Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA PASIEN HYPERTENSI
DENGAN THERAPY KOMPLEMENTER JUS BELIMBING

OLEH:
ENDAH WIJININGSIH
195140037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2020
Nama Mahasiswa : ENDAH WIJININGSIH
Nim : 195140037
Periode : TAHUN 2020
Alamat : Jl.AMD XII NO.52 RT 09 RW 02
KP. MAKASAR JAKARTA TIMUR

Pembimbing :1. Ns.Fajar Susanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom


2. Ns. Samsuni, M.Kep., Sp.Kep.Kom
3. Ns.Iif Fitriyah, S.Kep

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
( Padila, 2012)
Keluarga merupakan salah satu elemen terkecil dari masyarakat. Keberadaan keluarga
dalam masyarakat akan menentukan perkembangan masyarakat. Keluarga menjadi tempat sentral
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, sehingga keluarga menjadi slah satu aspek
terpenting dari keperawatan. Secara empiris disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat , akan tetapi hingga saat ini masih
sangat sedikit perhatian yang diberikan pada keluarga sebagai obyek dari studi yang sistematis
dalam bidang keperawatan. Keluarga di Indonesia mengalami masalah pada pertumbuhan dan
perkembangan keluarga serta masalah keluarga yang beresiko ataupun rentan terhadap
permasalahan kesehatan. Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap –tahap yang dapat di
prediksi seperti halnya individu – individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
secara terus menerus ( Susanto, 2012 )
Perkembangan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal
Asuhan Keperawatan Keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
( WHO, 2014 ).
Hipertensi diakui sebagai penyakit yang beresiko menyebabkan penyakit jantung, stroke,
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, dan demensia (National Institute for Health and Care
Excellence (NICE), 2011). Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, hal ini terjadi karena
penyakit tersebut tidak memiliki gejala yang khas yang disadari oleh penderitan. Seseorang yang
telah didiagnosa hipertensi maka akan selamanya dalam kondisi hipertensi, jika faktor pencetusnya
tidak dikendalikan. Hipertensi yang tidak segera ditangani juga dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah di otak yang dapat menjadi penyebab stroke, dapat juga menyebabkan gagal ginjal,
kebutaan, dan gangguan kognitif (WHO, 2013).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi (Pudiastuti, 2013). Hipertensi
adalah hasil pengukuran darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg
(Riskesdas, 2018).Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang jauh lebih
sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
beberapa faktor yang efek-efek kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang
meliputi 5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau
sistem tubuh (Rezky R, dkk 2015).
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, di prediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia
terkena hipertensi. Hipertensi nasional berdasarakan Riskesdas sebanyak 25,8%, Prevalensi
hipertensi di provinsi Sumatera Barat menunjukan sudah mencapai sebesar 22,6 %. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 menyebutkan hipertensi menempati urutan tertinggi
dengan jumlah penderita 31.760 orang. Angka kejadian hipertensi ini di lihat dari 23 puskesmas
yang ada di kota padang ( Riskesdas, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan Hipertensi secara
komprehensif sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memahami konsep teori keluarga dan hipertensi.
b. Penulis mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada keluarga dengan masalah
hipertensi.
c. Penulis mampu merumuskan masalah atau diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
masalah hipertensi.
d. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah
hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan implementasi pada keluarga dengan masalah hiprtensi.
f. Penulis mampu membuat evaluasi pada keluarga dengan masalah hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak,
2012). Menurut Duvall dalam Mubarak (2012), keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan –ikatan kebersamaan serta
ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
( Friedman, 2014 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan Depkes RI ( 2014 dalam Effendy, 2014 )
WHO (1969) definisi keluarga adalah rumah tangga yang saling berhubungan melaui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan
darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama
lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan
bersama.

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran, struktur
kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak, 2012) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan emosi,
konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau
merubah perilaku orang lain: legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya
tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu
berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

3. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, rumah atau rumah tangga.

4. Tipe Keluarga
Mubarak (2012) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi)
c. Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
d. Niddle Age/Aging Couple: Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear: Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satu bekerja di luar rumah.
f. Single Parent: Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
g. Dual Carrier: Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
h. Commuter Married: Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult: Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
j. Three Generation: Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional: Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
l. Comunal: Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage: Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
n. Unmaried Parent and Child: Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
o. Cohibing Couple: Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

5. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan
unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang
ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran
sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan
angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial,
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion
& Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut
sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi
ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas
perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki
beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima
orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-
saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat
rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus
aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya
pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini
juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan
keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utamapada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk meberikan tanggung
jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa mudah. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan
semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi
orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas
perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang tua dan
anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama lain.
f. Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa atau Pelepasan (launching center families)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir
dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan
keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-
siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Usia Lanjut dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu
atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan
kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah setelah
individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik.

8. Tujuan Dasar Keluarga


a. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap
anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial
spiritual
c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya .

9. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama
untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan
rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan yang
dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya
terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.

10. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan
keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh
keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga
adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-keluarga yang
tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
 Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
 Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
 Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
 Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
 Menderita kekurangan gizi (anemia).
 Menderita hipertensi.
 Primipara dan Multipara.
 Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
 Lahir prematur (BBLR).
 Berat badan sukar naik.
 Lahir dengan cacat bawaan.
 ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
 Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
 Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
 Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan.
 Ada anggota keluarga yang sering sakit
 Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.

B. KONSEP PENYAKIT
Konsep Penyakit Hipertensi

1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi

tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.price).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alcohol, dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan esterogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1). Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2). Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensis pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:


N Kategori Sistolik Diastolik (mmhg)
o (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer. (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron
yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan darah arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:


a. Mengeluh sakit kepala, pusing e. Mual
b. Lemas, kelelahan f. Muntah
c. Sesak nafas g. Epistakis
d. Gelisah h. Kesadaran menurun

5. Pemerikasaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. 5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

6. Penatalaksanaan Medis (Tindakan, Obat-Obatan)


Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
2. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
6. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah
raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
7. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
o Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
o Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
o Dosis obat pertama dinaikkan
o Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
o Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Caantagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh
o Obat ke 2 diganti
o Ditambah obat ke 3 jenis lain
4) Step 4: Alternatif pemberian obatnya
o Ditambah obat ke 3 dan ke 4
o Re-evaluasi dan konsultasi
o Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :
 a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya.
 Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
 Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas.
 Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
 Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah.
 Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari.
 Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi.
 Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal.
 Usahakan biaya terapi seminimal mungkin.
 Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
 Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
 Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

7. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak (stroke)
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung

C. ASUHAN KEPERAWATAN
Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga. Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2016).
Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan klien perawat atau
penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya
unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan menentukan
keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2017).

Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat (Bronfenbrenner, 1979 dalam
Friedman, 2017). Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga dan masyarakat yang sehat.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga
(Friedman, 2017). Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu
dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan
asuhan keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial
serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.
Pengumpulan data
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke
kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan
pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik darikepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
2.Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala- kendala mengapa tugasperkembangan tersebut belum
terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
termasuk status simunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suamidan istri.
3. Data lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah ruangan, jenis ruang,
jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda cat
yang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
4. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik
dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
b) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, penghargaan, hukuman, sertamemberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).

c) Fungsi keperawatan
o Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga,
pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga
(Friedman, 2010).
o Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa: keluarga mengkaji
status kesehatan, masalah kesehatan yangmembuat kelurga rentan terkena sakit dan
jumlah kontrol kesehatan(Friedman, 2010).
o Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yangdikonsumsi, cara
menyiapkan makanan, banyak makanan yangdikonsumsi perhari dan kebiasaan
mengkonsumsi makanankudapan (Friedman, 2010).
o Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yangdilakukan dalam
memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan
keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
o Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah
makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak, apa
rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga
dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
e) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhisandang, pangan, papan,
menabung, kemampuan peningkatan statuskesehatan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yangdigunakan sama
dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
6. Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan
kesehatan.
7. Stres dan Koping Keluarga
a) Stresor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam
bulan
b) Stresor jangka panjang
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam
bulan
c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
d) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres
e) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres.

Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons
manusia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok
dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status
kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2016). Diagnosis keperawatan keluarga
dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang
diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau potensial atau
diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis
Association) 2012-2014.
Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang mengelompokkan data
subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah
keperawatan. Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis keperawatan meliputi:
Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.

Secara teoritis masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien Hipertensi adalah sebagai
berikut :
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
4. Risiko jatuh
5. Konflik pengambilan keputusan tentang penyakit Hipertensi Menentukan Prioritas Masalah
Keperawatan Keluarga.
Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman,
2017).
No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah
Skala: 3
a. Aktual 2 1
b. Resiko 1
c. Potensial
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: 3
a. dengan mudah 2 2
b. hanya sebagian 0
c. tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
a. tinggi 3 1
b.cukup 2
c. rendah 0
4 Menonjolnya masalah Skala:
a. Masalah berat harus ditangani
3
b. Masalah yang tidsk perlu segera ditangani 2 1
c. Masalah tidak dirasakan
0
Total 5

Skoring = skor x Bobot


Angkat tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga


Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

 Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
 Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya
faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya
perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.
 Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan
dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
 Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga.

Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum
dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2017). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2
tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2016). Langkah pertama
yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan
jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas
keluarga.

