perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum ternyata memiliki kadar
tiroksin yang tinggi dan TSH yang rendah. [4] Kondisi hipertiroidisme transien ini akan
kembali menjadi normal ketika usia kehamilan sudah mencapai pertengahan trimester kedua
tanpa perlu terapi antitiroid. Selain hCG, hormon yang diduga juga berperan dalam terjadinya
hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Namun, dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut
untuk membuktikan hal ini karena beberapa studi mengatakan terdapat korelasi antara kadar
estrogen dengan tingkat keparahan mual dan muntah pada perempuan hamil sementara
beberapa studi yang lain mengatakan tidak terdapat korelasi.[5]
Disfungsi Gastrointestinal

Perubahan pada aktivitas ritmik gastrik (disritmia gastrik), baik menjadi lebih cepat maupun
lebih lambat, turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah pada kehamilan.
Mekanisme penyebab disritmia gastrik ini di antaranya adalah peningkatan kadar estrogen
dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, perubahan tonus vagal dan simpatis, serta sekresi
vasopresin sebagai respon terhadap perubahan volume intravaskuler yang biasanya terjadi
pada awal kehamilan. Pada perempuan dengan hiperemesis gravidarum, perubahan-
perubahan tersebut diduga terjadi lebih ektsrem atau saluran gastrointestinalnya menjadi lebih
sensitif dengan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan pada tekanan istirahat (relaksasi) spinkter esofagus bagian bawah (lower
esophageal sphincter/LES) dan gangguan peristaltis esofagus (dismotilitas esofagus) juga
memiliki kaitan dengan mual dan muntah pada kehamilan. LES pada perempuan hamil lebih
mudah menjadi longgar. Walaupun sebenarnya perubahan ini lebih berkaitan dengan
terjadinya sensasi heartburn pada kehamilan (GERD), hal ini juga dapat menyebabkan gejala
seperti mual. Estrogen dan progesteron juga disebut sebagai mediator dismotilitas esofagus
dan relaksasi LES.
Komposisi makanan juga dapat memiliki hubungan dengan mual dan muntah pada
kehamilan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa makanan dengan komposisi dominan
protein berhubungan dengan menurunnya/membaiknya kondisi disritmia gastrik sementara
makanan dengan komposisi dominan karbohidrat atau lemak tidak memiliki efek terhadap
kondisi disritmia gastrik. [5,6]
Disfungsi Hati
Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan oksidasi asam lemak
mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya disfungsi hati maternal yang terkait
dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi hati ini terjadi pada hampir 50% pasien dengan
hiperemesis gravidarum dan biasanya berupa biasanya peningkatan serum transaminase yang
tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 200 U/L). [4,5]
Infeksi

Bakteri Helicobacter pylori  adalah bakteri yang ditemukan di dalam lambung yang dapat
memperberat mual dan muntah pada kehamilan. Namun, keterlibatan bakteri ini dalam
terjadinya hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Sebuah studi di Amerika Serikat
baru-baru ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan bakteri H. pylori dengan hiperemesis
gravidarun. Namun, mual dan muntah yang menetap pada trimester kedua dapat terjadi
karena ulkus peptikum yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.
Keseimbangan dan Penciuman

Hiperakuitas dari sistem olfakori dapat menjadi faktor yang turut berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Banyak perempuan yang sedang hamil
mengeluhkan bau dari masakan tertentu dapat menjadi pemicu mual. Sementara itu,
gangguan keseimbangan diduga juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum karena
kemiripannya dengan motion sickness.
Genetik

Sebuah studi memperlihatkan bahwa seorang anak perempuan yang terlahir dari kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum memiliki risiko 3% untuk mengalami hal serupa saat ia hamil
sementara anak perempuan yang terlahir dari kehamilan tanpa riwayat hiperemesis
gravidarum memiliki risiko 1.1% untuk mengalami hyperemesis gravidarum.[7] Studi lain
menunjukkan bahwa seorang saudara perempuan dari ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Begitu pula
dengan kerabat yang memiliki pertalian darah dari ibu dan bapak.[8]
Psikologis

Stres psikologis pada kehamilan dapat menyebabkan dan memperberat mual dan muntah
pada kehamilan. Walaupun begitu, kondisi hiperemesis gravidarum tampaknya juga menjadi
salah satu penyebab stres psikologis pada kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai