DI SUSUN OLEH
NAMA : MELDIANTO
NIRM : 2020164917
(STAKN) TORAJA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpah rahmat dan kasih karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini, yang berjudul “Kajian Hermeneutik
Terhadap Mikha 6:1-5 Mengenai Tuntutan Allah dan Implikasinya bagi
Kehidupan Masa Kini” dengan baik. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas akhir mata kuliah Teologi Perjanjian Lama II.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang
membantu dengan saran dan kritiknya serta semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini, kiranya Tuhan memberkati kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................................... ii
Bab I
Pendahuluan...................................................................................................................................1
Kesimpulan...................................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian lama merupakan bagian pertama dalam Alkitab yang
terdiri dari 39 kitab yaitu kitab taurat, kitab sejarah, kitab puisis, dan kitab
nubuat atau kitab nabi-nabi. Kedua belas kitab-kitab nabi kecil dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu: 9 kitab pertama menceritakan situasi sebelum
pembuangan ke babilonia dan 3 kitab terakhir menceritakan situasi seudah
pembuangan ke babilonia.
KE-12 nabi-nabi kecil (disebut kecil karena kitab-kitab karya mereka
kecil/tipis), 9 Kitab bagian pertama yang menceritakan Situasi Sebelum
Pembuangan ke Babil adalah Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum,
dan Habakuk, sedangkan 3 kitab bagian kedua yang menceritakan Situasi
Sesudah Pembuangan ke Babil adalah Hagai, Zakharia, dan Maleakhi. Dan
yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah Kitab Mikha
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kitab Mikha ?
2. Bagaimana struktur kitab Mikha?
3. Bagaimana analisis kitab Mikha 6:1-5?
4. Bagaimana implikasi kitab Mikha 6:1-5?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kitab Mikha
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur kitab Mikha?
3. Untuk mengetahui bagaimana analisis kitab Mikha 6:1-5?
4. Untuk mengetahui bagaimana implikasi kitab Mikha 6:1-5?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
termasuk kepada “para tua-tua negeri”, sebuah golongan pemimpin yang
prihatin terhadap kesejahtraan masyarakat seluruhnya.3
Mikha bertugas di tengah-tengah suasana kerajaan Yehuda pada
pertigaan terakhir dari abad ke-8 sM, jadi kurang lebih sezaman dengan
nabi Yesaya. Dia melihat bahwa Samaria, ibukota kerajaan Israel Utara
itu, sebentar lagi akan menjadi mangsa serbuan oleh musuh, yakni
tentara orang Asyur, dan bahwa kota-kota Yehuda pun, bahwa
Yerusalem sendiri tidak akan luput dari nasib yang itu juga. Namun
penggenapan segala penglihatan itu tidak sempat dilaksanakannya lagi.
Mikha dikatakan telah bernubuat “pada zaman Yotam, Ahas dan Hizkia,
raja-raja Yehuda”, sedangakan menurut Yer 2,18 hanyalah di zaman
Hizkia, raja-raja Yehuda saja; angka-angka tahun yang pasti rupanya tak
dapat ditetapkan dalam pada itu. menurut penglihatan yang paling
meyakinkan, Mikha bertugas di dalam kurun waktu yang agak singkat,
yakni antara 733 (serangan Asyur terhadap Palestina) dan 723 (sebelum
Samaria jatuh).4
Mikha mempunyai sifat dan latarbelakang “kedaerahan”. Jauh dari
merasa kagum terhadap ibukota sebagai lambing kejayaan bangsa, ia
