Anda di halaman 1dari 165

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU

“MY” UMUR 24 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI


KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

Laporan Kasus dilaksanakan di Wilayah Kerja


Puskesmas Mengwi I Tahun 2021

Oleh :
NI NENGAH SUNARTI
NIM: P07124320042

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
DENPASAR
2021
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU
“MY” UMUR 24 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Praktik Kebidanan Komunitas Dalam
Konteks Continuity Of Care (COC) Dan Komplementer
Program Studi Profesi Bidan

Oleh :
NI NENGAH SUNARTI
NIM: P07124320042

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
DENPASAR
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU


“MY” UMUR 24 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama:

Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb.


NIP.198108312002122001

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T.,M.Biomed


NIP. 197002181989022002
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU


“MY” UMUR 24 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : RABU

TANGGAL : 19 MEI 2021

TIM PENGUJI :

1. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.SiT., M.Kes (Ketua) ..............


2. Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb. (Sekretaris) ..............

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed


NIP.197002181989022002

iv
CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE FOR MRS. "MY" 24 YEARS OLD
PRIMIGRAVIDA 23 WEEKS 5 DAYS OF PREGNANCY
UNTIL 42 DAYS OF POSTPARTUM

ABSTRACT

Problems in pregnancy that cannot be handled can be seen from the high
Maternal Mortality Rate (MMR). Based on data from the 2017 Indonesian
Demographic and Health Survey (IDHS), MMR in Indonesia is 177 deaths per
100,000 births. MMR coverage in Bali Province in 2019 was 67.6 per 100,000
live births, this figure is already below the SDGs target. The goal of midwifery
care for primigravida 24-year-old mother "MY" and her baby who receive
midwifery care according to standards in a comprehensive and continuous
manner from 23 weeks of gestation 5 days to 42 days of the puerperium. The
method used is a case report with data collection techniques through interviews,
examination, observation and documentation. The continuity of care given to
"MY" mothers aged 24 years primigravida from 23 weeks of gestation 5 days to
42 days postpartum takes place physiologically, but the care for babies of "MY"
mothers is classified as pathology. Continuity of care midwifery begins with
reviewing subjective and objective data, so that the care provided is in
accordance with standards and can carry out early detection of complications
and appropriate management.

Keywords: Labor; Midwifery Care; Newborn; Puerperal; Pregnancy.


.

v
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU
“MY” UMUR 24 TAHUN MULTIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

ABSTRAK

Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat
dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177
kematian per 100.000 kelahiran. Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun 2019
sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sudah berada dibawah target
SDGs. Tujuan asuhan kebidanan pada Ibu “MY” umur 24 tahun primigravida
beserta bayinya yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara
komprehensif dan berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai dengan 42 hari masa nifas. Metode yang digunakan adalah case report
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, pemeriksaan, observasi
serta dokumentasi. Asuhan kebidanan Continuity of care yang diberikan kepada
ibu “MY” umur 24 tahun primigravida dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai 42 hari postpartum berlangsung secara fisiologis, asuhan pada bayi ibu
“MY” juga termasuk fisiologis. Asuhan kebidanan Continuity Of Care diawali
dengan melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, sehingga asuhan yang
diberikan sesuai standar dan dapat melakukan deteksi dini komplikasi dan
penatalaksanaan yang tepat.
.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan; Bayi; Kehamilan; Persalinan; Nifas

vi
RINGKASAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA IBU


“MY” UMUR 24 TAHUN PRIMIGRAVIDA DARI
KEHAMILAN 23 MINGGU 5 HARI SAMPAI
DENGAN 42 HARI MASA NIFAS

NI NENGAH SUNARTI (P07124320042)

Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat
dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177
kematian per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka ini masih jauh di atas target
tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs),
yaitu 70 per 100.000/KH pada tahun 2030. Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun
2019 sebesar 67,6 per 100.000/KH, angka ini sudah berada dibawah target SDGs.
Penyebab kematian ibu di provinsi Bali adalah perdarahan, dan hipertensi.(Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Penyebab lain adalah penyakit non obstetric
karena kurangnya layanan terkait ANC terintegrasi yang berkualitas (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Pelaksanaan ANC terintegrasi semakin
mengalami hambatan dengan merebaknya kasus covid-19.
Pandemi covid -19 harus disikapi secara serius untuk mencegah penularan
khususnya pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan neonatus. Bidan sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak harus mengutamakan keamanan
baik pasien maupun petugas dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai
standar yang ditentukan oleh pemerintah. Asuhan yang berkelanjutan yang
berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan
mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran, sampai 6
minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk membantu upaya
percepatan penurunan AKI (Legawati, 2018).
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan
asuhan kebidanan pada Ibu “MY” umur 24 tahun primigravida beserta bayinya
yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan
berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari sampai dengan 42 hari

vii
masa nifas. Ibu “MY” diberikan asuhan kebidanan sejak umur kehamilan 23
minggu 5 hari sampai dengan 42 hari masa nifas yang beralamat Banjar Pande,
Mengwi, Badung, Bali sehingga ibu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Mengwi I.
Asuhan Kebidanan Continuity of care diberikan kepada Ibu “MY” dari
Desember 2020 sampai April 2021. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
“MY” selama masa kehamilan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari sampai
menjelang persalinan sesuai dengan kebutuhan ibu “MY” dan periode kehamilan
berlangsung fosiologis. Selama kehamilan ibu “MY” memeriksakan
kehamilannya sebanyak 8 kali yaitu 4 kali sebelum di berikan asuhan dan 4 kali
selama diberikan asuhan. Selama melakukan kunjungan ibu “MY” telah
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar yaitu 10 T. Proses persalinan ibu “MY”
berlangsung pada umur kehamilan 39 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanpa adanya komplikasi pada ibu maupun janin, bayi ibu ‘MY’
lahir tangis kuat degak aktif dengan berat lahir 3100 gram. Hasil asuhan Masa
nifas ibu “MY” berlangsung secara fisiologis, ibu memberikan ASI secara
ondemand. Asuhan pada bayi “MY” terdapat keluhan yaitu icterus, namun
termasuk iketrus fisiologis karena terjadi pada hari kelima.Icterus berkurang
setelah dilakukan fototherapy.
Simpulan dari asuhan kebidanan Continuity of care yang diberikan kepada
ibu “MY” umur 24 tahun primigravida dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari
sampai 42 hari postpartum berlangsung secara fisiologis, namun asuhan pada bayi
ibu “MY” tergolong patologi. Hasil laporan akhir ini dapat digunakan sebagai
reference dalam memberikan asuhan sesuai standar secara komprehensif dan
meningkatkan sebagai upaya deteksi dini risiko dan komplikasi terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kepada penulis selanjutnya dapat
melakukan pengkajian data lebih fokus dan lebih akurat, sehingga asuhan yang
diberikan sesuai standar dan dapat melakukan deteksi dini komplikasi serta dapat
melakukan penatalaksanaan yang tepat.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan yang berjudul “Asuhan

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ibu “MY” Umur 24 Tahun

Primigravida Dari Kehamilan Trimester II Sampai Dengan 42 Hari Masa

Nifas” tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Mata Kuliah Praktik Kebidanan Komunitas Dalam Konteks Continuity Of Care

(COC) dan Komplementer Program Studi Profesi Bidan. Penulis menyadari isi

dari Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesikan berdasarkan masukan dari

berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, sebagai Direktur Politekknik

Kesehatan Denpasar.

2. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT., M.Biomed, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Politekknik Kesehatan Denpasar.

3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb, sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan.

4. Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb, sebagai Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas akhir.

5. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.SiT., M.Kes, selaku penguji utama yang

telah memberikan masukan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir.

6. Ibu ”MY” dan keluarga, selaku responden dalam laporan tugas akhir yang

telah memberikan izin dan bersedia berpartisipasi.

7. Pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

ix
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki beberapa

kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran membangun dari

para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan Laporan Tugas akhir. ini.

Denpasar, Mei 2021

Penulis

x
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ni Nengah Sunarti
NIM : P07124320042
Program Studi : Profesi Bidan
Jurusan : Kebidanan
Tahun Akademik : 2020/2021
Alamat : Banjar Singin, Desa Selemadeg, Kec. Selemadeg, Kab.
Tabanan
Dengan ini menyatakan:
1. Laporan COC dengan judul “Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ibu
“MY” Umur 24 Tahun Primigravida Dari Umur Kehamilan 23 Minggu 5 Hari
Sampai Dengan 42 Hari Masa Nifas” adalah benar karya sendiri atau bukan
plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri menerima sanksi
sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan ketentuan perundang –
undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, Mei 2021


Yang membuat pemyataan

Ni Nengah Sunarti
NIM. P07124320042

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................... v
ABSTRAK................................................................................................... vi
RINGKASAN PENELITIAN...................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. . xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................. 4
D. Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Kajian Teori............................................................................................. 6
B. Kerangka Pikir......................................................................................... 84
BAB III METODE PENULISAN KASUS................................................. 85
A. Informasi Klien/Keluarga ..................................................................... 85
B. Rumusan Masalah atau Diagnosa Kebidanan........................................ 91
C. Jadwal Kegiatan..................................................................................... 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 95
A. Hasil....................................................................................................... 95
B. Pembahasan............................................................................................ 123
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 139
A. Simpulan ............................................................................................... 139
B. Saran ...................................................................................................... 140

xii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 142

xiii
DAFTAL TABEL

Tabel 1. TFU berdasarkan Umur Kehamilan.............................................. 8


Tabel 2. Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh………………….. 12
Tabel 3. Interval Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungan........... 24
Tabel 4. Program Pelayanan bagi Ibu Hamil……………………………... 28
Tabel 5. Parameter Penilaian dan Intervensi selama Kala I ....................... 40
Tabel 6. Nilai APGAR Bayi Baru Lahir..................................................... 51
Tabel 7. Rumus Kremer…………………………………………………… 69
Tabel 8. Involusi Uterus…………………………………………………… 78
Tabel 9. Jenis-Jenis Lokia…………………………………………………. 79
Tabel 10. Hasil Pemeriasaan Ibu “MY” Umur 24 Tahun Primigravida di
Puskesmas Mengwi I ................................................................... 99
Tabel 11. Kegiatan Kunjungan Dan Asuhan Yang Akan Diberikan Pada
Ibu “MY” Dari Kehamilan TW II Sampai 42 Hari Masa Nifas... 104
Tabel 12. Catatan Perkembangan Ibu “MY” beserta Bayi Baru Lahir yang
Menerima Asunhan Kebidanan Selama Masa kehamilan Secara
komprehensif di Puskesmas Mengwi I......................................... 108
Tabel 13. Catatan Perkembangan Ibu “MY” beserta Bayi Baru Lahir yang
Menerima Asunhan Kebidanna pada Masa Persalinan di
Puskesmas Mengwi I..................................................................... 115
Tabel 14. Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ibu “MY” Selama 42 Hari
Masa Nifas secara Komprehensif di Ruang Nifas Puskesmas
Mengwi I....................................................................................... 125
Tabel 15. Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ibu “MY” Selama 42
Hari secara Komprehensif............................................................. 131

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkembangan Tinggi Fundus Uteri pada Kehamilan……. 7


Gambar 2. Skor Poedji Rochjati………………………………………. 27
Gambar 3 bagan kerangka berfikir asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin dan bayi baru lahir, nifas dan neonatus………………… 96

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Partograf
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Dokumentasi Asuhan

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang

selanjutnya akan terjadi nidasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lama masa

kehamilan yang aterm adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang

dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3

trimester yang masing-masing dibagi dalam 13 minggu atau 3 bulan kalender

(Munthe dan Juliana, 2019).

Masalah dalam kehamilan yang masih belum dapat ditangani dapat dilihat

dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKI di Indonesia adalah 177

kematian per 100.000 kelahiran. Angka ini masih jauh di atas target tujuan

Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu 70

per 100.000 KH pada tahun 2030. Dibandingkan dengan beberapa negara

ASEAN, AKI di Indonesia masih lebih tinggi. Rata-rata AKI di negara-negara

ASEAN adalah 40-60 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu

terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066

kasus), infeksi (207 kasus).(Kementerian Kesehatan, R.I, 2019)

Cakupan AKI di Provinsi Bali tahun 2019 sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran

hidup, angka ini sudah berada dibawah target SDGs. Penyebab kematian ibu di

provinsi Bali adalah perdarahan, dan hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2019). Penyebab lain adalah penyakit non obstetric karena kurangnya layanan

terkait ANC terintegrasi yang berkualitas (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019).

Pelaksanaan ANC terintegrasi semakin mengalami hambatan dengan merebaknya

kasus covid-19.

Pandemi covid -19 harus disikapi secara serius untuk mencegah penularan

khususnya pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan neonatus. Bidan sebagai ujung

tombak dalam pelayanankesehatan ibu dan anak harus mengutamakan keamanan

baik pasien maupun petugas dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai

standar yang ditentukan oleh pemerintah. Dalam situasi sulit seperti sekarang ini,

bidan tetap harus melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif secara

berkesinambungan yang disebut dengan Continuty Of Care (COC). Continuity of

care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus

antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan yang berkaitan

dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai

prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran, sampai 6 minggu

pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk membantu upaya percepatan

penurunan AKI (Legawati, 2018).

Pelaksanaan COC dimulai dari asuhan pada ibu hamil yang berkualitas.

Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan

menjadi trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga. Pelayanan

kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan yaitu 10T

dimulai dari penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran tinggi

fundus uteri, penentuaan status imunisasi tetanus, pemberian tablet Fe, penentuan

2
presentasi janin dan denyut jantung janin, pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes

laboratorium, dan terakhir tatalaksana kasus (Kementerian Kesehatan R.I.,2017).

Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasardiberikan

kesempatan untuk menerapkan asuhan kebidanan komprehensif dan

berkesinambungan (Continuity of care) pada ibu hamil dari kehamilan trimester II

sampai dengan 42 hari masa nifas beserta bayinya. Penulis memberikan asuhan

kebidanan pada Ibu ‘MY’ umur 24 tahun primigravida dengan tapsiran persalinan

26 Maret 2021 berdasarkan perhitungan hari pertama haid terakhir (HPHT).

Diketahui bahwa Ny. “MY” berusia 24 tahun, primigravida, dan skor Poedji

Rochjati risiko kehamilan ibu adalah 2. Hasil pengkajian data subjektif dan

objektif melalui wawancara dan dokumentasi pada buku pemeriksaan dokter serta

buku KIA didapatkan bahwa kehamilan Ibu ‘MY’ termasuk kehamilan fisiologis

yang merupakan wewenang bidan dalam pemberian asuhannya. Hasil pengkajian

awal ibu mengalami konstipasi yang merupakan kondisi fisologis yang dialami

ibu hamil trimester 2. Konstipasi disebabkan oleh penurunan peristaltik usus

akibat relaksasi usus halus karena peningkatan hormone progesteron serta

kebiasaan ibu minum hanya 6 gelas sehari dan tidak suaka makan sayur. Asuhan

COC dilaksanakan setelah dilakukan informed consent.Ibu ‘MY’ dan suami

bersedia untuk didampingi dan diasuh ibu beserta bayinya dari kehamilan

trimester II sampai 42 hari masa nifas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus pada kasus Ibu ‘MY’ umur 24 tahun primigravida.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam kasus ini adalah “Apakah Ny. ‘MY’ umur 24 tahun primigravida yang

3
diberikan asuhan kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan

berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari sampai dengan 42 hari

masa nifas dapat berlangsung secara fisiologis?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan laporan tugas akhir ini secara umum bertujuan untuk

mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan pada Ny. ‘MY’ umur 24 tahun

primigravida beserta bayinya yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar

secara komprehensif dan berkesinambungan dari umur kehamilan 23 minggu 5

hari sampai dengan 42 hari masa nifas.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu

beserta bayi selama masa kehamilan.

b. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu

beserta bayi baru lahir selama masa persalinan/ kelahiran.

c. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu

selama masa nifas

d. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada bayi

dan neonatus sampai 42 hari

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis di

institusi pendidikan dalam menerapkan asuhan kebidanan komprehensif dari umur

4
kehamilan 23 minggu 5 hari sampai dengan 42 hari masa nifas yang dilakukan

selama masa pandemi COVID-19.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Penulis

Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis terutama untuk

mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang di dapat serta menambah

pengalaman dari dunia kerja dalam memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif yang dilakukan selama masa pandemi COVID-19.

b. Bagi Institusi Pendidikan (Poltekkes Kemenkes Denpasar)

Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai referensi bagi program

Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jurusan Kebidanan Denpasar dalam

pemahaman dan penerapan asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan

selama masa pandemi COVID-19.

c. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas Mengwi I)

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi

tenaga kesehatan yang Puskesmas Mengwi Iuntuk dapat mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan

secara komprehensif yang dilakukan selama maa pandemi COVID-19.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Asuhan Kebidanan

1. Pengertian kehamilan

Menurut, Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau

10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi

dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin, 2018).

2. Adaptasi kehamilan fisiologis

a. Adaptasi perubahan fisik

Seiring berkembangnya janin, tubuh ibu juga mengalami perubahan-

perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi.

Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan

progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis,

perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang

berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan

tersebut meliputi:

a. Uterus

Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan mengalami

hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi 1000 gram pada akhir
kehamilan (Prawirohardjo, 2014). Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus

adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini

memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini

rahim membesar akibat hipertropi otot polos rahim, serabut - serabut kolagennya

menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua (Sulistyawati, 2016).

Gambar 1 Perkembangan Tinggi Fundus Uteri pada Kehamilan


Sumber: Sulistyawati, 2016

Penambahan Tinggi Fundus Uteri (TFU) berdasarkan Umur Kehamilan,

dapat dicermati dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1
TFU berdasarkan Umur Kehamilan

Umur
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Kehamilan

1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas simfisis 12 minggu

Pertengahan simfisis pusat 16 minggu

2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah pusat 20 minggu

Setinggi pusat 24 minggu

7
Umur
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Kehamilan

1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu

Pertengahan pusat proccesus xypoideus (px) 32 minggu

3 jari di bawah proccesus xypoideus (px) 36 minggu

Setinggi proccesus xypoideus (px) 38 minggu

Satu jari di bawah proccesus xypoideus (px) 40 minggu

Sumber: Devi, Tria Eni Rafika, 2019

b. Vagina dan perineum

Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi

penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan

lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan (Prawirohardjo, 2014).Pada satu

bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami pelunakan dan sianosis

yang signifikan. Perubahan-perubahan ini terjadi karena peningkatan vaskularitas

dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia kelenjar

serviks. Meskipun serviks mengandung sejumlah kecil otot polos, namun

komponen utamnya adalah jaringan ikat (Sutanto dan Fitriana, 2019).

c. Payudara / mammae

Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan yang

kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah di

dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar. (Manuaba, 2013).Menurut

Sulistyawati (2016) payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami

banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang

dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut:

1) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

8
2) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipetropi kelenjar alveoli.

3) Bayangan vena-vena lebih membiru.

4) Hiperpigmentasi pada aerola dan puting susu.

5) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.

d. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahn warna menjadi kemerahan,

kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan namastriaegravidarum. Pada multipara selain striae

kemerahan itu seringkaliditemukan garis berwarna perak berkilau yang berkilau

yang me rupakan sikatrik dari striae sebelumnya (Saifuddin, 2018).

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan

berubah menjadi kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang

akan muncul dalam ukuran yangbervariasi pada wajah dan leher yang disebut

dengan chloasma atau melasma gravidarum, Selain itu pada aerola dan daerah

genital jugaakan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan

biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang saat persalinan. Kontrasepsi oral

juga bisa menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama (Saifuddin, 2018).

e. Sistem kardiovaskuler

Di trimester II kehamilan terjadi proses peningkatan volume darah yang

disebut dengan hemodilusi. Saat usia kehamilan ke 16 minggu, terjadi proses

hemodilusi dan setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit mengalami

peningkatan. Proses ini mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 sampai 34

minggu. Di ginjal akan terjadi peningkatan jumlah sel darah merah sebanyak 20-

30% yang tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma, hal inil yang

9
menyebabkan terjadinya hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari

15 g/dl menjadi 12, 5 g/dl (Saifuddin, 2014).

Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain

meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena

pada sirkulasi retroplasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron

yang makin meningkat. Perubahan terjadi pada volume darah yang meningkat

sehingga jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga

terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Hemodilusi akan disertai dengan

penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga dibawah 11 gr/dl dan

timbulah masalah yang disebut dengan anemia defesiensi zat besi (Prawirohardjo,

2014).

f. Sistem pernapasan

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus

dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume

ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya

pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga

memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat

20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron

(Prawirohardjo, 2014).

g. Sistem urinaria

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih

pun dapat muncul kembali (Prawirohardjo, 2014).

h. Sistem Muskuloskletal

10
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil

memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Mobilitas tersebut dapat

mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan

tidak nyaman pada bagian bawah punggung (Prawirohardjo, 2014).

i. Sistem Pencernaan

Penurunan motilitas usus memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak,

tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi

akibat penurunan asam lambung (Prawirohardjo, 2014).

j. Sistem Metabolisme

Janin membutuhkan 30 - 40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan

ini terjadi ketika trimester terakhir. Peningkatan asupan kalsium sangat

diperlukan untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium

mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan

karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan

berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang akan

dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin berbahaya pada janin

(Sulistyawati, 2016). Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg

(Saifuddin, 2018).

11
Tabel 2
Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (Kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 - 11,5

Obesitas > 29 ≥7

Gemeli 16 - 20,5

Sumber: Saifuddin, 2018

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan

menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan

dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu

masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2018).

2. Adaptasi psikologis kehamilan

Perubahan psikologi masa kehamilan merupakan perubahan sikap dan

perasaaan tertentu selama kehamilan yang memerlukan adaptasi atau penyesuaian.

Adapun bentuk perubahan psikologi pada masa kehamilan yaitu perubahan mood

seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi

senang, merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Selain itu, bentuk

perubahan psikologi pada ibu hamil seperti perasaan gembira bercamput khawatir,

dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani.

Seorang wanita sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian menjadi istri,

dan sebentar lagi dia harus siap menjadi ibu (Sutanto dan Fitriana, 2016).

Menurut Siti dan Heni (2016), trimester ketiga sering kali disebut periode

menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar

12
menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan

dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Menurut Sulistyawati (2016)

perubahan psikologis ibu hamil sebagai berikut:

1) Perubahan Psikologi Trimester II (Periode Kesehatan yang Baik)

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.

b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

c) Merasakan gerakan anak.

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

2) Perubahan psikologis trimester III, diantaranya:

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak

menarik.

b) Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur

tubuh atau terjadi gangguan body image.

c) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

d) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya.

e) Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi

yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Pada 6-8 minggu menjelang

persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi

bayi dan dirinya.

f) Merasa sedih akan terpisah darinya.

g) Merasa kehilangan perhatian.

h) Perasaan mudah terluka dan sensitif.

i) Libido menurun.

13
j) Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling

atau tidak menyenangi kondisinya.

3. Tanda-tanda bahaya kehamilan

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengidentifikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi dapat menyebabkan kematian ibu.

Macam-macam tanda bahaya kehamilan antara lain (Kementerian Kesehatan R.I.,

2016):

a. Muntah-muntah dan tidak mau makan

Rasa mual dan muntah dapat terjadi 50-70% ibu hamil. Tetapi jika keadaan

tersebut berlebihan disebut hyperemesis, hal ini akan menghambat asupan gizi

pada ibu hamil berkurang sehingga kondisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera ditangani.

b. Demam

Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu

maupun janin, olrh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari bidan atau

dokter.

c. Bengkak kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang

Bengkak disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi jaringan.

Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik

yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Oedema yang terjadi terutama pada

tangan dan wajah, sakit kepala yang hebat merupakan gejala dari preeklamsi bila

disertai hipertensi, sakit epigastrum, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan

muntah. Preeklamsi dapat berlanjut menjadi eklamsi bila disertai kejang.

