DISUSUN OLEH :
TIA ERLINA (18300022)
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................3
B. Rumusan masalah..............................................................................4
C. Tujuan................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian menikah dan kb................................................................7
B. Hukum menikah dan kb.....................................................................8
C. Tujuan program kb.............................................................................9
D. Syarat menikah...................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ِ َأَفَبِ ْالب ۚت
ِ َوبِن َونggُي ُْؤ ِمن اط ِل ِ الطَّيِّبَا َ ِمن َو َرزَ قَ ُك ْم ً َو َحفَ َدة َبَنِين اج ُك ْم
ِ أَ ْز َو ِم ْن لَ ُك ْم َو َج َع َل أَ ْز َواجًا أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن لَ ُك ْم َج َع َل ُ َوهَّللا
َرُونggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggُيَ ْكف هُ ْم ِ هَّللا ت ِ ْع َم
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari
yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah?”(An-Nahl;72)
Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan,
hukum, serta hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah
satu tujuan dari pernikahan:
ِ النِّ َك فِي ت
اح ُّ ال ُّد َو ْال َح َر ِام ْال َحالَ ِل َبَ ْين َما فَصْ ُل
ُ ْ َوالصَّو ف
“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara)
dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-
Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)
Dan Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan
penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah
memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar
tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan menggalakkan program keluarga berencana.
Program keluarga berencana pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan
Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui keluarga berencana masyarakat diharuskan
untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua
anak. Tidak tanggung-tanggung, keluarga berencana diberlakukan kepada seluruh
lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam tatanan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Beberapa Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian menikah dari segi bahasa maupun istilah
2. Hukum menikah
3. Peminangan (Khitbah)
4. Syarat menikah
5. Tujuan Pernikahan dan program kb
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui pentingnya
pengetahuan terhadap menikah dan kb (Munahakat) dimana setiap orang
D. Manfaat
1. HUKUM MENKAH
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya
boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan
jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena
Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa
pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau.
Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan
haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak
segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang
siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera
menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah
Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam
pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara
materiil.
2. HUKUM KB
Abu „Ala alMaududi ia adalah salah seorang ulama yang menentang pendapat orang
yang membolehkan pembatasan kelahiran. Menurut beliau Islam satu agama yang
berjalan sesuai dengan fitrah manusia. Dikatakannya: “barangsiapa yang mengubah
perbuatan Tuhan dan menyalahi undang-undang fitrah, adalah memenuhi perintah
setan”. Menurut al-Maududi salah satu tujuan pernikahan adalah mengekalkan jenis
manusia dan mendirikan suatu kehidupan yang beradab. Di samping pendapat-
pendapat di atas, ada juga para ulama yang menggunakan dalil-dalil yang pada
prinsipnya menolak KB, di antaranya adalah: surah al-An‟am: 151, surah al-Isra‟: 31.
Maksud dari dua ayat ini adalah tidak memberi kesempatan untuk hidup, sama halnya
dengan membunuh walaupun tidak secara langsung, alasannya karena takut melarat
(miskin). Padahal Allah telah menjamin rizki hamba-hamba-Nya.Sebagaimana sabda
Rasulnya: يىggثر بكى األggإَي يكبggد فgg ا ٕن ٕنg ٔددgg ا ا ٕنggتز ٕج.
ٔ "Kawinlah kalian dengan wanita yang
mempunyai sifat kasih sayang dan banyak anak, karena sesungguhnya aku bangga
dengan banyaknya kamu dengan umat-umat yang lain”. Dari hadis di atas dapat
dipahami, bahwa Nabi Muhammad sangat merasa bangga apabila umat beliau
banyak. Menjalankan KB berarti memperkecil jumlah umat. secara lahiriyah memang
demikian tetapi tentu yang dikehendaki adalah umat yang banyak dan berkualitas,
sebagai pengikut setia beliau, bukan penentang ajaran Islam yang dibawanya.
C. Tujuan program kb
Berdasarkan pengertian KB dan problem-problem yang ditimbulkan dari beberapa
faktor seperti diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas, maka program KB
mempunyai beberapa tujuan yang dipandang akan membawa kemaslahatan dan
mencegah kemudaratan, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi negara
yang mengalami masalah kependudukan. Khususnya di Indonesia, program KB
bertujuan untuk:
1. Tujuan demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk sebanyak
50% pada tahun 1990 dari keadaan tahun 1971. Kalau ini berhasil, maka laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat ditekan sampai 1% pertahun mulai 1990.
Dengan demikian hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta pendapatan
negara semakin dapat dirasakan, tidak sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
konsumtif seperti pangan, pelayanan kesehatan dan masalah-masalah sosial lainnya,
tetapi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara serta membangun sarana-
sarana yang lebih produktif. Dan juga untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera.6
2. Tujuan normatif, yaitu menciptakan suatu norma ke tengah-tengah masyarakat agar
timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil dengan motto “dua anak lebih
baik, tiga orang stop, lelaki
D. SYARAT MENIKAH
1.Rukun nikah
Pengantin laki-laki
Pengantin perempuan
Wali
Dua orang saksi laki-laki
Mahar
Ijab dan kabul (akad nikah)
Islam
Laki-laki yang tertentu
Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan
istri
Islam
Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
Bukan seorang banci
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang
4.Syarat wali
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-
syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai
seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib
seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.
5.Jenis-jenis wali
Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang
mempunyai hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan
calon istri yang hendak dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan
berhak menjadi wali
Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi
wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh
wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada
yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau
pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan
tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.
6.Syarat-syarat saksi
7.Syarat ijab
8.Syarat qobul
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara keduanya
melalui kata-kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang
diwajibkan secara Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.
http://syahadat.blogspot.com/2011/03/hukumpernikahan.htmp
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
http://Islamiyah.blogspot.com/2010/02/syaratpernikahanIslam/index.phpm?
=posting.htmp
http://munakahat.blogspot.com/2010.htmp
Ahmad bin Hambal. Musnad Ahmad bin Hambal, t.t.: Jam‟iyah al-Islami, 2010.
Hasan, Ali, Masalah Kontemporer Hukum-Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, t.th.
http://www.amazine.co/25517/apa-itu-who-fakta-sejarah-informasilainnya/.
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/.
http://www.wawasanpendidikan.com.
http://www.tribunnews.com/nasional/2015/10/23/perkembanganjumlah-penduduk-
bumi-makin-tidak-ideal-untuk-kehidupan.
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/07/100706_popu
lation1.shtm www. Bkkbn.go.id.
http://waspada.co.id/warta/laju-penduduk-indonesia-meroket-dan-takberkualitas.