Anda di halaman 1dari 6

Makalah Hubungan Gizi dengan Penyakit Infeksi

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dietetika Penyakit Infeksi


Dosen pengampu: Bu Mira Mutiyani, S.Gz, M.Sc

Disusun oleh:

Diva Lestari P17331119021


Diina Maulyani P17331119027
Kelas : 2A-D3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN GIZI PROGRAM D-3
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul,
“Hubungan Gizi dengan Penyakit Infeksi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen Mira Mutiyani, S.Gz, M.Sc pada mata kuliah Dietetik pada Penyakit
Infeksi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pada para pembaca dan juga bagi penulis.

Cimahi, 4 Maret 2021

Penulis
A. Pengertian
Infeksi adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak batita yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan parasite. Sistem
kekebalan tubuh ada untuk melindungi inang dari agen lingkungan yang
berbahaya tertutama organisme pathogen.(2)

B. Hubungan Gizi dan Penyakit Infeksi


Gizi dan infeksi penyakit memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
beberapa askep(3.) Kurang gizi dapat mempengaruhi penyakit menular, jika penyakit
tidak dihentikan akan semakin parah sehingga dapat meningkatkan risiko kematian atau
cacat permanen. Penyakit infeksi berpotensi menyebabkan KEP (Kekurangan Energi
Protein). Penyakit diare, campak, dan ISPA kerap menghilangkan nafsu makan. Penyakit
saluran pencernaan yang sebagian muncul dalam bentuk muntah dan gangguan
penyerapan, menyebabkan hilangnya zat-zat gizi dalam jumlah besar. Percepatan
proses katabolisme meningkatkan kebutuhan sekaligus menambah kehilangan zat-zat
gizi . (1)
Sesuai kerangka teori WHO, bahwa timbulnya malnutrisi secara langsung
tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang, tetapi juga karena
adanya penyakit infeksi. Dengan gizi kurang, daya tahan tubuh akan menjadi
lemah dan memudahkan masuknya bibit penyakit. Sebaliknya, adanya penyakit
infeksi menyebabkan nafsu makan menurun sehingga asupan makanan kurang.
Beberapa factor dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan meyebabkan malnutrisi yaitu : (1) (4)

1. Anoreksia
Kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi dan melemahkan
kekebalan tubuh terhdap infeksi.
2. Perilaku tradisional juga dapat memperburuk malnutrisi dan infeksi.
Misalnya di beberapa masyarakat, orang yang mengalami demam
atau diare dilarang makan.
3. Penurunan absorpsi usus akibat infeksi usus dapat menurunkan
penyerapan protein,karbohidrat dan lemak. menurunnya absorbsi
pada usus halus, meningkatnya katabolisme, dan berkurangnya zat
gizi yang diperlukan untuk pembentukan jaringan dan pertumbuhan
4. Kerusakan metabolic : kehilangan protein selama infeksi dapat
meningkatkan kebutuhan protein makan.
Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat di butuhkan untuk
pertumbuhan . Protein berfungsi untuk membangun dan memelihara sel-sel serta
jaringan tubuh. Kekurangan protein pada balita dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan gangguan pertumbuhan. Manifestasi terburuk kekurangan
protein adalah terjadinya kwashiorkor. Protein berfungsi sebagai pembentuk
antibodi. Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada
kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang
menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan-bahan asing yang memasuki
tubuh. Dalam keadaan kekurangan protein, kemampuan tubuh untuk
menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan asing akan berkurang . (1)

Kecukupan gizi yang baik pada anak akan meningkatkan daya tahan
terhadap penyakit, anak yang mengalami kurang gizi akan mudah terkena
penyakit terutama penyakit infeksi. Hubungan infeksi dengan status gizi sangat
erat, demikian juga sebaliknya.(2)

C. Pengaruh Pola Makan Pada Perkembangan Sistem Imun Tubuh


Manusia

Jika pada masa kehamilan, terutama pada trimester pertama kehamilan ibu
mendapat cukup protein, vitamin, dan mineral, maka jaringan embrio akan
berkembang dengan sangat baik. Apabila janin berkembang cukup pesat, ia
akan memiliki berat dan ukuran normal. Berat badan normal janin merupakan
kriteria penting untuk kesehatannya. Malnutrisi janin memiliki efek yang tidak
menguntungkan pada perkembangan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem
kekebalan tidak berkembang secara efisien dalam periode ini, ia tidak dapat
bertahan melawan patogen di masa mendatang. Setelah lahir, ASI memberikan
vitamin dan mineral yang cukup untuk bayi yang dapat menjamin pertumbuhan
dan kesehatan bayi. Menyusui adalah langkah terpenting kedua untuk
mengembangkan sistem kekebalan yang kuat. Bayi malnutrisi yang tidak
menerima cukup protein dan vitamin rentan terhadap penyakit menular dan tidak
merespons vaksin dengan baik. Oleh karena itu nutrisi sangat penting untuk
memberikan kekebalan yang tinggi pada manusia terhadap patogen lingkungan.
(4)
Peran nutrisi untuk memberikan kekebalan yang kuat terhadap penyakit
menular telah banyak diteliti. Misalnya, telah ditunjukkan bahwa jika sekelompok
anak menerima makanan yang cukup dan kelompok anak yang lain menerima
vaksin tuberkulosis, mereka yang memiliki pola makan yang baik lebih sedikit
terkena tuberkulosis daripada mereka yang divaksinasi. Risiko terkena
tuberkulosis berkurang secara signifikan pada orang yang memiliki nutrisi sehat
dan telah divaksinasi.(3)

D. Pengaruh Malnutrisi pada Penyakit Infeksi

Di daerah yang kekurangan gizi protein, kontaminasi mikroba merupakan


masalah kesehatan dan mempengaruhi seluruh komunitas anak. Dalam
masyarakat miskin seperti itu, kekurangan vitamin A, yang merupakan salah satu
penguat sistem kekebalan yang penting, harus ditambahkan ke dalam makanan.
Kurangnya nutrisi, protein, dan Vitamin A yang menyebabkan penyakit infeksi di
berbagai negara miskin didunia.(7)

Sebagai salah satu contoh, sebuah penelitian dilakukan untuk menunjukkan


hubungan antara infeksi dan gizi buruk pada anak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak kurang gizi sering mengalami diare. Pada anak-anak ini, tingkat dan
tingkat keparahan diare tinggi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan langsung
antara derajat gizi buruk dan risiko diare. Dalam studi lain, pengaruh diare
dievaluasi pada bayi sejak lahir hingga usia 24 bulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan meningkat (sekitar 16%) untuk
setiap 5% peningkatan kejadian diare. Juga ditemukan bahwa frekuensi diare
memiliki hubungan variabel dengan pertumbuhan linier. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan di Kenya Barat (2005-2007), 1.146 anak yang dirawat di rumah
sakit dengan diare sedang hingga berat diperiksa. Ditemukan bahwa anak
dengan gizi buruk meninggal karena diare empat kali lebih banyak daripada anak
sehat.(6)

E. Kesimpulan

Gizi dan infeksi penyakit memiliki keterkaitan satu sama lain dalam beberapa
aspek. Kurang gizi dapat mempengaruhi penyakit menular, jika penyakit tidak
dihentikan akan semakin parah sehingga dapat meningkatkan risiko kematian
atau cacat permanen. Maka dari itu asupan gizi harus sangat diperhatikan agar
tidak terjadinya komplikasi penyakit apabila mengalami malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

(1) Abeng, A. T., Ismail, D., & Huriyati, E. (2014). Sanitasi, infeksi, dan status
gizi anak balita di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai
Kartanegara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(3), 159-168.
(2) Calder, P. C. (2020). Nutrition, immunity and COVID-19. BMJ Nutrition,
Prevention & Health, 3(1), 74.
(3) Ezenwa BN, Ezeaka VC. Is canscore a good indicator of fetal malnutrition
in preterm newborn. Alexandria J Med 2017;54:57-61.
(4) Farhadi, S., & Ovchinnikov, R. S. (2018). The relationship between
nutrition and infectious diseases: A review. Biomedical and Biotechnology
Research Journal (BBRJ), 2(3), 168.
(5) Kim DE, Jang MJ, Kim YR, Lee JY, Cho EB, Kim E, et al. Prediction of
drug-induced immune-mediated hepatotoxicity using hepatocyte-like cells
derived from human embryonic stem cells. Toxicology 2017;387:1-9
(6) O'Reilly CE, Jaron P, Ochieng B, Nyaguara A, Tate JE, Parsons MB, et
al. Risk factors for death among children less than 5 years old
hospitalized with diarrhea in rural Western Kenya, 2005-2007: A cohort
study.
(7) Sanson G, Bertocchi L, Dal Bo E, Di Pasquale CL, Zanetti M. Identifying
reliable predictors of protein-energy malnutrition in hospitalized frail older
adults: A prospective longitudinal study. Int J Nurs Stud 2018;82:40-8.

Anda mungkin juga menyukai