Anda di halaman 1dari 21

KLIPING

PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN

Guru Bidang Study :

ANA WIDIA WATI, S.P

Disusun Oleh :

WAFI KURNIAWAN

KELAS : XII ATP

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAMBI

SMK NEGERI 11 SAROLANGUN


TAHUN 2021
Pengertian Kultur Jaringan Beserta Media,
Metode, Teknik, Proses Tahapan Dan
Manfaat Kultur Jaringan.
Pustaka Pengetahuan | Jumat, 03 Juli 2020

Kultur jaringan merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk membuat bagian
tanaman dari tumbuh menjadi tanaman utuh dalam keadaan in vitro (dalam gelas). Dengan
pengertian yang demikian, tentu dapat disimpulkan jika teknik ini merupakan teknik yang
memberikan banyak manfaat. Tidak heran apabila banyak pihak yang menggunakan teknik
ini untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian Kultur Jaringan.

Kultur jaringan disebut juga tissue culture. Secara bahasa, kultur berarti budi daya. Sementara
itu, jaringan dapat dimaknai dengan sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama. Kultur jaringan dapat dimaknai sebagai pembudidayaan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang utuh dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bukan
hanya itu saja, kualitas bibit baru juga dapat menjadi lebih unggul dibanding induknya.

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali

Prinsip Kultur Jaringan.

Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.


Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin),
berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang
berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.

Prasyarat Kultur Jaringan.

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya

Tujuan Kultur Jaringan.

Teknik kultur jaringan dilakukan tentu karena berbagai alasan. Pasti ada tujuan di balik
penggandaan tanaman menggunakan teknik ini. Berikut merupakan beberapa tujuan dari
teknik kultur jaringan;

1. Memperoleh Bibit Tanaman Baru yang Lebih Baik

Memang salah satu manfaat dari teknik kultur jaringan adalah untuk memperoleh bibit baru
yang lebih unggul. Oleh karena itu, banyak pelaku teknik kultur jaringan yang melakukan
teknik ini dengan tujuan tersebut. Sifat unggul dari tanaman asli dapat diturunkan ke tanaman
yang baru dan mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena dalam proses
pembiakannya, lingkungan tumbuh benar-benar dikontrol. Langkah pengontrolan inilah yang
membuat tanaman baru menjadi bebas dari penyakit dan mempunyai kualitas pertumbuhan
yang baik.

2. Membuat Tanaman Baru yang Bebas dari Penyakit.

Tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan akan bebas dari penyakit. Ini terjadi
lantaran teknik ini dilakukan dalam kondisi aseptik. Dalam setiap tahapnya, teknik ini
menekankan agar tidak terjadi kontaminasi, baik dari awal persiapan hingga ditumbuhkan
pada lingkungan secara in vivo. Dengan demikian, risiko terserang patogen penyebab
penyakit pun dapat diminimalisasi.

3. Memperbanyak Tanaman Untuk Keperluan Ekonomi.

Prinsip yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah menggunakan sedikit bahan
untuk memproduksi bibit tanaman yang sebanyak mungkin. Artinya, penggunaan bahan
dalam teknik ini memang hanya sedikit, yaitu hanya berupa bagian kecil dari tanaman.
Dengan demikian, satu tanaman saja akan dapat menghasilkan individu baru dalam jumlah
yang banyak. Teknik ini sangat menguntungkan dan juga komersial. Artinya, teknik ini dapat
menghasilkan makan dalam jumlah banyak dengan penggunaan waktu yang cukup efektif.
Media Kultur Jaringan.
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair
adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi
selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur
jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media
Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro,
mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.

Berikut jenis-jenis media dalam kultur jaringan.

1. Media Padat.
Media padat yang dimaksud merupakan media yang terdiri atas semua komponen kimia yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan dipadatkan menggunakan zat pemadat.  Zat ini dapat berupa
agar-agar batangan, bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng khusus.

Penggunaan agar-agar kemasan kertas sebagai medium kultur jaringan perlu penghitungan
teliti agar medium tidak terlalu padat atau lembek. Jumlah yang digunakan biasanya 8-10
gram per liter. Media yang terlalu padat akan membuat akar sulit untuk tumbuh. Sementara
media yang terlalu lembek akan membuat eksplan tenggelam sehingga akan membusuk dan
mengundang bakteri dan jamur.

