Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA DAN

PRANIKAH PADA REMAJA “CP” UMUR 16 TAHUN


DENGAN DISMENORE PRIMER

DI POLIKLINIK KEBIDANAN RSD MANGUSADA


TANGGAL 7 DESEMBER 2020

OLEH :

NI NENGAH SUNARTI
P07124320042

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI KEBIDANAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA


DAN PRANIKAH PADA REMAJA “CP” UMUR 16
TAHUN DENGAN DISMENORE PRIMER
DI POLIKLINIK KEBIDANAN RSD MANGUSADA

OLEH
NI NENGAH SUNARTI
Telah disahkan,
Denpasar, Desember 2020
Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan


PK Fisiologis Holistik Remaja dan Pranikah

Ni Made Dwi Mahayati,SST,M.Keb I Desak Putu Budiarini , S.S.T.Keb


NIP. 198404302008012001 NIP. 197005031991032013

Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi
Bidan1

Ni Wayan Armini,SST., M.Keb


NIP. 198101302002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktik Kebidanan
Holistik Remaja dan Pranikah”.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan,
semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini,
pihak-pihak tersebut yaitu:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S. Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Made Dwi Mahayati SST,M.Keb selaku pembimbing institusi dalam PK
Fisiologis Holistik Remaja dan Pranikah.
4. I Desak Putu Budiarini S.S.T.Keb sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir PK Fisiologis Holistik Remaja dan Pranikah.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan
demikian laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu
melimpahakan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan menyelesaikan laporan ini.

Tabanan, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Praktik............................................................................................2
D. Metode Praktik...........................................................................................3
E. Sistematika Penulisan Laporan..................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................4
A. Remaja.......................................................................................................4
B. Menstruasi..................................................................................................5
C. Dismenore..................................................................................................7
E. Pelayanan di Masa Pandemi.....................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.............................................................20
BAB V PENUTUP......................................................................................22
A. Simpulan..................................................................................................24
B. Saran.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi adalah perubahan fisiologis pada wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal
reproduksi, biasanya terjadi dalam setiap bulan antara remaja sampai menopouse
(Joseph, 2010). Menstrurasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan
dengan psikologis-panca indra, korteks cerebri, aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarial, dan endrogen (uterusindometrium dan alat seks sekunder) (Manuaba,
2008).
Seorang remaja putri yang telah mamasuki masa pubertas akan mengalami
siklus menstruasi setiap bulannya. Siklus ini akan menimbulkan rasa tidak
nyaman seperti sakit kepala, pegal-pegal, sakit perut, atau kram perut dalam
beberapa jam. Kondisi tersebut sering dikenal dengan dismenore atau nyeri saat
menstruasi. Dismenore yang sering terjadi pada remaja ini disebut dismenore
primer, dimana nyeri menstruasi ini terjadi dengan ciri khas yaitu nyeri mentruasi
yang tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya (Atikah dan Siti,
2009).
Data dari WHO (2012) didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%)
wanita yang mengalami dismenore, 10-15% diantaranya mengalami dismenore
berat. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan di berbagai
negara dengan hasil yang mencengangkan, dimana kejadian dismenore primer
disetiap negara dilaporkan lebih dari 50%. Sedangkan di Indonesia menurut
data dari WHO juga bahwa angka kejadian dismenore sebanyak 55% dikalangan
usia produktif, dengan 15% diantaranya mengeluhkan aktivitas menjadi terbatas
akibat dismenore (Fahmi, 2014).
Peran bidan saat ini adalah pemberian konseling tentang kesehatan
reproduksi dananamnesa yang benar serta melakukan pemeriksaan yang tepat agar
dapat mengatasi masalah atau keluhan yang terjadi pada klien dengan dismenore
primer, misalnya dengan rasa nyeri, pegal pada punggung atau paha, mual, pusing
dan lainnya. Disini bidan melakukan asuhan tanpa memandang SARA, apabila

1
dalam pemeriksaan ditemukan kelainan anatomis, maka bidan dapat melakukan
kolaborasi dan rujukan untuk memastikan diagnosa. Peran bidan salah satunya
untuk masalah gangguan reproduksi terutama pada dismenorea primer dalam
upaya pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi bidan merupakan
fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya adanya penyuluhan
mengenai 4 menstruasi pada remaja dan nyeri yang timbul saat menstruasi atau
disebut juga Dismenorea. Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan
dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi
kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-
sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja
yang membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia berada.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Remaja dan Pranikah sesuai
dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, profesional, dan berkualitas
dengan selalu memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan fokus.
b. Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah Kebidanan
dengan menerapkan cara berpikir kritis.
c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan holistik pada remaja
dan pranikah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan holistik pada remaja dan
pranikah dengan pendekatan holistik.
e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan
holistik pada remaja dan pranikah yang telah diberikan.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan holistik pada remaja
dan pranikah.
g. Melakukan reflektif praktik

2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Waktu pengambilan kasus pada tanggal 07 Desember 2020 pukul 09.00
WITA di poliklinik Kebidanan RSD Mangusada

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada keluarga berencana
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis di dalam melaksanakan tugas
sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
fisiologis holistik keluarga berencana.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Remaja
1. Definisi
Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu
pada umur 11-20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara
fisiologik, psikologik, mental, emosional, dan sosial. Masa remaja ditandai
dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder,
menarce, dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya
haid atau menstruasi (Larasati, 2016).
2. Tahap Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, menurut Widyastuti, dkk
(dalam Satria 2008) masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yatu:
a. Masa Remaja Awal (10-12)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
b. Masa Remaja Tengah (13-15)
1) Tampak dan ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam
c. Masa Remaja Akhir (16-19 Tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

4
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran keadaan peranan) terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaaan cinta
5) Memiliki kemampuan berpikir khayalan atau abstrak
3. Masa Pubertas Pada Remaja
Pubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung
pesat yang melibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh, terutama
berlangsung pada periode remaja awal (Santrock, 2007). Masa pubertas pada
remaja berbeda- beda salah satu penyebabnya adalah hormonal. Beberapa
perubahan yng terjadi pada wanita yaitu, semua organ reproduksi wanita tumbuh
selama masa puber. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram,
pada usia 16 tahun sekitar 43 gram. Tuba falopi, telur-telur dan vagina juga
tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi
anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid/menstrusi, yaitu
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berala.
Haid terjadi kira-kira setiap 28 hari hingga perempuan mencapai masa
menopause, yakni pada akhir usia 40 tahunan atau awal 50 tahunan (Ahyani
dan Astuti, 2018)

B. Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus
(Bobak, 2004). Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur
oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah
menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang wanita tidak
mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya.
Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan
lama haid antara 3-7 hari.
Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya
kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari (Sinaga, 2017). Menurut Proverawati
dan Misaroh (2009) siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang

5
siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya.
1. Fase-fase pada siklus menstruasi (Bobak,2004),
a. Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa
setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh
karena itu fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita, walaupun
kedatangannya membuat para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas.
Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal haid
pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih sering
keluar. Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus
dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari
(rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron,
LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan
siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat
Bobak (2004) dalam Sinaga, dkk (2017).
b. Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan
pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat
yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan
berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon
estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari
folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga
hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan
seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan
darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan

6
lebih sensitif. Pada fase ini hormone reproduksi (FSH, LH, estrogen dan
progesteron) mengalami peningkatan. Pada fase ini wanita mengalami yang
namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah
gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali.
d. Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi spasme,
sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.

C. Dismenore
1. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa yunani. Dys berarti sulit, nyeri atau
abnormal, meno berarti bulan dan rhea berarti aliran. Dismenore berarti
nyeri perut pada perut bawah sebelum, selama dan sesudah menstruasi. Bersifat
kolik terus menerus. Dismenore merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri
(kram perut). Dismenore merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah
menstruasi. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya
perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24-36 jam. Kram tersebut terutama
dirasakan didaerah perut bagian bawah menjalar kepunggung atau
permukaan dalam paha. Pada kasus dismenore berat nyeri kram dapat disertai
dengan muntah dan diare (Manuaba, 2011).
Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik
sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di
sekolah ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas.
(Puji, 2010).
2. Klasifikasi Dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi jika tidak adanya penyakit organik, biasanya
dari bulan keenam sampai tahun kedua setelah menarche. Dismenorea ini

7
sering kali hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan
melahirkan pervaginam. Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau
bersamaan dengan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam.
Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam,
kram, tumpul atau sakit. Seringkali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis
atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam (Reeder, 2011).
Dismenore primer pada umumnya remaja yang mengalami dismenore
primer disebabkan karena alat reproduksi yang belum siap untuk mengalami
perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan
timbul rasa sakit pada saat menstruasi. Keluhan dismenore akan berkurang
bahkan menghilang setelah kehamilan atau melkahirkan anak pertama karena
regangan pada waktu rahim membesar dalam kehamilan, ujung-ujung saraf
di rongga panggul dan sekitar rahim menjadi rusak (Kristianingsih, 2016).
b. Dismenore Sekunder
Dismenorea sekunder terjadi akibat penyakit panggul organik, seperti
endometritis, PID, stenosis seviks, kista ovarium, mioma uterus, dan
malformasi kongenital. Pada umumnya nyeri dirasakan lebih dari 2 sampai 3
hari selama menstruasi berlangsung. Penderita dismenorea sekunder adalah
biasanya wanita yang pernah memilki pola menstruasi normal dan mereka
pada umumnya lebih tua dibandingkan penderita dismenorea primer.
(Reeder, 2011).
3. Etiologi
Dismenore disebabkan oleh adanya prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),
stimulan myometrium dan vasokonstriktor yang paten dalam sekret
endometrium. Adanya respon terhadap prostaglandin inhibitor mendukung bukti
bahwa dismenore diperantarai oleh prostaglandin. Bukti sementara menunjukkan
bahwa dismenore memperpanjang kontraksi uterus dan menurunkan aliran darah
menuju myometrium (Calis, 2011).
Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam sekret endometrium
dan berkolerasi dengan derajat nyeri yang dialami. Prostaglandin meningkat
hingga tiga kalinya pada saat fase folikular dan fase luteal, dengan peningkatan
lebih tinggi menjelang menstruasi. Peningkatan prostaglandin dalam

8
endometrium diikuti dengan penurunan progesterone pada akhir fase luteal yang
menyebabkan peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus (Calis, 2011).
Ketika peluruhan dinding endometrium, sel-sel endometrium yang
meluruh melepaskan prostaglandin bersamaan dengan dimulainya menstruasi.
Prostaglandin menstimulasi kontraksi myometrium, iskemia, dan sensitasi sistem
saraf tepi. Leukotrein telah diyakini memiliki peran dalam peningkatan
sesitivitas saraf nyeri di uterus. Wanita yang mengalami dismenore merasakan
nyeri tajam, nyeri kram yang intermitten, biasanya dirasakan di daerah
suprapubic. Nyeri dapat dirasakan radier menuju bagian belakang. Nyeri
biasanya muncul beberapa jam pada saat dimulainya menstruasi dan
puncaknya dirasakan apabila aliran darah menstruasi semakin banyak
menjelang hari pertama dan hari kedua menstruasi (Calis, 2011).
4. Faktor Risiko
a. Umur
Perempuan semakin tua lebih sering mengalami mentruasi maka
leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian kejadian
dismenore jarang ditemukan.
b. Usia menarche
Menarche pada usia lebih awal, menurut Proverawati (2009) usia
saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi.
Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang
pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun
sudah mendapat menstruasi yang pertama kali, yang usia 8 tahun sudah
mengalami dan ada juga yang usia 16 tahun baru mengalami. Menarche pada
usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara
optimal dan belum siap mengalami perubahan- perubahan sehingga timbul
nyeri ketika menstruasi, biasanya terjadi pada usia < 12 tahun.
Pada dismenore primer biasanya dimulai 1-3 tahun setelah menarche.
Menurut Sukarni dan wahyu (2013) bahwa dismenore primer terjadi beberpa
setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Menarche adalah
haid yang pertama kali, biasanya terjadi pada usia 11-16 tahun yang
merupakan peristiwa terpenting pada gadis remaja (Arifin, 2010).

9
c. Lama menstruasi
Lama menstruasi lebih dari normal atau hipermenorea
menurut Proverawati (2009), hipermenorea adalah pendarahan menstruasi
yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dangan ganti
pembalut 5-6 kali perhari. Menstruasi normal biasanya 3-5 hari (3-7 hari
masih normal), jumlah darah rata- rata 35 cc (10-80 cc masih dianggap
normal), kira-kira 2-3 kali ganti pembalut perhari.
Penyebab hipermenorea biasanya berhubungan dengan gangguan
endokrin dan juga disebabkan karena adanya gangguan inflamasi, tumor
uterus, dan gangguan emosional juga dapat mempengaruhi pendarahan. Lama
menstruasi lebih dari normal, menimbulkan adanya kontraksi uterus, bila
menstruasi terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi
dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin
yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang
terus menerus menyebabkan suplay darah ke uterus terhenti dan terjadi
disminore.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat ibu atau saudara kandung perempuan yang mengalami
dismenore primer Menurut Ehrenthal (2006). Riwayat Keluarga
merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
dismenore primer. Dua dari tiga wanita yang menderita dismenore primer
mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya. Banyak gadis yang
menderita dismenore primer dan sebelumnya mereka sudah diperingatkan
oleh ibunya bahwa kemungkinan besar akan menderita dismenore juga
seperti ibunya.
Ehrenthal (2006) mengungkapkan bahwa riwayat keluarga (ibu atau
saudara perempuan kandung) yang mengalami dismenorea menyebabkan
seorang wanita untuk menderita dismenorea parah, hal ini berhubungan
karena kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir
sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

