A1C019014 - Kurnia Uswatun Khasanh - LAPRAK2 - Kelompok 9

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM

HIDROLOGI

ANALISIS HUJAN WILAYAH

Oleh :
Kurnia Uswatun Khasanah
NIM A1C019014

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

I . PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
III. METODOLOGI................................................................................................5
A. Alat dan Bahan.........................................................................................5
B. Prosedur Kerja..........................................................................................5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................8
A. Hasil .................................................................................................... 8
B. Pembahasan ....................................................................................... 10
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
B. Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................18

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Ilmu Geografi, curah hujan merupakan unsur terpenting yang wajib
di pelajari baik persebarannya maupun perhitungannya. Curah hujan merupakan
bagian-bagian terpenting dalam pembeljaran ilmu geografi terutama hidrologi,
karena peran hujan sangat penting dalam siklus hidrologi. Hujan berasal dari
kondensasi uap air yang jatuh kembali ke permukaan bumi sehingga dalam
analisis siklus hidrologi curah hujan slalu diperhitungkan. Peran hujan sangat
menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu
sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi di dalamnya (Bayong,
2004).
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling
penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan
bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan
menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu
kawasan (DAS). Curah hujan setiap hari direkam dari stasiun curah hujan
digunakan sebagai masukan untuk pemodelan konsep periode pertumbuhan yang
dihitung berdasarkan curah hujan dengan metode interpolasi spasial.
Curah hujan wilayah merupakan curah hujan yang pengukurannya dilakukan
di suatu wilayah tertentu (wilayah regional). Analisis data hujan dimaksudkan
untuk mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan
wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir. Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-
rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode rata-rata
aritmatik (aljabar), metode poligon Theiessen dan metode Isohyet.
Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang
mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian

1
meramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu. Dalam menentukan
curah hujan areal yang berasal dari pencatatan penakaran curah hujan. Dari
pencatan curah hujan, kita hanya mendapatkan data curah hujan disuatu titik
tertentu (point rainfall).

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menganalisis hujan wilayah dengan metode sederhana


2. Mahasiswa mampu membandingkan dua metode sederhana penentuan
hujan wilayah.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan data hujan
adalah milimeter. Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang
menutupi permukaan sebesar 1 mm zat cair dan tidak meresap ke dalam tanah
atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004). Di daerah tropis curah hujan
memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujan di anggap presipitasi
(Triatmodjo, 2013). Curah hujan setiap hari direkam dari stasiun curah hujan
digunakan sebagai masukan untuk pemodelan konsep periode pertumbuhan yang
dihitung berdasarkan curah hujan dengan metode interpolasi spasial.
Interpolasi adalah suatu metode atau fungsi matematika yang menduga nilai
pada lokasi-lokasi yang datanya tidak tersedia.interpolasi spasial mengasumsikan
bahwa atribut data bersifat kontinu di dalam ruang (space) dan atribut ini saling
berhubungan (dependence) secara spacial (Anderson, 2001). Data curah hujan
yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan hujan sehingga
didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian meramalkan besarnya curah
hujan pada periode tertentu. Dalam menentukan curah hujan areal yang berasal
dari pencatatan curah hujan, kita hanya mendapatkan data curah hujan di suatu
titik tertentu (point rainfall). Jika dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar
atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan
nilai curah hujan areal (Dewi, 2012).
Dalam analisa hidrologi, stasiun sering diperlukan untuk menentukan hujan
rerata pada daerah tersebut yang dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
rata-rata aritmatika, Polygon Theiessen, dan Isohyet. Stasiun penakar hujan hanya
memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun berada, sehingga hujan pada
suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut (Triatmodjo, 2013).
Metode rata-rata aritmatika adalah metode yang paling sederhana untuk
menghitung hujan rerata di suatu daerah (Triatmodjo, 2013). Pengukuran dengan

