Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
WAFI KURNIAWAN
Kultur jaringan merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk membuat bagian
tanaman dari tumbuh menjadi tanaman utuh dalam keadaan in vitro (dalam gelas). Dengan
pengertian yang demikian, tentu dapat disimpulkan jika teknik ini merupakan teknik yang
memberikan banyak manfaat. Tidak heran apabila banyak pihak yang menggunakan teknik
ini untuk mencapai tujuan tertentu.
Kultur jaringan disebut juga tissue culture. Secara bahasa, kultur berarti budi daya. Sementara
itu, jaringan dapat dimaknai dengan sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama. Kultur jaringan dapat dimaknai sebagai pembudidayaan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang utuh dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bukan
hanya itu saja, kualitas bibit baru juga dapat menjadi lebih unggul dibanding induknya.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya
Teknik kultur jaringan dilakukan tentu karena berbagai alasan. Pasti ada tujuan di balik
penggandaan tanaman menggunakan teknik ini. Berikut merupakan beberapa tujuan dari
teknik kultur jaringan;
Memang salah satu manfaat dari teknik kultur jaringan adalah untuk memperoleh bibit baru
yang lebih unggul. Oleh karena itu, banyak pelaku teknik kultur jaringan yang melakukan
teknik ini dengan tujuan tersebut. Sifat unggul dari tanaman asli dapat diturunkan ke tanaman
yang baru dan mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena dalam proses
pembiakannya, lingkungan tumbuh benar-benar dikontrol. Langkah pengontrolan inilah yang
membuat tanaman baru menjadi bebas dari penyakit dan mempunyai kualitas pertumbuhan
yang baik.
Tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan akan bebas dari penyakit. Ini terjadi
lantaran teknik ini dilakukan dalam kondisi aseptik. Dalam setiap tahapnya, teknik ini
menekankan agar tidak terjadi kontaminasi, baik dari awal persiapan hingga ditumbuhkan
pada lingkungan secara in vivo. Dengan demikian, risiko terserang patogen penyebab
penyakit pun dapat diminimalisasi.
Prinsip yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah menggunakan sedikit bahan
untuk memproduksi bibit tanaman yang sebanyak mungkin. Artinya, penggunaan bahan
dalam teknik ini memang hanya sedikit, yaitu hanya berupa bagian kecil dari tanaman.
Dengan demikian, satu tanaman saja akan dapat menghasilkan individu baru dalam jumlah
yang banyak. Teknik ini sangat menguntungkan dan juga komersial. Artinya, teknik ini dapat
menghasilkan makan dalam jumlah banyak dengan penggunaan waktu yang cukup efektif.
Media Kultur Jaringan.
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair
adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi
selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur
jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media
Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro,
mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
1. Media Padat.
Media padat yang dimaksud merupakan media yang terdiri atas semua komponen kimia yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan dipadatkan menggunakan zat pemadat. Zat ini dapat berupa
agar-agar batangan, bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng khusus.
Penggunaan agar-agar kemasan kertas sebagai medium kultur jaringan perlu penghitungan
teliti agar medium tidak terlalu padat atau lembek. Jumlah yang digunakan biasanya 8-10
gram per liter. Media yang terlalu padat akan membuat akar sulit untuk tumbuh. Sementara
media yang terlalu lembek akan membuat eksplan tenggelam sehingga akan membusuk dan
mengundang bakteri dan jamur.
Metode padat ini dapat digunakan untuk kloning, menumbuhkan protoplas pasca-isolasi,
menumbuhkan planlet dari protokormus setelah dipindahkan dari suspensi sel, serta untuk
menumbuhkan planlet dari protoplas yang telah difusikan. Tujuan dari metode ini adalah
untuk mendapatkan kalus dan dengan metode diferensiasi setelah itu, kalus dapat tumbuh
menjadi planlet.
2. Media Cair.
Jenis media ini sama halnya dengan media padat. Bedanya, tidak dilakukan penambahan zat
padat pada media ini. Metode ini dinilai kurang praktis sebab untuk menumbuhkan kalus
secara langsung dari eksplan akan sangat sulit. Keberhasilan metode ini pun sangat kecil dan
kadang hanya bekerja pada tanaman tertentu saja. Oleh karena itulah metode ini lebih
menekankan pada suspensi sel untuk menumbuhkan protokormus. Selain menumbuhkan
protokormus, media ini juga dipakai untuk memperbanyak kalus dengan jalan berulang kali
melakukan sup kultur.
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media
dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak
terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).
ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat
mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan
adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses
ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan
aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.
Tahapan Proses Kultur Jaringan.
Pembuatan Media
Medianya bukan koran gitu, ya. Media yang biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah
garam, mineral, vitamin, dan hormon. Terkadang dibutuhkan juga bahan-bahan seperti agar,
gula, arang, dan beberapa jenis bahan organik lain.
Inisiasi.
Inisiasi ini adalah pengambilan eksplan dari salah satu bagian tumbuhan yang mau kamu
kembangbiakkan. Eksplan yang diambil ini akan digunakan dalam proses kultur jaringan dan
bersifat meristematis.
Sterilisasi.
Sesuai dengan namanya, sterilisasi ini digunakan untuk membebaskan eksplan dari segala
bentuk proses kehidupan. Eksplan yang sudah melalui proses inisiasi kemudian disterilisasi
dengan menggunakan alkohol.
Multipikasi
Multipikasi ini adalah kegiatan memperbanyak tanaman. Cara melakukan multipikasi ini
adalah dengan cara menanam eksplan pada media yang telah dibuat sebelumnya untuk
mencegah kontaminasi mikroorganisme. Setelah eksplan ditanam, eksplan akan membentuk
yang namanya kalus. Kalus ini merupakan kumpulan sel yang belum terdiferensiasi. Setelah
itu, kalus akan mengalami pembaharuan nutrisi.
Pengakaran
Pada fase ini, akan ada pertumbuhan akar yang dialami eksplan. Jika ini sudah berlangsung,
tandanya proses kultur jaringannya ini mulai berjalan dengan baik. Setelah itu, eksplan akan
berkembang menjadi planlet atau tanaman kecil di dalam botol.
Aklimatisasi.
Tahapan terakhir dalam proses kultur jaringan namanya aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan
proses penyesuaian diri planlet pada lingkungan tempat tumbuhnya. Aklimatisasi dilakukan
dengan cara memindahkan planlet dari tabung ke lingkungan tumbuh baru sebelum ditanam
di dalam tanah.
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan produksi tanaman tebu dipengaruhi oleh penyediaan bibit unggul yang
bermutu antara lain memiliki rendemen gula yang tinggi, kualitas gilingan yang tinggi, tipe
kemasakan, tahan terhadap penyakit, serta dapat beradaptasi pada perubahan iklim global
(antara lain drainase yang buruk). Kebutuhan gula nasional tahun 2014 diperkirakan
mencapai 5,7 juta ton.Dengan demikian untuk mempercepat pencapaian hasil melalui
perluasan areal pertanaman tebu memerlukan bibit dalam jumlah yang banyak. Pengadaan
bibit tebu dalam skala besar, cepat dan murah merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini.
Penyediaan bibit unggul yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang khususnya tanaman tebu.
Pengadaan bibit pada tanaman tebu khususnya yang akan dieksploitasi secara besar-
besaran dalam waktu yang cepat akan sulit dicapai melalui teknik konvensional. Salah satu
teknologi harapan yang banyak dilaporkan dan telah terbukti memberikan keberhasilan
adalah melalui teknik kultur jaringan. Melalui kultur jaringan tanaman tebu dapat
diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi.
1.4 Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Kultur jaringan merupakan suatu rangkaian prosedur untuk memelihara dan menumbuhkan
sel tanaman. Dengan tujuan utama kultur jaringan tanaman yaitu untuk perbanyakan bagian
tanaman, sedangkan Kultur Jaringan pada tanaman Tebu dilakukan agar dapat
memperbanyak bibit tebu yang unggul, dalam proses memperbanyak bibit unggul mepunyai
tahapan dan faktor yang mempengaruhinya, yang semua itu satu kesatuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayaauliya.wordpress.com/2012/06/10/pembuatan-media-kultur-jaringan-tanaman/. Di
akses tanggal 13 Maret 2013.