Anda di halaman 1dari 18

A.

Tinjauan Pusatakaa
1. Jiwa Kewirausahaan
a. Definisi Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan berkaitan dengan pandangan dan sikap
kewirausahaan. Wirausahawan sering didefinisikan sebagai individu
yang melakukan usaha baru, inovatif, dan berisiko, jiwa kewirausahaan
sering disebut sebagai kepemilikan karakteristik kepribadian seperti
kecenderungan mengambil risiko (Ang & Hong, 2000). Sedangkan Narsa
et al., (2019) mendefinisikan jiwa kewirausahaan mencakup bakat, minat
dan dilahrikan dengan sifat yang relevan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasanya jiwa kewirausahaan adalah bakat ataupun minat yang ada
pada diri seseorang untuk memulai usaha baru. Jiwa kewirausahaan juga
dapat diartikan sebagai kemauan dan keinginan seseorang dalam
memulai usaha barau dengan kemampuan manajemen resiko yang baik.
b. Faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan
Berdasarkan penelitian Raharjo et al., (2018) mengungkapkan
bahwa pendidikan karakter kewirausahaan melahirkan wirausahawan
dalam berbagai bidang usaha. Sedangkan menurut Brown (2017)
mengemukakan teknologi informasi menjadi factor penting dalam
pembentukan jiwa kewirausahaan. Dengan kemajuan teknologi secara
dramatis meningkatkan penggunaan proses inovasi yang lebih terbuka
dan kolaboratif, baik di tingkat individu maupun organisasi. Hal ini
menyebabkan gaya baru dan berbeda dalam pembuatan dan
pengembangan produk baru.
c. Indicator jiwa kewirausahaan

Dalam penelitian ini untuk mengukur jiwa kewirausahaan diadopsi


dari penelitian yang dilakukan oleh Narsa et al., (2019)dengan
mengunakan indicator yaitu pilihan inovasi, kecenderungan mengambil
resiko, dan sikap strategi
2. Teknologi Informasi
a. Definisi Teknologi Informasi
Menurut Oladejo (2010) mendefinisikan Teknologi Informasi
sebagai pemrosesan data melalui komputer: penggunaan teknologi dari
komputasi, elektronik dan telekomunikasi untuk memproses dan
mendistribusikan teknologi informasi sekarang menjadi umum dan sering
digunakan di tempat-tempat bisnis. Nguyen (2009) berpendapat bahwa
teknologi informasi merupakan saran sarana untuk meningkatkan cara
orang menangkap dan mendistribusikan informasi, menurunkan biaya
produksi dan tenaga kerja, menambah nilai produk dan layanan dan
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan teknologi
informasi merupakan proses penyampaian informasi, pemrosesan data,
dan alat komunikasi. Teknologi informasi juga dapat diartikan sebagai
sarana pada zaman saat sekarang ini guna untuk meningkatkan produksi
di dunia bisnis.
b. Pentingnya Teknologi Informasi
Menurut Emmanuel dan Sife (2008) mengamati bahwa efek positif
TIK terus-menerus dicatat dalam bisnis, produksi, pendidikan, politik,
pemerintahan, budaya dan aspek lain dari kehidupan manusia. Sedangkan
menurut Tawami & Rahman, (2019)berpendapat bahwa teknologi
informasi sangat penting untuk perkembangan di bidang kewirausahaan.
Salah satu bentuk teknologi informasi yang menjadi penting bagi
kewirausahaan adalah perkembangan internat saat ini. Dengan adanya
internet saat ini industri kecil, besar, dan menengah berlomba-lomba
menawarkan produk dan layanan unggulannya, kepada pengguna Internet
yang berasal dari latar belakang dan kelompok berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan perkembangan teknologi
informasi saat ini menumbuh kembangkan keinginaan dan kemauan
untuk berwirausaha. Dimana dengan perkembangan teknologi informasi
seperti perkembangan internet memudahkan seseorang untuk memulai
usaha, dan mengembangkan usahanya.
c. Indiaktor Teknologi Informasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan idikator Shane (2008)
yang mengaitkan teknologi dengan tiga dimensi. Dimensi-dimensi
tersebut terdiri dari keterbatasan teknologi, pengetahuan tentang
teknologi dan kekayaan intelektual.