3
metode aritmatika dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan
dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan
dalam perhitungan ini biasanya adalah yang berada dalm DAS, tetapi stasiun di
luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode Polygon Theiessen merupakan salah satu metode yang sangat
populer di kalangan praktisi. Namun seringkali hasil perhitungan diatas kertas
tidak sesuai dengan kondisi di lapangannya, maka untuk meningkatkan akurasinya
diperlukan upaya pengembangan formulasi pada metode Polygon Theiessen
dengan menambahkan garis linier pada garis poligonnya (Sri, 2020). Metode ini
memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di
sekitar. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama
dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada
suatu statiun mewakili stasiun tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran
stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. (Triatmodjo, 2013).
Sedangkan metode isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung
kedalaman rata-rata di suatu daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
persebaran rata-rata curah hujan disimbolkan dengan warna pada peta isohyet
(Andi, 2015).

4
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Data areal kawasan (dummy)


2. Data hujan (dummy)
3. Kertas milimeter block (saat ini menggunakan exel terlampir)
4. Perlatan gambar (untuk membuat polygon, saat ini diganti dalam soft file)

B. Prosedur Kerja

1. Metode Aritmatika

Metode rerata aritmatika digunakan ketika memenuhi asumsi bahwa


hujan yang terjadi pada satu kawasan bersifat homogeneous. Akurasi dari
metode ini merupakan yang terendah. Hujan rerata sangat sederhana yaitu
hanya mencari rerata curah hujan yang diukur di setiap titik pengukuran
dalam satu kawasan dengan menggunakan persamaan:

̅ = P1+P2+⋯+Pi+Pn = 1 ∑𝑁
P 𝑖=1 𝑃𝑖
N 𝑁
2. Metode Poligon Theiessen

Metode Poligon Theiessen didasarkan pada dstribusi sebaran hujan pada


suatu wilayah yang dengan mengacu pada pengukuran di stasiun hujan
wilayah tersebut. Pengruh suatu areal direpresentasikan oleh convex
polygon. Poligon tersebut didapatkan dengan membagi areal menjadi
segmen-segmen yang saling berhubungan dari masing-masing staisun
hujan (titik pengukuran) dengan stasiun pengukuran terdekatnya.

5
Proses analisis metode Polygon Thiessen yaitu:

a. Apabila ada data satu kawasan dengan stasiun pengukur hujan (e.g
Daerah Aliran Sungai, Kabupaten, dll).
b. Hubungkan semua titik stasiun pengukur hujan.
c. Pada setiap garis yang menghubungkan dua stasiun terdekat, ambillah
titik tengahnya, kemudian buatkan garis tegak lurus pada garis
tersebut. Ulangi pada semua stasiun yang ada sehingga membentuk
suatu segmen-segmen poligon. Tujuan pembuatan garis-garis polygon
ini adalah menentukan areal distribusi masing-masing nilau hujan pada
masing-masing staisun yang merupakan representasi dari wilayah dari
masing-masing segmen polygon yang identik.
d. Setelah menjadi kumpulan segmen polygon, maka segmen polygon
tersebut yang akan digunakan dalam analisis (garis warna ungu),
sedangkan garis-garis imaginer yang menghubungkan masing-masing
stasiun bisa di hilangkan (di abaikan). Sehingga kita akan
mendapatkan masing-masing segmen yang merupakan nilai
representative luasan wilayah terhadap curah hujan di segmen
tersebut.
e. Langkah (d) juga berlaku untuk segmen poligon yang lain.
f. Kemudian hitung luasan masing-masing segmen untuk mencari
𝐴𝑖
weight, yaitu luas segmen dibagi dengan luas total areal ( ). Untuk
𝐴
mencari nilai luasan segmen poligon tak sementara bisa menggunakan
excel (terlampir).
g. Masukkan masing-masing nilai pada table perhitungan yang
merupakan ringkasan dari perhitungan :
𝑃1 A1 +𝑃2 A2 +⋯+𝑃𝑚 A𝑚
̅
P =
(A1 +A2 +⋯+A𝑚 )

Atau untuk jumlah stasiun (m) secara umum rumus hujan wilayah:

∑𝑚
𝑖=1 𝑃1 A1 A𝑖
̅=
P = ∑𝑚
𝑖=1 𝑃1
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴

6
Keterangan :
𝐴𝑖
merupakan nilai bobot segmen wilayah (i) atau disebut sebagai
𝐴
weight.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambar Poligon

Gambar 1. Segmen Poligon.

