BAB I LTA KE 2 Fix
BAB I LTA KE 2 Fix
Oleh :
NI NENGAH SUNARTI
NIM: P07124320042
Oleh :
NI NENGAH SUNARTI
NIM: P07124320042
Pembimbing Utama:
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
TIM PENGUJI :
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
iv
CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE FOR MRS. "MY" 24 YEARS OLD
PRIMIGRAVIDA 23 WEEKS 5 DAYS OF PREGNANCY
UNTIL 42 DAYS OF POSTPARTUM
ABSTRACT
Problems in pregnancy that cannot be handled can be seen from the high
Maternal Mortality Rate (MMR). Based on data from the 2017 Indonesian
Demographic and Health Survey (IDHS), MMR in Indonesia is 177 deaths per
100,000 births. MMR coverage in Bali Province in 2019 was 67.6 per 100,000
live births, this figure is already below the SDGs target. The goal of midwifery
care for primigravida 24-year-old mother "MY" and her baby who receive
midwifery care according to standards in a comprehensive and continuous
manner from 23 weeks of gestation 5 days to 42 days of the puerperium. The
method used is a case report with data collection techniques through interviews,
examination, observation and documentation. The continuity of care given to
"MY" mothers aged 24 years primigravida from 23 weeks of gestation 5 days to
42 days postpartum takes place physiologically, but the care for babies of "MY"
mothers is classified as pathology. Continuity of care midwifery begins with
reviewing subjective and objective data, so that the care provided is in
accordance with standards and can carry out early detection of complications
and appropriate management.
v
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU
“MY” UMUR 24 TAHUN MULTIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS
ABSTRAK
Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat
dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177
kematian per 100.000 kelahiran. Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun 2019
sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sudah berada dibawah target
SDGs. Tujuan asuhan kebidanan pada Ibu “MY” umur 24 tahun primigravida
beserta bayinya yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara
komprehensif dan berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai dengan 42 hari masa nifas. Metode yang digunakan adalah case report
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, pemeriksaan, observasi
serta dokumentasi. Asuhan kebidanan Continuity of care yang diberikan kepada
ibu “MY” umur 24 tahun primigravida dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai 42 hari postpartum berlangsung secara fisiologis, asuhan pada bayi ibu
“MY” juga termasuk fisiologis. Asuhan kebidanan Continuity Of Care diawali
dengan melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, sehingga asuhan yang
diberikan sesuai standar dan dapat melakukan deteksi dini komplikasi dan
penatalaksanaan yang tepat.
.
vi
RINGKASAN LAPORAN KASUS
Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat
dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177
kematian per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka ini masih jauh di atas target
tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs),
yaitu 70 per 100.000/KH pada tahun 2030. Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun
2019 sebesar 67,6 per 100.000/KH, angka ini sudah berada dibawah target SDGs.
Penyebab kematian ibu di provinsi Bali adalah perdarahan, dan hipertensi.(Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Penyebab lain adalah penyakit non obstetric
karena kurangnya layanan terkait ANC terintegrasi yang berkualitas (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Pelaksanaan ANC terintegrasi semakin
mengalami hambatan dengan merebaknya kasus covid-19.
Pandemi covid -19 harus disikapi secara serius untuk mencegah penularan
khususnya pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan neonatus. Bidan sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak harus mengutamakan keamanan
baik pasien maupun petugas dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai
standar yang ditentukan oleh pemerintah. Asuhan yang berkelanjutan yang
berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan
mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran, sampai 6
minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk membantu upaya
percepatan penurunan AKI (Legawati, 2018).
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan
asuhan kebidanan pada Ibu “MY” umur 24 tahun primigravida beserta bayinya
yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan
berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari sampai dengan 42 hari
vii
masa nifas. Ibu “MY” diberikan asuhan kebidanan sejak umur kehamilan 23
minggu 5 hari sampai dengan 42 hari masa nifas yang beralamat Banjar Pande,
Mengwi, Badung, Bali sehingga ibu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Mengwi I.
Asuhan Kebidanan Continuity of care diberikan kepada Ibu “MY” dari
Desember 2020 sampai April 2021. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
“MY” selama masa kehamilan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari sampai
menjelang persalinan sesuai dengan kebutuhan ibu “MY” dan periode kehamilan
berlangsung fosiologis. Selama kehamilan ibu “MY” memeriksakan
kehamilannya sebanyak 8 kali yaitu 4 kali sebelum di berikan asuhan dan 4 kali
selama diberikan asuhan. Selama melakukan kunjungan ibu “MY” telah
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar yaitu 10 T. Proses persalinan ibu “MY”
berlangsung pada umur kehamilan 39 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanpa adanya komplikasi pada ibu maupun janin, bayi ibu ‘MY’
lahir tangis kuat degak aktif dengan berat lahir 3100 gram. Hasil asuhan Masa
nifas ibu “MY” berlangsung secara fisiologis, ibu memberikan ASI secara
ondemand. Asuhan pada bayi “MY” terdapat keluhan yaitu icterus, namun
termasuk iketrus fisiologis karena terjadi pada hari kelima.Icterus berkurang
setelah dilakukan fototherapy.
Simpulan dari asuhan kebidanan Continuity of care yang diberikan kepada
ibu “MY” umur 24 tahun primigravida dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai 42 hari postpartum berlangsung secara fisiologis, namun asuhan pada bayi
ibu “MY” tergolong patologi. Hasil laporan akhir ini dapat digunakan sebagai
reference dalam memberikan asuhan sesuai standar secara komprehensif dan
meningkatkan sebagai upaya deteksi dini risiko dan komplikasi terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kepada penulis selanjutnya dapat
melakukan pengkajian data lebih fokus dan lebih akurat, sehingga asuhan yang
diberikan sesuai standar dan dapat melakukan deteksi dini komplikasi serta dapat
melakukan penatalaksanaan yang tepat.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Laporan Tugas Akhir ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan
(COC) dan Komplementer Program Studi Profesi Bidan. Penulis menyadari isi
dari Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesikan berdasarkan masukan dari
yang terhormat :
Kesehatan Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb, sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan.
5. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.SiT., M.Kes, selaku penguji utama yang
6. Ibu ”MY” dan keluarga, selaku responden dalam laporan tugas akhir yang
ix
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki beberapa
kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran membangun dari
para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan Laporan Tugas akhir. ini.
Penulis
x
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Ni Nengah Sunarti
NIM. P07124320042
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................... v
ABSTRAK................................................................................................... vi
RINGKASAN PENELITIAN...................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. . xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................. 4
D. Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Kajian Teori............................................................................................. 6
B. Kerangka Pikir......................................................................................... 84
BAB III METODE PENULISAN KASUS................................................. 85
A. Informasi Klien/Keluarga ..................................................................... 85
B. Rumusan Masalah atau Diagnosa Kebidanan........................................ 91
C. Jadwal Kegiatan..................................................................................... 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 95
A. Hasil....................................................................................................... 95
B. Pembahasan............................................................................................ 123
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 139
A. Simpulan ............................................................................................... 139
B. Saran ...................................................................................................... 140
xii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 142
xiii
DAFTAL TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Partograf
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Dokumentasi Asuhan
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lama masa
kehamilan yang aterm adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang
dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3
Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat
dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177
kematian per 100.000 kelahiran. Angka ini masih jauh di atas target tujuan
ASEAN adalah 40-60 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu
Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun 2019 sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran
hidup, angka ini sudah berada dibawah target SDGs. Penyebab kematian ibu di
provinsi Bali adalah perdarahan, dan hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2019). Penyebab lain adalah penyakit non obstetric karena kurangnya layanan
terkait ANC terintegrasi yang berkualitas (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019).
kasus covid-19.
Pandemi covid -19 harus disikapi secara serius untuk mencegah penularan
khususnya pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan neonatus. Bidan sebagai ujung
standar yang ditentukan oleh pemerintah. Dalam situasi sulit seperti sekarang ini,
care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus
antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan yang berkaitan
Pelaksanaan COC dimulai dari asuhan pada ibu hamil yang berkualitas.
Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan
kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan yaitu 10T
dimulai dari penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
fundus uteri, penentuaan status imunisasi tetanus, pemberian tablet Fe, penentuan
2
presentasi janin dan denyut jantung janin, pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes
sampai dengan 42 hari masa nifas beserta bayinya. Penulis memberikan asuhan
kebidanan pada Ibu ‘MY’ umur 24 tahun primigravida dengan tapsiran persalinan
Diketahui bahwa Ny. “MY” berusia 24 tahun, primigravida, dan skor Poedji
Rochjati risiko kehamilan ibu adalah 2. Hasil pengkajian data subjektif dan
objektif melalui wawancara dan dokumentasi pada buku pemeriksaan dokter serta
buku KIA didapatkan bahwa kehamilan Ibu ‘MY’ termasuk kehamilan fisiologis
awal ibu mengalami konstipasi yang merupakan kondisi fisologis yang dialami
kebiasaan ibu minum hanya 6 gelas sehari dan tidak suaka makan sayur. Asuhan
bersedia untuk didampingi dan diasuh ibu beserta bayinya dari kehamilan
trimester II sampai 42 hari masa nifas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pada kasus Ibu ‘MY’ umur 24 tahun primigravida.
B. Rumusan Masalah
dalam kasus ini adalah “Apakah Ny. ‘MY’ umur 24 tahun primigravida yang
3
diberikan asuhan kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan pada Ny. ‘MY’ umur 24 tahun
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
4
kehamilan 23 minggu 5 hari sampai dengan 42 hari masa nifas yang dilakukan
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis terutama untuk
Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai referensi bagi program
Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13
perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi.
Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang
tersebut meliputi:
a. Uterus
Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan mengalami
hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi 1000 gram pada akhir
kehamilan (Prawirohardjo, 2014). Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus
rahim membesar akibat hipertropi otot polos rahim, serabut - serabut kolagennya
Tabel 1
TFU berdasarkan Umur Kehamilan
Umur
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Kehamilan
7
Umur
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Kehamilan
penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan
bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami pelunakan dan sianosis
dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia kelenjar
c. Payudara / mammae
Sulistyawati (2016) payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami
banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang
8
2) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipetropi kelenjar alveoli.
5) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.
d. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahn warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
akan muncul dalam ukuran yangbervariasi pada wajah dan leher yang disebut
dengan chloasma atau melasma gravidarum, Selain itu pada aerola dan daerah
biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang saat persalinan. Kontrasepsi oral
e. Sistem kardiovaskuler
hemodilusi dan setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit mengalami
minggu. Di ginjal akan terjadi peningkatan jumlah sel darah merah sebanyak 20-
30% yang tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma, hal inil yang
9
menyebabkan terjadinya hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari
meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
yang makin meningkat. Perubahan terjadi pada volume darah yang meningkat
sehingga jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga
timbulah masalah yang disebut dengan anemia defesiensi zat besi (Prawirohardjo,
2014).
f. Sistem pernapasan
dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume
ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga
(Prawirohardjo, 2014).
g. Sistem urinaria
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
h. Sistem Muskuloskletal
10
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
i. Sistem Pencernaan
tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi
j. Sistem Metabolisme
mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan
karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan
berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang akan
dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin berbahaya pada janin
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
(Saifuddin, 2018).
11
Tabel 2
Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Tinggi 26 – 29 7 - 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli 16 - 20,5
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan
dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu
Adapun bentuk perubahan psikologi pada masa kehamilan yaitu perubahan mood
seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi
senang, merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Selain itu, bentuk
perubahan psikologi pada ibu hamil seperti perasaan gembira bercamput khawatir,
dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani.
Seorang wanita sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian menjadi istri,
dan sebentar lagi dia harus siap menjadi ibu (Sutanto dan Fitriana, 2016).
Menurut Siti dan Heni (2016), trimester ketiga sering kali disebut periode
menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar
12
menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan
dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Menurut Sulistyawati (2016)
a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak
menarik.
d) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
e) Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
i) Libido menurun.
13
j) Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi dapat menyebabkan kematian ibu.
2016):
Rasa mual dan muntah dapat terjadi 50-70% ibu hamil. Tetapi jika keadaan
tersebut berlebihan disebut hyperemesis, hal ini akan menghambat asupan gizi
pada ibu hamil berkurang sehingga kondisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera ditangani.
b. Demam
Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu
maupun janin, olrh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari bidan atau
dokter.
c. Bengkak kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik
yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Oedema yang terjadi terutama pada
tangan dan wajah, sakit kepala yang hebat merupakan gejala dari preeklamsi bila
disertai hipertensi, sakit epigastrum, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan
14
d. Pergerakan janin berkurang tak seperti biasa
Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan
dan minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin dalam 12 jam
e. Perdarahan pervaginam
perdarahan yang berwarna merah, banyak, atau disertai nyeri. Perdarahan ini
dapat berarti abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan
trimester II dan III, perdarahan yang tidak normal adalah merah, jumlahnya
banyak, dan kadang tidak disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam itu berarti
sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan maka janin dan ibu akan mudah
terinfeksi. Hal ini akan berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Ketuban bias pecah
keluar air (RKA),jika tidak diikuti dengan tanda-tanda persalinan disebut ketuban
a. Kebutuhan nutrisi
Saat hamil seorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih banyak, sehingga
secara umum porsi makan saat hamil 1 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum
15
hamil. Asupan gizi tersebut meliputi sumber kalori (karbohidrat dan lemak),
protein, asam folat, vit B 12, zat besi, zat zeng, kalsium, vitamin C, vitamin A,
vitamin B6, vitamin E, kalium, iodium, serat dan cairan. Selama kehamilan ibu
tidak perlu berpantang makanan, namun batasi asupan gula, garam dan lemak
Ibu hamil dianjurkan untuk mandi dua kali sehari, menyikat gigi secara benar
dan teratur minimal setelah sarapan dan sebelum tidur, membersihkan payudara
dan daerah kemaluan, mengganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari serta
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan, setelah buang air
c. Kebutuhan seksual
pervaginam, ketuban sudah pecah dan jika sudah ada pembukaan. Jika ada salah
satu kontraindikasi maka hubungan seksual harus dihindari karena cairan prostat
16
d. Kebutuhan istirahat trimester II
Ibu hamil dianjurkan untuk tidur malam sedikitnya 6-7 jam dan siang hari
sedikitnya 1-2 jam Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kiri,
kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, perut
bawah sebelah kiri diganjal dengan bantal untuk mengurangi rasa nyeri pada perut
semua kegiatan yang melelahkan tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk
2015)
5. Cara mengatasi keluhan yang lazim dirasakan oleh ibu hamil trimester II
Ada beberapa keluhan yang lazim dirasakan oleh ibu hamil dan cara
mengatasinya diantaranya:
menimbulkan sulit bernapas atau sesak napas. Cara mengatasinya yaitu dengan
menganjurkan ibu secara berkala berdiri dan meregangkan tangan diatas kepala
dan ambil napas dalam serta dapat dilakukan juga saat berbaring, melakukan
17
b. Kram pada tungkai
Kram kaki cenderung terjadi pada malam hari selama 1-2 menit dan dapat
sirkulasi atau persarafan menuju ekstremitas bagian bawah. Bisa juga disebabkan
sistem persarafan dan otot tubuh. Penyebab yang lain adalah kelelahan yang
tahan beberapa saat sampai kram hilang, melakukan latihan umum ( senam hamil)
secara rutin, elevasi kaki secara rutin setiap hari, meningkatkan konsumsi
berdaun, susu dan produk olahannya (Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya
tersebut (Kartikasari & Nuryanti, 2016). Berat uterus yang semakin membesar
yang mengakibatkan peregangan otot punggung dan menimbulkan rasa nyeri. Ibu
bawah. Nyeri punggung di Indonesia lebih sering dijumpai pada ibu hamil dan
keluhan yang paling banyak dijumpai dengan angka pravalensi mencapai 49%.
