Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BESAR 1 (Sesi 1)

Penyebab Jatuhnya Pemerintahan Soeharto Sehingga Berujung Pada Krisis


Moneter

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Rieke Pernamasari, SE, M.Ak

Disusun oleh :

THURSINA ISMI JAWINA

43218110262

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2021
23 tahun yang lalu, pada tanggal 21 Mei 1998, tercatat sebagai salah satu
momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebab, pada Kamis pagi itu,
Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia. Presiden Soeharto menyatakan mundur setelah berkuasa selama 32
tahun, terhitung sejak dia mendapat "mandat" Surat Perintah 11 Maret 1966.
Pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul
09.00 WIB. Dalam pidatonya, Soeharto mengakui bahwa langkah ini dia ambil
setelah melihat "perkembangan situasi nasional" saat itu. Tuntutan rakyat untuk
mengadakan reformasi di segala bidang, terutama permintaan pergantian
kepemimpinan nasional, menjadi alasan utama mundurnya Soeharto.

Seperti yang tertulis pada buku sejarah, menurut saya masa kepemerintahan
Bapak Soeharto adalah masa kepemimpinan yang kejam saat itu. Yang mana :

1. Banyak Nyawa Yang Melayang Semasa Kepemimpinan Bapak Soeharto


Dalam kasus pelanggaran HAM, era orde baru di zaman Presiden
Soeharto banyak disorot. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras) mencatat beberapa dari peristiwa tersebut.
Diantaranya adalah petrus atau penembakan misterius terkait dengan aksi
kriminal (1981-1984), DOM Papua (1969-1998), kasus Talangsari (1989),
peristiwa Tanjung Priok (1984), penembakan warga dalam pembangunan
Waduk Nipah Madura (1993). hingga korban penculikan aktivis dan
kerusuhan pada Mei 1998 yang merubah wajah Indonesia di masa depan.
2. Pelanggaran Sosial Masyarakat
Saat rezim orde baru berkuasa, ada banyak hak rakyat yang
ditindas dan diambil secara paksa. Dilansir dari cnnndonesia.com,
peristiwa tersebut meliputi perampasan tanah rakyat Kedung Ombo (1985-
1989), pengambilan tanah rakyat atas nama PT Perkebunan Nusantara
(PTPN), kasus pengambil alihan tanah masyarakat adat Dongi Sulawesi
Selatan untuk perusahaan Nikel, penggusuran rumah warga Bulukumba
oleh PT Lonsum, pencemaran dan kekerasan yang dilakukan oleh
Indorayon di Porsea Sumatera Utara, peristiwa pembakaran rumah warga,
dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh PT Kelian Equal Mining di
Kalimantan Timur. Semuanya terjadi saat Presiden Soeharto masih
berkuasa.
3. Media Selalu Diawasi Dan Melarang Masyarakat Untuk Berorganisasi
Seperti yang kita tahu, keberadaan media dan organisasi
kemasyarakatan diawasi ketat oleh rezim orde baru. Tak hanya geraknya
dibatasi, media yang nekat melawan kehendak pemerintah bakal dibredel.
Alhasil, munculah kebijakan seperti arangan berorganisasi penetapan
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan koordinasi Kemahasiswaan
(1978), dan pemberangusan organisasi kemasyarakatan dengan UU Nomor
5 Tahun 1985 tentang Organisasi kemasyarakatan.
4. Kasus Korupsi Yang Menguras Uang Negara
Tindak pidana pencurian uang negara rupanya telah dilakukan
sejak rezim Orde baru berkuasa. Presiden Soeharto melakukan korupsi
pada penggunaan Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos bantuan
presiden. Uang tersebut digunakan untuk membiayai tujuh yayasan milik
Soeharto, yakni Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar,
Yayasan Dharma Bhakti Sosial, Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti,
Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong
Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora. Hasil temuan Transparency
International pada 2004 silam memperkirakan, ada sekitar 15-25 miliar
dolar AS yang telah dinikmati secara ilegal.

Dan bisa jadi beberapa kasus diatas adalah penyebab lengsernya Bapak Soeharto.