2. Metode Aritmatika
a. Tabel 1. Perhitungan curah hujan metode aritmatika
No Stasiun Curah Hujan(mm)

1 1029
2 821
3 231
4 347
5 213
6 902
7 1034
8 731

8
9 1621
10 213
11 123
b. Perhitungan aritmatika

̅ = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7
P
N
1029+821+231+347+213+902+1034
=
7
4.577
=
7

= 653,86 mm

3. Metode Poligon Theiessen


a. Tabel 2. Perhitungan curah hujan metode poligon theiessen
Nama Luas Area Weight Rainfall Weighted
stasiun (km2) (c=b/4.375) (mm) rainfall (mm)
(a) (b) (d) (e=c*d)
1 667,11 0,15 1029 156,90
2 403,37 0,09 821 75,70
3 496,45 0,11 231 26,21
4 682,62 0,16 347 54,14
5 651,60 0,15 213 31,72
6 248,23 0,06 902 51,18
7 961,88 0,22 1034 227,33
8 108,60 0,02 731 18,15
9 62,06 0,01 1621 22,99
10 46,54 0.01 213 2,27
11 46,54 0.01 123 1,31
TOTAL 4375 TOTAL 667,90

9
b. Perhitungan metode poligon theiessen

̅ =
P
P1A1+P2A2+P3A3+P4A4+P5A5+P6A6+P7A7+P8A8+P9A9+P10A10+P11A11
A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7+A8+A9+A10+A11

=
1029(667,11)+821(403,37)+231(496,45)+347(682,62)+213(651,60)
667,11+403,37+496,45+ 682,62+651,60

902(248,23) + 1034(961,88) + 731(108,60) + 1621(62,06) + 213(46,54) + 123(46,54)


248,23 + 961,88 + 108,60 + 62,06 + 46,54 + 46,54

2.922.023,85
=
𝟒𝟑𝟕𝟓

= 667,90 mm

B. Pembahasan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi (Tjasyono, 2004).
Curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir
(BMKG 2016). Curah hujan di permukaan bumi berbeda-beda. Untuk mengetahui
curah hujan di masing-masing wilayah maka setiap wilayah tertentu harus
memiliki beberapa titik-titik stasiun pengamatan yang menghitung curah hujan
(Nyokro, 2015). Menurut siklus hidrologi, kandungan air dimuka bumi adalah
tetap dan terus melakukan perjalanan di bumi yang berupa siklus. Meskipun siklus
hidrologi berlangsung secara kontinu, namun sirkulasi air tidak merata (Dedi,
2014).
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam satuan inchiatau milimeter,
jumlah curah hujan 1 mm artinya tinggi air hujan yang menutupi permukaan per

10
satuan luas (m2) sebesar 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah,
menguap ke atmosfer ataupun mengalir. Hujan memainkan peran penting dalam
siklus hidrologi yang mempengaruhi kesetimbangan sumber daya air di
permukaan bumi. Dengan adanya sumber daya air di permukaan akibat dari curah
hujan maka dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan meningkatkan kesejahteraan dengan mengelolanya dalam bentuk irigasi
pertanian, perikanan dan kebutuhan energi serta cadangan air (Djazim, 2014).
Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Menurut Bayong (2004),
hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai dan di Indonesia yang
dimaksud endapan adalah curah hujan. Di daerah tropis hujan memberikan
sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap presipitasi
(Triatmodjo, 2008). Jika uap air yang jatuh berbentuk cair maka disebut hujan
(rainfall) dan jika berbentuk padat maka disebut salju (snow). Dari beberapa jenis
presipitasi, hujan adalah yang paling bisa diukur. Pengukuran dapat dilakukan
secara langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, namun tidak dapat
dilakukan di seluruh wilayah tangkapan air, akan tetapi hanya dapat dilakukan
pada titik-titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur hujan
(Triatmodjo, 2008).
Dari praktikum analisis curah hujan wilayah yang telah dilaksanakan
membahas mengenai metode sederhana untuk menganalisis hujan wilayah.
Metode sederhana tersebut berupa metode rata-rata aritmatika dan metode
Polygon Theiessen. Pencatatan data curah hujan dilakukan di beberapa titik
stasiun pencatat curah hujan untuk mengetahui sebaran hujan yang turun pada
suatu DAS apakah merata atau tidak. Data curah hujan yang baik dapat diperoleh
dari hasil perekaman yang dijaga dan selalu dipantau. Rekaman data stasiun hujan
dipengaruhi oleh kondisi stasiun hujan dan persebarannya. Semakin banyak
keberadaan stasiun hujan maka semakin detail data curah hujan terdpat beberapa
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu biaya (Izmi, 2016). Diperlukan data curah
hujan bertahun-tahun untuk mendapatkan perhitungan perencanaan yang akurat,

11
semakin banyak data curah hujan yang ada maka semakin akurat perhitungan
yang akan dilakukan (Fanny, 2016).
Metode rata-rata aritmatika adalah metode yang paling sederhana untuk
menghitung hujan rerata di suatu daerah (Triatmodjo, 2013). Pengukuran dengan
metode aritmatika dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan
dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan
dalam perhitungan ini biasanya adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di
luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan. Hujan rerata sangat
sederhana yaitu hanya mencari rerata curah hujan yang diukur di setiap titik
pengukuran dalam satu kawasan dengan menggunakan persamaan:
P1+P2+⋯+Pi+Pn 1
̅
P = = ∑𝑁
𝑖=1 𝑃𝑖
N 𝑁

Metode rerata aritmatika digunakan ketika memenuhi asumsi bahwa hujan yang
terjadi pada satu kawasan bersifat homogeneous. Akurasi dari metode ini
merupakan yang terendah.
Dengan menggunakan metode aritmatika,curah hujan rata-rata DAS dapat
ditentukan dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat pengukuran
untuk suatu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya stasiun
pengukuran. Metode ini dapat dipakai pada daerah datar dengan jumlah stasiun
hujan relatif banyak, dengan anggapan bahwa DAS tersebut sifat hujannya adalah
merata (uniform) secara sistematis. Metode ini sangat sederhana dan mudah
diterapkan, akan tetapi kurang meberikan hasil yang diteliti meningkat tinggi
curah hujan yang sesungguhnya tidak mungkin benar-benar merata pada seluruh
DAS. Utamanya di wilayah tropis termasuk Indonesia, sifat distribusi hujan
menurut ruang sangat bervariasi, sehingga untuk suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang raelatif besar, metode aritmatik tidak cocok untuk digunakan (Tri,
2017).
Metode Polygon Theiessen merupakan salah satu metode yang sangat
populer di kalangan praktisi. Namun seringkali hasil perhitungan diatas kertas
tidak sesuai dengan kondisi di lapangannya, maka untuk meningkatkan akurasinya

