Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENIKAH DAN KB DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DISUSUN OLEH :
TIA ERLINA (18300022)

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN
2018/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandar Lampung, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................3
B. Rumusan masalah..............................................................................4
C. Tujuan................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian menikah dan kb................................................................7
B. Hukum menikah dan kb.....................................................................8
C. Tujuan program kb.............................................................................9
D. Syarat menikah...................................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Daftar pustaka....................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam


dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang
akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan
Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara
yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak diketahui orang. Menikah
merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut ini:

ِ َ‫أَفَبِ ْالب‬  ۚ‫ت‬
ِ‫ َوبِن‬  َ‫ون‬ggُ‫ي ُْؤ ِمن‬ ‫اط ِل‬ ِ ‫الطَّيِّبَا‬  َ‫ ِمن‬ ‫ َو َرزَ قَ ُك ْم‬ ً‫ َو َحفَ َدة‬  َ‫بَنِين‬ ‫اج ُك ْم‬
ِ ‫أَ ْز َو‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َو َج َع َل‬ ‫أَ ْز َواجًا‬ ‫أَ ْنفُ ِس ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ َج َع َل‬ ُ ‫َوهَّللا‬
َ‫رُون‬ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggُ‫يَ ْكف‬ ‫هُ ْم‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ت‬ ِ ‫ْع َم‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari
yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah?”(An-Nahl;72)

Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan,
hukum, serta hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah
satu tujuan dari pernikahan:

ِ ‫النِّ َك‬ ‫فِي‬ ‫ت‬
‫اح‬ ُّ ‫ال ُّد‬ ‫ َو ْال َح َر ِام‬ ‫ ْال َحالَ ِل‬  َ‫بَ ْين‬ ‫ َما‬ ‫فَصْ ُل‬
ُ ْ‫ َوالصَّو‬ ‫ف‬

“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara)
dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-
Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)

Dan Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan
penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah
memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar
tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan menggalakkan program keluarga berencana.
Program keluarga berencana pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan
Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui keluarga berencana masyarakat diharuskan
untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua
anak. Tidak tanggung-tanggung, keluarga berencana diberlakukan kepada seluruh
lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam tatanan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Beberapa Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.       Pengertian menikah dari segi bahasa maupun istilah
2.       Hukum menikah
3.       Peminangan (Khitbah)
4.       Syarat menikah
5.       Tujuan Pernikahan dan program kb

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui pentingnya
pengetahuan terhadap menikah dan kb (Munahakat) dimana setiap orang

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah:


1.       Pembaca dapat memahami pengertian dari menikah dan kb .
2.       Pembaca dapat mengetahui proses dalam sebuah menikah dan kb secara Islam.
3.       Pembaca dapat mengetahui tujuan serta hikmah dari menikah dan kb yang benar
secara Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN MENIKAH DAN KB


Menikah atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu.
Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan
pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan
hak dan kewajiban diantara keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.. dan KB adalah pengaturan
rencana kelahiran anak dengan melakukan suatu cara atau alat yang dapat mencegah
kehamilan. KB bukanlah berarti Birth Control atau Tahi>d al-Nasl yang konotasinya
pembatasan atau mencegah kelahiran, yang mana hal tersebut bertentangan dengan
tujuan perkawinan yaitu melanjutkan keturunan. Perencanaan merupakan hak dan
wewenang setiap manusia, termasuk perencanaan berkeluarga.

B. HUKUM MENIKAH DAN KB

1. HUKUM MENKAH

Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya
boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan
jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena
Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa
pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau.
Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan
haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
 Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak
segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang
siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
 Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera
menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah
 Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
 Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam
pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara
materiil.

2. HUKUM KB

Kita semua mungkin mengetahu tujuan esensial perkawinan, yaitu mewujudkan


rasa sakinah, mawaddah dan rahmah bagi pasangan suami istri serta melanjutkan
keturunan sebagaimana firman Allah: Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang,
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir. Serta hadis Nabi: Nikahlah, berketurunanlah banyak-banyak,
sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian yang banyak pada hari kiamat.
Dalil-dalil di atas, khususnya pengertian harfiah hadits yang mengajurkan agar umat
Islam memiliki keturunan yang banyak. Apabila dihadapkan dengan problem
kependudukan yang dihadapi oleh sejumlah negara dewasa ini khususnya di
Indonesia, tentu melahirkan problem yang serius. Mengenai keluarga berencana atau
setidak-tidaknya mencegah kehamilan “Keluarga Berencana” dikenal sekarang,
terjadi silang pendapat mengenai hukum ber-KB dikalangan para ulama di antara
mereka ada yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Ulama yang
membolehkan seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya, “Ihya „Ulu muddin”
dinyatakan, bahwa „azal tidak dilarang, karena kesukaran yang dialami si ibu
disebabkan sering melahirkan. Motifnya antara lain: untuk menjaga kesehatan si ibu,
untuk menghindari kesulitan hidup, karena banyak anak, dan untuk menjaga
kecantikan si ibu.
Kemudian Syekh al-Hariri (Mufti Besar mesir) beliau berpendapat bahwa
menjalankan KB bagi perorangan (individu) hukumnya boleh dengan beberapa
ketentuan seperti: untuk menjarangkan anak. Untuk menghindari suatu penyakit bila
ia mengandung. Untuk menghindari kemudaratan bila ia mengandung dan melahirkan
dapat membawa kematiannya (secara medis). Untuk menjaga kesehatan si ibu, karena
setiap hamil selalu menderita suatu penyakit kandungan. Dan untuk menghindari
anak dari cacat fisik bila suami atau istri mengindap penyakit kotor. Selanjutnya
adalah Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa pembatasan keluarga (‫ ُمان تحديد‬ggg‫س‬
(bertentangan dengan syariat Islam. Umpamanya membatasi keluarga hanya 3 anak
saja dalam segala macam situasi dan kondisi. Atau dalam bahasa inggrisnya “Birth
Control” Sedangkan pengaturan kelahiran (‫يىُت‬ggg‫ ُمان ظ‬ggg‫ س‬,(menurut beliau tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, umpanya menjarangkan kelahiran karena situasi
dan kondisi khusus, baik yang ada hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan,
maupun ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat dan negara. Alasan lain yang
membolehkan adalah suami istri yang mengindap penyakit berbahaya dan
dikhawatikan menular kepada anaknya.26 Adapun beberapa ulama-ulama yang
melarang ber-KB adalah sebagai berikut: Madkour Guru Besar Hukum Islam pada
fakultas Hukum, dalam tulisannya: “Islam and Family Planning” dikemukakan antara
lain: “bahwa beliau tidak menyetujui KB jika tidak ada alasan yang membenarkan
perbuatan itu. Beliau berpegang pada prinsip: halhal yang mendesak membenarkan
perbuatan terlarang”.

Abu „Ala alMaududi ia adalah salah seorang ulama yang menentang pendapat orang
yang membolehkan pembatasan kelahiran. Menurut beliau Islam satu agama yang
berjalan sesuai dengan fitrah manusia. Dikatakannya: “barangsiapa yang mengubah
perbuatan Tuhan dan menyalahi undang-undang fitrah, adalah memenuhi perintah
setan”. Menurut al-Maududi salah satu tujuan pernikahan adalah mengekalkan jenis
manusia dan mendirikan suatu kehidupan yang beradab. Di samping pendapat-
pendapat di atas, ada juga para ulama yang menggunakan dalil-dalil yang pada
prinsipnya menolak KB, di antaranya adalah: surah al-An‟am: 151, surah al-Isra‟: 31.
Maksud dari dua ayat ini adalah tidak memberi kesempatan untuk hidup, sama halnya
dengan membunuh walaupun tidak secara langsung, alasannya karena takut melarat
(miskin). Padahal Allah telah menjamin rizki hamba-hamba-Nya.Sebagaimana sabda
Rasulnya: ‫يى‬gg‫ثر بكى األ‬gg‫إَي يكب‬gg‫د ف‬gg‫ ا ٕن ٕن‬g‫ ٔدد‬gg‫ ا ا ٕن‬gg‫تز ٕج‬.
ٔ "Kawinlah kalian dengan wanita yang
mempunyai sifat kasih sayang dan banyak anak, karena sesungguhnya aku bangga
dengan banyaknya kamu dengan umat-umat yang lain”. Dari hadis di atas dapat
dipahami, bahwa Nabi Muhammad sangat merasa bangga apabila umat beliau
banyak. Menjalankan KB berarti memperkecil jumlah umat. secara lahiriyah memang
demikian tetapi tentu yang dikehendaki adalah umat yang banyak dan berkualitas,
sebagai pengikut setia beliau, bukan penentang ajaran Islam yang dibawanya.

C. Tujuan program kb
Berdasarkan pengertian KB dan problem-problem yang ditimbulkan dari beberapa
faktor seperti diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas, maka program KB
mempunyai beberapa tujuan yang dipandang akan membawa kemaslahatan dan
mencegah kemudaratan, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi negara
yang mengalami masalah kependudukan. Khususnya di Indonesia, program KB
bertujuan untuk:
1. Tujuan demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk sebanyak
50% pada tahun 1990 dari keadaan tahun 1971. Kalau ini berhasil, maka laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat ditekan sampai 1% pertahun mulai 1990.
Dengan demikian hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta pendapatan
negara semakin dapat dirasakan, tidak sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
konsumtif seperti pangan, pelayanan kesehatan dan masalah-masalah sosial lainnya,
tetapi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara serta membangun sarana-
sarana yang lebih produktif. Dan juga untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera.6
2. Tujuan normatif, yaitu menciptakan suatu norma ke tengah-tengah masyarakat agar
timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil dengan motto “dua anak lebih
baik, tiga orang stop, lelaki

D. SYARAT MENIKAH

1.Rukun nikah

 Pengantin laki-laki
 Pengantin perempuan
 Wali
 Dua orang saksi laki-laki
 Mahar
 Ijab dan kabul (akad nikah)

2.Syarat calon suami

 Islam
 Laki-laki yang tertentu
 Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
 Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
 Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan
istri

3.Syarat calon istri

 Islam
 Perempuan yang tertentu
 Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
 Bukan seorang banci
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Tidak dalam iddah
 Bukan istri orang

4.Syarat wali

 Islam, bukan kafir dan murtad


 Lelaki dan bukannya perempuan
 Telah pubertas
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Tidak fasik
 Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
 Merdeka
 Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-
syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai
seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib
seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.

5.Jenis-jenis wali

 Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang
mempunyai hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan
calon istri yang hendak dinikahkan)

 Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan
berhak menjadi wali
 Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi
wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh
wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada
yang terdekat lagi.

 Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau
pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan
tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.

6.Syarat-syarat saksi

 Sekurang-kurangya dua orang


 Islam
 Berakal
 Telah pubertas
 Laki-laki
 Memahami isi lafal ijab dan qobul
 Dapat mendengar, melihat dan berbicara
 Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak
melakukan dosa-dosa kecil)
 Merdeka

7.Syarat ijab

 Pernikahan nikah ini hendaklah tepat


 Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
 Diucapkan oleh wali atau wakilnya
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
 Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan


Anda dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat
dibayar tunai".

8.Syarat qobul

 Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab


 Tidak ada perkataan sindiran
 Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah
kontrak)
 Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
 Menyebut nama calon istri
 Tidak ditambahkan dengan perkataan lain.

BAB III

PENUTUP
A.   KESIMPULAN

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrimnya  sehingga  menimbulkan  kewajiban dan  hak  di  antara  keduanya
melalui  kata-kata  secara  lisan, sesuai  dengan  peraturan-peraturan  yang 
diwajibkan  secara  Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.

Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang


mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan
pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum
Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon
suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu
sendiri terkadang ada hal-hal yang menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah
tangga.  Islam secara terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang berdasarkan
hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan
masa iddah bagi kaum perempuan. Dan anak harus serius dipikirkan oleh setiap
keluarga dan negara guna untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas. Ber-KB
untuk tujuan perencanaan dan penjarangan kelahiran anak, berdasarkan kondisi dan
kemampuan keluarga yang bersangkutan, dapat dibenarkan oleh hukum Islam. Islam
memperboleh melakukan penjarangan anak atau penundaan kehamilan atau
Ditegaskan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan.
Keturunan yang diinginkan ialah yang berkualitas baik secara jasmani, ekonomi, ilmu
dan agama. Maka dari itu jarak kelahiran dan jumlah pengaturan memperboleh
keturunan dengan „azal dengan syarat mendapatkan izin dari istri dan penggunaan
alat-alat kontrasepsi atau lebih dikenal dengan istilah keluarga berencana.namun ber-
KB
DAFTAR PUSTAKA

http://syahadat.blogspot.com/2011/03/hukumpernikahan.htmp

Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian


Putih,2006

Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011

http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp

http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah

http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79

Suhaimi.Diktat Pendidikan Agama Islam. Banda Aceh: Unsyiah,2013


Nurcahya. Pernikahan secara Umum. Bandung: Husaini Bandung,1999

http://Islamiyah.blogspot.com/2010/02/syaratpernikahanIslam/index.phpm?
=posting.htmp

http://munakahat.blogspot.com/2010.htmp

Ahmad bin Hambal. Musnad Ahmad bin Hambal, t.t.: Jam‟iyah al-Islami, 2010.
Hasan, Ali, Masalah Kontemporer Hukum-Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, t.th.
http://www.amazine.co/25517/apa-itu-who-fakta-sejarah-informasilainnya/.
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/.
http://www.wawasanpendidikan.com.
http://www.tribunnews.com/nasional/2015/10/23/perkembanganjumlah-penduduk-
bumi-makin-tidak-ideal-untuk-kehidupan.
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/07/100706_popu
lation1.shtm www. Bkkbn.go.id.
http://waspada.co.id/warta/laju-penduduk-indonesia-meroket-dan-takberkualitas.

Anda mungkin juga menyukai