Metode padat ini dapat digunakan untuk kloning, menumbuhkan protoplas pasca-isolasi,
menumbuhkan planlet dari protokormus setelah dipindahkan dari suspensi sel, serta untuk
menumbuhkan planlet dari protoplas yang telah difusikan. Tujuan dari metode ini adalah
untuk mendapatkan kalus dan dengan metode diferensiasi setelah itu, kalus dapat tumbuh
menjadi planlet.

2. Media Cair.
Jenis media ini sama halnya dengan media padat. Bedanya, tidak dilakukan penambahan zat
padat pada media ini. Metode ini dinilai kurang praktis sebab untuk menumbuhkan kalus
secara langsung dari eksplan akan sangat sulit. Keberhasilan metode ini pun sangat kecil dan
kadang hanya bekerja pada tanaman tertentu saja. Oleh karena itulah metode ini lebih
menekankan pada suspensi sel untuk menumbuhkan protokormus. Selain menumbuhkan
protokormus, media ini juga dipakai untuk memperbanyak kalus dengan jalan berulang kali
melakukan sup kultur.

Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media
dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak
terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).
ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.

Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat
mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan
adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses
ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan
aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.
Tahapan Proses Kultur Jaringan.

Berikut tahapan dari proses kultur jaringan :

Pembuatan Media
Medianya bukan koran gitu, ya. Media yang biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah
garam, mineral, vitamin, dan hormon. Terkadang dibutuhkan juga bahan-bahan seperti agar,
gula, arang, dan beberapa jenis bahan organik lain.

Inisiasi.
Inisiasi ini adalah pengambilan eksplan dari salah satu bagian tumbuhan yang mau kamu
kembangbiakkan. Eksplan yang diambil ini akan digunakan dalam proses kultur jaringan dan
bersifat meristematis.

Sterilisasi.
Sesuai dengan namanya, sterilisasi ini digunakan untuk membebaskan eksplan dari segala
bentuk proses kehidupan. Eksplan yang sudah melalui proses inisiasi kemudian disterilisasi
dengan menggunakan alkohol. 

Multipikasi
Multipikasi ini adalah kegiatan memperbanyak tanaman. Cara melakukan multipikasi ini
adalah dengan cara menanam eksplan pada media yang telah dibuat sebelumnya untuk
mencegah kontaminasi mikroorganisme. Setelah eksplan ditanam, eksplan akan membentuk
yang namanya kalus. Kalus ini merupakan kumpulan sel yang belum terdiferensiasi. Setelah
itu, kalus akan mengalami pembaharuan nutrisi.

Pengakaran
Pada fase ini, akan ada pertumbuhan akar yang dialami eksplan. Jika ini sudah berlangsung,
tandanya proses kultur jaringannya ini mulai berjalan dengan baik. Setelah itu, eksplan akan
berkembang menjadi planlet atau tanaman kecil di dalam botol. 

Aklimatisasi.
Tahapan terakhir dalam proses kultur jaringan namanya aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan
proses penyesuaian diri planlet pada lingkungan tempat tumbuhnya. Aklimatisasi dilakukan
dengan cara memindahkan planlet dari tabung ke lingkungan tumbuh baru sebelum ditanam
di dalam tanah.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting yang bernilai ekonomi


tinggi, dipakai sebagai bahan baku utama penghasil gula pasir. Pemerintah telah
mencanangkan swasembada gula pada tahun 2014. Untuk mencapai sasaran swasembada,
salah satu faktor penting adalah perluasan areal baik milik Perusahaan Perkebunan Nasional
(PTPN) maupun perkebunan rakyat dan penggunaan varietas tebu unggul yang dianjurkan.

Peningkatan produksi tanaman tebu dipengaruhi oleh penyediaan bibit unggul yang
bermutu antara lain memiliki rendemen gula yang tinggi, kualitas gilingan yang tinggi, tipe
kemasakan, tahan terhadap penyakit, serta dapat beradaptasi pada perubahan iklim global
(antara lain drainase yang buruk). Kebutuhan gula nasional tahun 2014 diperkirakan
mencapai 5,7 juta ton.Dengan demikian untuk mempercepat pencapaian hasil melalui
perluasan areal pertanaman tebu memerlukan bibit dalam jumlah yang banyak. Pengadaan
bibit tebu dalam skala besar, cepat dan murah merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini.
Penyediaan bibit unggul yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang khususnya tanaman tebu.

Pengadaan bibit pada tanaman tebu khususnya yang akan dieksploitasi secara besar-
besaran dalam waktu yang cepat akan sulit dicapai melalui teknik konvensional. Salah satu
teknologi harapan yang banyak dilaporkan dan telah terbukti memberikan keberhasilan
adalah melalui teknik kultur jaringan. Melalui kultur jaringan tanaman tebu dapat
diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi.

1.2  Rumusan Masalah


Menurut uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian Kultur Jaringan pada Tanaman Tebu?


2. Bagaimana tahapan kultur jaringan pada tanaman tebu?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan pada tanaman
tebu?
4. Apa saja manfaat dan kerugian dari kegiatan kultur jaringan?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian Kultur Jaringan pada Tanaman Tebu.


2. Mengetahui tahapan kultur jaringan pada tanaman tebu.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan  kultur jaringan pada tanaman
tebu.
4. Mengetahui manfaat dan kerugian kegiatan kultur jariangan.

1.4  Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Memahami pengertian Kultur Jaringan pada Tanaman Tebu.


2. Memahami tahapan kultur jaringan pada tanaman tebu.
3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan  kultur jaringan pada tanaman
tebu.
4. Memahami manfaat dan kerugian kegiatan kultur jariangan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1              Pengertian Kultur Jaringan


Kultur jaringan merupakan suatu rangkaian prosedur untuk memelihara dan
menumbuhkan sel tanaman (dapat berupa kalus, sel, protoplas) dan organ (batang, akar,
embrio) secara aseptik. Aseptik disini berarti bebas dari kontaminasi mikroba.
Tujuan utama kultur jaringan tanaman yaitu untuk perbanyakan bagian tanaman.
Perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang pertumbuhan tunas cabang dan
percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif,
baik secara langsung maupun kalus terlebih dahulu. Bagian-bagian tanaman dapat tumbuh
secara optimal apabila menggunakan media tepat yang digunakan untuk pemenuhan nutrisi
tanaman. Media yang digunakan harus mengandung mineral, gula, vitamin dan hormon
dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat. Media perlu ditambahkan agar untuk
mendapatkan media semi padat yang fungsinya untuk meletakkan atau membenamkan
jaringan tanaman (Wetherell, 1976).

3.2              Tahap-tahap Kultur Jaringan Pada Tanaman Tebu


Kultur Jaringan pada tanaman Tebu dilakukan agar dapat memperbanyak bibit tebu yang
unggul. Langkah-langkah Kultur Jaringan dapat dilakakukan dengan cara berikut:
1.      Pembuatan media
Media tanam yang dibuat adalah media MS I dan MS II. Perbedaan utama antara MS I dan II
adalah :
         MS I  → Sucrosa; 2,4 D; digunakan untuk media pembentukan kallus; ± 15 cc.
         MS II → Gula pasir; IAA; digunakan untuk media differensiasi planlets; ± 25 cc.
2.      Pengambilan pucukan
Dari pucukan, ruas paling bawah yang diambil
3.      Pengelupasan pucukan
Pengelupasan pucukan bertujuan untuk mempermudah pengambilan dan pemotongan
ekplant. ± 20 cm dari ruas terakhir.
4.      Pemotongan ekplant
Pucuk tebu yang berumur 5 bulan dipotong-potong diatas titik tumbuhnya dengan ukuran 0,5
cm.
5.      Penanaman pucukan (ekplant)
Penanaman pucuk tebu yang telah dipotong-potong ke dalam media MS I. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kallus. Kallus adalah sel yang tumbuh dari irisan pucuk
(ekplant). Kallus yang didapat merupakan bahan tanam pada tahap defferensiasi. Waktu
untuk menumbuhkan kallus berkisar 1,5 – 2 bulan.
6.      Penanaman kallus (differensiasi)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan individu tanaman dari hasil penanaman kallus. Kallus
yang didapat dikeluarkan dari tabung MS I dan dipilih yang baik dan segar kemudian
dipotong kecil-kecil selanjutnya ditanam pada media MS II. Pada media ini akan diperoleh
individu – 2 tanaman lengkapa dengan akarnya. Waktu yang diperlukan pada MS II berkisar
3 – 4 bulan.
7.      Aklimatisasi I
Yang dimaksud aklimatisasi ialah penanaman individu tanaman yang diperoleh dari MS II ke
media tanah (pasir : tanah : BO = 1 : 1 : 1) yang sudah disterilkan dan ditempatkan di green
house. Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan tanaman dari lingkungan steril
ke lingkungan alam bebas. Waktu untuk mengadaptasikan tanaman berkisar 1 – 2 bulan.
Sebelum diaklimatisasi tanaman dari MS II dipotong daun dan akar, direndam dalam larutan
yetin (antiseptik). Setelah ditanam, kemudian disiram dan ditutup, setelah 5 hari tutup dibuka.
Perawatan di bedengan antara lain :
-         Penyiraman → sesuai dengan kondisi tanah setiap harinya.
-         Pemupukan I → Za dengan dosis 1 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 7 hst.
-         Pendangiran → umur 14 hst.
-         Pemupukan II → Za dengan dosis 2 sdm untuk 1 gembor
(2 bedengan) pada umur 14 hst.
-         Pupuk daun  → 15 cc / 1 l air. Pada umur 21 hst.
8.      Penanaman di polibag (aklimatisasi II )
Dimaksudkan untuk memisahkan masing-masing individu tanaman ke polibag yang telah
diisi dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik, waktu untuk menumbuhkan
tanaman sampai dengan siap ditanam di kebun berkisar 2 – 3 bulan.
           1 leng (8m) diperlukan 27 polibag dengan jarak tanam 30 cm.
           1 Ha = 950 leng
Maka 1 Ha diperlukan 27 x 950 = 25.650 polibag