10
e. Olahraga
Salah satu cara yang efektif untuk mencegah dismenorea adalah
dengan cara melakukan olahraga. Beberapa latihan fisik dapat
meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar
peredaran darah. Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat
digunakan untuk mengurangi dismenorea. Hal ini disebabkan saat
melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorpin. Endorpin
dihasilkan diotak dan susunan syaraf tulang belakang.
Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami, sehingga
menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2007). Wanita yang melakukan
olahraga secara teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-5 kali per minggu
dapat mencegah terjadinya dismenorea. Setiap wanita dapat sekedar berjalan-
jalan santai, jogging ringan, berenang, senam maupun bersepeda sesuai
dengan kondisi masing-masing (Manuaba, 2010).
f. Tingkat stres
Faktor stres adalah respon dari tubuh yang sifatnya nonspesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami
stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan
penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula
disertai keluhan-keluhan psikis.
Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin,
estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan
progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara
berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga
meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan
dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi (Isnaeni, 2010).

11
g. Status gizi
Status gizi seseorang dapatdiukur menggunakan Indeks Massa Tubuh.
Indeks massa tubuh (IMT) menurut WHO diklasifikasikan kedalam 4
tingkat yaitu underweight, normal, overweight dan obesitas.
Hasil penelitian Sofia (2013) yang menyatakan bahwa remaja
dengan status gizi tidak normal memiliki kemungkinan resiko lebih besar
mengalami dismenorea. Status gizi yang rendah (underweight) dapat
diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, termasuk zat besi.
Sedangkan status gizi lebih (overweight) dapat juga mengakibatkan
dismenorea karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah oleh jaringan lemak pada
organ reproduksi wanita, sehingga darah yang seharusnya mengalir
pada proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat
menstruasi. Sehingga status gizi tidak normal memiliki kemungkinan untuk
dismenorea.

4. Derajat Nyeri Dismenore


Menstruasi yang dialami oleh perempuan dapat menyebabkan rasa nyeri,
khusunya pada awal menstruasi. Tingkat nyeri yang dialami oleh
setiap perempuan dapat berbeda-beda. Tingkatan nyeri haid di bagi menjadi tiga
tingkat keparahan (Jacoeb dkk, 1990).
a. Nyeri Haid Ringan
Rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat, sehingga hanya diperlukan
istirahat sejenak (duduk, berbaring) untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa
perlu menghilangkannya, tanpa disertai obat. Dapat melakukan kerja atau
aktivitas sehari-hari.
b. Nyeri Haid Sedang
Diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan aktivitas sehari-hari. Dismenorea ini biasanya nyeri
berlangsung antara satu hari atau lebih.
c. Nyeri Haid Berat

12
Diperlukan istirahat beberapa lama dengan akibat meninggalkan
aktivitas sehari-hari selama satu hari atau lebih.
D. Pelayanan Pada Masa Pandemi
Hal-hal yang perlu diperhatikan petugas dalam memberikan pelayanan di
masa Pandemi covid-19 :
1. Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level yang disesuaikan
dengan pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang
menggunakan masker dan membuat perjanjian terlebih dahulu.
2. Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya
pencegahan dengan selalu menggunakan masker dan segara mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu
klien.
3. Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses informasi tentang
pelayanan KB di wilayah kerjanya, missal dengan membuat hotline di
Puskemas dan lain-lain

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA


DAN PRANIKAH PADA REMAJA “CP” UMUR 16
TAHUN DENGAN DISMENORE PRIMER
DI POLIKLINIK KEBIDANAN RSD MANGUSADA

Tempat Pelayanan : Poli Kebidanan RSD Mangusada


Tanggal/Jam Pengkajian : 7 Desember 2020, Pukul 09.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : “CP”
Umur : 16 Tahun
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat Rumah : Br. Tegalsaet Kapal
No.Hp : 081246265xxx
Jaminan Kesehatan :-
2. Keluhan Utama
Pasien datang bersama ibunya mengeluh nyeri pada saat menstruasi yang
dari hari pertama haid. Sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan sekeras ini.
3. Riwayat Menstruasi
Menarch umur 13 tahun, siklus haid teratur tiap 28 hari.Volume darah saat
haid 3-4 kali ganti pembalut/hari, sifat darah encer , keluhan saat haid ada sakit
perut/ringan,hanya saat menstruasi bulan ini merasakan sakit perut/kram yang
lebih keras hingga mengganggu aktifitas. HPHT 06-12-2020

4. Riwayat Pernikahan

14
Belum pernah menikah
5. Riwayat Obstetri
Belum pernah hamil dan melahirkan
6. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
7. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
a. Tidak memiliki riwayat penyakit seperti kardiovaskuler, asma, TBC,
hipertensi, hepatitis, epilepsi, PMS, alergi dan DM
b. Tidak sedang menderita penyakit seperti kardiovaskuler, asma, TBC,
hipertensi, hepatitis, epilepsi dan PMS
c. Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker, asma,
hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
d. Tidak memiliki riwayat penyakit kandungan seperti kista, mioma, PID dan
ca serviks
e. Tidak pernah mengalami keguguran/aborsi
f. Tidak mengalami ketergantungan pada obat-obatan, makanan dan minuman
beralkohol
8. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Paman, Bibi)
a. Tidak ada keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker,
asma, hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
b. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC,
hepatitis dan PMS/HIV/AIDS
c. Tidak ada memiliki riwayat penyakit kandungan seperti infertilitas, mioma,
endometriosis, servisitis kronis, polip serviks, kanker kandungan dan
operasi kandungan
d. Ibu kandung ada riwayat dismenore pada saat gadis, tetapi hilang setelah
melahirkan anak pertama.

9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan


a. Biologis
1) Nutrisi : Pola makan teratur 3 kali/hari, porsi sedang menu
bervariasi tiap hari.

15
2) Eliminasi : BAB 1 kali/hari, warna kecoklatan, konsistensi
lembek, BAK ± 3 kali/hari warna jernih, konsistensi cair. Tidak ada
keluhan saat BAB dan BAK.
3) Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari, keramas 3 kali/minggu, sikat
gigi 2 kali/hari, mengganti pakaian dalam 2 kali/hari, rutin membersihkan
payudara saat mandi, dan rutin melakukan cebok pada saat selesai BAK
dengan arah dari depan ke belakang. Selain itu remaja juga rajin mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah melakukan aktivitas
serta saat mengambil sesuatu.
4) Pola Seksual : Remaja belum pernah melakukan hubungan
seksual.
b. Psikologis
Perasaan saat ini yaitu cemas karena keluhan yang dialami.
c. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Remaja tinggal dengan orang tua
2) Hubungan dengan keluarga baik
3) Hubungan dengan lingkungan tempat tinggal baik
4) Kebutuhan ditanggung oleh orangtua
5) Kepemilikan rumah oleh orang tua, jenis rumah permanen
6) Kondisi lingkungan tempat tinggal bersih dan tidak pernah tinggal di
daerah kritis
7) Pengambil keputusan bersama orang tua
8) Tidak pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual
d. Riwayat Spiritual
Tidak ada keluhan saat beribadah. Sesuai ajaran agamanya, tidak
diperkenankan sembahyang ke pura atau ke tempat suci saat menstruasi.
10. Pengetahuan
Remaja sudah mengetahui tentang kesehatan reproduksi, namun remaja
belum mengetahui mengenai sadari serta pentingnya tablet Fe.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik TD : 110/80 mmHg

16
Kesadaran : Composmentis S : 36,6oC
BB : 50 kg N : 80 kali/menit
TB : 160 cm R : 20 kali/menit
1. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada kelainan
Rambut : bersih, tidak mudah rontok
Wajah : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan, sklera putih, konjungtiva
merah muda
Bibir dan Mulut : tidak ada kelainan, mukosa mulut lembab, bibir
segar
Gigi : bersih, tidak ada karies
Telinga : bersih dan tidak ada gangguan pendengaran
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
pembesara kelenjar tiroid dan pelebaran vena
jugularis
Dada dan Aksila : tidak ada kelainan, simetris, tidak ada retraksi,
benjolan patologis pada payudara, payudara tampak
bersih
Abdomen : tidak ada kelainan, terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah
Vulva : tidak ada kelainan
Anus : tidak ada kelainan, hemoroid (-)
Ekstremitas : tidak ada kelainan, kuku merah muda, varicaes (-)
2. Pemeriksaan Penunjang: USG oleh dr SpOG, uterus dalam batas normal,
tidak ditemukan kelainan

C. ANALISA
Diagnosis : Remaja “CP” Umur 16 Tahun dengan Dismenore
Masalah :
1. Cemas karena keluhan yang dirasakan
2. Belum mengetahui tentang pentingnya tablet Fe pada masa remaja

