Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN


KEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN : SUCI NANDA RESTY TARIGAN, M.Keb

JUNIARSIH (190211072)

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN


PRODI S1 PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan, (phisik, mental-intelektual, social, emosional).
Dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya di bandingkan dengan anak-anak lain
seusianya mereka memerlukan pelayanaan khusus. Dengan demikian,meskipun seorang
anak mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, tetapi kelainan atau penyimpangan
tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan khusus, anak
tersebut tidak termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Anak dengan kebutuhan khusus perlu di kenal dan di identifikasi dari kelompok
anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat
khusus. Pelayanan tersebut dapat berbentuk pertolongan medic, latihan-latihan
therapeutic, maupun program pendidikan kkhusus, yang bertujuan untuk membantu
mengurangi kebatasannya dalam hidup bermasyarakat.
Dalam rangka mengidentifikasi (menemukan) anak dengan berkebutuhan khusus,
di perlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan gradasi atau tingkat kelainan anak, di
antaranya adalah kelainan fisik, mental intelektual, social, dan emosional. Di luar jenis
kelainan tersebut terdapat anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
atau sering di sebut sebagai anak yang memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa. Masing-
masing memiliki cirri-ciri dan tanda khusus atau karakteristik ang dapat di guanakan oleh
guru untuk menandai dalam rangka identifikasi anak dengan kebutuhan pendidikan
khusus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anak tunanetra?
2. Apa saja karakteristik anak tunanetra?
3. Apa saja media pembelajaran anak tunanetra?
4. Bagaimana metode pembelajaran anak tunanetra?
5. Apa saja kendala yang di hadapi dalam mengajar anak tunanetra?
6. Apa saja layanan yang sesuai untuk anak tunanetra?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak tunanetra
2. Untuk mengetahui karakteristik anak tunanetra
3. Untuk mengetahui berbagai media pembelajaran yang di gunakan bagi pendidikan
anak-anak tuna netra.
4. Mengetahui metode pembelajaran yang juga di gunakan dalam proses belajar
mengajar bagi anak-anak tuna netra guna memperoleh metode pembelajaran yang
efektif bagi tuna netra.
5. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi dalam mengajar anak tuna netra.
6. Untuk mengetahui layanan yang sesuai untuk anak tuna netra.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi anak berkebutuhan khusus


Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan, (phisik, mental-intelektual, social, emosional).
Dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya di bandingkan dedngan anak-anak
lain seusianya mereka memerlukan pelayanaan khusus. Dengan demikian,meskipun
seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, tetapi kelainan atau
penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan
khusus, anak tersebut tidak termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
           
B. Definisi anak tuna netra
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa
kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-
alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

C. Karakteristik anak dengan kebutuhan khusus


Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi,
dibawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak
dengan kebutuhan khusus.
Ciri-ciri tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan adalah sebagai
berikut, tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali pada jarak 6 meter, kerusakan
nyata kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung saat berjalan, mengalami kesulitan
mengambil benda kecil didekatnya, bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik/kering, peradangan hebat pada kedua bola mata, mata bergoyang terus.
                                                                                    
D. Klasifikasi anak tunanetra
Berdasarkan adaptasi pendidikan, klasifikasi tunanetra ini tidak didasarkan pada
hasil tes ketajaman penglihatan, tetapi didasarkan pada adaptasi/penyesuaian pendidikan
khusus yang sangat penting dalam membantu mereka belajar atau diperlukan dalam
membantu layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan penglihatannya.
a. Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability)
Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas-tugas visual yang dilakukan
oleh orang “awas” dengan menggunakan alat bantu khusus dan dibantu dengan
pemberian cahaya yang cukup.
b. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability)
Pada tarap ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang kurang baik
atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu fisual dan modifikasi
sehingga mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energy dan melakukan tugas-
tugas fisual.
c. Ketidak mampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability)
Pada taraf ini mereka mendapatkan kesulitan untuk melakukan tugas-tugas
visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti
membaca dan menulis huruf “awas’.  Dengan demikian, mereka tidak dapat
menggunakan penglihatannya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan
pendengaran memegang peranan penting dalam menempuh pendidikannya.

E. Karakteristik Tuna netra


1. Fisik (physical)
Keadaan fisik anak tuna netra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.
perbedaan nyata di antar mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala
tuna netra yang dapat di amati dari segi fisik di antaranya : mata juling, sering
berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak
beraturan dan cepat, mata selalu berair (mengeluarkan air mata), pembengkakan pada
kulit tempat tumbuh bulu mata.
 Perilaku (behavior)
Ada beberapa gejala perilaku yang tampak sebagai petunjuk dalam
mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini: menggosok
mata secara berlebihan, menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan
kepala atau mencondongkan kepala kedepan, sukar membaca atau dalam
mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata, berkedip
lebih banyak dari pada biasanya atau lekas marah apabila  mengerjakan suatu
pekerjaan, membawa bukunya ke dekat mata, tidak dapatmelihat benda-benda
yang agak jauh, menyipitkan mata / mengkerutkan dahi, tidak tertarik
perhatiannya pada objek penglihatan / pada tugas-tugas yang memerlukan
penglihatan seperti melihat gambar / membaca, janggal dalam bermain yang
memerlukan kerja sama tangan dan mata menghindar dari tugas-tugas yang
memerlukan penglihatan jarak jauh, mata gatal, panas atau merasa ingin
menggaruk karena gatal, banyak mengeluh tentang ketidak mampuan dalam
melihat, merasa pusing atau sakit kepala, kabur atau penglihatan ganda.
2. Psikis
Secara fisikis anak tunanetra dapat di jelaskan sebagai berikut;
a) Mental atau intelektual
Intelekrtual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh
dengan anak normal/awas.Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas
sampai batas bawah, jadi ada anak yangsangat pintar, cukup pintar dan ada yang
kurang pintar.Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi,
analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negative dan positif,
seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah,bahagia dan sebagainya.
b) Social
Hubungan social yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan
dengan ibu, ayah dan anggota keluarga lain yang ada dilingkungan keluarga.
Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima
kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah diantara keluarga.
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain
terhadap dirinya.
Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan
timbulnya beberapa masalah antara lain :
a. Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu
beriorentasi dengan lingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan
terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat
curiga terhadap orang lain. Untuk mengurangi kecewa akibat keterbatasan
kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas,
upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam
menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
b. Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya
rangsangan visual yang diterima.Pengalaman sehari-hari yang selalu
menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
c. Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri
sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus
diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung
jawab.Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan
dilakukan sendiri sejak kecil.
3. Akademis
Karakteristik anak tunanetra dalam aspek akademis Tilman & Osborn (1969)
menemukan beberapa perbedaan antara anak tunanetra dan anak normal.
a. Anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus sepertti halnya anak
normal, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan.
b. Anak tunanetra mendapatkan angka yang hampir sama dengan anak normal,
dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi kurang baik dalam
pemahaman dan persamaan.
c. Kosa kata anak tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif.

F. Media yang digunakan anak tunanetra


Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi : media untuk
menjelaskan konsep (alat peraga) dan media untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran (alat bantu pembelajaran). Alat peraga yang dapat digunakan dalam
pembelajaran anak tunanetra meliputu : objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang
diawetkan, tiruan /model (tiga dimensidan dua dimensi), serta gambar (yang tidak
diproyeksikan dan yang diproyeksikan). Alat bantu pembelajaran, antara lai meliputi :
alat bantu menulis huruf braille (reglet, pen dan mesin ketik braille), alat bantu membaca
huruf braille (papan huruf) alat bantu berhitung (cubaritma, abacus/sempoa, speech
calculator), serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder.

G. Metode yang digunakan anak tunanetra


Metode pembelajaran yang digunakan oleh anak tunanetra yaitu sama seperti
metode pembelajaran anak norrmal namun metode yang sering digunakan yaitu metode
ceramah, metode ceramah oleh anak tunanetra karena dalam pelaksanaan metode ini guru
menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan lisan dan siswa mendengar
penyampaian materi dari guru.
                                    
H. Strategi pembelajaran anak tunanetra
Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan
pada dua pemikiran yaitu :
1. Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak.
2. Upaya pemanfaatan secara optimalindera-indera yang masih berfungsi, untuk
mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan.
Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra pada hakikatnya adalah
strategi pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikkiran di atas.
Pertama-tama guru harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada
anak-anak normal, meliputi tujuan , materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek
lainnya. Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saj yang
perlu atau tidak perlu dirubah/dimodifikasi dan bagaimana serrta sejauhmana modifikasi
itu dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya , pemanfaatan indera yang masih
berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang
peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Dalam pembelajaran anak tunanetra, teerdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Prinsip individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB
maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-
perbedaan individu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan individu itu
sendiri menjadi lebih luas dan komplleks. Disamping adanya perbedaan-perbedaan
umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak
tunanetra menunjukan sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan
ketunanetraannya (tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab
ketunanetraan, dampak sosial psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum harus
ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara low vision dengan anak yang buta
total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk
merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan
dasar terhadap perlunya (individual education program-IEP).
2. Prinsip kekonkritan /pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak
tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata ddari apa yang dipelajarinya.
Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap objek,
atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar,mencium,
mengecap,mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low vision.
Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan alat/media dan lingkungan pembelajaran.
Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran
yang mendukung dan relevan.
3. Prinsip totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru hraruslah memungkinkan siswa
untuk memperoleh pengalaman objek maupun situsi secara utuh dapat terjadi apabila
guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara
terpadu dalam memahami sebuah konsep. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
burung, anak tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran bentuk,
sifat permukaan, kehangatan. Hilangnya penglihatan pada anak tunanetra
menyebabkan dirinya menjadi sulit untuk mendapatkan gambaran yang
utuh/menyeluruh mengenai objek-objek yang tidak bisa diamati secara serentak (suatu
situasi atau benda berukuran besar). Oleh sebab itu, perabaan dengan beberapa teknik
pengguunaannya menjadi sangatlah penting.

I. Bentuk layanan pendidikan anak tunanetra disekolah


Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu anak
tunanetra agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emsosional maupun sosial. Melalui
program bimbingan, pengajaran, dan latihan anak tunanetra mendapatkan perhatian
khuusus dalam hal interaksi sosial disekolah. Dalam hai ini guru memiliki peran yang
besar, agar anak tunanetra memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan individu lain
yang berbeda disekitar sekolah. Guru membimbing anak secara bertahap, disesuaikan
dengan dasar pengalaman anak tunanetra ketika berada dalam lingkungan rumahnya.
Layanan khusus bagi anak tunanetra meliputi :
1. Penguasaan braille
Penguasaan braille yang dimaksud adalah kemampuan untuk menulis dan
membaca braille. Keterampilan menulis berkaitan dengan penggunaan alat tulis
braille, yaitu reglet, mesin ketik braille,penulisan huruf, angka, kombinasi angka dan
huruf.
2. Latihan orientasi dan mobilitas
Latihan orientasi dan mobilitas adalah jalan dengan pendamping awas, latihan
jalan mandiri, latihan jalan dengan menggunakan alat bantu jalan (tongkat dan sign
guide). Selain itu juga perlu penguasaan latihan bantu diri dikamar mandi dan WC,
dikamar makan, dikamar tidur, dipaur dll.
3. Pembelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA sedapat mungkin menggunakan model yang dapat
diamati dan diraba oleh anak.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam
proses pertumbuhan/perkembanganya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Tunanetra adalah anak yang
meengalami gangguan daya penglihatannya,berupa kebutaan menyeluruh atau seebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus, seperti anak tunanetra memiliki hak yang sama seperti anak
normal untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai