DISUSUN OLEH :
NIM : PO713251181096
KELAS : 3B
JURUSAN FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau unit atau divisi
atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui,
pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan pengadaan, penyimpanan dan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut IFRS dapat didefinisikan
sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan;
pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi;
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal atau rawat jalan;
pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis. Pelayanan
kefarmasian di rumah sakit dilakukan oleh tenaga kefarmasian, yang salah satunya adalah
apoteker. Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan
Kepmenkes RI nomor 1197 tahun 2004, salah satu fungsi dari pelayanan kefarmasian
yang dilakukan di rumah sakit adalah pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi
suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Cakupan dari perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis. Tahap awal yang penting
untuk menjaga ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya agar dapat digunakan
pada saat yang tepat adalah tahap perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud rumah sakit dan instalasi farmasi
2. Apa yang dimaksud patient safety
3. Apa yang dimaksud healthcare associated infection ( HAI’s) dan pencegahan serta
pengendalian infeksi ( PPI )
4. Bagaimanakah standar pelayanan farmasi dirumah sakit
5. Apa yang dimaksud formularium rumah sakit
6. Apa yang dimaksud medication error (ME) dan adverse Drug Reaction ( ADR)
7. Bagaimanakah cara penyimpanan obat
8. Apa yang dimaksud High alert medication ( HAM), dan Look alike saound Alike
( LASA)
9. Bagaimanakah alur peresepan di rumah sakit
10. Bagaimanakah cara skrining resep secara administrative
11. Bagaimana penyiapan obat, alkes, dan BMHP untuk di distribusikan ke pasien
12. Apa yang dimaksud IV adimixture dan Handling Cytotoxic
13. Bagaimana rekam medic dan rekam penggunaan obat pasien
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud rumah sakit dan instalasi farmasi
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud patient safety
3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud healthcare associated infection ( HAI’s) dan
pencegahan serta pengendalian infeksi ( PPI )
4. Untuk mengetahui Bagaimana standar pelayanan farmasi dirumah sakit
5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud formularium rumah sakit
6. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud medication error (ME) dan adverse Drug
Reaction ( ADR)
7. Untuk mengetahui Bagaimana cara penyimpanan obat
8. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud High alert medication ( HAM), dan Look
alike saound Alike ( LASA)
9. Untuk mengetahui Bagaimana alur peresepan di rumah sakit
10. Untuk mengetahui Bagaimanakah cara skrining resep secara administrative
11. Untuk mengetahui Bagaimana penyiapan obat, alkes, dan BMHP untuk di
distribusikan ke pasien
12. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud IV adimixture dan Handling Cytotoxic
13. Untuk mengetahui Bagaimana rekam medic dan rekam penggunaan obat pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
1. Rumah sakit dan instalasi Farmasi
a. Pengertian rumah sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks,
menggunakangabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai
kesatuanpersonel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medikmodern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama,
untukpemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar 2018).
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakanbagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukungpenyelenggaraan
upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dirumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.Berbagai jenis tenaga kesehatan
dengan perangkat keilmuan masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus
diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu,
membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit.
b. Tugas dan fungsi rumah sakit
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit,rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan
kesehatan. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit.
a. pengertian patient safety
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
b. tujuan patient safety
3. Menurunnya KTD di RS
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Healthcare Associated Infections (HAIs) pertama kali dikenal pada tahun 1847
oleh Semmelweis. Pada awalnya HAIs dikenal dengan nama infeksi nosokomial, berasal
dari bahasa Yunani yaitu dari kata nosos yang berarti penyakit dan komeo yang berarti
merawat. Sehingga infeksi nosokomial berarti infeksi yang didapat atau terjadi di rumah
sakit (Darmadi, 2008).
Timbulnya infeksi ditinjau dari asalnya dapat berasal dari komunitas (community
acquired infection) atau dari lingkungan rumah sakit (hospital acquired infection) yang
sebelumnya dikenal dengan infeksi nosokomial. Asal infeksi seringnya tidak bisa
ditentukan secara pasti sehingga istilah infeksi nosokomial (Hospital Acquired
Infection) dirubah dengan istilah baru yaitu Healthcare Associated Infections (HAIs)
dengan pengertiannya yang tidak hanya di rumah sakit tetapi juga infeksi yang didapat
atau terjadi di pelayanan kesehatan lainnya. infeksi ini tidak hanya terjadi pada pasien
saja tetapi juga terjadi pada petugas kesehatan yang didapat saat mereka melakukan
tindakan keperawatan terhadap pasien (Depkes, 2011).
Kriteria suatu infeksi dapat dikatakan HAIs adalah tidak terdapat tanda klinis
pada saat pasien mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan, pada saat pasien mulai
perawatan tidak sedang dalam masa inkubasi, sekurang-kurangnya 72 jam dari masa
perawatan baru akan timbul tanda klinis infeksi, dan infeksi tersebut bukan infeksi
kelanjutan atau sisa (residual) dari infeksi sebelumnya (Depkes, 2011).
a. monitoring; dan
b. evaluasi
Penilaian, setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium
harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan
dan kekuatan, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik. Pemilihan obat dengan
memperhatikan faktor kelembagaan yaitu kebijakan rumah sakit, faktor obat dan faktor
biaya.
a. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat. Kebijakan mencakup
antara lain: tentang pemberlakuan formularium, tatalaksana obat (kebijakan umum
dalam penulisan resep, kebijakan penulisan obat generik, prosedur pengusulan obat
untuk ditambahkan atau dihapus dari formularium, SK tentang TFT, dll.
b. Daftar Obat. Bagian ini merupakan inti dari formularium yang berisi informasi dari
setiap obat disertai satu atau lebih indeks untuk memudahkan penggunaan
formularium.
LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang digolongkan dalam obat
yang perlu diwaspadai (high-alert medication) karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi
Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Perlu dilakukan pengelolaannya untuk
meningkatkan keamanan dan mencegah terjadinya medication erorrs, sehingga
pengetahuan Apoteker terkait obat LASA dan kaidah pengelolaannya menjadi sangat
penting.
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat
=50% atau lebih pekat).
a. fase prescribing, adalah error yang terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini
meliputi: obat yang diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau
kontraindikasi, tidak tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat
dosis dan aturan pakai.
b. fase transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses dispensing.
c. fase dispensing, dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep
oleh petugas apotek. Fase ini merupakan permasalahan dalam penelitian ini.
Standar Pelayanan Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system
pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
Penyediaan obatyang bermutu, termasuk pelayanan !armasi klinis, yang terjangkau bagi
semua lapisanmasyarakat kebijakan dan prosedur dibuat oleh Kepala "nstalasi dan
Komite Farmasi dan terapi serta para apoteker.Pelayanan Farmasi diselenggarakan
dengan visi, Misi, tujuan dan bagan organisasi yangmencerminkan penyelenggaraan
berdasarkan !ilosopi pelayanan ke!armasian. bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan ke'enangan serta fungsi kerangka
organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan,
pelayanan !armasi klinis dan managemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai
perubahan yangdilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
a.Melakukan perencanaan, Pengadaan dan penyimpanan obat, alat kesehatan
sesuaiFormularium Rumah Sakit.
b.Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasienra'at
inap maupun pasien ra'at jalanc.Pendistribusian obat, alat kesehatan
farmasi.Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi
obate.Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24
jamPelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan ke!armasian yang
bermutu tinggi,melalui cara pelayanan !armasi rumah sakit yang baik.
Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep merupakan kegiatan
apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi,
farmasetik
dan klinis sebelum resep diracik. Apa gunanya apoteker melakukan skrining
resep? Tujuannya tentunya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran
(efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan
terapi.
Rekam Medis menurut Permenkes 269 tahun 2008 Rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang pasien, pemeriksaan, pengobatan tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Menurut Huffman E.K, Rekam Medis Rekaman atau catatan mengenai siapa, apa,
mengapa, bilamana dan bagaimana yang di berikan kepada pasien selama masa
perawatan yang memuat pengetahuan mengenai dan pelayanan yang di perolehnya serta
memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien membenarkan diagnosa
dan pengobatan serta merekam hasilnya.
Kegunaan dan Tujuan Rekam Medis Tujuan rekam medis adalah untuk
memberikan informasi mengenai diri pasien kepada seluruh pihak yang memberikan
perawatan atau pengobatan kepada pasien tersebut Kegunaan Rekam Medis menurut
seorang pakar Gibony, menyatakan kegunaan rekam medis mengunakan singkatan
ALFRED yaitu :
c. Financial (Keuangan) Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat
digunakan untuk memprekdisikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Apapun dan bagaimanapun, Rumah Sakit merupakan tempat yang tepat orang -orang
yang mengalami gangguan kesehatan, baik jiwa, fisik dan lainnya. walaupun ada
sistem perawatan rumah yang dilakukan oleh sebahagian orang, namun tetap saja
tidak maksimal jika dibandingkan dengan sistem perawatan yang telah dilakukan di
setiap Rumah Sakit.
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya berbagai macam pembahasan tentang instalasi
farmasi rumah Sakit dapat membantu setiap kalangan untuk menambah pengetahuan
tentang keadaan atau bagaimana pengelolaan farmasi di rumah sakit. Khususnya
membantu muda mudi yang ingin tau banyak tentang instalasi farmasi rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, M.R., Basse., Myers. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed),
Medication Error, American Pharmaceutical Association. Washington, DC. Hal. 230-240.
Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta
Siregar, C. J. P dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapannya, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Siregar, sri Endang. 2018. Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Sumatera