Implementasi Keperawatan Keluarga


Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis
yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas
kesehatan keluarga menurut Friedman, 2017), yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan
endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan
lingkungan dengan seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan.
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya
keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga
dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan upaya
untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil
tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai
perbaikan. Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :
a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan.
b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya
c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan dalam
pelaksanan tindakan keperawatan
d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan dari
tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 2008)
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah
terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang
spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan
secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, 2017).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2013) :
 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
obyektif.
 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan

nanda nic-noc edisi revisi jilid 1. yogyakarta: MediAction publishing.

Bakri,MH.2018.Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Mahardika:Yogyakarta

Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &

Praktik. Jakarta : EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mubarrak,Wagit Iqbal., Nurul Chayatin dan Bambang Adi Santoso. 2012. Ilmu

Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku 2. Jakarta: Salemba

Medika.

Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan

Transtruktual. Jakarta : EGC.


Asuhan Keperawatan Keluarga Ny W Dengan Hipertensi
di Kelurahan Cipinang Muara
Jakarta Timur

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Pembahasan : Hipertensi


Sub pokok bahasan : Pengertian, Tanda, Gejala, Penyebab, Perawatan Pengobatan,
Komplikasi, Dan Tips Memudahkan Minum Obat Hipertensi
Dan Apa Yang Harus Dilakukan Penderita Hipertensi.
Sasaran : Keluarga Ny W
Hari/Tanggal :
Waktu : 30 Menit
Tempat :
Pemberi penyuluhan :

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Ny.W dan keluarga mampu mengerti
dan memahami tentang hipertensi.

B. Tujuan Khusus
Ny. W dan keluarga mampu :
1 Menyebutkan pengertian hipertensi
2 Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3 Menyebutkan penyebab hipertensi
4 Menyebutkan komplikasi hipertensi.
5 Menyebutkan Tips memudahkan minum obat hipertensi.
6 Menyebutkan Apa yang harus dilakukan penderita hipertensi

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian hipertensi
2. Tanda dan gejala hipertensi
3. Penyebab hipertensi
4. Komplikasi hipertensi.
5. Tips memudahkan minum obat hipertensi
6. Apa yang harus dilakukan penderita hipertensi

D. Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya jawab

E. Media
 Lembar balik
 leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu

A. Pendahuluan
1. Memberi salam Menjawab salam 5 Menit
2. Memperkenalkan diri Menyimak
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Menyimak

B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menjelaskan Penyebab Hipertensi Menyimak 20 Menit
3. Menjelaskan Tanda dan Gejala Hipertensi Menyimak
4. Menjelaskan Apa yang harus dilakukan Menyimak
penderita hipertensi
5. Menjelaskan komplikasi hipertensi. Menyimak
6. Menjelaskan Tips memudahkan minum obat dan bertanya
hipertensi. Menyimak
Menyimak
C. Penutup
1. Menyimpulkan Materi penyuluhan Menyimak dan 5 Menit
2. Memberikan evaluasi secara lisan menjawab evaluasi
3. Mengucapkan salam

G. Evaluasi
a) Coba ibu jelaskan apa yang di maksud Hipertensi atau darah tinggi!
b) Coba ibu sebutkan 3 Penyebab hipertensi !
c) Coba ibu sebutkan tanda dan gejala hipertensi!
d) Coba ibu sebutkan 3 perawatan dan pengobatan hipertensi!
e) Coba ibu sebutkan 3 komplikasi pada hipertensi!
f) Coba ibu sebutkan tips memudahkan minum obat hipertensi.
Asuhan Keperawatan Keluarga Ny W Dengan Hipertensi
di Kelurahan Cipinang Muara
Jakarta Timur

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Pembahasan : Diet Hipertensi


Sub pokok bahasan : Prinsip Diet Hipertensi, Manfaat diet Hipertensi,Makanan
Yang dianjurkan dan makanan yang tidak dianjurkan.
Sasaran : Keluarga Ny. W
Hari/Tanggal : Rabu 15 April 2020.
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Hemodialisa RSUD Budhi Asih Jakarta Timur.
Pemberi penyuluhan : Emmi Br Ginting, S.Kep

H. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Ny.W dan keluarga mampu mengerti
dan memahami tentang diet pada penderita hipertensi.

I. Tujuan Khusus
Ny W dan keluarga mampu :
7 Memahami Prinsip diet hipertensi
8 Memahami manfaat diet hipertensi
9 Memahami Makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi
10 MemahamiMakanan yang tidak dianjurkan pada penderita hipertensi

J. Materi Pembelajaran
1 Prinsip diet Hipertensi
2 Manfaat diet hipertensi
3 Makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi
4 Makanan yang tidak dianjurkan pada penderita hipertensi.
K. Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya jawab

L. Media
 Lembar balik
 Leaflet

M. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu

D. Pendahuluan
1. Memberi salam Menjawab salam 5 Menit
2. Memperkenalkan diri Menyimak
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Menyimak
E. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan prinsip diit Hipertensi.
2. Menjelaskan manfaat diit Hipertensi Menyimak
3. Menjelaskan Makanan yang dianjurkan pada Menyimak 20 Menit
penderita Hipertensi. Menyimak
4. Menjelaskan Makanan yang tidak
dianjurkan pada penderita hipertensi. Menyimak
5. Menjelaskan contoh menu untuk penderita dan bertanya
hipertensi Menyimak
F. Penutup
1. Menyimpulkan Materi penyuluhan
2. Memberikan evaluasi secara lisan Menyimak dan 5 Menit
3. Mengucapkan salam menjawab evaluasi

N. Evaluasi
g) Coba ibu sebutkan prinsip diet Hipertensi!
h) Coba ibu sebutkan manfaat diet hipertensi!
i) Coba ibu sebutkan makanan yang dianjurkan pada penderita Hipertensi !
j) Coba ibu sebutkan makanan yang tidak dianjurkan pada penderita Hipertensi
Lampiran Materi
Hipertensi

A. Pengertian Hipertensi
Diet hipertensi adalah diit bagi penderita hipertensi yang ditunjukkann untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menujuu normal.

B. Prinsip diet
Prinsip diet pada penderita hipertensi
 Makan beraneka macam dan gizi seimbang
 Jenis dan komposisi makan di sesuaikan dengan penderita
 Jumlah garam di batasi sesuai dengan kesehatan penderita dan makanan daftar diet
 Mengkonsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh /hari atau lain dapat
menggunakan garam lain di luar natrium.

C. Tujuan diet Hipertensi


a. Membantu menurunkan tekanann darah
b. Membantu menghilangkan atau menghindari penimbunan cairan dalam tubuh atau bengkak

D. Pengaturan makan
Makanan yang harus di hindari dan di batasi yaitu :
 Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal, paru, minyak kelapa, dan gajih)
 Makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, creker, keripik dan
makan kering dan asin)
 Makanan dan minumam dalam kaleng (sardren, sosis, cornet, sayuran serta buah dalm
kaleng)
 Makan yang diawetkan( dendeng, asinan, abon, pndang, udang keripik kentang, telur asin,
dan selai kacang)
 Susu full crem, mentega, keju, mayones, serta sumber hewani yang tinggi kolesterol seperti
daging merah ( sapi/ kambing) kuning telur /kulit
 Bumbu seperti kecap ,meji, terasi, saos tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu penyedap
 Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, dan tape.
E. Cara mengatur diet hipertensi
1. Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambahkan gula merah, gula pasir, bawang merah,
bawang putih, jahe, kencur, daun salam dan bumbu yang tidak mengandung atau sedikit garam
2. Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang walaupun tanpa garam

F. Contoh menu untuk penderita hipertensi


Contoh Menu Penderita Hipertensi
1 Sarapan pagi
- 1 potong (40 gr) telur dadar
- 1 picin (199 gr) tumis kacang panjang
- 1 piring (100 gr) nasi

2 Selingan pukul 10.00 WIB


- 1 mangkok bubur kacang hijau
- 1 potong (100gr) papaya

3 Makan siang
- 1 piring (100 gr) nasi
- 1 potong (50 gr) tempe bacem
- 1 potong (50 gr) daging bumbu tomat
- 1 mangkok sayuran sop
- 1 potong (100 gr) papaya

4 Makan malam
- 1 piring (100 gr) nasi
- 1 ekor (75 gr) lele goring
- 1 porsi lalapan daun atau sayur
- 1 sendok makan (20 gr) sambal tomat
- 1 buah (100gr) pisang ambon.
CONTOH MENU MAKANAN PADA PENDERITA HIPERTENSI

Waktu Bahan Makanan Contoh Menu Berat Ukuran rumah Tingga


Pagi Karbohidrat Nasi Putih 100 gram ¼ gelas belimbing
Lauk hewani Telor mata sapi 50 gram 1 butir
Sayur Sayur bening 5 gram 1 mangkok
Minyak 1 masakan 5 gram 1 sendok teh
10.00 snack Bubur kacang hijau 25 gram 1 cangkir
Siang Karbohidrat Nasi putih 200 gram 1/2gelas belimbing
Lauk hewani Ayam bakar 50 gram 1 potong sedang
Lauk nabati Tempe goreng 50 gram 1 potong sedang
Sayur Sayur asem 10 gram 1 mangkok
Minyak 2 masakan 110 gram 2 sendok teh
16.00 Buah Jus jambu 200 gram 1 gelas
Malam Karbohidrat Nasi putih 100 gram ½ gelas
Lauk hewani Kakap 50 gram 1 potong besar
Lauk nabati Tahu goreng 50 gram 2 potong
Sayur minyak Sup sayuran 75 gram 1 mangkok
melon 180 gram 1 potong

Anda mungkin juga menyukai