14
d. Pergerakan janin berkurang tak seperti biasa

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi

akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan

dan minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin dalam 12 jam

sesudah kehamilan 22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta,

rupture uteri, gawat janin, dan kematian janin.

e. Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan trimester I, perdarahan yang tidak normal adalah

perdarahan yang berwarna merah, banyak, atau disertai nyeri. Perdarahan ini

dapat berarti abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan

trimester II dan III, perdarahan yang tidak normal adalah merah, jumlahnya

banyak, dan kadang tidak disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam itu berarti

plasenta previa dan solusio plasenta.

f. Keluar air ketuban

Ketuban seharusnya pecah menjelang persalinan, tetapi jika ketuban keluar

sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan maka janin dan ibu akan mudah

terinfeksi. Hal ini akan berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Ketuban bias pecah

disertai dengan adanya tanda-tanda persalinan disebut dengan istilah riwayat

keluar air (RKA),jika tidak diikuti dengan tanda-tanda persalinan disebut ketuban

pecah dini (KPD),(Manuaba,2009).

4. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester II

a. Kebutuhan nutrisi

Saat hamil seorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih banyak, sehingga

secara umum porsi makan saat hamil 1 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum

15
hamil. Asupan gizi tersebut meliputi sumber kalori (karbohidrat dan lemak),

protein, asam folat, vit B 12, zat besi, zat zeng, kalsium, vitamin C, vitamin A,

vitamin B6, vitamin E, kalium, iodium, serat dan cairan. Selama kehamilan ibu

tidak perlu berpantang makanan, namun batasi asupan gula, garam dan lemak

(Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

b. Kebutuhan personal hygiene

Ibu hamil dianjurkan untuk mandi dua kali sehari, menyikat gigi secara benar

dan teratur minimal setelah sarapan dan sebelum tidur, membersihkan payudara

dan daerah kemaluan, mengganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari serta

mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan, setelah buang air

besar dan buang air kecil (Kementerian Kesehatan R.I., 2016).

c. Kebutuhan seksual

Berhubungan seksual saat hamil umumnya tidak dianggap berbahaya dan

boleh dilakukan kapan pun menginginkan bahkan sampai menjelang persalinan,

asalkan dengan hati-hati. Namun ada kontraindikasi dalam berhubungan seksual

selama hamil seperti riwayat abortus, riwayat partus prematurus, perdarahan

pervaginam, ketuban sudah pecah dan jika sudah ada pembukaan. Jika ada salah

satu kontraindikasi maka hubungan seksual harus dihindari karena cairan prostat

pada sperma mengandung banyak prostaglandin yang dapat menyebabkan uterus

berkontraksi. Hal tersebut dapat dicegah dengan penggunaan kondom,

penggunaan kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual

(Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

16
d. Kebutuhan istirahat trimester II

Ibu hamil dianjurkan untuk tidur malam sedikitnya 6-7 jam dan siang hari

sedikitnya 1-2 jam Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kiri,

kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, perut

bawah sebelah kiri diganjal dengan bantal untuk mengurangi rasa nyeri pada perut

(Kementerian Kesehatan R.I., 2016).Menjelaskan wanita hamil harus mengurangi

semua kegiatan yang melelahkan tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk

menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Ibu hamil harus

mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri,

maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan

malam hari harus dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga

seminimal mungkin. Tidur malam ±8 jam, istirahat/tidur siang ±1 jam. (Walyani,

2015)

5. Cara mengatasi keluhan yang lazim dirasakan oleh ibu hamil trimester II

Ada beberapa keluhan yang lazim dirasakan oleh ibu hamil dan cara

mengatasinya diantaranya:

a. Sesak nafas terjadi pada 60% wanita hamil

Pembesaran uterus akan menyebabkan penekanan diafragma yang dapat

menimbulkan sulit bernapas atau sesak napas. Cara mengatasinya yaitu dengan

mempertahankan postur tubuh yang baik dengan jangan menjatuhkan bahu,

menganjurkan ibu secara berkala berdiri dan meregangkan tangan diatas kepala

dan ambil napas dalam serta dapat dilakukan juga saat berbaring, melakukan

pernapasan intercosta (Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

17
b. Kram pada tungkai

Kram kaki cenderung terjadi pada malam hari selama 1-2 menit dan dapat

menggangu kenyamanan tidur ibu. Penyebab kram diduga pembesaran uterus

memberikan tekanan pada pembuluh darah panggul, sehingga menggangu

sirkulasi atau persarafan menuju ekstremitas bagian bawah. Bisa juga disebabkan

oleh ketidakseimbangan mineral dalam tubuh ibu sehingga memicu gangguan

sistem persarafan dan otot tubuh. Penyebab yang lain adalah kelelahan yang

berkepanjangan. Cara mengatasinya adalah meluruskan kaki dan menekan tumit,

tahan beberapa saat sampai kram hilang, melakukan latihan umum ( senam hamil)

secara rutin, elevasi kaki secara rutin setiap hari, meningkatkan konsumsi

makanan yang mengandung kalsium, magnesium dan fosfor seperti sayuran

berdaun, susu dan produk olahannya (Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

c. Nyeri punggung bagian bawah

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya

orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

tersebut (Kartikasari & Nuryanti, 2016). Berat uterus yang semakin membesar

akan menyebabkan punggung lordosis sehingga terjadi lengkungan punggung

yang mengakibatkan peregangan otot punggung dan menimbulkan rasa nyeri. Ibu

hamil biasanya akan mengeluh nyeri pada punggung terutamapunggung bagian

bawah. Nyeri punggung di Indonesia lebih sering dijumpai pada ibu hamil dan

pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan nyeri punggung merupakan

keluhan yang paling banyak dijumpai dengan angka pravalensi mencapai 49%.

Akan tetapi sekitar 80-90% dari mereka yang mengalami nyeri punggung

menyatakan tidak melakukan usaha apapun untuk mengatasi timbulnya gejala

18
tersebut, dengan kata lain hanya sekitar 10-20% dari mereka yang melakukan

perawatan medis ke tenaga kesehatan (Kreshnanda, 2016).

Cara untuk mengatasinya adalah menjaga postur tubuh tetap baik, hindari

membungkuk berlebihan, hindari mengangkat beban terlalu berat atau berjalan

terlalu lama, hindari menggunakan sepatu hak tinggi, gunakan bantal sebagai

pengganjal untuk meluruskan punggung duduk (Yuliani, Musdalifah, dan

Suparmi, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2017) menunjukkan bahwa

stimulasi kulit dengan kompres hangat menghasilkan pesan lewat serabut A-delta,

serabut yang mengahantarkan nyeri cepat yang mengakibatkan gerbang nyeri

tertutup sehingga konteks serebri tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri

berubah atau berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres hangat

dapat membantu penurunan nyeri punggung pada ibu hamil. Kondisi ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2018) menunjukkan bahwa

kompres hangat berpengaruh menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil.

d. Oedema

Oedema terjadi akibat peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bawah dan

gangguan sirkulasi vena dan dapat diperberat oleh tingginya kandungan garam

dalam tubuh akibat perubahan hormonal. Garam yang bersifat menahan air

menyebabkan penimbunan cairan terutama dibagian yang terletak dibawah yaitu

ekstremitas. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah hindari

pakaian ketat, elevasi kaki secara teratur sepanjang hari, saat berbaring dengan

posisi kesamping, kurangi konsumsi garam, jangan menyilangkan kaki (Yuliani,

Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

19
e. Varises

Varises terjadi karena peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bawah dan

gangguan sirkulasi vena. Cara mengatasinya adalah kenakan kaos kaki penyokong

yang elastic, hindari menggunakan pakaian ketat seperti kaos kaki setinggi lutut

atau semata kaki dan pembalut kaki, hindari berdiri lama, hindari konstipasi, saat

duduk hindari menyilangkan kaki, latihan ringan dan berjalan secara teratur

(Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

f. Sering kencing

Keluhan sering kencing pada akhir kehamilan disebabkan oleh lightening

(bagian presentasi masuk kepanggul) sehingga menekan kandung kemih. Cara

untuk mengatasinya adalah menjelaskan kenapa hal tersebut terjadi, mengurangi

asupan cairan sebelum tidur malam, senam kegel (Yuliani, Musdalifah, dan

Suparmi, 2017).

g. Keputihan/ Leukorea

Cara untuk mengatasinya adalah dengan memperhatikan kebersihan

genetalia, tidak melakukan douchvagina, sering mengganti celana dalam jika

basah dan menggunakan celana dalam berbahan katun (Yuliani, Musdalifah, dan

Suparmi, 2017).

h. Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat mengalami

masalah ini pada trimester kedua atau ketiga. Konstipasi disebabkan oleh

penurunan peristaltik usus sebagai akibat dari relaksasi usus halus karena

peningkatan progesteron. Sebab lain adalah pembesaran uterus yang menekan

usus sehingga mengurangi motilitas gastrointestinal. Cara untuk mengatasinya

20
adalah minum cukup minimal 8 gelas sehari, istirahat cukup, minum air hangat

ketika bangun tidur untuk menstimulasi peristaltik, makan makanan berserat,

latihan secara umum (Yuliani, Musdalifah, dan Suparmi, 2017).

6. Pemeriksaan Antenatal

Melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan

yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin (Permenkes, 2014).

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis

adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm

meningkatkan risiko terjadinya Cephal Pelvic Dispropotion (Permenkes, 2014).

Menurut Sulistyawati (2016) cara yang dipakai untuk menentukan Indeks

Massa Tubuh (IMT) adalah dengan menghitung perbandinganberat dan tinggi

badan dengan rumus:

IMT = Berat Badan Sebelum Hamil: (Tinggi Badan dalam Meter)2

b. Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan preeklampsia (hipertensi disertai dengan edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau proteinurinaria) (Permenkes, 2014).

21
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK. Kurang energi

kronik disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu

hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

(Permenkes, 2014).

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan

rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan),(Walyani,2015).

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan ante-natal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur

setelah kehamilan 24 minggu (Permenkes, 2014)

e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksdkan untuk

mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,

atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

sempit atau ada masalah lain (Permenkes, 2014). Pemeriksaan DJJ adalah

memeriksa dengan cara mendengarkan/auskultasi dan menghitung denyut jantung

janin selama satu menit penuh dengan bantuan alat Leanec, Doppler dan CTG

22
(cardiotocography). Sebuah penelitian menyatakan denyut jantung janin normal

berkisar antara 120-160 x/menit (Devi, 2019).

f. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Bila Diperlukan

Mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imuisasi

TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status umunisasi TT

ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status Imunisasi T5 (TT

Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (Permenkes, 2014).

Ibu Hamil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0.

Jika telah mendapatkan dua dosis dengan interval minimal 4 minggu atau atau

pada masa balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai tiga kali maka

status imunisasinya adalah T2, bila telah mendapat TT yang ke tiga (interval

minimal 6 bulan dari dosis ke dua) maka statusnya T3, status T3 dan T4 didapat

bila telah mendapatkan empat dosis (interval minimal satu tahun dari dosis

ketiga), dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat ( interval minimal satu

tahun dari dosis ke empat) (Sulistyawati, 2016). Bila ibu hamil status T0 maka

hendaknya mendapatkan minimal dua dosis (TT1 dan TT2 dengan interval empat

minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan

berikutnya (Sulistyawati, 2016).

23
Tabel 3
Interval Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungan

ImunisasiTT Interval Lama Pelindungan

TT1 Langkah awal pembentukan


tubuh terhadap tetanus

TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun

TT5 12 bulan setelah TT4 ≥ 25 Tahun

Sumber: Permenkes No. 97 Tahun 2014

g. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah

darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang

diberikan sejak kontak pertama (Permenkes, 2014).

h. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah

pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu

golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah

endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus

adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil

yang melakukan kunjungan antenatal (Permenkes, 2014).

i. Tatalaksana / Penanganan Kasus

24
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani

sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Permenkes, 2014).

j. Temu Wicara (Konseling)

1) Definisi Konseling

Suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain

memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk

memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Walyani,

2015)

2) Tujuan Konseling pada Antenatal Care

a) Membantu ibu hamil untuk memahami kehamilannya dan sebagai upaya

preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan (Walyani,2015)

b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan,

penolong persalinan yang bersih dan aman atau atau tindakan yang mungkin

diperlukan (Walyani, 2015).

7. Skor Poedji Rochjati

a. Penapisan Ibu Hamil Trimester III menurut Poedji Rochjati (Buku KIA,

2015) dibagi dalam 3 kelompok yaitu

1) Kehamilan Resiko Rendah (KRR) skor 2 hijau

Kehamilan normal tanpa masalah/faktor resiko. Kemungkinan besar

persalinan normal, tetap waspada komplikasi persalinan ibu dan bayi baru lahir

hidup sehat.

2) Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) skor 6 – 10 kuning

25
Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu dan atau janin dapat

menyebabkan komplikasi persalinan. Dampak kematian / kesakitan / kecacatan

pada ibu dan atau bayi baru lahir.

3) Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor ≥12 merah

Kehamilan dengan faktor resiko ganda 2 lebih baik dari ibu dan atau janinnya

yang dapat menyebabkan

a) Lebih besar resiko/ bahaya komplikasi persalinan

b) Lebih besar dampak kematian ibu dan atau bayi.

4) Cara Pemberian Skor

Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4

dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal.

Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang,

perdarahan antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor

risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu Skor ’Poedji Rochjati’

(KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan

diisi. Kartu Skor ’Poedji Rochjati’ (KSPR) dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

26
Gambar 2 Skor Poedji Rochjati
Sumber: Buku KIA, 2015

8. Pelayanan antenatal di era adaptasi baru

a. Pelaksanaan program berdasarkan zona wilayah.

Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020

27
pelayanan antenatal diberikan mengacu pada ketentuan yang tercantum pada table

dibawah ini:

Tabel 4
Program Pelayanan bagi Ibu Hamil

Program Zona Hijau (Tidak Terdampak/ Zona Kuning (Resiko rendah), Orange (Resiko

Tidak Ada Kasus) Sedang), Merah (Risiko Tinggi)

Kelas ibu Dapat Dilaksanakan dengan Ditunda Pelaksanaannya dimasa pandemi

hamil metode tatap muka (maksimal COVID-19 atau dilaksanakan melalui media

10 peserta), dan harus mengikuti komunikasi secara daring (Video Call,

protokol kesehatan secara ketat. Youtube, Zoom).

P4K Pengisian stiker P4K dilakukan Pengisian stiker P4K dilakukan oleh ibu hamil

oleh tenaga kesehatan pada saat atau keluarga dipandu bidan/perawat/dokter

pelayanan antenatal melalui media komunikasi.

AMP Otopsi verbal dilakukan dengan Otopsi verbal dilakukan dengan mendatangi

mendatangi keluarga. Pengkajian keluarga atau melalui telepon. Pengkajian dapat

dapat dilakukan dengan metode dilakukan melalui media komunikasi secara

tatap muka (megikuti protocol daring (video conference).

kesehatan) atau melalui media

komunikasi secara daring.

b. Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal minimal

6x dengan rincian 2x di trimester 1, 1x di trimester 2, dan 3x di trimester 3.

28
Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di trimester 1 dan saat

kunjungan ke 5 di trimester 3.

1) ANC ke-1 di trimester 1: skrining faktor risiko dilakukan oleh dokter dengan

menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke bidan, bidan

tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke

dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan

antenatal secara tatap muka, dilakukan janji temu/ teleregistrasi dengan

skrining anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/ secara daring untuk

mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.

a) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika

sulit untuk mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan

skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di RS Rujukan.

b) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh dokter di

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

2) ANC ke-2 di trimester 1, ANC ke-3 di trimester 2, ANC ke-4 di trimester 3,

dan ANC ke-6 di trimester 3:

a) Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului dengan

janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi

(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.

b) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika

sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Jika tidak ada gejala

COVID-19, maka dilakukan pelayanan antenatal di FKTP.

3) ANC ke-5 di trimester 3

29
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh dokter dengan menerapkan

protokol kesehatan. Skrining dilakukan untuk menetapkan:

a) Faktor risiko persalinan, menentukan tempat persalinan, dan menentukan

apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.

b) Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining

anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari

faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke

RS untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka

dilakukan Rapid Test.

c. Rujukan terencana diperuntukkan bagi:

1) Ibu dengan faktor risiko persalinan. Ibu dirujuk ke RS untuk tatalaksana

risiko atau komplikasi persalinan. Skrining COVID-19 dilakukan di RS alur

pelayanan di RS Ibu dengan faktor risiko COVID-19. Skrining faktor risiko

persalinan dilakukan di RS Rujukan.

2) Jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan rujukan terencana, pelayanan

antenatal selanjutnya dapat dilakukan di FKTP.

d. Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan kesehatan

untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan kunjungan bayi baru lahir

melalui media komunikasi (telepon/SMS/WA) atau secara daring. Saat

melakukan janji temu/teleregistrasi, petugas harus menanyakan tanda, gejala,

dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian masker bagi pasien

saat datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

30
e. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular, psikologis

kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 1

dilakukan sesuai pedoman ANC terpadu dan buku KIA.

1) Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke 2, 3, 4,

dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh bidan atau dokter. Demikian pula untuk

ibu hamil dengan faktor risiko yang bisa ditangani oleh dokter di FKTP.

2) Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh dokter di

FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil skrining untuk dilakukan

tatalaksana secara komprehensif (kemungkinan juga dibutuhkan penanganan

spesialistik selain oleh dokter Sp.OG)

3) Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau terkonfirmasi

COVID-19, pemeriksaan USG ditunda sampai ada rekomendasi dari episode

isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko

tinggi.

4) Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam kehidupan

sehari-hari.

5) Mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya,

ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

a) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika

terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual-

muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah,

nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang atau

ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat,

pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta

31
lainnya atau riwayat obstetri buruk, maka ibu harus memeriksakan diri ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

b) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia

kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10

gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10

gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam berikutnya sampai maksimal

dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam). Bila belum mencapai 10

gerakan selama 12 jam, ibu harus segera datang ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan untuk memastikan kesejahteraan janin.

c) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi

makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap melakukan

aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/ yoga/pilates/peregangan secara

mandiri di rumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

d) Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai dosis yang

diberikan oleh tenaga kesehatan.

(1) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan status suspek,

probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19 dilakukan dengan

pertimbangan dokter yang merawat.

(2) Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat

pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat

gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki pemahaman

dan keputusan untuk perawatan bayinya.

32
9. Asuhan komplementer

Pelayanan kesehatan tradisional komplementer sebagaimana dimaksud dalam

PP 103 Tahun 2014 Pasal 7 ayat (1) huruf b merupakan pelayanan kesehatan

tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang

manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Pelayanan kesehatan tradisional

komplementer dapat menggunakan satu cara pengobatan atau kombinasi cara

pengobatan dalam satu kesatuan pelayanan komplementer. Pelayanan kesehatan

tradisional komplementer dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tradisional. Pelayanan ini dilakukan dengan menggunakan teknik manual terapi

energi, dan terapi olah pikir. Pelayanan ini menggunakan ramuan sebagaimana

dimaksud Pasal 11 huruf b dilakukan dengan menggunakan ramuan yang berasal

dari tanaman, hewan, mineral, dan sediaan sarian galenik atau campuran dari

bahan-bahan ramuan. Berikut contoh asuhan komplementer yang dapat diberikan

kepada ibu hamil antara lain :

a. Yoga ibu hamil Melakukan latihan yoga pada saat hamil, akan

mempersiapkan tubuh maupun pikiran untuk siap dan tegar menghadapi

persalinan. Manfaat yoga antenatal dikatakan dapat memudahkan proses

persalinan, mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental sang ibu

untuk menghadapi persalinan, melancarkan sirkulasi darah dan asupan

oksigen ke janin, selain itu dengan melakukan yoga dapat melatih otot otot

tubuh melalui gerakan tubuh disertai teknik pengaturan nafas dan pemusatan

konsentrasi, fisik akan lebih sehat, bugar, kuat dan emosi akan lebih stabil.

Yoga yang dilakukan selama kehamilan akan mengurangi terjadinya

komplikasi (Wiadnyana, 2011).

33
b. Menggunakan aroma terapi jahe. Rasionalnya adalah menimbulkan rasa

tenang dan mengurangi nyeri. Menurut (Margono, 2016) Pemberian terapi

jahe dapat menjadi salah satu terapi komplementer dalam pemberian asuhan

kebidanan pasien Low Back Pain, jahe dapat menurunkan intensitas nyeri

punggung bawah. Jahe memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan

pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme

otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah.

c. Pemberian aromaterapi mawar Aromaterapi mawar memberikan rasa rileks

pada ibu hamil. Ibu hamil mengatakan merasa lebih nyaman dan tenang. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Sharma, Majidi dan Juanita (2013) yang

mengatakan menghirup aromaterapi akan meningkatkan gelombang alfa di

dalam otak untuk rileks, hal tersebut dapat menurunkan aktifitas

vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Suprijati

(2013) yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian

aromaterapi dalam menurunkan kecemasan saat menghadapi persalinan.

d. Menggunakan essential oil Ada beberapa ibu hamil yang mungkin ingin

menggunakan essential oil untuk pijat hamil, karena minyak esensial sendiri

memiliki sensasi menenangkan. Manfaat dari pijat hamil yaitu : Mengurangi

nyeri punggung, mengurangi nyeri sendi, sirkulasi darah meningkat,

mengurangi ketegangan otot dan sakit kepala, mengurangi stres dan

kecemasan, tidur yang lebih baik. Selain itu Minyak esensial dapat membantu

merangsang drainase limfatik dan mengurangi cairan dari pergelangan kaki

ibu hamil sehingga dapat mengurangi terjadinya kaki bengkak. j. Brain

34
Booster Program pengungkit otak (brain booster) merupakan integrasi

program ANC dengan melakukan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi

pengungkit otak secara bersamaan pada periode kehamilan ibu yang bertujuan

meningkatkan potensi intelegensi bayi yang dilahirkan. Pelaksanaan program

brain booster diharapkan mampu meningkatkan angka cakupan antenatal

secara standar minimal, sekaligus mendukung program pemantauan masa

kehamilan menjadi sebulan sekali selama kehamilan (Permenkes RI, 2015).

B. Persalinan

1. Pengertian persalinan

Persalinan normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada

usiakehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa diserta penyulit. Persalinan

dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

servik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2017).

2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Passage

Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), passage adalah faktor jalan lahir

atau biasa disebut dengan panggul ibu. Passage memiliki 2 bagian, yaitu bagian

keras dan bagian lunak. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016), jalan lahir

dibagi atas:

1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

2) Bidang Hodge

35
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), bidang hodge adalah bidang yang

dipakai dalam obstetri untuk mengetahui seberapa jauh turunnya bagian bawah

anak ke dalam kedalam panggul. Terdapat 4 bidang hodge yaitu:

a) Bidang hodge I: jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejajar

dengan PAP atau bidang yang terbentuk dari promotorium, linea inomionata

kiri, simfisis pubis, linea inominata kanan kembali ke promo torium.

b) Bidang hodge II: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati pinggir (tepi)

bawah simfisis.

c) Bidang hodge III: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati spina

ischiadika.

d) Bidang hodge IV: bidang yang sejajar dengan PAP, melewati ujung tulang

coccyangeus. Bagian lunak, otot -otot, jaringan - jaringan, ligamen - ligamen.

b. Power

Power didefinisikan sebagai kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga beneran dari ibu (Nurhayati,

2019). Menurut Nurhayati (2019), secara umum, faktor kekuatan dalam persalinan

dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Kekuatan Primer (Kontraksi Involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas rahim yang menebal dan diantar ke arah

bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan

kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi.

Primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdiri atasi sehingga

janin turun.

2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Volunter)

36
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan

mendorong keluar ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen.

Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,

Tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan yang cukup penting dalam usaha

untuk mendorongkeluar dari uterus dan vagina.

c. Passanger (Janin)

Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan menurut Fitriana dan

Nurwiandani (2018) diantaranya:

1) Janin

(1) Sikap dan Letak

Sikap menunjukan hubungan bagian– bagian janin dengan sumbu janin,

biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi

dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang

di dada. Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.

Misalnya, letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus dengan sumbu ibu. Letak

membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala

atau sungsang.

2) Presentasi

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah rahim

yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya, presentasi

kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.

3) Posisi Janin

37
Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,

kiki, depan atau belakang terhadap sumbu ibu.

4) Plasenta

Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran janin,

yang berbentuk bundar atau oval. Letak plasenta yang normal pada korpus uteri

bagian depan atau bagian belakang agak kearah fundus uteri. Plasenta berbentuk

bundar, ukurannya sekitar 15cm x 20cm Tebalnya kurang lebih 2,5 – 3 cm.

Plasenta memiliki berat kurang lebih antara 500-600gram, sedangkan tali

pusatnya mempunyai panjang rata – rata 25 – 60 cm.

5) Air Ketuban

Air ketuban terletak di dalam ruangan yang dilapisi oleh selaput janin. Ciri –

ciri air ketuban berwarna putih keruh, bauamis. Fungsi air ketuban adalah untuk

melindungi janin, mencegah perlekatan janin dengan amnion, memberi ruang

pada janin agar tetap bergerak bebas. Air ketuban juga berfungsi unutk

melindungi plasenta dan talipusat dari tekanan kontraksi uterus.

3. Tahapan persalinan

a. Kala I

1) Tanda gejala

Tanda dan gejala bersalin dalam kala 1 meliputi adanya penipisan dan

pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks

dengan frekuensi minimal 2 kali selama 10 menit. Adanya cairan lendir

bercampur darah melalui vagina (JNPK-KR, 2017).

38
2) Fase-fase dalam kala I

(1) Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang

dari 4 cm dan dapat berlangsung hampir atau hingga delapan jam.

(2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap,

dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan 1 cm per jam (pada nulipara/

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi penurunan

bagian terbawah janin (JNPK-KR, 2017).

b. Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10

cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala

kala II yaitu: ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,

ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya,

perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah.

c. Kala III

Batasan kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga persalinan otot uterus terus

berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran ini mengakibatkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

39
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan melipat, menebal dan kemudian lepas

dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebawah uterus atau

kedalam vagina.

d. Kala IV

Batasan kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

setelah dua jam dari lahirnya plasenta. Perubahan yang terjadi pada kala IV yaitu

penurunan tinggi fundus uteri, serta otot-otot uterus berkontraksi sehingga

pembuluh darah yang terdapat di dalam anyaman otot uterus terjepit dan

perdarahan berhenti setelah plasenta dilahirkan (JNPK-KR, 2017).

4. Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait

dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat

pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah

tersebut antara lain membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang

bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan dan

rujukan. Kelima aspek dasar tersebut dicerminkan dalam setiap asuhan persalinan,

mulai dari asuhan kala I persalinan hingga kala IV (JNPK-KR 2017).

a. Asuhan Kala I Persalinan

1) Anamnesis

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang keluhan, riwayat

kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini akan digunakan dalam

menentukan keputusan klinik.

40
2) Pemeriksaan Fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada beberapa komponen pemeriksaan

yang dilakukan diantaranya pemeriksaan abdomen yang meliputi pemeriksaan

tinggi fundus uteri, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin,

menentukan presentasi serta menentukan penurunan bagian terbawah janin. Serta

melakukan pemeriksaan dalam yang meliputi genetalia eksterna genetalia interna,

ketuban, pembukaan (JNPK –KR 2017).

3) Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu selama persalinan kala I diantaranya memberikan

dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan

nutrisi, melakukan pengurangan rasa nyeri dengan cara melakukan pijat

counterpressure serta aromatherapydan terakhir memenuhi kebutuhan elimasi ibu

dengan cara keluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur (JNPK –

KR 2017).

4) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi bertujuan untuk mencegah mikroorganisme berpindah

dari satu individu ke individu lainnya (baik dari ibu, bayi baru lahir dan para

penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.

Tindakan yang dapat dilakukan seperti cuci tangan, memakai sarung tangan dan

perlengkapan pelindung lainnya, menggunakan teknik asepsis atau aseptik,

memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman dan

menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara

benar), perlu juga menjaga kebersihan alat genetalia ibu (JNPK –KR 2017).

41
5) Pencatatan (Dokumentasi)

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Adapun parameter penilaian dan

intervensi selama kala I yang terdapat dalam partograf dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 5
Parameter Penilaian dan Intervensi Selama Kala I

Frekuensi kala I fase laten Frekuensi kala Ifase


Parameter
aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 Jam
Suhu badan Setiap 2 atau jam Setiap 2 atau 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 4 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 Jam
Warna cairan amnion Setiap 4 jam Setiap 4 Jam
Sumber: Kemenkes RI., Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013

6) Rujukan

Kriteria rujukan menurut JNPK-KR 2017 dalam pelaksanaan rujukan sesuai

dengan 5 aspek benang singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan dalam

mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. Diantaranya bidan, alat, keluarga,

surat, obat, kendaraan, uang serta darah (pendonor) harus disiapkan.

b. Kala II

Proses-proses fisiologis yang akan terjadi dari adanya gejala dan tanda kala II

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan

mampu untuk memfasilitasi berbagai proses tersebut juga mampu mencegah

terjadinya berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap

yang paling dini dan menatalaksanaan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat

sesuai dengan lima aspek benang merah dalam persalinan (JNPK-KR 2017).

42
1) Persiapan penolong persalinan.

Salah satu persiapan penting bagi penolong persalinan adalah persiapan

penolong persalinan adalah penerapan praktik pencegahan infeksi.

2) Persiapan ibu dan keluarga

Asuhan sayang ibu dan sayang bayi diterapkan dalam proses persalinan dan

kelahiran bayi. Dalam Kala II diterapkan pertolongan persalinan sesuai dengan 60

langkah APN, menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan seperti

membantu ibu berganti posisi, memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan serta

memberikan semangat pada ibu, membimbing ibu meneran, membersihkan

perinium ibu, mengosongkan kandung kemih, melakukan amniotomi, menolong

kelahiran bayi, serta mencegah laserasi saat melahirkan kepala.

3) Pemantauan dan pencatatan selama kala II

Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara

berkala dan ketat selama berlangsungnya kala II persalinan. Adapun hal yang

dipantau diantaranya nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi

selama 30 menit, DJJ setiap 5-10 menit, penurunan kepala bayi, warna cairan

ketuban jika selaput ketuban sudah pecah, menentukan adanya presentasi

majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka, putaran paksi luar segera

setelah bayi lahir, kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama

lahir serta catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada

catatan persalinan.

c. Kala III

43
Asuhan dalam Kala III menurut JNPK KR 2017 adalah manajemen aktif kala

III. Adapun langkah-langkah manajemen aktif kala III adalah:

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Tanda-tanda pelepasan plasenta diantaranya perubahan bentuk dan tinggi

fundus, tali pusat memanjang dan menjulur melalui vulva serta adanya semburan

darah mendadak dan singkat.

3) Melakukan masase fundus uteri.

Tindakan ini dilakukan untuk menilai adanya atonia uteri dalam 15 detik

setelah kelahiran plasenta.

d. Kala IV

Asuhan dan pemantauan pada kala IV diantaranya:

a) Memperkirakan kehilangan darah, apabila perdarahan menyebabkan ibu

lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik menurun

lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan

lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah

kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).

b) Memeriksa perdarahan dari perinium, terdapat 4 derajat luka laserasi yang

menyebabkan perdarahan dari laserasi atau robekan perinium dan vagina.

Derajat Satu meliputi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior serta

kulit perinium. Robekan derajat dua meliputi mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perinium serta otot perinium. Robekan derajat tiga meliputi

laserasi derajat dua hingga otot sfingter ani. Dan terakhir robekan derajat

empat hingga dinding depan rektum. (JNPK-KR 2017).

44
5. Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama

penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan

persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten,

akan membantu penolong persalinan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,

asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran serta menggunakan

informasi yang tercatat sehingga secara dini mengidentifikasi adanya penyulit

persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Penggunaan partograf pastikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan

secara aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang

dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Saifuddin, 2018).

6. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a. Dukungan Fisik dan Psikologis

Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga,

teman, perawat, bidan maupun dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang

yang sudah terlibat dalam kelas-kelas antenatal (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

Menurut Fitriana (2018) adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah

sebagai berikut:

1) Kebutuhan oksigen yang diperlukan ibu sangat penting untuk oksigenasi

janin melalui plasenta, oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan

sirkulasi udara yang baik selama persalinan, sebaiknya pada saat persalinan

45
penopang payudara dapat dilepas atau dikurangi kekencangannya. Indikasi

pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik

dan stabil.

2) Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang

harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup karena merupakan sumber

glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel – sel tubuh.

3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan untukmembantu

kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien,

4) Kebutuhan kebersihan ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam

memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena kebersihan yang baik dapat

membuat ibu merasa aman dan rileks, mengurangi kelelahan, mencegah insfeksi,

mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan,

dan memelihara kesejahteraan fisik serta psikis.

5) Kebutuhan istirahat selama proses persalinan yang dimaksud adalah bidan

memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan

emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his. Ibu bisa berhenti

sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his.

7) Ibu dapat mengatur posisi persalinan dan posisi meneran saat proses

persalinan berlangsung. Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis maka

robekan perineum seringkali terjadi. Oleh karena itu pernjahitanperineum

merupakan salahsatu kebutuhan fisiologis ibu bersalin.

8) Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan yang terstandar

merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu

46
bersalin, karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat

meningkatkan proses persalinan yang alami dan normal.

Menurut Fitriana (2018), adapun kebutuhan psikologi ibu selama persalinan

diantaranya:

1) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus.

2) Penerimaan atas sikap dan perilakunya.

3) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.

4) Pemberian sugesti yang dilakukan untuk memberi pengaruh pada ibu berupa

sugesti positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu dan mengatakan

bahwa proses persalinan yang akan ibu hadapi akan berjalan dengan baik dan

lancar.

5) Membangun kepercayaan merupakan unsur penting yang dapat membangun

citra positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan.

7. Pelayanan persalinan

Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020

pelayanan persalinan yang diberikan yaitu:

a. Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

b. Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:

1) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.

2) Kondisi ibu saat inpartu.

3) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.

4) Persalinan di RS Rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status: suspek,

probable, dan terkonfirmasi COVID-19 (penanganan tim multidisiplin).

47
5) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status: suspek,

probable, dan terkonfirmasi COVID-19, jika terjadi kondisi RS rujukan

COVID-19 penuh dan/atau terjadi kondisi emergensi. Persalinan dilakukan

dengan APD yang sesuai.

6) Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat (skrining awal:

anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal),

rapid test non reaktif). Persalinan di FKTP menggunakan APD yang sesuai

dan dapat menggunakan delivery chamber (penggunaan delivery chamber

belum terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19).

7) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di semua

Fasilitas Pelayanan Kesehatan walaupun belum diketahui status COVID-19.

Kecuali bila ada kondisi yang mengharuskan dilakukan rujukan karena

komplikasi obstetrik.

c. Rujukan terencana untuk:

1) Ibuyang memiliki risiko pada persalinan danibu hamil dengan status Suspek

dan Terkonfirmasi COVID-19 Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal

14 hari sebelum taksiran persalinan atau sebelum tanda persalinan.

2) Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning (risiko

rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala COVID-19 pada H-14

sebelum taksiran persalinan dilakukan skrining untuk menentukan status

COVID-19. Skrining dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR

atau rapid test (jika tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang

mempunyai kebijakan lokal dapat melakukan skrining lebih awal.

48
3) Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-19 pada

ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala

4) Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining awal:

anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR< 5,8 dan limfosit normal), rapid

test non reaktif), persalinan dapat dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP

dapat menggunakan delivery chamber tanpa melonggarkanpemakaian APD

(penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat mencegahtransmisi

COVID-19).

5) Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan skrining,

Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa menunggu hasil

skrining dengan menggunakan APD sesuai standar.Hasil skrining COVID-19

dicatat/dilampirkan di buku KIA dan dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan tempat rencana persalinan.

6) Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur, diutamakan

menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

8. Pelayanan persalinan di Rumah Sakit

a. Pemilihan metode persalinan juga harus mempertimbangkan ketersediaan

sumber daya, fasilitas di rumah sakit, tata ruang perawatan rumah sakit,

ketersediaan APD, kemampuan laksana, sumber daya manusia, dan risiko

paparan terhadap tenaga medis dan pasien lain.

b. Indikasi induksi persalinan atau SC sesuai indikasi obstetrik, indikasi medis,

atau indikasi kondisi ibu atau janin.

c. Ibu dengan COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi di ruang bersalin,

dilakukan penanganan tim multidisiplin yang terkait meliputi dokter

49
paru/penyakit dalam, dokter kebidanan dan kandungan, anestesi, bidan,

dokter spesialis anak dan perawat perinatologi.

d. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota staf yang

memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan lokal yang menetapkan

personil yang ikut dalam perawatan.

e. Hanya satu orang (pasangan/ anggota keluarga) yang dapat menemani pasien.

Orang yang menemani harus diinformasikan mengenai risiko penularan dan

mereka harus memakai APD yang sesuai saat menemani pasien.

f. Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar,

dengan penambahan pemeriksaan saturasi oksigen yang bertujuan untuk

menjaga saturasi oksigen> 94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi.

g. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan kasus di

Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan pemantauan janin secara

kontinyu selama persalinan.

h. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan suspek atau

terkonfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila

memungkinkan ditunda untuk mengurangi risiko penularan sampai infeksi

terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak dapat

ditunda maka operasi dilakukan sesuai prosedur standar dengan pencegahan

infeksi sesuai standar APD.

C. Konsep Dasar Nifas

1. Defenisi masa nifas

Menurut Maritalia (2014) masa nifas atau puerperium adalah masa setelah

persalinan selesai sampai minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ

50
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Masa nifas adalah dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhirketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas diseut juga masa post partum atau

puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan ain sebagainya berkaitan saat melahirkan Taufan

Nugroho (2014). enamminggu yang disertai dengan kembalinya alat-alat

kandungan seperti sebelum hamil.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain Wahyuni

(2018) untuk:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana

dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian

nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus

melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas secara sistematis

yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah

yang terjadi pada ibu dan bayi.

51
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langkah

berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat; memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi Uteruss

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai

berikut:

Tabel 6
Involusi Uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

Pertengahan pusat

7 hari (minggu 1) dan simfisis 500 gram 7,5 cm

14 hari (minggu

2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Sumber: Nugroho, dkk (2014)

Menurut Nugroho dkk (2014) uterus pada bekas implantasi plasenta

merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah

52
plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, ada akhir minggu ke-2 hanya sebesar

3-4 cm pada akhir masa nifas 1-2 cm.

2) Lokia

Menurut Nugroho dkk (2014) akibat involusi uterus, lapisan luar desidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan

keluar bersama dengan sisacairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah

yang dinamakan lokia. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 7
Jenis-Jenis Lokia

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks
Kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah

Sanguilent 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lender


a Merah
Serosa 7-14 Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
Hari kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lender serviks dan serabut jaringan
yang mati
Sumber: Nugroho dkk (2014)

Menurut Nugroho dkk (2014) jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240

hingga 270 ml.

b. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Suhu Tubuh

53
Setelah proses melahirkan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 ͦC dari

keadaan normal namun tidak lebih dari 38 ͦC. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya metabolisme tubuh saat proses persalinan. Setelah 12 jam post

partum, suhu tubuh kembali seperti semula. Bila suhu tubuh tidak kembali ke

keadaan normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhadap

kemungkinan terjadinya infeksi.

2) Nadi

Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses

persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses persalinan

selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya

denyut nadi akan kembali normal.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar antara 110-140 mmHg dan

untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit

lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada

proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg

pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya

hipertensi atau pre eklampsia post partum.

4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada saat

partus frekuensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi

untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar persediaan

oksigen ke janin terpenuhi. Setelah partus selesai, frekuensi pernafasan akan

54
kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi.

4. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Menurut Yanti dan Sundawati (2011) pada periode ini kecemasan wanita

dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa

nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung

jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam adaptasi masa nifas adalah sebagai

berikut: Fungsi menjadi orangtua, Respon dan dukungan dari keluarga, Riwayat

dan pengalaman kehamilan serta persalinan, Harapan, keinginan dan aspirasi saat

hamil dan melahirkan.

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada massa nifas antara lain (Yanti dan

Sundawati, 2011):

a. Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,

sehingga cendrung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang

perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi dan asupan

nutrisi yang baik. Gangguan psikologis yang dapat dialami pada fase ini, antara

lain: Kekecewaan pada bayinya; Ketidak nyamanan sebagai akibat perubahan

fisik yang dialami, Rasa bersalah karena belum menyusui bayinya, Kritikan suami

atau keluarga tentang perawatan bayi.

55
b. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa kawatir

akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.

Perasaan ibu lebih sensitive dan lebih cepat tersinggung. Hal yang perlu

diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan

atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

Tugas bidan antar lain: meengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui

yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,

istirahat, kebersihan dan lain-lain.

c. Fase letting go

Fase ini adalah fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung pada hari ke - 10 setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan

bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam

memenuhi keutuhan bayi dan dirinya.

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Maritalia (2014) menjelaskan ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk

persiapan produksi ASI, bervariasi dan seimbang, terpenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk mengatasi anemia, cairan

dan serat untuk memperlancar ekskresi.

Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan mengandung

cukup kalori yang berfungsi untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan kalori

56
wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg diperkirakan sekitar 2.200

kalori/hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan menyusui membutuhkan kalori

yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama

untuk memberikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada bulan ke tujuh dan

selanjutnya. Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga

kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum

untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari post partum.

b. Ambulasi

Nugroho (2014) menjelaskan mobilisasi yang dilakukan tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early

ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing

ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun

dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai

mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan. Keuntungan

ambulasi dini diantaranya:

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik

3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu

4) Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

5) Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis)

Mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk, tidak menyebabkan perdarahan

abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi maupun luka di

perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri. Early ambulation

57
tidak dianjurkan pada ibu post partum dengan penyulit, seperti anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

c. Eliminasi

Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat

BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter

uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani

selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan.

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami

kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur, cukup cairan; konsumsi makanan

berserat, olahraga.

d. Kebersihan diri dan perineum

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan

perasaan nyaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam

menjaga kebersihan diri adalah sebagai berikut:

1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari

2) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur

3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

4) Melakukan perawatan perineum

5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

6) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia

e. Istirahat

Maritalia (2014) menjelaskan masa nifas sangat erat kaitannya dengan

gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah melahirkan. Pada

tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya

58
kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada luka perineum.

Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3

minggu setelah persalinan.

Nugroho (2014) ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang

hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya

antara lain:

1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan.

3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

4) Jumlah ASI berkurang

5) Memperlambat proses involusi uteri

6) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayisendiri

f. Seksual

Maritalia (2014) menjelaskan ibu yang baru melahirkan boleh melakukan

hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk

luka episiotomi dan luka bekas operasi Sectio Caesarea (SC) biasanya teah

sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau

laserasi/robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4

minggu setelah proses melahirkan.

Pada prinsipnya, tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual

setelah selesai masa nifas 40 hari. Intinya ialah permasalahan psikologis dan

kesiapan ibu untuk melakukan hubungan seksual setelah melewati masa nifas.

59
g. Latihan nifas

Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara

teratur setiap hari. Ibu tidak perlu khawatir terhadap luka yang timbul akibat

proses persalinan karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah

persalinan caesar, ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan utama

mobilisasi dini adalah agar peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik

sehingga ibu dapat melakukan senam nifas.

h. Metode kontrasepsi, beberapa metode kontrasepsi yang dapat digunakan


yaitu:
1) Metode kontrasepsi alamiah yaitu

a) Metode amenorea laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai kontrasepsi ibu

menyusui secara penuh dan sering lebih dari delapan kali sehari, ibu belum

haid, umur bayi kurang dari enam bulan.

b) Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi pasca salin yang aman dan efektif

untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi kehamilan. Alat

Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dapat dipasang segera setelah bersalin

ataupun dalam jangka waktu tertentu.

c) Kontrasepsi progrestin, mengandung hormon progesteron yang dapat

digunakan oleh ibu menyusui baik dalam bentuk pil maupun suntik. Hormon

estrogen pada kontrasepsi kombinasi dapat mengurangi produksi ASI

6. Kunjungan Nifas

Menurut Kemenkes RI tahun 2019 pelayanan kesehatan bagi ibu nifas

dilakukan empat kali dengan ketentuan waktu sebagai berikut yaitu:

60
a. Kunjungan Nifas pertama (KF1) dilakukan pada periode 6 jam sampai

dengan 2 hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemantauan trias nifas, pemberian kapsul vitamin A

diberikan 2 kali yaitu 1 kali setelah bersalin dan 1 kali pada 24 jam

berikutnya dengan dosis 200.000 IU).

b. Kunjungan Nifas 2 (KF2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah

persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemantauan trias nifas, anjuran ASI eksklusif.

c. Kunjungan Nifas (KF3) asuhan dilakukan satu kali pada periode hari ke-8

sampai hari ke-28 setelah persalinan.

d. Kunjungan Nifas 4 (KF4) asuhan dilakukan satu kali pada periode hari ke-29

sampai hari ke-42 setelah persalinan.

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram Astuti dkk (2016).

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang

bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran dan harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

(Sulistyawati, 2016).

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Astuti dkk (2016) ciri-ciri bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

61
b. Berat badan 2.500-4.000 gram

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar kepala 33-35 cm

f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

h. Pernapasan ± 40-60 x/menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Nilai APGAR >7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan

daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

q. Refleks morro (gerakan memeluk ketika dikagetkan) sudah terbentuk dengan

baik

r. Refleks grasping (menggenggam) dengan baik

s. Genitalia Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada

skrotum dan penis yang berlubang.

t. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang

berlubang, serta adanya labia minora dan labiamayora.

62
u. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecoklatan

Adapun penilaian pada bayi baru lahir dilakukan dengan penilaian APGAR

score:

Tabel 8
Nilai APGAR Bayi Baru Lahir

Tanda 0 1 2

Appearance Blue (seluruh Body pink, Limbs Blue All pink (seluruh
(warna kulit) tubuh biru atau (tubuhk memerahan, tubuh kemerahan)
pucat) ekstremitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak ada) < 100 >100
jantung)

Grimace (refleks) None (tidak Grimace (sedikit Cry (reaksi


bereaksi) gerakan) melawan,
menangis)
Actifity Limp (lumpuh) Some Flexion of Limbs Active Movement,
(tonus otot) limbs Well Flexed
(ekstrimitas sedikit
(gerakan aktif,
fleksi)
ekstrimitas fleksi
dengan baik)

Respiratory Effort None (tidakada) Slow, Irregular Good,strong cry


(usaha bernafas) (lambat, tidak teratur) (menangis kuat)

Sumber: Saifuddin (2014).

3. Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir

Adapun komponen asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR (2012), adalah

sebagia berikut:

a. Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan lakukan penilaian bayi

63
yaitu bayi lahir langsung menangis, tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif.

Berat badan 2500-4000 gram (Kemenkes R.I, 2016).

b. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu

pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Hal yang

terpenting dalam perawatan tali pusat adalah menjaga agar tali pusat tetap kering

dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.

c. Pencegahan Infeksi

Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar

atau terkontaminasi selama persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah

lahir.

d. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum berfungsi

sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan

kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan

hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan

kematian.

