Nim : 2019143602 Tugas ips faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan budaya belajar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubahan budaya belajar,
yakni: 1. Faktor waktu dalamperubahan budaya belajar Faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini berlangsung secara perlahan, tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar dipandang mengikuti hukum evolusi, dalamarti perkembangannya mengikuti tahapan-tahapan. Rentang pertahan perkembangan budaya belajar cukup lama. 2. Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalamproses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kemudian dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.
3. Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Dimana perubahan budaya belajar ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau seerhana menuju komplek. 4. Akulturasi Budaya Belajar Istilah akulturasi baru dapat dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga penelitian Ilmu Sosial Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti Redfield, Linton, dan Herskovits, yang merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah fenomena yang timbul sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain: 1. Kontak budaya belajar bisa terjadi antar seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Misalnya kontak budaya dalam bidang keagamaan. 2. Kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara dua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Contohnya antara bangsa Indonesia dengan Malaysia yang kebanyakan penduduknya masih satu rumpun bangsa. 3. kontak budaya belajar dapat timbul diantara masyarakat yang mempuyai kekuasaan baik dalam politik maupun ekonomi. 5. Asimilasi Budaya Belajar Asimilasi dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya perbedaan-perbedaan antar individu dan antar kelompok serta dengan semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan dengan sikap dan proses mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan bersama. Asimilasi budaya belajar pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya belajar antarindividu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lamban bergantung pada beberpa faktor. 1. Adanya toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat memiliki perbedaan-perbedaan. 2. Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar. 3. adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya. 4. adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar. 6. Inovasi Budaya Belajar Konsep inovasi dibedakan dalam dua term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya meiliki orientasi yang sama namun memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi Suparlan (1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang berupa benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas pengkombinasian danpengetahuan- pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau lainnya. Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar akan berjalan melalui tiga tahap. 1. tahap analisis: melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari konfigurasi yang sudah ada. 2. tahap identifikasi: melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan adanya kecocokan-kecocokan. 3. tahap substitusi: menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama kedalam konfigurasi belajar yang baru. Individu atau kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor- faktor sebagai berikut: a) Adanya kesadaran dari para Individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar selam ini dianutnya. b) Adanya muu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru c) Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya d) Adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan. Suatu pembaharuan budaya belajar akan diterima oleh suatu masyarakat pabila memenuhi syarat-syarat berikut. 1. Masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. 2. Perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. 3. penemuan budaya belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat. 4. penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang. 5. perubahan tersebut tidak merusak prestise pribadi atau gologan. 7. Difusi Budaya Belajar Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya belajar akan menjadi gejala universal. Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan hanya didukung oleh sebagaian masyarakat saja disebut alternative. Sedangkan bila pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis.Manakala sistem gagasan, tingkahlaku dan sikap budaya belajar baru hanya muncul pada perorangan saja maka disebut particular individu. Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Dikalangan para inovasi budaya belajar gejala peniruan bisa dilakukan, manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah untuk segera memecahkan masalah dilingkungannya. Gejala peniruan ini bisa berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa benar bisa juga salah. Salah satu prinsip difusi budaya belajar adalah jika terjadi mula pertama menyebar atau diidentifikasi oleh kelompok masyarakat yang letaknya dan hubungannya paling dekat dengan sumber perubahan budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan dengan marginal servival, yakni jauh unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari pusatnya maka sifat kebudayaan itu semakin kabuar atau dengan kata lain unsur kebudayaan yang tersebar itu telah mengalami perubahan baik dari bentuknya maupun isinya. 8. Dampak Perubahan Budaya Belajar Besarnya tuntutan budaya belajar baru dari dalam disebabkan karena semakin besarnya tuntutan akan kebutuhan hidup. Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh lingkungan tersebut untuk memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar. Bila peluang tersebut dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat besar kemungkinan perubahan budaya belajar baru akan diterima. Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadikan individu atau kelompok sosial mengbah pola budaya belajar dalam kehidupannya. Dalam prilaku sehari-hari pembangunan sarana seperti transportasi, teknologi informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok masyarakat di pedesaan ataupun diperkotaan melakukan perubahan pola belajar. Terlebih lagi dalam lingkungan, baik dipersekolahan dasar, menengah ataupun tinggi penggunaan ICT telah berdampak pada perubahan pola budaya belajar. Dalam pandangan adaptai budaya belajar, individu atau kelompok sosial melakukan tindakan adaptasi dalam rangka dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat melangsungkan kehidupanny dengan sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam menghadapi budaya belajar baru pada dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam beradaptasi yang dikategori menjadi dua begian, yakni kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan perubahan budaya Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung, yakni melalui antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara tidak langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio, televisi, dan bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru yang bernilai penting bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar disebut penetrasi budaya. Artinya unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.
DAFTAR PUSAKA http://ismifauziahulfah.blogspot.com/2010/10/konsep-transmisi-dan-perubahan-budaya.html?
m=1
Ardiwinata, S Jajat, Hufad, Achmad. 2006. Sosiologi Antropologi