Anda di halaman 1dari 13

JURNAL DINAMIKA GOVERNANCE

Volume 9. Nomor 1. April 2019

DAFTAR ISI:

OPTIMALISASI HAK DAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)


SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DANA DESA
(DD) DAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN SUMENEP
Roos Yuliastina, Ach. Andiriyanto ....................................................................................... 1

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI KOMUNITAS BUMI SURABAYA DI


SURABAYA
Saifuddin Zuhri, Ach. Muhammad Fadilah ........................................................................ 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT BENCANA PADA


BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
DI SURABAYA
Edwin Pramana Putra, Tukiman ......................................................................................... 22

KEBIJAKAN REMUNERASI PNS BERBASIS E-PERFORMANCE DALAM


MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR REGIONAL II BADAN
KEPEGAWAIAN NEGARA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
Diana Hertati .......................................................................................................................... 33

PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


(B3) DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA
Badrudin Kurniawan............................................................................................................. 39

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus di


Pasar Sore Kota Tanjung Selor Kabupaten Bulungan)
Kartini Maharani Abdul ....................................................................................................... 50

REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI PELAYAN PUBLIK


Ratna Ani Lestari ................................................................................................................... 62

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BELA NEGARA


MELALUI MATA KULIAH PENDIDIKAN BELA NEGARA DI UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Anis Rosella Pitaloka, Sri Wibawani .................................................................................... 69

KUALITAS PELAYANAN BALAI PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN


PENYAKIT PARU DI PAMEKASAN
Lukman Arif ........................................................................................................................... 78
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT BENCANA


PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT DI SURABAYA.

Edwin Pramana Putra1, Tukiman2


Prodi Ilmu Administrasi Negera, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
UPN “Veteran” Jawa Timur
Email: tukiman_upnjatim@yahoo.com
ABSTRAK
Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara
negara. Pelayanan publik terdiri dari segala bentuk pelayanan baik berupa barang, jasa maupun
administratif yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Kota Surabaya yang memiliki upaya
pelayanan publik yang terus dikembangkan untuk memberikan kemudahan akses bagi
masyarakat. Salah satu konsep penataan kota-kota di dunia beberapa tahun ini seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi adalah dalam layanan pengaduan darurat bencana yang
bernama Command Center 112 dengan Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan
Masyarakat sebagai leading sector.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yaitu Badan Penanggulangan Bencana dan
Perlindungan Masyarakat dan Command Center Room Fokus dalam penelitian ini yang
digunakan adalah menurut teori George Edward III dikutip oleh Subarsono (2012) : 1)
Komunikasi, 2) Sumber Daya, 3) Disposisi, 4) Struktur Birokrasi.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1) Komunikasi sudah terimplementasi tetapi
belum maksimal, karena sosialisasi yang dilakukan belum cukup jelas diterima oleh masyarakat
dan belum merata, serta petugas belum konsisten terkait respawn time yang sudah ditentukan 2)
Sumber Daya sudah terimplementasi tetapi belum maksimal dan kurang tepat sasaran dalam
sarana prasarana yang disediakan meskipun sudah didukung anggaran oleh pemerintah, 3)
Disposisi sudah terimplementasi dengan baik, karena karakteristik atau watak yang dimiliki
operator dan petugas Command Center 112 sudah baik dalam melayani masyarakat. 4) Struktur
Birokrasi sudah terimplementasi dengan baik, karena tidak ada perubahan tetapi hanya ada
penambahan leading sector yaitu Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan
Masyarakat dan dalam bertindak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.
Kata kunci: Implementasi Kebijakan Layanan Pengaduan Darurat, Command Center 112

PENDAHULUAN haruslah dapat memenuhi kebutuhan


Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat.
tuntutan perubahan sering ditujukan Pelayanan publik merupakan salah
kepadaaparatur pemerintahan mengenai satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan
pelayanan publik yang diberikan kepada oleh pemerintah, dimana pemerintahan pada
masyarakat. Pelayanan publik dilakukan hakekatnya adalah pelayan masyarakat.
pemerintah beserta aparaturnya kepada Dalam menghadapi era globalisasi dimana
masyarakat dalam mewujudkan peningkatan teknologi semakin berkembang, aparatur
kualitas kehidupan masyarakat sekaligus negara harus memberikan pelayanan publik
memberikan kepuasan kepada masyarakat kepada masyarakat yang dilakukan secara
yang dilayani. Menurut Likjan Poltak dalam efektif.
(Sinambela, 2006:5) Pelayanan publik adalah Pelayanan publik dilaksanakan oleh
pemenuhan keinginan dan kebutuhan instansi pemerintah baik di tingkat pusat
masyarakat oleh penyelenggara negara. maupun daerah, lingkungan Badan Usaha
Negara didirikan oleh publik tentu saja Milik Negara maupun Badan Usaha Milik
dengan tujuan agar dapat meningkatkan Daerah dalam mewujudkan tujuan Negara.
kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) pemerintah kepada masyarakat, sudah