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD dilakukan segera setelah bayi lahir dengan posisi bayi diletakkan di dada

ibu atau perut atas ibu untuk mencari dan menemukan putting susu ibunya, IMD

sangat bermanfaat bagi ibu dan juga bayinya. Manfaat bagi bayi akan membantu

stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi agar tetap hangat,

mencegah infeksi nosokomia dan mempererat rasa saying ibu dengan bayi.

f. Pencegahan Infeksi Mata

64
Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit

ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung

antibiotic tetraksiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1

jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif bila diberikan

lebih dari 1 jam setelah kelahiran.

g. Pemberian Vitamin K

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K, injeksi 1 mg intramuscular

setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian

BBL.

h. Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap

bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1

jam setelah pemberian vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam.

i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memastikan normalitas dan

mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Hal ini dilakukan pada satu jam

pertama kelahiran. Pemeriksan dilakukan dari kepala, lingkar kepala, bentuk

wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, klavikula, dada, abdomen, tangan,

tungkai, spinal, kulit, eliminasi, berat badan dan panjang badan (Deslidel, 2012).

4. Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru lahir mengalami kelahiran dan masih

memerlukan penyesuaian terhadap kehidupan ekstrauterin, dimana periode ini

dibagi menjadi dua yaitu masa nonatal dini dari baru lahir sampai usia bayi tujuh

65
hari dan masa nonatal lanjut dari usia bayi delapan hari sampai 28 hari (Saifuddin,

2010). Asuhan yang dapat diberikan untuk bayi baru lahir sampai masa neonatus

ada tiga kali (Buku Kesehatan Ibu dan Anak 2016):

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) pada 6 jam – 48 jam setelah lahir

Bayi diberikan asuhan berupa pemeriksaan berat badan, panjang badan, suhu

tubuh, frekuensi tubuh, frekuensi nafas (x/mnt), frekuensi denyut jantung (x/mnt),

menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan Air Susu Ibu (ASI), pencegahan

infeksi, perawatan mata, perawatan tali pusat, dan imunisasi HB-0 (umur 0-7

hari), BCG dan Polio I (0-2 bulan).

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) pada hari ke-3 sampai hari ke-7

Asuhan yang diberikan adalah menjaga bayi agar tetap hangat. Memeriksa

berat badan, suhu, frekuensi nafas dan frekuensi denyut jantung, memeriksa

kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, memeriksa ikterus,

memeriksa diare, memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah

pemberian ASIminum, memeriksa status Vitamin K, memeriksa status imunisasi

HB-0, BCG dan Polio I.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) pada hari ke-8 sampai 28 hari

Asuhan yang diberikan memeriksa tanda vital, memeriksa kemungkinan

masalah pemberian ASI/minum, memeriksa status Vitamin K, memeriksa status

imunisasi HB-0, BCG dan Polio I.

d. Bayi umur 29 hari hingga 42 hari

Bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari bulan ke bulan.

Pertumbuhan pada bayi tentunya diiringi dengan perkembangan motorik kasar

dan halus, umur satu minggu berat badan bayi bisa turun 10% pada umur 2

66
sampai 4 minggu naik setidaknya 300 gram dalam bulan pertama.

5. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir, Neontaus dan Bayi

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh 2 faktor yatu faktor genetik dan

faktor lingkungan. Optimalisasi faktor lingkungan untuk tumbuh kembang

optimal meliputi 3 kebutuhan dasar yaitu (Dierektorat Kesehatan Anak Khusus,

2010):

1) Asuh

Asuh adalah kebutuhan yang meliputi:

a) Pangan atau kebutuhan gizi seperti IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI,

pemantauan panjang badan dan berat badan secara teratur

b) Perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi sesuai jadwal

c) Hygiene dan sanitasi, sandang dan papan, kesegaran dan jasmani, dan

pemanfaatan waktu luang

2) Asih

Asih adalah ikatan yang erat serasi dan selaras antara ibu dan anaknya yang

diperlukan pada tahun-tahun pertama kehidupan anak untuk menjamin tumbuh

kembang fisik, mental, dan psikososial anak, seperti kontak kulit antara ibu dan

bayi serta menimang dan membelai bayi

3) Asah

Asah merupakan proses pembelajaran pada anak agar anak tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang cerdas, ceria dan berkarakter mulia, maka periode

balita menjadi periode yang menentukan sebagai masa keemasan (golden period),

jendela kesempatan (window of opportunity), dan masa krisis (critical period)

yang tidak mungkin terulang. Oleh karena itu pengembangan anak usia dini

67
melalui perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak usia dini.

6. Pelayanan bayi baru lahir secara umum di era masa adaptasi

Menurut pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

di era adaptasi kebiasaan baru oleh Kementerian Kesehatan R.I tahun 2020

pelayanan bayi baru lahiryang diberikan yaitu:

a. Penularan COVID-19 secara vertikal melalui plasenta belum terbukti sampai

saat ini. Oleh karena itu, prinsip pertolongan bayi baru lahir diutamakan

untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2 melalui droplet atau udara

(aerosol generated).

b. Penanganan bayi baru lahir ditentukan oleh status kasus ibunya. Bila dari

hasil skrining menunjukkan ibu termasuk suspek, probable, atau

terkonfirmasi COVID-19, maka persalinan dan penanganan terhadap bayi

baru lahir dilakukan di Rumah Sakit.

c. Bayi baru lahir dari ibu yang bukan suspek, probable, atau terkonfirmasi

COVID-19 tetapmendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 – 6

jam), yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini

(IMD), injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan

imunisasi Hepatitis B.

d. Kunjungan neonatal dilakukan bersamaan dengan kunjungan nifas. KIE yang

disampaikan pada kunjungan pasca salin (kesehatan bayi baru lahir):

1) ASI eksklusif.

2) Perawatan tali pusat, menjaga badan bayi tetap hangat, dan cara memandikan

bayi.

68
3) Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR): apabila

ditemukan tanda bahaya atau permasalahan, bayi harus segera dibawa ke

Rumah Sakit.

4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA):

apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi harus segera

dibawa ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

5) Pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital tetap dilakukan. Idealnya, waktu

pengambilan spesimen dilakukan pada 48 – 72 jam setelah lahir dan masih

dapat diambil sampai usia bayi 14 hari. Bila didapatkan hasil skrining dan tes

konfirmasinya positif hipotiroid, maka diberikan terapi sulih hormon sebelum

bayi berusia 1 bulan.

5. Pijat Bayi

a. Pengertian Pijat bayi

Pijat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah

lama dikenal oleh manusia dan merupakan pengobatan yang dipraktekkan

sejak awal manusia diciptakan ke dunia, karena prosesnya berhubungan dengan

kehamilan dan kelahiran manusia. Manusia mengalami pengalaman pertama

dipijat pada saat dilahirkan di dunia dengan adanya proses kelahiran dimana

harus meninggalkan Uterus yang hangat dan melewati jalan lahir yang

sempit sehingga menimbulkan pengalaman traumatik dan kecemasan. Sentuhan

dan pijat bayi yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat bayi

mempertahankan rasa aman setelah mendapat jaminan adanya kontak tubuh

bayi (Roesli, 2013).

69
Baby massage atau pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Pijat bayi

dapat diartikan sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi (Subekti.

2008). Pijat bayi juga disebut dengan touch therapy yang artinya adalah salah

satu teknik yang mengombinasi manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat

emosional seperti ikatan batin (bonding). Pijat bayi juga merupakan satu

alternatif upaya untuk meraih derajat kesehatan yang paling sederhana yang bisa

dilakukan di rumah, selain itu pijat bayi juga dapat menimbulkan suatu kontak

batin antara anak dan orang tua (Pratyahara, 2012).

b. Manfaat Pijat Bayi

Pijat bayi merupakan praktik pengasuhan anak secara tradisional yang

bertahan sampai saat ini karena telah terbukti khasiatnya. Nenek moyang

kita sudah terbiasa memijat bayi ketika ada masalah kesehatan yang

ditunjukkan dengan gejala rewel, tidak doyan makan, serta perut kembung.

Pijat berpengaruh pada pola tidur yang teratur, pengenalan terhadap

lingkungan, serta ketenangan emosi yang lebih baik.

Manfaat lain dari pijat bayi adalah membantu merangsang dan

menyeimbangkan hormon-hormon pada tubuhnya, yaitu hormon kortisol dan

oksitosin. Saat memberikan pijatan pada bayi, hormon kortisol yang ada dalam

tubuhnya berkurang. Hormon kortisol adalah hormon penyebab stress. Dengan

penurunan hormon kortisol berarti bayi akan menjadi lebih riang dan tidak suka

menangis. Pijat bayi dapat merangsang hormon oksitosin yang dapat

menimbulkan rasa nyaman dan kasih sayang. Pijat bayi juga dapat memperbaiki

sistem imunitas serta menambah jumlah produksi darah putih pada bayi

70
yang membuat jadi lebih sehat. Pijat akan menstimulasi enzim-enzim yang

ada di perutnya sehingga penyerapan nutrisi dalam tubuh lebih optimal.

Memijat bayi secara teratur dapat memberikan manfaat untuk

memengaruhi rangsangan saraf dan kulit serta memproduksi hormon-hormon

yang berpengaruh dalam meningkatkan nafsu makan, seperti hormon gastrin

dan insulin yang berperan penting dalam proses penyerapan makanan. Pada

bayi yang di pijat, produksi kedua hormon ini meningkat sehingga

penyerapan makanan dan nafsu makan meningkat. Nafsu makan yang

meningkat akan membuat berat badan bayi meningkat. Pijat juga dapat

memperlancar peredaran darah dan membantu menguatkan otot-otot bayi.

Berikut beberapa manfaat pijat bayi (Julianti, 2017)

1) Manfaat untuk bayi

a) Meningkatkan daya tahan tubuh

b) Meningkatkan berat badan

c) Membuat bayi semakin tenang

d) Membuat bayi tidur lelap

e) Meningkatkan Pertumbuhan

f) Memperbaiki konsentrasi bayi

g) Membantu meringankan ketidak nyamanan (Kolik, konstipasi, tumbuh gigi)

h) Memacu perkembangan otak dan system saraf

i) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan

j) Memperkuat ikatan bounding bayi dengan ibu/ orang tuanya.

k) Meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel

l) Quality time, bayi merasa aman

71
m) Komunikasi verbal dan non verbal

n) Mengurangi hormone stress

o) Kulit bayi lebih halus

p) Mengajar bayi sejak dini tentang bagian tubuh

2) Manfaat untuk orang tua

a) Meningkatkan rasa kepercayaan diri ibu

b) Mewujudkan ikatan batin dan kedekatan yang lebih baik (bounding)

c) Memudahkan orang tua mengenali bayinya

d) Membantu bahasa verbal dan non verbal

e) Menciptakan suasan yang menyenangkan

f) Mengurangi stress, depresi pasca melahirkan dan ketegangan

g) Meningkatkan berat badan bayi dan pertumbuhan

E. Tinjauan Khusus Tentang Ikterus

1. Pengertian

a. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan

mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu

bilirubin (Pholman, dkk, 2015).

1) Ikterus sering kali muncul pada bayi yang baru lahir karena penumpukan

bilirubin yang berlebihan di dalam darah dan jaringan, yaitu 60% pada bayi

cukup bulan (aterem) dan 80% pada bayi premature. Ikterus berarti gejala

kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang menyebabkan

pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan warna

pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Ikterus

72
biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl,

sedangkan kadar bilirubin serum normal 0,3-1 mg/dl (Anggraini, 2014).

2) Ikterus merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ikterus adalah

manifestasi klinis dari hiperbilirubinemia. Sekitar 25-50 % bayi baru lahir

menderita ikterus pada minggu pertama (Faiqah, Syajaratuddur, 2014).

3) Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering

ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh

proses fisiologi atau patologi atau kombinasi keduanya (Lubis, Mardina

Bugis, dkk, 2013).

2. Klasifikasi

a. Ikterus fisiologi

Ikterus fisiologi adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul yang timbul

pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis

dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10 (Susilaningsih, 2013).

b. Ikterus patologi

Ikterus Patologi adalah ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar

bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia (Marmi dan

Rahardjo, 2012). Ikterus patologi memiliki tanda-tanda, antara lain sebagai

berikut:

a) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

b) Peningkatan bilirubin 5 mg/dl atau lebih dari 24 jam.

3. Etiologi

Etiologi ikterus pada BBL dapat berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh

beberapa faktor. Secara garis besar etiologi itu dapat dibagi sebagai berikut:

73
a. Produksi yang berlebihan lebih dari pada kemampuan bayi untuk

mengeluarkannya misalnya hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas

darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, pyruvate kinase,

perdarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat

disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi biliribun,

gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak

terdapatnya enzim glukorinil transferasi (cringgler najjar syndrome). Penyebab

lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake

bilirubin ke sel-sel hepar.

c. Gangguan dalam transfortasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin

kemudian diangkut kehepar, ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat

dipengaruhi oleh obat-obatan misalnya salsilitas, sulfatfurazole. Defisiensi

albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas

dalam darah yang kemudian melekat ke sel otak.

d. Gangguan dalam sekresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam

hepar atau diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh

penyebab lain.

e. Obstruksi saluran pencernaan (fungsional atau struktural) dapat meningkatkan

hiperbilirubinemia unconjugated akibat penambahan dari bilirubin yang

berasal dari sirkulasi enterahepatik.

f. Ikterus akibat Air Susu Ibu (ASI). Ikterus akibat asi merupakan unconjugated

hiperbilirubinemia yang mencapai puncaknya terlambat (biasanya menjelang

hari ke 6-14). Dapat dibedakan dari penyakit lain dengan reduksi kadar

74
bilirubin yang cepat bila disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari.

Hal ini unruk membedakan pada bayi disusui ASI selama minggu pertama

kehidupan. Sebagai bahan yang terkandung dalam Air Susu Ibu (ASI) adalah

(beta glucoronidase) akan memecah bilirubin menjadi bentuk yang larut

dalam lemak, sehingga bilirubin indirek akan meningkat, dan kemudian akan

direabsorpsi oleh usus. Bayi yang mendapatkan ASI bila dibandingkan

dengan bayi yang mendapat susu formula, mempunyai kadar bilirubin yang

lebih tinggi berkaitan dengan penurunan asupan beberapa hari pertama

kehidupan. Pengobatannya bukan dengan menghentikan pemberian ASI

melainkan dengan meningkatkan frekuensi pemberian (Marmi dan Rahardjo,

2012).

7. Patofisiologi Ikterus

Sel-sel darah merah yang telah tua dan rusak akan dipecah menjadi bilirubin,

yang oleh hati akan dimetabolisme dan dibuang melalui feses. Didalam usus juga

terdapat banyak bakteri yang mampu mengubah bilirubin sehingga mudah

dikeluarkan oleh feses. Hal ini terjadi secara normal pada orang dewasa. Pada

bayi baru lahir, jumlah bakteri pemetabolisme bilirubin ini masih belum

mencukupi sehingga ditemukan bilirubin yang masih beredar dalam tubuh tidak

dibuang bersama feses. Begitu pula dalam usus bayi terdapat enzim glukorinil

transferase yang mampu mengubah bilirubin dan menyerap kembali bilirubin

kedalam darah sehingga makin memperparah akumulasi bilirubin dalam

badannya. Akibatnya pigmen tersebut akan disimpan dibawah kulit, sehingga

kulit bayi menjadi kuning. Biasanya dimulai dari wajah, dada, tungkai dan kaki

menjadi kuning. Biasanya hiperbilirubinemia akan menghilang setelah minggu

75
pertama. Kadar bilirubin yang sangat tinggi biasanya disebabkan pembentukan

yang berlebihan atau gangguan pembuangan bilirubin. Kadang pada bayi cukup

umur yang diberi susu ASI, kadar bilirubin meningkat secara progresif pada

minggu pertama, keadaan ini disebut jaundice ASI. Penyebabnya tidak diketahui

dan hal ini tidak berbahaya, jika kadar bilirubin sangat tinggi mungkin perlu

dilakukan terapi yaitu terapi sinar dan transfusi tukar (Maryunani, 2014).

6. Faktor Resiko

a. Air Susu Ibu (ASI ) yang kurang

Bagi yang mendapat ASI yang cukup saat menyusui dapat bermasalah karena

tidak cukupnya asupan ASI yang masuk ke usus untuk memproses pembuangan

bilirubin dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada bayi prematur yang ibunya tidak

memproduksi cukup ASI.

b. Peningkatan jumlah sel darah merah

Peningkatan jumlah sel darah merah dengan penyebab apapun beresiko untuk

terjadinya hiperbilirubinemia. Sebagai contoh, bayi yang memiliki jenis golongan

darah yang berbeda dengan ibunya, lahir dengan anemia akibat abnormalitas

eritrosit atau mendapat transfusi darah, kesemuanya beresiko tinggi akan

mengalami hiperbilirubinemia.

c. Infeksi/inkompabilitas ABO-Rh

Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu ke

janin didalam rahim dapat meningkatkan resiko hiperbilirubinemia. Kondisi ini

dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis kongenital, rubella dan

sepsis (Maulida, 2014).

7. Komplikasi

76
a. Kern ikterus

b. Kerusakan hepar

c. Gagal ginjal (Maryunani, 2014).

8. Penilaian bayi ikterus

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan.

Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan

sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh

sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang

merupakan resiko terjadinya kern ikterus dengan cara klinis (Kramer) yang

dilakukan dibawah sinar biasa (daylight) (Marmi dan Rahardjo, 2012). Cara

menegakkan diagnose ikterus pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :

a. Keluhan subjektif yaitu bayi berwarna kuning pada muka dan sebagian

tubuhnya dan kemampuan menghisap bayi lemah (Williamson dan Kenda 2013).

b. Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan yang dilakukan dari ujung rambut

sampai ujung kaki dengan hasil bayi berwarna kuning serta pemeriksaan reflek

bayi (Williamson dan Kenda 2013).

c. Cara untuk menentukan derajat ikterus salah satunya dengan cara klinis

(rumus kramer) yang dilakukan di bawah sinar biasa (day light). Daerah kulit bayi

yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer seperti di bawah ini :

77
Tabel 9
Rumus Kramer

Daerah Ikterus Luas Ikterus Kadar Bilirubin

1 Kepala dan leher 5

2 Kepala, leher dan badan bagian atas 9

3 Kepala, leher, dan badan bagian atas 11

4 Kepala, leher, badan bagian atas, badan 12


bagian bawah dan tungkai.

5 Kepala, leher, badan bagian atas, badan >12,5


bagian bawah, tungkai dan telapak
tangan dan kaki.

Sumber: Marmi dan Rahardjo , 2014

d. Pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan, kadar bilirubin total

dan direk, golongan darah uji coombs direk, uji coombs indirek darah periksa

lengkap dengan diferensial, protein serum total, dan glukosa serum (Kosim,

2012).

9. Penanganan bayi ikterus

a. Ikterus Fisiologi

1) Mempercepat metabolisme pengeluaran bilirubin dengan early breast feeding

yaitu menyusui bayi dengan ASI. Pemberian makanan dini dapat mengurangi

terjadinya ikterus fisiologik pada neonatus, karena dengan pemberian

makanan yang dini itu terjadi pendorongan geraakan usus dan mekonium

lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepatik bilirubin

berkurang. Bilirubin dapat dipecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan

urine. Untuk itu bayi harus mendapat cukup ASI, seperti yang diketahui ASI

memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB dan

78
BAK.Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini bayi diletakan di atas dada ibu

selama 30-60 menit, posisi bayi pada payudara harus benar, berikan

kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium segera.

Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera dikeluarkan,

bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan kadar bilirubin

dalam darah. Bayi jangan diberi air putih, air gula atau apapun sebelum ASI

keluar karena akan mengurangi asupan susu, memonitor kecukupan produksi

ASI dengan melihat buang air kecil bayi paling kurang 6-7 kali sehari dan

buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari (Yuliawati, Ni Eka dkk, 2018).

2) Fototerapi

Terapi sinar fototerapi dilakukan selama 24 jam atau setidaknya kadar

bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi

bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah larut dalam air tanpa

harus diubah terlebih dahulu oleh organ hati dan dapat dikeluarkan melalui urine

dan feses sehingga kadar bilirubin menurun (Marmi dan Rahardjo, 2014).

Di samping itu pada terapi sinar fototerapi ditemukan peninggian konsentrasi

bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan

bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltik usus

meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses. Terapi sinar juga berupaya

menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko

yang lebih fatal. Hal-hal yangperlu diperhatikan dalam pelaksanaan fototerapi

yaitu:

a) Jenis Lampu

79
Dari beberapa studi menunjukkan lampu flourusen biru lebih efektif dalam

menurunkan bilirubin,tetapi karena lampu flouresen cahaya biru dapat mengubah

warna bayi, yang lebih disukai adalah lampu flouresen cahaya normal dengan

spektrum 420-460 nm agar kulit bayi dapat diobservasi baik mengenai warnanya

(jaundis, palor,sianosis) ataupun kondisi lainnya. Agar hasil efektif kulit harus

terpajang penuh dari sumber sinar dengan jumlah adekuat. Apabila kadar bilirubin

meningkat dengan cepat maka dianjurkan menggunakan fototerapi dosis ganda

atau intensif, teknik ini menggunakan lampu overhead konfensional sementara

bayi berbaring dalam selimut fiberoptik. Hasil terbaik terjadi pada 24 sampai 48

jam pertama fototerapi.

Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar bluegreen

spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30

uW/cm2 di periksa dengan radiometer atau diperkirakan dengan menempatkan

bayi di bawah sumber sinar. Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun pada bayi

yang mendapat foterapi intensif, kemungkinan besar terjadi proses hemolisis.

b) Pelaksanaan pemberian terapi sinar

(1) Tempatkan bayi di bawah sinar fototerapi.

(2) Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada

basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator. Letakkan bayi

sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik. Tutupi mata bayi dengan penutup

mata, pastikan lubang hidung bayi tidak tertutup. Jangan tempelkan penutup

mata dengan selotip. Balikkan bayi setiap 3 jam.

80
(3) Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI paling tidak setiap 3 jam.

Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup

mata.

(4) Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa, tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi

masih diterapi sinar.

(5) Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru).

Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi setiap 3 jam.

(6) Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam atau sekurang-kurangnya sekali

dalam 24 jam.

F. Kerangka Berfikir

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

dengan lengkap dan berkesinambungan, mulai dari asuhan kebidanan kehamilan,

asuhan kebidanan persalinan, asuhan kebidanan masa nifas, dan asuhan kebidanan

bayi baru lahir. Penulis berencana memberikan asuhan secara komprehensif

kepada ibu. Namun, jika dalam menjalankan asuhan dari kehamilan trimester II

sampai masa nifas terjadi hal yang patologi maka akan dilakukan kolaborasi dan

rujukan.

81
Asuhan Kebidanan pada Ny. “MY”
umur 24 Tahun Primigravida

Kehamilan Kehamilan Persalinan Nifas BBL


Trimester II Trimester dan
III Bayi

Mandiri / Fisiologis Patologis Melakukan


Kolaborasi kolaborasi

Ibu dan Bayi Sehat

Gambar 3 bagan kerangka berfikir asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan bayi baru
lahir, nifas dan neonatus

82
BAB III

METODE PENENTUAN KASUS

A. Informasi Klien/Keluarga

Informasi terkait Ny. “MY” penulis dapatkan setelah bertemu di Puskesmas

Pembantu Cemagi dengan melakukan pengkajian dan melakukan persetujuan

untuk dilakukan asuhan komprehensif pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 10.00

WITA. Adapun data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dan pada buku

KIA yaitu:

1. Data Subjektif (Tanggal 2 Desember 2020 pukul 10.00 Wita)

a. Identitas

Ibu Suami

Nama : Ibu ‘MY’ : Tn. ‘MD’

Umur : 24 tahun : 26 tahun

Suku, bangsa : Bali, Indonesia : Bali, Indonesia


Agama : Hindu : Hindu
Pendidikan : Sarjana : Diploma
Pekerjaan : Guru Kontrak : Pedagang

Tempat kerja :- :
Penghasilan : Rp. 3.000.000 : Rp. 2.000.000,00

Alamat rumah : Banjar Pande, Mengwi, Badung, Bali

No. Tlp : 082125636XXX : 082125636XXX

Jaminan : BPJS kelas 2 BPJS kelas 2

b. Keluhan utama

Ibu mengeluh susah untuk buang air besar (BAB) dengan konsistensi keras

c. Riwayat menstruasi
Ibu mengalami menstruasi pertama pada usia 13 tahun, ibu mengatakan siklus

haid teratur 30 hari, lama menstruasi 4-5 hari. Pada saat menstruasi ibu mengganti

pembalut 3 kali per hari. Keluhan ibu pada saat menstruasi yaitu tidak ada

keluahan yang berarti yang ibu rasakan. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 19-

06-2020, Tapsiran Persalinan (TP) : 26-03-2021.

d. Riwayat pernikahan

Ibu menikah 1 kali, secara sah. Ibu telah menikah umur 24 tahun, lama

pernikahan 6 bulan.

e. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu “MY”.

f. Riwayat hamil ini

Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu “MY”. Hari Pertama

Haid Terakhir (HPHT) pada tanggal 19-06-2020, Tapsiran Persalinan (TP) pada

tanggal 26-03-2021. Riwayat pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu “MY”

terangkum pada tabel 10.

a. Riwayat hasil pemeriksaan

Selama kehamilan ini ibu melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas

dan dr SpOG. Adapun hasil pemeriksaan dan suplemen yang diberikan adalah

sebagai berikut:

Tabel 10

84
Hasil Pemeriasaan Ibu “MY” Umur 24 Tahun Primigravida di Puskesmas
Mengwi I

Hari/tanggal/ Tanda tangan/


Catatan Perkembangan
waktu/tempat Nama
1 2 3
Sabtu, 25 Juli 2020 S: ibu mengatakan mual Bidan
Pukul 10.00 Wita, di O: BB: 47,5 kg, TB: 155 cm, TD: 124/74
Puskesmas Pembantu mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu:
o
Tumbak Bayuh 36,5 C, Respirasi: 20 x/menit. LILA:
24 cm, TFU belum teraba, pp test: +,
Hb 11,3 gr %, HIV: Non Reaktif,
Sifilis: Non Reaktif, HbsAg: Negatif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun UK 5
Minggu 1 hari dengan kemungkinan
hamil
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
dalam batas normal, ibu dan suami
paham
Memberikan KIE tentang tanda
bahaya kehamilan trimester I, kontrol
rutin, melakukan pemeriksaan USG,
melakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap, ibu paham dan akan
melakukan pemeriksaan USG.
2. Melakukan pemberian terapi asam
folat 1x 200 mg.
3. Memberikan informasi kunjungan
ulang tanggal 25-08-2020.
Selasa, 11 Agustus S: ibu mengatakan mual di pagi dan Dokter SpOG
2020 Pukul 18.00 Wita, malam hari.
di Dokter SpOG O: BB: 46,8 kg, TB: 155 cm, TD: 120/80
mmHg, Nadi: 78 x/menit, Suhu: 36,2 oC,
Respirasi: 20 x/menit.
1 2 3

85
Hasil pemeriksaan USG: GS (+), FHB
(+), FP (+), CDL: 7 Week 3 Day.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
7 Minggu 3 Hari T/H intrauterine
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
pada ibu dan suami, ibu dan suami
paham.
2. Melakukan terapi lanjutan yaitu asam
folat 1 x 200 mg.
Selasa, 25 Agustus S: ibu mengatakan tidak ada keluhan Bidan
2020 Pukul 10.00 Wita, O: BB: 48 kg, TB: 155 cm, TD: 130/70
Di Puskesmas Tumbak mmHg, Nadi: 78 x/menit, Suhu:
Bayuh 36,5oC, Respirasi: 18 x/menit. LILA:
24 cm, TFU belum teraba.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
GDS: 100, reduksi urine: negatif,
albumin: negatif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
9 Minggu 3 Hari dengan T/H
intrauterine
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami bahwa
pemeriksaan masih dalam batas
normal, ibu dan suami paham.
2. Memberikan KIE tentang tanda
bahaya kehamilan trimester I, KIE
nutrisi bagi ibu hamil dan membaca
buku KIA, ibu paham
3. Memberikan terapi kepada ibu yaitu
SF 1 x 50 mg (xxx), ibu sudah
mengerti dengan aturan minum obat.
4. Melakukan kunjungan ulang 1 bulan
1 2 3

86
lagi, ibu paham.
Jumat, 20 November S: ibu mengatakan tidak ada keluhan Dokter SpOG
2020 Pukul 19.00 Wita, O: BB: 54 kg, TD: 100/60 mmHg, Nadi:
di Dokter SpOG 80 x/menit, Suhu: 36,5oC, Respirasi:
20 x/menit. LILA: 24 cm.
Hasil USG:
FHB/ FM: +/+
BFD/AC/FL: 22 W 1 D +
Average/EFW: 486 gram
Placenta: Grade I
AK: Normal
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK
22 Minggu 1 hari T/H Intrauterine
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
pada ibu dan suami, ibu dan suami
paham.
2. Memberitahukan kunjungan ulang 1
bulan lagi, ibu paham.
3. Melakukan terapi lanjutan yaitu SF 1
x 50 mg, ibu paham.

b. Riwayat kontrasepsi

Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.

c. Penyakit yang Pernah diderita oleh Ibu/Riwayat Operasi

Ibu ‘MY’ mengatakan tidak memiliki penyakit jantung, hipertensi, asma,

epilepsi, TORCH, diabetes mellitus (DM), hepatitis tuberculosis (TBC), penyakit

menular seksual (PMS), ibu juga tidak ada riwayat operasi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

87
Keluarga Ibu ’MY’ tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung,

asma, epilepsi, TORCH, diabetes mellitus (DM), hepatitis tuberculosis (TBC),

penyakit menular seksual (PMS).

e. Data Bio Psikososial, dan Spiritual

1) Data Biologis

Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan pada pernafasan saat beraktivitas

maupun saat istirahat. Pola makan ibu selama kehamilan sekarang adalah ibu

makan 3 kali dalam sehari dengan porsi 1/3 nasi, lauk, sayur, dan buah kadang-

kadang. Adapun jenis lauk dan sayur bervariasi setiap harinya. Ibu tidak memiliki

alergi dan pantangan terhadap makanan. Pola minum ibu dalam sehari adalah ibu

minum air mineral sebanyak 6 gelas/hari dan ibu tidak memiliki kebiasaan minum

teh ataupun minuman keras. Pola eliminasi ibu selama sehari antara lain: BAK

lebih kurang 5-6 kali/ hari dengan warna kuning jernih, BAB 1-2 hari sekali,

konsistensi sering keras dan susah BAB. Pola istirahat Ibu tidur malam 6-7

jam/hari dan ibu terkadang bangun pada malam hari karena harus kencing. Ibu

biasa mandi 2 kali sehari, dan keramas 2 hari sekali. Ibu mengganti pakaianya

setiap habis mandi.

2) Data Psikososial

Kehamilan ini diterima dan direncanakan oleh ibu dan suami serta keluarga.

Hubungan ibu dan suami harmonis, serta dengan keluarga lain baik. Suami sangat

mendukung kehamilan ini.

3) Data spritual

88
Secara spiritual ibu masih bisa melaksanakan kewajiban untuk sembahyang.

Ibu dan keluarga tidak memiliki kepercayaan yang berhubungan dengan

kehamilan atau pantangan selama kehamilan ini dan ibu tidak mengalami masalah

saat beribadah.

4) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki Ibu ‘MY’ yaitu ibu belum mengetahui tentang

penyebab ibu mengalami susah BAB dengan konsistensi keras. Ibu belum

mengetahui tanda bahaya kehamilan trimester II

Diagnosis dan Masalah

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan berdasarkan data objektif yang

terdapat pada buku kontrol serta buku KIA, maka dapat ditegakkan diagnosis

yaitu Ibu ‘MY’ umur 24 tahun G1P0A0 UK 23 minggu 5 hari T/H intrauterine,

dengan masalah yaitu:

1. Ibu belum tahu tentang penyebab ibu mengalami susah BAB dengan

konsistensi keras

2. Ibu belum tahu tanda bahaya kehamilan trimester II

B. Jadwal Pengumpulan Data/ Pemberian Asuhan pada Kasus

Penulis merencanakan beberapa kegiatan yang dimulai dari bulan Desember

2020 sampai Mei 2021. Dimulai dari kegiatan pengumpulan data, penyusunan

laporan, bimbingan laporan, dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar laporan dan

perbaikan laporan. Setelah mendapatkan ijin, penulis akan segera memberikan

asuhan pada Ibu “MY” selama kehamilan trimester dua sampai masa nifas, yang

89
diikuti dengan analisa dan pembahasan laporan, sehingga dapat dilaksanakan

seminar hasil laporan kasus serta dilakukan perbaikan pada lampiran laporan ini.

Tabel 11
Kegiatan Kunjungan Dan Asuhan Yang Akan Diberikan Pada Ibu “MY” Dari
Kehamilan TW II Sampai 42 Hari Masa Nifas

Waktu Rencana Kegiatan


1 2
Minggu ke-1 bulan Desember 2020 1) Memberikan KIE kepada ibu beristirahat jika
Memberikan asuhan kehamilan merasa kelelahan.
trimester II pada Ibu ‘MY” 2) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester II
3) Menjelaskan pada ibu tentang nutrisi yang baik
selama kehamilan ini.
4) Menjelaskan tentang pola aktivitas yang baik
selama kehamilan.
5) Melakukan evaluasi asuhan yang telah diberikan
selama masa kehamilan baik keluhan yang ibu
rasakan, maupun sudah mengikuti kelas ibu hamil
atau senam hamil.
Minggu ke-3 bulan Januari 2020 1) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya
sampai minggu ke-2 bulan Februari kehamilan trimester III
2021 Memberikan asuhan kehamilan 2) Memfasilitasi ibu dalam melakukan senamibu
trimester III pada Ibu ‘MY” hamil
3) Memberikan ibu KIE terkait materi-materi pada
kelas ibu hamil yang belum didapatkan ibu
4) Menjelaskan kepada ibu tetang tada tanda
persalinan, proses persalinan serta memberikan
dukungan dan support agar ibu termotivasi dan
siap menghadapi persalinan
5) Membantu ibu dalam melengkapi P4K yakni
tentang perencanaan pengguanaan kontrasepsi
pasca melahirkan.

1 2

90
6) Memfasilitasi ibu melakukan cek Hb trimester
III,
7) Membantu ibu dalam persiapan persalinan.

Minggu ke-3 bulan Maret 2021 1) Memfasilitasi ibu ke tempat bersalinnya.


Memberikan asuhan 2) Memberikan asuhan sayang ibu.
kebidanan persalinan 3) Memantau kemajuan persalinan ibu
pada Ibu “MY”. kenyamanan ibu dan kesejahteraan janin.
4) Membantu ibu bersalin sesuai dengan APN.
6) Memberikan asuhan pada neonatus 1-6 jam
meliputi pemberian salep mata profilaksis,
injeksi vitamin K, imunisasi HB0,
pemeriksaan fisik neonatus.
7) Memantau tanda vital ibu, membantu
pemberian ASI awal, memantau tanda-tanda
perdarahan pada ibu, membantu ibu dalam
pemenuhan nutrisi dan mobilisasi.
Minggu ke-3 Bulan Maret 2021 1) Memantau pemeriksaan tanda vital ibu
Memberikan asuhan 2) Memantau trias nifas
kebidanan ibu nifas (KF-1) serta 3) Membimbing ibu dalam melakukan senam
asuhan pada nenonatus (KN-1) pada kegel dan mobilisasi dini
6- 48 jam setelah melahirkan 4) Membantu ibu dalam menyusui bayinya
5) Melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus.
6) Mengajarkan ibu cara perawatan bayi sehari-
hari meliputi tali pusat, menjaga kebersihan
dan tanda bahaya neonatus.
7) Mempertahankan kehangatan pada neonatus.
8) Mengajarkan ibu untuk menyendawakan
bayinya
Minggu ke-4 bulan Maret 2021 1) Memantau trias nifas
Memberikan asuhan 2) Membimbing ibu melakukan senam nifas.
3) Membimbing ibu melakukan pijat bayi
4) Mengajarkan ibu cara perawatan bayi sehari-
hari
1 2

kebidanan ibu nifas 5) Memantau pemenuhan nutrisi dan istirahat

91
(KF-2) serta asuhan pada nenonatus ibu
KN-2) pada hari ke-7 6) Memantau tali pusat bayi dalam keadaan
bersih dan kering
7) Memfasilitasi bayi mendapatkan imunisasi
Minggu ke-4 bulan Maret sampai 1) Memantau TRIAS nifas
minggu ke-2 bulan Mei 2021 2) Memantau kebersihan bayi
Memberikan asuhan kebidanan Ibu 3) Memantau adanya tanda bahaya pada
nifas (KF 3) serta pada Neonatus neonatus
(KN 3) 4) Memantau kecukupan ASI pada bayi.
5) Memantau pemenuhan nutrisi dan
istirahat ibu
6) Melakukan evaluasi adanya masalah pada
neonatus
7) Melakukan evaluasi pada masalah yang
dihadapi ibu selama nifas.
8) Memfasilitasi Ibu dalam menggunakan alat
kontrasepsi.

92
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengambilan kasus dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mengwi I. Penulis

mengumpulkan data primer melalui hasil observasi, wawancara serta pemeriksaan

dan data sekunder didapatkan melalui hasil dokumentasi buku KIA serta buku

kontrol Dokter SpOG ibu ‘MY’. Penulis mengikuti perkembangan dari kehamilan

trimester II dan III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta neonatusdi

Puskesmas Mengwi I.

1. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu “MY” beserta janinnya selama masa

kehamilan dari umur kehamilan 23 minggu 5 hari

Penulis pertama kali bertemu ibu “MY” saat ibu melakukan kunjungan

tanggal 2 Desember 2020 ke Pustu Cemagi bersama dengan suaminya. Penulis

melakukan anamnesa untuk mengkaji data primer dan penulis melakukan

pengkajian data sekunder yang diambil dari buku KIA dan buku kontror di Dokter

SpOG. Penulis mengutarakan maksud dari pengkajian data tersebut dan

memberikan penjelasan kepada ibu dan suami. Setelah diberikan penjelasan, ibu

“MY” bersedia menjadi responden asuhan kebidanan dari kehamilan trimester II

sampai 42 hari masa nifas beserta bayinya. Asuhan Pertama kali diberikan kepada

ibu “MY” 2 Desember 2020, berikut asuhan kebidanan kehamilan yang sudah

diberikan:
Tabel 12
Catatan Perkembangan Ibu ‘MY’ beserta Janinnya yang Menerima Asuhan
Kebidanan selama masa kehamilan secara Komprehensif di Puskesmas Mengwi I

Hari/tanggal/ Tanda tangan/


Catatan Perkembangan
waktu/tempat Nama
1 2 3
Rabu, 02 S: ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan dan Bidan Ni
Desember 2020, ibu mengalami sulit BAB dengan konsistensi Nengah
10.00 Wita, di keras. Sunarti
Puskesmas O: Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis
Pembantu Pemeriksaan antopometri: BB: 51,5 kg, TB: 155
Cemagi cm, IMT: 20, Lila: 24 cm
Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg,
S: 36,7 °C, N: 80 x/mnt, R: 16 x/mnt.
Pemeriksaan fisik head to to:
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
putting susu menonjol, dan kolostrum belum
keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas
opersi. TFU: 1 jari dibawah pusat, DJJ: 145
x/menit.
7. Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 23 Minggu
5 hari T/H intrauterine
P:
1. Menjelaskan keadaan ibu dan janin berdasarkan
hasil pemeriksaan, ibu dan suami memahaminya.

94
1 2 3
2. Memberikan KIE tentang tanda dan bahaya Ni Nengah
kehamilan trimester II, ibu paham dan dapat Sunarti
mengulang kembali.
3. Memeberikan KIE tentang penyebab ibu
mengalami BAB yang kurang lancar dengan
konsistensi keras, ibu paham.
4. Menyarankan ibu untuk rutin mengkonsumsi sayur
dan buah setiap hari, ibu mengerti.
5. Menyarankan ibu untuk minum air putih 8-10
gelas setiap hari, ibu mengerti dan bersedia
mengikuti saran yang diberikan
6. Menyarankan ibu untuk minum air hangat di pagi
hari untuk merangasang peristaltic usus, ibu
mengerti dan bersedia
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
8. Memberikan terapi obat: SF 1x50 mg dan Kalk
1x500 mg, ibu bersedia meminum obat sesuai
dengan anjuran petugas.
9. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang pada tanggal 2 januari 2021, ibu
paham.
10. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan buku
KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan sudah
terdokumentasi dengan baik dan lengkap.
Sabtu, 23 Januari S: ibu tidak ada keluhan Bidan
2021, 09.00 Wita, O: Keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis Ni Nengah
di Puskesmas Pemeriksaan antopometri: BB: 53,5 kg, Sunarti
Mengwi I Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg,
S: 36,6 °C, N: 80 x/mnt, R: 16 x/mnt,
Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
1 2 3

95
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
putting susu menonjol, dan kolostrum belum
keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas
opersi. McD 26 cm, TBBJ: 2325 gram,
Leopold I: : TFU setengah pusat px, teraba 1
bagian besar buundar lunak pada fundus
Leopold II: teraba 1 bagian keras memanjang dan
terdapat seperti tahanan pada sisi kiri perut ibu.
Teraba bagian-bagian kecil janin pada sisi kanan
perut ibu.
Leopold III: Teraba satu bagian bulat keras pada
perut bawah ibu dan masih dapat digoyangkan
DJJ: 137 x/menit, kuat dan teratur.
7. Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 30 minggu 6
hari T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa hasilnya dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III, ibu mengerti dan dapat
menyebutkan kembali.
3. Memberikan KIE tentang senam hamil, ibu
mengikuti dan meminta untuk diajari/ dibimbing di
rumah.
4. Memberikan KIE tentang nutrisi ibu hamil
1 2 3
trimester III, ibu mengerti.

96
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang Bidan
mematuhi protokol COVID-19, ibu dan suami Ni Nengah
paham. Sunarti
6. Memberikan ibu terapi suplemen SF 1x 50 mg
(xxx), Vitamin C 1x 60 mg (xxx), Kalk 1x500 mg
(xxx), ibu bersedia mengonsumsi obat sesuai
anjuran bidan.
7. Menginformasikan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 1 bulan lagi, ibu paham dan
bersedia.
8. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan
buku KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan
sudah terdokumentasi dengan baik dan
lengkap.
Jumat, 19 S: ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak Bidan
Februari 2021, ada keluhan Ni Nengah
pukul 09.30 Wita, O: Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis Sunarti
di Puskesmas Pemeriksaan antopometri: BB: 56 kg,
Mengwi I Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 123/66 mmHg,
S: 36,5 °C, N: 80 x/mnt, R: 18 x/mnt,
Pemeriksaan fisik head to toe:
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
putting susu menonjol, dan kolostrum belum
keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,

1 2 3
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas Bidan

97
opersi, McD 29 cm, TBBJ: 2480 gram. Palpasi
abdominal dengan teknik leopold:
Leopold I: TFU 3 jari dibawah px, teraba 1 bagian
besar bundar lunak pada fundus
Leopold II: teraba 1 bagian keras memanjang dan Ni Nengah
terdapat seperti tahanan pada sisi kiri perut ibu. Sunarti
Teraba bagian-bagian kecil janin pada sisi kanan
perut ibu.
Leopold III: Teraba satu bagian bulat keras pada
perut bawah ibu dan tidak dapat digoyangkan
Leopold IV: tangan pemeriksa konvergen
Auscultasi DJJ: 145 x/menit, kuat dan teratur.
7. Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 34 minggu 5
hari T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
2. Membarikan KIE kepada ibu tentang tanda-tanda
persalian dan tanda bahaya persalinan, ibu
mengerti dan dapat menyebutkan kembali.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang P4K,
ibu mengerti dan buku KIA telah terisi dibagian
P4K.
4. Mengingatkan kembali tentang istirahat dan tidur
yang cukup, ibu mengerti.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang kontrasepsi
setelah persalinan, ibu mengerti dan akan
mendiskusikan dengan suami
6. Memberikan KIE kepada ibu tentang IMD, ibu
paham.

1 2 3
7. Memberikan terapi suplemen kepada ibu SF 1x50

98
mg (x), Vitamin C 1x50 mg(x), ibu akan meminum
suplemen sesuai anjuran yang diberikan.
8. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi suplemen
tidak bersamaan dengan teh, kopi, dan susu.
9. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
10. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kontrol ulang 1 minggu lagi atau segera datang ke
fasyankes terdekat jika terdapat keluhan
11. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan
buku KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan
sudah terdokumentasi dengan baik dan
lengkap.
Jumat, 12 Maret S: ibu mengatakan 2 hari yang lalu sempat keluar Bidan
2021, pukul 10.00 darah/ flek tapi hanya sekali, disertai sakit perut. Ni Nengah
Wita, di Keluhan berkurang setalah ibu beristirahat/ Sunarti
Puskesmas berbaring.
Mengwi I O: Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis
Pemeriksaan antopometri: BB: 56 kg,
Pemeriksaan tanda- tanda vital: TD: 110/70
mmHg, S: 36,5 °C, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt.
Pemeriksaan fisik head to toe:
1. Kepala: tidak ada benjolan, bentuk simetris, muka
tidak pucat, tidak ada oedema.
2. Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih.
3. Hidung dan telinga bersih, tidak ada pengeluaran.
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
5. Payudara: kedua payudara bersih, bentuk simetris,
1 2 3

99
putting susu menonjol, dan kolostrum sudah keluar.
6. Abdomen membesar dengan arah memanjang,
terdapat linea nigra dan tidak ada luka bekas
operasi, McD 30 cm, TBBJ: 2790 gram. Palpasi
abdominal dengan teknik leopold:
Leopold I: TFU 2 jari dibawah px, pada bagian fundus
teraba 1 bagian bundar dan lunak.Leopold II: Pada
sisi kiri perut ibu teraba satu bagian keras, datar
memanjang seperti terasa ada tahanan, sedangkan
pada kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
janin.
Leopold III: pada bagian bawah perut ibu teraba satu
bagian bulat, keras dan tidak dapat digoyangkan.
Leopod IV: Posisi tangan pemeriksa konvergen
DJJ: 148 x/menit, kuat dan teratur.
7.Ekstremitas: tidak ada edema dan varises, reflek
patella kanan dan kiri positif
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 38 minggu
Preskep U Puki T/H intrauterine
P:
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
2. Menginformasikan kepada ibu tentang mengurangi
aktivitas ibu agar ibu tidak terlalu lelah, ibu
mengerti
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda-tanda
persalian dan tanda bahaya persalinan dan P4K, ibu
paham
4. Memingatkan ibu untuk memantau gerakan janin,
ibu paham.
5. Mengingatkan ibu untuk melakukan senam hamil,
ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
6. Memberikan terapi suplemen kepada ibu SF 1x50
mg (x), Vitamin C 1x60 mg (x)
1 2 3

100
7. Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi suplemen Bidan dan Ni
tidak bersamaan dengan teh, kopi, dan susu. Nengah
8. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu Sunarti
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
9. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan
kontrol ulang 1 minggu lagi atau segera datang ke
fasyankes terdekat jika terdapat keluhan.
10. Melaksanakan dokumentasi pada kohort dan buku
KIA, hasil pemeriksaaan dan asuhan sudah
terdokumentasi dengan baik dan lengkap.

2. Penerapan asuhan kebidanan kepada ibu “MY” beserta bayi baru lahir selama

masa persalinan

Data persalinan serta bayi baru lahir penulis peroleh dengan melalui observasi

langsung selama kala I sampai dengan kala IV persalinan. Persalinan ibu

berlangsung normal dan tidak ada kegawatdaruratan serta keadaan patologis. Ibu

bersalin di Puskesmas Mengwi I, selama proses persalinan terpantau baik selama

kala I sampai dengan kala IV. Kala I persalinan yang dapat diamati penulis

berlangsung 6 jam 15 menit dari fase laten sampai fase aktif dengan dilatasi

serviks 2 cm, kala II berlangsung selama ± 1 jam tanpa adanya penyulit dan

kegawatdaruratan, kala III berlangsung selama 5 menit tanpa adanya komplikasi,

dan kala IV berlangsung selama 2 jam postpartum tanpa adanya penyulit. Secara

keseluruhan kondisi ibu dalam batas normal dan tidak terdapat penyulit. Asuhan

kebidanan yang diberikan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 13

101
Catatan Perkembangan Ibu “MY” beserta Bayi Baru Lahir yang Menerima
Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan di Puskesmas Mengwi I

Hari/Tanggal/ Tanda Tangan/


Catatan Perkembangan
Waktu/Tempat Nama
1 2 3
Jumat, 19 Maret S: Ibu datang ke Puskesmas Mengwi I bersama Bidan dan Ni
2020, 04.45 suami dengan keluhan keluar air dari jalan lahir Nengah Sunarti
Wita, di Ruang sejak pukul 04.25 wita, sakit perut hilang
Bersalin timbul, dan keluar lendir darah. Gerakan janin
Puskesmas dirasakan oleh ibu.
Mengwi I O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, keadaan emosi stabil, suhu
36,8˚C, TD 110/70 mmHg,nadi 80 x/menit,
respirasi 22 x/menit. McD 30 cm, taksiran
berat badan janin 2790 gram, Palpasi
abdominal dengan teknik leopold :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah px, dan teraba
bagian bulat lunak di fundus.
Leopold II : pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian panjang, terasa ada tahanan seperti
papan, pada kanan perut ibu teraba bagian-
bagian kecil janin.
Leopold III : di bagian bawah perut ibu teraba
satu bagian bulat keras, tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : posisi tangan pemeriksa divergen.
Perlimaan: 2/5
His kuat sebanyak 1 kali dalam 10 menit durasi
25 detik, DJJ 148 kali/menit kuat dan teratur.
Pemeriksaan ano genital: inspeksi pada vulva
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada vulva tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi seperti kemerahan, bengkak ataupun
nyeri, pada vagina tidak ada massa, porsio
1 2 3
lunak, pembukaan 2 cm, (efficement) 15%, Ni Nengah

102
ketuban(-) jernih, presentasi kepala, moulase 0, Sunarti
penurunan setinggi pinggir bawah simfisis
(Hodge II), tidak teraba bagian kecil dan tali
pusat, kesan panggul normal. Kertas lakmus
(+),pada anus tidak ada haemoroid
Pemeriksaan ekstremitas pada ekstremitas bawah
tidak ada oedema
A: Ibu. “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala I fase laten + RKA.
Masalah :
Ibu dan suami mengatakan cemas karean sudah
keluar air pervagina
P:
Pukul 05.00 1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
Wita mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengtahui dan dapat menerima hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan mengenai tindakan yang
akan dilakukan, Ibu dan suami mengetahui dan
menyetujui tindakan dan bersedia tanda tangan
pada informed consent.
3. Melakukan kolaborasi pemeriksaan
laboratorium pada ibu, ibu paham. Petugas
4. Memfasilitasi kebutuhan ibu bersalin dengan laboratorium
melibatkan pendamping, seperti:
a. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu, Ibu
minum setengah gelas teh manis dan ibu
makan satu potong roti
b. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri dengan
mengajarkan ibu melakukan nafas relaksasi,
Ibu dapat mengatur nafas dan ibu terlihat lebih
tenang
1 2 3

103
c. Mengajarkan suami untuk melakukan massase Ni Nengah
pada pinggul ibu, suami dapat melakukan Sunarti
massase
d. Memfasilitasi kebutuhan eliminasi ibu, ibu
dapat berkemih ibu diatas tempat tidur dengan
menggunakan pispot, urine yang tertampung
150 cc.
5. Menginformasikan kepada ibu teknik, meneran
yang efektif, Ibu mengetahui dan bersedia
melakukannya
6. Memfasilitasi ibu mengenai kebutuhan posisi
bersalin, ibu memilih posisi bersalin dengan
posisi setengah duduk.
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
8. Membantu menyiapkan peralatan partus, obat,
alat perlindungan diri (APD), Alat sudah
lengkap dan tersusun secara ergonomis.
9. Memantau kesejahteraan ibu dan janin serta
kemajuan persalinan pada lembar observasi,
dokumentasi telah dilakukan.
Jumat, 19 S: Ibu mengeluh sakit perut semakin keras dan
Maret 2021, ibu merasa keluar air merembes dari jalan lahir
08.45 Wita, di semakin banyak. Bidan Ni
Ruang Bersalin O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran Nengah Sunarti
Puskesmas composmentis, keadaan emosi stabil, suhu
Mengwi I 36˚C, TD 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
respirasi 20 x/menit, his 3 kali dalam 10 menit
durasi 30 detik, perlimaan 3/5, DJJ 142
x/menit kuat dan teratur. Hasil pemeriksaan
laboatorium yaitu WBC: 9,3; Hb : 11,7 gr/dl;
GDS: 86 gr% ; Rapid test: non reaktif.
Pemeriksaan genetalia: inspeksi pada vulva
1 2 3
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.

104
Pada vulva tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi seperti kemerahan, bengkak ataupun Bidan dan Ni
nyeri, pada vagina tidak ada massa, porsio Nengah Sunarti
lunak, pembukaan 3 cm, (efficement) 25%,
ketuban (-) jernih, presentasi kepala,
denominator ubun-ubun kecil (UUK)
melintang, moulase 0, penurunan setinggi
pinggir bawah simfisis (Hodge II), tidak
teraba bagian kecil dan tali pusat, kesan
panggul normal.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu 4 preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala I fase laten
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui hasil pemeriksaan.
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu, ibu
paham.
2. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri dengan
mengajarkan ibu melakukan nafas relaksasi,
Ibu dapat mengatur nafas dan ibu terlihat lebih
tenang. Mengajarkan suami untuk melakukan
massase pada pinggul ibu, suami dapat
melakukan massase.
3. Kolaborasi dengan dr jaga, advice dokter
pasang infus RL 28 TPM, infuse telah
terpasang di tangan kiri pasien dan menetes
lancar
4. Memberikan terapi amoxcilin 500 mg per oral,
obat telah diminum oleh ibu.
5. Melakukan dokumentasi pada lembar
observasi, dokumentasi telah dilakukan.
1 2 3
Jumat, 19 S: Ibu mengeluh sakit perut semakin keras dan Bidan Ni
Maret 2021, ingin mengedan. Nengah Sunarti

105
10.30 Wita, di O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran
Ruang Bersalin commposmentis, keadaan emosi stabil, his 5
Puskesmas kali dalam 10 menit durasi 45 detik, perlimaan
Mengwi I 3/5, DJJ 150 x/menit kuat dan teratur.
Inspeksi: terdapat peningkatan pengeluaran
lendir bercampur darah dan tampak dorongan
pada anus, vulva membuka, perineum
menonjol dan perineum pucat dan kaku.
Pemeriksan dalam: porsio tidak teraba,
pembukaan lengkap, selaput ketuban sudah
pecah, warna jernih, berbau amis, tidak
tercampur mekonium, denominator UUK
depan, moulase 0, penurunan hodge III, tidak
teraba bagian kecil dan tali pusat.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 UK 39
minggu preskep U puki T/H intrauterine
dengan persalinan kala II
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menyiapkan ibu posisi bersalin saat kepala
sudah di dasar panggul, Ibu mengatakan
nyaman dengan posisi setengah duduk.
3. Memimpin ibu untuk meneran, Ibu bisa
meneran dengan efektif.
4. Mengobservasi kesejahteraan janin disela-sela
his, DJJ 140 x/menit kuat dan teratur
5. Memfasilitasi kebutuhan minum ibu, Ibu dapat
minum teh manis.
6. Melakukan episiotomi karena perineum tampak
kaku, episiotomi sudah dilakukan
1 2 3

106
7. Menolong persalinan sesuai APN, Bayi lahir
pada tanggal 19 Maret 2021 pada pukul 11.30 Bidan Ni
Wita, segera menangis, gerak aktif, A-S: 8-9 Nengah Sunarti
dan jenis kelamin perempuan, kelainan tidak
ada, anus ada.
8. Menjaga kehangatan bayi dengan cara
mengeringkan dan menyelimuti bayi
9. Bayi diletakkan pada perut ibu dan diselimuti.

Jumat, 19 Maret S: Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir dan


2021, Pukul masih merasa mulas pada perutnya. Bidan Ni
11.30 Wita, di O:Keadaan umum ibu baik, kesadaran kompos Nengah Sunarti
Ruang Bersalin mentis, keadaan emosi stabil, suhu 36,5˚C, TD
Puskesmas 110/60 mmHg, nadi 82 x/menit respirasi
Mengwi I 20x/menit, TFU sepusat, tidak teraba janin
kedua, kontraksi uterus baik, kandung kemih
tidak penuh.
Bayi : tangis kuat, gerak aktif, kulit
kemerahan, jenis kelamin laki-laki, kelainan
tidak ada, anus ada.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun G1P0A0 Pspt.B +
persalinan kala III + Neonatus cukup bulan
dalam masa adaptasi.
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui dan dapat menerima hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa akan
dilakukan injeksi oksitosin, Ibu mengetahui
dan bersedia
3. Menginjeksikan oksitosin 10 IU secara IM di
paha kanan luar 1/3 bagian atas, Kontraksi
uterus baik dan tidak ada reaksi alergi.

1 2 3
4. Menjepit dan memotong tali pusat, Tidak ada

107
perdarahan tali pusat. Bidan dan Ni
5. Meletakkan bayi di dada ibu untuk IMD, bayi Nengah Sunarti
telah diposisikandan bayi dalam keaadan
nyaman dalam dekapan ibu
6. Melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali
(PTT), Plasenta lahir spontan kesan lengkap
pukul 11.35 Wita.
7. Melakukan massase fundus uteri, Kontraksi
uterus baik.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta, Plasenta
dalam keadaan utuh dan kesan lengkap tidak
ada kalsifikasi
Jumat, 19 S: Ibu mengatakan lega plasenta sudah lahir. Bidan Ni
Maret 2021, O: Ibu: Keadaan umum ibu baik, kesadaran Nengah Sunarti
Pukul 11.35 komposmentis, keadaan emosi stabil, suhu
Wita, di Ruang 36,5˚C, TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
Bersalin respirasi 20 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat,
Puskesmas kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak
Mengwi I penuh, terdapat laserasi grade II (mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perinium serta otot
perinium), perdarahan tidak aktif.
Bayi: tangis kuat, gerak aktif dan kulit kemerahan,
BBL: 3100 gram, PB: 50 cm,lingkar kepala 33
cm, lingkar dada 34 cm
A: Ibu ”MY” umur 24 tahun P1001 Pspt.B
persalinan kala IV + laserasi grade II +
Neonatus aterm dalam masa adaptasi.
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami
mengenai hasil pemeriksaan, Ibu dan suami
mengetahui dan dapat menerima hasil
pemeriksaan.

1 2 3

108
2. Melakukan informed consent kepada ibu dan Bidan Ni
suami bahwa akan dilakukan penjahitan Nengah Sunarti
perinium, Ibu dan suami setuju.
3. Memantau kemajuan IMD, Bayi terlihat
mencium dan menjilat tangannya.
4. Menyuntikkan lidocain 1 % pada robekan jalan
lahir yang akan di jahit, Tidak ada reaksi alergi.
5. Melakukan penjahitan pada laserasi grade II di
mukosa vagina, kulit perineum dan otot
perineum, Penjahitan sudah dilakukan secara
jelujur dan tidak ada perdarahan aktif.
6. Mengevaluasi jumlah darah yang keluar,
Perdarahan ± 150 cc.
7. Membersihkan ibu, lingkungan dan
dekontaminasi alat. Ibu, lingkungan dan alat
sudah bersih.
8. Membimbing ibu dan suami untuk melakukan
massase fundus uteri, Ibu dan suami dapat
melakukannya.
9. Melakukan pemantauan kala IV yaitu tekanan
darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, darah
yang kelur dan kandung kemih, Hasil terlampir
pada partograf.
Jumat, 19 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 1 Jam
Maret 2021, S: Bayi dalam keadaan hangat dan bayi Bidan Ni
Pukul 11.35 berhasil dilakukan IMD ± 1 jam. Nengah Sunarti
Wita, di Ruang O: Bayi menangis kuat, gerak aktif, kulit
Bersalin kemerahan, sudah BAB dan belum BAK.
Puskesmas A: Bayi Ibu “MY” umur satu jam neonatus cukup
Mengwi I bulan dalam masa adaptasi.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan suami, Ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksan.
1 2 3
11.45 Wita 2. Melakukan informed consent kepada ibu dan Bidan dan Ni

109
suami bahwa bayi akan disuntikkan vitamin K Nengah Sunarti
dan dioleskan salep mata, Ibu dan suami
mengetahui tujuan pemberian vitamin K dan
salep mata, Ibu dan suami bersedia.
3. Memberikan salep mata gentamycin 1 % pada
konjungtiva mata kiri dan kanan, Tidak ada
reaksi alergi.
4. Menyuntikkan vitamin K (Neo-K) 1 mg
sebanyak 0,5 ml secara IM disuntik dipaha
kiri, Tidak ada reaksi alergi dan tidak ada
perdarahan.
5. Melakukan perawatan tali pusat, tidak ada
perdarahan tali pusat dan terbungkus dengan
kassa steril
6. Memakaikan pakaian bayi, Bayi dalam
keadaan hangat dan nyaman.
7. Membimbing ibu menyusui dengan benar
dalam posisi tidur, Ibu dapat menyusui
bayinya dengan benar.
8. Memberikan KIE pada ibu tentang:
a Tanda bahaya bayi baru lahir, Ibu mengerti
dan sudah mengetahui tanda bahaya bayi baru
lahir.
b Cara menjaga bayi agar tetap hangat, Ibu
memahami cara menjaga bayi agar tetap
hangat.
c Memberikan KIE kembali tentang ASI
eksklusif dan manfaatnya, ibu mengerti dan
akan memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya.
9. Menyuntikan vaksin hepatitis B 0,5 cc secara
IM pada anterolateral paha kanan bayi 1 jam
setelah pemberian vitamin K, tidak terjadi
1 2 3
perdarahan dan reaksi alergi
10. Melakukan pendokumentasian pada

110
partograf, tercatat dalam partograf.
Jumat, 19 Maret S: ibu merasa lebih segar dan lelah telah Bidan Ni
2021, Pukul berkurang Nengah Sunarti
13.35 Wita, di O: KU: baik, kesadaran: composmentis, TD:
Ruang Bersalin 110/80 mmHg, S: 37 oC, N: 80x/ menit, R:
Puskesmas 20x/ menit, payudara: sudah keluar kolostrum,
Mengwi I TFU: 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan tidak
aktif. Data bayi: gerak aktif, tangis kuat.
A: Ibu ‘MY’ umur 24 tahun P1001 PsptB+ 2 jam
postpartum + neonatus cukup bulan dalam
masa adaptasi
P:
1. Menjelaskan kondisi ibu dan bayi
berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dan
suami mengerti.
2. Membantu ibu dalam pemenuhan nutrisi, ibu
makan 1 piring nasi campur.
3. Memberikan terapi Amoxicilin 3x500 mg,
Paracetamol 3x500 mg, SF 1x200 mg,
Vitamin A 2x 200.000 IU obat diberikan dan
tidak ada reaksi alergi.
4. Memberikan KIE tentang perawatan luka
perineum dengan tidak cebok menggunakan
air hangat, mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh area jahitan, ibu paham
dan bersedia melakukannya.
5. Memberikan KIE tentang personal hygiene,
ibu paham dan akan melakukannya
6. Memindahkan ibu dan bayi ke Ruang Nifas,
ibu dan bayi menjalani rawat gabung.

1 2 3
7. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami Bidan Ni
paham dan akan melakukannya Nengah Sunarti

111
8. Melakukan pendokumentasian, dokumentasi
terlampir.

3. Penerapan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42

hari

Asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42 hari berjalan

fisiologis. Adapun asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” yang telah

diberikan penulis di uraikan sebagai berikut:

Tabel 14
Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ibu “MY” Selama 42 Hari Masa Nifas secara
Komprehensif di Ruang Nifas Puskesmas Mengwi I
dan Rumah Ibu “MY”

Hari/ tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda tangan/


waktu/ tempat Nama
1 2 3
Jumat, 19 Maret KF 1 Bidan dan Ni
2021, Pukul: S: Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya, masih Nengah Sunarti
17.30 Wita, di merasakan nyeri pada jahitan luka jalan lahir,
Ruang Nifas siang tadi ibu mengatakan sudah makan nasi
Puskesmas satu piring dengan komposisi nasi, tempe, sayur
Mengwi I dan ayam, minum air putih sebanyak 1500 ml
(satu botol aqua besar) dan sudah minum obat
sesuai dosis yang dianjurkan, ibu sudah sempat
tidur selama 5 jam,ibu sudah bisa berjalan
sendiri ke kamar mandi,mengganti pembalut
sebanyak 2 kali dan sudah membersihkan alat
kelamin dengan air bersih sesuai yang sudah
diajarkan, Ibu sudah BAK tapi belum BAB, ASI
sudah
1 2 3
keluar warna kekuningan. Saat ini ibu Bidan dan Ni
mengatakan tidak ada keluhan selain nyeri Nengah Sunarti
jahitan perineum.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD:
110/80 mmHg, nadi: 80x/menit, R: 20x/menit,

112
Suhu: 36,6o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih tidak penuh, perdarahan tidak aktif,
pengeluaran lokia rubra, jahitan perineum utuh,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
perineum. Bidan Ni
A: Ibu “MY” Umur 24 Tahun P1001 postpartum 6 Nengah Sunarti
jam
P:
1. Menginformasikan kondisi ibu berdasarkan
hasil pemeriksaan, ibu dan suami
memahaminya.
2. Mengajarkan ibu dan suami melakukan pijat
oksitosin, ibu dan suami dapat melakukannya
3. Menjelaskan pada ibu tentang senam nifas
yaitu senam kegel, ibu paham dan akan
melakukannya nanti saat nyeri pada jahitannya
sudah berkurang.
4. Memberikan KIE pada ibu tentang pola nutrisi
dan cairan yang baik selama masa nifas dan
menyusui, ibu paham dan bersedia
5. Memberikan KIE tentang pola istirahat yang
baik selama masa nifas dan menyusui serta
menganjurkan ibu untuk ikut istirahat saat bayi
tertidur.
1 2 3
6. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas dan
menganjurkan ibu agar segera ke fasililas
kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu dan
suami paham dan akan melakukannya.
7. Mengimbau ibu untuk lebih banyak mobilisasi

113
guna mempercepat proses penyembuhan, ibu
paham dan bersedia melakukannya.
8. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI
eksluksif, ibu paham dan akan memberikan
ASI secara ekslusif pada bayinya.
9. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya
10. Mengingatkan ibu untuk membaca kembali
buku KIA tentang perawatan masa nifas
halaman 13-18, ibu mengerti
Minggu 21 KF 2 Ni Nengah
Maret 2021, S: Ibu mengatakan nyeri luka jaritan sudah Sunarti
Pukul: 09.00 berkurang, ibu sudah menyusui bayinya secara
Wita, ondemand dan tanpa pemberian PASI, pola
Kunjungan nutrisi ibu mengatakan makan 3-4 kali sehari
Rumah dengan porsi 1 piring sedang dengan komposisi
lengkap dan ibu rutin ngemil roti, buah dan
biskuit di sela-sela makan, ibu minum air putih
12-13 gelas sehari, pola eliminasi ibu BAB 1
kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari, pola
istirahat tidur malam 6-7 jam dan bangun tiap
kali bayi menangis untuk menyusui bayinya dan
mengganti popok , ibu ikut tidur saat bayi tidur
dan suami ibu juga selalu membantu ibu dalam
mengganti popok dan menjaga bayi terutama
saat ibu sedang istirahat. Ibu mengatakan belum
berani memandikan bayi, sementara masih
1 2 3
dbantu oleh mertua. Ibu mengatakan ASI keluar
lancar, ibu mengatakan pengeluaran pervaginam Ni Nengah
darah tapi sudah sedikit.Ibu mengatakan sudah Sunarti
rutin minum suplemen dan obat yang diberikan
oleh petugas.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
110/80 mmHg, nadi: 80x/menit, R: 16x/menit,

114
Suhu: 36,3o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: 3 jari Ni Nengah
bawah simfisis, kontraksi uterus baik, kandung Sunarti
kemih tidak penuh, perdarahan tidak aktif,
pengeluaran lokia rubra, jahitan perineum utuh,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 tahun P1001 postpartum hari
ke-3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan suami bahwa kondisi ibu dalam batas
normal
2. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya
masa nifas dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberi ASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
4. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri terutama area genetalia, ibu paham dan akan
melakukannya
1 2 3
Selasa, 21 April KF 3
2021,Pukul: S: Ibu mengatakan sudah mengalami menstruasi Ni Nengah
14.00 Wita, lagi. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya Sunarti
Kunjungan secara ondemand dan tanpa pemberian PASI
Rumah serta ASI ibu keluar lancar, tidak ada
pembengkakan pada payudara, pola nutrisi ibu
mengatakan makan 3-4 kali sehari dengan porsi
1 piring sedang dengan komposisi lengkap dan

115
ibu rutin ngemil roti, buah dan biskuit di sela-
sela makan, ibu minum air putih 12-13 gelas
sehari, pola eliminasi ibu BAB 1 kali sehari dan
BAK 4-5 kali sehari, pola istirahat tidur malam
6-7 jam dan bangun tiap kali bayi menangis
untuk menyusui bayinya dan mengganti popok ,
ibu ikut tidur saat bayi tidur dan suami ibu juga
selalu membantu ibu dalam mengganti popok
dan menjaga bayi terutama saat ibu sedang
istirahat. Ibu sudah bisa mobilisasi dengan bebas
dan nyeri di luka jahitan perineum hanya
kadang- kadang saat ibu merasa lelah.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
120/80 mmHg, nadi: 80x/menit, R: 18x/menit,
Suhu: 36,5o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak ada
oedema, bibir lembab, leher normal, payudara Ni Nengah
bersih, puting susu menonjol keluar dan tidak Sunarti
ada lecet pengeluaran kolostrum, TFU: tidak
teraba, kandung kemih tidak penuh, dari vagina
keluar darah seperti menstruasi, jahitan
perineum utuh, tidak ada tanda-tanda infeksi
pada luka jahitan perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 Tahun P1001 postpartum
hari ke-33
P:
1 2 3

116
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu Bidan dan Ni
dalam batas normal, ibu dan suami paham. Nengah Sunarti
2. Memberiakan KIE pada ibu, bahwa alat
reproduksi sudah kembali normal ditandai
dengan sudah menstruasi lagi ,ibu mengerti
3. Memberikan KIE dengan lembar balik tentang
alat kontrasepsi yang bias dipilih ibu tanpa
mengganggu produksi ASI, ibu mengerti dan Bidan dan Ni
mengatakan akan menggunakan AKDR Nengah Sunarti
4. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui
ondemand , ibu paham
5. Mengingatkan ibu untuk selalu makan gizi
seimbang untuk kesehatan ibu dan
mempertahankan produksi ASI, ibu mengerti
dan bersedia
6. Mengingatkan ibu untuk rutin menimbang
berat badan bayinya setiap bulan, ibu mengerti
dan akan melakukannya
7. Mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi
dasar pada bayi, ibu paham dan bersedia
8. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya

29 April 2021 KF 4 Bidan dan Ni


pk 10.00 wita, S: Ibu mengatakan datang untuk pasang KB Nengah Sunarti
di Puskesmas (AKDR). Ibu mengatakan sudah berhenti
Mengwi I menstruasi sejak 3 hari yang lalu, tidak ada
keluhan nyeri pada sympisis. Ibu mengatakan
sudah menyusui bayinya secara ondemand dan
tanpa pemberian PASI serta ASI ibu keluar
lancar, tidak ada pembengkakan pada payudara,
pola nutrisi ibu mengatakan makan 3-4 kali
sehari dengan porsi 1 piring sedang
1 2 3
dengan komposisi lengkap dan ibu rutin ngemil Bidan dan Ni

117
roti, buah dan biskuit di sela-sela makan, ibu Nengah Sunarti
minum air putih 12 gelas sehari, pola eliminasi
ibu BAB 1 kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari,
pola istirahat tidur malam 6-7 jam .Ibu sudah
melaksanakan aktifitas seperti mencuci,
menyapu, dan meyetrika. Ibu sudah tidak merasa
nyeri di perineum.
O: KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TD :
120/80 mmHg, nadi: 78x/menit, R: 18x/menit,
Suhu: 36,7o C, wajah tidak pucat, konjugtiva
merah mudah, sklera mata putih, tidak
adaoedema, bibir lembab, leher normal,
payudara bersih, puting susu menonjol keluar
dan tidak ada lecet pengeluaran kolostrum,
TFU: tidak teraba, kandung kemih tidak
penuh,jahitan perineum utuh, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka jahitan perineum.
A: Ibu “MY” umur 24 Tahun P1001 postpartum
hari ke- 39
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu
dalam batas normal, ibu dan suami paham..
2. Memberi KIE tentang alat kontrasepsi AKDR
antara lain, manfaat, efek samping, lama
pemakaian dan hal-hal yang harus
diperhatikan, ibu dan suami paham
3. Melakukan informd consent, ibu dan suami
mengerti. Blanko informd consent sudah
ditanda tangani oleh ibu dan suami
4. Melakukan pemeriksaan fisik dan
ginekologi,tidak ada kelaian
1. Memasang AKDR coper T, alat kontrasepsi
sudah terpasang dan benang IUD sudah
1 2 3
dipotong Bidan dan Ni
2. Melakukan kolaborasi dokter jaga dengan Nengah Sunarti

118
pemberian therapy amoxicillin 3x500 mg (x)
dan asam mefenamat 3x500mg (x), ibu sudah
paham cara minum obat
3. Menyarankan ibu untuk control 1 minggu lagi
atau sewaktu waktu bila ada tanda bahaya
seperti kram perut atau perdarahan pervagina,
ibu mengerti dan bersedia
4. Melakukan pendokumentasian, data dan hasil
asuhan sudah tercatat pada register KB dan
kartu KB
5. Mengingatkan ibu dan suami agar selalu
menerapkan prokes Covid-19, ibu dan suami
paham dan akan melakukannya

4. Penerapan asuhan kebidanan bayi ibu “MY” sampai dengan 42 hari

Asuhan kebidanan pada bayi ibu “MY” sampai dengan 42 hari berlangusng

patologis. Penulis dalam memberikan asihan kebidanan neonatus pada KN 1, KN

2, dan KN 3, pengumpulan data primer dan skunder. Adapun asuhan kebidanan

pada bayi ibu “MY” yang telah penulis berikan diuraikan sebagai berikut

Tabel 15
Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ibu “MY” Selama 42 Hari secara
Komprehensif

Hari/ tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda tangan/


waktu/ tempat Nama
1 2 3
Jumat, 19 KN 1 Bidan dan Ni
Maret 2021, S: Ibu mengatakan bayi tidak rewel sudah minum Nengah Sunarti
Pukul: 17.30 ASI setiap 2 jam sekali, bayi sudah BAB kali
Wita, di Ruang dan BAK 1 kali.
1 2 3
Nifas O: Keadaan umum bayi baik, HR : 138x/ menit, RR:
Puskesmas 38x/ menit, S: 37oC, BB: 3100 gram, PB: 50 cm,
Mengwi I LK: 34 cm, LD: 33 cm, pemeriksaan fisik kepala
bersih, wajah simetris, sklera mata putih

119
konjungtiva merah muda, bibir lembab,reflek
rooting positif, reflek sucking positif, reflek
swallowing positif, hidung bersih, telinga
simetris dan bersih, leher normal, reflek tonic nect
positif, dada simetris dan tidak ada retraksi dada,
reflek moro positif, reflek genggam positif,
jumlah jari tangan lengkap, perut normal tidak
ada distensi, tali pusat kering dan bersih serta
tidak ada tanda-tanda infeksi, alat genetalia
normal dan tidak ada pengeluaran, anus (+),
turgor kulit baik, jumlah jari kaki lengkap, reflek
babinski positif ikterus (-) ,
A: Neonatus cukup bulan dalam masa adaptasi hari
pertama
P:
1. Menginformasikan kondisi bayi berdasarkan
hasil pemeriksaan, ibu dan suami memahaminya
2. Membimbing ibu cara melakukan perawatan tali
pusat, ibu paham dan dapat melakukannya.
Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda bahaya
pada bayi baru lahir dan neonatus serta
mengimbau agar segera ke fasilitas kesehatan
jika hal tersebut terjadi, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
3. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi dan pemberian ASI tiap
minimal 2 jam, ibu bersedia melakukannya
4. Mengingatkan ibu dan suami untuk selalu
mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah menyusui serta saat
1 2 3

120
merawat tali pusat, serta selalu menggunakan
masker. Ibu dan suami mengerti dan akan Bidan dan Ni
melakukannya. Nengah Sunarti
5. Mengimbau agar segera ke fasilitas kesehatan
jika hal tersebut terjadi, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
6. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi dan pemberian ASI tiap
minimal 2 jam, ibu bersedia melakukannya
7. Mengingatkan ibu dan suami untuk selalu
mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah menyusui serta saat
merawat tali pusat, serta selalu menggunakan
masker. Ibu dan suami mengerti dan akan
melakukannya.
8. Mengingatkan ibu untuk membaca kembali
buku KIA perawatan bayi baru lahir dan
neonatus halaman 35-39, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
Senin 21 Maret KN 2
2021, Pukul: S: Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu, minum Bidan dan Ni
10.00 Wita. Br ASI setiap 1-2 jam sekali, BAK 7-8 kali sehari Nengah
Pande Mengwi dan BAB 3-4 kali dengan warna sudah Sunarti
kekuningan dan konsistensi lembek, pola tidur
16-18 jam sehari, dan ibu “MY” mengatakan saat
ini bayi terlihat seperti kuning pada daerah dahi
dan tulang hidung.
O: Keadaan umum bayi baik, HR : 135x/ menit, RR:
38x/ menit, S: 36,8oC. tampak kuning pada muka
dan leher.
A: Neonatus cukup bulan dalam masa adaptasi umur
3 hari
P:
1. Menjelaskan kepada ibu dan ayah bayi, bahwa
1 2 3
kondisi kuning pada bayi masih dalam batas Ni Nengah

121
normal,namun jika kuning bertambah keras Sunarti
sampai di lutut/kaki agar memeriksakan bayi ke
faskes terdekat. Ibu dan ayah bayi mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu dan ayah bayi cara
memeriksa kuning pada bayi, ibu dan ayah bayi
mengerti
3. Menjelaskan kepada ibu tentang pijat bayi dan
memberikan ibu video pijat bayi yang
dapatdilakukan ibu, ibu memahaminya
4. Memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang
imunisasi dasar pada bayi, ibu dan suami
paham.
5. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberi ASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
6. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda- tanda
bahaya neonatus dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan akan melakukannya.
7. Melakukan pendokumentasian, data sudah
ditulis pada buku KIA
Rabu, 24 Maret KN 2
2021 pk S. Ibu mengatakan bayinya kuning sampai ke kaki Ni Nengah
08.00wita dan minum ASI tidak adekuat melalui komunikasi Sunarti
telepon
P. Menyarankan ibu untuk mengajak bayi periksa ke
puskesmas. Ibu dan suami mengajak bayi ke
Puskesmas, dinyatakan icterus Kramer 4(data di
buku KIA. Bayi dirujuk ke poliklinik anak RSD
Mangusada
Ruang NICU S. Ibu mengatakan mengetahui bayi mengalami
RSD kuning sampai ke kaki sejak tadi pagi.
1 2 3
Mangusada O. Kulit tampak kuning dari wajah sampai telapak Dokter SpA,
Pk.14.00 wita kaki,gerak aktif,tangis kuat. Berat badan 2900 Bidan
gram, suhu 36,8ºC,HR 130x/menit, RR Ni Nengah

122
34x/menit. Bilirubin total:18,27, bilirubin direct Sunarti
0,43
A. Neonatus cukup bulan umur 5 hari dengan
neonatal jaundice
P.
1. Menjelaskan tata tertib ruangan, ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi
dan rencana fototherapy,ibu mengerti
3. Melaksankan therapy dokter SpA: foto therapy
dobel LED 1x24 jam
4. Menyiapkan bayi untuk foto therapy;bayi dan
alat fototherapy sudah siap
5. Melakukan fototherapy, bayi sudah di dalam
alat dobel LED, lampu menyala dengan baik,
probe suhu sdh terpasang
6. Memberi minum bayi setiap bayi haus, reflek
isap baik, mampu minum 25 cc setiap kali
minum (setiap 2 jam)
25 maret 2021 S. -
pukul 17.00 O. Kondisi bayi stabil, gerak aktif, kuning sudah
wita berkurang, hanya tersisa kuning pada sclera Dokter SpA,
mata. Suhu 36,7ºC,HR 130x/menit, RR Bidan, Ni
34x/menit. Bilirubin total, bilirubin direct: Nengah Sunarti
A. Neonatus aterm umur 6 hari
P.
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayi, ibu
bisa menerima penjelasan petugas.
2. Kolaborasi dengan dr SpA, bayi boleh pulang,
control 1minggu lagi (kamis,2 april 2021)
3. Memberi KIE tentang perawatan bayi di rumah,
ibu mengerti
1 2 3
4. Menyarankan ibu agar tetap menyusi ondemand
ibu mengerti
5. Waspada kemungkinan kuning berulang ibu
mengerti

123
6. Menyiapkan bayi untuk pulang, bayi pulang
dijemput ibu dan ayah bayi
Selasa, 6 April KN 3
2020, Pukul: S: Ibu mengatakan bayi kuat menyusu. BAK 6-7 Bidan dan Ni
10.10 Wita kali sehari Nengah Sunarti
Puskesmas O: Hasil pemeriksaan BB: 3200 gram, PB: 50 cm,
Mengwi I Suhu: 36,70 C, ikterus (-).
A: Neonatus cukup bulan sehat umur 18 hari
P:
1. Memberikan KIE tentang tujuan imunisasi efek
samping serta cara mengatasinya, ibu dan suami
mengerti dan akan melakukannya
2. Memberikan imunisasi BCG dan Polio 1,
imunisasi telah diberikan.
3. Mengingatkan ibu tentang pemberian ASI
ondemand dan ASI eksklusif, ibu sudah
memberASI secara ondemand tanpa
pendamping ASI.
4. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda- tanda
bahaya neonatus dan mengimbau agar segera ke
fasilitas kesehatan jika hal tersebut terjadi, ibu
mengerti dan akan melakukannya.

B. Pembahasan

Pembahasan pada laporan tugas akhir ini penulis memaparkan mengenai hasil

penerapan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu ‘MY’ dari umur

kehamilan 23 minggu 5 hari sampai 42 hari masa nifas. Hasil Penerapan asuhan

kebidanan pada ibu “MY” beserta janinnya selama masa kehamilan dari umur

kehamilan 23 minggu 5 hari. Setelah diberikan asuhan, ibu “MY” memeriksakan

kehamilannya sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester kedua dan tiga

kali pada trimester ketiga, sebelum diberikan asuhan ibu “MY” telah melakukan

124
pemeriksaan kehamilan sebanyak tiga kali pada trimester pertama dan satu kali

pada trimester kedua.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, frekuensi kunjungan pemeriksaan

kehamilan ibu di fasilitas kesehatan sudah memenuhi jadwal kunjungan

antenatal yaitu minimal 6 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada

trimester pertama, dua kali pada trimester kedua dan tiga kali pada trimester

ketiga. Penerapan asuhan yang diberikan telah sesuai dengan pelayanan kesehatan

ibu hamil pada era masa adaptasi baru dalam Kementerian Kesehetan R.I Tahun

2020 salah satunya tercantum mengenai standar pelayanan kesehatan ibu hamil

dimana setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 6 kali selama

kehamilan oleh bidan, dokter maupun dokter spesialis kandungan.

Selama melakukan kunjungan ibu “MY” mendapatkan pemeriksaan sesuai

standar yaitu 10 T yang meliputi : 1) timbang berat badan dan ukur tinggi badan,

2) ukur tekanan darah, 3) tentukan status gizi dengan mengukur LiLA, 4) ukur

tinggi fundus uteri, 5) tentukan presentasi janin dan DJJ, 6) skrining status

imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT, 7) pemberian tablet besi 90 tablet

selama kehamilan, 8) tes laboratorium, 9) tata laksana kasus, 10) temu wicara.

Pelayanan yang didapatkan oleh ibu “MY” telah sesuai dengan kriteria PMK No.

97 tahun 2014 yaitu pelayanan yang diberikan pada ibu hamil harus memenuhi

kriteria 10T.

Keluhan ibu “MY” pada asuhan pertama kali tanggal 2 Desember 2021 adalah

susah BAB dan konsistensi keras. Konstipasi disebabkan oleh penurunan

peristaltik usus sebagai akibat dari relaksasi usus halus,karena peningkatan

progesterone. Sebab lain adalah pembesaran uterus yang menekan usus sehingga

125
mengurangi motilitas gastrointestinal. Cara untuk mengatasinya adalah minum

cukup minimal 8 gelas sehari, minum air hangat ketika bnagun tidur untuk

menstimulasi peristaltik makan makanan berserat,latihan secara umum(Yuliani,

Musdalifah, dan Suparmi, 2017). Keluhan ibu “MY” terjadi oleh karena proses

kehamilan itu sendiri ditambah lagi ibu minum air putih hanya 6 gelas per hari

dan tidak suaka makan sayur. Penulis menjelaskan kepada ibu ‘MY” tentang

penyebab konstipasi dan cara mengatasinya. Ibu “MY” melaksanakan saran

penulis sehingga keluhan konstpasi tidak terjadi lagi.

Tanggal 23 Januari 2021 ibu “MY” belum mengetahui tentang kelas ibu

hamil. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan ibu “MY” tidak pernah mengikuti

kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai

kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi,

perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/senam ibu hamil. Kelas ibu hamil

berupa kelompok belajar ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Ibu

hamil dapat belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu

dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dilaksanakan secara

terjadwal dan berkesinambungan (Kemenkes,2014). Kelas ibu hamil difasilitasi

oleh bidan/tenaga kesehatan. Pandemi covid-19 mengharuskan kita membiasakan

diri melaksanakan adaptasi kebiasaan baru salah satunya dengan melaksanakan

kelas ibu hamil secara daring/online. Informasi penting disampaikan melalui

pesan di aplikasi whatsap.Senam hamil dan yoga prenatal dilakukan secara tatap

muka di rumah ibu ‘MY’.Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Puskesmas

126
Mengwi 1 sebanyak 2 kali dengan hasil pemeriksaan tanggal 25-07-2020 dengan

hasil pemeriksaan yaitu PPT: Positif (+), Hb; 11,3 gr% ,HIV: Non Reaktif, Sifilis:

Non Reaktif, HbsAg: Negatif. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 25-08-

2020 Gula Darah Sewaktu (GDS): 100, Albumin Negatif, Reduksi urine negatif.

Hasil pemeriksaan laboratorium ibu “MY” dalam batas normal dan tidak ada

kelainan.

Penambahan berat badan diperlukan untuk menunjang perkembangan janin

dalam kandungan. Kenaikan berat badan pada tiap ibu hamil tidaklah sama. Hal

ini tergantung dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dan berat badan sebelum hamil.

Berat badan ibu “MY” sebelum hamil yaitu 48 kg dan tinggi badan 155 cm

dengan IMT 20, LILA 24 cm. Akhir kehamilan yaitu menjelang persalinan berat

badan ibu ”MY” 56 kg. Selama kehamilan ibu “MY” mengalami kenaikan berat

badan sebasar 8 kg .Menurut Sari (2015) IMT yanga baik sebelum hamil dengan

rentang antar 19.8-24. Berdasarakan hal tersebut IMT ibu “MY” sebelum hamil

dalam batas normal dengan status gizi baik. Perubahan Berat Badan dan Indeks

Massa Tubuh (IMT) mengalami peningkatan selama kehamilan hingga maksimal

12.5 kg (Sari, 2015). Berdasarkan hal tersebut kenaikan berat badan ibu ”MY”

selama hamil tergolong kurang dan dapat disebabkan oleh banyak factor, antara

lain: factor usia, aktivitas ibu, status kesehatan, suhu lingkungan, pengetahuan

tentang gizi, kemampuan membeli makanan dan lingkungan sosial

Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “MY” selama proses persalinan

dan bayi baru lahir yaitu proses persalinan ibu “MY” berlangsung pada umur

kehamilan 39 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa

adanya komplikasi pada ibu maupun janin. menurut JNPK-KR (2017) persalinan

127
dan kelahiran normal merupakan suatu proses pengeluaran janin, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –

40 minggu) lahir normal dengan presentasi belakang kepala tanpa adanya

komplikasi pada ibu dan janin.

Tanggal 19 Maret 2021 pukul 04.25 Wita ibu sudah mulai mengalami pecah

ketuban disertai sakit perut hilang timbul namun durasinya hanya sebentar dan ada

pengeluaran lendir bercampur darah.Ibu ditemani suami datang ke fasilitas

kesehatan segera setelah keluar air ketuban. Ibu sampai di Puskesmas pukul 04.45

WITA.

a. Asuhan Persalinan Kala I

Kala I ibu berlangsung selama 6 jam 15 menit dari pembukaan 2 sampai

pembukaan lengkap. Kondisi ini tidak sesuai dengan JNPK-KR (2017)

menyatakan bahwa fase aktif mengalami kecepatan pembukaan rata-rata 2 cm per

jam. Pemantauan kala I fase laten persalinan dilakukan dengan menggunakan

partograf dan lembar observasi. Pemantauan yang dilakukan adalah pematauan

kesejahteraan ibu, kesejahteraan janin dan kemajuan persalinan. Selama dilakukan

pematauan didapatkan hasil baik kesejahteraan ibu ‘MY’, kesejahteraan janinnya

dan kemajuan persalinannya berjalan dengan baik dan semua dalam batas normal.

Pemenuhan kebutuhan eliminasi telah terpenuhi dengan BAK dibantu oleh

penulis menggunakan pispot di tempat tidur. Penerapan dan pemenuhan eliminasi

dilakukan dengan menganjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau

lebih sering jika ibu ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Hal ini

dilakukan karena kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat turunnya

janin dan kemajuan persalinan, menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu,

128
meningkatkan resiko perdarahan postpartum akibat atonia uteri, dan

meningkatkan resiko infeksi (JNPK-KR, 2017).

Asuhan sayang ibu juga dilakukan dengan memberikan dukungan dengan

melibatkan suami atau keluarga. Suami ibu ‘MY’ sangat kooperatif dengan

penulis dalam mendampingi ibu selama persalinan mulai dari membantu

memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu dengan membantu menyuapi ibu

makanan dan memberikan minum teh manis hangat, membantu ibu mengatur

posisi senyaman mungkin, melakukan massase pada daerah bokong ibu, ibu telah

mampu mengatur nafas untuk mengurangi rasa nyeri, Menurut penelitian yang

dilakukan Puspitasari dan Astuti (2017) penerapan teknik massage punggung

cukup efektif untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kala I. Massage punggung

dapat dijadikan alternatif bagi ibu bersalin yang menginginkan metode

nonfarmakologis dan meminimalkan efek samping yang ditimbulkan dari

tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan terutama penolong persalinan dalam

mengurangi nyeri persalinan.

b. Asuhan Persalinan Kala II

Persalinan kala II ibu berlangsung normal dari pembukaan lengkap dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Ibu merasakan sakit perutnya bertambah keras dan

seperti ingin BAB, pemeriksaan dalam dilakukan dengan indikasi terdapat tanda-

tanda gejala kala II sebagaimana seperti terdapat dalam JNPK-KR (2017) meliputi

ibu ingin meneran, tekanan pada anus, terlihat perineum menonjol, vulva vagina

membuka serta pengeluaran lendir barcampur darah meningkat.

Ibu “MY”mengatakan siap untuk proses persalinan. Ibu dipimpin dengan

posisi setengah duduk karena ibu merasa nyaman dan dapat meneran dengan

129
efektif. Lama persalinan kala II ibu berlangsung 1 jam dari pembukaan lengkap

hingga bayi lahir. Kondisi ini sejalan dengan JNPK-KR (2017) menyatakan

bahwa lama kala II ibu primigravida berlangsung satu jam.

Pada persalinan ibu’MY’ dilakukan tindakan episiotomi dengan indikasi

perineum yang kaku dan ditakutkan terjadinya rupture perineum. Hal ini sesuai

dengan yang dinyatakan dalam JNPK-KR (2017) bahwa episiotomi hanya

dilakukan apabila ada indikasi dan tidak dilakukan secara rutin, dimana episiotomi

dapat mengarahkan alur luka, mencegah robekan perineum yang berlebihan,

mempermudah proses penjahitan (reparasi) mengurangi tekanan kepala dan

infeksi.

Bayi lahir spontan segera menangis kuat, dan gerak aktif. Hal tersebut

menunjukan bayi dalam keadaan normal sesuai dengan JNPK-KR (2017)

penilaian segera bayi baru lahir yaitu tangis dan gerak bayi. Asuhan bayi baru

lahir normal diberikan kepada bayi dengan kondisi umur cukup bulan, air ketuban

jernih, bayi menangis dan tonus otot baik.

c. Asuhan Persalinan Kala III

Persalinan kala III berlangsung selama 5 menit, yang dihitung mulai dari bayi

lahir sampai dengan lahirnya plasenta. Penatalaksanaan yang dilakukan sudah

sesuai dengan langkah -langkah manajemen aktif kala III terdiri dari pemeriksaan

janin kedua, dilanjutkan dengan pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM,

melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan melakukan masase uterus

selama 15 detik. Pemberian oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi efektif

sehingga akan mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan

darah. PTT membantu mempercepat pelepasan plasenta yang telah terpisah dari

130
dinding uterus namun harus dilakukan secara hati-hati, dimana segera melepaskan

plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah

yang tidak perlu. Melakukan masase fundus uteri bertujuan untuk merangsang

uterus berkontraksi sehingga pembuluh darah dalam uterus akan terjepit dan

perdarahan dapat segera berhenti. Menurut JNPK-KR (2017) manajemen aktif

kala III yang dilakukan dengan baik dapat menghasilkan kontraksi uterus yang

baik, mengurangi jumlah kehilangan darah dan plasenta lahir lengkap yang mana

hal ini sesuai dengan keuntungan dilakukannya manajemen aktif kala III.

Setelah bayi lahir kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi

diletakan di dada ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu dilakukan kurang

lebih selama satu jam dan bayi dibiarkan mencari putting susu sendiri. Pada hari

pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan, tetapi pada

usia 30 menit harus di susukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi

untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna

mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap

puting susu pada setengah jam setelah persalinan, Prolaktin (hormon pembuat

ASI) akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar

pada hari ketiga atau lebih dan memperlambat pengeluaran kolostrum (Roesli,

2010). Menurut JNPK-KR (2017) IMD memberikan banyak keuntungan baik bagi

ibu maupun bayi, diantaranya membantu kontraksi uterus untuk pelepasan

plasenta dan mencegah perdarahan postpartum, merangsang pengeluaran

kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, menstabilkan pernapasan dan detak

jantung bayi, mengendalikan temperatur tubuh bayi dan mencegah kehilangan

131
panas, memberikan kekebalan tubuh pada bayi sehingga menguragi infeksi serta

meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi.

d. Asuhan Persalinan Kala IV

Pemantauan persalinan kala IV berlangsung secara fisiologis dan tidak ada

komplikasi. Ibu mengalami laserasi pada mukosa vagina, otot perineum dan kulit

perineum yang merupakan laserasi grade II kemudian dilakukan penjahitan

dengan anastesi lokal menggunakan lidokain 1%, hal tersebut sesuai dengan

kewenangan bidan dimana bidan memiliki kewenangan melakukan penjahitan

pada laserasi perineum grade II.

