Tinjauan Pusatakaa
1. Jiwa Kewirausahaan
a. Definisi Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan berkaitan dengan pandangan dan sikap
kewirausahaan. Wirausahawan sering didefinisikan sebagai individu
yang melakukan usaha baru, inovatif, dan berisiko, jiwa kewirausahaan
sering disebut sebagai kepemilikan karakteristik kepribadian seperti
kecenderungan mengambil risiko (Ang & Hong, 2000). Sedangkan Narsa
et al., (2019) mendefinisikan jiwa kewirausahaan mencakup bakat, minat
dan dilahrikan dengan sifat yang relevan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasanya jiwa kewirausahaan adalah bakat ataupun minat yang ada
pada diri seseorang untuk memulai usaha baru. Jiwa kewirausahaan juga
dapat diartikan sebagai kemauan dan keinginan seseorang dalam
memulai usaha barau dengan kemampuan manajemen resiko yang baik.
b. Faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan
Berdasarkan penelitian Raharjo et al., (2018) mengungkapkan
bahwa pendidikan karakter kewirausahaan melahirkan wirausahawan
dalam berbagai bidang usaha. Sedangkan menurut Brown (2017)
mengemukakan teknologi informasi menjadi factor penting dalam
pembentukan jiwa kewirausahaan. Dengan kemajuan teknologi secara
dramatis meningkatkan penggunaan proses inovasi yang lebih terbuka
dan kolaboratif, baik di tingkat individu maupun organisasi. Hal ini
menyebabkan gaya baru dan berbeda dalam pembuatan dan
pengembangan produk baru.
c. Indicator jiwa kewirausahaan
3. Pendidikan Karakter
a. Definisi Pendidikan Karakter
Menurut Handayani Tyas & Naibaho, (2020) mendefinisikan
pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang
dapat mempengaruhi karakter siswa. Guru membantu membentuk
karakter siswa. Sedangkan menurut Davies et al., (2005) Pendidikan
karakter didefinisikan sebagai setiap program yang dilembagakan oleh
sekolah, dirancang dalam kerjasama dengan lembaga masyarakat lain,
untuk membentuk secara langsung dan sistematis, perilaku anak muda
dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-nilai non-relativistik yang
dipercayai langsung untuk menyampaikan tentang perilaku itu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pendidikan
akrakter adalah pendidikan yang berguna untuk membentuk perilaku
seseorang. Pendidikan karakter bukan hanya melibatkan guru dan warga
sekolah saja, akan tetapi juga melbatkan masyarakat dalam pembentukan
karakter tersebut.
b. Pentingnya Pendidikan Karakter
Dalam penelitian Salas, (2014) mengungkapkan bahwa
pemgembangan sikap dan karakter sangat diperlukan untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam diri seseorang. Sikap dan
karakter seseorang yang memiliki motivasi dan inovatif yang tinggi serta
kecenderungan pengambilan resiko yang baik akan menumbuhakn
semangan untuk membangun usaha baru. Sedangkan menurut Gedik et
al., (2015) seseorang yang memiliki karakter dengan kemampuan
pengambilan keputusan yang baik, dan inovatif memiliki ketertarikan
terhadap kewirausahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan karakter-karakter spesifik
yang dimiliki oleh seseorang seperti kemauan untuk mengambil resiko,
invoasi dan pengambila keputusan dimasa depat akan membangun jiwa
kewirausahaan dalam dirinya. Pendidikan karakter juga membentuk
kepribadian seseorang yang cenderung menimbulkan semangat untuk
berwirausaha.
c. Indikator Pendidikan Karakter
Menurut kemendiknas ada 18 indikator keberhasilan pendidikan
karakter disekolah yaitu (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin;
(5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin
tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai
prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar
membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung
jawab. Sedangkan menurut Handayani Tyas & Naibaho, (2020)
pendidikan karakter memiliki beberapa dimensi yaitu kognitif, fisik,
sosial-emosional, kreativitas, dan spiritual.
Dengan focus penelitian pembenutkan karakter dalam jiwa
berwirausaha, maka dapat disimpulakan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan indicator 1) kreatif, 2) rasa ingin tahu, 3) kerja keras, dan
4) tanggung jawab.
4. Ekonomi Kreatif
a. Definisi Ekonomi Kreatif
C. Kerangka Berfikir
Teknologi
Informasi
X1 H3
H1
Ekonomi Kreatif H5 Jiwa
X3 Kewirausahaan
Y
H2
Pendidikan H4
Karakter
X2
Gamabar 1
Kerangka Konseptual
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini
tergolong pada penelitian deskriptif asosiatif karena menerangkan suatu
gejala, peristiwa dan kejadian yang telah terjadi serta menentukan ada
tidaknya pengaruh suatu variabel terikat
B. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMK N se- kola
lampung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010) purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan pertimbangan
tertentu.
Menurut Sugiyono (2012) menyarankan tentang ukuran sampel untuk
penelitian sebagai berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam katagori maka jumlah anggota sampel setiap
D. Instrument Penelitian
inovasi produk terhadap kinerja usaha mikro kecil olahan makanan di Kota
Padang.
Tabel 5
Alternatif atau Kategori Jawaban Responden
Alternatif/Kategori Jawaban Pernyataan Positif
bersifat kausatif dengan analisa SEM, maka hubungan antar variabel dapat
1) Uji Validitas
harus lebih dari 0,7 atau 0,6 – 0,7 untuk penelitian yang bersifat
nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5
(Imam, 2008).
c) Uji Reliabilitas
Pada uji reliabilitas ini terdapat dua tabel yang harus diamati
Evalusai inner model dapat dilakukan dengan tiga cara. Ketiga cara
Keterangan:
Q2 = Predictive Relevance.
R12, R22… Rp2 = R square variabel endogen dalam model.
Terakhir adalah mencari nilai GoF (Goodness of Fit) dengan rumus
berikut:
´ x Ŕ 2……………... (2)
GoF = √ AVE
Keterangan:
GoF = Nilai Goodness of Fit.
AVE = Average Variance Extracted.
R2 = Koefesien Determinasi.
Menurut Tenenhaus (2004), nilai GoF small = 0,1, GoF medium = 0,25
3) Pengujian Hipotesa
dengan alpha 5% adalah kurang dari 0,05 sedangkan untuk nilai P-value
dengan alpha 10% adalah kurang dari 0,10. Skor koefisien path atau inner
model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistic, harus di atas 1,96 untuk
hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu ekor