Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN


KEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN : SUCI NANDA RESTY TARIGAN, SST, M.Keb

SALMIAH (190211074)

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN


PRODI S1 PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap anak yang lahir di dunia adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha
Esa kepada setiap orang tua. Adapun setiap anak terlahir dengan sempurna ataupun
terlahir secara istimewa memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari orang tua
maupun lingkungan sekitar.
Salah satu anak luar biasa atau istimewa itu adalah anak tuna wicara.
Anak tunawicara, mereka sebenarnya sama dengan anak normal pada umumnya tetapi
mereka mempunyai hambatan dalam berbicara. Dengan kondisi ini seperti ini maka
pentingnya pemahaman yang harus dimiliki setiap orang tentang tuna wicara agar anak
mendapatkan hak yang sesuai dengan kebutuhannya. Inilah yang menjadi latar belakang
pembuatan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tunawicara?
2. Apa saja faktor penyebab tunawicara?
3. Apa saja klasifikasi tuna wicara?
4. Apa saja karakteristik anak tuna wicara?
5. Apa saja hambatan dan gangguan anak tunawicara?
6. Bagaimana bantuan atau penanganan yang harus dilakukan pada anak tuna wicara?
7. Bagaimana pendidikan anak tuna wicara?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tunawicara
2. Mengetahui faktor penyebab tunawicara
3. Mengetahui klasifikasi tunawicara
4. Mengetahui karakteristik dan gejala  tunawicara
5. Mengetahui hambatan dan gangguan anak tunawicara
6. Mengetahui bantuan yang dapat diberikan pada tunawicara
7. Mengetahui pendidikan anak tunawicara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tunawicara


Menurut  Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998)  tuna wicara
adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa
maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam
berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong, dkk dalam Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam
komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan
Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994)  gangguan wicara atau
tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara,
dan atau kelancaran berbicara.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunawicara adalah individu
yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

2.2 Faktor Penyebab Tuna Wicara


Drs.Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk, 1979,hal 23)  Anak tunawicara dapat
terjadi karena gangguan  ketika :
1) Sebelum anak dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)
2) Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)
3) Setelah dilahirkan ( pos natal)

1) Gangguan pre natal


a. Hereditas (keturunan)
Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara
keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir
anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis.
Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada
kelahiran anak.
b. Anoxia
Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak
dan syaraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan
bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.
2) Gangguan neo natal
a. Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir
dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang
kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir juga dapat
menyebabkan jaringan-jaringan
3) Gangguan pos natal
a. Infeksi
Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang
menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan
anak menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan terjadi bila anak
menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang atau tertular sifilis.
b. Meningitis(radang selaput otak)
Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syraf pendengaran dan
akan mengalami ketulian perseptif.
c. Infeksi alat pernafasan
Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ
pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.
Kelainan bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain.
Frieda Mangunsong dkk dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar
Basa mengutip Nelson (1993) secara spesifik mengemukakakn faktor-faktor yang
berkaitan dalam bicara yaitu :
1. Faktor Sentral
Yaitu berhubungan dengan susunan syaraf pusat,yaitu
a. ketidakmampuan berbahasa secara spesifik
b. keterbelakangan mental
c. luka otak (brain injury)
d. autism
e. defisit dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll
2. Faktor Periferal
Berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,yaitu
a. Gangguan pendengaran
b. Gangguan penglihatan
c. Gangguan fisik
3. Faktor Lingkungan
Disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik, seperti
a. Penyia-nyian dan penganiayaan
b. Masalah perkembangan perilaku dan emosi
4. Faktor campuran
Yaitu kombinasai atau gabungan dari faktor-faktor diatas. Dalam buku
Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa (1998) Frieda Mangunsong dkk
mengemukakan  Tunawicara juga dapat disebabkan oleh :
1) Gangguan kelancaran bicara
2) Kelainan artikulasi
3) Kelainan suara
4) Kelainan bahasa

1) Gangguan kelancaran bicara


Gangguan kelancaran bicara sering disebut dengan gagap. Gagap dapat
disebabkan berbagai faktor yaitu :
a. gangguan emosi
b. kerusakan otak
c. kerusakan syarat
d. gangguan organ bicara
2) Kelainan artikulasi
Kelainan artikulasi adalah keadaan dimana suara bahasa diganti,
dihilangkan, dirambah atau didistorsikan. Kelainan ini disebabkan dari kesalahan
memproduksi bunyi yang mengakibatkan kebiasaan. Kesalahan memproduksi
suara diakibatkan karena koordinasi otot-otot mulut dan wajah yang tidak kuat.
Selain itu kelainan artikulasi juga disebabkan oleh lingkungan anak, karena
seorang anak belajar berbicara melalui proses peniruan atau imitasi, jika dalam
lingkungannya terdapat kesalahan dalam artikulasi makan kemungkinan anak
tersebut juga akan mengalami kesalahan dalam artikulasi
3) Kelainan suara
Kelainan suara dapat disebabkan oleh
a. penyakit seperti laringitis yang menyebabkan suara menjadi serak
b. Terdapat tumor pada pita suara
c. Kelainan pada pitch atau tinggi rendahnya nada. Suara terlalu tinggi,rendah,
atau monoton
4) Kelainan bahasa
Kelainan bahasa disebabkan disfungsi susunan syaraf pusat atau kerusakan
susunan syaraf pusat yang secara medis sulit diperbaiki.

2.3 Klasifikasi Tunawicara


Dalam buku Ortopedagogik Umum (1998), Heri Purwanto mengemukakan
tunawicara secara umum diklasifikasikan 4 bagian, yaitu :
1. Keterlambatan bicara (Delayed speech )
Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa,
a. Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),
b. Pengulangan suku kata depan (repetition),
c. Gerak  mulut berbicara namun tidak keluar suara (silent struggle)
d. Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara
terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
3. Kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti
pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.
4. Kelainan suara (voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara berupa
a. Kelainan nada (pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau
monoton.
b. Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.   
c. Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut
2.4 Karakteristik Tuna Wicara
Menurut Heri Purwanto dalam Ortopedagogik umum (1998)  yang merupakan
karakterisktik anak tunawicara adalah :
1. Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara  memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.
2. Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya
pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya
3. Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan
komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam
penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau
terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang  merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah .
a. Berbicara keras dan tidak jelas
b. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c. Telinga mengeluarkan cairan
d. Biasanya menggunakan alat bantu dengar
e. Bibir sumbing
f. Suka melakukan gerakan tubuh
g. Cenderung pendiam
h. Suara sengau
i. Cadel    

2.5 Hambatan yang dialami anak tunawicara


Anak  tunawicara memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal,
sehingga mereka memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan
menyampaikan apa yang ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan
semakin parah apabila anak tunawicara ini menderita tungarungu juga. Adapun
hambatan-hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e. mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan
sosial.

2.6 Penanganan pada anak tuna wicara


1) Latihan Artikulasi
Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir
yang perlu untuk bicara. (Drs.Sardjono,1990, Ortopedagogik tuna rungu-
wicara).  Sardjono mengutip De vreede Varekamp (1973) ada 4 latihan yang perlu
dilakukan dalam membantu anak tunawicara, yaitu
a. Latihan meniup
b. Latihan bibir
c. Latihan lidah
d. Latihan velum (untuk anak yang berbicara sengau)
2) Terapi Wicara (speech therapy)
Yaitu pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih
pengucapan oral (mulut).
3) Speech development
Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar
berbicara. Dalam masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak
tuna  wicara  tidak dapat membawa suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara
dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut untuk berbicara.
4) Speech Improvement
Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan
kemampuan bicara. Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah
anak terbiasa mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara
dengan menambah beberapa perbendaharaan kata.
5) Speech correction
Yaitu suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan
dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.
6) Speech education
            Yaitu pendidikan bicara dan berbahasa.
 Cara untuk membantu anak tunawicara adalah :
a. Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar
b. Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c. Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d. Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e. Bicara berhadapan muka
f. Latihan gerak bibir dengan cermin
g. Latihan menggunakan bahasa isyarat

Cara membantu anak dengan hambatan berbicara dan bahasa


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan hambatan
bicara dan bahasa adalah :
a) Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa yang benar. Yang
utama adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk anak
berlatih bicara.
b) Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain yang mungkin dapat mengganggu,
seperti radio dan televisi yang menyala.
c) Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara dan bahasa anak, sehingga anak
tidak tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
d) Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa tidak nyaman.
e) Jangan meminta anak untuk mengulangi ucapannya.
f) Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas pada anak agar dapat ditangkap
dan dicontoh maksudnya.
g) Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai, jangan pernah
dipotong pembicaraannya.
h) Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan kekecawaan atas proses
bicara dan berbahasa anak.
i) Terus melatih anak dengan memberikan contoh yang baik dan selalu berbicara dengan
jelas.

2.7 Pendidikan bagi anak tuna wicara


Anak tuna wicara perlu di tampung dan diberi pendidikan seperlunya disesuaikan
dengan ketunaannya. Sekolah yang khusus menanpung anak tuna wicara disebut sekolah
luar biasa bagian B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan bahwa : “-segala
warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahaan…….. (pasal
27 ayat 1 UUD 45). Kemudian bahwa tiap-tiap arga Negara berhak mendapatkan
pengajaran ( pasal 31 ayat 1 UUD 45). Juga dalam uu no.12 tahun 1954 sebagai undang-
undang pokok pendidikan, menetapkan antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam
pancasila, undang-undang dasar nedara republic Indonesia dan atas kebudayaan
kebangsaan (bab III, pasal 4 )
b. Pendidikan dan pengajar luar biasa di berikan dengan khusus untuk mereka yang
membutuhkan (pasal 6 ayat 2)
c. Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam
keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat memiliki
kehidupan lahir batin yang layak (pasal 7 ayat 5).
Berdasarkan pedoman pelaksanaan kurikulum slb untuk tuna rungu wicara bagian
B tahun 1977 buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu
pengajaran bahasa untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki sikap dan bagian
mata, dimana diperhatikan ke seluruhan hidup manusia yang cacat pendengaran dengan
segala akibatnya dan kekhasannya sebagai manusia “Pemata” dan diusahakan menyusun
hubungan pengertian yang akumulatif dengan keadaan hidup sesengguhnya, yang
mencakup kenyataan dan  lingkunagan sekitar, tetapi tugas – tugas sosial, budaya dana
politik dalam masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan bagi tuna rungu wicara agar anak dalam proses belajar
mengajar dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa dapat :
a. Menangkap bentuk ucapan dana pembendahraan kata.
b. Menambah bentuk ucapan ungkapan.
c. Menambah ucapan kalimat.
d. Menambah keseluruhan isi cakapan.
e. Memanfaat sisa pendengaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Faktor penyebab tuna wicara disebabkan oleh gangguan pada sebelum kelahiran
(pre natal) , saat kelahiran (neo natal) dan setelah kelahiran (pos natal).
Klasifikasi anak tuna wicara antara lain keterlambatan bicara, gagap. Tuna wicara
dapat di Karakteristikkan menjadi 3 yakni bahasa dan wicara , kemampuan
intelegensi dan penyesuaian emosi,sosial dan perilaku.
Hambatan yang dialami anak tunawicara antara lain , Sulit berkomunikasi dengan
orang lain: Sulit bersosialisasi, Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya,
Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder, mengalami gangguan
dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
Penanganan anak tunawicara dapat dilakukan dengan cara , latihan
Artikulasi, Terapi Wicara (speech therapy), Speech development, Speech
Improvement ,Speech correction, Speech education.

3.2 Saran
Anak tuna wicara harus dibantu agar dapat bersosialisasi dengan orang lain
sehingga ia tidak dipandang melalui kekurangannya. Anak tuna wicara juga dapat dilatih
seperti manusia normal pada umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara. Tuna
wicara juga memerlukan pendidikan yang dapat mendukung mereka serta menghilangkan
hambatan – hambatan pada diri mereka seperti sekolah- sekolah umum dan khusus.

Anda mungkin juga menyukai