Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Salman Zidane

Kelas : XI IPS 2

No. Absen : 17

Tugas dan Peran Kepolisian Pada Awal Kemerdekaan

Sidang ketiga PPKI membahas tentang pembentukan lembaga pertahanan negara lembaga
pertahanan tersebut diharapkan dapat menjadi kekuatan militer bangsa Indonesia untuk lembaga
keamanan dan pertahanan Indonesia pada awal kemerdekaan Indonesia kekuatan militer didominasi
oleh badan-badan perjuangan yang telah dibentuk pada masa kolonial Belanda dan Jepang Oleh karena
itu pemerintah berusaha membentuk organisasi ketentaraan yang mampu melindungi rakyat Indonesia
dan mempertahankan diri dari serangan musuh.

Pada awalnya pemerintah membentuk lembaga pertahanan negara yaitu BKR atau badan keamanan
rakyat. Pembentukan BKR ini merupakan perubahan hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1905
yang sebelumnya merancang pembentukan tentara kebangsaan presiden mengumumkan pembentukan
BKR pada 23 Agustus 1945 pembentukan BKR di luar Jakarta dipelopori oleh aruji kartawinata dari Jawa
Barat Moestopo Jawa Timur Sudirman di Jawa Tengah Selain itu BKR unsur dada dibentuk juga BKR
unsur laut pembentukan BKR laut dipelopori oleh bekas murid dan guru Sekolah Pelayaran Tinggi dan
para pelaut dari jaringan pelayaran yang terdiri dari Mas Pardi adem Martadinata dan at Freddy Namun
karena keterbatasan sarana komunikasi pada awal kemerdekaan Indonesia menyebabkan tidak semua
daerah di Indonesia mengenai pembentukan TKR ini.

Pada 5 Oktober 1905 BKR diubah menjadi TKR perubahan ini dilakukan berdasarkan maklumat yang
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia pembentukan TKR ditetapkan belakangi oleh kondisi Indonesia
yang belum memiliki tentara kebangsaan saat tentara Inggris diboncengi Belanda atas nama Sekutu
datang ke Indonesia. Setelah TKR terbentuk pada 6 Oktober 1945 Presiden Soekarno mengangkat
Supriyadi seorang tokoh pemberontak peta menjadi menteri keamanan rakyat dan pemimpin tertinggi
TKR namun Supriyadi tidak pernah muncul hingga November 1945 sehingga TKR tidak mempunyai
Pemimpin tertinggi untuk mengatasi kondisi tersebut diadakan konferensi TKR.

Pada 8 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan Pemerintah Nomor 2 SD 1946 pernyataan
tersebut berisi tentang pengubahan nama TKR menjadi tentara keselamatan rakyat Selain itu melalui PP
tersebut pemerintah Ah ganti nama Kementerian keamanan rakyat menjadi Kementerian Pertahanan
untuk menyempurnakan organisasi tentara Menurut standar nasional Presiden Soekarno membentuk
panitia pembentukan organisasi tentara selain menghasilkan pembentukan TNI Presiden Soekarno
menetapkan susunan tertinggi TNI Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Soedirman diangkat
menjadi kepala pemimpin TNI yang dengan anggota yang terdiri atas Sumoharjo Laksamana Muda Nazir
Komodor Suryadarma Jenderal Mayor Sutomo dan Jenderal Mayor Sukirman dan Jenderal Mayor Joko
Suyono Presiden Soekarno juga juga menyatakan semua satuan Angkatan Perang dan satuan Laskar
yang melebur menjadi TNI diwajibkan taat dan tunduk kepada instruksi yang dikeluarkan oleh pemimpin
PNI yaitu Jendral Sudirman.

Setelah sidang kedua PPKI pada 19 Agustus 1905 memutuskan pembentukan badan Kepolisian
Negara atau BKN selanjutnya pada 29 September Presiden Soekarno melantik Raden Said Soekanto
tjokrodiatmodjo menjadi Kepolisian Negara atau KKN pada awalnya badan kepolisian ini berada dalam
medan Kementerian Dalam Negeri dengan nama jawatan Kepolisian Negara yang secara operasional
bertanggung jawab kepada jaksa agung pada 1 Juli 1096 pemerintah mengeluarkan penetapan
Pemerintah tahun 1956 nomor 11 SD yang berisi keputusan bahwa jawatan kepolisian negara
bertanggung jawab kepada perdana menteri pada masa awal kemerdekaan Indonesia selain bertugas
sebagai penegak hukum anggota Kepolisian Negara berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Asia negara menyatakan dirinya sebagai jembatan yang tidak tunduk pada konvensi Jenewa.

Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan
bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front Sumatera Utara,
Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain. Pada masa kabinet
presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan
bahwa Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai perdana
menteri/wakil perdana menteri.
Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal Polisi R.S. Soekanto telah mulai menata organisasi
kepolisian di seluruh wilayah RI. Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin
Prawiranegara berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin KBP Umar Said (tanggal
22 Desember 1948). Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda dibentuk Republik
Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R.
Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.

Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan
politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam
hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri.

Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950,
pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi kepolisian negara-
negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam peleburan tersebut disadari adanya
kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun
administratif, organisatoris.

Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai