Anda di halaman 1dari 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA

DENGAN MEDIA CERPEN


(Sebuah Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MAN
Cibinong-Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(S.Pd)

Didah Nurhamidah
NIM: 107013000328

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
ABSTRAK

DIDAH NURHAMIDAH, 107013000328, 2011, “Peningkatan Keterampilan


Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen” (Penelitian Tindakan
Kelas di MAN Cibinong-Bogor), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa


Indonesia MAN Cibinong-Bogor, salah satu hambatan yang dihadapi dalam
pembelajaran menulis naskah drama adalah mengenai metode dan media
pembelajaran yang digunakan tidak efektif, sehingga berdampak pada rendahnya
nilai siswa yang berada di bawah KKM. Untuk mengatasinya, peneliti
menggunakan media cerpen dalam menulis naskah drama. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 1
MAN Cibinong-Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Kelas (PTK). Karena metode PTK ini bertujuan bukanlah untuk mengetes sebuah
perlakuan akan tetapi cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaiakan atau
peningkatan dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah instrument
tes berupa hasil naskah drama pada siklus I dan siklus II, serta instrument nontes
berupa wawancara, lembar observasi, lembar jurnal.
Berdasarkan hasil belajar siswa di siklus I dan terlebih di siklus II
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan
menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Hal ini membuktikan
bahwa penerapan media cerpen berhasil meningkatkan nilai belajar menulis
naskah drama siswa kelas XI IPS I MAN Cibinong-Bogor. Rata-rata siklus I
mencapai 76,80 sedangkan rata-rata siklus II lebih meningkat mencapai 86,80.
Dengan begitu, indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena
seluruh siswa kelas XI IPS 1 telah mencapai nilai di atas KKM yang telah
ditentukan yakni 75. Berdasarkan hasil wawancara, lembar jurnal dan lembar
observasi respon siswa setelah belajar naskah drama dengan menggunakan media
cerpen adalah baik.
Setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen, siswa menjadi
lebih aktif dan mudah berfikir kreatif untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya
ke dalam naskah drama. Motivasi belajarpun meningkat dan lebih menyenangkan.

Keywords: menulis, naskah drama, cerpen, penelitian tindakan kelas

i
ABSTRACK

Didah Nurhamidah, 107013000328, 2011 “Enhancement Writing Manuscript of


Drama Skill with Short Story Media (Classroom Action Research at Class
XI MAN Cibinong-Bogor, School Year 2010-2011). Majoring in
Indonesian Languange and Literature Education, Faculty of Education
Science and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University.
Adviser: Dra. Hindun, M.Pd.

Based on interview outcome with Indonesia teacher MAN Cibinong-


Bogor, something problem which faced in learn to write manuscript of drama is
about method and using learning media is not effective, so impact to low value
that under Criteria Minimum for Completeness (KKM). For solution, the
researcher used short story media in writing manuscript of drama. This research
aims to increase outcome learning manuscript of drama at class XI IPS 1 MAN
Cibinong-Bogor.
The method use in this research is Classroom Action Research because
this method aims is not for treatment test but for change to improve and enhance
in learning. The instrument test at manuscript of drama, at cycle I and cycle II,
and non test instrument form the outcome such interview, observation sheet, sheet
of journal.
Based on study at sycle I and especially at cycle II get enhancement than
before action with writing manuscript of drama by using short story media. This
evidence that application from short story media is success to increase value in
writing manuscript of drama at student class XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. The
average at cycle I until 76,80 but the average cycle II increase until 86,80. So,
indicator of success in this research is success because all of student at class XI
IPS 1 get value above KKM which determined 75. Based on interview outcome,
sheet of journal and observation sheet, respons of student after study manuscript
of drama with use short story media is good.
After study writing of manuscript drama with short story media. The
student more be active and easily to creative thinking for pour ideas to manuscript
of drama. The motivation to learn are increase and more fun.