3. Pendidikan Karakter
a. Definisi Pendidikan Karakter
Menurut Handayani Tyas & Naibaho, (2020) mendefinisikan
pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang
dapat mempengaruhi karakter siswa. Guru membantu membentuk
karakter siswa. Sedangkan menurut Davies et al., (2005) Pendidikan
karakter didefinisikan sebagai setiap program yang dilembagakan oleh
sekolah, dirancang dalam kerjasama dengan lembaga masyarakat lain,
untuk membentuk secara langsung dan sistematis, perilaku anak muda
dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-nilai non-relativistik yang
dipercayai langsung untuk menyampaikan tentang perilaku itu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pendidikan
akrakter adalah pendidikan yang berguna untuk membentuk perilaku
seseorang. Pendidikan karakter bukan hanya melibatkan guru dan warga
sekolah saja, akan tetapi juga melbatkan masyarakat dalam pembentukan
karakter tersebut.
b. Pentingnya Pendidikan Karakter
Dalam penelitian Salas, (2014) mengungkapkan bahwa
pemgembangan sikap dan karakter sangat diperlukan untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam diri seseorang. Sikap dan
karakter seseorang yang memiliki motivasi dan inovatif yang tinggi serta
kecenderungan pengambilan resiko yang baik akan menumbuhakn
semangan untuk membangun usaha baru. Sedangkan menurut Gedik et
al., (2015) seseorang yang memiliki karakter dengan kemampuan
pengambilan keputusan yang baik, dan inovatif memiliki ketertarikan
terhadap kewirausahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan karakter-karakter spesifik
yang dimiliki oleh seseorang seperti kemauan untuk mengambil resiko,
invoasi dan pengambila keputusan dimasa depat akan membangun jiwa
kewirausahaan dalam dirinya. Pendidikan karakter juga membentuk
kepribadian seseorang yang cenderung menimbulkan semangat untuk
berwirausaha.
c. Indikator Pendidikan Karakter
Menurut kemendiknas ada 18 indikator keberhasilan pendidikan
karakter disekolah yaitu (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin;
(5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin
tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai
prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar
membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung
jawab. Sedangkan menurut Handayani Tyas & Naibaho, (2020)
pendidikan karakter memiliki beberapa dimensi yaitu kognitif, fisik,
sosial-emosional, kreativitas, dan spiritual.
Dengan focus penelitian pembenutkan karakter dalam jiwa
berwirausaha, maka dapat disimpulakan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan indicator 1) kreatif, 2) rasa ingin tahu, 3) kerja keras, dan
4) tanggung jawab.

4. Ekonomi Kreatif
a. Definisi Ekonomi Kreatif

Vickery, (2019) menngungkapkan bahwa ekonomi bukan tentang


uang daripada tentang keputusan, transaksi, biaya peluang, rasionalitas
terbatas, efek eksternal dan nilai sosial. Sedangkan menurut Ghasemi et
al (2011) juga mendefinisikan kreatifitas adalah kemampuan dan bakat
yang umum di antara manusia dan setiap orang berpotensi memiliki
bakat ini dengan tingkat kelahiran yang berbeda. Saat ini, di sebagian
besar sumber daya ilmiah, kreatifitas dianggap sebagai bakat yang sama
dan para ahli percaya bahwa semua manusia memiliki bakat untuk
menjadi kreatif. Sedangkan Howkins (2002) adalah orang pertama yang
menggunakan istilah "ekonomi kreatif". Dalam bukunya The Creative
Economy tahun 2001, dia mengidentifikasi lima belas industri kreatif
utama, termasuk perangkat lunak, R&D dan desain, dan industri konten
kreatif seperti film dan musik. Industri ini menghasilkan kekayaan
intelektual dalam bentuk paten, hak cipta, merek dagang, dan desain hak
milik.

Dari definisi diata maka dapat disimpulkan ekonomi kreatif adalah


kosep diera ekonomi baru yang mengandalkan informasi dan kreativitas
dengan ide-ide dan pengatuahan dari sumber daya manusia sebgaia factor
pendukung utamanya. Konsep ekonomi kreatif ini biasanya didukung
oleh keberapaan industry kreatif. Ekonomi Kreatif terdiri dari Industri
Kreatif yang mencakup sektor dari sains dan teknologi tinggi, industri
penelitian dan pengetahuan, hingga media, musik, desain, dan seni.

b. Faktor-faktor yang Ekonomi Kreatif


Gunawan & Wiradinata, (2020) menyatakan bahwa teknologi
informasi memberikan dampak yang baik terhadap kemajuan pariwisata
berbasis ekonomi kreatif. Sejalan dengan Ogunleye, (2019) yang
menyatakan bahwa teknologi informasi memberikan dampak kepada
kemajuan invoasi di bidang ekonomi. Inovasi adalah bagian dari
kemampuan kreatif seseorang, sehingga dengan adanya teknologi
informasi seseorang mampu menenmukan berbagai ide dan gagsan baru
dalam konsep ekonomi. Sedangkan Comunian et al., (2015) menyatakan
bahwa pendidikan menjadi factor penting untuk menumbuhkan
kemampuan kreatif seseorang dalam menemukan ide dan gagasan.
Jadi dapat disimpulakn bahwa teknologi informasi dan pendidikan
karakter adalah factor-faktor yang mempengaruhi ekonomi kreatif
seseorang. Dengan pemahaman teknologi informasi zaman sekarang,
menjadikan seseorang mampu menemukan berbagai ide dan gagasan
dalam berinovasi. Sedangkan seseorang yang mendapatkan pendidikan
dengan pembentukan karakter tertentu juga memberikan dampak pada
kemampuan kreatif dalam konsep ekonomi.
c. Indikator Ekonomi Kreatif
Menurut Antonio (2014) indicator yang digunakan dalam
mengukur kreativitas yaitu 1) kelancaran (Fluency) adalah kesigapan dan
kemampuan untuk menghasilkan ide, 2) kelenturan (flexibility) adalah
kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam
mengatasi persoalan, 3) keaslian (originality) adalah kemampuan untuk
mencetuskan gagasan-gagasan asli, dan 4) kerincian (elaboration) adalah
kemampuan untuk melakukan secara detail terperinci. Chen et al., (2014)
berpendapat bahwa yang menjadi inti dalam ekonomi kreatif adalah
kreatifitas, keterampilan dan bakat individu.

Jadi dapat disimpulkan, mengukur variabel ekonomi kretif dalam


penelitian ini indicator yang digunakan adalah 1) kelancaran (Fluency),
2) kelenturan (flexibility), 3) keaslian (originality), dan 4) kerincian
(elaboration).

B. Perumusan Hipotesis penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual di atas, maka


hipotesis yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap ekonomi kreatif


siswa SMK N se-Kota Lampung.
2. Teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan siswa SMK N se-Kota Lampung.
3. Pendidikan karakter berpengaruh signifikan terhadap ekonomi kreatif
siswa SMK N se-Kota Lampung.
4. Pendidikan karakter berpengaruh signifikan terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan siswa SMK N se-Kota Lampung.
5. Ekonomi kreatif berpengaruh signifikan terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan siswa SMK N se-Kota Lampung.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori maka dapat dibuat kerangka berpikir dari


penelitian ini yang menggambarkan dan menjelaskan pengaruh antar
variabel-variabel dalam penelitian ini.

1. Pengaruh Teknologi informasi terhadap ekonomi kreatif


Menurut Ogunleye, (2019) teknologi informasi memberikan
penaruh terhadap kemampuan seseorang berinvoasi. Inovasi adalah
bagian dari kreatifitas seseorang. Kemajuan teknologi memberikan
kemudahan bagi seseorang untuk menemukan ide maupun gagasan-
gagasan tertentu untuk berinovasi dan mengembangkan seuatu, sehingga
dengan kemampuang tersebut secara langsung meningkatkan tingkat
kreatifitas seseorang. Sejalan dengan yang di kemukakan oleh Gunawan
& Wiradinata, (2020) menyatakan bahwa teknologi informasi
memberikan dampak yang baik terhadap kemajuan pariwisata berbasis
ekonomi kreatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya teknologi informasi
memberikan dampak yang begitu besar dalam perkembangan kreatifitas
seseorang. Eknomi kreatif berpeluang untuk terus tumbuh dan
berkembang dari berbagai sector baik pariwisata, kuliner dan lainnya jika
diberangi dengan kemampuan teknologi informasi yang dimiliki oleh
seseorang.
2. Pengaruh teknologi informasi terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan
Rippa & Secundo, (2019) mengatakab bawah teknologi seperti
media sosial, seluler, analitik bisnis, Internet, pencetakan 3D, dan dunia
maya, menciptakan peluang lebih lanjut bagi seseorang untuk membuka
usaha. Sejalan dengan Bandera et al., (2018) mengungkapakan bahwa
kemampuan teknologi dan pengalaman dengan perusahaan start-up dunia
nyata dapat memberi siswa kepercayaan diri yang meningkat baik dalam
keterampilan teknis dan bisnis mereka. pada akhirnya akan membawa
mereka menjadi pengusaha masa depan yang sukses
Jadi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi memberikan
dampak yang begitu besar terhadap kemauan seseorang dalam
berwirausaha. Teknologi informasi yang ada saat sekrang ini,
memberikan kemudahan bagi seseorang untuk mencoba memulai sebuah
usaha baru.
3. Pengaruh pendidikan karakter terhadap ekonomi kreatif
Comunian et al., (2015) menyatakan bahwa pendidikan menjadi
factor penting untuk menumbuhkan kemampuan kreatif seseorang dalam
menemukan ide dan gagasan. Karakter seseorang dengan tingkat
kemampuan menemukan hal-hal memberikan dampak yang positif dalam
kemampuan kreatifitasnya. Dari segi ekonomi kreatif, kreatifitas yang
diperlukan adalah bagaiman caranya seseorang membangua
perekonomian dengan kreatifitas yang dimilikinta. Karakter seseorang
yang mampu berinovasi akan memanfaatkan kreatifitasnya dalam segi
perekonomian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memberikan
pengaruh terhadap ekonomi kreatif. Karakter yang kuat dan mampu
bersaing dengan ide dan gagasannya akan mampu bersaing dengan
kreatifitas orang lain.
4. Pengaruh pendidikan karakter terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan
Salas, (2014) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa dengan
pembentukan karakter seseorang dapat membentuk keinginannya dalam
bidang kewirausahaan. Karakter yang menonjolkan sifat-sifat berani
mengambil resiko serta selalu berkerja keras memungkinkan seseoang
dengan karakter tersebut untuk menjadi seorang wirausaha. Sejalan
dengan pendapat Gedik et al., (2015) mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki karakter dengan kemampuan pengambilan keputusan yang
baik, dan inovatif memiliki ketertarikan terhadap kewirausahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter akan
membentuk jiwa kewirausahaan seseorang. Karakter seseorang yang
memiliki kemampuan pengampbilan keputusan yang tepat, serta berani
mengambil resiko memiliki kesempatan untuk menjadi seorang
wirausaha yang memiliki karakter tersendiri.
5. Pengaruh ekonomi kreatif terhadap pembentukan jiwa
kewirausahaan

Laguía et al (2019) mengatakan bahwa kreatifitas berpengaruh


terhadap minta beriwirausaha. Artinya dengan tingginya tingkat
kreatifitas seseorang maka akan mendorong seseorang untuk
mencipatkan sebuah usaha baru dengan ide-ide kreatif yang dimiliki
individu tersebut. Juga dengan kreatifitas tersebut tingkat keberhasilan
dalam berwirausaha juga semakin tinggi. Sedangkan Sullaida et al.,
(2018) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa perkembangan
ekonomi kreatif memiliki peluang besar dalam membentuk jiwa
kewirauhsaan seseorang. Misalnya ketajinan dari setiap daerah, diinovasi
secara kreatif akan membentuk hal baru sehingga mampu bersaing
dengan UMKM lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif berpengaruh


terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan. Hal ini tergambar dari
kreatifitas seseorang dalam menginovasi sesuatu hal seperti kerajian
daerahnya sehingga memiliki ciri khas tersendiri dan mampu bersaing
dengan UMKM lainnya.

Teknologi
Informasi
X1 H3

H1
Ekonomi Kreatif H5 Jiwa
X3 Kewirausahaan
Y
H2
Pendidikan H4
Karakter
X2

Gamabar 1
Kerangka Konseptual
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini
tergolong pada penelitian deskriptif asosiatif karena menerangkan suatu
gejala, peristiwa dan kejadian yang telah terjadi serta menentukan ada
tidaknya pengaruh suatu variabel terikat
B. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMK N se- kola
lampung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010) purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan pertimbangan
tertentu.
Menurut Sugiyono (2012) menyarankan tentang ukuran sampel untuk
penelitian sebagai berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam katagori maka jumlah anggota sampel setiap

katagori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multi variate

(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel


minimal 5 atau 10 kali jumlah pernyataan. Misalnya pernyataan pada

kuisioner jumlahnya 40, maka jumlah anggota sampel = 5 x 40 = 200.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompk control, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 sampai 20.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara penyebaran kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan

yang sedemikian rupa terkait dengan orientasi kewirausahaan, orientasi

pasar, kemampuan jaringan usaha dan inovasi produk, kinerja usaha.

D. Instrument Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa angket/kuisioner. Angket ini berisi pernyataan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam penelitian

ini penyebaran angket untuk mengetahui data yang berkaitan dengan

orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, kemampuan jaringan usaha dan

inovasi produk terhadap kinerja usaha mikro kecil olahan makanan di Kota

Padang.

Tabel 5
Alternatif atau Kategori Jawaban Responden
Alternatif/Kategori Jawaban Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) 5


Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber : Sugiyono (2013: 134-135)

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat analisa

Structural Equation Modeling (SEM) karena model persamaannya

merupakan pengembangan lebih lanjut dari path analysis. Peneltian ini

bersifat kausatif dengan analisa SEM, maka hubungan antar variabel dapat

ditentukan secara lebih lengkap.

1. Model Pengukuran atau Outer Model

Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2014:57), Outer model

merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas

model. Model ini menggunakan pengukuran sebagai berikut:

1) Uji Validitas

a) Uji Validitas Konvergen

Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2014:57) uji convergent

validity indikator refleksif dapat dilihat dari nilai loading factor

untuk tiap indikator konstruk. Untuk menilai convergent validity

biasanya digunakan rule of thumb dengan syarat nilai loading factor

harus lebih dari 0,7 atau 0,6 – 0,7 untuk penelitian yang bersifat

confirmatory. Sedangkan untuk penelitian yang bersifat exploratory

nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5

(Imam, 2008).

b) Uji Validitas Diskriminasi


Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2014:57), Validitas

diskriminasi berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur

konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkolerasi dengan tinggi.

Untuk pengujian Discriminant Validity dapat dilihat pada nilai Cross

Loadings. Nilai korelasi indikator terhadap konstruknya harus lebih

besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk

lainnya (Ghozali. I., 2008:27). Terdapat cara lain untuk menguji

Discriminant Validity dengan membandingkan nilai akar dari

Average Variance (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara

konstruk satu dengan konstruk lainnya.

c) Uji Reliabilitas

Pada uji reliabilitas ini terdapat dua tabel yang harus diamati

yaitu tabel Composite Reliability (CR) dan Cronbach’s Alpha (α),

composite reliability dan cronbach’s alpha masing-masing konstruk

melebihi 0,7 (Ghozali. I, 2008). Jika mengacu pada rule of thumb

nilai composite reliability dan cronbach’s alpha yang masing-

masing nilainya harus lebih besar dari 0,7 (> 0,7).

2) Model Struktural atau Inner Model

Evalusai inner model dapat dilakukan dengan tiga cara. Ketiga cara

tersebut adalah dengan melihat dari R2 (Koefisien Determinasi), Q2

(Predictive Relevance), dan GOF (Goodness of Fit Index). Tahap

pertama model struktural dalam PLS dievaluasi menggunakan R 2

(Koefesien Determinasi) untuk konstruk dependen, nilai koefesien path


atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model

struktural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan

variabel independen terhadap variabel dependen. Selanjutnya dievaluasi

menggunakan Q2 (Predictive Relevance), dapat digunakan rumus berikut:

Q2 = 1-(1-R12) (1-R22 (1-Rp2)……….(1)

Keterangan:
Q2 = Predictive Relevance.
R12, R22… Rp2 = R square variabel endogen dalam model.
Terakhir adalah mencari nilai GoF (Goodness of Fit) dengan rumus

berikut:

´ x Ŕ 2……………... (2)
GoF = √ AVE

Keterangan:
GoF = Nilai Goodness of Fit.
AVE = Average Variance Extracted.
R2 = Koefesien Determinasi.
Menurut Tenenhaus (2004), nilai GoF small = 0,1, GoF medium = 0,25

dan GoF big = 0,38.

3) Pengujian Hipotesa

Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai

probabilitasnya dan t-statistiknya. Untuk nilai probabilitas, nilai P-value

dengan alpha 5% adalah kurang dari 0,05 sedangkan untuk nilai P-value

dengan alpha 10% adalah kurang dari 0,10. Skor koefisien path atau inner

model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistic, harus di atas 1,96 untuk

hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu ekor

(one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada alpha 5% dan power 80%.


