ASKEP Keluarga
ASKEP Keluarga
OLEH:
ENDAH WIJININGSIH
195140037
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
( Padila, 2012)
Keluarga merupakan salah satu elemen terkecil dari masyarakat. Keberadaan keluarga
dalam masyarakat akan menentukan perkembangan masyarakat. Keluarga menjadi tempat sentral
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, sehingga keluarga menjadi slah satu aspek
terpenting dari keperawatan. Secara empiris disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat , akan tetapi hingga saat ini masih
sangat sedikit perhatian yang diberikan pada keluarga sebagai obyek dari studi yang sistematis
dalam bidang keperawatan. Keluarga di Indonesia mengalami masalah pada pertumbuhan dan
perkembangan keluarga serta masalah keluarga yang beresiko ataupun rentan terhadap
permasalahan kesehatan. Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap –tahap yang dapat di
prediksi seperti halnya individu – individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
secara terus menerus ( Susanto, 2012 )
Perkembangan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal
Asuhan Keperawatan Keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
( WHO, 2014 ).
Hipertensi diakui sebagai penyakit yang beresiko menyebabkan penyakit jantung, stroke,
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, dan demensia (National Institute for Health and Care
Excellence (NICE), 2011). Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, hal ini terjadi karena
penyakit tersebut tidak memiliki gejala yang khas yang disadari oleh penderitan. Seseorang yang
telah didiagnosa hipertensi maka akan selamanya dalam kondisi hipertensi, jika faktor pencetusnya
tidak dikendalikan. Hipertensi yang tidak segera ditangani juga dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah di otak yang dapat menjadi penyebab stroke, dapat juga menyebabkan gagal ginjal,
kebutaan, dan gangguan kognitif (WHO, 2013).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi (Pudiastuti, 2013). Hipertensi
adalah hasil pengukuran darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg
(Riskesdas, 2018).Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang jauh lebih
sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
beberapa faktor yang efek-efek kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang
meliputi 5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau
sistem tubuh (Rezky R, dkk 2015).
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, di prediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia
terkena hipertensi. Hipertensi nasional berdasarakan Riskesdas sebanyak 25,8%, Prevalensi
hipertensi di provinsi Sumatera Barat menunjukan sudah mencapai sebesar 22,6 %. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 menyebutkan hipertensi menempati urutan tertinggi
dengan jumlah penderita 31.760 orang. Angka kejadian hipertensi ini di lihat dari 23 puskesmas
yang ada di kota padang ( Riskesdas, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan Hipertensi secara
komprehensif sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memahami konsep teori keluarga dan hipertensi.
b. Penulis mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada keluarga dengan masalah
hipertensi.
c. Penulis mampu merumuskan masalah atau diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
masalah hipertensi.
d. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah
hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan implementasi pada keluarga dengan masalah hiprtensi.
f. Penulis mampu membuat evaluasi pada keluarga dengan masalah hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak,
2012). Menurut Duvall dalam Mubarak (2012), keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan –ikatan kebersamaan serta
ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
( Friedman, 2014 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan Depkes RI ( 2014 dalam Effendy, 2014 )
WHO (1969) definisi keluarga adalah rumah tangga yang saling berhubungan melaui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan
darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama
lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran, struktur
kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak, 2012) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan emosi,
konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau
merubah perilaku orang lain: legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya
tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu
berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
3. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, rumah atau rumah tangga.
4. Tipe Keluarga
Mubarak (2012) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi)
c. Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
d. Niddle Age/Aging Couple: Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear: Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satu bekerja di luar rumah.
f. Single Parent: Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
g. Dual Carrier: Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
h. Commuter Married: Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult: Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
j. Three Generation: Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional: Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
l. Comunal: Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage: Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
n. Unmaried Parent and Child: Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
o. Cohibing Couple: Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
5. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan
unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang
ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran
sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan
angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial,
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.
B. KONSEP PENYAKIT
Konsep Penyakit Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alcohol, dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan esterogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1). Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2). Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensis pembuluh darah perifer.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer. (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron
yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan darah arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
5. Pemerikasaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. 5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
7. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak (stroke)
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga. Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2016).
Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan klien perawat atau
penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya
unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan menentukan
keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2017).
Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat (Bronfenbrenner, 1979 dalam
Friedman, 2017). Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga dan masyarakat yang sehat.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga
(Friedman, 2017). Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu
dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan
asuhan keperawatan dan evaluasi.
c) Fungsi keperawatan
o Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga,
pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga
(Friedman, 2010).
o Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa: keluarga mengkaji
status kesehatan, masalah kesehatan yangmembuat kelurga rentan terkena sakit dan
jumlah kontrol kesehatan(Friedman, 2010).
o Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yangdikonsumsi, cara
menyiapkan makanan, banyak makanan yangdikonsumsi perhari dan kebiasaan
mengkonsumsi makanankudapan (Friedman, 2010).
o Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yangdilakukan dalam
memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan
keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
o Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah
makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak, apa
rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga
dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
e) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhisandang, pangan, papan,
menabung, kemampuan peningkatan statuskesehatan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yangdigunakan sama
dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
6. Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan
kesehatan.
7. Stres dan Koping Keluarga
a) Stresor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam
bulan
b) Stresor jangka panjang
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam
bulan
c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
d) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres
e) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres.
Secara teoritis masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien Hipertensi adalah sebagai
berikut :
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
4. Risiko jatuh
5. Konflik pengambilan keputusan tentang penyakit Hipertensi Menentukan Prioritas Masalah
Keperawatan Keluarga.
Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman,
2017).
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah
Skala: 3
a. Aktual 2 1
b. Resiko 1
c. Potensial
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: 3
a. dengan mudah 2 2
b. hanya sebagian 0
c. tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
a. tinggi 3 1
b.cukup 2
c. rendah 0
4 Menonjolnya masalah Skala:
a. Masalah berat harus ditangani
3
b. Masalah yang tidsk perlu segera ditangani 2 1
c. Masalah tidak dirasakan
0
Total 5
Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya
faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya
perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.
Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan
dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga.
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Mubarrak,Wagit Iqbal., Nurul Chayatin dan Bambang Adi Santoso. 2012. Ilmu
Medika.
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Ny.W dan keluarga mampu mengerti
dan memahami tentang hipertensi.
B. Tujuan Khusus
Ny. W dan keluarga mampu :
1 Menyebutkan pengertian hipertensi
2 Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3 Menyebutkan penyebab hipertensi
4 Menyebutkan komplikasi hipertensi.
5 Menyebutkan Tips memudahkan minum obat hipertensi.
6 Menyebutkan Apa yang harus dilakukan penderita hipertensi
C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian hipertensi
2. Tanda dan gejala hipertensi
3. Penyebab hipertensi
4. Komplikasi hipertensi.
5. Tips memudahkan minum obat hipertensi
6. Apa yang harus dilakukan penderita hipertensi
D. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
E. Media
Lembar balik
leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
A. Pendahuluan
1. Memberi salam Menjawab salam 5 Menit
2. Memperkenalkan diri Menyimak
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Menyimak
B. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menjelaskan Penyebab Hipertensi Menyimak 20 Menit
3. Menjelaskan Tanda dan Gejala Hipertensi Menyimak
4. Menjelaskan Apa yang harus dilakukan Menyimak
penderita hipertensi
5. Menjelaskan komplikasi hipertensi. Menyimak
6. Menjelaskan Tips memudahkan minum obat dan bertanya
hipertensi. Menyimak
Menyimak
C. Penutup
1. Menyimpulkan Materi penyuluhan Menyimak dan 5 Menit
2. Memberikan evaluasi secara lisan menjawab evaluasi
3. Mengucapkan salam
G. Evaluasi
a) Coba ibu jelaskan apa yang di maksud Hipertensi atau darah tinggi!
b) Coba ibu sebutkan 3 Penyebab hipertensi !
c) Coba ibu sebutkan tanda dan gejala hipertensi!
d) Coba ibu sebutkan 3 perawatan dan pengobatan hipertensi!
e) Coba ibu sebutkan 3 komplikasi pada hipertensi!
f) Coba ibu sebutkan tips memudahkan minum obat hipertensi.