Keywords: menulis, naskah drama, cerpen, penelitian tindakan kelas

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur hanya bagi Allah Swt atas segala rahmat dan
limpahan hidayahNya serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam,
rasulullah dan junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat,
dan umatnya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang
tidak mungkin hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan
skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari
berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph,D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang senantiasa
memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
3. Ibu Dra. Hindun M.Pd. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
disela-sela kesibukannya untuk memberikan motivasi, bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
5. Kepala Sekolah MAN Cibinong-Bogor, waka kurikulum, guru mata pelajaran
bahasa Indonesia Ibu Euis Husniah, S.Pd dan para civitas akademia MAN

iii
Cibinong yang telah memberikan informasi dan data-data sehingga
terselesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk ayahanda M. Abdullah, A.Ma dan ibunda Eny Suhaeni,
yang tiada hentinya berdo’a kepada Allah Swt memohon keberkahan dan
kesuksesan bagi anak-anaknya. Kakak-kakaku (Shubhan Zaini, M.A, Nita
Yulianita, S,Pd.I, Ida Waridah, S.Pd.I, Masduki, S.Pd.I), kurcaci-kurcaciku (M.
Quraisy Sya’bani, Nida Shafira Zaini, M. Dukhon Al-Fazri, Muhammad Affan
Zaini). Terimakasih atas motivasi, inspirasi dan segala bentuk kasih sayang
berupa moril dan materil. Semoga Allah selalu membalasnya dengan kebaikan
dan keindahan yang berlipat ganda.
7. BEMJ-PBSI dan Keluarga Kecilku HMI Distrik PBSI (Istika Putri, Hilda
Nurul Mawaddah, Aulia Rahmi, Johan Aristiya Lesmana, Lutfi Syauki Faznur,
dan yang lainnya) yang telah bersama-sama berjuang dalam proses
perkuliahan, bersama-sama dalam sedih, senang, haru dan bangga. Serta
seluruh teman-teman jurusan PBSI yang telah melewati suka-duka bersama
dan selalu memotivasi penulis.
8. Untuk Matahariku yang selalu membantu di saat suka dan duka. Terimakasih
atas motivasi dan pengertiannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga
Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat. Akhirnya
penulis berharap semoga dengan hadirnya skripsi yang sekiranya jauh dari
sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis dan para pembaca
serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia.

Jakarta, November 2011

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACK .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
G. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI


A. Keterampilan Menulis .................................................................... 9
B. Pengertian Menulis ........................................................................ 10
C. Pengertian Drama .......................................................................... 13
D. Menulis Naskah Drama ................................................................. 14
E. Unsur Intrinsik Naskah Drama ...................................................... 15
F. Jenis-jenis Drama .......................................................................... 19
G. Pengertian Media .......................................................................... 21
H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran ............. 22
I. Pengertian Cerpen ......................................................................... 23
J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen ...... 23

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 28
B. Metode Penelitian........................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 33
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 34
F. Analisis data dan Interpretasi Data ............................................... 40
G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media
Cerpen ........................................................................................... 41
H. Pengembangan Perencanaan Tindakan ......................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 44
B. Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011 ........ 44
C. Penelitian Pendahuluan ................................................................. 48
D. Tahap Pelaksanaan Siklus I ........................................................... 51
E. Tahap Pelaksanaan Siklus II ......................................................... 95
F. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 138

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 150
B. Saran ............................................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Observasi Siswa


Tabel 3.2 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.3 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.4 Format Penilaian Naskah Drama
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011
Tabel 4.2 Hasil Naskah Drama Sebelum Tindakan
Tabel 4.3 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I
Tabel 4.4 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I
Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa pada Siklus I
Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus I
Tabel 4.8 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.9 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus II
Tabel 4.10 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II
Tabel 4.12 Hasil Lembar Observasi pada Siklus II
Tabel 4.13 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus II
Tabel 4.14 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.15 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I dan
Siklus II
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 1
Tabel 4.17 Persentase Komentar dalam Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.18 Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.19 Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : RPP Siklus I