3.3              Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur Jaringan


Untuk keberhasilan kultur jaringan dibutuhkan beberapa faktor. Faktor-faktor penentu
keberhasilan kultur jaringan adalah sebagai berikut:
1.       Genotip tanaman
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan
dalam kultur jaringan adalah genotip tanaman asal eksplan diisolasi. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung
dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini
umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh karena
itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan
oleh masing-masing varietas tanaman bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang
digunakan sama.
2.      Media kultur
Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang
digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.
Perbedaan komposisi media, seperti jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa
organik, zat pengatur tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan.
Perbedaan komposisi media biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi
eksplan. Meskipun demikian, media yang telah diformulasikan tidak hanya berlaku untuk
satu jenis eksplan dan tanaman saja. Beberapa jenis formulasi media bahkan digunakan
secara umum untuk berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS. Namun
ada juga beberapa jenis media yang diformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentu misalnya
WPM, VW dll. Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti
perkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan
embriogenesis. Media yang dibutuhkan untuk perkecambahan biji, perangsangan tunas-tunas
aksilar umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk regenerasi kalus baik
melalui organogenesis maupun embryogenesis.
Media yang umum digunakan dalam mikropropagasi adalah media semi-solid (semi padat)
dengan cara menambahkan agar. Media semi padat ini digunakan karena beberapa alasan
antara lain: eksplan yang kecil mudah terlihat dalam media padat; selama kultur eksplan tetap
berada pada orientasi yang sama; eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak
diperlukan teknik aerasi tambahan pada kultur; orientasi pertumbuhan tunas dan akar tetap;
dan kalus tidak pecah seperti jika ditempatkan pada media cair. Namun penambahan agar
dalam beberapa kasus dapat menghambat pertumbuhan karena: agar mungkin mengandung
senyawa penghambat yang dapat menghambat morfogenesis beberapa kultur atau
memperlambat pertumbuhan kultur; eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh media yang
menempel dengan eksplan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan; agar harus
dicuci bersih dari akar sebelum diaklimatisasi; dan perlu waktu yang lebih banyak untuk
mencuci gelas kultur misalnya botol-botol harus diautoclave untuk melarutkan agar sebelum
dicuci.