Asuhan Keperawatan Keluarga Ny W Dengan Hipertensi
di Kelurahan Cipinang Muara
Jakarta Timur
H. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Ny.W dan keluarga mampu mengerti
dan memahami tentang diet pada penderita hipertensi.
I. Tujuan Khusus
Ny W dan keluarga mampu :
7 Memahami Prinsip diet hipertensi
8 Memahami manfaat diet hipertensi
9 Memahami Makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi
10 MemahamiMakanan yang tidak dianjurkan pada penderita hipertensi
J. Materi Pembelajaran
1 Prinsip diet Hipertensi
2 Manfaat diet hipertensi
3 Makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi
4 Makanan yang tidak dianjurkan pada penderita hipertensi.
K. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
L. Media
Lembar balik
Leaflet
M. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
D. Pendahuluan
1. Memberi salam Menjawab salam 5 Menit
2. Memperkenalkan diri Menyimak
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Menyimak
E. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan prinsip diit Hipertensi.
2. Menjelaskan manfaat diit Hipertensi Menyimak
3. Menjelaskan Makanan yang dianjurkan pada Menyimak 20 Menit
penderita Hipertensi. Menyimak
4. Menjelaskan Makanan yang tidak
dianjurkan pada penderita hipertensi. Menyimak
5. Menjelaskan contoh menu untuk penderita dan bertanya
hipertensi Menyimak
F. Penutup
1. Menyimpulkan Materi penyuluhan
2. Memberikan evaluasi secara lisan Menyimak dan 5 Menit
3. Mengucapkan salam menjawab evaluasi
N. Evaluasi
g) Coba ibu sebutkan prinsip diet Hipertensi!
h) Coba ibu sebutkan manfaat diet hipertensi!
i) Coba ibu sebutkan makanan yang dianjurkan pada penderita Hipertensi !
j) Coba ibu sebutkan makanan yang tidak dianjurkan pada penderita Hipertensi
Lampiran Materi
Hipertensi
A. Pengertian Hipertensi
Diet hipertensi adalah diit bagi penderita hipertensi yang ditunjukkann untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menujuu normal.
B. Prinsip diet
Prinsip diet pada penderita hipertensi
Makan beraneka macam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makan di sesuaikan dengan penderita
Jumlah garam di batasi sesuai dengan kesehatan penderita dan makanan daftar diet
Mengkonsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh /hari atau lain dapat
menggunakan garam lain di luar natrium.
D. Pengaturan makan
Makanan yang harus di hindari dan di batasi yaitu :
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal, paru, minyak kelapa, dan gajih)
Makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, creker, keripik dan
makan kering dan asin)
Makanan dan minumam dalam kaleng (sardren, sosis, cornet, sayuran serta buah dalm
kaleng)
Makan yang diawetkan( dendeng, asinan, abon, pndang, udang keripik kentang, telur asin,
dan selai kacang)
Susu full crem, mentega, keju, mayones, serta sumber hewani yang tinggi kolesterol seperti
daging merah ( sapi/ kambing) kuning telur /kulit
Bumbu seperti kecap ,meji, terasi, saos tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu penyedap
Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, dan tape.
E. Cara mengatur diet hipertensi
1. Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambahkan gula merah, gula pasir, bawang merah,
bawang putih, jahe, kencur, daun salam dan bumbu yang tidak mengandung atau sedikit garam
2. Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang walaupun tanpa garam
3 Makan siang
- 1 piring (100 gr) nasi
- 1 potong (50 gr) tempe bacem
- 1 potong (50 gr) daging bumbu tomat
- 1 mangkok sayuran sop
- 1 potong (100 gr) papaya
4 Makan malam
- 1 piring (100 gr) nasi
- 1 ekor (75 gr) lele goring
- 1 porsi lalapan daun atau sayur
- 1 sendok makan (20 gr) sambal tomat
- 1 buah (100gr) pisang ambon.
CONTOH MENU MAKANAN PADA PENDERITA HIPERTENSI