Lampiran 2 : RPP Siklus II
Lampiran 3 : Cerpen Bertengkar Berbisik Karya M. Kasim
Lampiran 4 : Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus I
Lampiran 5 : Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus II
Lampiran 6 : Lembar Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 7 : Lembar Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 8 : Lembar Jurnal Siswa Siklus I
Lampiran 9 : Lembar Jurnal Siswa Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Wawancara Guru
Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Lampiran 15 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 16 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 17 : Dokumentasi Wawancara Siklus I
Lampiran 18 : Dokumentasi Wawancara Siklus II
Lampiran 19 : Surat Pengajuan Judul Proposal Skripsi
Lampiran 20 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 21 : Surat Permohonan Izin Observasi
Lampiran 22 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 23 : Surat Keterangan KKM
Lampiran 24 : Surat Persetujuan Penelitian dari MAN Cibinong-Bogor
Lampiran 25 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 26 : Biodata Penulis

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang dapat diraih

dengan mudah, karena keterampilan berbahasa harus komunikatif. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha dan proses, keterampilan

berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Dari keempat keterampilan berbahasa, menulis merupakan

keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar dikuasai oleh siswa.

Keterampilan menulis relatif lebih sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan

kata, susunan bahasa, gaya penulisan, sukar menemukan ide atau bingung

harus memulai tulisan dari mana. Kalaupun sudah menemukan ide atau

memulai tulisan tetapi tidak jarang mengalami perberhentian di tengah jalan.

Hasilnya, tulisan akan menggantung atau tidak tuntas.

Penelitian tentang keterampilan menulis telah banyak dilakukan, baik

keterampilan menulis sastra (cerpen, puisi) maupun menulis kebahasaan

(paragraf narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, eksposisi, menulis surat,

memo, dll). Penelitian dalam hal keterampilan menulis naskah drama masih

terbatas. Oleh karena itu, timbul ketertarikan dan keprihatinan peneliti untuk

melakukan penelitian keterampilan menulis naskah drama. Begitu juga dalam

penelitian pengajaran sastra. “Disadari atau tidak, penelitian sastra sangat


2

penting untuk meningkatkan pengajaran dan sekaligus mengembangkan

sastra.” 1

Ketika siswa menulis naskah drama maka mereka akan memiliki

kesadaran bahwa imajinasi pementasan harus terbentuk ketika proses

penulisan drama berlangsung. Proses menulis naskah drama merupakan

keterampilan yang membutuhkan ketekunan, tidak semua siswa dapat

menyukai menulis naskah drama.

Faktor pendukung tercapainya tujuan pengajaran adalah metode, materi

pengajaran, kompetensi guru, dan sarananya di dalamnya termasuk media.

Dalam posisi seperti itu perlu ditegaskan bahwa kurikulum hanya dapat

dijadikan pedoman dan guru sebagai pengajar dituntut untuk kreatif dalam

mengembangkan pelajaran menjadi pengajaran yang menarik dan dimengerti

oleh siswa, dalam hal ini menulis naskah drama.

Guru adalah pekerjaan yang profesional. Karena itu diperlukan

kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada sejauh

manakah ia menguasai metodologi media pendidikan untuk anak didiknya di

sekolah sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal

sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru

bahasa Indonesia di MAN Cibinong Bogor yang bernama Ibu Euis Husniah,

beliau sudah 12 tahun mengajar di MAN Cibinong-Bogor, lulusan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1998. Dari

1
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Media Pressindo,
2008), Cet. IV, h. 189.
3

paparan beliau, diperoleh kenyataan bahwa kemampuan ekspresi karya sastra

khususnya dalam menulis naskah drama siswa masih kurang baik dan efektif.

Beliau mengakui bahwa hal itu disebabkan teknik dan model yang digunakan

dalam pembelajaran menulis naskah drama kurang bervariasi, sehingga

kurang mendukung kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dan

gagasan dalam penulisan naskah drama dengan maksimal.