Observasi sudah dilakukan pada ibu ‘MY’ selama dua jam postpartum.

Pengawasan dan observasi secara ketat pada kala IV penting untuk dilakukan

karena Menurut JNPK-KR (2017) sebagian besar kesakitan dan kematian ibu

akibat perdarahan pascapersalinan terjadi dalam 2 jam pertama setelah kelahiran

bayi. Observasi dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada

jam kedua, adapun pemeriksaan tersebut meliputi pemantauan: tekanan darah,

nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan.

Khusus untuk pemantauan suhu dilakukan setiap 1 jam selama 2 jam postpartum.

Hasil pemantauan kala IV ibu ‘MY’ semuanya dalam batas normal dan tercatat

dalam lembar belakang partograf. Pemenuhan nutrisi dan cairan ibu juga sudah

terpenuhi, dimana ibu makan nasi bungkus dan air putih untuk mengembalikan

energi ibu yang hilang selama proses persalinan.

Penerapan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “MY” sampai dengan 42

hari yaitu masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama

132
6 minggu (Wahyuningsih, 2018). Masa nifas ibu “MY” berlangsung secara

fisiologis sampai akhir masa nifas. Pada masa nifas ada tiga hal yang perlu

diperhatikan atau yang disebut dengan trias nifas yaitu laktasi, involusi uterus dan

lochea. Kebutuhan ibu selama masa nifas meliputi nutrisi, istirahat, mobilisasi

dini, senam nifas dan eliminasi terpenuhi dengan baik, sehingga selama masa

nifas kebutuhan ibu baik.

Pada dua jam postpartum merupakan masa kritis terjadi perdarahan. Kandung

kemih yang penuh dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak adekuat dan

menyebabkan perdarahan. Melatih ibu dengan melakukan senam kegel untuk

mengurangi kesulitan saat berkemih akibat trauma pada kandung kemih selama

proses persalinan. Selama masa nifas ibu diberikan Vitamin A 200.000 IU

sebanyak 2 kali, pertama diberikan segera setelah melahirkan dan kedua diberikan

setelah 24 jam dari pemberian kapsul Vitamin A pertama (Kemenkes RI, 2016).

Pemberian kapsul Vitamin A bagi ibu nifas dapat meningkatkan jumlah

kandungan Vitamin A dalam ASI, sehingga meningkatkan status vitamin A pada

bayi yang disusuinya.

Ibu “MY” dapat melakukan mobilisasi berupa duduk diatas tempat tidur

setelah dua jam post partum dan dapat berjalan menuju ruang nifas setelahnya.

Hal ini sangat dianjurkan untuk ibu nifas untuk melakukan ambulasi sedini

mungkin untuk mencegah terjadinya penyulit serta meningkatkan fungsi kerja

peristaltik dan kandung kemih (Sulistyawati, 2016). Ibu “MY” dapat berkemih

secara spontan 6 jam setelah ibu bersalin, namun BAB setelah hari kedua ketika

ibu diperbolehkan pulang ke rumahnya. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa proses berkemih harus terjadi selama 4-8 jam dan untuk

133
meningkatkan volume feses harus meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat

dan air putih yang banyak (Sulistyawati, 2015).

Pengetahuan yang dibutuhkan ibu “MY” setelah bersalin antara lain ibu belum

mengetahui tanda bahaya nifas, tanda bahaya bayi baru lahir, ibu lupa teknik

menyusui yang benar dengan cara duduk dan berbaring serta. Ibu diberikan

pengetahuan mengenai menjaga personal hygiene, melakukan senam kegel untuk

peregangan dan relaksasi otot dasar panggul, membimbing ibu untuk melakukan

senam nifas, pengetahuan mengenai tanda bahaya masa nifas dan pengetahuan

mengenai tanda bahaya bayi baru lahir.

Kunjungan Nifas 1 (KF1) dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021 saat 1 hari

postpartum di Puskesmas Mengwi I . Dilakukan pemeriksaan trias nifas, yaitu

pengeluaran lokia adalah lokia rubra, hal ini sesuai dengan teori dimana lokia

rubra keluar pada hari pertama sampai hari ke empat masa nifas yaitu warna

cairan yang keluar berwarna merah terisi darah segar, jaringan sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan moconium (Wahyuningsih, 2018).

Penurunan TFU pada pemeriksaan KF 1 didapatkan 2 jari dibawah pusat dan

kontraksi uterus baik, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tinggi

fundus uteri pada 1-3 hari penurunannya 2-3 jari dibawah pusat (Bobak, Irene,

Deitra, dkk. 2015). Proses laktasi lancar karena kolostrum sudah keluar sehingga

bayi dapat menyusu secara on demand. Saat KF1 ibu diberikan pengetahuan

mengenai personal hygiene, pemenuhan nutrisi ibu nifas, senam kegel, pola

istirahat, pijat bayi dan perawatan bayi baru lahir serta mengingatkan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif.

134
Kunjungan Nifas 2 (KF2) pada tanggal 21 Maret 2021 saat 3 hari postpartum

dilakukan di rumah ibu di banjar Pande Mengwi. Penulis menyarankan ibu untuk

menyusui secara ondemand dan menerapkan teknik menyusui yang benar

sehingga bayi dapat melekat dengan baik dan ibu menyusui bayinya pada kedua

payudara secara bergantian. Ibu mengatakan darah yang keluar hanya sedikit dan

berwarna merah kehitaman., hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

pengeluaran lokia pada hari pertama sampai hari ketiga adalah lokia rubra yaitu

pengeluaran cairan berwarna merah kehitaman (Wahyuningsih, 2018). Ibu “MY”

berniat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai umur enam bulan dan

dilanjutkan dua tahun dengan tambahan makanan pendamping.

Ibu diberikan pengetahuan mengenai tanda bahaya nifas minggu pertama,

pemenuhan istirahat ibu dan membimbing ibu dapat melakukan peranannya

sebagai seorang ibu dan masih dibantu oleh suami. Sesuai dengan teori Reva

Rubin, ibu nifas hari ke tujuh memasuki fase taking hold, yaitu fase yang terjadi

pada hari ketiga sampai hari kesepuluh dimana ibu sudah mulai merawat dirinya

sendiri dengan bayinya, cara menyendawakan bayi.

Kunjungan nifas ke-3 (KF3) pada tanggal 21 April 2021 pada hari ke-

33,Penulis melakukan kunjungan rumah ,ibu “MY” mengatakan sudah mengalami

menstruasi pasca melahirkan. Penulis memberikan KIE bahwa itu adalah hal yang

normal dan menyarankan ibu agar segera menggunakan alat kontrasepsi. Setelah

diberi penjelasan ibu”MY” dan suami mengatakan akan memilih alat kontrasepsi

AKDR. Bila dilihat dari tujuan ibu menggunakan kontrasepsi yaitu untuk

mengatur jarak kehamilan tanpa mengganggu produksi ASI, pilihan ibu sudah

tepat.

135
Kunjungan Nifas 3(KF4) tanggal 27 April 2021 pada hari ke 39. Ibu “MY”

mengatakan tidak ada keluhan dan sudah siap untuk menggunakan alat

kontrasepsi. Ibu dan suami kembali dijelaskan tentang AKDR yaitu tentang

manfaat, efek samping,lama penggunaan dan hal-hal yang harus diperhatikan. Ibu

“MY” sudah dipasang AKDR coper T dan sudah bersedia untuk control 1 minggu

pasca pemasangan atau sewaktu waktu bila ada keluhan kram pada perut atau

perdarahan.

Hasi penerapan asuhan kebidanan bayi ibu “MY” sampai dengan 42 hari yaitu

bayi ibu ‘MY’ lahir pada usia kehamilan 39 minggu dan berat badan bayi 3100

gram tangis kuat gerak aktif. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya 2500

gram sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim dkk, 2012). Berdasarkan hal

tersebut bayi ibu ‘MY’ merupakan bayi baru lahir normal,walaupun pada saat

kehamilan ibu “MY” mengalami kenaikan berat badan kurang, dimana kenaikan

berat badan ibu menunjukkan status gizi ibu. Bayi yang dilahirkan ibu “MY”

tidak mengalami berat badan lahir rendah dan masih dalam batas normal.

Menurut JNPK-KR (2017) perawatan pada bayi baru lahir normal adalah

pertama kali harus dilakukan penilaian bayi berupa tangis dan geraknya, apabila

tidak ada masalah maka dilanjutkan dengan pemerian asuhan bayi baru lahir

normal yang meliputi: menjaga kehangatan, bersihkan jalan napas (jika perlu),

mengeringkan bayi, pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat, IMD,

pemberian suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di anterolateral paha kiri bayi,

pemberian salep mata profilaksis tetrasiklin 1%, pemeriksaan fisik dan pemberian

136
imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular di anterolateral paha kanan bayi kira-

kira 1 jam setelah pemberian vitamin K.

Bayi ibu ‘MY” telah dilakukan penghangatan dengan dikeringkan

menggunakan handuk dan dipakaikan topi serta diselimuti dengan handuk kering

telah dilakukan pemotongan tali pusat dan dilakukan IMD selama 1 jamInisiasi

Menyusu Dini (IMD) merupakan proses membiarkan bayi menyusu sendiri

setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan

segala upayanya mencari puting untuk segera menyusui. Manfaat inisiasi

menyusu dini untuk bayi salah satunya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi

(AKB) yang disebabkan oleh hipotermia serta dapat menghangatkan bayi melalui

dada ibu dengan suhu yang tepat. Menurut penelitian Bergman et al (2012), kulit

ibu berfungsi sebagai inkubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi

bayi.

Pemeriksaan fisik dan penimbangan berat badan bayi, pemberian salep mata

gentamicin genoint 0,3% pada konjungtiva mata kanan dan kiri bayi sebagai

profilaksis telah diberikan kepada bayi ibu ‘MY’. Pemberian salep mata pada

BBL berguna untuk pencegahan infeksi mata dan upaya ini akan kurang efektif

apabila diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran, sehingga sangat penting

untuk diberikan segera terutama pada bayi yang lahir secara normal melalui jalan

lahir ibu. injeksi vit k (phytomenadione) dosis 1mg (0,5 cc) secara IM pada

anterolateral paha kiri bayi ibu “NR”. Setiap bayi baru lahir berisiko mengalami

perdarahan intracranial akibat keadaan kepala bayi yang tertekan pada jalan lahir,

terutama bayi-bayi yang mengalami persalinan lama. Maka dari itu semua BBL

harus diberikan vitamin K1 (Phytomenadione) injeksi 1 mg secara IM setelah

137
proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat

defisiensi vitamin K (JNPK-KR, 2017).

Bayi ibu ‘MY’ mendapatkan imunisasi hepatitis B 0,5 ml secara IM pada

anterolateral paha kanan bayi satu jam setelah pemberian vit k infant

(phytomenadione). Imunisasi hepatitis B sendiri bermanfaat untuk mencegah

infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi (JNPK-KR,

2017).

Bayi Ibu ‘MY’ sudah mendapat kebutuhan dasar bayi baru lahir ada tiga yang

harus terpenuhi yaitu asah, asih, asuh. Asuh meliputi pemantauan panjang badan

dan berat badan secara teratur pangan atau papan seperti IMD, ASI Eksklusif,

MP-ASI dan pemberian imunisasi sesuai jadwal pemberian (Direktorat Kesehatan

Anak Khusus, 2010). Pada bayi ibu ‘MY’ IMD sudah berhasil dilakukan dan

sampai saat ini bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Bayi sudah mendapatkan

imunisasi HB-0 pada hari pertama, imunisasi BCG dan polio pada bayi berusia

satu bulan, hal tersebut menunjukan bahwa pemberian imunisasi sudah diberikan

sesuai jadwal pemberian (Kementerian Kesehatan R.I, 2016).

Asih yaitu ikatan erat untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik,

mental fisiologis anak seperti kontak kulit antara ibu dan bayi serta menimang dan

membelai bayi (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010). Pada bayi Ibu ‘MY’

kebutuhan dasar asuh sudah terpenuhi dimana ibu sudah melakukan kontak kulit

terhadap bayinya dengan melakukan pijat bayi, memandikan bayi, menyusui dan

lain-lain.

Asah yaitu proses pembelajaran pada anak agar pertumbuhan dan

perkembangan anak menjadi anak yang cerdas dan memiliki karakter baik, maka

138
dari itu perkembangan anak usia dini harus diperhatikan seperti stimulasi, deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak (Direktorat Kesehatan Anak Khusus,

2010). Bayi Ibu ‘MY’ sudah diberikan setiap hari pada bayinya seperti ibu dan

suami selalu mengajak bayi berbicara ketika bayi terjaga serta menggantungkan

mainan-mainan yang berwarna cerah diatas bayi sebagai salah satu bentuk

stimulasi pada bayi. Hal tersebut menunjukan bahwa kebutuhan dasar asah sudah

sesuai dengan teori.

Tanggal 24 Maret 2021 ibu “MY” mengeluh bayi tampak kuning pada daerah

wajah sampai ke kaki dan minum ASI tidak adekuat sejak tanggal 23 Maret

2021..Penulis memberikan KIE agar ibu memeriksakan bayi ke Puskesmas.

Setelah dilakukan pemerikaan fisik dan didapatkan bayi ikterus kramer 4, bayi

akhirnya dirujuk ke RSD Mangusada. Berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium bilirubin total 18,27 mg/dL, dan bilirubin direct 0,43 mg/Dl hasil lab

menunjukkan kadar bilirubin diatas normal atau disebut juga hyperbilirubinemia..

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering

ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh proses

fisiologi atau patologi atau kombinasi keduanya (Lubis, Mardina Bugis, dkk,

2013). Ikterus pada by ‘MY”mulai terlihat pada hari ketiga, jadi termasuk icterus

fisiologis.Susilaningsih(2013) menyatakan bahwa Ikterus fisiologi adalah warna

kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang

tidak mempunyai dasar patologis.

Sesuai dengan hasil kolaborasi dengan dr SpA, kemudian bayi dilakukan foto

therapy 24 jam. Dengan fototerapi bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan

menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah terlebih dahulu oleh organ hati

139
dan dapat dikeluarkan melalui urine dan feses sehingga kadar bilirubin menurun

(Marmi dan Rahardjo, 2014.Pemeriksaan laboratorium untuk evaluasi setelah 24

jam foto therapy hasil bilirubin total:7,16mg/dL dan direk 0,28mg/dL

Standar pelayanan bayi baru lahir merupakan pelayanan yang diberikan dari

usia 0 sampai 28 hari setelah kelahiran bayi baik di pelayanan kesehatan maupun

kunjungan rumah, pelayanan dapat dilakukan tiga kali kunjungan yaitu KN 1 pada

enam jam sampai 48 jam, KN 2 pada tiga sampai tujuh hari dan KN 3 pada hari ke

delapan sampai hari ke-28 (Kementerian Kesehatan R.I, 2016). Bayi Ibu ‘MY’

sudah melakukan kunjungan sesuai dengan standar yaitu KN 1 dilakukan

kunjungan pada 6 jam postpartum, KN 2 dilakukan pada hari ketiga,dan KN 3

pada hari ke-18. Berdasarkan hasil tersebut bayi Ibu ‘MY’ sudah mendapatkan

pelayanan sesuai dengan standar.

140
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai asuhan kebidanan pada Ibu

“MY” umur 24 tahun primigravida dari kehamilan trimester II sampai dengan 42

hari masa nifas beserta bayinya. Adapun simpulan yang dapat dijabarkan adalah:

1. Asuhan kebidanan selama kehamilan pada Ibu “MY” dan janin diawal

berjalan dengan baik, walaupun terdapat beberapa keluhan yang umum dirasakan

oleh ibu hamil. Pemantauan kesehatan ibu hamil tumbuh kembang janin

dilakukan berkesinambungan dan intensif sehingga berdasarkan hasil tindakan

yang telah dilakukan kehamilan ibu “MY” berjalan fisiologis walaupun diakhir

kehamilan terdapat masalah yaitu pecah ketuban namun sudah mendapat

penanganan sesuai kebutuhan ibu “MY”.

2. Asuhan kebidanan selama proses persalinan Ibu “MY” berjalan fisiologis,

pada usia kehamilan 39 minggu. Persalinan berlangsung dari kala I selama 5 jam

15 menit dari fase aktif tanpa ada komplikasi, kala II selama 1 jam, bayi lahir

spontan menangis kuat, gerak aktif dan jenis kelamin laki-laki, lama kala III lima

menit dan pemantauan kala IV tidak terdapat masalah. Jadi hasil penerapan

asuhan kebidanan pada ibu beserta bayi baru lahir selama masa persalinan

berlangsung baik dan persalinan berjalan normal tanpa ada masalah.

3. Asuhan kebidanan selama nifas Ibu ‘MY’ berjalan normal. Hasil asuhan pada

masa nifas, meliputi proses involusi berjalan lancar, tidak terjadi komplikasi yang

dapat mengancam ibu, pengeluaran lochea normal. Metode kontrasepsi yang akan

digunakan adalah AKDR. Kondisi psikologi ibu selama masa nifas berjalan baik
karena ibu mendapat dukungan dari suami dan keluarga. Jadi hasil penerapan

asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas berlangsung dengan normal.

4. Asuhan kebidanan pada bayi Ibu “MY” sudah dilakukan sesuai standar,

walaupun bayi sempat mengalami icterus namun sudah ditangani denagn baik dan

sembuh (tidak kuning lagi). Imunisasi yang didapatkan oleh bayi tepat waktu. Jadi

hasil penerapan asuhan kebidana pada bayi selama 42 hari postpartum sangat baik

dan sudah sesuai standar.

B. Saran

1. Kepada ibu dan keluarga

Ibu dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah selama masa

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan bayi serta ibu dapat memberikan

informasi yang ibu ketahui kepada tetangga atau masyarakat. Keluarga diharapkan

tetap membantu memenuhi kebutuhan ibu serta memberikan dukungan psikologis

serta dapat mendeteksi secara dini penyulit dan komplikasi yang mungkin terjadi

pada ibu dan bayi.

2. Kepada Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan khususnya bidan dapat memberikan asuhan sesuai standar

secara komprehensif dan berkesinambungan berdasarkan evidence based yang

dapat meningkatkan upaya deteksi dini terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir sehingga pelayanan yang diberikan dapat optimal.

3. Kepada Institusi Pendidikan

Hasil asuhan kebidanan pada ibu “MY” beserta bayinya dari hamil, bersalin,

nifas dan bayi sampai 42 hari agar dapat menambah kepustakaan yang terbaru

dan bahan bacaan, sehingga laporan selanjutnya dapat lebih baik.

142
4. Kepada penulis selanjutnya

Penulis selanjutnya dapat melakukan pengkajian data lebih dalam dan lebih

akurat, sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar untuk mendeteksi

secara dini komplikasi sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan

prosedur.

143
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M. 2011. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC.


Devi, T. E. R.. 2019. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Profil kesehatan Provinsi Bali 2018.
Denpasar: Depkes Provinsi Bali.
Fitriana Y, dan Widy Nurwiandani. 2018. Asuhan Persalinan KonsepPersalinan
secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:Pustaka Baru.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). 2017.
Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial, Pencegahan
dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: JNPK-KR, POGI, IBI, IDAI, USAID.
Kementerian Kesehatan R.I.. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
2018. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas KesehatanDasar dan Rujukan (Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan).
Kemenkes RI. Jakarta.
Kosim, Yunanto, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi: CV. Agung Seto. Jakarta.
Edisi Pertama.
Lailiyana, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan kebidanan Persalinan. Jakarta: EGC.
Legawati. 2018. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang:
Wineka Media
Lubis, Mardina, B, dkk. 2013.Rasio Bilirubin Albumin Pada Neonatus Dengan
Hiperbilirubinemia. Sari Pediatri : Vol.14, No.5.
Manggiasih, Atika, V dan Jaya, P. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Trans Info Media: Jakarta.
Mansyur dan Dahlan. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidnana Masa Nifas. Jawa
Timur: Selaksa Media.
Maritalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Marmi dan Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Maryunani, A. 2014.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, In Media: Jakarta.
Mathindas, Stevry, dkk. 2013. Hiperbilirubimenia Pada Neonatus: Jurnal
Biomedik.Vol.5, No. 1, S4-10.
Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta.
Nuryaningsih dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Fakultas kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhamadyah Jakarta.
Nugroho dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurhayati, Nunung, M. Taupan. 2012. Serba-Serbi Kehamilan & Perawatan
Anak. Bandung: Yrama Widya.
Munthe, Juliana dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
(Continuity of Care). Jakarta: CV. Trans Indo Media
Pebryatie, Elit.2014. Modul Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan. Cirebon:
Poltekkes Tasikmalaya.
Pholman, Merchedes Naaharani, dkk. 2015.Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
Dengan Ikterus Neonatorum Di RSUD Wates Yogyakarta. Media Ilmu
Kesehatan: Vol.4, No.2.
Pudiastuti, RD. 2012. Asuhan kebidanan Pada Hamil Normal dan patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
____________________. 2011.Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rochyati, P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat safe motherhood-
lab/smf obgyn rsu dr. Sutomo ; Fakulats Kedokteran UNAIR Surabaya.
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rosyanti Hery. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan.Jakarta
:Fakultas kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhamadyah Jakarta.
Surasmi, Asrining dkk. 2013. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Rukiyah, AY. dan Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans
Info Media.

145
. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Trans Info Media: Jakarta. Edisi Kedua.

. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,


Trans Info Media: Jakarta. Edisi ketiga.
Saifuddin, AB. 2018. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, A. 2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.
Jakarta:Salemba Medika.
Susilaningsih, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika:
Jakarta Selatan.
Trenawati, Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan Panduan Menjadi Bidan professional
Jilid 1. Jakarta Prestasi Pustakakarya.
Wahyuni, Sri. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita Penuntun Belajar Praktik
Klinik. Jakarta: EGC.
Wahyuni, Ely. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifa.Jakarta : Kementriian
Kesehatan RI
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru.
Williamson dan Kenda. 2013. Buku Ajar Asuhan Neonatus. Buku Kedokteran :
Jakarta.
Yuliawati, Sadiwati, N.P.E,dkk. 2018.Studi Komparatif Kadar Bilirubin Pada
Bayi Baru Lahir Dengan Fototerapi Yang Diberikan ASI Eksklusif Di RST
Malang : Nursing News : Vol.3, No.1.

146
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Ibu : Maria Yosi Anggraeni

Umur : 24 Tahun

Nama Suami : Made Dwi Dewasa Putra

Umur : 26 Tahun

Alamat : Banjar Pande,Mengwi, Badung, Bali

No Telepon : 082125636xxx

Setelah mendapatkan penjelasan dan mengerti sepenuhnya tentang asuhan

kebidanan selama kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus dan bayi sampai 42

hari dari mahasiswa Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Denpasar, atas nama Ni

Nengah Sunarti, saya telah memahami tujuan dari pembinaan. Maka saya setuju

dan bersedia menjadi responden yang dibina berkaitan dengan penulisan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘MY’ Umur 24 Tahun

Primigravida dari Umur Kehamilan 23 Minggu 5 Hari sampai dengan 42 Hari

Masa Nifas”.

Demikian surat pernyataaan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui, Denpasar, 5 Desember 2020


Suami Yang membuat pernyataan

Made Dwi Dewasa Putra Maria Yosi Anggraeni

148
Lampiran 3

Dokumentasi Kegiatan

149

Anda mungkin juga menyukai