22
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

tentunya suatu pelayanan publik yang Lebih lanjut dalam Abidin (2002:193)
diselenggarakan pemerintah harus mencakup bahwa secara umum, suatu kebijakan
seluruh masyarakat yang membutuhkannya dianggap berkualitas dan mampu
dan bagaimana masyarakat dapat merasakan dilaksanakan apabila mengandung beberapa
kepuasan dari layanan yang diberikan kepada elemen, yaitu:
mereka. Sehingga untuk mencapai kepuasan a. Tujuan yang ingin dicapai atau alasan
tersebut pemerintah dituntut untuk yang dipakai untuk mengadakan
memberikan pelayanan yang professional. Di kebijakan itu, dimana tujuan suatu
negara yang sedang berkembang seperti kebijakan yang dianggap baik apabila
Indonesia, kesejahteraan masyarakat sangat tujuannya:
tergantung pada kemampuan mereka dalam 1) Rasional, yaitu tujuan dapat dipahami
mengakses dan menggunakan pelayanan atau diterima oleh akal yang sehat. Hal
publik. Merujuk pada pernyataan tersebut ini terutama dilihat dari faktor – faktor
maka pelayanan publik yang diselenggarakan pendukung yang tersedia, dimana
pemerintah harus dapat diakses oleh seluruh suatukebijakan yang tidak
lapisan masyarakat. Undang – Undang mempertimbangkan faktor pendukung
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan tidak dapat dianggap kebijakan yang
Publik memiliki tujuan menjamin penyediaan rasional.
pelayanan publik sesuai dengan asas-asas 2) Diinginkan (desirable), yaitu tujuan
umum pemerintahan dan korporasi yang baik dari kebijakan menyangkut
serta untuk memberi perlindungan serta kepentingan orang banyak, sehingga
kepastian hukum. mendapat dukungan dari banyak
Pelayanan publik terdiri dari segala pihak.
bentuk pelayanan baik berupa barang, jasa b. Asumsi yang dipakai dalam proses
maupun administratif yang menjadi tanggung perumusan kebijakan itu realistis, asumsi
jawab pemerintah. Menurut Mulyadi tidak mengada-ada. Asumsi juga
(2015:212) timbulnya pelayanan umum atau menentukan pada tingkat validitas suatu
publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kebijakan.
kepentingan tersebut bermacam-macam c. Informasi yang digunakan cukup lengkap
bentuknya sehingga pelayaanan publik yang dan benar, dimana suatu kebijakan
dilakukan juga ada beberapa macam. Ada menjadi tidak tepat jika didasarkan pada
beberapa jenis pelayanan umum atau publik informasi yang tidak benar atau sudah
antara lain : kadarluarsa.
1. Pelayanan administratif Menurut Sugiarto (2002:36) pelayanan
Yaitu pelayanan yang menghasilkan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
berbagai bentuk dokumen resmi yang memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen,
dibutuhkan oleh publik, misalnya status pelanggan, tamu, klien, pasien penumpang,
kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya
kepemilikan atau penguasaan terhadap hanya dapat dirasakan oleh orang yang
suatu barang dan sebagainya. melayani maupun yang dilayani.
2. Pelayanan barang Sedangkan yang lebih rinci diberikan
Yaitu pelayanan yang menghasilkan oleh Gronroos dalam (Ratminto
berbagai bentuk atau jenis barang yang 2012:2)Pelayananadalah suatu aktivitas atau
digunakan oleh publik, misalnya jaringan serangkaian aktivitas yang bersifat tidak
telepon, penyediaan tenaga listrik, air kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
bersih dan sebagainya. sebagai akibat adanya interaksi antara
3. Pelayanan jasa konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain
Yaitu pelayanan yang menghasilkan yang disediakan perusahaan pemberi
bebagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh pelayanan yang dimaksudkan untuk
publik, misalnya pendidikan, memecahkan permasalahan
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan konsumen/pelanggan.
transportasi, pos dan sebagainya. Pelayanan publik pada dasarnya
merupakan salah satu jenis pelayanan yang

23
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

mengacu pada kebutuhan atau kepentingan membutuhkan dan disediakan secara


masyarakat dan menjadi tanggungjawab memadai serta mudah dimengerti.
pemerintah. Ratminto dan Atik (2012:5) b) Akuntabilitas
pelayanan publik atau pelayanan umum Dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dapat didefinisikan sebagai segala bentuk dengan ketentuan peraturan perundang-
jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang undangan.
publik maupun jasa publik yang pada c) Kondisional
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan Sesuai dengan kondisi dan kemampuan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di pemberi dan penerima pelayanan dengan
Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik efektifitas.
Daerah dalam rangka upaya pemenuhan d) Partisipatif
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka Mendorong peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- penyelenggaraan pelayanan publik
undangan. dengan memperhatikan aspirasi,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun kebutuhan dan harapan masyarakat.
2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan e) Kesamaan Hak
publik adalah kegiatan atau rangkaian Tidak diskriminatif dalam arti tidak
kegiatan dalam rangka pemenuhan membedakan suku, ras, agama, golongan,
kebutuhan pelayanan bagi setiap warga gender dan status ekonomi.
negara dan penduduk atas barang, jasa, f) Keseimbangan Hak dan Kewajiban
dan/atau pelayanan administratif yang Pemberi dan penerima pelayanan publik
disediakan oleh penyelenggara pelayanan harus memenuhi hak dan kewajiban
publik. Keputusan MENPAN Nomor 63 masing-masing pihak.
Tahun 2003 menyatakan pelayanan publik b. Jenis – jenis Pelayanan
adalah segala kegiatan pelayanan yang Berdasarkan Keputusan MENPAN
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan Nomor 63 Tahun 2003 membedakan jenis
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan menjadi tiga kelompok. Adapun
penerima pelayanan maupun pelaksanaan tiga kelompok tersebut adalah sebagai
ketentuan peraturan perundang-undangan. berikut:
Keputusan MENPAN Nomor 63 1. Kelompok Pelayanan Administratif yaitu
Tahun 2003 menyatakanbahwa hakikat pelayanan yang menghasilkan berbagai
pelayanan publik adalah pemberian bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan
pelayanan prima kepada masyarakat yang oleh publik, misalnya status
merupakan perwujudan kewajiban aparatur kewarganegaraan, sertifikasi kompetensi,
pemerintah sebagai abdi masyarakat.Jadi kepemilikan atau penguasaan terhadap
dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik suatu barang dan sebagainya. Dokumen-
merupakan segala bentuk pelayanan barang dokumen ini antara lain Kartu Tanda
dan jasa publik untuk memenuhi kebutuhan Penduduk (KTP), Akte Kematian, Buku
publik yang dilaksanakan instansi-instansi Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB),
publik atau pemerintah sesuai dengan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat
peraturan dan perundang-undangan yang Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
berlaku. (STNK), Izin Mendirikan Bangunan
a. Azas Pelayanan Publik (IMB), Paspor, Sertifikat
Untuk dapat memberikan pelayanan Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan
yang memuaskan bagi pengguna jasa, sebagainya.
penyelenggara pelayanan harus memenuhi 2. Kelompok Pelayanan Barang yaitu
azas – azas pelayanan sebagai berikut pelayanan yang menghasilkan berbagai
(Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun bentuk/jenis barang yang digunakan oleh
2003) : publik, misalnya jaringan telepon,
a) Transparansi penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan
Bersifat terbuka , mudah dan dapat sebagainya.
diakses oleh semua pihak yang

24
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

3. Kelompok Pelayanan Jasa yaitu mengurus dan/atau memperoleh


pelayanan yang menghasilkan berbagai pelayanan dari penyelenggara yang
bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, besarnya ditetapkan berdasarkan
mislanya pendidikan, pemeliharaan kesepakatan antara penyelenggara dan
kesehatan, penyelenggara transportasi, masyarakat.
pos dan sebagainya. e. Produk pelayanan
Standar pelayanan publik merupakan Produk pelayanan adalah hasil pelayanan
ukuran yang dibakukan dalam yang diberikan dan diterima sesuai
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan Produk pelayanan dapat berupa
oleh penyelenggara pelayanan, dan menjadi penyediaan barang, jasa dan/atau produk
pedoman bagi penerima pelayanan dalam administrasi yang diberikan dan diterima
proses pengajuan permohonan, serta sebagi pengguna layanan sesuai dengan
alat kontrol masyarakat penerima pelayanan ketentuan perundang-undangan yang
atas kinerja pemerintah. Penyelenggaraan ditetapkan.
pelayanan publik harus memiliki standar f. Pengelolaan Pengaduan
pelayanan dan di publikasikan sebagai Organisasi penyelenggara pelayanan
jaminan kepastian bagi penerima pelayanan. wajib membuat mekanisme pengelolaan
Hal ini dibuktikan diterbitkannya Pedoman pengaduan. Bentuk-bentuk pengelolaan
Standar Pelayanan Menurut PERMENPAN pengaduan yang banyak digunakan antara
Nomor 15 Tahun 2014 meliputi: lain: penyediaan kotak saran/kotak
a. Persyaratan pengaduan, sms, portal pengaduan dalam
Persyaratan adalah syarat (dokumen atau website, dan penyediaan petugas
barang/hal lain) yang harus dipenuhi penerima pengaduan. Untuk
dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, mempermudah penanganan pengaduan,
baik persyaratan teknis maupun perlu dibuatkan prosedur pengelolaan
administratif. Persyaratan pelayanan pengaduan. Dalam mekanisme pengaduan
merupakan suatu tuntutan yang harus harus diinformasikan secara jelas nama
dipenuhi dalam proses penyelenggaraan petugas, nomor telepon, alamat email, dan
pelayanan sesuai dengan ketentuan alamat kantor yang dapat dihubungi.
perundang – undangan. Persyaratan
pelayanan dapat berupa dokumen atau METODE PENELITIAN
barang/hal lain, tergantung kebutuhan Sejalan dengan definisi tersebut
masing-masing jenis pelayanan. Moleong dalam Moleong (2011:6)
b. Prosedur mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif
Prosedur adalah tata cara pelayanan yang adalah penelitian yang bermaksud untuk
dibakukan bagi penerima pelayanan, memahami fenomena tentang apa yang
Prosedur pelayanan merupakan proses dipahami oleh subjek penelitian misalnya
yang harus dilalui seorang pelanggan perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
untuk mendapatkan pelayanan yang lain-lain secara holistic, dan dengan cara
diperlukan. deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
c. Waktu pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
Waktu pelayanan adalah jangka waktu dengan memanfaatkan berbagai metode
yang diperlukan untuk menyelesaikan ilmiah. Sehingga dalam penelitian ini,
seluruh proses pelayanan dari setiap jenis penulis berusaha menggambarkan dan ingin
pelayanan. Kemudian waktu – waktu mengetahui tentang Implementasi Kebijakan
yang diperlukan dalam setiap proses Layanan Tanggap Darurat Bencana pada
pelayanan (dari tahap awal sampai akhir) Badan Penanggulangan Bencana dan
dijumlahkan untuk mengetahui Perlindungan Masyarakat di Surabaya.
keseluruhan waktu yang dibutuhkan. Dengan demikian, penelitian kualitatif
d. Biaya deskriptif akan berisi kutipan-kutipan data
Biaya adalah ongkos yang dikenakan untuk memberi gambaran penyajian laporan
kepada penerima layanan dalam tersebut. Data tersebut dapat berasal dari

25
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

naskah wawancara, catatan lapangan, foto, kompetensi implementor, dan sumberdaya


videotape, dokumen pribadi, catatan atau finansial. Sumberdaya adalah faktor
memo dan dokumen resmi lainnya. penting untuk implementasi kebijakan
Secara operasionalisasi konsep peneliti agar efektif. Tanpa sumber daya,
adalah berfokus pada Implementasi kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi
Kebijakan Layanan Pengaduan Darurat dokumen saja :
Bencana Pada Badan Penanggulangan a. Staff pelaksana layanan Command
Bencana dan Perlindungan Masyarakat di Center 112 yaitu operator dan petugas
Surabaya dengan pertimbangan bahwa masih dilapangan.
terdapat beberapa kekurangan dalam b. Fasilitas dan sarana penunjang dalam
pelaksanaan Command Center112 dan layanan Command Center 112.
menggunakan empat faktor atau variabel 3. Disposisi
yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan Disposisi adalah watak dan karakteristik
kegagalan implementasi yang dikemukakan yang dimiliki oleh implementor, seperti
oleh George C. Edward III, maka fokus komitmen, kejujuran, sifat demokratis.
penelitian ini adalah : Apabila implementor memiliki disposisi
1. Komunikasi yang baik, maka dia dapat menjalankan
Keberhasilan implementasi kebijakan kebijakan dengan baik seperti apa yang
mensyaratkan agar implementor diinginkan oleh pembuat kebijakan, maka
mengetahui apa yang harus dilakukan. proses implementasi juga menjadi efektif
Apa yang menjadi tujuan dan sasaran :
kebijakan harus ditransmisikan kepada a. Watak atau sifat operator dalam
kelompok sasaran (target group) sehingga melayani masyarakat melalui telepon 112.
akan mengurangi distrorsi implementasi. b. Watak atau sifat petugas dilapangan
Apabila tujuan dan sasaran suatu terhadap masyarakat dalam menangani
kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak kejadian bencana di lokasi.
diketahui sama sekali oleh kelompok 4. Struktur Organisasi
sasaran, maka kemungkinan akan terjadi Struktur organisasi yang bertugas
resistensi dari kelompok sasaran : mengimplementasikan kebijakan
a. Transmisi atau penyampaian informasi memiliki pengaruh yang signifikan
yang dilakukan oleh Badan terhadap implementasi kebijakan. Salah
Penanggulangan Bencana dan satu dari aspek struktur yang penting
Perlindungan Masyarakat dengan adalah adanya prosedur potensi yang
mengkoordinir seluruh Organisasi standar (standar operating
Perangkat daerah (OPD) yang terkait. proceduresatau SOP). SOP menjadi
Kemudian dilanjutkan oleh Command pedoman bagi setiap implementor dalam
Center 112 melalui sosialisasi kepada bertindak. Struktur organisasi yang terlalu
masyarakat Kota Surabaya. panjang akan cenderung melemahkan
b. Kejelasan komunikasi tentang pengawasan dan menimbulkan red-tape,
penyampaian informasi melalui yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
sosialisasi yang dilakukan oleh kompleks. Ini pada gilirannya
Command Center 112 menyebabkan aktivitas organisasi tidak
c. Konsistensi pelayanan yang diberikan fleksibel :
oleh Command Center 112 terhadap Pembagian tugas dan tanggung kepada
masyarakat para pelaksana kebijakan yang dapat
2. Sumberdaya diukur melalui pelaksanaan Standart
Walaupun isi kebijakan sudah Operational Procedure (SOP)yang
dikomunikasikan secara jelas dan meliputi :
konsisten, tetapi apabila implementor a. Kepengurusan khusus terhadap
kekurangan sumberdaya untuk layanan Command Center 112.
melaksanakan, implementasi tidak akan b. Perubahan struktur dalam layanan
berjalan efektif. Sumberdaya tersebut Command Center 112
berwujud sumberdaya manusia, yakni

26
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

Menurut Bogdan dan Taylor dalam kondensasi terjadi secara terus enerus
(Moleong,2013:280) mengidentifikasi kan sepanjang hidup di setiap proyek
analisis data sebagai proses yang yang penelitian kualitatif. Kondensasi data
merinci usaha secara formal untuk bukan sesuatu hal yang terpisah dari
menemukan tema dan merumuskan hipotesis analisis, tetapi merupakan bagian dari
kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data analisis itu.
dan sebagai usaha untuk memberikan 3. Penyajian Data (Display Data)
bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Aliran (flow) ketiga dari aktivitas analisa
Di pihak lain, Analisis Data Kualitatif data adalah penyajian data, suatu
menurut Seiddel, 1998 dalam (Moleong, penyajian yang terorganisir, kumpulan
2013:248) prosesnya berjalan sebagai dari suatu penekanan yang
berikut: memungkinkan penarikan kesimpulan dan
1. Mencatat yang menghasilkan catatan tindakan. Di dalam program kerja, kita
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar memiliki keyakinan bahwa penyajian
sumber datanya tetap dapat ditelusuri, yang baik merupakan jalan utama dalam
2. Mengumpulkan, memilah – milah, pencapaian analisis kualitatif yang kuat.
mengklarifikasikan, mensintesiskan, Sebagai data, penyajian bukan sesuatu
membuat ikhtisar, dan membuat yang terpisah dari analisis, tetapi
indeksnya. merupakan bagian dari analisis itu sendiri.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar Semua dirancang untuk menghimpun
kategori data itu mempunyai makna, informasi yang terorganisir agar segera
mencari dan menemukan pola dan dapat dicapai atau diperoleh, dan
hubungan – hubungan. Dan membuat compact-form sehingga analisis dapat
temuan – temuan umum. melihat apa yang terjadi dan tiap
Sedangkan menurut Miles and penarikan kesimpulan dibenarkan atau
Huberman (2014:31) bahwa di dalam analisis berjalan terus ke langkah selanjutnya dari
data memiliki empat (4) aliran (flow) analisis sehingga menimbulkan suatu
aktivitas yang terjadi secara bersama – sama, pemikiran bahwa penyajian (display)
keempat aliran tersebut dapat dijelaskan kiranya berguna atau bermanfaat.
sebagai berikut : 4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
1. Pengumpulan data (Data Collection) (Conclusion and Verifying Drawing)
Pengumpulan data yaitu data yang Aliran (flow) terakhir dari aktivitas
dikumpulkan berupa wujud kata – kata analisa data adalah penarikan kesimpulan
bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin dan verifikasi. Awal dari pengumpulan
telah dikumpulkan dengan angka macam data, analisa kualitatif
cara (observasi, wawancara, dokumen, menginterpresentasi apa yang menjadi
pita rekaman). Dan yang biasanya “di maksud dari pola pencatatan, penjelasan
proses” kira – kira sebelum siap arus kasual, dan proposisi. Kompetensi
digunakan (melalui pencatatan, peneliti memgang erat suatu kesimpulan
pengetikan atau alat tulis). (conclusion), mempertahankan
2. Kondensasi Data (Condensation Data) keterbukaan, dan keraguan, tetapi
Kondensasi data cenderung kepada proses kesimpulan masih disini, awalnya samar,
menyeleksi, memfokuskan, lalu semakin eksplisit dan mendasar.
menyederhanakan, dan/atau mengubah “final” dari kesimpulan mungkin tidak
data yang mendekati keseluruhan bagian tampak hingga pengumpulan data
dari pencatatan lapangan yang ditulis, berakhir, mengandalkan bagian dari
transkip wawancara, dokumen, materi pencatatan lapangan, pengkodean atau
empiris. Dengan melakukan kondensasi coding, menyimpan, dan pengambilan
data, maka dapat dikatakan membuat data metode yang digunakan, pengalaman
yang kuat (kita menjauhkan reduksi data peneliti, dan tegang waktu yang
dalam batasan karena menyiratkan diperlukan harus dipenuhi.
kelemahan atau kehilangan sesuatu pada
saat proses). Seperti yang kita lihat,

27
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat dari serangan udara. LBD


Gedung Badan Penanggulangan mempunyai struktur yang jelas dalam
Bencana dan LINMAS Kota Surabaya pemerintahan mulai dari pusat sampai daerah
sebelumnya berada di Jl. Tambaksari No.11 di bawah pejabat sipil. LBD dibawah
namun pada bulan Februari berpindah ke pemerintah Belanda lebih bersifat defensif
Gedung Badan Penanggulangan Bencana dan dan reaksional, ketika Jepang berkuasa pada
Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya tahun 1943, LBD dirubah menjadi
yang berlokasi di Jl. Jaksa Agung Suprapto Pertahanan Sipil (HANSIP) dan diarahkan
No.2, Ketabang, Genteng, Kota Surabaya, umtuk pertahanan dan pengerahan semesta.
Jawa Timur 60272, Telp (031) 99248732. Setelah Indonesia meraih
Untuk masuk ke dalam gedung tersebut, ada kemerdekaan, HANSIP dilindungi payung
satu petugas LINMAS berjaga diluar yang hukum dibawah keputusan Wakil Menteri
bertugas menjaga buku tamu sehingga dapat Pertama Urusan Pertahanan/Kemanan No.
membantu pengunjung untuk mengetahui MI/A/72/62 tanggal 19 April Tahun 1962
letak tujuannya ke BPB dan LINMAS atau tentang Peraturan Pertahanan Sipil sampai
BAKESBANGPOL. dengan tahun 1972 ketika pembinaan Hansip
BadanPenanggulangan Bencana dan diserahkan Menhamkam/Pangab kepada
Perlindungan Masyarakat (BPB dan Mendagri yang dikukuhkan dengan kepres
LINMAS) dibentuk pada Januari 2017 No. 55 Tahun 1972, dan peraturan ini dicabut
dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kota ketika periode SBY atas rekomendasi
Surabaya Nomor 14 Tahun 2016 tentang Kemendagri.
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah HANSIP yang awalnya bergerak
Kota Surabaya dan Peraturan Walikota dalam kegiatan yang bersifat pertahanan dan
Nomor 72 Tahun 2017 Tentang Kedudukan, keamanan berubah menjadi membantu dalam
Susunan Organisasi dan Fungsi Serta Tata pengamanan lingkungan. Pada tahun 2002
Kerja Badan Penanggulangan Bencana dan HANSIP berubah menjadi LINMAS
LINMAS Kota Surabaya. Pemerintah Kota (Perlindungan Masyarakat) namun
(Pemkot) Surabaya membentuk Badan tupoksinya tidak berubah. LINMAS sendiri
PenanggulanganBencana.Sebelumnya, tidak pernah mendapatkan pelatihan dasar
masalah bencana yang terjadi di Kota militer sejak tahun 2004 pembinaan
Pahlawan ditangani olehSatuan Pelaksana LINMAS berada dibawah PEMDA melalui
Penangggulangan Bencana (Satlak PB). Satuan Pamong Praja (POL PP) hal ini
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik didasari UU 32 tahun 2004 yang menyatakan
Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol urusan wajib yang menjadi kewenangan
Linmas) yang juga membawahi Satlak Pemda Provinsi, Kabupaten/Kota, meliputi
Bencana Alam akhirnya dipecah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan
terbentuk Badan Penanggulangan Bencana ketentraman masyarakat termasuk di
dan Linmas (BPB dan Linmas) menjadi dalamnya perlindungan masyarakat.
organisasi sendiri.Dalam kegiatannya BPB HANSIP yang berawal dari pertahanan
dan LINMAS Kota Surabaya melakukan melawan pendudukan jepang kini telah
pengamanan dan penanganan kejadian menjadi LINMAS yang lebih bersifat
ataupun kebencanaan yang ada di Kota pengamanan lingkungan masyarakat, peran
Surabaya. ini dapat lebih ditingkatkan dengan
Pertahanan Sipil atau yang dikenal membekali LINMAS kemampuan dasar
sebagai HANSIP merupakan salah satu penanggulangan bencana, pengamanan
komponen pendukung dalam konsep lingkungan seperti TPS acara
pertahanan negara. Pertahanan sipil dimulai kemasyarakatan dan menjadi on site team
dari jaman kolonial Belanda dan didirikan setelah kejadian/peristiwa/bencana.
untuk menghadapi serangan dari Jepang. Pada pelaksanaannya tugasnya sebagai
Hansip didirikan pada awalnya dengan nama kesatuan untuk menangani segala bencana
LBD (Lucht Bescherming Dients) oleh yang ada di Kota Surabaya, Badan
Belanda, untuk menjadi tim reaksi cepat Penanggulangan Bencana dan Perlindungan
menginformasikan dan melindungi Masyarakat mengalami hambatan. Hambatan

