Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BESAR 1 (Sesi 2)

Kondisi Perekonomian Indonesia Era dan Pasca Reformasi

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Rieke Pernamasari, SE, M.Ak

Disusun oleh :

THURSINA ISMI JAWINA

43218110262

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2021
Krisis ekonomi indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar
yang ditempuh pemerintah. Resiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar
yang disebabkan ketidaksempurnaan informasi dan penyimpangan moral para
pelaku ekonomi. Krisis ekonomi tahun 1998 dipicu oleh krisis keuangan/finansial.
Ditandai oleh kejatuhan harga-harga aset, bisnis dan konsumen tak mampu
membayar utang, dan lembaga keuangan kekeringan likuiditas karena masyarakat
panik sehingga menarik dananya di perbankan, takut nilai uang mereka semakin
susut. Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami siklus krisis ekonomi
setiap 10 tahunan, tepatnya di tahun 1998

Tahun 1998 : Pertumbuhan ekonomi mencapai -13,10% saat itu yg di serang


adalah neraca modal, diakhir 97 rupiah terhempas dan 98 menjadi negara dengan
krisis terparah, Inflasi pada tahu 98 mencapai 82,40% dan cadangan devisa
mencapai US$ 23,8M.

Tahun 2008 : Terjadi krisis ekonomi Amerika Serikat, namun saat itu
perekonomian Indonesia cukup kuat, menahan dan membendung krisis dari luar.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,12%. Pertumbuhan Indonesia
mulai membaik sejak tahun 2004 dan mulai mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan. Pada tahun 2008 inflasi mencapai 12,14% dan cadangan devisa
meningkat sebesar US$ 51,64 M.

Kalau dilihat dari krisis yang dialami Indonesia, mungkin lebih banyak dari sektor
keuangan dan kalau kita review dan bandingkan sumber krisis di 1998, 2008 ini
kan transmisinya terlalu kuat ke ekonomi kita karena fundamental keuangan kita
rapuh. Tapi 2008 karena fundamental keuangan Indonesia bisa terbilang kuat.

Tahun 2018 : Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4% dengan target


tahun APBN 2018. Inflasi mencapai 3,5% sangat rendah dibanding 10 tahun
sebelumnya. Dan cadangan devisa yg sangat signifikan yaitu mencapai US$
124,86 M.

Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai dengan adanya


krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum
menunjukkan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan
ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi
sudah diperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%.
Pada tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, hal ini
berbeda dengan kondisi ekonomi tahun 1999.

Namun sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono,


perekonomian Indonesia mulai membaik. Perekonomian Indonesia boleh dibilang
tengah berada pada masa keemasannya. Krisis global yang terjadi pada tahun
2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat
negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan,
Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada
tahun 2009.

Pembangunan di era Reformasi ini merupakan suatu bentuk perbaikan di


segala bidang sehingga belum menemukan suatu arah yang jelas. Pembangunan
masih tarik-menarik mana yang harus didahulukan. Namun setidaknya reformasi
telah membawa Indonesia untuk menjadi lebih baik dalam merubah nasibnya
tanpa harus semakin terjerumus dalam kebobrokan moral manusia-manusia
sebelumnya.

Namun menurut pandangan saya, siklus 10 tahunan itu tidak ada.


Mengapa? Karena bukan hanya Indonesia, tapi Negara-negara lain pun akan
mengalami pasang surut secara ekonomi, dimana Indonesia akan mengalami
periode economic booming di satu waktu, dan periode krisis di waktu yang lain.
Namun jangka waktu antara satu krisis dengan krisis berikutnya sama sekali tidak
tentu.

Masa pasca reformasi menunjukkan betapa kondisi sosial, ekonomi,


politik kian masuk ke dalam suatu krisis multi-dimensional. Dengan demikian,
dapat dimengerti mengapa banyak masyarakat semakin kehilangan makna atas
proses demokratisasi di Indonesia, dan karenanya semakin tidak percaya dengan
proses-proses politik yang sedang berjalan atau mengalami distrust terhadap
sistem politik, kepemimpinan politik, organisasi politik serta lembaga-lembaga
politik (formal mau pun non-formal). Kondisi ini paling tidak oleh sebagian
kalangan dikuatirkan akan menuju stagnasi politik, dengan demikian projek
reformasi pun akan gagal, yang ujungnya akan bisa menimbulkan krisis politik
dan ekonomi yang jauh lebih parah dari yang sebelumnya pernah dialami. Harus
diakui, perubahan sistem politik di Indonesia yang berjalan sangat cepat sejak
reformasi 1998 tidak sepenuhnya berada di dalam kontrol kaum pergerakan, untuk
tidak dikatakan telah jatuh ke tangan kelompok ideologis lain.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kekuatan liberal yang


memasukkan ide-ide liberalisasi politik sekaligus liberalisasi ekonomi, lebih
dominan. Jika pun terjadi sirkulasi kepemimpinan elit politik di negeri ini,
sesungguhnya perputaran itu sekaligus menyingkirkan kalangan kiri dan sosial-
demokrasi, meski ide reformasi sebetulnya digagas oleh kelompok ini. Berbagai
alasan penyebab bisa diuraikan, namun yang paling pokok adalah kegagalan
membangun organisasi strategis di dalam mengarahkan perubahan. Kaum kiri dan
sosial-demokrat, selain miskin inovasi di dalam menyusun skema organisasi
perjuangannya, juga gagal meyakinkan publik mengenai platform perjuangan
yang lebih praktikal. Kebiasaan berwacana di tataran ideologi abstrak
menyebabkannya tak begitu mendapatkan dukungan publik yang lebih luas, selain
persoalan-persoalan konflik internal yang tak berkesudahan.

Anda mungkin juga menyukai