Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ARTIKEL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

TUGAS AKHIR MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

ELSA YUSTIKA ADZKIA

20190009

DOSEN PENGAMPUN :

MIMI SRI IRFADILA,M.PD

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

TP 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya-lah,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
bahasa Indonesia tentang artikel administrasi rumah sakit . Penulisan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah. Saya menyadari
sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan
baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan ini

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bukittinggi, 1 februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...............................................................................................


B. Rumusan masalah ..........................................................................................
C. Tujuan punulisan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian rumah sakit kesehatan .................................................................


B. Perkembangan konsep rumah sakit ...............................................................
C. Karakter rumah sakit .....................................................................................
D. Jenis – jenis rumah sakit ...............................................................................
E. Layanan kesehatan ........................................................................................
F. Demand layanan kesehatan............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Rangkuman ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelengarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, pelayanan penunjang, rawat jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit harus
memiliki kemampuan kepempinan yang efektif agar pasien mendapatkan pelayanan
yang prima. Kepimpinan efektif ini dilihat dari adanya sinergi yang positif antara
pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, para pemimpin di rumah sakit dan kepala
unit kerja unit pelayanan.
Dalam kehidupan sehari – hari begitu banyak sector keidupan yang menjadi
perhatian pemerintah, seperti sector pendidikan, pertanian, industry, ekonomi,
kesehatan lain – lain. Salah sector yang mendapatkan perhatian yang cukup besar
dari pemerintah adalah sector kesehatan.
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan yans semakin meningkat memicu
rumah sakit. Rumah sakit yang ada untuk meningkatkan fasilitas kesehatan dan
melakukan perbaikan terhadap didalamnya adalah rumah sakit ropanusuri.
Rumah sakit pronasuri merupakan satu – satunya rumah sakit swasta khusus
bedah yang ada di padang. Rumah sakit ini berencana melakukan perubahan-
perubahan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada
pasiennya.dengan meningkatnya taraf pendidikan dan social ekonomi masyarakat,
konsumen, semakin banyak menurut haknya selaku pemakai jasa pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayan
kesehatan untk mendapatkan pelayanan yang terbaiki. Semakin baik mutu
pelayanan kesehatan yang di berikan oleh suatu rumah sakit.
kepada pasiennya, maka akan memberikan ppeluang bagi rumah sakit itu,
untuk dapat bersaing dengan rumah sakit lainnya dalam mendapatkan kepercayaan
dari pasiennya.

1
Kegiatan pelayanan yang dilakukan rumah sakit di mulai dari saat pasein
mmendaftarkan ditempat penerimaan pasien, masa pengobatan oleh dokter,
pemeriksaan pennunjang medis dari mengevaluasi pasiennya sa,pia pasein keluar
dari rumah sakit. Kegiatan penunjang medis yang ada ppada rumah sakit khusus
bedah ropanauuri, seperti tenaga medis, ruang rawat, jumlah pasien, pemakaian
tempat tidur, dan fasilitas fisik lainnya sertastatus rekam medis melibatkan
informasi yang akan berguna untuk menunjang kelamaran proses kegiatan
pelayanan medis rumah sakit an bagi pihak – pihak yang berkepentingan dengan
rumah sakit itu sendiri, seperti daparrtemen kesehatan serta dinas kesehatan
kota.Proses pengelolaan data pasien dilakukan secara terpusat pada bagiaan rekam
medis rumah sakit khusus bedah ropanasuri dengan sumber data diperolehkan dari
uni – unit pelayanan medis yaitu rawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap. Data
rekam medis ini kemudian di olah menjadi informasi- informasi yang dibutuhkan,
seperti membuatan laporan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan pengertian kesehatan ?
2. Apa yang di maksud dengan perkembangan konsep rumah sakitt?
3. Sebutkan karakter rumah sakit ?
4. Sebutkan jenis – jenis rumah sakit ?
5. Apa saja yng termasuk dalam layanan kesehatan ?
6. Apa yang di maksud dengan demand layanan kesehatan ?
. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui tentang kesehatan dalam rumah sakit
2. Untuk mengetahui perkembangan konsep dalam drumah sakit
3. Untuk mengetahui karakter rumah sakit
4. Untuk mengetahui jenis – jenis rumah sakit
5. Untuk mengetahui layanan kesehatan dalam administrasi rumah sakit
6. Untuk mengetahui demand layanan kesehatan dalam rumah sakit

2
BAB II

PEMBAHASAAN
A. PENGERIAN KESEHATAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelengarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, pelayanan penunjang, rawat jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit harus
memiliki kemampuan kepempinan yang efektif agar pasien mendapatkan pelayanan
yang prima. Kepimpinan efektif ini dilihat dari adanya sinergi yang positif antara
pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, para pemimpin di rumah sakit dan kepala
unit kerja unit pelayanan.
Menurut word health organization (WHO), rumah sakit adalah intitusi
pelayanan kesehatan yang memiliki tenaga medis dan professional yang
terorganisasikan memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan layanan 24 jam per
hari 7 hari semingggu, rumah sakit perlu diatur sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, bekerja sama dengan layanan kesehatan dan perawatan social lainnya,
serta berkontribusi terhadap penguatan pelayanan kesehatan primer dan layanan
kesehatan masyarakat, untuk berkontribusi secara substansial terhadap universal
health coverage ( UHC).
Dalam undang- undang republic Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit ( pasal 3), pengaturan penyelenggarakan rumah sakit memiliki tujuan
sebagai berikut,
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit

3
Adapun fungsi rumah sakit menurut undang – undang repuplik Indonesia
no.44 tahun 2009 (pasal 5 ) sebagai berikut,
1. Penyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan
medis
3. Penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4. Penyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut, terlihat jelas rumah sakit di
tuntut melakukan berbagai jenis pelayanan, di antarannya pelayanan medic,
pelayanan penunjang medic, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,
pencegahan dan peningkatkan kesehatan, sebagai tempat penilitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan, serta adanya
penyelenggarakan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan
persyaratan kesehatan.
B. PERKEMBANGAN KONSEP RUMAH SAKIT
Menurut laksmono (2004), untuk memudahkan para manajer dalam mengenal
factor – factor yang sangat memengaruhi dan di pengaruhi oleh pencapaian tujuan
organisasi rumah sakit dan lingkungan.
1. Pandangan produksi perusahaan ( rumah sakit )
Di masa lampau, organisasi rumah sakit sangat sederhana, hal ini dapat
kita lihat dari sruktur organisasi rumah sakit pada tahun 1950-an. Pada saat itu,
pimpinan rumah sakit menjabat juga sebagai wakil pemilik (depkes/pemda),
dan juga berfungsi sebagai pekerja pemberian pelayanan. Jadi, pada saat itu
tidak ada pemisahan antara pemilik, pengelola, dan karyawan rumah sakit.
Dalam pandangan ini, pemilik-manajer-karyawan hanya saat ini. Pandagan

4
pihak berkepentingan bukan hanya untuk hari ini melainkan yang lebih penting
adalah menjamin kelangsungan hidup organisasi rumah sakit di waktu
mendatang.
C. KARAKTER RUMAH SAKIT
Mengidamkan rumah sakit yang aman, tenteram dan menguntingkan,
tentukannya tidak salah.pada kenyataannya, berbagai situasi bisa muncul di rumah
sakit dan tidak bisa dihindarkan dalam melaksanakan setiap fungsinya, baik yang
bersumber dari internal maupun eksternal.
Rumah sakit berkembang menjadi sebuah institusi yang minimal memiliki
sepuluh (10) karakter khas sebagai berikut,
1. Lembaga public yang produknya adalah layanan manusia.dalam hal ini,
SDM rumah sakit dituntut untuk bersikap professional, santun, dan
sabar, terutama saat kondisi pasien yang sedang sakit, serta terkadang
diikuti dengan emosi yang labil, hal ini berbeda dibanding
perusahaan/institusi lain seperti pabrik, yang produknya adalah barang,
yang dapat sembarang dilempar.
2. Rumah sakit harus berfungsi memberikan pelayanan 24 jam penuh
selama 7 hari dalam seminggu, tanpa peduli hari libur atau hari raya.
Jadi, rumah sakit juga harus multiwaktu.
3. Rumah sakit dalam memberikan layanannya mengunakan multidisiplin
ilmu. Berbagai konsep mulai darikonsep spesialisis ilmu kedokteran,
konsep bsinis, konsep operasional, konsep nilai, hingga konsep ilmu
bangunan. Semuanya ada institusi rumah sakit.
4. Multiproduk, berbeda dari institusi pelayanan public lainnya, rumah
sakit dengan berbagai konsep/unit/ instalasi kerjanya, menghasilkan
berbagai produk layanan (juga limbah) , baik medis maupun nonmedis.
5. Multi sumber daya manusia, rumah sakit merupakan perusahaan yang
memiliki paling banyak jenis sumber daya manusia, dengan berbagai
strata pendidikan dan gelar, dari pendidikan SD,SLTP,D-3,D-4,S-1,S-
2,dokter spesialis, insinyur,ahli hukum ,apoteker,ahli gigi, radiographer,

