Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Teori Culture Care Leininger


A. Sejarah Teori Culture Care
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin
dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia
adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi
social dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah
tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver. 
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine College,
Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan
pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit
medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi
seorang direktur pelayanan keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini
ia melanjutkan pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University” di Omaha. Tahun 1954
Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ”Chatolic University of
America” di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja pada ”College of Health” di Univercity of
Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M. S. N) pada program spesialis keperawatan
psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan psikiatri di
universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah
sakit milik universitas tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang diberi judul
”Basic Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan
secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger
menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang
mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan
dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi lainnya
sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan
keutuhan. 
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang
benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan
mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia
juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-
faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University of
Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya kemungkinan hubungan
antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung,
dorongan, solusi dari Mead, Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program
doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada
Universitas Washington.
Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area
yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat
Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut
selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari
kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait
dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan kesehatan. 
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus
mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya
telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan
manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong
banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan
menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan transkultural.
Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan bidang perawatan
transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama 4 dekade.
Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari
pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan
transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two
Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar
untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang mendasari

2
perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : concepts, theories,
research, and practise (1978)”, mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam
keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama dalam praktek
perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural
dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, meskipun berbeda. Teori dan
kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor
dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister dan
doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14
kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai
kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan keperawatan sebagai fokus
utama, bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah administrasi dan pendidikan komparatif,
teori-teori keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset
kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan
keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan tumbuh secara relevan
serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia 
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok
untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial
dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

3
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan
untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan
yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu
menghadapi rintangan dan kematian.

C. Teori Keperawatan Leininger


Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia mendefinsikan
keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap
menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh
masyarakat.
1. Definisi Teori Culture Care
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun
perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
b. “Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara langsung
dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok
didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
dalam menghadapi kematian.
c. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai,
keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang
memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan
tindakkan dalam pola hidup.
d. Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi
nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau
memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan

4
mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk
memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian.
e. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu kepada variabel-
variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di
dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian
bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
f. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu
pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan,
pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara
banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau
memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy
universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik
yang signifikan.
g. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan
serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang
bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan
individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara yang
menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang
agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
h. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau
alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang
hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.
i. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran
hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang
meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi , nilai budaya
dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan
berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
j. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

5
k. “Etnohistory” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau,
kejadian-kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi
yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam
jangka waktu yang panjang maupun pendek.
l. Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran kultural
dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan
dan keterampilan tradisonal untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi
tindakan untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang
lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk
menghadapi rintangan dan situasi kematian.
m. Sistem perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran,
transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan
dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional
biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
n. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok
untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan,
fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan
yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan
nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari
penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian.
p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan,
fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang
memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka
atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang
menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang profesional 
q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan,
fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk
mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola

6
perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang
dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk
membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang
dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan
dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan
kesehatan.

2. Asumsi Dasar Teori Culture Care


Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and universality yang
dikemakan ole Leininger :
a. “Care” adalah esensi keperawatan serta focus yang mempersatukan perbedaan sentral
dan dominan dalam suatu pelayanan.
b. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau aspek esensial unuk
memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan dan ketahanan, serta kemampuan
untuk enghadapi rinangan maupun kematian.
c. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan
holistic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan memprediksikan
fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.
d. Keperawatan traskultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi yang
memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan kelompok.
e. “Caring” yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati
dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa
perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
f. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk
perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada.
g. Setiap kebudayaan manusia memiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional
serta praktik professional yang bersifat budaya dan individual.

7
h. Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung
tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik,
pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
i. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, komunitas di dalam
lingkungannya.
j. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola,
ekspresi dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
k. Perbedaan dan persamaan perawatan cultural tetap berada diantara masyarakat tradisioal
dan professional pada setiap kebudayaan manusia.
l. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stress kultural merefleksikan kurangnya
pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan, rasa aman, tangung
jawab yang koggruen dengan kebudayaan.
m. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan intepretasi dan temuan yang
penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan komplek yang
berbeda.