Ang, S. H., & Hong, D. G. P. (2000). Entrepreneurial spirit among East Asian
Chinese. Thunderbird International Business Review, 42(3), 285–309.
https://doi.org/10.1002/1520-6874(200005/06)42:3<285::aid-tie2>3.0.co;2-5
Bandera, C., Collins, R., & Passerini, K. (2018). Risky business: Experiential
learning, information and communications technology, and risk-taking
attitudes in entrepreneurship education. International Journal of
Management Education, 16(2), 224–238.
https://doi.org/10.1016/j.ijme.2018.02.006
Brown, T. E. (2017). Sensor-based entrepreneurship: A framework for developing
new products and services. Business Horizons, 60(6), 819–830.
https://doi.org/10.1016/j.bushor.2017.07.008
Chen, Y., Friedman, R., & Tony Simons. (2014). Performance measures and
metrics for the creative economy. Managerial Auditing Journal, 28(2), 2–3.
Comunian, R., Gilmore, A., & Jacobi, S. (2015). Higher Education and the
Creative Economy: Creative Graduates, Knowledge Transfer and Regional
Impact Debates. Geography Compass, 9(7), 371–383.
https://doi.org/10.1111/gec3.12220
Davies, I., Gorard, S., & Mcguinn, N. (2005). Citizenship education and character
education: Similarities and contrasts. British Journal of Educational Studies,
53(3), 341–358. https://doi.org/10.1111/j.1467-8527.2005.00299.x
Gedik, Ş., Miman, M., & Kesici, M. S. (2015). Characteristics and Attitudes of
Entrepreneurs Towards Entrepreneurship. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 195, 1087–1096. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.153
Ghasemi, F., Rastegar, A., Ghorban, R., & Roozegar, R. (2011). Social and The
relationship between creativity and achievement motivation with high school
students ’ entrepreneurship. Social and Behavioral Sciences, 00, 1291–1296.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.10.250
Gunawan, A. I., & Wiradinata, R. (2020). The Role of Information Technology in
Developing the Creative Economic Tourism Sector (Case from Cirebon
Tourism Object). April. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200402.064
Handayani Tyas, E., & Naibaho, L. (2020). Building Superior Human Resources
through Character Education. 11864, 11864–11873.
Laguía, A., Moriano, J. A., & Gorgievski, M. J. (2019). A psychosocial study of
self-perceived creativity and entrepreneurial intentions in a sample of
university students. Thinking Skills and Creativity, 31(November 2018), 44–
57. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.11.004
Narsa, N. M. D. N. H., Narsa, I. M., & Narsa, N. P. D. R. H. (2019). the Spirit of
Entrepreneurship in Business Students, Non-Business Students, and Small
and Medium Entrepreneur. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 21(2),
104–113. https://doi.org/10.9744/jmk.21.2.104-113
Ogunleye, O. (2019). Information Technology as an Accelerator of Innovative
Transformation of the Nigerian Economy. 8(2), 34–39.
https://doi.org/10.5923/j.library.20190802.02
Raharjo, N. E., Sukardi, S., & Usman, H. (2018). Entrepreneurial character
education through the school culture in the vocational high schools. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 8(2), 204. https://doi.org/10.21831/jpv.v8i2.20354
Rippa, P., & Secundo, G. (2019). Digital academic entrepreneurship: The
potential of digital technologies on academic entrepreneurship.
Technological Forecasting and Social Change, 146(June), 900–911.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2018.07.013
Salas, A. C. (2014). Development of Attitudes towards Entrepreneurship.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 139, 189–197.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.08.057
Sullaida, Nurmala, & Ahyar, C. (2018). The development of an independent
entrepreneurship model through creative economy for women in
Lhokseumawe city. Emerald Reach Proceedings Series, 1, 87–92.
https://doi.org/10.1108/978-1-78756-793-1-00041
Tawami, T., & Rahman, A. (2019). Role of Information Technology on
Entrepreneurship. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering, 662(3). https://doi.org/10.1088/1757-899X/662/3/032053
Vickery, J. (2019). Creative economy, cultural economics and entrepreneurship –
Questions for a masters programme in its adolescence. An Interview with
Mariangela Lavanga and Ellen Loots. Arts and Humanities in Higher
Education, 18(2–3), 269–278. https://doi.org/10.1177/1474022219831613

Anda mungkin juga menyukai