5
ahli pemasaran, ahli kauangan ,ahli it,hingga doctor dan professor, oleh
sebab itu, rumah sakit serimg kali disebut sebagai insitusi yang padat
karya.
6. Multi pesaing, untuk tetap tumbuh dan berkembang dalam fungsi social
dan fungsi komersial, rumah sakit dituntut untuk surviv and growth,
terutama di era globalisasi sekarang ini. Persaingan tidak hanya dengan
rumah sakit dalam negeri, tetapi juga rumah sakit Negara lain.
7. Multi peraturan, rumah sakit mempunyai banyak peraturan rumit yang
harus berlakukan kepada para staf di rumah sakit, mulai dari pemilik
rumah sakithingga pihak berkepentingan lainnya. Beberapa peraturan
tersebut, di antaranya peraturan pajak, peraturan BLU, peraturan KLH,
peraturan ketenagakerjaan, peraturan menpan, peraturan BPJS, dan
peraturan pemda.
8. Multi pembayaran dalam hal pembiayaan di rumah sakit, terdapat
banyak kerja sama yang harus dilakukan dengan berbagai sumber
keuangan. Mulai dari pribadi, kontrak kerja dengan perusahaan lain atau
asuransi, baik profit maupun non profit seperti BPJS. Hal ini juga
penting diperhitungkan karena berkaitan dengan cash flow rumah sakit.
Bahkan saat ini kebanyakkan rumah sakit hanya akan atau lebih dari
90% revenue dari BPJS.
9. Multibudaya, Indonesia sebagai Negara bhineka tunggal ika, yang
menunjukkan bahwa sejak dulu masyarakatnya telah dikenal sebagai
masyarakat majemuk, yang ditandai dengan berbagai ciri perbedaan
yang khas, baik yang bersifat horizontal maupun vertical. Perbedaan
yang bersifat vertical menyangkut perbedaan lapisan atas bawah, baik di
bidang social,ekonomi,maupun politik. Sementara itu, perbedaan
horizontal meliputi kesatuan – kesatuan social yang melekat pada setiap
etnis, seperti budaya, bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat, kuliner
khas, serta hukum adat atau symbol- symbol lainnya yang melekat

6
padasetiap etnis, para praktisi di rumah sakit juga berdiri dari beragam
budaya. Hal ini juga bisa berpotensi isu dalam manajemen rumah sakit.
10. Berdasarkan Sembilan hal ini di atas, otomatis juga rumah sakit
memiliki ciri unik multimasalah. Dari hal inilaah, penguasaan
pemecahan masalah sangat penting dalam mengelola rumah sakit.
Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dikatakan upaya pelayanan rumah sakit
akan melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara (sedikitnya) lima
aspek. Aspek tersebut meliputi jenis rumah sakit, tingkat otonomi rumah sakit
berbagai peraturan, struktur organisasi, dan momentum yang terjadi.
D. JENIS – JENIS RUMAH SAKIT
Sesuai dengan uu.no.44 tentang rumah sakit tahun 2009, jenis dan kepemilikkan
rumah sakit diatur sebagai berikut,
1. Rumah sakit dapat didirkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau
swsta.
2. Rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum
yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
3. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dapat di bagi menjadi rumah
sakit public dan rumahs sakit privat
4. Rumah sakit public dapat dikelola oleh pemerintahan, pemerintah
daerah, dan badan hukum yng nirlaba.
5. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
6. Klasifikasi rumah sakit umum sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Rumah sakit umum kelas A
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumha sakit umum kelas C dan D
7. Klafikasi rumah sakit khusus sebagaimana di maksud terdiri atas:
a. Rumah sakit khusus kelas A
b. Rumah sakit khusus kelas B
c. Rumah sakit khusus kelas C