sebaliknya menilik ke sana dengan mengerutkan dahinya, malah kadang-
kadang dengan mata yang penuh curiga. Sebuah tradisi dari kitab
Yeremia, tersusun hamper 150 tahun lebih kemudian, masih
membayangkan bagaimana “orang Moresyet” itu pernah berani tampil di
pelataran Bait Suci, untuk melontarkan nubuatnya tentang kesudahan
Yerusalem yang sudah mendekat. Besar kemungkinan bahwa Mikha
beberapa kali bernubuat di kota-kota daeranya sendiri pula. Adalah
pengalaman yang sehari-hari bagi nabi itu, bahwa pemberitaannya
ditolak melulu (Mi 3,6,11); para penguasa yang dituturinya sudah tentu
lebih suka mendengarkan nubuat-nubuat yang manis (Mi 3,5,11)
3
Frommel, Bart, Teologi Perjanjian Lama 4, (Jakarta: Gunung Mulia, 2005) hlm 60
4
Ibid hlm 60
3
daripada yang pahit. Alangka gawatnya kahidupan seorang nabi yang
diberi tugas pemberitaan seperti Mikha.5
Kitab Mikha dapat dibagi atas empat bagian, yaitu pasal 1-3; 4 dan
5; 6:1-7:6; 7:7-20. Secara garis besar, susunan kitab Mikha memang agak
jelas. Pasal 1-3 berisi human dan acaman, pasal 4 dan 5 berisi kabar
keselamatan dan harapan. Pasal 6:1-7:6 berisi hukuman dan ancaman,
sedangkan dalam pasal 7:7-20 terdapat kabar keselamatan dan harapan
lagi. Mikha bernubuat pada zaman Raja Yotam, Ahas, dan Hizkia di
Yehuda. Melihat isi kitab Mikha, maka firman Tuhan yang terdapat dalam
Kitab Mikha ini bukanlah dari zaman Yotam, melainkan dari zaman Ahas
dan Hizkia. Sebab kenyataan-kenyataan di dalam Kitab Mikha adalah
sesuai dengan masa pemerintahan raja-raja tersebut. 6
Dalam kitab
Mikha 6:1-5 menceritakan mengenai Pengaduan, Tuntutan dan
Hukuman Tuhan terhadap Umat-Nya.
B. STRUKTUR
5
Ibid hlm 61
6
Pilon. P.K, Tafsiran Alkitab Mikha (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983) 12-16.
4
C. ANALISIS TAFSIR
5
bahwa pengaduan itu adalah mengenai gunung-gunung dan bukit-
bukit (tentang atau melawan gunung-gunung). Gunung-gunung dan
bukit-bukit di sini dipersalahkan karena di Israel tempat ini
berfungsi selaku tempat Ibadah berhala. Bnd Ul 12:2; 2 Rj 16:4; Yes
65:7; Yer 17:2. Mikha dipanggil untuk memperdengarkan suaranya
terhadap kultus berhala yang dipraktekkan oleh bagsa Yehuda di
gunung-gunung dan di bukit-bukit. Jelas bahwa yang sebenarnya
dituduh adalah bagsa Yehuda.7
7
Pilon. P.K, Tafsiran Alkitab Mikha (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983) 103-104.
6
dipanggil di sini, karena Yahwe menempelek umat perjanjiann-Nya
karena tidak tahu nerterima kasih dank arena tidak tetap percaya. 8
2. Pengaduan Tuhan (ayt 3-5)
Setelah Yesaya Mikha memanggil dan mempersiapkan gunung-
gunung dan bukit-bukit, mulailah ia menyampaiakan tuntutan Tuhan
atas apa yang telah diperbuat oleh umat Tuhan pada saat itu.
a). Pembukaan Pengaduan (ayat 3).
Melalui mulut Mikha, Tuhan sendirilah yang berkata. Bentuk
pengaduan itu bukanlah dalam bentuk tuduhan yang jelas, tetapi
semacam keluhan yang bertitik tolak dari kasih setia Tuhan. Latar
belakang pertanyaan-pertanyaan dalam ayat 3 ini adalah jelas, yaitu :
Umat Israel memutuskan hubungan dengan Tuhan melalui
perbuatannya yang jahat, sedangkan Tuhan sendiri tetap setia
terhadap perjanjian-Nya. UmatKu, apakah yang telah Kulakukan
kepadamu ? UmatKu menunjukkan kepada relasi erat antara Tuhan
dengan umat-Nya. Pengaduan ini mengingatkan orang kepada situasi,
dimana seorang suami ditinggalkan istri (bnd kitab nabi Hosea).
Pertanyaan ini cukup membuat kita terharu, karena diucapkan
berdasarkan kasih.