Pembelajaran menulis naskah drama ini telah dilakukan oleh guru

bahasa Indonesia selang satu minggu sebelum penulis mengadakan

penelitian, sehingga peneliti tidak harus mengadakan prates. Penulis hanya

meminta hasil nilai dari penulisan menulis naskah drama siswa yang telah

dilakukan oleh guru.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa keterampilan menulis naskah

drama siswa masih ada yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum), nilai KKM bahasa Indonesia kelas XI MAN Cibinong-Bogor

tahun pelajaran 2010-2011 sebersar 75. Dan ada sebanyak 40% siswa yang

nilai naskah dramanya di bawah KKM.

Sangat memprihatinkan, dalam penulisan naskah drama hingga

mencapai 40% dari keseluruhan siswa yang nilainya di bawah KKM,.

Padahal dalam penilaian menulis memo, surat, notulen hampir dari

keseluruhan siswa mencapai nilai rata-rata di atas KKM.

Penelitian menulis naskah drama belum banyak dilakukan. Begitu pula

dalam penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama belum pernah

dilakukan di sekolah yang menjadi tempat penelitian, yaitu di MAN Cibinong


4

Bogor. Pembelajaran menulis naskah drama hanya dilakukan dengan

memaparkan teori terlebih dahulu, memberikan contoh naskah drama dan

selanjutnya siswa menulis naskah drama.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk mengembangkan

keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen. Secara umum di

sekolah, proses pembelajaran drama hanya menggunakan media teks yang

berupa teori saja. Hal ini akan menyebabkan siswa merasa jenuh dengan

pembelajaran penulisan drama.

Dengan media cerpen ini siswa belajar menyusun kerangka naskah

drama dengan terlebih dahulu membaca sebuah cerpen lalu dikembangkan

menjadi naskah drama yang utuh. Dalam meningkatkan kemampuan menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu tahap perencanaan naskah, tahap penulisan naskah drama

berdasarkan perencanaan naskah, serta tahap penyuntingan dan revisi. Maka

dari itu penulis berharap dengan digunakannya media cerpen dalam menulis

naskah drama dapat meningkatkan daya kreativitas dan meningkatkan nilai

belajar siswa.

Dari pandangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil sebuah

judul dalam penelitian ini yaitu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah

Drama dengan Media Cerpen pada Siswa kelas XI IPS MAN Cibinong

Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011.


5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat

diidentifikasi untuk diteliti, ada beberapa faktor di antaranya sebagai berikut:

1. Kesulitan-kesulitan siswa dalam keterampilan menulis.

2. Berbagai motivasi yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa

dalam keterampilan menulis naskah drama.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang penulisan

naskah drama, dan penggunaan media cerpen.

2. Penguasaan dan implikasinya terhadap kemampuan dalam menulis naskah

drama.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan media cerpen sebagai upaya peningkatan

kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MAN Cibinong

Bogor?

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen?


6

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penerapan media cerpen untuk meningkatkan keterampilan

siswa dalam menulis naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor

Tahun Pelajaran 2010-2011.

2. Mengetahui hasil kemampuan media cerpen untuk meningkatkan

penulisan naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor Tahun

Pelajaran 2010-2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah

drama siswa.

b. Sebagai sumber belajar dalam meningkatkan keeterampilan menulis

naskah drama siswa dengan nilai di atas rata-rata yang telah ditentukan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat mengembangkan keterampilan menulis naskah drama

dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

b. Bagi Guru

1) Sebagai solusi alternatif bagi guru untuk mengatasi berbagai

kesulitan dalam mengajar terkait dengan media pembelajaran.

2) Dapat menjadi masukan tentang cara mengajar naskah drama yang

tepat agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.


7

c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan s ebagai masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan prestasi mutu lulusan.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan dari tinjauan penulis, beberapa penelitian membuktikan

bahwa metode, teknik atau media cerpen sangat menunjang keberhasilan

penulisan naskah drama. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian

yang dilakukan, seperti tiga penelitian di bawah ini:

Skripsi Heni Dwi Arista pada tahun 2010 dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan Strategi Konversi

Cerpen pada Siswa Kelas VIII SMPN 04 Malang”. Peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis kreatif naskah drama pada penelitian ini memperoleh

persentase peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari prates ke

siklus I sebesar 28,2% dan peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 17,9%.