17
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada remaja dan ibunya, remaja dan
ibunya senang mendengar tidak ada kelainan dari hasil pemeriksaan.
2. Menginformasikan kepada remaja dan ibunya bahwa keluhan dismenore pada
sebelum atau saat sedang menstruasi merupakan hal yang normal dialami
remaja khususnya pada awal-awal mengalami menstruasi, namun jika keluhan
menimbulkan gangguan rasa nyaman dimana sampai remaja tidak bisa
melakukan aktivitas bahkan sampai pingsan maka harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan, pasien dan ibunya
paham dengan penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan KIE tentang dismenore, dimana keluhan ini dapat terjadi 1-3
tahun setelah menstruasi yang pertama kali dan bersifat kronik dan terus
menerus dan dapat dialami setiap remaja mengalami menstruasi, keluhan sakit
perut yang semakin meningkat selama 3 bulan siklus terakhir ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tingkat strees anak dan status gizi.
Kemungkinan nyeri yang lebih sakit dari sebelumnya disebabkan oleh asupan
nutrisi yang kurang dari anak dan terlalu banyak pikiran seperti memikirkan
tugas-tugas sekolah yang menumpuk apalagi anak baru beradaptasi dengan
lingkungan SMA, sehingga remaja tidak perlu khawatir dengan keluhan selama
itu masih dalam batas normal, remaja dan ibunya paham dengan penjelasan
yang telah diberikan.
4. Memberikan support pada remaja serta menjelaskan bahwa tidak perlu merasa
cemas karena keluhan yang dialami tersebut masih dalam batas normal, namun
remaja tetap harus memperhatikan kesehatan serta kebutuhan dasarnya bahkan
saat menstruasi, remaja dan kakak paham dan bersedia mengikuti saran yang
diberikan.
5. Memberikan konseling cara mengatasi rasa nyeri saat menstruasi yaitu
melakukan kompres hangat pada daerah perut bawah, melakukan olahraga
yang teratur, mengatur pola makan dan pola minum yang teratur serta menjaga

18
agar anak tidak terlalu banyak pikiran sehingga dapat menjalani menstruasi
tanpa mengganggu aktivitas remaja, selain itu beberapa ramuan herbal seperti
jamu kunyit juga dapat dikonsumsi bila remaja berkenan untuk membantu
meredakan rasa nyeri yang dialami saat menstruasi, kemudian memberikan
apresiasi terhadap upaya yang dilakukan remaja saat mengalami dismenor,
anak paham dan akan melakukannya, remaja paham dan merasa lega dengan
penjelasan yang diberikan.
6. Kolaborasi dengan dr SpOG dalam pemberian therapy tablet asam mefenamat
3x1 dan tablet Fe 1x1 untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami dan sebagai
tambahan vitamin tubuh agar kondisi anak menjadi segar, serta menjelaskan
bahwa asam mefenamat diminum hanya jika nyeri saja, apabila nyeri sudah
hilang maka tidak perlu meminum parasetamol, serta untuk tablet Fe dapat
dilanjutkan diminum selama menstruasi untuk dapat mencegah anemia, remaja
paham da bersedia meminumnya
7. Mengingatkan remaja supaya tetap menjaga kebersihan diri khususnya
kebersihan organ reproduksi agar tetap sehat dengan mengikuti personal
hygiene yang benar, remaja paham
8. Mengingatkan tentang pematuhan himbauan dan untuk tetap mengikuti
protokol kesehatan agar terhindar dari penularan Covid-19 di masa pandemic
ini, remaja dan kaka paham serta bersedia mematuhinya.
9. Menyarankan remaja untuk melakukan kontrol kembali apabila tidak terdapat
perubahan kondisi atau terjadi kondisi yang semakin parah, sehingga remaja
mendapatkan penanganan lebih lanjut serta bisa dilakukan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, remaja dan ibunya paham
10. Melakukan dokumentasi asuhan yang diberikan, sudah dilakukan.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian data dilakukan pada remaja “CP” umur 16 tahun dengan


dismenore di Poliklinik Kebidanan RSD Mangusada. Pengkajian yang dilakukan
mencangkup data objektif, subjektif, analisa, serta penatalaksanaan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dialami remaja.
Dari hasil pengkajian data subjektif pada remaja “CP” didapatkan hasil
remaja mengeluh nyeri saat menstruasi yang dari hari pertama haid, dimana
remaja tidak selalu mengalami keluhan serupa saat mengalami menstruasi. Upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut adalah dengan berisirahat,
hari ini merupakan hari kedua menstruasi dan masih merasakan nyeri, remaja
mengalami menstruasi teratur setiap bulan dan remaja mengeluh merasa kurang
nyaman dengan keadaannya saat ini serta nyeri perut yang ditimbulkan
mengganggu aktifitasnya, kemudian remaja juga merasa cemas dengan kondisinya
saat ini.
Pada data objektif didapatkan hasil bahwa keadaan umum remaja baik,
hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal, terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah remaja, sesuai dengan teori nyeri perut bagian bawah pada saat
menstruasi umumnya disebabkan peningkatan dari prostaglandin, yang diproduksi
pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu kontraksi dari uterus
atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki kontraksi lebih kuat semasa
haid. Kontraksi rahim ini dapat menimbulkan keluhan nyeri.
Sesuai dengan hal tersebut maka kondisi yang dialami remaja “” saat ini
merupakan rasa tidak nyaman saat menstruasi yang masih dalam batas normal.
Ketika menstruasi datang, sebagian besar perempuan bersiap menyambut rasa
tidak nyaman yang turut datang, terlebih nyeri perut yang terkadang tidak
tertahankan. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dismenore. Sebenarnya,
dismenore terbagi menjadi dua kategori, yaitu primer dan sekunder. Rasa nyeri
pada perut ketika menstruasi, terlebih di bagian belakang atau bawah termasuk
dalam dismenore primer. Sementara itu, nyeri terjadi karena muncul masalah pada
organ reproduksi wanita termasuk dalam kategori dismenore sekunder. Pada

20
dismenore primer, rasa nyeri berlangsung antara 1 sampai 3 hari, dan mereda jika
sudah akan selesai menstruasi. Pada dismenore sekunder, nyeri terjadi pada awal
siklus haid dengan durasi lebih lama.
Nyeri haid yang dialami remaja “CP” merupakan tingkat nyeri sedang
karena diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan aktivitas sehari-hari. Dismenorea ini biasanya nyeri berlangsung
antara satu hari atau lebih. Selain itu sikap yang diperlukan adalah dengan minum
air putih yang banyak, istirahat, serta memenuhi kebutuhan nutrisi dan
mengkonsumsi vitamin untuk mencegah resiko anemia. Berdasarkan hasil
pengkajian yang telah dilakukan pada remaja tersebut maka ditegakkan diagnose
bahwa remaja “CP” umur 16 tahun dengan dismenore . Masalah yang dialami
oleh remaja tersebut adalah gangguan rasa nyaman saat menstruasi, cemas dengan
keadaan karena rasa nyeri yang dialami, serta didapatkan data bahwa remaja telah
mengetahui pengetahuan tentang kesehatan reproduksi namun belum mengetahui
tentang SADARI dan manfaat Fe pada masa remaja.
Berdasarkan beberapa pengkajian yang telah dilakukan maka bidan
melakukan penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan klien serta membantu
mengatasi masalah yang dialami remaja. Peran bidan sendiri dalam memberikan
asuhan pada remaja adalah melakukan konseling terkait masalah yang dialami
remaja, kemudian dapat melakukan kolaborasi dan rujuan untuk membantu
menegakkan diagnose dan dapat mengambil langkah tepat sesuai dengan masalah
yang ditemukan pada klien. Disini penatalaksanaan yang telah diberikan pada
remaja “CP” sudah sesuai dengan kebutuhan dimana remaja juga telah diberikan
konseling tentang menstruasi, dismenoer, cara mengatasi dismenore, dukungan
moral pada remaja, mengingatkan tentang kesehatan reprosuksi termasuk personal
hygiene yang benar, pentingnya mengkonsumsi Fe. Bidan juga melakukan
bimbingan untuk teknik SADARI yang penting dilakukan pada remaja yang telah
mengalami mentruasi untuk melakukan screening awal terkait kelainan pada
payudara. Evaluasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa remaja telah paham
dengan konseling yang diberikan serta merasa lebih tenang setelah mendapatkan
penjelasan, kemudian bidan memberikan asam mefenamat untuk membantu
mengurangi rasa nyeri yang dialami klien, serta memberikan tablet Fe yang dapat

21
membantu mengurasi resiko anemia pada remaja, selain itu dijelaskan juga kepada
remaja bahwa paracetamol yang diberikan hanya diminum jika remaja mengalami
nyeri saja, sedangkan untuk tablet Fe dapat diminum selama menstruasi
berlangsung, selain untuk mengurasi resiko anemia, tablet Fe juga dapat
membantu menjaga stamina remaja sehingga remaja tidak lemas saat haid.
Remaja paham dan bersedia untuk mengikuti saran yang diberikan.
Pelayanan di masa pandemic Covid-19 ini terdapat beberapa perbedaan
dimana sesuai dengan protokol kesehatan atau pedoman pelayanan di masa
pendemi yang telah ditetapkan petugas memberikan pelayanan sesuai dengan
standar level APD yang telah ditetapkan untuk menjaga diri dan mengurangi
resiko terpapar dari penularan virus covid-19. Dalam melakukan pelayanan di
RSD Mangusada ini telah mematuhi pedoman pelayanan di era pandemi dimana
level APD telah disesuaikan dengan pelayanan yang diberikan serta sesuai
standar. Kemudian prosedur protocol kesehatan telah dilaksanakan mulai dari
mencuci tangan, kemudian menggunaan masker, serta menghindari kerumunan
serta menjaga jarak satu sama lain. Selain itu klien yang datang dengan keadaan
tidak gawat darurat harus membuat janji temu terlebih dahulu sehingga
kerumunan dapat dihindarkan. Dalam memberikan pelayanan pada kasus ini,
petugas Kesehatan sudah menggunakan APD dengan level 2 dalam memberikan
pelayanan pada Remaja “CP” Umur 16 Tahun dengan Dismenore Primer.

22
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Asuhan yang diberikan pada remaja “CP” umur 16 tahun dengan
dismenore primer telah disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dialami.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan terdapat pada kondisi remaja dalam batas
normal dimana remaja mengalami keluhan terkait dengan menstruasi yang sedang
dialaminya yaitu nyeri yang dirasakan saat menstruasi, sehingga remaja cemas
dengan keadaan yang dialaminya. Peran bidan pada kasus remaja adalah
pemberian konseling yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang
dialami remaja tersebut, memberikan support atau dukungan moral pada remaja,
serta menjelaskan hal-hal terkait dengan kesehatan reproduksi yang harus dijaga
kesehatannya. Selain itu pemberian asam mefenamat sebagai anti nyeri serta tablet
Fe untuk mengurangi resiko anemia juga dilakukan sehingga membantu remaja
untuk menjaga kondisinya. Kemudian remaja juga telah diberikan cara mengatasi
keluhan yang dialami serta kondisi yang harus diwaspadai remaja terkait dengan
dismenor yang dapat terjadi saat siklus menstruasi, dari hasil evaluasi ditemukan
bahwa remaja tersebut paham dengan penjelasan yang diberikan serta bersedia
mengikuti saran yang diberikan. Sesuai dengan pelayanan di masa pandemi,
pelayanan yang dilakukan pada remaja “CP” di Poliklinik Kebidanan telah sesuai
standar dengan APD level 2 dan protocol pencegahan penularan covid-19.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih
diri dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Remaja sehingga nantinya dapat
menerapkan asuhan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi Remaja
Diharapkan bagi setiap remaja agar bekerjasama dengan bidan dan
antusias mengikuti saran bidan dengan baik sehingga tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan

23
DAFTAR PUSTAKA

Andrini, D. A. G., Silakarma, D. dan Griadhi, A. 2014. Hubungan Antara


Kebugaran Fisik Dengan Dismenore Primer Pada Remaja Putri di SMA
Negeri 1 Denpasar Tahun 2014. Jurnal Fisioterapi.
Anurogo, D. dan Wulandari, A. 2011. Cara jitu mengatasi nyeri haid.
Penerbit Andi: Yogyakarta
Bobak, I. M. 2004. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A.Wijaya
Rini.Edisi 4. Jakarta : EGC.
Clayton, S.G. 2008. Menstruation. Encyclopædia Britannica, Inc.
Dewi, N. S. 2012. Biologi reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Riha.
Dewi, G. A. P dan Dewi, L. P. K. 2014. Manfaat Pemberian Kompres
Hangat Dalam Mengurangi Rasa Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja
SMPN 2 Sukawati Tahun 2014. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bali.
Ernawati. 2010. Terapi Relaksasi terhadap Nyeri Dismenore pada
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Seminar nasional
Unimus.
Fahmi. 2014. Hubungan Antara Dismenore dengan Usia Menarche dan
Indeks Massa Tubuh. Universitas Sumatera Utara.
Handayani, Y. E dan Rahayu, S. L. 2014. Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Nyeri Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Beberapa
SMA Di Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal
,Volume 1 No 4
Kemenkes RI, 2020. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Dalam Situasi Pandemi Covid 19.
Kural MR, Noor NN, Pandit D, Joshi T, Patil A. 2015. Menstrual characteristics
and prevalence of dysmenorrhea in college going girls. J Family Med
Prim Care
Kristianingsih, A. 2014. Faktor Risiko Dismenore Primer Pada Siswi Sekolah
Menengah Pertama (Smp X) Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Ejournal Stikes Aisyah Pringsewu
Manuaba. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Marlina, E. 2012. Pengaruh Minuman Kunyit Terhadap Tingkat Nyeri
Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Tanjung

24
Mutiara Kabupaten Agam. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
2012.
Proverawati, A. dan Misaroh, S. 2009. Menarche (menstruasi pertama
penuh makna). Yogyakarta : Muha Medika.
Santrock, J. W. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.
Sinaga, E. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional.

25

Anda mungkin juga menyukai