Pertanyaan yang dikemukaan itu bermaksud juga supaya
Bangsa Israel menyadari masa lampau mereka, teristimewa sadar
akan hubungan Tuhan dengan umatNya. Dengan apakah engkau telah
Kulelahkan ? Bangsa Israel, dalam hal memelihara hubungannya
dengan Tuhan, berkelakuan seolah-olah Tuhan telah memberikan
beban yang sangat berat kepada mereka, seolah-olah Tuhan telah
melelahkan umat-Nya (Bnd ay 6,7: bnd juga Yer 43:22-24 dimana
Tuhan membela diri terhadap tuduhan diam-diam bahwa Tuhan
melelahkan bangsa-Nya). Tuhan mengundang Israel untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tadi; apakah Tuhan benar-benar memberikan
beban kepada umat-Nya? Jawablah Aku ! di dalam Tuhan berperkara,
8
Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta : Yayasan Komunikasih Bina Kasih, 2012) 673
7
biarlah Israel sendiri memberikan kesaksian tentang relasinya dengan
Tuhan.
8
Beberapa penafsir memaksudkan Gilgal yang lain, yaitu yang
terletak dengan kota Sikhem (bnd Yos 9:6). Jikalau demikian maka
bangsa Israel harus ingat kepada peristiwa perebutan dan penaklukan
seluruh kanaan. Setidak-tidaknya peristiwa antara Sitim dan Gilgal
menggarisbawahi jawaban Bileam, yaitu bahwa bangsa Israel
diberkati. Tindakan Tuhan untuk membebaskan dan menyelamatkan
umat-Nya tidak berhenti, tetapi berlangsung terus-menerus.
D. IMPLIKASI
9
Baik itu dikaji dari agama manapun. Prosesnya berbeda dan cara
mendapatkannya berbeda. Ada satu kata yang mungkin secara status
atau posisi, agama selalu di diskusikan yaitu kata murtad. Melukiskan
kata murtad ini dengan meninggalkan keyakinan atau apa yang
dipercayai, ketika itu terjadi maka sangsi sosial adalah hal yang sangat
berat ditanggung bahkan kematianpun mengintai dimana-mana. 10
Konsep seperti ini yang mungkin sama dalam Mikha 6:1-5, yaitu sikap
umat Allah yang berpaling dari Allah sehingga Allah mengajukan
sebuah tuntutan.
Nubuat Mikha seolah-olah memperlihatkan ketidakmengertian
Allah terhadap perilaku Israel: "Umat-Ku, apakah yang telah
Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan?
Jawablah Aku! Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah
Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan
telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu"
(Mi. 6:3-4). Nada pengaduan Allah akan pelbagai perbuatan Israel
tampak getir. Terlihat nada heran karena Israel telah lupa akan
sejarah bangsanya sendiri.
Mikha menggambarkan gunung-gunung Israel, saksi-saksi
abadi sejarah penebusan umat Allah, sebagai hakim-hakim yang akan
mendengarkan pengaduan Allah melawan Israel. Pertanyaan Allah
kepada umat-Nya (Mikha 6:3) dapat diungkapkan ulang sebagai
berikut: `apa yang telah Kulakukan kepadamu sehingga membuat
engkau lelah dan bosan untuk taat kepada-Ku?' Apakah berhubungan
dengan Allah membuahkan beban berat bagi umat-Nya? Bukankah
berhubungan dengan Allah akan mengangkat seluruh beban umat-Nya
sebab Ia yang membebaskan, membimbing, melindungi, dan mengajar
umat-Nya? Itulah yang dilakukan Allah terhadap Israel. Allah telah
menebus Israel dari tanah perbudakan. Ia telah memberikan kepada
mereka pemimpin besar seperti Musa, Harun, dan Miryam. Ia juga
10
Desti Samarenna, “Makna kata Murtad dalam Ibrani 6:6” hlm 1
10
telah melindungi mereka dari serangan musuh-musuhnya dan
menuntun mereka melewati padang belantara menuju tanah
perjanjian (Mikha 6:4-5).
Israel agaknya lupa bahwa--dengan kuasa Tuhan--Bileam yang
awalnya berencana memberikan kutukan, ternyata malah memberkati
Israel. Bileam sendiri mengaku kepada Balak, bahwa dia tak sanggup
mengucapkan kata-kata kutukan kepada bangsa Israel. Bileam berkata
kepada Balak, "Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir,
adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan, sebab tidak
ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang
mempan terhadap Israel" (Bil. 23:22-23).
11
Riniwati, “Iman Kristen dalam Pergaulan Lintas Agama” dalam simpson, hlm 22-23
11
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
iii