12
diperlukan upaya pengembangan formulasi pada metode Polygon Theiessen
dengan menambahkan garis linier pada garis poligonnya (Sri, 2020).
Proses analisis metode Polygon Thiessen yaitu: apabila ada data satu
kawasan dengan stasiun pengukur hujan (e.g Daerah Aliran Sungai, Kabupaten,
dll) hubungkan semua titik stasiun pengukur hujan. Pada setiap garis yang
menghubungkan dua stasiun terdekat, ambillah titik tengahnya, kemudian buatkan
garis tegak lurus pada garis tersebut. Ulangi pada semua stasiun yang ada
sehingga membentuk suatu segmen-segmen poligon. Tujuan pembuatan garis-
garis polygon ini adalah menentukan areal distribusi masing-masing nilau hujan
pada masing-masing staisun yang merupakan representasi dari wilayah dari
masing-masing segmen polygon yang identik. Setelah menjadi kumpulan segmen
polygon, maka segmen polygon tersebut yang akan digunakan dalam analisis
(garis warna ungu), sedangkan garis-garis imaginer yang menghubungkan
masing-masing stasiun bisa di hilangkan (di abaikan). Sehingga kita akan
mendapatkan masing-masing segmen yang merupakan nilai representative luasan
wilayah terhadap curah hujan di segmen tersebut. Langkah ini juga berlaku untuk
segmen poligon yang lain. Kemudian hitung luasan masing-masing segmen untuk
𝐴
mencari weight, yaitu luas segmen dibagi dengan luas total areal ( 𝐴𝑖 ). Untuk
mencari nilai luasan segmen poligon tak sementara bisa menggunakan excel
(terlampir). Masukkan masing-masing nilai pada table perhitungan yang
merupakan ringkasan dari perhitungan :
𝑃 A +𝑃 A +⋯+𝑃𝑚 A𝑚
̅
P = 1 1 2 2
(A1 +A2 +⋯+A𝑚 )

Atau untuk jumlah stasiun (m) secara umum rumus hujan wilayah:

∑𝑚
𝑖=1 𝑃1 A1 A𝑖
̅
P= = ∑𝑚
𝑖=1 𝑃1
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴

𝐴𝑖
merupakan nilai bobot segmen wilayah (i) atau disebut sebagai weight.
𝐴
Metode Polygon Theiessen memperhitungkan bobot dari masing-masing
stasiun yang mewakili luasan di sekitar. Pada suatu luasan di dalam DAS

13
dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu statiun mewakili stasiun tersebut
(Akmal, 2010). Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah
yang ditinjau tidak merata. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun hujan
seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi jaringan
yang baru (Triatmodjo, 2013).
Hasil praktikum mengenai analisis hujan wilayah DAS Serayu yaitu dengan
menggunakan metode sederhana rata-rata aritmatik dan metode Polygon
Theiessen. Perhitungan dengan metode rata-rata aritmatik yaitu menghitung curah
hujan di DAS Serayu kemudian dibagi dengan luas wilayah. Metode ini
merupakan metode yang sangat sederhana untuk menghitung analisis hujan di
suatu wilayah. Kemudian perhitungan rerata metode Polygon Theiessen yaitu
dengan menghubungkan semua titik stasiun pengukur hujan di sekitar stasiun
terdekat DAS serayu. Setiap garis yang menghubungkan dua stasiun terdekat,
ambillah titik tengahnya, kemudian buatkan garis tegak lurus pada garis tersebut
hingga membentuk suatu segmen-segmen poligon. Tujuan pembuatan garis-garis
polygon ini adalah menentukan areal distribusi masing-masing nilau hujan pada
masing-masing staisun yang merupakan representasi dari wilayah dari masing-
masing segmen polygon yang identik. Setelah menjadi kumpulan segmen
polygon, maka segmen polygon tersebut yang akan digunakan dalam analisis.
Sehingga kita akan mendapatkan masing-masing segmen yang merupakan nilai
representative luasan wilayah terhadap curah hujan di segmen tersebut.
Analisis curah hujan menggunakan data curah hujan wilayahyang dihitung
berdasarkan rerata aritmatik tidak dapat menggambarkan sebaran curah hujan,
sementara informasi sebaran curah hujan (informasi spasial) penting dalam
kaitannya dengan menentukan daerah-daerah mana yang mempunyaicurah hujan
minimum yang berkolasi dengan defisit air (Nasution, 2005).

14
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum mengenai analisis hujan


wilayah, maka dapat diambil kesimpulan seperti berikut :
1. Dalam analisa hidrologi, stasiun sering diperlukan untuk menentukan
hujan rerata pada daerah tersebut yang dapat dilakukan dengan
beberapa metode seerhana yaitu: rata-rata aritmatika, Polygon
Theiessen, dan Isohyet.
2. Metode rata-rata aritmatika adalah metode yang paling sederhana untuk
menghitung hujan rerata di suatu daerah. Pengukuran dengan metode
ini dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan
dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
3. Metode Polygon Theiessen merupakan salah satu metode yang sangat
populer di kalangan praktisi. Metode ini memperhitungkan bobot dari
masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitar .

B. Saran

Pelaksanaan praktikum kali ini belum terlalu paham mengenai analisis hujan
di suatu wilayah jika di aplikasikan secara langsung, karena hanya menggunakan
alat komunikasi sebagai media praktikum. Alangkah baiknya untuk praktikum
berikutnya dapat mengaplikasikan secara langsung klasifikasi iklim disuatu
wilayah dan mendapat penjelasan materi analisis hujan wilayah secara langsung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, D. 2010. Perencanaan Waduk Pendidikan di Ponegoro Tembalang


Semarang. Universitas Diponegoro.
Andi, T. 2015. Persebaran Rata-rata Cuarah Hujan dengan Metode Isohyet di
DAS Alo Provinsi Gorontalo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geograf.
Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian. Universitas Negeri Gorontalo,
Gorontalo.
Bayong THK. 2004. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Bunganaen, W., et.al., 2013. Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan
Pada Stasiun Klimatologi Lasiana Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil. 2(2):
182-183. Kupang.
Dedi, M. 2014. Analisis Karakter Curah Hujan Di Wilayah Kabupaten Garut
Selatan. Jurnal Konstruksi. 13(1): 2302-7312. Sekolah Tinggi Teknologi
Garut.
Dewi, H. 2012. Metode Theiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran Cuaca Hujan
Periode Tertentu pada Suatu Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah
Hujan. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. 17(2): 154-163.
Djazim, S. 2014. Validasi Data TRMM Terhadap Data Curah Hujan Aktual Di
Tiga DAS Di Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Jakarta.
Fanny, P., Ahmad, Z. & Subuh, T. 2016. Analisis Data Curah Hujan yang Hilang
dengan Mengunakan Metode Normal Ratio, Inversed Square Distance, dan
Rata-rata Aljabar. JRSDD. 4(3): 397- 406. Bandar Lampung.
Izmi, M. & Pramono, H. 2016. Efisiensi Jumlah Stasiun Hujan Untuk Analisis
Hujan Tahunan Di Provinsi Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Bumi Indonesia. 5(1): 1-5.
Nasution, C. & Djazim, S. 2005. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Daerah
Pantai Utara Jawa Barat. Jurnal Air Indonesia. 1(2): 235 – 243.
Nyokro, M. 2015. Mengubah Data Curah Hujan Titik Menjadi Data Curah Hujan
Wilayah. Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Lampung.
Saputro, D. 2011. Pendugaan Data Tidak Lengkap Curah Hujan di Kabupaten
Indramayu. Sains. IPB Press. Bogor.
Sri, W. 2020. Studi Pengembangan Metode Poligon Theiessen Dengan
Pembobotan Linier Terhadap Bidang Eksak Pada Perhitungan Curah
Hujan Rerata Daerah. Program Studi Teknik Sipil. Fakultas Teknik.
Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB.
Tri, S. 2017. Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, Dan Evapotranspirasi Potensial
Di Kota Medan Kabupaten Kota Medan Provinsi Sumatra Utara. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan.
Triatmodjo, B. 2013. Hidrologi Terapan. Betta Offset. Yogyakarta.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai