Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

NAMA : SHELLA APRILIA AYU SUKMA

NIM : C 201 20 526

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS NONREG
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk
diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa
berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita.
Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih
tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-
sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat
yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh
terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk
akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari.

Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada
sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah
juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas
dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran
dari masyarakat untuk mengelolanya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh sampah, tentunya kita harus
mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana
langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.Sehubungan dengan hal tersebut,
maka dalam hal ini kami menyusun makalah yang mengambil tema “Pencemaran Lingkungan
oleh sampah” agar kita dapat mengetahui darimana pencemaran lingkungan itu datang dan
bagaimana cara penanggulangannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :

1. Pengertian pencemaran sampah?


2. Apa saja jenis-jenis sampah ?
3. Bagaimanakah pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup ?
4. Upaya-upaya pengelolaan sampah ?

1.3 Tujuan penulisan

Di harapkan para pembaca dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup terutama yang mencakup pengelolaan sampah dan
pembaca diharapkan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran

Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam
air atau udara, baik yang disengaja maupun yang tida disengaja. Pencemaran juga dapat
dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan, yang salah
satu contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada
hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah
dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam
(misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan
manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat
dihindari, namun yang dapat kita lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan
pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya
agar tidak mencemari lingkungan.

2.2 Jenis-jenis sampah

1. Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Sampah organik – dapat diurai (degradable)

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-
daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos
2) Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya.

3) Berdasarkan Sumbernya

Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair.
Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun
dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah
dapat dibagi lagi menjadi:

Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.

Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi
lagi menjadi:

a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai

secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah m

atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2) Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah.

a) Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.

b) Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan

tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik
tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

A. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,
seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan
pemukiman.

B. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam
dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.

C. Limbah radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu
sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan
aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau
jarang namun kadang masih dilakukan).

2.3 Pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan
hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif
dan bencana seperti :
Dampak Sampah bagi Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut;

1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air m inum.
Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah
suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah

4) Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal
akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.

Dampak Sampah terhadap Lingkungan

A. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak
sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan
lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan
gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air
lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung
dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang
secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya
pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa
asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya
perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang
tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya
tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar
dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan
akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

B. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung
sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi
juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.

Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa
rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi
cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.

C. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA
yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat
buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di
lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran
dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan
tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan.
Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila
kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau
ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun
ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi
TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal
berdekatan dengan lokasi tersebut.
Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan dengan


sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah
terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan
kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-
upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar
dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di
sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.

Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap
menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga
sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif
untuk menghindarinya.

Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena
sampah bertebaran dimana-mana.
2) Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
3) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas)
4) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.
5) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,
seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan.
Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk;
1996)

Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan,
keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
berbagai gangguan-gangguan antara lain sebagai berikut:

1) Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang


terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek dan kadang-kadang
berlumpur terutama apabila musimpenghujan datang.
2) Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia
yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan
dilingkungan sekitarnya.
3) Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini
disebabkan karena selama proses peromabakan sampah menjadi senyawa-senyawa
sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan
oksigen dapat menyebankan kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
4) Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat membahayakan
kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun.
5) Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau
seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.
6) Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman
untuk dinikmati.
Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya
yang berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan
, serta rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri
biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki
nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung
banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan
ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa


metode atau cara sebagai berikut :

1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang


sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan
di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah
lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat
penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air
sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga
sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah
metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak
menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi
gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar
dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan
bakar gas untuk membangkitkan listrik.

1) Melakukan Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah
untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan
listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :

2) Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg
baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus .
Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah /
kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain
yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari
produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus
diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

2. Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan.
Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.

Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol
menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah
(nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang
baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik
yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan
melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen
sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma
(kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan
pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah
daerah (kab/kota)

Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses
pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media
cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-
bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak,
EM4, Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor,
Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan.

Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin
Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti
sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

A. Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa
dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi
produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi
atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk
seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi
material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan
hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

3) Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau
dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang
atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang
sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama.

2.4 Peran Pemerintah dalam Menangani Sampah

Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa penanganan


masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah
Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan
pergeseran pendekatan ke pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya
memerlukan adanya campur tangan dari Pemerintah.

Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan, pengumpulan,


pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan. Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah
dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan
sampah, dan pelaksanaan pengelolaan sampah.]

Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat karena


mempunyai cakupan nasional. Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi :

Penetapan instrumen kebijakan:

instrumen regulasi: penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang- undang dan hukum
yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkungan instrumen ekonomik: penetapan
instrumen ekonomi untuk mengurangi beban penanganan akhir sampah (sistem insentif dan
disinsentif) dan pemberlakuan pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, serta
melakukan uji dampak lingkungan. Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce),
memakai kembali (re-use), dan mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti (replace);
Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan; Pengembangan teknologi, standar dan
prosedur penanganan sampah:

Penetapan kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah;
penetapan lokasi pengolahan akhir sampah; luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir
sampah; penetapan lahan penyangga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang
ada hanya produk-produk yang tak bergerak.Sampah dapat berada pada setiap fase materi:
padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam usaha
mengatasi masalah sampah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari
masyarakat adalah pemberian pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri
yang akhirnya akan menjadi sampah. Industri yang menghasilkan produk dengan kemasan,
tentu akan memberikan sampah berupa kemasan setelah dikonsumsi oleh konsumen. Industri
diwajibkan membayar biaya pengolahan sampah untuk setiap produk yang dihasilkan, untuk
penanganan sampah dari produk tersebut. Dana yang terhimpun harus dibayarkan pada
pemerintah selaku pengelola IPS untuk mengolah sampah kemasan yang dihasilkan. Pajak
lingkungan ini dikenal sebagai Polluters Pay Principle. Solusi yang diterapkan dalam hal sistem
penanganan sampah sangat memerlukan dukungan dan komitmen pemerintah. Tanpa kedua
hal tersebut, sistem penanganan sampah tidak akan lagi berkesinambungan.

Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah memiliki
keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah. Namun di sisi lain, masyarakat
akan membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja sistem penanganan sampah.
Sebagai contoh, akibat tidak tertanganinya sampah selama beberapa hari di Kota Bandung,
tentu dapat dihitung berapa besar biaya pengelolaan lingkungan yang harus dikeluarkan akibat
pencemaran udara ( akibat bau ) dan air lindi, berapa besar biaya pengobatan masyarakat
karena penyakit bawaan sampah ( municipal solid waste borne disease ), hingga menurunnya
tingkat produktifitas masyarakat akibat gangguan bau sampah.
B. Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran
dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga
kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus
dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan
karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan. Undang-Undang ini akan


mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-masing pihak. UU juga akan
mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam penanganan sampah. Menurut dia, tidak
mungkin konsep pengelolaan sampah berjalan baik di lapangan jika secara infrastruktur tidak
didukung oleh departemen-departemen yang ada dalam pemerintahan.

Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah budaya masyarakat
soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi pengetahuan, pemahaman,
kampanye yang kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh pejabat setingkat Kepala Dinas seperti
terjadi sekarang. Itu harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, departemen agama,
dan mungkin Depkominfo.
LAMPIRAN FOTO
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta

Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Jakarta

Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998. Analisis Keragaan Ekonomi dan
Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya DT II Bandung Provinsi Jawa
Barat. Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai