Anda di halaman 1dari 4

Rukun Haji

Rukun haji adalah rangkaian amalan wajib yang harus dilakukan saat menunaikan ibadah haji dan tidak
dapat diganti dengan amalan lain, walaupun dengan dam (denda).

Artinya, jika salah satu rukun haji ditinggalkan tanpa adanya uzur syar'i, maka ibadah haji seseorang
tidak sah.

Menurut hukum Islam, rukun haji ada enam, yaitu niat ihram, thawaf, sa'i, wukuf, tahalul, dan tertib.

1. Ihram

Ihram adalah niat berhaji dari miqat (tempat khusus yang ditetapkan Rasulullah Salallahu’alayhi wa
sallam untuk melafadzkan talbiah haji). Adapun lafaz yang diucapkan ialah:

"Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa syariika laka labbaik, inna al-hamda, wa ni’mata laka wa al-
mulk. Laa syariika laka."

Artinya :

"Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang, tiada sekutu bagi-Mu, aku
datang, sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh kerajaan adalah milik Engkau, tiada
sekutu bagi-Mu."

Selain melafalkan talbiah haji, ihram juga ditandai dengan memakai pakaian ihram berwarna putih
bersih, serta tidak berjahit. Pakaian tidak berjahit hanya berlaku bagi jamaah laki-laki.

2. Wukuf ( di Padang Arafah )

Wukuf di padang Arafah merupakan salah satu rukun haji untuk mengingat Nabi Adam dan Hawa
diturunkan ke Bumi dari surga karena mengingkari perintah Allah dan terbawa oleh tipu daya Iblis.

Mereka dipisahkan di dunia ini selama 40 tahun untuk bertemu kembali. Padang Arafah merupakan
lokasi Adam dan Hawa bertemu dan menjadi lokasi yang sakral bagi umat Islam.

3. Tawaf

Tawaf adalah rukun haji ketiga yang diisi dengan kegiatan berjalan mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali,
di mana 3 putaran pertama disarankan berlari-lari kecil, sedangkan 4 putaran sisanya berjalan seperti
biasa.
Sesuai hukum Islam, tawaf dilakukan oleh umat Muslim saat melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Tawaf hanya dilakukan di Masjidil Haram, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir pada batu itu pula.

Ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi sebelum bertawaf. Berikut ini syarat tawaf bagi para jamaah
haji:

a. Suci dari hadas (keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh salat,
tawaf, dan sebagainya).

b. Suci dari najis pada badan dan pakaian.

c. Menutup aurat.

d. Dimulai dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad yang ada di salah satu sudut Kakbah. Apabila
seseorang memulai tawafnya pada sudut Kaabah yang tidak sejajar dengannya, maka putaran itu tidak
dihitung hingga sampai pada sudut Hajar Aswad untuk dihitung sebagai awal tawaf.

e. Saat mengerjakan tawaf, para jamaah haji disarankan untuk mengelilingi Kakbah dengan arah putaran
tawaf berlawanan dengan jarum jam.

Tawaf ini terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:

1). Tawaf Qudum: tawaf "selamat datang" yang dilakukan jamaah haji ketika baru sampai di Makkah.

2). Tawaf Ifadhah: tawaf yang menjadi rukun haji dan dilakukan bagi mereka yang telah pulang dari
wukuf di Padang Arafah. Jenis tawaf ini juga menjadi rukun di dalam ibadah umrah.

3). Tawaf Sunnah: tawaf yang dilakukan semata-mata mencari ridha Allah pada waktu kapan pun selama
waktu berhaji.

4). Tawaf Tahiyyat: tawaf sunnah yang lazim dilakukan saat memasuki Masjidil Haram.

5). Tawaf Nazar: melakukan tawaf untuk memenuhi nazar (janji).

6). Tawaf Wada': tawaf "selamat tinggal" yang dilakukan jamaah haji sebelum meninggalkan kota
Makkah sebagai tanda penghormatan dan memuliakan Baitullah.

4. Sa'i.

Sa'i adalah kegiatan dalam rukun haji dengan berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwah.
Makna inti dari ibadah sa'i adalah sebuah pencarian, berangkat dari kisah Siti Hajar di padang pasir yang
mencari air untuk dirinya sendiri dan anaknya.

5. Tahallul.
Tahallul berasal dari kata 'halla', artinya boleh. Tahallul bermakna menjadi boleh, dihalalkan, atau
menghalalkan beberapa larangan.

Dalam istilah fikih, tahallul berarti keluar dari keadaan ihram karena telah selesai menjalankan amalan
haji seluruhnya atau sebagian yang ditandai dengan mencukur atau menggunting beberapa (paling
sedikit tiga) helai rambut.