28
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

tersebut yaitu kurangnya koordinasi antar Penanggulangan Bencana dan Perlindungan


Organisasi Perangkat Daerah (OPD), karena Masyarakat (BPB LINMAS) ditunjuk sebaga
penanganan dilakukan di posko masing- Leading Sector. Layanan tanggap darurat
masing. Hal tersebut dinilai kurang efisien, bencana Command Center 112 ini sendiri
karena keadaan darurat membutuhkan masuk ke dalam bagian DARLOG RR
penanganan secepat mungkin. Sehingga pada (Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi dan
26 Juli 2016 diresmikan sebuah layanan Rekontruksi).
tanggap darurat bencana dengan nama Konsistensi dari kebijakan akan dapat
Command Center 112. mendukung keberhasilan implementasi.
Command Center 112 adalah suatu Dengan konsitennya kebijakan tersebut maka
sistem layanan pengaduan masyarakat secara akan mempermudah aktor pelaksana
terpadu. Dalam sistem ini, warga Surabaya kebijakan.
dapat melakukan pengaduan kedaruratan Disposisi merupakan watak dan
yang terjadi di Kota Surabaya dengan karakteristik yang dimiliki oleh agen
menghubungi nomor darurat 112 melalui pelaksanan kebijakan akan mempengaruhi
telepon dengan biaya gratis. Sedangkan suatu kegagalan dan keberhasilan dalam
ruang kendali atau ruang kerja Command program tersebut.
Center 112 itu sendiri bernama Command Pada layanan Command Center
Center Room. Disebut ruang kendali, karena 112,dalam hal konsistensi belum
didalam Command Center Room terdapat terimplementasi dengan baik karena masih
operator yang bertugas untuk menerima terdapat kekurangan terkait posko tambahan
telepon dan berkoordinasi dengan petugas di wilayah-wilayah yang memiliki intensitas
yang berada dilapangan. Operator tersebut lalu lintas kendaraan yang tinggi sehingga
merupakan perwakilan dari Organisasi pada waktu-waktu padat di pagi dan sore hari
Perangakat Daerah (OPD) yang tersinergi tim lapangan terdekat akan membutuhkan
dalam layanan ini. OPD tersebut diantaranya waktu perjalanan yang lebih untuk
:Badan Penanggulangan Bencana dan menjangkaunya sehingga tidak sesuai dengan
Perlindungan Masyarakat (BPB LINMAS), respawn time yang sudah ditentukan yaitu 7
Dinas Perhubungan, Kesatuan Polisi Pamong menit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
Praja (Satpol PP), Dinas Kebakaran, Dinas dinyatakan oleh Winarno, (2004: 126) Faktor
Pekerjaan Umum Bina Marga dan ketiga yang mempengaruhi terhadap
Pematusan, Dinas Kebersihan dan Ruang komunikasi kebijakan adalah konsistensi.Jika
Terbuka Hijau, Dinas Sosial, Polisi Resort implementasi kebijakan ingin berlangsung
Kota Besar (POLRESTABES) Surabaya, efektif, maka perintah – perintah pelaksanaan
Dinas Kesehatan. harus konsisten dan jelas. Perintah – perintah
Selain masalah koordinasi, munculnya implementasi yang tidak konsisten akan
layanan Command Center 112 ini juga tidak mendorong para pelaksana mengambil
terlepas dari ide Walikota Surabaya. Ketika tindakan yang sangat longgar dalam
Ibu Tri Risma Harini melakukan kunjungan menafsirkan dan mengimplementasikan
ke luar negeri, beliau melakukan kajian kebijakan. Tindakan yang sangat longgar
terhadap pelayanan publik di negara yang kemungkinan tidak dapat digunakan untuk
dikunjungi. Salah satu pelayanan publik yang melaksanakan tujuan – tujuan kebijakan.
dikaji adalah telepon gawat darurat seperti Dari teori komunikasi yang dikemukan
negara-negara lain sudah memiliki layanan oleh Edward III yang terdiri atas 3 indikator
tersebut sejak dulu diantaranya Amerika yaitu Transmisi, Kejelasan dan Konsistensi
Serikat dan negara lainnya. Sehingga, beliau dapat dilihat bahwa transmisi yang dilakukan
memutuskan untuk membuat layanan telepon oleh bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
keadaan darurat. Karena Kota Surabaya melalui sosialisasi kepada masyarakat.Tetapi,
dirasa mampu mewujudkan layanan serupa. untuk kejelasan layanan tersebut, pelaksana
Agar memudahkan koordinasi dengan kebijakan belum cukup jelas dalam
beberapa Organisasi Perangkat Daerah memberikan sosialisasi kepada masyarakat
(OPD) yang terlibat dalam layanan tanggap sehingga masih terjadi bentuk salah
darurat Command Center 112, maka Badan pengaduan yang diterima oleh operator dan

29
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

sosialisasi yang dilakukan secara langsung tambahan di wilayah-wilayah yang memiliki


masih belum merata. Untuk konsistensinya intensitas lalu lintas kendaraan yang tinggi
baik operator ataupu petugas di lapangan sehingga pada waktu-waktu padat di pagi dan
sudah konsisten sesuai dengan Standar sore hari tim lapangan terdekat akan
Operasional Prosedur (SOP) tersebut. membutuhkan waktu perjalanan yang lebih
1. Sumberdaya untuk menjangkaunya sehingga
Perintah–perintah implementasi memungkinkan melebihi respawn time yang
mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan sudah ditentukan dalam SOP (Standar
konsisten, tetapi jika para pelaksana Operasional Prosedur).Meskipun sudah
kekurangan sumber – sumber yang didukung sumber daya ekonomi atau
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan – anggaran oleh pemerintah.Hal ini sesuai
kebijakan, maka implementasi ini pun dengan yang dikutip oleh Winarno (2004:
cenderung tidak efektif.Dengan demikian, 130) bahwa jika para pelaksana kekurangan
sumber – sumber dapat merupakan faktor sumber – sumber yang diperlukan untuk
yang penting dalam melaksanakan kebijakan melaksanakan kebijakan – kebijakan, maka
publik. Sumber – sumber yang penting implementasi ini pun cenderung tidak efektif.
tersebut meliputi, Staf yang memadai serta 2. Disposisi
keahlian – keahlian yang baik untuk Salah satu faktor yang mempengaruhi
melaksanakan tugas – tugas mereka, implementasi kebijakan adalah sikap
Wewenang dan fasilitas – fasilitas yang implementor. Kencenderungan perilaku atau
diperlukan untuk meneterjemahkan usul – karakteristik dari pelaksana kebijakan
usul diatas kertas guna melaksanakan berperan penting untuk mewujudkan
pelayanan publik, serta sumber daya implementasi kebijakan yang sesuai dengan
keuangan yang digunakan untuk menunjang tujuan atau sasaran.
dalam pelaksanana kebijakan. Berdasarkan data hasil penelitian yang
Sumber daya manusia atau staf dalam diamati dari pernyataan informan yang
hal ini adalah operator dan petugas menyatakan bahwa sifat atau karekteristik
dilapangan yang bertugas menindaklanjuti yang dimiliki oleh Command Center 112
laporan dari masyarakat. Pada penelitian sebagai pelaksana kebijakan, dari operator
penulis dilapangan, bahwa sumber daya dan petugas sudah bersikap baik dalam
manusia baik operator atupun petugas memberikan pelayanan sehingga respon dari
dilapangan yang dimiliki oleh Command masyarakat juga baik dalam menerima
Center 112 sudah memadaidimana petugas layanan Command Center 112 tersebut.
yang bertugas pada Command Center Room Hal ini sudah menunjukan bahwa
merupakan petugas yang terseleksi dengan Disposisi atau watak dan karakteristik yang
baik yang dilakukan oleh Badan dimiliki oleh pelaksana kebijakan, jika para
Kepegawaian Daerah dengan menghasilkan 5 pelaksana kebijakan bersikap baik terhadap
(lima) regu yang mana setiap regu berisi suatu kebijakan tertentu, berarti adanya
perangkat-perangkat dari OPD (Organisasi dukungan, kemungkinan besar mereka akan
Perangkat Daerah) yang terkait dengan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang
tanggap darurat bencana dan setiap regu diinginkan oleh para pembuat keputusan
berjumlah 20 (dua puluh) orang petugas yang awal. Demikian pula sebaliknya, bila tingkah
dibagi menjadi 4 (empat) shift. Namun untuk laku para pelaksana berbeda dengan para
fasilitas Command Center 112 yang dimiliki pembuat keputusan, maka proses
operator dalam mencari titik lokasi kejadian pelaksanaan suatu kebijakan akan semakin
tidak tepat sasaran, karena aplikasi E- sulit.
MBENGOK yang seharusnya ditujukan 3. Struktur birokrasi
kepada masyarakat tetapi hanya dapat Command Center 112 memiliki
diakses oleh operator dan petugas, serta alat struktur birokrasi sendiri yang terdiri dari
yang dibutuhkan petugas dilapangan dalam beberapa Organisasi Perangkat Daerah
menangani segala kejadian yang baru-baru (OPD) yang tersinergi dalam layanan
ditangani masih belum maksimal. Ditambah Command Center 112 untuk melayani
masih terdapat kekurangan terkait posko masyarakat saat keadaan

30
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

daruratbencana.Dalam pelaksanaannya untuk konsistensinya belum konsisten


operator menggunakan Standar Operasional karena melebihi respawn time yang sudah
Prosedur (SOP) yang sama namun ditentukan yaitu 7 menit.
dilapangan berbeda-beda sesuai jenis 2) Sumberdaya : Pelaksanaan layanan
bencana yang ditangani. Sehingga masing – Command Center 112 dibutuhkan
masing akan mempunyai Standar beberapa pendukung agar tidak terjadi
Operasional Prosedur (SOP) yang berbeda- kesalahan yang fatal dan dapat berjalan
beda. Pemerintah Kota Surabaya hanya dengan lancar. Dalam indikator
menambahkan koordinator atau leading sumberdaya terdapat sumber daya
sector dalam layanan ini yaitu Badan manusia yaitu operator Command Center
Penanggulangan Bencana dan Perlindungan 112 dan petugas dilapangan. Sarana dan
Masyarakat, yang bertugas untuk prasarana yang disediakan untuk
mengkoordinir seluruh Organisasi Perangkat menunjang layanan ini belum maksimal
Daerah (OPD) yang terkait dalam layanan ini dan kurang tepat sasaran meskipun sudah
dan juga menyiapkan apa yang akan didukung anggaran oleh pemerintah.
dibutuhkannya. Hal ini sudah sesuai dengan 3) Disposisi atau watak dan karakteristik
teori bahwasannya Struktur organisasi yang yang dimiliki operator sudah baik dalam
bertugas mengimplementasikan kebijakan menerima telepon pengaduan darurat
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bencana oleh masyarakat serta petugas di
implementasi kebijakan. Salah satu dari lokasi kejadian bencana
aspek struktur yang penting adalah adanya 4) Struktur birokrasi Command Center 112
prosedur potensi yang standar (standar tidak berubah hanya ada penambahan
operating procedures atau SOP). SOP Leading Sector yaitu Badan
menjadi pedoman bagi setiap implementor Penanggulangan Bencana dan
dalam bertindak (Winarno: 2004: 132). Perlindungan Masyarakat dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) menjadi
PENUTUP pedoman bagi operator dan petugas
Kesimpulan dilapangan dalam bertindak.
Berdasarkan analisis dari hasil dan Berdasarkan kesimpulan yang telah
pembahasan mengenai Implementasi dijelaskan diatas, berdasarkan teori
Pengaduan Darurat Bencana Pada Badan Implementasi George C. Edward III dimana
Penanggulangan Bencana dan Perlindungan melihat Implementasi itu dengan 4 fariabel
Masyarakat, maka dapat diperoleh yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan
kesimpulan yaitu : struktur birokrasi sudah terimplementasi
1) Komunikasi : Pola komunikasi yang namun masih belum maksimal karena masih
digunakan oleh Badan Penanggulangan ada beberapa indikator yang belum sesuai
Bencana dan Perlindungan Masyarakat dengan ketentuan.
menggunakan pola dari atasan ke Saran
bawahan yaitu dari Badan Hasil penelitian di lapangan mengenai
Penanggulangan Bencana dan Implementasi Layanan Pengaduan Darurat
Perlindungan Masyarakat mengkoordinir Bencana Pada Badan Penanggulangan
seluruh Organisasi Perangkat Daerah Bencana dan Perlindungan Masyarakat di
(OPD) yang berada di Command Center Surabaya penulis memberikan beberapa
112, kemudian dilanjutkan kepada saran yang diharapkan dapat menjadi
kelompok sasaran yaitu masyarakat Kota alternatif dalam membantu menyempurnakan
Surabaya dengan cara sosialisasi yang implementasi kebijakan pada masa yang
dilakukan melalui penempelan stiker, akan datang, antara lain :
baliho, media sosial dan kelurahan 1. Perlu adanya peningkatan sosialisasi yang
ataupun kecamatan. Kejelesan dalam maksimal sehingga masyarakat lebih
sosialisasi belum cukup jelas diterima banyak mengetahui adanya layanan dan
oleh masyarakat dan belum merata fungsi Command Center 112
sehingga masih ada bentuk salah 2. Pemerintah Surabaya dan Command
pengaduan yang diterima oleh operator, Center 112 perlu meningkatkan dalam

31
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 9 Nomor 1April tahun 2019

segi sistem dalam bentuk aplikasi yang Nomor 15 Tahun 2014 Tentang
dapat diakses melalui operating Pedoman Standar Pelayanan
systemPlayStore dan IOS. Hal tersebut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
dilakukan agar mempermudah masyarakat Negara dan Reformasi Birokrasi
yang menghubungi 112 untuk dapat Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Road
terkoneksi secara langsung menuju titik Map Reformasi Birokrasi 2010 - 2014
letak lokasi kejadian dengan cepat. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
3. Menambah posko-posko tambahan untuk Negara dan Reformasi Birokrasi
mendukung pelayanan tanggap darurat di Nomor 63 Tahun 2004 Tentang
daerah dengan intensitas mobilisasi Pedoman Umum Penyelenggaraan
kendaraan yang tinggi agar tidak melebihi Pelayanan Publik
respawn time yang sudah ditentukan yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
7 (tujuh) menit. Tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
DAFTAR PUSTAKA Tentang Penanggulangan Bencana
Buku Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Agustino, Leo. 2014. Dasar - Dasar Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta Penanggulangan Bencana
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 49
2014. Analisis Data Kualitatif. Jakarta Tahun 2011 Tentang Pedoman
: Universitas Indonesia Press Tanggap Darurat Bencana di Kota
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Surabaya
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. B. Internet
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Afifa, Elit Millati. 2017. Strategi Pelayanan
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Satu Pintu Dalam Menangani
Publik dan Pelayanan Publik. Pengaduan Darurat Oleh Pemerintah
Bandung : Alfabeta. Kota Surabaya Melalui Layanan
Septi Winarsih, Atik & Ratminto. 2012. Darurat 112 Command Center
Manajemen Pelayanan. Yogyakarta Makdar, Af Irza Chairani. 2018. Kualitas
:Pustaka Pelajar Pelayanan Tanggap Darurat Bencana
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Command Center 112 di Badan
Pelayanan Publik. Jakarta : PT Bumi Penanggulangan Bencana dan Linmas
Aksara. Kota Surabaya
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Muhaimina, 2017. Publik Value (Nilai
Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi. Publik) dari Inovasi Layanan
Yogyakarta : Digi Art Jogja. Pengaduan Darurat Command Center
Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan 112 Kota Surabaya
Publik. Yogyakarta : UNY Pres https://news.idntimes.com/indonesia/rudy-
Tachjan, H. 2008. Implementasi Kebijakan bastam/command-center-112-911-ala-
Publik. Bandung : AIPI kota-surabaya-1/full (diakses tanggal
Tangkilisan, Hesel, Nogi, 2003. Kebijakan 22 Februari 2018)
Publik. Yogyakarta: Balaiurang https://jatim.antaranews.com/berita/200217/p
Wahab Abdul, Solichin. 2012. Analisis engamat-sosialisasi-command-center-
kebijaksanaan dari Formulasi surabaya-perlu-ditingkatkan (diakses
keImplementasi Kebijaksanaan tanggal 22 Februari 2018)
Negara. Bumi Aksara : Jakarta. https://www.jawapos.com/read/2017/07/17/1
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik 44706/kisah-kisah-di-balik-
Teori dan Proses. Yogyakarta : Media beroperasinya-command-center-cc-
Presindo 112-surabaya (diakses tanggal 22
A. Peraturan Perundang-undangan Februari 2018
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi

32

Anda mungkin juga menyukai