Krisis Moneter

Tahun 1998 seolah menjadi momen kelam bagi negara Indonesia dan
rakyatnya. Di tahun 1998 Indonesia harus mengalami krisis moneter (krismon)
yang kemudian berdampak ke segala bidang. Mulai dari sector ekonomi, social,
hingga politik.
1. Anjloknya Nilai Rupiah Terhadap Dollar AS
Indikasi akan terjadinya krisis moneter sebenarnya sudah tercium
sejak 1997. Tepatnya di bulan Agustus tahun 1997, mata uang rupiah
terlihat merosot dan mencapai titik terendahnya pada bulan September.
Jika bulan-bulan sebelumnya nilai rupiah berada di angka Rp2.380 per
dolar, hanya dalam kurun waktu satu tahun nilai rupiah babak belur dan
mengalami depresiasi mencapai 600%. Pada bulan Juli 1998, 1 dolar AS
dihargai Rp16.650. Meski begitu, tanggal 31 Desember 1998 nilai rupiah
mulai menguat ke angka Rp8.000 per dolar.
Depresiasi terhadap nilai tukar rupiah ini bukan saja berakibat pada
terjadinya kelangkaan likuiditas, laju inflasi impor karena kenaikan tajam
kurs dolar, dan, lebih dari itu, akhirnya juga berdampak pada kemacetan
sektor riil berupa penutupan pabrik-pabrik yang bahan bakunya impor.
Tentu saja, situasi ini memiliki dampak sangat buruk terhadap roda
perekonomian, dan sedikit banyak membawa trauma tersendiri. Di sini
perlu diingat, bicara krisis keuangan Asia saat itu, yang terjadi di
Indonesia ialah yang paling buruk dibandingkan negara lain. Krisis
moneter ini bukan saja bermuara pada krisis ekonomi yang berlarut-larut,
juga sekaligus memantik krisis sosial-politik dan delegitimasi hingga
berujung ambruknya rezim Orde Baru.

2. Besarnya Angka Utang Luar Negeri Swasta


Persoalan kedua yang menjadi akar terjadinya krisis moneter 1998
adalah besarnya utang luar negeri swasta. Per Maret 1998, total utang luar
negeri dikabarkan tembus hingga 138 miliar dolar AS, sekitar 72,5 miliar
dolar AS merupakan utang swasta. Kabar buruknya lagi, dua pertiganya
adalah utang jangka pendek dan jatuh tempo pada tahun 1998.
Tak berhenti sampai di situ, cadangan devisa saat itu tersisa 14,44
miliar dolar AS sehingga tak cukup untuk membayar utang sekaligus
bunganya. Inilah yang kemudian membuat nilai tukar rupiah mendapat
tekanan berat.
3. Krisis Kepercayaan Pasar dan Masyarakat
Efek bola salju krismon pun semakin terasa seiring rontoknya
kepercayaan pasar dan masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang plin-
plan dalam menangani krismon. Di sisi lain, kesehatan Presiden Soeharto
yang semakin memburuk membuat suksesi mengalami ketidakpastian.
Alhasil, investor asing pun enggan memberi bantuan finansial secara
cepat.

Dampak Krisis Moneter Terhadap Indonesia

Sejak nilai tukar rupiah melayang, beberapa sektor lainnya ikut carut
marut. Di sektor ekonomi dan perbankan, anjloknya nilai rupiah secara signifikan
membuat pasar modal dan pasar uang ambles. Tingginya suku bunga juga menjadi
penyebab sejumlah bank di Indonesia mengalami kebangkrutan. Surat utang
pemerintah pun ikut lengser di bawah junk.

Tak berhenti sampai di situ, krismon 1998 membuat harga jual barang-
barang makin melesat. Sejumlah perusahaan berskala kecil dan besar pun tak
luput terkena imbas krismon. Tercatat, sekitar 70% perusahaan berstatus bangkrut
di pasar modal. Kondisi ini kemudian membuat pelaku industri harus melakukan
PHK yang menyebabkan gelombang besar pengangguran sebanyak 20 juta orang.

Tingginya angka pengangguran ditambah daya beli masyarakat yang


menurun turut membuat garis kemiskinan meningkat. Di tahun 1998, pendapatan
per kapita dikabarkan menciut jadi 610 dolar. Sektor ekspor yang semula
diandalkan untuk menjadi penyelamat di tengah krismon justru lesu akibat beban
utang dan ketergantungan komponen impor.

Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 sejatinya tidak hanya dialami
oleh Indonesia, melainkan beberapa negara di Asia seperti Thailand bahkan Korea
Selatan. Meski begitu krisis keuangan di Indonesia dinilai paling buruk di antara
negara lainnya. Bahkan situasi tersebut mampu memberikan trauma tersendiri
bagi masyarakat yang pernah mengalaminya.
Tragedi ini akan selalu dikenang sebagai salah satu momen paling kelam
bagi bangsa Indonesia. Kabar baiknya, bersamaan dengan kejadian tersebut
akhirnya Indonesia selalu berusaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Terbukti, kini pengawasan terhadap likuiditas perbankan sudah diatur secara ketat
juga transparan. Kewajiban rasio ketercukupan likuiditas perbankan pun telah
memiliki regulasi sendiri.

Anda mungkin juga menyukai