Laki-laki disunahkan mencukur habis rambutnya dan wanita menggunting ujung rambut sepanjang jari.
Bagi jamaah yang tak berambut, tahallul dilakukan secara simbolis dengan melewatkan pisau cukur di
atas kepalanya.

Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah aqabah dan menyembelih hewan (domba/kambing/unta)
bagi orang yang mampu membeli hewan.

6. Tertib.

Tertib merupakan rukun haji yang terakhir, artinya rukun haji harus dilakukan secara berurutan, tidak
boleh melompati. Dimulai dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sa'i, dan tahallul.

Misalnya, setelah bertawaf seharusnya seorang jamaah haji melanjutkan rukun haji keempat yaitu sa'i.
Tidak diperkenankan baginya melakukan tahallul dahulu, baru kemudian sa'i. Jika itu terjadi, maka
ibadah hajinya tidak sah.

Syarat melaksanakan ibadah haji ada lima, yaitu :

1. Beragama Islam

Beragama Islam adalah syarat sahnya haji. Seorang bukan muslim meskipun melakukan ritual haji tidak
dianggap sah ibadahnya. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa amal yang dilakukan orang yang statusnya
bukan muslim adalah amal-amal yang terhapus dengan sendirinya.

2. Berakal

Maksud berakal di sini adalah waras, normal dan tidak hilang ingatan. Berakal menjadi syarat wajib dan
juga syarat sah dalam ibadah haji. Berakal dikatakan syarat wajib karena orang gila atau tidak waras
tentu tak diwajibkan berangkat haji, meski punya harta dan kemampuan.
3. Baligh atau dewasa

Baligh merupakan syarat wajib, bukan syarat sahnya haji. Maksudnya, anak kecil yang belum baliq tidak
dituntut mengerjakan haji meski dia memiliki harta yang cukup untuk membiayai perjalanan hajinya.
Namun seorang anak yang belum baliq sudah berangkat ke Tanah Suci, kemudian menjalankan ritual
haji maka hukumnya sah dalam pandangan syariah.

Namun dalam pandangan ijma ulama, ibadah haji yang dikerjakannya dianggap haji sunah, bukan wajib.
Jadi ketika nanti dia sudah baliq, dia masih memiliki kewajiban melaksanakan lagi haji yang hukumnya
wajib.

Terkait hajinya anak kecil ini, Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh HR Muslim dari
Ibnu Abbas, pernah menjumpai seorang wanita bersama rombongan. Lalu wanita itu memperlihatkan
anaknya dan bertanya kepada Rasulullah tentang hukum kewajiban haji bagi anaknya. Bahwa Nabi saw
bertemu dengan satu rombongan di Rauha. Beliau, "Kalian siapa?" Mereka menjawab, "Kami muslim."
Mereka balik bertanya, "Siapa Anda?" Beliau menjawab, "Aku Rasulullah." Lalu seorang wanita
mengangkat seorang anak ke hadapan beliau dan bertanya, "Apakah hajinya (anak ini) sah?" Jawab
Rasulullah, "Ya, dan engkau mendapat pahala."

4. Merdeka (bukan budak atau hamba sahaya)

Merdeka adalah syarat wajib haji, bukan syarat sah. Dengan begitu berarti seorang budak tidak
diwajibkan mengerjakan ibadah haji. Namun bila tuannya mengajak ia melaksanakan ibadah haji, dan ia
menjalankan semua syarat, rukun serta wajib haji, hukum haji yang dilaksanakannya sah menurut
hukum agama. Tetapi umumnya seorang budak tidak memenuhi banyak syarat wajib haji, selain tak
memiliki banyak harta, ia juga harus melayani tuannya.

Seorang budak yang diberangkatkan haji oleh tuannya, maka hajinya sah, namun statusnya haji sunah
bukan haji wajib. Dalam hal ini kewajiban haji masih ada di pundaknya.

5. Istita'ah atau mampu

Para ulama banyak merinci tentang kriteria mampu ini, antara lain mampu secara fisik, mampu secara
harta, dan mampu secara keadaan (aman dan kondusif). Terkait mampu secara fisik, minimal kondisi
kesehatannya prima karena pelaksanaan ibadah haji membutuhkan kemampuan fisik yang kuat.

Sedangkan mampu secara harta terkait finansial. Harta minimal yang dimiliki seseorang agar dianggap
mampu secara finansial adalah yang mencukupi biaya perjalanan, bekal makanan selama perjalanan,
pakaian, biaya hidup selama di Tanah Suci dan biaya untuk perjalanan kembali. Harta ini juga bukan
hanya untuk menjamin dirinya selama dalam perjalanan dan kembali, tetapi termasuk biaya untuk
menjamin kehidupan anak istri yang ditinggalkan di tanah air.

Anda mungkin juga menyukai