3.      Lingkungan Tumbuh


a.       Suhu
Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat,
misalnya pada siang dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu
yang cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro dengan mengatur
suhu siang dan malam di ruang kultur, namun laboratorium kultur jaringan selama ini
mengatur suhu ruang kultur yang konstan baik pada siang maupun malam hari. Umumnya
temperatur yang digunakan dalam kultur invitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo.
Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25°C
(kisaran suhu 17-32°C). Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih
tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27°C (kisaran suhu 24-32°C). Bila suhu siang dan
malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8°C, variasi yang biasa dilakukan
adalah 25°C siang dan 20°C malam, atau 28°C siang dan 24°C malam. Meskipun hampir
semua tanaman dapat tumbuh pada kisaran suhu tersebut, namun kebutuhan suhu untuk
masing-masing jenis tanaman umumnya berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik
pada suhu optimumnya. Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan
lebih lambat, namun pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat akibat
tingginya laju respirasi eksplan.
b.      Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya
cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka
kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban
relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur
berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak
tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang
dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang
terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah,
tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut vitrifikasi
atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol
dengan tutup yang agak longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol
kultur dapat membantu mengatasi masalah ini.
c.       Cahaya
Seperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi invivo, kuantitas dan kualitas
cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi
pertumbuhan eksplan dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ atau jaringan tanaman dalam
kultur invitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan kalus umumnya
dihambat oleh cahaya.
Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang
penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya dengan
penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan kalus.
Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini
disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL
tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas
cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas
cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang
kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan
inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.
Selain intensitas cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi
pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan
kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya
diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung varietas tanaman dan
eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis
menggunakan timer yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik
ini penyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman.
4.      Kondisi Eksplan
Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan
jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang telah
disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi
adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai
eksplan.
Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, namun masing-
masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasi
dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing
kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya.
Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh
dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda
(juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah
terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan
dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur
dibandingkan jaringan tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan
menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil, inflorescence yang
belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk
melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda
agar kultur lebih berhasil.
Ukuran eksplan juga mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil
lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun
kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih
kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan, maka
semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan,
membutuhkan ruang dan media kultur yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat
tergantung dari jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya.
3.4              Manfaat kultur jaringan
Dengan berhasilnya teknik kultur jaringan tebu dan diterapkan dalam praktek maka beberapa
keuntungan yang diperoleh antara lain :
1.      Tumbuhan yang dihasilkan secara genetik adalah sama dengan induknya
2.      Dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang lebih banyak
1 pucuk → 10 potong ekplant
1 potong → 15 tabung; jika disubkultur dapat menjadi 40 tabung 
1 tabung plantletss → displit bisa menjadi 7 tabung plantletss baru
Maka 1 pucukan dapat menjadi
40 x 7 x 10 = 2800 tabung;
Kontaminasi 10% = maka 2800 – 280 = 2580 tabung; 1 tabung berisi 2 – 3 tanaman.
3.      Memuliakan kemampuan produksi bibit yang mengalami tekanan penyakit sistemik
4.      Cepat dari sumber yang terbatas
5.      Bibit yang dihasilkan sehat dan bebas dari penyakit.
6.      Dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim
7.      Dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas
BAB III

KESIMPULAN

Kultur jaringan merupakan suatu rangkaian  prosedur  untuk memelihara dan menumbuhkan
sel tanaman. Dengan tujuan utama kultur jaringan tanaman yaitu untuk perbanyakan bagian
tanaman, sedangkan Kultur Jaringan pada tanaman Tebu dilakukan agar dapat
memperbanyak bibit tebu yang unggul, dalam proses memperbanyak bibit unggul mepunyai
tahapan dan faktor yang mempengaruhinya, yang semua itu satu kesatuan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Teknik Pembibitan Tanaman Tebu melalui Kultur Jaringan.


http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/10011843-teknik-pembibitan-
tanaman-tebu-melalui-kultur-jaringan. Di akses tanggal 12 Maret 2013.

Anonymous. 2012. Kultur Jaringan Tanaman Tebu.


http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/14466074-kultur-jaringan-
tanaman-tebu.Di akses tanggal 13 Maret 2013.

Auliya, Aya. 2012. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman.

http://ayaauliya.wordpress.com/2012/06/10/pembuatan-media-kultur-jaringan-tanaman/. Di
akses tanggal 13 Maret 2013.

Sitanggang, J. Erik. 2012. Kultur Jaringan Tanaman Tebu.


http://erikjonsitanggang.blogspot.com/2012/03/kultur-jaringan-tanaman-
tebu.html. Di akses tanggal 12 Maret 2013.

Hakim, Lukmanul. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan.


http://l456h.wordpress.com/2010/05/07/faktor-faktor-yang-mepengaruhi-
keberhasilan-kultur-jaringan/. Di akses tanggak 16 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai