Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASKEP APPENDICITIS

DISUSUN OLEH :

1. AYU AJENG SARASWATI (19.053)


2. DINAR NUGROHO (19.060)
3. FIRAMIDASARI (19.066)
4. KURNIAWAN (19.072)
5. NENES LYLI PRAMUKTI (19.078)
6. RITA NURMALA DEWI (19.084)
7. SILVIANA TRI HAPSARI (19.091)
8. YUSUF BAGUS SAPUTRO (19.097)

AKADEMI KEPERAWATAN INSANHUSADA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala Puja dan puji syukur kita haturkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ‘’askep apppendicitis’’ ini dapat diselesaikan dengan apa adanya
dan tepat pada waktunya. Apabila didalam makalah ini masih terdapat kekeliruan, oleh sebab itu
kami mengharapkan keritikan dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan Teman-Teman agar saya
memiliki bahan untuk merefisi makalah ini.

Semoga makalah yang saya tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi temen-temen
mahasiswa keperawaatn dan semoga bisa menjadi bahan refrensi untuk pembelajaran kita
bersama.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

1. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................................4
1.6 Manfaat Penulisan......................................................................................................4

2. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Appendix...............................................................................5
2.2 Definisi Appendix......................................................................................................6
2.3 Etiologi.......................................................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik......................................................................................................6
2.5 Patofisiologi...............................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................7
2.7 Komplikasi.................................................................................................................7

3. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian..................................................................................................................8
3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................10
3.3 Intervensi....................................................................................................................11
....................................................................................................................................

4. BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................................14
4.2 Saran .........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat. Tubuh yang
sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan dalam melakukan
berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang dilakukan tentunya
mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan yang lainnya.

Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan
teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu
mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi
yang mirip disetiap negara.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan
makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang
timbul adalah apendisitis.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak
pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi
lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi apendisitis?


2. Apa definisi dari apendisitis?
3. Bagaimana etiologi apendisitis?
4. Apa manifestasi klinik apendisitis?
5. Bagaimana patofisiologi apendisitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan apendisitis?
7. Apa komplikasi apendisitis?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
apendisitis?

3
1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah
mata kuliah Sistem Pencernaan II serta mempresentasikannya.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi apendisitis


2. Untuk memahami definisi dari apendisitis
3. Mengetahui etiologi apendisitis
4. Dapat mengetahui manifestasi klinik apendisitis
5. Mengetahui penatalaksanaan apendisitis
6. Mengetahui komplikasi apendisitis
7. Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
apendisitis

1.4. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai buku referensi dan internet.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan dan
manfaat penulisan. BAB II PEMBAHASAN, dan BAB III ASUHAN KEPERAWATAN, BAB
IV PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran.

1.6. Manfaat Penulisan

1. Mengetahui letak atau posisi anatomi dan fisiologi apendisitis


2. Mengetahui penyebab dan proses perjalanan penyakit apendisitis
3. Memahami parameter pengkajian yang tepat untuk menentukan status fungsi
gastrointestinal
4. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Appendix

Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apexcaecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di
daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomendan posisinya bervariasi. Appendiks
terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum.Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan
posterior. Secaraklinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah
garisyang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Panjang apendiks rata-rata 6-9 cm. Lebar 0,3-0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Apendiks menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lendir itu
normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnyamengalir ke sekum. Hambatan aliran
lender di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associatedlymphoid tissue)


yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialahIgA. Imunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namundemikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumahnyadisaluran cerna dan diseluruh tubuh

5
2.2 Definisi

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yangtak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umumdari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplaialiran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman,1989).Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi
pada di umbai cacing(apendiks). Infeksi ini bisa terjadi pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah,apendiks itu bisa pecah.Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomendarurat (Smeltzer, 2001)

2.3. Etiologi

Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor
prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksilumen.1. Pada
umumnya obstruksi ini terjadi karena :a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan
penyebab terbanyak. b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.c. Adanya benda asing seperti
biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.d. Striktura lumen karena fibrosa akibat
peradangan sebelumnya2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30
tahun(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid padamasa
tersebut.4. Tergantung pada bentuk appendiks.5. Appendik yang terlalu panjang.6. Appendiks
yang pendek.7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.8. Kelainan katup di
pangkal appendiks.

2.4. Manifestasi Klinik

Nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang(kepunggung)


dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah danhilangnya nafsu makan. Nyeri tekan
lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukantekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan
dijumpai.Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasiatau diaretidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiksmelingkar di belakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-
tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan
bahwa ujung appendiksdekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian
bawahotot rektum kanan dapat terjadi. Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri yangterasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri
dan dapatlebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien
memburuk.

6
2.5. Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obsttersebut


menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama
mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dindingappendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekananintra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkanedema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis
akut fokal yangditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akanmenyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri
akan menembusdinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
yangdapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitissupuratif
akut.Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiksyang
diikutiganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dindingappendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.Bila proses berjalan lambat, omentum
dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat
appendikkularis. Peradanganapendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.Omentum
pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dindinglebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurangmemudahkan untuk terjadi perforasi.
Sedangkan pada orang tua mudah terjadikarena ada gangguan pembuluh darah.

2.6. Penatalaksanaan

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks.Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi

fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik,
jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.1. Tindakan pre operatif, meliputi
penderita di rawat, diberikan antibiotikdan kompresuntuk menurunkan suhu penderita, pasien
diminta untuk tirah baringdan dipuasakan2. Tindakan operatif : appendiktomi3. Tindakan post
operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegakdi tempat tidur selama 2 x 30
menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiritegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan
diangkat, klien pulang.

2.7. Komplikasi

1. Perforasi dengan pembentukan abses

2. Peritonitis generalisata

3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian

1. Data demografiIdentitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang


menembuskebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.

3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,


konjungtivaanemis.
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
adatidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2. tidak ada ronchi, whezing, stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanyainfeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang
sertatidak bisa mengeluarkan urin secara lancar
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan
penyakitg) Sist

8
4. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dankebiasaan
olah raga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan
luka.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat
pembatasanintake makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih,
rasanyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
polaeliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang
sifatnyasementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas
biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan
berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapatmengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segalakebutuhan
harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinyasehingga
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
h) Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran
baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi
yangtidak stabilem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat
i) Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama
beberapawaktu.
j) Pola penanggulangan stress
Sebelum MRS : klien kalau setres mengalihkan pada hal lain.Sesudah MRS : klien
kalau stress murung sendiri, menutup diri
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.Sesudah MRS : klien
biasanya tidak tepat waktu beribadah.

9
5. Pemeriksaan diagnostik
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum,
kelainan non spesifikseperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal
atau untuk mengetahui adanyakomplikasi pasca pembedahan
c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yangmerupakan tanda adanya infeksi
d) Pemeriksaan Laboratorium§ Darah : Ditemukan leukosit 10.000 –
18.0000 µ/ml§
Urine : Ditemukan sejumlah
kecil leukosit dan eritrosit.

3.2.Diagnosa Keperawatan

ANALISA DATA

No Data penunjang Masalah Etiologi


1 DS : pasien mengatakannyeri pada Gangguan rasanyaman Adanya perangsangan
abdomen kanan bawah tembus ke (nyeri) padaepigastrium
punggung

DO :Wajah tampak menyeringai


P : nyeri karena adanya
perangsanganGangguan rasanyaman
(nyeri)Adanya perangsangan
padaepigastrium
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri dibagian kanan bawah abdomen
S : skala nyeri 8
T : nyeri terjadi saat ditekan

2. DS : - Resiko terjadi infeksi Diskontinuitas


DO : jaringan
TTV : Suhu 38C; sekunderterhadap luka
Nadi>80x/menit; insisi bedah
TD >110/70mmHg;
RR >20x/menitTerdapat luka insisi bedah

10
3. DS : Pasien mengatakanhaus Kekurangan volume Pembatasan cairan
DO : Ada tanda-tanda cairan pascaoperasisekunder
dehidreasi:Membrane mukosa terhadap proses
keringTurgor kulit menurun>2detikUrin penyembuhan
pekat (oliguri <500cc/hari)TTV tidak
stabil:TD >120/80 mmHg Nadi
>80x/menitRR : >20x/menitSuhu :
>37,5C
4. Kurang pengetahuan Tidak mengenal
DS : Pasien dan keluarga megatakan informasi tentang
tidak kebutuhan
mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatan/
pengobatannya perawatan pasca
pembedahan

DO :Bertanya mengenaiinformasi proses


penyakit Bertanya tentang perawatan
pasca operasiBertanya tentang
pengobatan

Diagnosa keperawatan apendisitis :

Pre-op : 1.Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium

2.Post-op :

3.Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap lukainsisi


bedah

4.Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunderterhadap


proses penyembuhan

5.Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan


pengobatan/ perawatan pasca pembedahan

3.3.Intervensi

1. Dx kep. 1 : Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan


padaepigastriumTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkannyeri pasien dapat berkurangKH : Nyeri hilang, skala 0-3, pasien tampak rileks,
mampu tidur/ istirahat selama7-9 jam dalam sehari

Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi,karakteristik, Berguna dalam pengawasankeefektifan obat,
beratnya (skala 0-10) kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
karakteristik nyeri, menunjukkanterjadinya
11
abses/peritonitis.
Pertahankan istirahat dengan posisisemi Menghilangkan tegangan abdomenyang
fowler bertambah dengan posisiter lentang
Dorong ambulasi dini Merangsang peristaltik dankelancaran flatus,
menurunkanketidaknyamanan abdomen
Berikan aktifitas hiburan Meningkatkan relaksasi dan
dapatmeningkatkan kemampuan koping
Kolaborasi pemberian analgetik Menghilangkan dan menguranginyeri

2.Dx kep. 2 : Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadapluka insisi
bedahTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien
tidakmenunjukkan tanda dan gejala infeksiKH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan
benar, drainase purulen, tidak adaeritema dan tidak ada demam. Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering

Intervensi Rasional
Awasi TTV. Perhatikan demammenggigil, Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis,
berkeringat, perubahanmental abses
Lakukan pencucian tangan yang baikdan Menurunkan risiko penyebaran bakteri
perawatan luka aseptic
Lihat insisi dan balutan. Catatkarakteristik Memberikan deteksi dini terjadinya proses
drainase luka infeksi
Berikan informasi yang tepat pada pasien/ Pengetahuan tentang kemajuansituasi
keluarga pasien memberikan dukungan emosi, membantu
menurunkanansietas
Berikan antibiotik sesuai indikasi Mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlahorganisme (pada infeksi
yang adasebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya

3. Dx kep 3 : Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasisekunder


terhadap proses penyembuhanTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairanKH : Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi : membran mukosa lembab, turgor kulit baik(< 2 detik), TTV stabil
(TD : 110/70-120/80 mmHg; RR : 16-20x/menit; N : 60-100x/menit; S : 36,5- 37,5C),
haluaran urin adekuat

Intervensi Rasional
Observasi ttv Tanda yang membantumengidentifikasi
fluktuasivolume intravaskuler

12
Observasi membran mukosa, kaji Indikator keadekuatan intakecairan dan
turgorkulit dan pengisian kapilerIndikator elektrolit
keadekuatan intakecairan dan elektrolit
Awasi intake dan output, catat
Penurunan pengeluaran urine pekat dengan
warnaurine/konsentrasi, berat jenis peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhancairan meningkat
Auskultasi bising usus, catat Indikator kembalinya peristaltik,kesiapan
kelancaranflatus dan, gerakan usus untuk pemasukan peroral
Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila Menurunkan iritasigaster/muntah
pemasukan peroral dimulai, danlanjutkan untukmeminimalkan kehilangan cairan
dengan diet sesuai toleransi

4. Dx kep. 4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan


pengobatan/ perawatan pasca pebedahanTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan pasien dan keluarga mampu memahami dan mengerti tentang
proses penyakit dan pengobatannyaKH : Berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi Rasional
Kaji ulang pembatasan aktifitas Memberikan informasi pada pasienuntuk
pascaoperasi merencanakan kembalirutinitas biasa tanpa
menimbulkanmasalah
Anjurkan menggunakan laksatif/ pelembek Membantu kembali ke fungsi
feses ringan bila perlu danhindari enema usus,mencegah mengejan saat defekasi
defekasiDiskusikan perawatan Pemahaman peningkatan kerja samadengan
insisi,termasuk mengganti balutan, program terapi,meningkatkan penyembuhan
pembatasan mandi, dan kembali kedokter dan proses perbaikan
untuk mengangkat jahitan/pengikat

13
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi seiring
pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Apendiks
menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi
lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi .

Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang
(kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren.
Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional
disebut appendikssitis perforasi.

Komplikasinya :

1. Perforasi dengan pembentukan abses

2. Peritonitis generalisata

3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)

Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4.2. Saran

Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan kebiasaan
hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang
penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu
penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.

14
DAFTAR ISI

 https://ongky-materiaskep.blogspot.com/2013/03/makalahku-apendisitis.html?m=1
 https://www.academia.edu/34551148/Asuhan_Keperawatan_Apendisitis_01_docx
 repository.maranatha.edu › 0...PDF
 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Apendisitis Akut ...
 https://ongky-materiaskep.blogspot.com/2013/03/makalahku-apendisitis.html?m=1
 https://harrybluemut.blogspot.com/2013/04/makalah-appenditis.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai