Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENGGUNAAN APD SAAT

MEMASANG INFUS DI IGD

TRIMESTER I

RUMAH SAKIT NUR ROHMAH


2016
RUMAH SAKIT
NUR ROHMAH
JL. WONOSARI – YOGYA KM. 7
BANDUNG, PLAYEN, GUNUNGKIDUL
TELP. (0274-394574)

LAPORAN

MONITORING PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PEMASANGAN INFUS

TRIMESTER I

A. PENDAHULUAN
1. Umum
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di
rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak
awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga
elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan berbagai macam program
regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan
Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui,
pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD)
(Dep Kes R.I 2006).
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat kesematan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri merupakan cara
penting untuk mencegah kecelakaan kerja (OSHC,2010).
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam
tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving
seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu
keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan
dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. (Maria
Susiati,2008)
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan
petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling
penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti
antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari
kontaminasi silang. (Bagg, Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001).
Teknik evaluasi Formulir monitoring yang terisi setiap tiga bulan
dikumpulkan dan ditabulasi dijumlahkan jawaban Ya dibagi total indikator
(Ya+Tidak) hasilnya di persentase.
JUMLAH = Jawaban Ya X 100%
Jawaban Ya dan Tidak
Kemudian discoring sebagai berikut;
a. Nilai di bawah <60 kurang baik
b. Nilai 71-86 cukup baik
c. Nilai > 87 baik sekali

2. Maksud dan Tujuan


Memonitoring dan mengevaluasi proses penggunaan APD (Sarung tangan)
pada tindakan pemasangan infus di Unit Gawat Darurat.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan ini meliputi Petugas Medis/Perawat di Istalasi Gawat
Darurat.

4. Dasar
Program kerja Tim PPI yang disusun 2015

B. PROGRAM KERJA
Kegiatan yang dilakukan dalam rangkam enjalankan program kerja PPI RS
Nur Rohmah ialah :
1. Sosialisasi SPO pemasangan infus.
2. Sosialisasi pentingnya Safety dalam memasang infus.
3. Kegiatan ini juga dimasukan dalam kegiatan diklat keperawatan. Evaluasi
dilakukan oleh Tim PPI Rumah Sakit Nur Rohmah.
C. WAKTU EVALUASI
Monitoring dan evaluasi proses pemakaian APD saat memasang infus telah
dilakukan seminggu sekali setiap hari kamis di Instalasi Unit Gawat Darurat oleh tim
PPIRS dan di evaluasi setiap tiga bulan sekali.

D. HASIL EVALUASI
1. HASIL
Dari hasil pengumpulan data selama 3 bulan mulai dari Januari - Maret
melalui observasi diperoleh hasil :
a. Hasil monitoring fasilitas alat dan APD untuk memasang infus
b. Hasil monitoring proses kesadaran individu dalam menggunakan APD
saat memasang infus di IGD.

No   Jan Feb Mar


1 Menggunakan APD 79.9 81.8 85.7
2 Tidakmenggunakan APD 30 18.1 14.3

PRESENTASE PENGGUNAAN APD


JANUARI - MARET 2016
90%
85%
80% 79% 81%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 21% 19%
15%
10%
Menggunakan APD Tidak menggunakan APD
0%
JANUARI FEBUARI MARET

2. ANALISA
a. Analisa hasil monitoring dan evaluasiFasilitas alat dan APD
pemasangan infus. Alat dan APD pemasangan infus di IGD cukup
baik, karena selama observasi di instalasi Gawat Darurat sedikit
ditemukan masalah yaitu pengalas pemasangan infus tidak ada dan
sarung tangan yang sering tidak sesuai dengan ukuran tangan dengan
petugas.
b. Analisa hasil monitoring proses kesadaran individu dalam
menggunakan APD saat memasang infus di IGD. Proses penggunaan
APD saat memasang infusdi IGD sudah cukup baik 78% petugas IGD
sudah sadar bahwa pentingnya safety, dan hanya beberapa tidak
menggunakan APD dengan alasan lupa menggunakanya dan
banyaknya pasien di IGD.
c. Penggunaan APD saat pemasangan infus bulan januari – maret 2016
oleh petugas medis cukup baik dari hasil monitoring yang dilakukan
setiap hari kamis, 36 kali menggunakan APD dan 10 kali tidak
menggunakan APD

E. REKOMENDASI
Kegiatan monitor/pengamatan dilakukan oleh tim PPIRS dengan mengisi
formulir indikator monitoring dan evaluasi proses pemakaian APD saat memasang
infus di IGD. Hal yang perlu direalisasikannya yaitu:
1. APD mohon diperhatikan untuk ukuran dan kualitas karena jika ukuran
tak sesuai dengan tengan petugas dapat menganggu kinerja pemasangan
infus.
2. Perlu monitoring dan evaluasi lanjutanpenggunaan APD pemasangan
infus proses perlu dipertahankan.
3. Perlunya pendidikan kepada petugas medis di IGD bahwa pentingnya
safety.
F. PENUTUP
Demikian laporan ini di buat dan mudah-mudahan bisa menjadi bahan
pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk
kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, dan turut
berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri.

Dibuat di Playen.
Pada tanggal 31 Maret 2016
Ketua Tim PPI

(dr. Rini Dwi Lestari,. Sp.A)

Anda mungkin juga menyukai