7
Berbagai jenis rumah sakit ini, tentunya membawa dampak dalam
pemecahan masalah yang dilakukan, sebagai contoh, standar
kewajiban tersedianya kompetensi pelayanan di rumah sakit kelas A
tentunya berbeda dengn kewajiban pelayanan di rumah sakit C.
E. UPAYA – UPAYA KESEHATAN
Pada tahun 1982, Indonesia telah mempunyai system kesehatan nasional (skn
1982) yang digunakan sebagai acuan dalam penyusun garis- garis besar haluan
Negara (GBHN) bidang kesehatan serta penyusunan undang – undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan. Berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dihasilkan dengan mengacu kepada skn 1982.
Memasuki mileminium ketiga, menyongsong era globalisasi dan era reformasi yang
telah bergulir di Indonesia, dirasa perlu untuk memperbarui skn 1982 disesuaikan
dengan permasalahan yang semakin kompleks, baik masalah internal maupun
eksternal, sesdang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Factor kontektual eksternal yang akan memengaruhi pembangunan kesehatan
kita, yang dikumandangkan oleh dunia antara lain globalisasi, demokratisasi, hak
asasi manusia, keadilan gender dan pelestarian lingkungan hidup, Indonesia juga
terkait dengan beberapa komitmen internasional antara lain millennium
development goal (MDG), sustainable development principles, world fit for
children dan agenda internasional lainnya dibidang kesehatan, perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
Lahirnya undang – undang nomor 23 tahun 2003 tentang pemerintahan
daerah dan undang – undang nomor 25 tahuhn 1999 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah menuntut kita untuk menyusuaikan arah dan strategi system
kesehatan nasional
Melalui keputusan menteri kesehatan nomor : 131/menkes/SK/II/2004
tanggal 10 februari 2004 lahir system kesehatan nasional yang baru, SKN 2004
diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan
kesehatan, baik di masa kini maupun di masa mendatang. Hasil yang diharpkan,
bersama-sama dengan pembangunan bidang pendidikan dan ekonomi akan dapat

8
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga mempunyai daya
saing internasional,
Dengan demikian, skn terkait dan berinteraksi dengan system nasional
lainnya seperti :
1. System pendidikan nasional
2. System perekonomian nasioanal
3. System ketahanan pangan nasional
4. System honkamnas
5. System inovasi nasional untuk peningkatan daya saing dan
6. System- system nasioanal lainnya.
F. LAYANAN KESEHATAN
a. Karakteristik layanan kesehatan
Layanan kesehatan merupakan suatu produk berupa jasa atau barang
yang dihasilkan oleh suatu produsen, dalam hal ini bisa provider ataupun
institusi kesehatan. Sekilas, tampaknya layanan kesehatan Sama dengan barang
ekonomi lainnya yang ada di pasar. Namun, perlu di waspada bahwa layanan
kesehatan mempunyai karakteristik unit yang tidak di miliki oleh barang
ekonomi lainnya, sehingga memerlukan perhatian khusus.
Dari beberapa literature, dapat disimpulkan bahwa layanan kesehatan
antara lain mempunyai sifat:
1. Hak asasi manusia
Layanan kesehatan dilaksanakan atas dasar kebutuhan bukan atas
dasar kemampuan membayar, karena pada dasarnya kesehatan merupakan
hak asasi manusia, hal tersebut menjadi acuan penyelenggarakan layanan
kesehatan, terlebih setelah dilaksanakan amandemen undang- undang dasar
Negara republic Indonesia tahun 1945 ( UUD 1945) pada tahun 2002, yang
menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia. Selaras
dengan hal tersebut, dalam undang – undang nomor 40 tahun 22004 tentang
system jaminan social nasional (UU SJSN) disebutkan bahwa iuran program
jaminan social bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu di bayar oleh

9
pemerintahan yang pelaksanaannya secara bertahap dimulai dari program
jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Dengan demikian, masyarakat miskin terpenuhi hak asalnya untuk
memperoleh layanan kesehatan di saat mereka memerlukan sesuai dengan
kebutuhan medis. Sedangkan bagi masyarakat secara social ekonominya
melalui dana sendiri ataupun jaminan kesehatan di tempat kerjanya.
2. Uncertainty
Kejadian sakit tidak dapat diprediksi, sehingga setiap orang tidak
dapat memastikan kapan dia memerlukan layanan kesehatan tertentu. Hal
tersebut mengakibatkan semua orang kesulitan untuk mengangarkan biaya
layanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonominya, karena
sifat yang tidak pasti, berbeda dengan barang ekonomi lainnya, di mana
setiap orang dapat merencanakan membeli sesuatu barang ekonomi kapan
saja, di mana saja sesuai dengan kemampuan ekonominya. Misalnya,
seorang ibu membutuhkan baju, maka ibu tersebut dapat merencakan
membeli baju apa dan di toko apa, sesuai dengan kemampuan ekonomi ibu
tersebut, adanya sifat ketidakpastian kapan seseorang membutuhkan layanan
kesehatan, jenis layanan kesehatan apa serta dimana dia harus memperoleh
layanan kesehatan tersebut, memyebabkan setiap orang memiliki resiko
akan mengalami sakit kapan saja, penyakit apa saja dan di mana saja yang
berdampak pada implikasi pembiayaan.
Keadaan tersebut antara lain melatarbelakangi lahirnya undang-
undang nomor 40 tahun 2004 tentang system jaminan sosial nasional yang
bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia mempunyai jaminan kesehatan
yang dapat di manfaatkan untuk memperoleh layanan kesehatan dasar,
kapan saja dan dimana saja.
3. Consumer ignorance
Konsumen layanan kesehatan sangat tergantung kepada penyedia layanan
kesehatan (provider) tentang jenis dan jumlah layanan kesehatan yang harus
dibeli serta tempat memperoleh layanan kesehatan tersebut. Pada umumnya

10
konsumen tidak mengetahui tentang pemeriksaan atau pengobatan yang
seharusnya di perlukan berdasr kebutuhan medisnya. Keputusan ada
ditangan provider, apa pun yang diberikan oleh provider akan di bayar oleh
konsumne. Keadaan ini dapat menimbulkan moral hazard provider di mana
provider melakukan praktik”supply induce demand” layanan kesehatan,
padahal sebenarnya tidak diperlukan oleh konsumen. Tingginya biaya
layanan kesehatan di Indonesia antara lain di sebabkan oleh moral hazard
provider terutama untuk alat- alat canggih yang sebenarnya tidk di perlukan
oleh komsumen berdasar alasan medis. Kendali biaya sulit dilaksanakan
karena system pembiayaan terhadapkan layanan kesehatan masih
menggunakan pendekatan fee for service. Di masa mendatang, apabila uu
SJSN telah diterapkan secara menyeluruh, akan mengurangi terjadinya
moral hazard provider karena dengan system asuransi sosial yang
diterapkan dalam uu SJSN mengharuskan dilaksanakan kendali mutu dan
kendali biaya.
4. Eksternalitas
Konsumsi layanan kesehatan tidak saja bermanfaat bagi pembeli itu sendiri,
namun juga dapat bermanfaat bagi orang lain yang tidak membeli. Dampak
yang dialami oleh orang lain sebagai akibat perbuatan seseorang, disebut
membeli dan menggunakan abate untuk memberantas sarang nyamuk di
rumahnya, akan menimbulkan dampak positif atau menimbulkan manfaat
bagi warga tersebut dan juga tetangganya untuh mencegah penyakit demam
berdarah, demikian juga untuk pengobatan penyakit menular, misalnya
pengobatan penyakit tuberculosis akan memberikan dampak atau manfaat
kesembuhan bagi penderitaan tersebut dan juga memberikan dampak
memutuskan rantai penularan bagi warga disekitarnya. Dengan demikian,
pada bumumnya layanan kesehatan yang mempunya sifat eksternalitas
dikelompokkan dalam public good sehingga tanggung jawab pemerintah.
5. Padat karya dan padat modal

11
Layanan kesehatan tidak dapat bebas dari input manusia, sehingga dalam
penyelenggarakan bersifat padat karya. Semakin berkembangnya layanan
kesehatan spesialis dan subspesialis menyebabkan layanan kesehatan bukan
hanya padat karya, tetapi sekaligus juga padat modal. Keadaan ini
memberikan konstribusi terhadap tingginya biaya layanan kesehatan.
6. Mix output
Suatu program kesehatan dapat menghasilkan berbagai macam layanan
kesehatan. Begitu juga satu jenis penyakit dapat saja memerlukan berbagai
macam layanan kesehata yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan diagnosis,
perawatan, pengobatan sampai konseling. Kebutuhan layanan kesehatan
setiap orang bervariasi tergantung dari jenis penyakitnya dan siapa
providernya.
7. Sebagai barang konsumsi atau investasi
Slogan tentang kesehatan adalah investasi telah sering kita diucapkan orang
atau para pejabat di acara-acara seremonial. Namun kenyataannya, saat ini
masih ada yang melihat layanan kesehatan hanya sebagai barang konsumsi.
Di era otonomi daerah, keadaan tersebut menjadi semakin parah dengan
adanya kebijakan beberapa daerah men mendapatkan fasilitas kesehatan
sebagai salah satu sumber penghasilan hasil daerah (PAD). United Nation
Development Programme (UNDP) terus mensosialisasikan peringkat indeks
pembangunan manusia (Human Development Index) yang indikatornya
terdiri dari: Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi. Dengan demikian, layanan
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mengobati
penyakit menuju derajat kesehatan yang lebih baik harus dipandang sebagai
barang investasi.
8. Restriksi Kompetisi
Layanan kesehatan mempunyai kode Etik yang harus dipenuhi dan
mempunyai keterbatasan untuk ber kompetesi. Namun demikian, promosi
tetap diperoleh selama tidak melanggar kode Etik. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut menyebabkan mekanisme pasar pelayanan kesehatan

12
tidak dapat diserahkan mengikuti mekanisme pasar secara umum.
Diperlukan regulasi yang kuat, sehingga layanan kesehatan dapat
dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat yang membutuhkan.
b Pengaruh layanan kesehatan terhadap derajat kesehatan
Teori blum sangat terkenal sejak beberapa puluhan tahun yang lalu dan
tetap dipakai sebagai acuan perencanaan program pembangunan kesehatan
sampai saat ini. Menurut blum (1981) hattan sebagai kesehatan individu
maupun sebagai kesehatan masyarakat, merupakan interaksi Harmonis antara
beberapa factor yaitu : lingkungan, gaya hidup atau perilaku, keturunan, dan
pelayanan kesehatan.
Dapat dilihat bahwa factor yang mempunyai pengaruh paling besar
adalah lingkungan. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, yang secara
alami terwujud dalam alam semesta, maupun lingkungan buatan manusia.
Selain lingkungan fisik, yang secara alami terwujud dalam alam semesta,
maupun lingkungan buatan manusia. Selain lingkungan fisik, yang termasuk
factor lingkungan adalah lingkungan sosial nomi, antara lain berupa status
ekonomi, Pendidikan, dan pekerjaan.
Factor yang punyai pengaruh terbesar kedua adalah factor gaya hidup,
yaitu sikap dan perilaku terhadap kesehatan. Faktor yang mempunyai pengaruh
terbesar ketiga adalah keturunan, dan terakhir factor layanan kesehatan dalam
arti sempit. Layanan kesehatan dalam arti luas yang mencakup pelayanan
kesehatan promotive, preventif, kuratif, rehabilitatif Mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap derajat.
. DEMAND LAYANAN KESEHATAN
Teori ekonomi menurut Rahardja dan Manurung (1999) adalah suatu teori yang
menjelaskan tentang perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan
untuk menggunakan sumber-sumber daya yang langka dalam upaya meningkatkan
kualitas hidupnya. Garis besar, teori ekonomi dibagi dalam dua bagian, yaitu teori
ekonomi mikro dan teori ekonomi makro.

13
Teori ekonomi mikro mempelajari proses alokasi sumber daya secara efisien
pada tingkat individu, perusahaan, atau industry, sedangkan teori ekonomi makro
mempelajari akibat dari keseluruhan tindakan konsumen, pengusaha, pemerintah,
dan perdagangan luar negeri kepada tingkat kegiatan keseluruhan perekonomian.
Jika uraian yang dikemukakan di atas diperhatikan, kegiatan yang dilakukan
untuk melihat penerapan teori ekonomi dalam pemerintahan layanan kesehatan
adalah bagian dari teori ekonomi makro yang sebenarnya kita akan mempelajari
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi jasa atau barang yang dihasilkan oleh
fasilitas layanan kesehatan dalam suatu pasar pelayanan kesehatan.
a. Suply dan Demand
Pasar tidak selalu berwujud fisik. Dalam teori ekonomi pasar merupakan
pertemuan antar permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dari pasar
adalah adanya mekanisme harga. Dari sudut permintaan, harga adalah ukuran
tentang berapa besar pendapatan yang perlu dikorbankan seseorang untuk
mendapatkan suatu komoditas barang atau jasa. Pada mekanisme pasar bebas,
secara otomatis akan dicapai. Harga pada tingkat keseimbangan hasil interaksi
permintaan dan penawaran.
Kesehatan merupakan barang atau jasa yang tidak berbeda dengan
barang-barang lain dalam hal kelangkaannya sehingga memerlukan
pengalokasian dan institusi yang mengatur nya. Namun, layanan kesehatan
mempunyai karakteristik khusus sehingga tidak dapat diperlakukan seperti
barang atau jasa pada umumnya. Pada keadaan tertentu, misalnya layanan
kesehatan Esensial atau layanan kesehatan yang mempunyai eksternalitas,
layanan kesehatan tersebut harus diselenggarakan oleh pemerintah. Jika hanya
diserahkan kepada kemampuan masyarakat untuk membayar, akan terjadi
rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan karena pemerintah terhadap layanan
kesehatan tidak selalu rasional.
Penerapan teori ini dalam layanan kesehatan mempunyai arti bahwa
jumlah barang atau jasa layanan kesehatan yang diminati masyarakat
bergantung pada harga barang atau jasa layanan kesehatan tersebut, pendapatan

14
masyarakat, harapan masyarakat terhadap layanan kesehatan dan citra barang
atau jasa layanan kesehatan tersebut, serta factor sosial budaya setempat.
Harga barang dilambangkan dengan huruf P, jumlah barang
dilambangkan dengan huruf Q dan jumlah barang yang diminta dilambangkan
dengan huruf Q. Kurva tersebut menggambarkan beberapa banyak barang yang
diminta untuk setiap tingkat harga. Untuk sebagian besar barang, barang akan
lebih banyak dibeli orang pada saat harga menurun. Dengan demikian, kurva
permintaan menurun dari kiri atas kekanan bawah. Kemiringan kurva
permintaan mencerminkan Elastisitas harga dari permintaan yang
dilambangkan dengan Ed yaitu besarnya persentase perubahan jumlah barang
yang diminta (Qd) sebagai Proporsi dari persentase perubahan harga (P).
Bila kita menerapkan teori kurva Demand tersebut dalam layanan
kesehatan, artinya jika harga layanan kesehatan murah, diharapkan banyak
masyarakat yang memanfaatkannya. Mah tidaklah semudah itu karena ada
layanan kesehatan gratis, tetapi belum juga dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat misalnya layanan kesehatan berupa pengobatan bagi penderita TB.
Hal ini membuktikan bahwa layanan kesehatan bersifat tidak elastis dilihat dari
segi elastisitas harga dari permintaan atau ED <1. Analisis permintaan secara
tradisional sulit diterapkan dalam layanan kesehatan seperti juga kegagalan
mekanisme pasar dalam layanan kesehatan disebabkan oleh sifat layanan
kesehatan yang unik.
Penawaran digunakan secara simetris dengan permintaan dalam ilmu
ekonomi. Jumlah barang yang ditawarkan dipengaruhi oleh beberapa factor,
tetapi yang terpenting adalah factor harga barang tersebut. Jumlah barang yang
ditawarkan (Qs) merupakan fungsi dari harga barang tersebut (P). Bila kita
menerapkan teori kurva demend tersebut dalam layanan kesehatan, artinya jika
harga layanan kesehatan murah, diharapkan banyak masyarakat yang
memanfaatkannya. On, tidaklah semudah itu karena ada layanan kesehatan
gratis, tetapi belum juga dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat
misalnya layanan kesehatan berupa pengobatan bagi penderita TB. Hal ini

15
membuktikan bahwa layanan kesehatan bersifat tidak elastis dilihat dari segi
Elastisitas harga dari permintaan atau Ed < 1. Analisis permintaan secara
tradisional sulit diterapkan dalam layanan kesehatan seperti juga kegagalan
mekanisme Fasha dalam layanan kesehatan disebabkan oleh sifat layanan
kesehatan yang unik.
Penawaran digunakan secara simetris dengan permintaan dalam ilmu
ekonomi. Jumlah barang yang tawarkan dipengaruhi oleh beberapa factor,
tetapi yang dibentuk terpenting adalah factor harga barang tersebut. Jumlah
barang yang ditawarkan dalam (QS) merupakan fungsi dari harga barang
tersebut dalam (P) , harga relative (Rp), biaya (C ),biaya relative (RC) dan
selera (T) yang juga dipengaruhi oleh factor sosial ekonomi serta budaya
seperti pada fungsi dibawah ini.
Qs= F(P,RP,C,RC,T,......)

Kaitan antara harga dan jumlah penawaran dapat dilihat pada kurva
penawaran. Barang atau jasa akan banyak ditawarkan pada waktu harga
menaik. Dengan demikian, kurva akan menaik dari kiri ke kanan atas.
Elastisitas penawaran yang dilambangkan es diukur dengan menyatakan
presentasi perubahan dalam jumlah barang yang ditawarkan ( QS ) sebagai
Proporsi dari presentasi perubahan harga (P). Pelayanan kesehatan, barang atau
jasa yang ditawarkan dengan tidak bergantung pada harga, khususnya untuk
barang dan jasa yang termasuk ke dalam barang public (public good) dan
Esensial sehingga mempunyai sifat ini elastis terhadap harga (Es <1). Barang
atau jasa yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal akan
ditawarkan dalam jumlah banyak walaupun harga murah, bahkan gratis.
Hal ini disebabkan pada umumnya sebagai penyediaan barang atau jasa
layanan kesehatan public(public good ) adalah pemerintahan sehingga
pemerintahan bukan subsidi sebagai atau subsidi penuh (rahardja dan
manurung, 1999).
b Need layanan kesehatan

