A. Prinsip-prinsip Etik
Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Sumijatun
(2011), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya
(Sumijatun, 2011). Perawat harus menghargai nilai-nilai yang dianut oleh pasien. Menurut
Sumijatun (2011), penerapan informed concent secara tidak langsung menyatakan suatu
trilogy hak klien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan hak untuk menolak
perawatan. Contoh prinsip ini adalah ketika seorang pasien diberikan tindakan yang memiliki
risiko tinggi, perawat berkewajiban menyampaikan tindakan yang akan diberikan dalam
bentuk informed concent. Klien berhak menolak atau menyetujui tindakan tersebut dan
perawat harus menghargai apa yang diputuskan oleh pasien. Namun perawat juga harus
menjelaskan kemungkinan yang bisa terjadi apabila tindakan disetujui dan kemungkinan apa
yang bisa terjadi jika tindakan tidak disetujui. Hal ini dimaksudkan agar menjadi bahan
pertimbangan oleh klien.
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan
sendiri, meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan, terutama yang terkait
dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, campur tangan hukum, dan tenaga
kesehatan profesional yang ada (Sumijatun, 2011). Contohnya adalah pada seorang perawat
dia memiliki otonomi untuk menetapkan intervensi yang berkaitan dengan kondisi klien.
Seorang klien juga memiliki otonomi yang harus dihargai klien dalam memilih dan membuat
keputusan berkaitan dengan tindakan medis yang didapatnya.
3. Beneficence (kemurahan hati/maslahat)
Kemurahan hati atau maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain (Sumijatun, 2011). Kemurahan hati dapat
ditunjukan dengan bersikap ramah atau menolong lebih dari sekedar memenuhi kewajiban
dengan mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya.
Contohnya adalah ketika seorang pasien menderita suatu penyakit, perawat tidak hanya
mengobati sakitnya namun secara inisiatifnya sendiri perawat juga merawat psikologis
kliennya.
4. Non-maleficence
Prinsip non-maleficence berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan
kerugian atau cedera pada kliennya (Sumijatun, 2011). Menurut Sumijatun (2009) dalam
Sumijatun (2011), kerugian atau cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik sepertinyeri,
kecacatan, kematian, atau adanya gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya, merasa
terisolasi, dan adanya penyesalan. Contohnya adalah ketika perawat memasang infus, prinsip
steril harus dijaga. Apabila tidak dijaga, klien akan menderita kerugian seperti terjadinya
infeksi, selain itu dari segi keuangan klien akan dirugikan juga karena klien diharuskan
membayar perawatan yang lebih dari pada sebelum terjadinya infeksi.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran dan
tidak berbohong atau menipu orang lain (Sumijatun, 2011). Terkadang dalam kondisi tertentu
perawat tidak menerapkan prinsip ini secara penuh, bahkan perawat tidak jarang melakukan
kebohongan yang tidak dikehendakinya. Dalam menyampaikan kejujuran perawat juga
dibatasi wewenang tentang fakta yang boleh diasampaikan dan fakta yang mungkin tidak
sembarangan boleh diasampaikan. Contoh prinsip kejujuran yaitu ketika seorang klien
menanyakan tentang penyakitnya seorang perawat memberikan tanggapan bahwa dia tidak
berhak memberikan penjelasan dan menyaran kanser tamemfasilitasi pasien untuk bertanya
kepada dokter yang menanganinya. Contoh kebohongan yang tidak dikehendaki perawat
namun terkadang dilakukan yaitu misalnya pemberian medikasi plasebo, dimana perawat
menyatakan bahwa obat yang diberikan mengandung bahan untuk menghilangkan rasa
sakitnya, namun sebenarnya obat tersebut hanyalah vitamin biasa. Namun akibat sugesti yang
diberikan akan mampu menenangkan pasien.
6. Konfidensialitas (kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk merahasiakan semua informasi
tentang klien yang dirawatnya, dan perawat hanya akan memberikan informasi tersebut pada
orang yang tepat (Sumijatun, 2011).Semua hal yang diketahui seorang perawat tentang
kondisi kesehatan kliennya harus tetap dijaga sesuai dengan kode etik perawat. Perawat harus
tetap setia pada janji yang telah disepakati dengan klien dan mampu memegang rahasia.
Contohnya adalah seorangklien yang didiagnosakan kerpayudara, perawat dantimmedis yang
menangani klien ini tahu betul dengan kon disiklien tersebut. Perawat dan timmedissecara
etik tidak dibenarkan membicarakan klien ini diluar rumah sakit atau kepada orang ycang
tidak berwenang dan tidak bertanggung jawab kepada klien. Rahasia tentang klien ini harus
setia dijaga perawat untuk membina rasa saling percaya antara pasien dengan perawat dan
untuk melindungi apa yang menjadi privasiklien.
7. Fidelity (kesetiaan)
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tetap setia pada kesepakatan
dan tanggung jawab yang telah dibuat (Sumijatun, 2011). Perawat harus setia menjaga dan
menjalankan apa yang sebelumnya telah menjadi kesepakatan bersama kliennya. Contohnya
adalah seorang klien yang telah membuat informed consent bahwa dia tidak menyetujui
tindakan yang diberikan, walaupun perawat telah memberikan penjelasan tentang risiko yang
mungkin terjadi jika klien tidak menyetujui tindakan namun dia tetap tidak menyetujui
tindakan maka perawat harus setia menjaga kesepakatan tersebut.
8. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat berlaku adil pada
semua orang.Didalam pemberian pelayanan keperawatan tidak boleh ada diskriminasi
terhadap golongan, ras, suku, agama, jabatan, pekerjaan dan lainnya. Contohnya adalah
ketika ada dua orang pasien yang memiliki keluhan sakit perut, dimana seseorang pasien
berpakaian jas kantor sedangkan pasien lainnya berpakaian biasa, perawat tidak boleh
memberikan pelayanan yang prima hanya pada pasien yang memakai jas kantor saja,
melainkan semua pasien berhak dan wajib mendapatkan pelayanan semaksimal mungkin.
1. Moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang kebenaran
2. Moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau bertindak
sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral.
6. Moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika memperhatikan dan mengikuti
arah kompas dalam menjalani kehidupan .
10. Moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering berorientasi pada
sikon ,motif ,tujuan,kepentingan ,dsb.
Sedangkan perbedaan norma dan nilai yaitu sebagai berikut.
1. Nilai sudah berada lebih dulu dibandingkan dari pada norma sedangkan norma berada setelah
adanya nilai dan norma dibuat untuk melaksanakan nilai
2. Nilai bersifat implicit (tersamar) sedangkan norma bersifat eksplisit (nyata, jelas, tegas)
3. Nilai belum memiliki sanksi sedangkan norma telah dilengkapi dengan sanksi
4. Nilai belum tertulis sedangkan norma bisa tertulis, bisa tidak tertulis
5. Nilai berfungsi menjadi pedoman perilaku warga masyarakat sedangkan norma berfungsi
untuk mengatur dan membatasi perilaku warga masyarakat.
D. Manfaat Nilai
Nilai memiliki manfaat sebagai berikut;
1. Sebagai kriteria dalam memilih tujuan
2. Sebagai kerangka patokan dalam tingkah laku sehari-hari
3. Sebagai arah dalam kehidupan masyarakat
4. Sebagai filter untuk berbagai pengalaman dan hubungan yang dialami manusia dalam suatu
hari tertentu
5. Membantu seseorang untuk membuat banyak keputusan yang penting dan memberikan rasa
percaya diri pada seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.