Akan tetapi sekitar 80-90% dari mereka yang mengalami nyeri punggung
18
tersebut, dengan kata lain hanya sekitar 10-20% dari mereka yang melakukan
Cara untuk mengatasinya adalah menjaga postur tubuh tetap baik, hindari
terlalu lama, hindari menggunakan sepatu hak tinggi, gunakan bantal sebagai
Suparmi, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2017) menunjukkan bahwa
stimulasi kulit dengan kompres hangat menghasilkan pesan lewat serabut A-delta,
tertutup sehingga konteks serebri tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri
dapat membantu penurunan nyeri punggung pada ibu hamil. Kondisi ini sejalan
d. Oedema
Oedema terjadi akibat peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bawah dan
gangguan sirkulasi vena dan dapat diperberat oleh tingginya kandungan garam
dalam tubuh akibat perubahan hormonal. Garam yang bersifat menahan air
pakaian ketat, elevasi kaki secara teratur sepanjang hari, saat berbaring dengan
19
e. Varises
Varises terjadi karena peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bawah dan
gangguan sirkulasi vena. Cara mengatasinya adalah kenakan kaos kaki penyokong
yang elastic, hindari menggunakan pakaian ketat seperti kaos kaki setinggi lutut
atau semata kaki dan pembalut kaki, hindari berdiri lama, hindari konstipasi, saat
duduk hindari menyilangkan kaki, latihan ringan dan berjalan secara teratur
f. Sering kencing
asupan cairan sebelum tidur malam, senam kegel (Yuliani, Musdalifah, dan
Suparmi, 2017).
g. Keputihan/ Leukorea
basah dan menggunakan celana dalam berbahan katun (Yuliani, Musdalifah, dan
Suparmi, 2017).
h. Konstipasi
masalah ini pada trimester kedua atau ketiga. Konstipasi disebabkan oleh
penurunan peristaltik usus sebagai akibat dari relaksasi usus halus karena
20
adalah minum cukup minimal 8 gelas sehari, istirahat cukup, minum air hangat
6. Pemeriksaan Antenatal
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis
adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
kehamilan preeklampsia (hipertensi disertai dengan edema wajah dan atau tungkai
21
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK. Kurang energi
kronik disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
(Permenkes, 2014).
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan ante-natal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, kemungkinan ada
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain (Permenkes, 2014). Pemeriksaan DJJ adalah
janin selama satu menit penuh dengan bantuan alat Leanec, Doppler dan CTG
22
(cardiotocography). Sebuah penelitian menyatakan denyut jantung janin normal
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya.
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status Imunisasi T5 (TT
Ibu Hamil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0.
Jika telah mendapatkan dua dosis dengan interval minimal 4 minggu atau atau
pada masa balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai tiga kali maka
status imunisasinya adalah T2, bila telah mendapat TT yang ke tiga (interval
minimal 6 bulan dari dosis ke dua) maka statusnya T3, status T3 dan T4 didapat
bila telah mendapatkan empat dosis (interval minimal satu tahun dari dosis
ketiga), dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat ( interval minimal satu
tahun dari dosis ke empat) (Sulistyawati, 2016). Bila ibu hamil status T0 maka
hendaknya mendapatkan minimal dua dosis (TT1 dan TT2 dengan interval empat
23
Tabel 3
Interval Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungan
Mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah
darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil
24
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
1) Definisi Konseling
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk
2015)
penolong persalinan yang bersih dan aman atau atau tindakan yang mungkin
a. Penapisan Ibu Hamil Trimester III menurut Poedji Rochjati (Buku KIA,
persalinan normal, tetap waspada komplikasi persalinan ibu dan bayi baru lahir
hidup sehat.
25
Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu dan atau janin dapat
Kehamilan dengan faktor resiko ganda 2 lebih baik dari ibu dan atau janinnya
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4
dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal.
Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang,
risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu Skor ’Poedji Rochjati’
(KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan
diisi. Kartu Skor ’Poedji Rochjati’ (KSPR) dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
26
Gambar 2 Skor Poedji Rochjati
Sumber: Buku KIA, 2015
Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020
27
pelayanan antenatal diberikan mengacu pada ketentuan yang tercantum pada table
dibawah ini:
Tabel 4
Program Pelayanan bagi Ibu Hamil
Program Zona Hijau (Tidak Terdampak/ Zona Kuning (Resiko rendah), Orange (Resiko
hamil metode tatap muka (maksimal COVID-19 atau dilaksanakan melalui media
P4K Pengisian stiker P4K dilakukan Pengisian stiker P4K dilakukan oleh ibu hamil
AMP Otopsi verbal dilakukan dengan Otopsi verbal dilakukan dengan mendatangi
28
Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di trimester 1 dan saat
kunjungan ke 5 di trimester 3.
1) ANC ke-1 di trimester 1: skrining faktor risiko dilakukan oleh dokter dengan
menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke bidan, bidan
a) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
b) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh dokter di
a) Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului dengan
b) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Jika tidak ada gejala
29
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh dokter dengan menerapkan
faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke
2) Jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan rujukan terencana, pelayanan
untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan kunjungan bayi baru lahir
dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian masker bagi pasien
30
e. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular, psikologis
dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh bidan atau dokter. Demikian pula untuk
ibu hamil dengan faktor risiko yang bisa ditangani oleh dokter di FKTP.
2) Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh dokter di
FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil skrining untuk dilakukan
3) Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau terkonfirmasi
tinggi.
4) Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam kehidupan
sehari-hari.
5) Mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya,
a) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang atau
ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat,
31
lainnya atau riwayat obstetri buruk, maka ibu harus memeriksakan diri ke
b) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia
gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10
d) Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai dosis yang
(1) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan status suspek,
(2) Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat
gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki pemahaman
32
9. Asuhan komplementer
PP 103 Tahun 2014 Pasal 7 ayat (1) huruf b merupakan pelayanan kesehatan
energi, dan terapi olah pikir. Pelayanan ini menggunakan ramuan sebagaimana
dari tanaman, hewan, mineral, dan sediaan sarian galenik atau campuran dari
a. Yoga ibu hamil Melakukan latihan yoga pada saat hamil, akan
oksigen ke janin, selain itu dengan melakukan yoga dapat melatih otot otot
tubuh melalui gerakan tubuh disertai teknik pengaturan nafas dan pemusatan
konsentrasi, fisik akan lebih sehat, bugar, kuat dan emosi akan lebih stabil.
33
b. Menggunakan aroma terapi jahe. Rasionalnya adalah menimbulkan rasa
jahe dapat menjadi salah satu terapi komplementer dalam pemberian asuhan
kebidanan pasien Low Back Pain, jahe dapat menurunkan intensitas nyeri
punggung bawah. Jahe memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan
pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme
pada ibu hamil. Ibu hamil mengatakan merasa lebih nyaman dan tenang. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sharma, Majidi dan Juanita (2013) yang
menurunkan tekanan darah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Suprijati
d. Menggunakan essential oil Ada beberapa ibu hamil yang mungkin ingin
menggunakan essential oil untuk pijat hamil, karena minyak esensial sendiri
kecemasan, tidur yang lebih baik. Selain itu Minyak esensial dapat membantu
34
Booster Program pengungkit otak (brain booster) merupakan integrasi
pengungkit otak secara bersamaan pada periode kehamilan ibu yang bertujuan
B. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
servik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak
a. Passage
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), passage adalah faktor jalan lahir
atau biasa disebut dengan panggul ibu. Passage memiliki 2 bagian, yaitu bagian
keras dan bagian lunak. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016), jalan lahir
dibagi atas:
2) Bidang Hodge
35
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), bidang hodge adalah bidang yang
dipakai dalam obstetri untuk mengetahui seberapa jauh turunnya bagian bawah
a) Bidang hodge I: jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejajar
dengan PAP atau bidang yang terbentuk dari promotorium, linea inomionata
b) Bidang hodge II: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati pinggir (tepi)
bawah simfisis.
c) Bidang hodge III: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati spina
ischiadika.
d) Bidang hodge IV: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati ujung tulang
b. Power
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga beneran dari ibu (Nurhayati,
2019). Menurut Nurhayati (2019), secara umum, faktor kekuatan dalam persalinan
Kontraksi berasal dari segmen atas rahim yang menebal dan diantar ke arah
kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi.
Primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdiri atasi sehingga
janin turun.
36
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam
Tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan yang cukup penting dalam usaha
c. Passanger (Janin)
1) Janin
dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang
di dada. Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.
Misalnya, letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus dengan sumbu ibu. Letak
membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala
atau sungsang.
2) Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah rahim
yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya, presentasi
3) Posisi Janin
37
Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,
4) Plasenta
Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran janin,
yang berbentuk bundar atau oval. Letak plasenta yang normal pada korpus uteri
bagian depan atau bagian belakang agak kearah fundus uteri. Plasenta berbentuk
bundar, ukurannya sekitar 15cm x 20cm Tebalnya kurang lebih 2,5 – 3 cm.
5) Air Ketuban
Air ketuban terletak di dalam ruangan yang dilapisi oleh selaput janin. Ciri –
ciri air ketuban berwarna putih keruh, bauamis. Fungsi air ketuban adalah untuk
pada janin agar tetap bergerak bebas. Air ketuban juga berfungsi unutk
3. Tahapan persalinan
a. Kala I
1) Tanda gejala
Tanda dan gejala bersalin dalam kala 1 meliputi adanya penipisan dan
38
2) Fase-fase dalam kala I
dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih, dan berlangsung
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan 1 cm per jam (pada nulipara/
b. Kala II
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10
cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala
kala II yaitu: ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,
ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya,
c. Kala III
Batasan kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga persalinan otot uterus terus
39
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan melipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebawah uterus atau
kedalam vagina.
d. Kala IV
setelah dua jam dari lahirnya plasenta. Perubahan yang terjadi pada kala IV yaitu
pembuluh darah yang terdapat di dalam anyaman otot uterus terjepit dan
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat
pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah
tersebut antara lain membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang
rujukan. Kelima aspek dasar tersebut dicerminkan dalam setiap asuhan persalinan,
1) Anamnesis
40
2) Pemeriksaan Fisik
tinggi fundus uteri, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin,
dengan cara keluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur (JNPK –
KR 2017).
4) Pencegahan infeksi
dari satu individu ke individu lainnya (baik dari ibu, bayi baru lahir dan para
Tindakan yang dapat dilakukan seperti cuci tangan, memakai sarung tangan dan
memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman dan
benar), perlu juga menjaga kebersihan alat genetalia ibu (JNPK –KR 2017).
41
5) Pencatatan (Dokumentasi)
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Adapun parameter penilaian dan
intervensi selama kala I yang terdapat dalam partograf dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5
Parameter Penilaian dan Intervensi Selama Kala I
6) Rujukan
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. Diantaranya bidan, alat, keluarga,
b. Kala II
Proses-proses fisiologis yang akan terjadi dari adanya gejala dan tanda kala II
yang paling dini dan menatalaksanaan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat
sesuai dengan lima aspek benang merah dalam persalinan (JNPK-KR 2017).
42
1) Persiapan penolong persalinan.
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi diterapkan dalam proses persalinan dan
membantu ibu berganti posisi, memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan serta
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara
berkala dan ketat selama berlangsungnya kala II persalinan. Adapun hal yang
dipantau diantaranya nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi
selama 30 menit, DJJ setiap 5-10 menit, penurunan kepala bayi, warna cairan
majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka, putaran paksi luar segera
setelah bayi lahir, kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama
lahir serta catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada
catatan persalinan.
c. Kala III
43
Asuhan dalam Kala III menurut JNPK KR 2017 adalah manajemen aktif kala
fundus, tali pusat memanjang dan menjulur melalui vulva serta adanya semburan
Tindakan ini dilakukan untuk menilai adanya atonia uteri dalam 15 detik
d. Kala IV
lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik menurun
lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan
lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).
Derajat Satu meliputi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior serta
posterior, kulit perinium serta otot perinium. Robekan derajat tiga meliputi
laserasi derajat dua hingga otot sfingter ani. Dan terakhir robekan derajat
44
5. Partograf
a. Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama
kemungkinan terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten,
akan membantu penolong persalinan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Penggunaan partograf pastikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan
secara aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang
yang sudah terlibat dalam kelas-kelas antenatal (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
sebagai berikut:
janin melalui plasenta, oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan
sirkulasi udara yang baik selama persalinan, sebaiknya pada saat persalinan
45
penopang payudara dapat dilepas atau dikurangi kekencangannya. Indikasi
pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik
dan stabil.
2) Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan ibu
mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup karena merupakan sumber
glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel – sel tubuh.
memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena kebersihan yang baik dapat
membuat ibu merasa aman dan rileks, mengurangi kelelahan, mencegah insfeksi,
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his. Ibu bisa berhenti
7) Ibu dapat mengatur posisi persalinan dan posisi meneran saat proses
persalinan berlangsung. Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis maka
merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu
46
bersalin, karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat
diantaranya:
4) Pemberian sugesti yang dilakukan untuk memberi pengaruh pada ibu berupa
sugesti positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu dan mengatakan
bahwa proses persalinan yang akan ibu hadapi akan berjalan dengan baik dan
lancar.
7. Pelayanan persalinan
Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020
47
5) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status: suspek,
6) Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat (skrining awal:
anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal),
rapid test non reaktif). Persalinan di FKTP menggunakan APD yang sesuai
komplikasi obstetrik.
1) Ibuyang memiliki risiko pada persalinan danibu hamil dengan status Suspek
2) Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning (risiko
rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala COVID-19 pada H-14
atau rapid test (jika tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang
48
3) Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-19 pada
ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala
4) Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining awal:
anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR< 5,8 dan limfosit normal), rapid
COVID-19).
5) Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan skrining,
sumber daya, fasilitas di rumah sakit, tata ruang perawatan rumah sakit,
49
paru/penyakit dalam, dokter kebidanan dan kandungan, anestesi, bidan,
memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan lokal yang menetapkan
e. Hanya satu orang (pasangan/ anggota keluarga) yang dapat menemani pasien.
h. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan suspek atau
terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak dapat
Menurut Maritalia (2014) masa nifas atau puerperium adalah masa setelah
persalinan selesai sampai minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
50
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Masa nifas adalah dimulai
keadaan sebelum hamil. Masa nifas diseut juga masa post partum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
perubahan seperti perlukaan dan ain sebagainya berkaitan saat melahirkan Taufan
Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain Wahyuni
(2018) untuk:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana
dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian
nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas secara sistematis
data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah
51
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langkah
1) Involusi Uteruss
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
berikut:
Tabel 6
Involusi Uterus
Pertengahan pusat
14 hari (minggu
merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah
52
plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, ada akhir minggu ke-2 hanya sebesar
2) Lokia
Menurut Nugroho dkk (2014) akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisacairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah
berikut:
Tabel 7
Jenis-Jenis Lokia
Menurut Nugroho dkk (2014) jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240
1) Suhu Tubuh
53
Setelah proses melahirkan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 ͦC dari
keadaan normal namun tidak lebih dari 38 ͦC. Hal ini disebabkan karena
partum, suhu tubuh kembali seperti semula. Bila suhu tubuh tidak kembali ke
2) Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses
selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya
3) Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk sistole berkisar antara 110-140 mmHg dan
untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit
lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada
proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg
pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada saat
partus frekuensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi
54
kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi.
Menurut Yanti dan Sundawati (2011) pada periode ini kecemasan wanita
dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa
nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam adaptasi masa nifas adalah sebagai
berikut: Fungsi menjadi orangtua, Respon dan dukungan dari keluarga, Riwayat
dan pengalaman kehamilan serta persalinan, Harapan, keinginan dan aspirasi saat
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada massa nifas antara lain (Yanti dan
Sundawati, 2011):
a. Fase taking in
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi dan asupan
nutrisi yang baik. Gangguan psikologis yang dapat dialami pada fase ini, antara
fisik yang dialami, Rasa bersalah karena belum menyusui bayinya, Kritikan suami
55
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa kawatir
Perasaan ibu lebih sensitive dan lebih cepat tersinggung. Hal yang perlu
Tugas bidan antar lain: meengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui
yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
c. Fase letting go
Fase ini adalah fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk
karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk mengatasi anemia, cairan
cukup kalori yang berfungsi untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan kalori
56
wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg diperkirakan sekitar 2.200
kalori/hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan menyusui membutuhkan kalori
yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama
untuk memberikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada bulan ke tujuh dan
selanjutnya. Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga
kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum
b. Ambulasi
ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun
dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai
57
tidak dianjurkan pada ibu post partum dengan penyulit, seperti anemia, penyakit
c. Eliminasi
Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat
BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter
uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami
berserat, olahraga.
perasaan nyaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam
e. Istirahat
gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah melahirkan. Pada
tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya
58
kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada luka perineum.
Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3
Nugroho (2014) ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya
antara lain:
f. Seksual
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk
luka episiotomi dan luka bekas operasi Sectio Caesarea (SC) biasanya teah
sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau
laserasi/robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4
setelah selesai masa nifas 40 hari. Intinya ialah permasalahan psikologis dan
kesiapan ibu untuk melakukan hubungan seksual setelah melewati masa nifas.
59
g. Latihan nifas
teratur setiap hari. Ibu tidak perlu khawatir terhadap luka yang timbul akibat
proses persalinan karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah
persalinan caesar, ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan utama
mobilisasi dini adalah agar peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik
menyusui secara penuh dan sering lebih dari delapan kali sehari, ibu belum
(AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi pasca salin yang aman dan efektif
digunakan oleh ibu menyusui baik dalam bentuk pil maupun suntik. Hormon
6. Kunjungan Nifas
60
a. Kunjungan Nifas pertama (KF1) dilakukan pada periode 6 jam sampai
diberikan 2 kali yaitu 1 kali setelah bersalin dan 1 kali pada 24 jam
b. Kunjungan Nifas 2 (KF2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah
c. Kunjungan Nifas (KF3) asuhan dilakukan satu kali pada periode hari ke-8
d. Kunjungan Nifas 4 (KF4) asuhan dilakukan satu kali pada periode hari ke-29
1. Definisi
Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran dan harus dapat melakukan
(Sulistyawati, 2016).
Menurut Astuti dkk (2016) ciri-ciri bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
61
b. Berat badan 2.500-4.000 gram
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
m. Gerak aktif
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
baik
s. Genitalia Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
62
u. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
Adapun penilaian pada bayi baru lahir dilakukan dengan penilaian APGAR
score:
Tabel 8
Nilai APGAR Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body pink, Limbs Blue All pink (seluruh
(warna kulit) tubuh biru atau (tubuhk memerahan, tubuh kemerahan)
pucat) ekstremitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak ada) < 100 >100
jantung)
Adapun komponen asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR (2012), adalah
sebagia berikut:
Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan lakukan penilaian bayi
63
yaitu bayi lahir langsung menangis, tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif.
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Hal yang
terpenting dalam perawatan tali pusat adalah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar
lahir.
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan
hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian.
IMD dilakukan segera setelah bayi lahir dengan posisi bayi diletakkan di dada
ibu atau perut atas ibu untuk mencari dan menemukan putting susu ibunya, IMD
sangat bermanfaat bagi ibu dan juga bayinya. Manfaat bagi bayi akan membantu
mencegah infeksi nosokomia dan mempererat rasa saying ibu dengan bayi.
64
Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit
antibiotic tetraksiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1
jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif bila diberikan
g. Pemberian Vitamin K
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
BBL.
Pemeriksaan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memastikan normalitas dan
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Hal ini dilakukan pada satu jam
wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, klavikula, dada, abdomen, tangan,
tungkai, spinal, kulit, eliminasi, berat badan dan panjang badan (Deslidel, 2012).
4. Neonatus
Neonatus adalah bayi yang baru lahir mengalami kelahiran dan masih
dibagi menjadi dua yaitu masa nonatal dini dari baru lahir sampai usia bayi tujuh
65
hari dan masa nonatal lanjut dari usia bayi delapan hari sampai 28 hari (Saifuddin,
2010). Asuhan yang dapat diberikan untuk bayi baru lahir sampai masa neonatus
Bayi diberikan asuhan berupa pemeriksaan berat badan, panjang badan, suhu
tubuh, frekuensi tubuh, frekuensi nafas (x/mnt), frekuensi denyut jantung (x/mnt),
menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan Air Susu Ibu (ASI), pencegahan
infeksi, perawatan mata, perawatan tali pusat, dan imunisasi HB-0 (umur 0-7
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) pada hari ke-3 sampai hari ke-7
Asuhan yang diberikan adalah menjaga bayi agar tetap hangat. Memeriksa
berat badan, suhu, frekuensi nafas dan frekuensi denyut jantung, memeriksa
dan halus, umur satu minggu berat badan bayi bisa turun 10% pada umur 2
66
sampai 4 minggu naik setidaknya 300 gram dalam bulan pertama.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh 2 faktor yatu faktor genetik dan
2010):
1) Asuh
c) Hygiene dan sanitasi, sandang dan papan, kesegaran dan jasmani, dan
2) Asih
Asih adalah ikatan yang erat serasi dan selaras antara ibu dan anaknya yang
kembang fisik, mental, dan psikososial anak, seperti kontak kulit antara ibu dan
3) Asah
Asah merupakan proses pembelajaran pada anak agar anak tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang cerdas, ceria dan berkarakter mulia, maka periode
balita menjadi periode yang menentukan sebagai masa keemasan (golden period),
yang tidak mungkin terulang. Oleh karena itu pengembangan anak usia dini
67
melalui perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak usia dini.
Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020
saat ini. Oleh karena itu, prinsip pertolongan bayi baru lahir diutamakan
(aerosol generated).
b. Penanganan bayi baru lahir ditentukan oleh status kasus ibunya. Bila dari
c. Bayi baru lahir dari ibu yang bukan suspek, probable, atau terkonfirmasi
jam), yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini
imunisasi Hepatitis B.
1) ASI eksklusif.
2) Perawatan tali pusat, menjaga badan bayi tetap hangat, dan cara memandikan
bayi.
68
3) Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR): apabila
Rumah Sakit.
4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA):
apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi harus segera
dapat diambil sampai usia bayi 14 hari. Bila didapatkan hasil skrining dan tes
5. Pijat Bayi
Pijat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah
dipijat pada saat dilahirkan di dunia dengan adanya proses kelahiran dimana
harus meninggalkan Uterus yang hangat dan melewati jalan lahir yang
dan pijat bayi yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat bayi
69
Baby massage atau pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Pijat bayi
dapat diartikan sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi (Subekti.
2008). Pijat bayi juga disebut dengan touch therapy yang artinya adalah salah
satu teknik yang mengombinasi manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat
emosional seperti ikatan batin (bonding). Pijat bayi juga merupakan satu
alternatif upaya untuk meraih derajat kesehatan yang paling sederhana yang bisa
dilakukan di rumah, selain itu pijat bayi juga dapat menimbulkan suatu kontak
bertahan sampai saat ini karena telah terbukti khasiatnya. Nenek moyang
kita sudah terbiasa memijat bayi ketika ada masalah kesehatan yang
ditunjukkan dengan gejala rewel, tidak doyan makan, serta perut kembung.
oksitosin. Saat memberikan pijatan pada bayi, hormon kortisol yang ada dalam
penurunan hormon kortisol berarti bayi akan menjadi lebih riang dan tidak suka
menimbulkan rasa nyaman dan kasih sayang. Pijat bayi juga dapat memperbaiki
sistem imunitas serta menambah jumlah produksi darah putih pada bayi
70
yang membuat jadi lebih sehat. Pijat akan menstimulasi enzim-enzim yang
dan insulin yang berperan penting dalam proses penyerapan makanan. Pada
meningkat akan membuat berat badan bayi meningkat. Pijat juga dapat
e) Meningkatkan Pertumbuhan
71
m) Komunikasi verbal dan non verbal
1. Pengertian
a. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan
1) Ikterus sering kali muncul pada bayi yang baru lahir karena penumpukan
bilirubin yang berlebihan di dalam darah dan jaringan, yaitu 60% pada bayi
cukup bulan (aterem) dan 80% pada bayi premature. Ikterus berarti gejala
72
biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl,
2) Ikterus merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ikterus adalah
2. Klasifikasi
a. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul yang timbul
pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis
dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10 (Susilaningsih, 2013).
b. Ikterus patologi
Ikterus Patologi adalah ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar
berikut:
3. Etiologi
Etiologi ikterus pada BBL dapat berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar etiologi itu dapat dibagi sebagai berikut:
73
a. Produksi yang berlebihan lebih dari pada kemampuan bayi untuk
darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, pyruvate kinase,
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat
gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake
d. Gangguan dalam sekresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
f. Ikterus akibat Air Susu Ibu (ASI). Ikterus akibat asi merupakan unconjugated
hari ke 6-14). Dapat dibedakan dari penyakit lain dengan reduksi kadar
74
bilirubin yang cepat bila disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari.
Hal ini unruk membedakan pada bayi disusui ASI selama minggu pertama
kehidupan. Sebagai bahan yang terkandung dalam Air Susu Ibu (ASI) adalah
dalam lemak, sehingga bilirubin indirek akan meningkat, dan kemudian akan
dengan bayi yang mendapat susu formula, mempunyai kadar bilirubin yang
2012).
7. Patofisiologi Ikterus
Sel-sel darah merah yang telah tua dan rusak akan dipecah menjadi bilirubin,
yang oleh hati akan dimetabolisme dan dibuang melalui feses. Didalam usus juga
dikeluarkan oleh feses. Hal ini terjadi secara normal pada orang dewasa. Pada
bayi baru lahir, jumlah bakteri pemetabolisme bilirubin ini masih belum
mencukupi sehingga ditemukan bilirubin yang masih beredar dalam tubuh tidak
dibuang bersama feses. Begitu pula dalam usus bayi terdapat enzim glukorinil
kulit bayi menjadi kuning. Biasanya dimulai dari wajah, dada, tungkai dan kaki
75
pertama. Kadar bilirubin yang sangat tinggi biasanya disebabkan pembentukan
yang berlebihan atau gangguan pembuangan bilirubin. Kadang pada bayi cukup
umur yang diberi susu ASI, kadar bilirubin meningkat secara progresif pada
minggu pertama, keadaan ini disebut jaundice ASI. Penyebabnya tidak diketahui
dan hal ini tidak berbahaya, jika kadar bilirubin sangat tinggi mungkin perlu
dilakukan terapi yaitu terapi sinar dan transfusi tukar (Maryunani, 2014).
6. Faktor Resiko
Bagi yang mendapat ASI yang cukup saat menyusui dapat bermasalah karena
tidak cukupnya asupan ASI yang masuk ke usus untuk memproses pembuangan
bilirubin dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada bayi prematur yang ibunya tidak
Peningkatan jumlah sel darah merah dengan penyebab apapun beresiko untuk
darah yang berbeda dengan ibunya, lahir dengan anemia akibat abnormalitas
mengalami hiperbilirubinemia.
c. Infeksi/inkompabilitas ABO-Rh
Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu ke
dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis kongenital, rubella dan
7. Komplikasi
76
a. Kern ikterus
b. Kerusakan hepar
Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan
sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh
sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang
merupakan resiko terjadinya kern ikterus dengan cara klinis (Kramer) yang
dilakukan dibawah sinar biasa (daylight) (Marmi dan Rahardjo, 2012). Cara
menegakkan diagnose ikterus pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :
a. Keluhan subjektif yaitu bayi berwarna kuning pada muka dan sebagian
tubuhnya dan kemampuan menghisap bayi lemah (Williamson dan Kenda 2013).
sampai ujung kaki dengan hasil bayi berwarna kuning serta pemeriksaan reflek
c. Cara untuk menentukan derajat ikterus salah satunya dengan cara klinis
(rumus kramer) yang dilakukan di bawah sinar biasa (day light). Daerah kulit bayi
yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer seperti di bawah ini :
77
Tabel 9
Rumus Kramer
dan direk, golongan darah uji coombs direk, uji coombs indirek darah periksa
lengkap dengan diferensial, protein serum total, dan glukosa serum (Kosim,
2012).
a. Ikterus Fisiologi
yaitu menyusui bayi dengan ASI. Pemberian makanan dini dapat mengurangi
makanan yang dini itu terjadi pendorongan geraakan usus dan mekonium
berkurang. Bilirubin dapat dipecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan
urine. Untuk itu bayi harus mendapat cukup ASI, seperti yang diketahui ASI
memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB dan
78
BAK.Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini bayi diletakan di atas dada ibu
selama 30-60 menit, posisi bayi pada payudara harus benar, berikan
dalam darah. Bayi jangan diberi air putih, air gula atau apapun sebelum ASI
ASI dengan melihat buang air kecil bayi paling kurang 6-7 kali sehari dan
buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari (Yuliawati, Ni Eka dkk, 2018).
2) Fototerapi
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah larut dalam air tanpa
harus diubah terlebih dahulu oleh organ hati dan dapat dikeluarkan melalui urine
dan feses sehingga kadar bilirubin menurun (Marmi dan Rahardjo, 2014).
meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses. Terapi sinar juga berupaya
menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko
yaitu:
a) Jenis Lampu
79
Dari beberapa studi menunjukkan lampu flourusen biru lebih efektif dalam
warna bayi, yang lebih disukai adalah lampu flouresen cahaya normal dengan
spektrum 420-460 nm agar kulit bayi dapat diobservasi baik mengenai warnanya
(jaundis, palor,sianosis) ataupun kondisi lainnya. Agar hasil efektif kulit harus
terpajang penuh dari sumber sinar dengan jumlah adekuat. Apabila kadar bilirubin
bayi berbaring dalam selimut fiberoptik. Hasil terbaik terjadi pada 24 sampai 48
bayi di bawah sumber sinar. Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun pada bayi
(2) Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada
basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator. Letakkan bayi
sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik. Tutupi mata bayi dengan penutup
mata, pastikan lubang hidung bayi tidak tertutup. Jangan tempelkan penutup
80
(3) Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI paling tidak setiap 3 jam.
Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup
mata.
(4) Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa, tingkatkan
volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi
(5) Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan terapi sinar sebentar untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru).
Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi setiap 3 jam.
(6) Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam atau sekurang-kurangnya sekali
dalam 24 jam.
F. Kerangka Berfikir
asuhan kebidanan persalinan, asuhan kebidanan masa nifas, dan asuhan kebidanan
kepada ibu. Namun, jika dalam menjalankan asuhan dari kehamilan trimester II
sampai masa nifas terjadi hal yang patologi maka akan dilakukan kolaborasi dan
rujukan.
81
Asuhan Kebidanan pada Ny. “MY”
umur 24 Tahun Primigravida
Gambar 3 bagan kerangka berfikir asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan bayi baru
lahir, nifas dan neonatus
82
BAB III
A. Informasi Klien/Keluarga
untuk dilakukan asuhan komprehensif pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 10.00
WITA. Adapun data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dan pada buku
KIA yaitu:
a. Identitas
Ibu Suami
Tempat kerja :- :
Penghasilan : Rp. 3.000.000 : Rp. 2.000.000,00
b. Keluhan utama
Ibu mengeluh susah untuk buang air besar (BAB) dengan konsistensi keras
c. Riwayat menstruasi
Ibu mengalami menstruasi pertama pada usia 13 tahun, ibu mengatakan siklus
haid teratur 30 hari, lama menstruasi 4-5 hari. Pada saat menstruasi ibu mengganti
pembalut 3 kali per hari. Keluhan ibu pada saat menstruasi yaitu tidak ada
keluahan yang berarti yang ibu rasakan. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 19-
d. Riwayat pernikahan
Ibu menikah 1 kali, secara sah. Ibu telah menikah umur 24 tahun, lama
pernikahan 6 bulan.
Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu “MY”. Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) pada tanggal 19-06-2020, Tapsiran Persalinan (TP) pada
dan dr SpOG. Adapun hasil pemeriksaan dan suplemen yang diberikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 10
84
Hasil Pemeriasaan Ibu “MY” Umur 24 Tahun Primigravida di Puskesmas
Mengwi I
85
Hasil pemeriksaan USG: GS (+), FHB
(+), FP (+), CDL: 7 Week 3 Day.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
7 Minggu 3 Hari T/H intrauterine
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
pada ibu dan suami, ibu dan suami
paham.
2. Melakukan terapi lanjutan yaitu asam
folat 1 x 200 mg.
Selasa, 25 Agustus S: ibu mengatakan tidak ada keluhan Bidan
2020 Pukul 10.00 Wita, O: BB: 48 kg, TB: 155 cm, TD: 130/70
Di Puskesmas Tumbak mmHg, Nadi: 78 x/menit, Suhu:
Bayuh 36,5oC, Respirasi: 18 x/menit. LILA:
24 cm, TFU belum teraba.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
GDS: 100, reduksi urine: negatif,
albumin: negatif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
9 Minggu 3 Hari dengan T/H
intrauterine
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami bahwa
pemeriksaan masih dalam batas
normal, ibu dan suami paham.
2. Memberikan KIE tentang tanda
bahaya kehamilan trimester I, KIE
nutrisi bagi ibu hamil dan membaca
buku KIA, ibu paham
3. Memberikan terapi kepada ibu yaitu
SF 1 x 50 mg (xxx), ibu sudah
mengerti dengan aturan minum obat.
4. Melakukan kunjungan ulang 1 bulan
1 2 3
86
lagi, ibu paham.
Jumat, 20 November S: ibu mengatakan tidak ada keluhan Dokter SpOG
2020 Pukul 19.00 Wita, O: BB: 54 kg, TD: 100/60 mmHg, Nadi:
di Dokter SpOG 80 x/menit, Suhu: 36,5oC, Respirasi:
20 x/menit. LILA: 24 cm.
Hasil USG:
FHB/ FM: +/+
BFD/AC/FL: 22 W 1 D +
Average/EFW: 486 gram
Placenta: Grade I
AK: Normal
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
22 Minggu 1 hari T/H Intrauterine
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
pada ibu dan suami, ibu dan suami
paham.
2. Memberitahukan kunjungan ulang 1
bulan lagi, ibu paham.
3. Melakukan terapi lanjutan yaitu SF 1
x 50 mg, ibu paham.
b. Riwayat kontrasepsi
87
Keluarga Ibu ’MY’ tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung,
1) Data Biologis
maupun saat istirahat. Pola makan ibu selama kehamilan sekarang adalah ibu
makan 3 kali dalam sehari dengan porsi 1/3 nasi, lauk, sayur, dan buah kadang-
kadang. Adapun jenis lauk dan sayur bervariasi setiap harinya. Ibu tidak memiliki
alergi dan pantangan terhadap makanan. Pola minum ibu dalam sehari adalah ibu
minum air mineral sebanyak 6 gelas/hari dan ibu tidak memiliki kebiasaan minum
teh ataupun minuman keras. Pola eliminasi ibu selama sehari antara lain: BAK
lebih kurang 5-6 kali/ hari dengan warna kuning jernih, BAB 1-2 hari sekali,
konsistensi sering keras dan susah BAB. Pola istirahat Ibu tidur malam 6-7
jam/hari dan ibu terkadang bangun pada malam hari karena harus kencing. Ibu
biasa mandi 2 kali sehari, dan keramas 2 hari sekali. Ibu mengganti pakaianya
2) Data Psikososial
Kehamilan ini diterima dan direncanakan oleh ibu dan suami serta keluarga.
Hubungan ibu dan suami harmonis, serta dengan keluarga lain baik. Suami sangat
3) Data spritual
88
Secara spiritual ibu masih bisa melaksanakan kewajiban untuk sembahyang.
kehamilan atau pantangan selama kehamilan ini dan ibu tidak mengalami masalah
saat beribadah.
4) Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki Ibu ‘MY’ yaitu ibu belum mengetahui tentang
penyebab ibu mengalami susah BAB dengan konsistensi keras. Ibu belum
terdapat pada buku kontrol serta buku KIA, maka dapat ditegakkan diagnosis
yaitu Ibu ‘MY’ umur 24 tahun G1P0A0 UK 23 minggu 5 hari T/H intrauterine,
1. Ibu belum tahu tentang penyebab ibu mengalami susah BAB dengan
konsistensi keras
2020 sampai Mei 2021. Dimulai dari kegiatan pengumpulan data, penyusunan
asuhan pada Ibu “MY” selama kehamilan trimester dua sampai masa nifas, yang
89
diikuti dengan analisa dan pembahasan laporan, sehingga dapat dilaksanakan
seminar hasil laporan kasus serta dilakukan perbaikan pada lampiran laporan ini.
Tabel 11
Kegiatan Kunjungan Dan Asuhan Yang Akan Diberikan Pada Ibu “MY” Dari
Kehamilan TW II Sampai 42 Hari Masa Nifas
1 2
90
6) Memfasilitasi ibu melakukan cek Hb trimester
III,
7) Membantu ibu dalam persiapan persalinan.
91
(KF-2) serta asuhan pada nenonatus ibu
KN-2) pada hari ke-7 6) Memantau tali pusat bayi dalam keadaan
bersih dan kering
7) Memfasilitasi bayi mendapatkan imunisasi
Minggu ke-4 bulan Maret sampai 1) Memantau TRIAS nifas
minggu ke-2 bulan Mei 2021 2) Memantau kebersihan bayi
Memberikan asuhan kebidanan Ibu 3) Memantau adanya tanda bahaya pada
nifas (KF 3) serta pada Neonatus neonatus
(KN 3) 4) Memantau kecukupan ASI pada bayi.
5) Memantau pemenuhan nutrisi dan
istirahat ibu
6) Melakukan evaluasi adanya masalah pada
neonatus
7) Melakukan evaluasi pada masalah yang
dihadapi ibu selama nifas.
8) Memfasilitasi Ibu dalam menggunakan alat
kontrasepsi.
92
BAB IV
A. Hasil
dan data sekunder didapatkan melalui hasil dokumentasi buku KIA serta buku
kontrol Dokter SpOG ibu ‘MY’. Penulis mengikuti perkembangan dari kehamilan
trimester II dan III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta neonatusdi
Puskesmas Mengwi I.
1. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu “MY” beserta janinnya selama masa
Penulis pertama kali bertemu ibu “MY” saat ibu melakukan kunjungan
pengkajian data sekunder yang diambil dari buku KIA dan buku kontror di Dokter
memberikan penjelasan kepada ibu dan suami. Setelah diberikan penjelasan, ibu
sampai 42 hari masa nifas beserta bayinya. Asuhan Pertama kali diberikan kepada
ibu “MY” 2 Desember 2020, berikut asuhan kebidanan kehamilan yang sudah
diberikan:
Tabel 12
Catatan Perkembangan Ibu ‘MY’ beserta Janinnya yang Menerima Asuhan
Kebidanan selama masa kehamilan secara Komprehensif di Puskesmas Mengwi I
94
1 2 3
2. Memberikan KIE tentang tanda dan bahaya Ni Nengah
kehamilan trimester II, ibu paham dan dapat Sunarti
mengulang kembali.
3. Memeberikan KIE tentang penyebab ibu
mengalami BAB yang kurang lancar dengan
konsistensi keras, ibu paham.
4. Menyarankan ibu untuk rutin mengkonsumsi sayur
dan buah setiap hari, ibu mengerti.
5. Menyarankan ibu untuk minum air putih 8-10
gelas setiap hari, ibu mengerti dan bersedia
mengikuti saran yang diberikan
6. Menyarankan ibu untuk minum air hangat di pagi
hari untuk merangasang peristaltic usus, ibu
mengerti dan bersedia
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
8. Memberikan terapi obat: SF 1x50 mg dan Kalk
1x500 mg, ibu bersedia meminum obat sesuai
dengan anjuran petugas.
9. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang pada tanggal 2 januari 2021, ibu
paham.
10. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan buku
KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan sudah
terdokumentasi dengan baik dan lengkap.
Sabtu, 23 Januari S: ibu tidak ada keluhan Bidan
2021, 09.00 Wita, O: Keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis Ni Nengah
di Puskesmas Pemeriksaan antopometri: BB: 53,5 kg, Sunarti
Mengwi I Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg,
S: 36,6 °C, N: 80 x/mnt, R: 16 x/mnt,
Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
1 2 3
95
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
putting susu menonjol, dan kolostrum belum
keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas
opersi. McD 26 cm, TBBJ: 2325 gram,
Leopold I: : TFU setengah pusat px, teraba 1
bagian besar buundar lunak pada fundus
Leopold II: teraba 1 bagian keras memanjang dan
terdapat seperti tahanan pada sisi kiri perut ibu.
Teraba bagian-bagian kecil janin pada sisi kanan
perut ibu.
Leopold III: Teraba satu bagian bulat keras pada
perut bawah ibu dan masih dapat digoyangkan
DJJ: 137 x/menit, kuat dan teratur.
7. Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 30 minggu 6
hari T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa hasilnya dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III, ibu mengerti dan dapat
menyebutkan kembali.
3. Memberikan KIE tentang senam hamil, ibu
mengikuti dan meminta untuk diajari/ dibimbing di
rumah.
4. Memberikan KIE tentang nutrisi ibu hamil
1 2 3
trimester III, ibu mengerti.
96
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang Bidan
mematuhi protokol COVID-19, ibu dan suami Ni Nengah
paham. Sunarti
6. Memberikan ibu terapi suplemen SF 1x 50 mg
(xxx), Vitamin C 1x 60 mg (xxx), Kalk 1x500 mg
(xxx), ibu bersedia mengonsumsi obat sesuai
anjuran bidan.
7. Menginformasikan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 1 bulan lagi, ibu paham dan
bersedia.
8. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan
buku KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan
sudah terdokumentasi dengan baik dan
lengkap.
Jumat, 19 S: ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak Bidan
Februari 2021, ada keluhan Ni Nengah
pukul 09.30 Wita, O: Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis Sunarti
di Puskesmas Pemeriksaan antopometri: BB: 56 kg,
Mengwi I Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 123/66 mmHg,
S: 36,5 °C, N: 80 x/mnt, R: 18 x/mnt,
Pemeriksaan fisik head to toe:
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
putting susu menonjol, dan kolostrum belum
keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
1 2 3
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas Bidan
97
opersi, McD 29 cm, TBBJ: 2480 gram. Palpasi
abdominal dengan teknik leopold:
Leopold I: TFU 3 jari dibawah px, teraba 1 bagian
besar bundar lunak pada fundus
Leopold II: teraba 1 bagian keras memanjang dan Ni Nengah
terdapat seperti tahanan pada sisi kiri perut ibu. Sunarti
Teraba bagian-bagian kecil janin pada sisi kanan
perut ibu.
Leopold III: Teraba satu bagian bulat keras pada
perut bawah ibu dan tidak dapat digoyangkan
Leopold IV: tangan pemeriksa konvergen
Auscultasi DJJ: 145 x/menit, kuat dan teratur.
7. Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 34 minggu 5
hari T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
2. Membarikan KIE kepada ibu tentang tanda-tanda
persalian dan tanda bahaya persalinan, ibu
mengerti dan dapat menyebutkan kembali.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang P4K,
ibu mengerti dan buku KIA telah terisi dibagian
P4K.
4. Mengingatkan kembali tentang istirahat dan tidur
yang cukup, ibu mengerti.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang kontrasepsi
setelah persalinan, ibu mengerti dan akan
mendiskusikan dengan suami
6. Memberikan KIE kepada ibu tentang IMD, ibu
paham.
1 2 3
7. Memberikan terapi suplemen kepada ibu SF 1x50
98
mg (x), Vitamin C 1x50 mg(x), ibu akan meminum
suplemen sesuai anjuran yang diberikan.
8. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi suplemen
tidak bersamaan dengan teh, kopi, dan susu.
9. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
10. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kontrol ulang 1 minggu lagi atau segera datang ke
fasyankes terdekat jika terdapat keluhan
11. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan
buku KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan
sudah terdokumentasi dengan baik dan
lengkap.
Jumat, 12 Maret S: ibu mengatakan 2 hari yang lalu sempat keluar Bidan
2021, pukul 10.00 darah/ flek tapi hanya sekali, disertai sakit perut. Ni Nengah
Wita, di Keluhan berkurang setalah ibu beristirahat/ Sunarti
Puskesmas berbaring.
Mengwi I O: Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis
Pemeriksaan antopometri: BB: 56 kg,
Pemeriksaan tanda- tanda vital: TD: 110/70
mmHg, S: 36,5 °C, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt.
Pemeriksaan fisik head to toe:
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
1 2 3
99
putting susu menonjol, dan kolostrum sudah keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas
operasi, McD 30 cm, TBBJ: 2790 gram. Palpasi
abdominal dengan teknik leopold:
Leopold I: TFU 2 jari dibawah px, pada bagian fundus
teraba 1 bagian bundar dan lunak.Leopold II: Pada
sisi kiri perut ibu teraba satu bagian keras, datar
memanjang seperti terasa ada tahanan, sedangkan
pada kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
janin.
Leopold III: pada bagian bawah perut ibu teraba satu
bagian bulat, keras dan tidak dapat digoyangkan.
Leopod IV: Posisi tangan pemeriksa konvergen
DJJ: 148 x/menit, kuat dan teratur.
7.Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 38 minggu
Preskep U Puki T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
2. Menginformasikan kepada ibu tentang mengurangi
aktivitas ibu agar ibu tidak terlalu lelah, ibu
mengerti
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda-tanda
persalian dan tanda bahaya persalinan dan P4K, ibu
paham
4. Memingatkan ibu untuk memantau gerakan janin,
ibu paham.
5. Mengingatkan ibu untuk melakukan senam hamil,
ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
6. Memberikan terapi suplemen kepada ibu SF 1x50
mg (x), Vitamin C 1x60 mg (x)
1 2 3
100
7. Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi suplemen Bidan dan Ni
tidak bersamaan dengan teh, kopi, dan susu. Nengah
8. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu Sunarti
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
9. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kontrol ulang 1 minggu lagi atau segera datang ke
fasyankes terdekat jika terdapat keluhan.
10. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan buku
KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan sudah
terdokumentasi dengan baik dan lengkap.
2. Penerapan asuhan kebidanan kepada ibu “MY” beserta bayi baru lahir selama
masa persalinan
Data persalinan serta bayi baru lahir penulis peroleh dengan melalui observasi
berlangsung normal dan tidak ada kegawatdaruratan serta keadaan patologis. Ibu
kala I sampai dengan kala IV. Kala I persalinan yang dapat diamati penulis
berlangsung 6 jam 15 menit dari fase laten sampai fase aktif dengan dilatasi
serviks 2 cm, kala II berlangsung selama ± 1 jam tanpa adanya penyulit dan
dan kala IV berlangsung selama 2 jam postpartum tanpa adanya penyulit. Secara
keseluruhan kondisi ibu dalam batas normal dan tidak terdapat penyulit. Asuhan
Tabel 13
101
Catatan Perkembangan Ibu “MY” beserta Bayi Baru Lahir yang Menerima
Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan di Puskesmas Mengwi I
102
ketuban(-) jernih, presentasi kepala, moulase 0, Sunarti
penurunan setinggi pinggir bawah simfisis
(Hodge II), tidak teraba bagian kecil dan tali
pusat, kesan panggul normal. Kertas lakmus
(+),pada anus tidak ada haemoroid
Pemeriksaan ekstremitas pada ekstremitas bawah
tidak ada oedema
A: Ibu. “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala I fase laten + RKA.
Masalah :
Ibu dan suami mengatakan cemas karean sudah
keluar air pervagina
P:
Pukul 05.00 1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
Wita mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengtahui dan dapat menerima hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan mengenai tindakan yang
akan dilakukan, Ibu dan suami mengetahui dan
menyetujui tindakan dan bersedia tanda tangan
pada informed consent.
3. Melakukan kolaborasi pemeriksaan
laboratorium pada ibu, ibu paham. Petugas
4. Memfasilitasi kebutuhan ibu bersalin dengan laboratorium
melibatkan pendamping, seperti:
a. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu, Ibu
minum setengah gelas teh manis dan ibu
makan satu potong roti
b. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri dengan
mengajarkan ibu melakukan nafas relaksasi,
Ibu dapat mengatur nafas dan ibu terlihat lebih
tenang
1 2 3
103
c. Mengajarkan suami untuk melakukan massase Ni Nengah
pada pinggul ibu, suami dapat melakukan Sunarti
massase
d. Memfasilitasi kebutuhan eliminasi ibu, ibu
dapat berkemih ibu diatas tempat tidur dengan
menggunakan pispot, urine yang tertampung
150 cc.
5. Menginformasikan kepada ibu teknik, meneran
yang efektif, Ibu mengetahui dan bersedia
melakukannya
6. Memfasilitasi ibu mengenai kebutuhan posisi
bersalin, ibu memilih posisi bersalin dengan
posisi setengah duduk.
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
8. Membantu menyiapkan peralatan partus, obat,
alat perlindungan diri (APD), Alat sudah
lengkap dan tersusun secara ergonomis.
9. Memantau kesejahteraan ibu dan janin serta
kemajuan persalinan pada lembar observasi,
dokumentasi telah dilakukan.
Jumat, 19 S: Ibu mengeluh sakit perut semakin keras dan
Maret 2021, ibu merasa keluar air merembes dari jalan lahir
08.45 Wita, di semakin banyak. Bidan Ni
Ruang Bersalin O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran Nengah Sunarti
Puskesmas composmentis, keadaan emosi stabil, suhu
Mengwi I 36˚C, TD 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
respirasi 20 x/menit, his 3 kali dalam 10 menit
durasi 30 detik, perlimaan 3/5, DJJ 142
x/menit kuat dan teratur. Hasil pemeriksaan
laboatorium yaitu WBC: 9,3; Hb : 11,7 gr/dl;
GDS: 86 gr% ; Rapid test: non reaktif.
Pemeriksaan genetalia: inspeksi pada vulva
1 2 3
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.
104
Pada vulva tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi seperti kemerahan, bengkak ataupun Bidan dan Ni
nyeri, pada vagina tidak ada massa, porsio Nengah Sunarti
lunak, pembukaan 3 cm, (efficement) 25%,
ketuban (-) jernih, presentasi kepala,
denominator ubun-ubun kecil (UUK)
melintang, moulase 0, penurunan setinggi
pinggir bawah simfisis (Hodge II), tidak
teraba bagian kecil dan tali pusat, kesan
panggul normal.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu 4 preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala I fase laten
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui hasil pemeriksaan.
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu, ibu
paham.
2. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri dengan
mengajarkan ibu melakukan nafas relaksasi,
Ibu dapat mengatur nafas dan ibu terlihat lebih
tenang. Mengajarkan suami untuk melakukan
massase pada pinggul ibu, suami dapat
melakukan massase.
3. Kolaborasi dengan dr jaga, advice dokter
pasang infus RL 28 TPM, infuse telah
terpasang di tangan kiri pasien dan menetes
lancar
4. Memberikan terapi amoxcilin 500 mg per oral,
obat telah diminum oleh ibu.
5. Melakukan dokumentasi pada lembar
observasi, dokumentasi telah dilakukan.
1 2 3
Jumat, 19 S: Ibu mengeluh sakit perut semakin keras dan Bidan Ni
Maret 2021, ingin mengedan. Nengah Sunarti
105
10.30 Wita, di O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran
Ruang Bersalin commposmentis, keadaan emosi stabil, his 5
Puskesmas kali dalam 10 menit durasi 45 detik, perlimaan
Mengwi I 3/5, DJJ 150 x/menit kuat dan teratur.
Inspeksi: terdapat peningkatan pengeluaran
lendir bercampur darah dan tampak dorongan
pada anus, vulva membuka, perineum
menonjol dan perineum pucat dan kaku.
Pemeriksan dalam: porsio tidak teraba,
pembukaan lengkap, selaput ketuban sudah
pecah, warna jernih, berbau amis, tidak
tercampur mekonium, denominator UUK
depan, moulase 0, penurunan hodge III, tidak
teraba bagian kecil dan tali pusat.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala II
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menyiapkan ibu posisi bersalin saat kepala
sudah di dasar panggul, Ibu mengatakan
nyaman dengan posisi setengah duduk.
3. Memimpin ibu untuk meneran, Ibu bisa
meneran dengan efektif.
4. Mengobservasi kesejahteraan janin disela-sela
his, DJJ 140 x/menit kuat dan teratur
5. Memfasilitasi kebutuhan minum ibu, Ibu dapat
minum teh manis.
6. Melakukan episiotomi karena perineum tampak
kaku, episiotomi sudah dilakukan
1 2 3
106
7. Menolong persalinan sesuai APN, Bayi lahir
pada tanggal 19 Maret 2021 pada pukul 11.30 Bidan Ni
Wita, segera menangis, gerak aktif, A-S: 8-9 Nengah Sunarti
dan jenis kelamin perempuan, kelainan tidak
ada, anus ada.
8. Menjaga kehangatan bayi dengan cara
mengeringkan dan menyelimuti bayi
9. Bayi diletakkan pada perut ibu dan diselimuti.
1 2 3
4. Menjepit dan memotong tali pusat, Tidak ada
107
perdarahan tali pusat. Bidan dan Ni
5. Meletakkan bayi di dada ibu untuk IMD, bayi Nengah Sunarti
telah diposisikandan bayi dalam keaadan
nyaman dalam dekapan ibu
6. Melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali
(PTT), Plasenta lahir spontan kesan lengkap
pukul 11.35 Wita.
7. Melakukan massase fundus uteri, Kontraksi
uterus baik.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta, Plasenta
dalam keadaan utuh dan kesan lengkap tidak
ada kalsifikasi
Jumat, 19 S: Ibu mengatakan lega plasenta sudah lahir. Bidan Ni
Maret 2021, O: Ibu: Keadaan umum ibu baik, kesadaran Nengah Sunarti
Pukul 11.35 komposmentis, keadaan emosi stabil, suhu
Wita, di Ruang 36,5˚C, TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
Bersalin respirasi 20 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat,
Puskesmas kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak
Mengwi I penuh, terdapat laserasi grade II (mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perinium serta otot
perinium), perdarahan tidak aktif.
Bayi: tangis kuat, gerak aktif dan kulit kemerahan,
BBL: 3100 gram, PB: 50 cm,lingkar kepala 33
cm, lingkar dada 34 cm
A: Ibu ”MY” umur 24 tahun P1001 Pspt.B
persalinan kala IV + laserasi grade II +
Neonatus aterm dalam masa adaptasi.
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui dan dapat menerima hasil
pemeriksaan.
1 2 3
108
2. Melakukan informed consent kepada ibu dan Bidan Ni
suami bahwa akan dilakukan penjahitan Nengah Sunarti
perinium, Ibu dan suami setuju.
3. Memantau kemajuan IMD, Bayi terlihat
mencium dan menjilat tangannya.
4. Menyuntikkan lidocain 1 % pada robekan jalan
lahir yang akan di jahit, Tidak ada reaksi alergi.
5. Melakukan penjahitan pada laserasi grade II di
mukosa vagina, kulit perineum dan otot
perineum, Penjahitan sudah dilakukan secara
jelujur dan tidak ada perdarahan aktif.
6. Mengevaluasi jumlah darah yang keluar,
Perdarahan ± 150 cc.
7. Membersihkan ibu, lingkungan dan
dekontaminasi alat. Ibu, lingkungan dan alat
sudah bersih.
8. Membimbing ibu dan suami untuk melakukan
massase fundus uteri, Ibu dan suami dapat
melakukannya.
9. Melakukan pemantauan kala IV yaitu tekanan
darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, darah
yang kelur dan kandung kemih, Hasil terlampir
pada partograf.
Jumat, 19 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 1 Jam
Maret 2021, S: Bayi dalam keadaan hangat dan bayi Bidan Ni
Pukul 11.35 berhasil dilakukan IMD ± 1 jam. Nengah Sunarti
Wita, di Ruang O: Bayi menangis kuat, gerak aktif, kulit
Bersalin kemerahan, sudah BAB dan belum BAK.
Puskesmas A: Bayi Ibu “MY” umur satu jam neonatus cukup
Mengwi I bulan dalam masa adaptasi.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan suami, Ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksan.
1 2 3
11.45 Wita 2. Melakukan informed consent kepada ibu dan Bidan dan Ni
109
suami bahwa bayi akan disuntikkan vitamin K Nengah Sunarti
dan dioleskan salep mata, Ibu dan suami
mengetahui tujuan pemberian vitamin K dan
salep mata, Ibu dan suami bersedia.
3. Memberikan salep mata gentamycin 1 % pada
konjungtiva mata kiri dan kanan, Tidak ada
reaksi alergi.
4. Menyuntikkan vitamin K (Neo-K) 1 mg
sebanyak 0,5 ml secara IM disuntik dipaha
kiri, Tidak ada reaksi alergi dan tidak ada
perdarahan.
5. Melakukan perawatan tali pusat, tidak ada
perdarahan tali pusat dan terbungkus dengan
kassa steril
6. Memakaikan pakaian bayi, Bayi dalam
keadaan hangat dan nyaman.
7. Membimbing ibu menyusui dengan benar
dalam posisi tidur, Ibu dapat menyusui
bayinya dengan benar.
8. Memberikan KIE pada ibu tentang:
a Tanda bahaya bayi baru lahir, Ibu mengerti
dan sudah mengetahui tanda bahaya bayi baru
lahir.
b Cara menjaga bayi agar tetap hangat, Ibu
memahami cara menjaga bayi agar tetap
hangat.
c Memberikan KIE kembali tentang ASI
eksklusif dan manfaatnya, ibu mengerti dan
akan memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya.
9. Menyuntikan vaksin hepatitis B 0,5 cc secara
IM pada anterolateral paha kanan bayi 1 jam
setelah pemberian vitamin K, tidak terjadi
1 2 3
perdarahan dan reaksi alergi
10. Melakukan pendokumentasian pada
110
partograf, tercatat dalam partograf.
Jumat, 19 Maret S: ibu merasa lebih segar dan lelah telah Bidan Ni
2021, Pukul berkurang Nengah Sunarti
13.35 Wita, di O: KU: baik, kesadaran: composmentis, TD:
Ruang Bersalin 110/80 mmHg, S: 37 oC, N: 80x/ menit, R:
Puskesmas 20x/ menit, payudara: sudah keluar kolostrum,
Mengwi I TFU: 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan tidak
aktif. Data bayi: gerak aktif, tangis kuat.
A: Ibu ‘MY’ umur 24 tahun P1001 PsptB+ 2 jam
postpartum + neonatus cukup bulan dalam
masa adaptasi
P:
1. Menjelaskan kondisi ibu dan bayi
berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dan
suami mengerti.
2. Membantu ibu dalam pemenuhan nutrisi, ibu
makan 1 piring nasi campur.
3. Memberikan terapi Amoxicilin 3x500 mg,
Paracetamol 3x500 mg, SF 1x200 mg,
Vitamin A 2x 200.000 IU obat diberikan dan
tidak ada reaksi alergi.
4. Memberikan KIE tentang perawatan luka
perineum dengan tidak cebok menggunakan
air hangat, mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh area jahitan, ibu paham
dan bersedia melakukannya.
5. Memberikan KIE tentang personal hygiene,
ibu paham dan akan melakukannya
6. Memindahkan ibu dan bayi ke Ruang Nifas,
ibu dan bayi menjalani rawat gabung.
1 2 3
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami Bidan Ni
paham dan akan melakukannya Nengah Sunarti
111
8. Melakukan pendokumentasian, dokumentasi
terlampir.
3. Penerapan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42
hari
Asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42 hari berjalan
fisiologis. Adapun asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” yang telah
Tabel 14
Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ibu “MY” Selama 42 Hari Masa Nifas secara
Komprehensif di Ruang Nifas Puskesmas Mengwi I
dan Rumah Ibu “MY”
112
Suhu: 36,6o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih tidak penuh, perdarahan tidak aktif,
pengeluaran lokia rubra, jahitan perineum utuh,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
perineum. Bidan Ni
A: Ibu “MY” Umur 24 Tahun P1001 postpartum 6 Nengah Sunarti
jam
P:
1. Menginformasikan kondisi ibu berdasarkan
hasil pemeriksaan, ibu dan suami
memahaminya.
2. Mengajarkan ibu dan suami melakukan pijat
oksitosin, ibu dan suami dapat melakukannya
3. Menjelaskan pada ibu tentang senam nifas
yaitu senam kegel, ibu paham dan akan
melakukannya nanti saat nyeri pada jahitannya
sudah berkurang.
4. Memberikan KIE pada ibu tentang pola nutrisi
dan cairan yang baik selama masa nifas dan
menyusui, ibu paham dan bersedia
5. Memberikan KIE tentang pola istirahat yang
baik selama masa nifas dan menyusui serta
menganjurkan ibu untuk ikut istirahat saat bayi
tertidur.
1 2 3
6. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas dan
menganjurkan ibu agar segera ke fasililas
kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu dan
suami paham dan akan melakukannya.
7. Mengimbau ibu untuk lebih banyak mobilisasi
113
guna mempercepat proses penyembuhan, ibu
paham dan bersedia melakukannya.
8. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI
eksluksif, ibu paham dan akan memberikan
ASI secara ekslusif pada bayinya.
9. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
10. Mengingatkan ibu untuk membaca kembali
buku KIA tentang perawatan masa nifas
halaman 13-18, ibu mengerti
Minggu 21 KF 2 Ni Nengah
Maret 2021, S: Ibu mengatakan nyeri luka jaritan sudah Sunarti
Pukul: 09.00 berkurang, ibu sudah menyusui bayinya secara
Wita, ondemand dan tanpa pemberian PASI, pola
Kunjungan nutrisi ibu mengatakan makan 3-4 kali sehari
Rumah dengan porsi 1 piring sedang dengan komposisi
lengkap dan ibu rutin ngemil roti, buah dan
biskuit di sela-sela makan, ibu minum air putih
12-13 gelas sehari, pola eliminasi ibu BAB 1
kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari, pola
istirahat tidur malam 6-7 jam dan bangun tiap
kali bayi menangis untuk menyusui bayinya dan
mengganti popok , ibu ikut tidur saat bayi tidur
dan suami ibu juga selalu membantu ibu dalam
mengganti popok dan menjaga bayi terutama
saat ibu sedang istirahat. Ibu mengatakan belum
berani memandikan bayi, sementara masih
1 2 3
dbantu oleh mertua. Ibu mengatakan ASI keluar
lancar, ibu mengatakan pengeluaran pervaginam Ni Nengah
darah tapi sudah sedikit.Ibu mengatakan sudah Sunarti
rutin minum suplemen dan obat yang diberikan
oleh petugas.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
110/80 mmHg, nadi: 80x/menit, R: 16x/menit,
114
Suhu: 36,3o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: 3 jari Ni Nengah
bawah simfisis, kontraksi uterus baik, kandung Sunarti
kemih tidak penuh, perdarahan tidak aktif,
pengeluaran lokia rubra, jahitan perineum utuh,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun P1001 postpartum hari
ke-3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan suami bahwa kondisi ibu dalam batas
normal
2. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya
masa nifas dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberi ASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
4. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri terutama area genetalia, ibu paham dan akan
melakukannya
1 2 3
Selasa, 21 April KF 3
2021,Pukul: S: Ibu mengatakan sudah mengalami menstruasi Ni Nengah
14.00 Wita, lagi. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya Sunarti
Kunjungan secara ondemand dan tanpa pemberian PASI
Rumah serta ASI ibu keluar lancar, tidak ada
pembengkakan pada payudara, pola nutrisi ibu
mengatakan makan 3-4 kali sehari dengan porsi
1 piring sedang dengan komposisi lengkap dan
115
ibu rutin ngemil roti, buah dan biskuit di sela-
sela makan, ibu minum air putih 12-13 gelas
sehari, pola eliminasi ibu BAB 1 kali sehari dan
BAK 4-5 kali sehari, pola istirahat tidur malam
6-7 jam dan bangun tiap kali bayi menangis
untuk menyusui bayinya dan mengganti popok ,
ibu ikut tidur saat bayi tidur dan suami ibu juga
selalu membantu ibu dalam mengganti popok
dan menjaga bayi terutama saat ibu sedang
istirahat. Ibu sudah bisa mobilisasi dengan bebas
dan nyeri di luka jahitan perineum hanya
kadang- kadang saat ibu merasa lelah.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
120/80 mmHg, nadi: 80x/menit, R: 18x/menit,
Suhu: 36,5o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara Ni Nengah
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak Sunarti
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: tidak
teraba, kandung kemih tidak penuh, dari vagina
keluar darah seperti menstruasi, jahitan
perineum utuh, tidak ada tanda-tanda infeksi
pada luka jahitan perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 Tahun P1001 postpartum
hari ke-33
P:
1 2 3
116
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu Bidan dan Ni
dalam batas normal, ibu dan suami paham. Nengah Sunarti
2. Memberiakan KIE pada ibu, bahwa alat
reproduksi sudah kembali normal ditandai
dengan sudah menstruasi lagi ,ibu mengerti
3. Memberikan KIE dengan lembar balik tentang
alat kontrasepsi yang bias dipilih ibu tanpa
mengganggu produksi ASI, ibu mengerti dan Bidan dan Ni
mengatakan akan menggunakan AKDR Nengah Sunarti
4. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui
ondemand , ibu paham
5. Mengingatkan ibu untuk selalu makan gizi
seimbang untuk kesehatan ibu dan
mempertahankan produksi ASI, ibu mengerti
dan bersedia
6. Mengingatkan ibu untuk rutin menimbang
berat badan bayinya setiap bulan, ibu mengerti
dan akan melakukannya
7. Mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi
dasar pada bayi, ibu paham dan bersedia
8. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
117
roti, buah dan biskuit di sela-sela makan, ibu Nengah Sunarti
minum air putih 12 gelas sehari, pola eliminasi
ibu BAB 1 kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari,
pola istirahat tidur malam 6-7 jam .Ibu sudah
melaksanakan aktifitas seperti mencuci,
menyapu, dan meyetrika. Ibu sudah tidak merasa
nyeri di perineum.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
120/80 mmHg, nadi: 78x/menit, R: 18x/menit,
Suhu: 36,7o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak
adaoedema, bibir lembab, leher normal,
payudara bersih, puting susu menonjol keluar
dan tidak ada lecet pengeluaran kolostrum,
TFU: tidak teraba, kandung kemih tidak
penuh,jahitan perineum utuh, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka jahitan perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 Tahun P1001 postpartum
hari ke- 39
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu
dalam batas normal, ibu dan suami paham..
2. Memberi KIE tentang alat kontrasepsi AKDR
antara lain, manfaat, efek samping, lama
pemakaian dan hal-hal yang harus
diperhatikan, ibu dan suami paham
3. Melakukan informd consent, ibu dan suami
mengerti. Blanko informd consent sudah
ditanda tangani oleh ibu dan suami
4. Melakukan pemeriksaan fisik dan
ginekologi,tidak ada kelaian
1. Memasang AKDR coper T, alat kontrasepsi
sudah terpasang dan benang IUD sudah
1 2 3
dipotong Bidan dan Ni
2. Melakukan kolaborasi dokter jaga dengan Nengah Sunarti
118
pemberian therapy amoxicillin 3x500 mg (x)
dan asam mefenamat 3x500mg (x), ibu sudah
paham cara minum obat
3. Menyarankan ibu untuk control 1 minggu lagi
atau sewaktu waktu bila ada tanda bahaya
seperti kram perut atau perdarahan pervagina,
ibu mengerti dan bersedia
4. Melakukan pendokumentasian, data dan hasil
asuhan sudah tercatat pada register KB dan
kartu KB
5. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
Asuhan kebidanan pada bayi ibu “MY” sampai dengan 42 hari berlangusng
pada bayi ibu “MY” yang telah penulis berikan diuraikan sebagai berikut
Tabel 15
Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ibu “MY” Selama 42 Hari secara
Komprehensif
119
konjungtiva merah muda, bibir lembab,reflek
rooting positif, reflek sucking positif, reflek
swallowing positif, hidung bersih, telinga
simetris dan bersih, leher normal, reflek tonic nect
positif, dada simetris dan tidak ada retraksi dada,
reflek moro positif, reflek genggam positif,
jumlah jari tangan lengkap, perut normal tidak
ada distensi, tali pusat kering dan bersih serta
tidak ada tanda-tanda infeksi, alat genetalia
normal dan tidak ada pengeluaran, anus (+),
turgor kulit baik, jumlah jari kaki lengkap, reflek
babinski positif ikterus (-) ,
A: Neonatus cukup bulan dalam masa adaptasi hari
pertama
P:
1. Menginformasikan kondisi bayi berdasarkan
hasil pemeriksaan, ibu dan suami memahaminya
2. Membimbing ibu cara melakukan perawatan tali
pusat, ibu paham dan dapat melakukannya.
Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda bahaya
pada bayi baru lahir dan neonatus serta
mengimbau agar segera ke fasilitas kesehatan
jika hal tersebut terjadi, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
3. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi dan pemberian ASI tiap
minimal 2 jam, ibu bersedia melakukannya
4. Mengingatkan ibu dan suami untuk selalu
mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah menyusui serta saat
1 2 3
120
merawat tali pusat, serta selalu menggunakan
masker. Ibu dan suami mengerti dan akan Bidan dan Ni
melakukannya. Nengah Sunarti
5. Mengimbau agar segera ke fasilitas kesehatan
jika hal tersebut terjadi, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
6. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi dan pemberian ASI tiap
minimal 2 jam, ibu bersedia melakukannya
7. Mengingatkan ibu dan suami untuk selalu
mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah menyusui serta saat
merawat tali pusat, serta selalu menggunakan
masker. Ibu dan suami mengerti dan akan
melakukannya.
8. Mengingatkan ibu untuk membaca kembali
buku KIA perawatan bayi baru lahir dan
neonatus halaman 35-39, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
Senin 21 Maret KN 2
2021, Pukul: S: Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu, minum Bidan dan Ni
10.00 Wita. Br ASI setiap 1-2 jam sekali, BAK 7-8 kali sehari Nengah
Pande Mengwi dan BAB 3-4 kali dengan warna sudah Sunarti
kekuningan dan konsistensi lembek, pola tidur
16-18 jam sehari, dan ibu “MY” mengatakan saat
ini bayi terlihat seperti kuning pada daerah dahi
dan tulang hidung.
O: Keadaan umum bayi baik, HR : 135x/ menit, RR:
38x/ menit, S: 36,8oC. tampak kuning pada muka
dan leher.
A: Neonatus cukup bulan dalam masa adaptasi umur
3 hari
P:
1. Menjelaskan kepada ibu dan ayah bayi, bahwa
1 2 3
kondisi kuning pada bayi masih dalam batas Ni Nengah
121
normal,namun jika kuning bertambah keras Sunarti
sampai di lutut/kaki agar memeriksakan bayi ke
faskes terdekat. Ibu dan ayah bayi mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu dan ayah bayi cara
memeriksa kuning pada bayi, ibu dan ayah bayi
mengerti
3. Menjelaskan kepada ibu tentang pijat bayi dan
memberikan ibu video pijat bayi yang
dapatdilakukan ibu, ibu memahaminya
4. Memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang
imunisasi dasar pada bayi, ibu dan suami
paham.
5. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberi ASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
6. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda- tanda
bahaya neonatus dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan akan melakukannya.
7. Melakukan pendokumentasian, data sudah
ditulis pada buku KIA
Rabu, 24 Maret KN 2
2021 pk S. Ibu mengatakan bayinya kuning sampai ke kaki Ni Nengah
08.00wita dan minum ASI tidak adekuat melalui komunikasi Sunarti
telepon
P. Menyarankan ibu untuk mengajak bayi periksa ke
puskesmas. Ibu dan suami mengajak bayi ke
Puskesmas, dinyatakan icterus Kramer 4(data di
buku KIA. Bayi dirujuk ke poliklinik anak RSD
Mangusada
Ruang NICU S. Ibu mengatakan mengetahui bayi mengalami
RSD kuning sampai ke kaki sejak tadi pagi.
1 2 3
Mangusada O. Kulit tampak kuning dari wajah sampai telapak Dokter SpA,
Pk.14.00 wita kaki,gerak aktif,tangis kuat. Berat badan 2900 Bidan
gram, suhu 36,8ºC,HR 130x/menit, RR Ni Nengah
122
34x/menit. Bilirubin total:18,27, bilirubin direct Sunarti
0,43
A. Neonatus cukup bulan umur 5 hari dengan
neonatal jaundice
P.
1. Menjelaskan tata tertib ruangan, ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi
dan rencana fototherapy,ibu mengerti
3. Melaksankan therapy dokter SpA: foto therapy
dobel LED 1x24 jam
4. Menyiapkan bayi untuk foto therapy;bayi dan
alat fototherapy sudah siap
5. Melakukan fototherapy, bayi sudah di dalam
alat dobel LED, lampu menyala dengan baik,
probe suhu sdh terpasang
6. Memberi minum bayi setiap bayi haus, reflek
isap baik, mampu minum 25 cc setiap kali
minum (setiap 2 jam)
25 maret 2021 S. -
pukul 17.00 O. Kondisi bayi stabil, gerak aktif, kuning sudah
wita berkurang, hanya tersisa kuning pada sclera Dokter SpA,
mata. Suhu 36,7ºC,HR 130x/menit, RR Bidan, Ni
34x/menit. Bilirubin total, bilirubin direct: Nengah Sunarti
A. Neonatus aterm umur 6 hari
P.
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayi, ibu
bisa menerima penjelasan petugas.
2. Kolaborasi dengan dr SpA, bayi boleh pulang,
control 1minggu lagi (kamis,2 april 2021)
3. Memberi KIE tentang perawatan bayi di rumah,
ibu mengerti
1 2 3
4. Menyarankan ibu agar tetap menyusi ondemand
ibu mengerti
5. Waspada kemungkinan kuning berulang ibu
mengerti
123
6. Menyiapkan bayi untuk pulang, bayi pulang
dijemput ibu dan ayah bayi
Selasa, 6 April KN 3
2020, Pukul: S: Ibu mengatakan bayi kuat menyusu. BAK 6-7 Bidan dan Ni
10.10 Wita kali sehari Nengah Sunarti
Puskesmas O: Hasil pemeriksaan BB: 3200 gram, PB: 50 cm,
Mengwi I Suhu: 36,70 C, ikterus (-).
A: Neonatus cukup bulan sehat umur 18 hari
P:
1. Memberikan KIE tentang tujuan imunisasi efek
samping serta cara mengatasinya, ibu dan suami
mengerti dan akan melakukannya
2. Memberikan imunisasi BCG dan Polio 1,
imunisasi telah diberikan.
3. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
4. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda- tanda
bahaya neonatus dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan akan melakukannya.
B. Pembahasan
Pembahasan pada laporan tugas akhir ini penulis memaparkan mengenai hasil
penerapan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu ‘MY’ dari umur
kehamilan 23 minggu 5 hari sampai 42 hari masa nifas. Hasil Penerapan asuhan
kebidanan pada ibu “MY” beserta janinnya selama masa kehamilan dari umur
kehamilannya sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester kedua dan tiga
kali pada trimester ketiga, sebelum diberikan asuhan ibu “MY” telah melakukan
124
pemeriksaan kehamilan sebanyak tiga kali pada trimester pertama dan satu kali
antenatal yaitu minimal 6 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada
trimester pertama, dua kali pada trimester kedua dan tiga kali pada trimester
ketiga. Penerapan asuhan yang diberikan telah sesuai dengan pelayanan kesehatan
ibu hamil pada era masa adaptasi baru dalam Kementerian Kesehetan R.I Tahun
2020 salah satunya tercantum mengenai standar pelayanan kesehatan ibu hamil
dimana setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 6 kali selama
standar yaitu 10 T yang meliputi : 1) timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
2) ukur tekanan darah, 3) tentukan status gizi dengan mengukur LiLA, 4) ukur
tinggi fundus uteri, 5) tentukan presentasi janin dan DJJ, 6) skrining status
selama kehamilan, 8) tes laboratorium, 9) tata laksana kasus, 10) temu wicara.
Pelayanan yang didapatkan oleh ibu “MY” telah sesuai dengan kriteria PMK No.
97 tahun 2014 yaitu pelayanan yang diberikan pada ibu hamil harus memenuhi
kriteria 10T.
Keluhan ibu “MY” pada asuhan pertama kali tanggal 2 Desember 2021 adalah
progesterone. Sebab lain adalah pembesaran uterus yang menekan usus sehingga
125
mengurangi motilitas gastrointestinal. Cara untuk mengatasinya adalah minum
cukup minimal 8 gelas sehari, minum air hangat ketika bnagun tidur untuk
Musdalifah, dan Suparmi, 2017). Keluhan ibu “MY” terjadi oleh karena proses
kehamilan itu sendiri ditambah lagi ibu minum air putih hanya 6 gelas per hari
dan tidak suaka makan sayur. Penulis menjelaskan kepada ibu ‘MY” tentang
Tanggal 23 Januari 2021 ibu “MY” belum mengetahui tentang kelas ibu
hamil. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan ibu “MY” tidak pernah mengikuti
kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang
perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/senam ibu hamil. Kelas ibu hamil
berupa kelompok belajar ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Ibu
hamil dapat belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu
dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dilaksanakan secara
pesan di aplikasi whatsap.Senam hamil dan yoga prenatal dilakukan secara tatap
126
Mengwi 1 sebanyak 2 kali dengan hasil pemeriksaan tanggal 25-07-2020 dengan
hasil pemeriksaan yaitu PPT: Positif (+), Hb; 11,3 gr% ,HIV: Non Reaktif, Sifilis:
2020 Gula Darah Sewaktu (GDS): 100, Albumin Negatif, Reduksi urine negatif.
Hasil pemeriksaan laboratorium ibu “MY” dalam batas normal dan tidak ada
kelainan.
dalam kandungan. Kenaikan berat badan pada tiap ibu hamil tidaklah sama. Hal
ini tergantung dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dan berat badan sebelum hamil.
Berat badan ibu “MY” sebelum hamil yaitu 48 kg dan tinggi badan 155 cm
dengan IMT 20, LILA 24 cm. Akhir kehamilan yaitu menjelang persalinan berat
badan ibu ”MY” 56 kg. Selama kehamilan ibu “MY” mengalami kenaikan berat
badan sebasar 8 kg .Menurut Sari (2015) IMT yanga baik sebelum hamil dengan
rentang antar 19.8-24. Berdasarakan hal tersebut IMT ibu “MY” sebelum hamil
dalam batas normal dengan status gizi baik. Perubahan Berat Badan dan Indeks
12.5 kg (Sari, 2015). Berdasarkan hal tersebut kenaikan berat badan ibu ”MY”
selama hamil tergolong kurang dan dapat disebabkan oleh banyak factor, antara
lain: factor usia, aktivitas ibu, status kesehatan, suhu lingkungan, pengetahuan
Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “MY” selama proses persalinan
dan bayi baru lahir yaitu proses persalinan ibu “MY” berlangsung pada umur
adanya komplikasi pada ibu maupun janin. menurut JNPK-KR (2017) persalinan
127
dan kelahiran normal merupakan suatu proses pengeluaran janin, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –
Tanggal 19 Maret 2021 pukul 04.25 Wita ibu sudah mulai mengalami pecah
ketuban disertai sakit perut hilang timbul namun durasinya hanya sebentar dan ada
kesehatan segera setelah keluar air ketuban. Ibu sampai di Puskesmas pukul 04.45
WITA.
dan kemajuan persalinannya berjalan dengan baik dan semua dalam batas normal.
dilakukan dengan menganjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau
lebih sering jika ibu ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Hal ini
dilakukan karena kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat turunnya
128
meningkatkan resiko perdarahan postpartum akibat atonia uteri, dan
melibatkan suami atau keluarga. Suami ibu ‘MY’ sangat kooperatif dengan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu dengan membantu menyuapi ibu
makanan dan memberikan minum teh manis hangat, membantu ibu mengatur
posisi senyaman mungkin, melakukan massase pada daerah bokong ibu, ibu telah
mampu mengatur nafas untuk mengurangi rasa nyeri, Menurut penelitian yang
cukup efektif untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kala I. Massage punggung
berakhir dengan lahirnya bayi. Ibu merasakan sakit perutnya bertambah keras dan
seperti ingin BAB, pemeriksaan dalam dilakukan dengan indikasi terdapat tanda-
tanda gejala kala II sebagaimana seperti terdapat dalam JNPK-KR (2017) meliputi
ibu ingin meneran, tekanan pada anus, terlihat perineum menonjol, vulva vagina
posisi setengah duduk karena ibu merasa nyaman dan dapat meneran dengan
129
efektif. Lama persalinan kala II ibu berlangsung 1 jam dari pembukaan lengkap
hingga bayi lahir. Kondisi ini sejalan dengan JNPK-KR (2017) menyatakan
perineum yang kaku dan ditakutkan terjadinya rupture perineum. Hal ini sesuai
dilakukan apabila ada indikasi dan tidak dilakukan secara rutin, dimana episiotomi
infeksi.
Bayi lahir spontan segera menangis kuat, dan gerak aktif. Hal tersebut
penilaian segera bayi baru lahir yaitu tangis dan gerak bayi. Asuhan bayi baru
lahir normal diberikan kepada bayi dengan kondisi umur cukup bulan, air ketuban
Persalinan kala III berlangsung selama 5 menit, yang dihitung mulai dari bayi
sesuai dengan langkah -langkah manajemen aktif kala III terdiri dari pemeriksaan
melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan melakukan masase uterus
darah. PTT membantu mempercepat pelepasan plasenta yang telah terpisah dari
130
dinding uterus namun harus dilakukan secara hati-hati, dimana segera melepaskan
plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu. Melakukan masase fundus uteri bertujuan untuk merangsang
uterus berkontraksi sehingga pembuluh darah dalam uterus akan terjepit dan
kala III yang dilakukan dengan baik dapat menghasilkan kontraksi uterus yang
baik, mengurangi jumlah kehilangan darah dan plasenta lahir lengkap yang mana
hal ini sesuai dengan keuntungan dilakukannya manajemen aktif kala III.
Setelah bayi lahir kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi
diletakan di dada ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu dilakukan kurang
lebih selama satu jam dan bayi dibiarkan mencari putting susu sendiri. Pada hari
pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan, tetapi pada
usia 30 menit harus di susukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi
untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap
puting susu pada setengah jam setelah persalinan, Prolaktin (hormon pembuat
ASI) akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar
pada hari ketiga atau lebih dan memperlambat pengeluaran kolostrum (Roesli,
2010). Menurut JNPK-KR (2017) IMD memberikan banyak keuntungan baik bagi
131
panas, memberikan kekebalan tubuh pada bayi sehingga menguragi infeksi serta
komplikasi. Ibu mengalami laserasi pada mukosa vagina, otot perineum dan kulit
dengan anastesi lokal menggunakan lidokain 1%, hal tersebut sesuai dengan
Observasi sudah dilakukan pada ibu ‘MY’ selama dua jam postpartum.
Pengawasan dan observasi secara ketat pada kala IV penting untuk dilakukan
karena Menurut JNPK-KR (2017) sebagian besar kesakitan dan kematian ibu
bayi. Observasi dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada
nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan.
Khusus untuk pemantauan suhu dilakukan setiap 1 jam selama 2 jam postpartum.
Hasil pemantauan kala IV ibu ‘MY’ semuanya dalam batas normal dan tercatat
dalam lembar belakang partograf. Pemenuhan nutrisi dan cairan ibu juga sudah
terpenuhi, dimana ibu makan nasi bungkus dan air putih untuk mengembalikan
Penerapan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42
hari yaitu masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama
132
6 minggu (Wahyuningsih, 2018). Masa nifas ibu “MY” berlangsung secara
fisiologis sampai akhir masa nifas. Pada masa nifas ada tiga hal yang perlu
diperhatikan atau yang disebut dengan trias nifas yaitu laktasi, involusi uterus dan
lochea. Kebutuhan ibu selama masa nifas meliputi nutrisi, istirahat, mobilisasi
dini, senam nifas dan eliminasi terpenuhi dengan baik, sehingga selama masa
Pada dua jam postpartum merupakan masa kritis terjadi perdarahan. Kandung
kemih yang penuh dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak adekuat dan
mengurangi kesulitan saat berkemih akibat trauma pada kandung kemih selama
sebanyak 2 kali, pertama diberikan segera setelah melahirkan dan kedua diberikan
setelah 24 jam dari pemberian kapsul Vitamin A pertama (Kemenkes RI, 2016).
Ibu “MY” dapat melakukan mobilisasi berupa duduk diatas tempat tidur
setelah dua jam post partum dan dapat berjalan menuju ruang nifas setelahnya.
Hal ini sangat dianjurkan untuk ibu nifas untuk melakukan ambulasi sedini
peristaltik dan kandung kemih (Sulistyawati, 2016). Ibu “MY” dapat berkemih
secara spontan 6 jam setelah ibu bersalin, namun BAB setelah hari kedua ketika
ibu diperbolehkan pulang ke rumahnya. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa proses berkemih harus terjadi selama 4-8 jam dan untuk
133
meningkatkan volume feses harus meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat
Pengetahuan yang dibutuhkan ibu “MY” setelah bersalin antara lain ibu belum
mengetahui tanda bahaya nifas, tanda bahaya bayi baru lahir, ibu lupa teknik
menyusui yang benar dengan cara duduk dan berbaring serta. Ibu diberikan
peregangan dan relaksasi otot dasar panggul, membimbing ibu untuk melakukan
senam nifas, pengetahuan mengenai tanda bahaya masa nifas dan pengetahuan
Kunjungan Nifas 1 (KF1) dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021 saat 1 hari
pengeluaran lokia adalah lokia rubra, hal ini sesuai dengan teori dimana lokia
rubra keluar pada hari pertama sampai hari ke empat masa nifas yaitu warna
cairan yang keluar berwarna merah terisi darah segar, jaringan sisa plasenta,
kontraksi uterus baik, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tinggi
fundus uteri pada 1-3 hari penurunannya 2-3 jari dibawah pusat (Bobak, Irene,
Deitra, dkk. 2015). Proses laktasi lancar karena kolostrum sudah keluar sehingga
bayi dapat menyusu secara on demand. Saat KF1 ibu diberikan pengetahuan
mengenai personal hygiene, pemenuhan nutrisi ibu nifas, senam kegel, pola
istirahat, pijat bayi dan perawatan bayi baru lahir serta mengingatkan ibu tentang
134
Kunjungan Nifas 2 (KF2) pada tanggal 21 Maret 2021 saat 3 hari postpartum
dilakukan di rumah ibu di banjar Pande Mengwi. Penulis menyarankan ibu untuk
sehingga bayi dapat melekat dengan baik dan ibu menyusui bayinya pada kedua
payudara secara bergantian. Ibu mengatakan darah yang keluar hanya sedikit dan
berwarna merah kehitaman., hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pengeluaran lokia pada hari pertama sampai hari ketiga adalah lokia rubra yaitu
berniat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai umur enam bulan dan
sebagai seorang ibu dan masih dibantu oleh suami. Sesuai dengan teori Reva
Rubin, ibu nifas hari ke tujuh memasuki fase taking hold, yaitu fase yang terjadi
pada hari ketiga sampai hari kesepuluh dimana ibu sudah mulai merawat dirinya
Kunjungan nifas ke-3 (KF3) pada tanggal 21 April 2021 pada hari ke-
menstruasi pasca melahirkan. Penulis memberikan KIE bahwa itu adalah hal yang
normal dan menyarankan ibu agar segera menggunakan alat kontrasepsi. Setelah
diberi penjelasan ibu”MY” dan suami mengatakan akan memilih alat kontrasepsi
AKDR. Bila dilihat dari tujuan ibu menggunakan kontrasepsi yaitu untuk
mengatur jarak kehamilan tanpa mengganggu produksi ASI, pilihan ibu sudah
tepat.
135
Kunjungan Nifas 3(KF4) tanggal 27 April 2021 pada hari ke 39. Ibu “MY”
mengatakan tidak ada keluhan dan sudah siap untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Ibu dan suami kembali dijelaskan tentang AKDR yaitu tentang
manfaat, efek samping,lama penggunaan dan hal-hal yang harus diperhatikan. Ibu
“MY” sudah dipasang AKDR coper T dan sudah bersedia untuk control 1 minggu
pasca pemasangan atau sewaktu waktu bila ada keluhan kram pada perut atau
perdarahan.
Hasi penerapan asuhan kebidanan bayi ibu “MY” sampai dengan 42 hari yaitu
bayi ibu ‘MY’ lahir pada usia kehamilan 39 minggu dan berat badan bayi 3100
gram tangis kuat gerak aktif. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya 2500
gram sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim dkk, 2012). Berdasarkan hal
tersebut bayi ibu ‘MY’ merupakan bayi baru lahir normal,walaupun pada saat
kehamilan ibu “MY” mengalami kenaikan berat badan kurang, dimana kenaikan
berat badan ibu menunjukkan status gizi ibu. Bayi yang dilahirkan ibu “MY”
tidak mengalami berat badan lahir rendah dan masih dalam batas normal.
Menurut JNPK-KR (2017) perawatan pada bayi baru lahir normal adalah
pertama kali harus dilakukan penilaian bayi berupa tangis dan geraknya, apabila
tidak ada masalah maka dilanjutkan dengan pemerian asuhan bayi baru lahir
normal yang meliputi: menjaga kehangatan, bersihkan jalan napas (jika perlu),
mengeringkan bayi, pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat, IMD,
pemberian salep mata profilaksis tetrasiklin 1%, pemeriksaan fisik dan pemberian
136
imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular di anterolateral paha kanan bayi kira-
menggunakan handuk dan dipakaikan topi serta diselimuti dengan handuk kering
telah dilakukan pemotongan tali pusat dan dilakukan IMD selama 1 jamInisiasi
setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan
menyusu dini untuk bayi salah satunya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang disebabkan oleh hipotermia serta dapat menghangatkan bayi melalui
dada ibu dengan suhu yang tepat. Menurut penelitian Bergman et al (2012), kulit
ibu berfungsi sebagai inkubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi
bayi.
Pemeriksaan fisik dan penimbangan berat badan bayi, pemberian salep mata
gentamicin genoint 0,3% pada konjungtiva mata kanan dan kiri bayi sebagai
profilaksis telah diberikan kepada bayi ibu ‘MY’. Pemberian salep mata pada
BBL berguna untuk pencegahan infeksi mata dan upaya ini akan kurang efektif
apabila diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran, sehingga sangat penting
untuk diberikan segera terutama pada bayi yang lahir secara normal melalui jalan
lahir ibu. injeksi vit k (phytomenadione) dosis 1mg (0,5 cc) secara IM pada
anterolateral paha kiri bayi ibu “NR”. Setiap bayi baru lahir berisiko mengalami
perdarahan intracranial akibat keadaan kepala bayi yang tertekan pada jalan lahir,
terutama bayi-bayi yang mengalami persalinan lama. Maka dari itu semua BBL
137
proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat
anterolateral paha kanan bayi satu jam setelah pemberian vit k infant
2017).
Bayi Ibu ‘MY’ sudah mendapat kebutuhan dasar bayi baru lahir ada tiga yang
harus terpenuhi yaitu asah, asih, asuh. Asuh meliputi pemantauan panjang badan
dan berat badan secara teratur pangan atau papan seperti IMD, ASI Eksklusif,
Anak Khusus, 2010). Pada bayi ibu ‘MY’ IMD sudah berhasil dilakukan dan
sampai saat ini bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Bayi sudah mendapatkan
imunisasi HB-0 pada hari pertama, imunisasi BCG dan polio pada bayi berusia
satu bulan, hal tersebut menunjukan bahwa pemberian imunisasi sudah diberikan
Asih yaitu ikatan erat untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik,
mental fisiologis anak seperti kontak kulit antara ibu dan bayi serta menimang dan
membelai bayi (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010). Pada bayi Ibu ‘MY’
kebutuhan dasar asuh sudah terpenuhi dimana ibu sudah melakukan kontak kulit
terhadap bayinya dengan melakukan pijat bayi, memandikan bayi, menyusui dan
lain-lain.
perkembangan anak menjadi anak yang cerdas dan memiliki karakter baik, maka
138
dari itu perkembangan anak usia dini harus diperhatikan seperti stimulasi, deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang anak (Direktorat Kesehatan Anak Khusus,
2010). Bayi Ibu ‘MY’ sudah diberikan setiap hari pada bayinya seperti ibu dan
suami selalu mengajak bayi berbicara ketika bayi terjaga serta menggantungkan
mainan-mainan yang berwarna cerah diatas bayi sebagai salah satu bentuk
stimulasi pada bayi. Hal tersebut menunjukan bahwa kebutuhan dasar asah sudah
Tanggal 24 Maret 2021 ibu “MY” mengeluh bayi tampak kuning pada daerah
wajah sampai ke kaki dan minum ASI tidak adekuat sejak tanggal 23 Maret
Setelah dilakukan pemerikaan fisik dan didapatkan bayi ikterus kramer 4, bayi
laboratorium bilirubin total 18,27 mg/dL, dan bilirubin direct 0,43 mg/Dl hasil lab
ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh proses
fisiologi atau patologi atau kombinasi keduanya (Lubis, Mardina Bugis, dkk,
2013). Ikterus pada by ‘MY”mulai terlihat pada hari ketiga, jadi termasuk icterus
kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang
Sesuai dengan hasil kolaborasi dengan dr SpA, kemudian bayi dilakukan foto
therapy 24 jam. Dengan fototerapi bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan
menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah terlebih dahulu oleh organ hati
139
dan dapat dikeluarkan melalui urine dan feses sehingga kadar bilirubin menurun
Standar pelayanan bayi baru lahir merupakan pelayanan yang diberikan dari
usia 0 sampai 28 hari setelah kelahiran bayi baik di pelayanan kesehatan maupun
kunjungan rumah, pelayanan dapat dilakukan tiga kali kunjungan yaitu KN 1 pada
enam jam sampai 48 jam, KN 2 pada tiga sampai tujuh hari dan KN 3 pada hari ke
delapan sampai hari ke-28 (Kementerian Kesehatan R.I, 2016). Bayi Ibu ‘MY’
pada hari ke-18. Berdasarkan hasil tersebut bayi Ibu ‘MY’ sudah mendapatkan
140
BAB V
A. Simpulan
hari masa nifas beserta bayinya. Adapun simpulan yang dapat dijabarkan adalah:
1. Asuhan kebidanan selama kehamilan pada Ibu “MY” dan janin diawal
berjalan dengan baik, walaupun terdapat beberapa keluhan yang umum dirasakan
oleh ibu hamil. Pemantauan kesehatan ibu hamil tumbuh kembang janin
yang telah dilakukan kehamilan ibu “MY” berjalan fisiologis walaupun diakhir
pada usia kehamilan 39 minggu. Persalinan berlangsung dari kala I selama 5 jam
15 menit dari fase aktif tanpa ada komplikasi, kala II selama 1 jam, bayi lahir
spontan menangis kuat, gerak aktif dan jenis kelamin laki-laki, lama kala III lima
menit dan pemantauan kala IV tidak terdapat masalah. Jadi hasil penerapan
asuhan kebidanan pada ibu beserta bayi baru lahir selama masa persalinan
3. Asuhan kebidanan selama nifas Ibu ‘MY’ berjalan normal. Hasil asuhan pada
masa nifas, meliputi proses involusi berjalan lancar, tidak terjadi komplikasi yang
dapat mengancam ibu, pengeluaran lochea normal. Metode kontrasepsi yang akan
digunakan adalah AKDR. Kondisi psikologi ibu selama masa nifas berjalan baik
karena ibu mendapat dukungan dari suami dan keluarga. Jadi hasil penerapan
asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas berlangsung dengan normal.
4. Asuhan kebidanan pada bayi Ibu “MY” sudah dilakukan sesuai standar,
walaupun bayi sempat mengalami icterus namun sudah ditangani denagn baik dan
sembuh (tidak kuning lagi). Imunisasi yang didapatkan oleh bayi tepat waktu. Jadi
hasil penerapan asuhan kebidana pada bayi selama 42 hari postpartum sangat baik
B. Saran
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan bayi serta ibu dapat memberikan
informasi yang ibu ketahui kepada tetangga atau masyarakat. Keluarga diharapkan
serta dapat mendeteksi secara dini penyulit dan komplikasi yang mungkin terjadi
dapat meningkatkan upaya deteksi dini terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan
Hasil asuhan kebidanan pada ibu “MY” beserta bayinya dari hamil, bersalin,
nifas dan bayi sampai 42 hari agar dapat menambah kepustakaan yang terbaru
142
4. Kepada penulis selanjutnya
Penulis selanjutnya dapat melakukan pengkajian data lebih dalam dan lebih
akurat, sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar untuk mendeteksi
prosedur.
143
DAFTAR PUSTAKA
145
. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Trans Info Media: Jakarta. Edisi Kedua.
146
Lampiran 2
(INFORMED CONSENT)
Umur : 24 Tahun
Umur : 26 Tahun
No Telepon : 082125636xxx
kebidanan selama kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus dan bayi sampai 42
hari dari mahasiswa Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Denpasar, atas nama Ni
Nengah Sunarti, saya telah memahami tujuan dari pembinaan. Maka saya setuju
dan bersedia menjadi responden yang dibina berkaitan dengan penulisan Laporan
Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘MY’ Umur 24 Tahun
Masa Nifas”.
148
Lampiran 3
Dokumentasi Kegiatan
149