16
Kebutuhan lebih dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai keputusan
di sector kesehatan. Definisi kebutuhan yang umum dijabarkan oleh males
(1990 )dalam normative need and felt need. Normative need adalah kebutuhan
atas dasar perbandingan situasi nyata dengan standar teknis tertentu yang telah
disepakati, sedangkan field need adalah kebutuhan yang bisa dirasakan sendiri
oleh individu, Kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan melalui keinginan
kemampuan pembayaran disebut permintaan.
Dengan demikian, perencanaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
yang harus dibuat berdasarkan Estimasi kebutuhan layanan kesehatan di suatu
populasi. Perencanaan yang mengacu pada kebutuhan terlihat pada garis
vertical N Estimasi need. Menurut Feldstein (1993) kebutuhan tidak
dipengaruhi oleh harga. Kebutuhan selalu tidak dipengaruhi oleh harga layanan
kesehatan, pendapatan, maupun kepersertaan suransi kesehatan, dan lain lain.
Perubahan pada factor factor tersebut tidak akan mengubah kebutuhan.
. Biaya layanan kesehatan
Itu penyakit yang mempunyai eksternalitas, selain biaya yang
dikeluarkan secara pribadi, terdapat juga biaya yang dikeluarkan sebagai biaya
eksternal(eksternal cost), gabungan biaya individu (biaya pribadi ) atau privat
cost ditambah biaya eksternal eksternal kos disebut biaya sosial (sosial cost )
seperti terlihat pada kurva berikut ini.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelengarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, pelayanan penunjang, rawat jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit harus
memiliki kemampuan kepempinan yang efektif agar pasien mendapatkan pelayanan
yang prima. Kepimpinan efektif ini dilihat dari adanya sinergi yang positif antara
pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, para pemimpin di rumah sakit dan kepala
unit kerja unit pelayanan.
Menurut laksmono (2004), untuk memudahkan para manajer dalam mengenal
factor – factor yang sangat memengaruhi dan di pengaruhi oleh pencapaian tujuan
organisasi rumah sakit dan lingkungan.
Mengidamkan rumah sakit yang aman, tenteram dan menguntingkan,
tentukannya tidak salah.pada kenyataannya, berbagai situasi bisa muncul di rumah
sakit dan tidak bisa dihindarkan dalam melaksanakan setiap fungsinya, baik yang
bersumber dari internal maupun eksternal.
Pada tahun 1982, Indonesia telah mempunyai system kesehatan nasional (skn
1982) yang digunakan sebagai acuan dalam penyusun garis- garis besar haluan
Negara (GBHN) bidang kesehatan serta penyusunan undang – undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan. Berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dihasilkan dengan mengacu kepada skn 1982.
Memasuki mileminium ketiga, menyongsong era globalisasi dan era reformasi yang
telah bergulir di Indonesia, dirasa perlu untuk memperbarui skn 1982 disesuaikan
dengan permasalahan yang semakin kompleks, baik masalah internal maupun
eksternal, sesdang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Factor kontektual eksternal yang akan memengaruhi pembangunan kesehatan
kita, yang dikumandangkan oleh dunia antara lain globalisasi, demokratisasi, hak
asasi manusia, keadilan gender dan pelestarian lingkungan hidup, Indonesia juga

18
terkait dengan beberapa komitmen internasional antara lain millennium
development goal (MDG), sustainable development principles, world fit for
children dan agenda internasional lainnya dibidang kesehatan, perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
B. Saran
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan.pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
pelayanan penunjang, rawat jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit harus memiliki
kemampuan kepempinan yang efektif agar pasien mendapatkan pelayanan yang
prima. Kepimpinan efektif ini dilihat dari adanya sinergi yang positif antara pemilik
rumah sakit, direktur rumah sakit, para pemimpin di rumah sakit dan kepala unit
kerja unit pelayanan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aday,L.A.,Andersen,R.,Fleming,G.V., 1980. Health care in the us, equitable for whom?


London: sage publications, Beverly hills.

Aditama, T. G., 2002. Tuberkulosis diagnosis, Terapi & masalahnya Jakarta; IDI.

Andersen, N.B., 2004. Encylopedia of heart dan Behavior, Landon: sage publication.

Andersen, O.W., 1972. Healty care : can there be equity? The united sated, Sweden, and
England : the England: the university of Chicago,

Andersen, R., Joanna kravits, Odin w. Anderson, 1975. Equity in health services,
Cambridge: bellinger publishing company.

Ariawan , I., 2005. pengantar multilevel analisis. Jakarta:IKM, UI.

20

Anda mungkin juga menyukai