Tugas K3RS Minggu Ke-6
Tugas K3RS Minggu Ke-6
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja
kesehatan dari penyakit. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat di
Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan
tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme. Penyebab penyakit menjadi
turun adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya
prosedur invasif terhadap pasien di Rumah Sakit.
Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan tubuh seperti kulit,
saluran pencernaan dan area terbuka lainnya. Infeksi yang diderita pasien dirawat di Rumah
Sakit dimana sebelumnya pasien tidak mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi
nosokomial. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika
pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudia setelah dirawat selama 48-72 jam klien
menjadi terinfeksi.
Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh , khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat
akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi.
Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi.
Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
A. METODE
Pada pengkajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih cenderung
bersifat memberikan penjelasan dengan cenderung lebih fokus pada landasan teori menggunakan
analisis. Dimana Proses dan maknanya yang lebih ditonjolkan sehingga metode ini bersifat
subjektif dimana proses penelitian ini lebih memperlihatkan dan cenderung lebih fokus pada
landasan teori.
B. HASIL
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi) sedangkan
mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit
timbul jika patogen berkembang biak dan memnyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular
(contagius). Mikroorganisme mempunyai keagamaan dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
Pada saat sekarang ini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka akan semakin tinggi
pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikroorganisme
yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang/berukuran kecil. Dari hal inilah muncul ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan
mikrobiologi. Para peneliti mulai muncul mencari tahu akan apa yang terkandung pada
mikroorganisme tersebut. Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan
teknik atau cara-cara khusus untuk mempelajari serta untuk bekerja pada skala laboratorium
untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan untuk
meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristknya.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan besar bagi dunia kesehatan,
dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa
terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan
konsep steril ataupun besih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik
lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
C. PEMBAHASAN
Pengontrolan Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran renik (kecil). Karena sifatnya yang
kecil, organisme ini sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Namun, walaupun sulit dilihat,
organisme ini terdapat dimana-mana. Mikroorganisme banyak yang membahayakan. Selain
merugikan, mikroorganisme juga ada yang menguntungkan, misalnya bakteri yang dapat diolah
menjadi antibiotik. Mikroorganisme tidak dapat dibasmi/dimusnahkan, tetapi dapat dikendalikan.
Dengan upaya tersebut, peluang mikroorganisme, terutama bakteri, untuk menginfeksi manusia
pun akan berkurang.
Mikroorganisme dapat menyebabkan berbagai bahaya dan kerusakan. Mikroorganisme
juga dapat mencemari makanan; dengan menimbulkan berbagai perubahan kimiawi di dalamnya,
bakteri membuat makanan tidak dapat dimakan atau bahkan beracun. Oleh sebab itu, adanya
prosedur untuk mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu
keharusan.
Alasan utama untuk pengontrolan mikroorganisme dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, atau dibunuh melalui suatu sarana yang
bekerja dengan berbagai cara dan masing-masing mempunyai keterbatasan dalam penerapan
praktisnya. Beberapa istilah khusus sering digunakan untuk menggambarkan sarana serta proses
pengontrolan mikroorganisme. Penggunaan istilah ini penting dalam pemberian etiket pada obat-
obatan serta bahan kimia yang digunakan terhadap mikroorganisme. Baik pabrikan maupun
konsumen harus memahami makna yang tepat dari istilah-istilah tersebut.
Istilah yang digunakan tersebut sebaiknya didefinisikan dalam bahasa sehari-hari yang dapat
dijumpai di dalam kamus umum, yaitu :
1. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua bentuk kehidupan mikroorganisme. Suatu
benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme
hidup.
2. Desinfektan adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel vegetatif tetapi
belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit.
3. Antiseptik adalah substansi yang melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan atau kerja
mikroorganism dengan cara menghancurkan atau menghambat pertumbuhan serta
aktivitasnya.
4. Bahan sanitasi adalah suatu bahan yang mengurangi populasi mikroba sampai pada batas
yang dianggap aman menurut standar kesehatan masyarakat. Biasanya, bahan ini
merupakan bahan kimia yang mematikan 99,9% bakteri yang sedang tumbuh.
5. Germisida (mikrobisida) adalah suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif tetapi
tidak selalu mematikan bentuk spora resistan kuman. Di dalam praktiknya, germisida
hampir sama dengan desinfektan. Akan tetapi, germisida biasanya digunakan untuk
semua jenis kuman (mikroorganisme) untuk penerapan yang mana saja.
6. Bakterisida adalah suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri.
7. Bakteriostasis adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri. Bahan-
bahan yang mempunyai kesamaan dalam hal kemampuan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme secara kolektif dinamakan mikrobistatik.
8. Bahan antimikrobial adalah bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikroba. Beberapa bahan antimikrobal digunakan secara khusus untuk mengatasi infeksi.
Bahan ini disebut sebagai bahan terapeutik.
a) Pengendalian Mikroorganisme dengan Sarana Fisik
Berbagai sarana atau proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikroorganisme, menghambat
pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirnkannya. Cara pengendalian
mana yang akan digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi pada situasi tertentu.
Penerapan sarana fisik untuk megendalikan mikroorganisme dilakukan melalui beberapa
metode, diantaranya metode panas lembap, panas kering, pengeringan, radiasi, filtrasi, dan
pembersihan fisik.
1. Metode Panas Lembap
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode panas lembap adalah sebagai
berikut.
a. Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana paling praktis
serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan memberikan suhu jauh diatas
titik didih. Uap bertekanan mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya pemanasan
dapat berlangsung cepat dan mempunyai daya tembus serta menghasilkan kelembapan
yang tinggi. Semuanya tentu akan mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba. Alat
yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan adalah autoclave.
Autoclave merupakan alat yang sangat dibutuhkan di setiap laboratorium mikrobiologi,
ruang sterilisasi rumah sakit, serta tempat lain yang memproduksi produk steril. Waktu
yang diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe
wadah, dan volume bahan. Autoclave tidak efektif terhadap organisme yang terdapat
dalam bahan yang kedap uap dan tidak dapat digunakan untuk benda-benda yang peka
terhadap panas.
b. Air mendidih. Sel-sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh dalam waktu 10 menit di
dalam air mendidih. Namun, beberapa spora bakteri dapat bertahan dalam kondisi seperti
ini selama berjam-jam karena air mendidih hanya menghancurkan patogen yang tidak
membentuk spora. Air mendidih tidak dapat diandalkanuntuk sterilisasi karena tidak
menjamin tercapainya keadaan steril apabila perlakuan hanya diberikan satu kali.
2. Panas Kering
Beberapa carapengendalian mikroorganisme melalui metode panas kering adalah sebagai
berikut.
a. Sterilisasi dengan udara panas. Sterilisasi dengan udara panas dianjurkan apabila
penggunaan uap bertekanan tidak dikehendaki atau bila tidak dapat terjadi kontak antara
uap bertekanan dengan benda yang akan disterilkan. Untuk tujuan ini, digunakan alat
yang disebut oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti Erlenmeyer,
tabung reaksi, cawan Petri, dan alat gas lainnya. Temperatur yang sering dipakai adalah
170-1800C selama kurang lebih 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi
bergantung pada jumlah alat-alat yang disterilkan dan ketahanan alat terhadap panas.
b. Sterilisasi dengan pemijaran. Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum platina,
ose, dan alat lainnya yang terbuat dari platinba atau nikrom. Caranya adalah dengan
membakar alat-alat tersebut diatas api lampu spirtus sampai berpijar.
c. Sterilisasi dengan pembakaran. Pembakaran bahan yang mengandung mikroorganisme
berarti juga membasmi mikroorganisme. Sterilisasi dnegan cara ini digunakan untuk
memusnahkan benda-benda tecemar yang tidak dapat digunakan kembali.
3. Pengeringan
Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat sangat mengurangi atau menghentikan
aktivitas metabolik diikuti dengan matinya sejulah sel. Lamanya suatu mikroorganisme bertahan
hidup setelah proses pengeringan bervariasi, bergantung pada faktor-faktor berikut:
a. Jenis mikroorganisme
b. Bahan pembawa yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembapan) yang dikenakan pada organisme yang
dikeringkan
4. Radiasi
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode radiasi adalah sebagai berikut.
a. Cahaya ultraviolet. Cahaya ultraviolet digunakan untuk mengendalikan infeksi-asal
udara dan mendesinfeksi permukaan bahan yang disinar. Namun, cahaya ini tidak dapat
menembus kaca transparan atau benda-benda tembus cahaya karena daya tembusnya
rendah. Dalam pratiknya, pengguna harus berhati-hati karena cahaya UV dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
b. Sinar X, radiasi gamma, dan radiasi katode. Ketiga sinar ini dapat mensterilkan
perlengkapan bedah yang peka terhadap panas serta alat-alat medis lainnya. Namun,
ketiga sarana penyinaran ini tergolong mahal dan membutuhkan fasilitas khusus.
Perbedaan karakteristik beberapa jenis sinar dalam proses sterilisasi adalah sebagai
berikut.
Jenis Sinar Karakteristik penyinaran
Sinar X Daya penetrasi baik, tetapi perlu energi
besar.
Sinar alfa Memiliki sifat bakterisidal, tetapi tidak
memiliki daya penetrasi.
Sinar beta Daya penetrasinya sedikit lebih besar
daripada sinar X.
Sinar gamma Kekuatan radiasinya besar dan efektif
untuk sterilisasi bahan makanan.