3. Esensi Keperawatan dan Kesehatan


a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan kepetrawatan, nilai dan praktek
akan merefleksikan perbedaan kemampuan identifikasi dan praktek asuhan keperawatan
yang bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai iindividualisme yang tinggi dengan model independen
akan menunjukan tanda-tanda dari nilai dan praktek keperawatan diri, dimana
kebudayaan yang tidak memiliki nilai individualisme dan independen akan menunjukan
tanda terbatas dan praktek keperawatan diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan pemberi dan penerima
pelayanan praktek keperawatan , hasil yang diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan
lebih memuaskan.
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai caring dan non caring
mereka serta keyakinan terhadap ethnonursing.

8
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan perawatan profesional,
merupakan tanda dari konflik budaya antara pemberi pelayanan kesehatan profesional
dan klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan teknologi berbeda
secara kultural dan memiliki perbedaan terhadap hasil dalam pencapaian kesehatan dan
kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi merupakan tanda dari
depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan keperawatan
memiliki hasil dan makna berbeda dalam kebudayaan yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan lingkungan
memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek budaya untuk mencapai
kesejahteraan individu, keluarga dan kelompok.

4. Konsep Kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing;


concepts, theories and practices (1978 & 1995).
a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh
internal dan bersifat personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik,
genetic,stress dalam tubuh) lebih cenderung menggunakan teknik dan metode
keperawatan diri secara fisik dari pada melakukan perawatan berdasarkan budaya yang
memandang penyakit sebagai suatu keyakinan kultural dan ekstra personal serta
pengalaman budaya secara langsung.
b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring), memegang
peranan yang lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria.
c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring) cenderung
dilaksanakan oleh pria daripada wanita.
d. Klien (masyarakat umum/tradisional) yang membutuhkan pelayanan keperawatan
(caring), pertama sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak keluarga maupun
relasinya dalam mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan
kesehatan professional apabila orang-orang terdekatnya tidak mampu memeberikan
kondisi yang efektif, keadaan klien semakin memburuk atau jika terjadi kematian.

9
e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno caring activities),
yang memiliki keuntungan terapeutik bagi klien dan keluarganya, kurang dipahami oleh
kebanyakan perawat professional di Werstern.
f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka kebutuhan
pengobatan dan pelayanan dari petugas professional akan berkurang.
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional
mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek keperawatan.
h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat menyusun asuhan
keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan hasil yang tepat
sesuai dengan kebudayaan klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan
tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan
dan nilai budaya klien.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Culture Care


a. Kelebihan
1) Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang
berbeda.
2) Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3) Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4) Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5) Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan.
b. Kelemahan
1) Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.

10
2) Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

2.2 Sunrise Model ( Model Matahari Terbit)


A. Definisi Sunrise Model ( Model Matahari Terbit)
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit
sebagai lambang/symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini
dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang
membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi
dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan
secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis
hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya
mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak
pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh
terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan
sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa
yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk
memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta
penelitian ilmiah.
Leininger membuat model Sunrise untuk menjelaskan teorinya mengenai keragaman
asuhan budaya dan kesemestaan. Model ini menekankan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen struktur sosial, seperti teknologi, faktor keagamaan dan filosofis, sistem
sosial dan kekerabatan, nilai budaya, faktorlegal dan politis, faktor ekonomi, dan faktor
pendidikan. Faktor sosial ini disampaikan dalam lingkup lingkungan, ungkapan bahasa, dan
etnohistori.
Masing-masing sistem ini merupakan bagian dari struktur sosial masyarakat dimanapun ;
ungkapan, pola, dan praktik asuhan kesehatan juga merupakan bagian integral dari aspek struktur

11
sosial ini. Leininger menyajikan tiga model intervensi agar perawat dapat membantu masyarakat
dari budaya yang berbeda :
1. Pemeliharaan dan pelestarian asuhan budaya.
2. Akomodasi, negosiasi asuhan budaya atau kombinasi keduanya.
3. Restrukturisasi dan pemolaan kembali asuhan budaya.

Gambar Sunrise Model

B. Komponen Sunrise Model ( Model Matahari Terbit)


Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan
keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji
berupa persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.

12
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk
menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal
putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan
kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai
budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit,
sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
menunggu.
6. Faktor ekonomi (Economical Faktor)
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan.

13
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka
keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis
pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.

Peran perawat pada transcultural nursing ini adalah menjembatani antara sistem perawatan


yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan. Ekstensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger dengan gambar
seperti dibawah ini.
Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu merupakan prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2. Culture care accomodation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan
budaya fenomena ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
dan gaya hidup individu atau klien. 
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksikan atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien
ke arah yang lebih baik.

14

Anda mungkin juga menyukai