Peningkatan tersebut sangat signifikan dan terjadi pada hampir seluruh siswa

di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi konversi cerpen

pada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

kreatif naskah drama.

Skripsi Anita Kurnia dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis

Naskah Drama dengan Menggunakan Cerpen sebagai Sumber Belajar pada

Siswa kelas VIII SMP Negeri I Binangun Kabupaten Blitar”. Penelitian ini

cukup berhasil dengan adanya peningkatan yang terlihat dari jumlah siswa
8

yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 74,3% dan jumlah siswa

yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II meningkat menjadi 89,7%.

Skripsi Ria Rosdiana tahun 2009 yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik

Parafrase Cerpen (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI IPA 1

SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009)”. Hasil pembahasan

penelitian ini membuktikan bahwa teknik parafrase cerpen dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini

terbukti dari peningkatan nilai yang terjadi pada setiap siklus. Selain itu,

melalui observasi dan jurnal siswa, dapat disimpulkan bahwa teknik parafrase

cerpen dalam menulis naskah drama mampu meningkatkan motivasi siswa

dalam belajar bahasa Indonesia.

Dari tinjauan yang dilakukan penulis, maka penulis tertarik untuk

mengambil penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis

Naskah Drama dengan Meida Cerpen pada Siswa kelas XI MAN I Cibinong

Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011. Peneliti berharap melalui penelitian ini

keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI di MAN Cibinong-Bogor

akan meningkat ke arah yang lebih baik.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini antara lain

tentang keterampilan menulis, pengertian menulis, pengertian drama, menulis teks

drama, unsur intrinsik naskah drama, jenis-jenis drama, pengertian media, fungsi

media pembelajaran dalam proses pembelajaran, pengertian cerpen, dan

pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen.

A. Keterampilan Menulis

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “keterampilan adalah

kecakapan untuk menyelesaikan tugas; ~ bahasa Ling kecakapan seseorang

untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau

berbicara.”1 Keterampilan bisa juga muncul dari hal-hal yang kita kuasai

karena kita terlatih melakukannya secara terus menerus sehingga membentuk

kebiasaan seseorang.

Ada empat keterampilan dalam berbahasa yaitu: mendengarkan,

berbicara, membaca dan menulis. Adapun M. Atar Semi menjelaskan:

Keterampilan berbahasa tulisan, pada dasarnya, sama dengan


keterampilan berbahasa lisan. Hal itu disebabkan karena sama-sama
berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa.
Yang membedakannya, dalam bahasa lisan, lambang bahasa yang
digunakan ialah lambang bunyi, sedangkan bahasa tulis lambang bahasa
yang digunakan adalah lambang tulisan atau disebut grafem.2

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat. h. 1448.
2
M. Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, (Bandung: Mugantara, 1995), h. 47.
10

Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan,

dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan

menulis yaitu kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk

tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan berfungsi

sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kegiatan seseorang untuk

menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa

dipahami oleh pembaca.

Di antara empat keterampilan berbahasa, menulis merupakan

keterampilan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Karena keterampilan

menulis didapat setelah seseorang mampu mendengar dan membaca. Seorang

siswa di kelas tentunya belajar membaca dahulu sebelum dia belajar menulis.

B. Pengertian Menulis

Menulis merupakan “suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.”3

Proses berpikir ini mencakup proses bagaimana ide-ide dimunculkan, dan

difokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan saling terkait.

Menurut Definisi Akademi Kepengarangan yang dikutip oleh Isah

Cahyani menerangkan menulis atau mengarang adalah “Keseluruhan

rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan

pikiran melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat

3
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 3.
11

4
seperti dimaksudkan oleh penulis/pengarang.” Sedangkan menurut Fred D.

White mendefinisikan “menulis adalah keterampilan dasar, bagian integral

dari proses belajar dan sangat diperlukan untuk bisnis dan komunikasi

interpersonal yang melampaui informalitas setiap hari.”5

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan melahirkan

pikiran, ide, atau perasaan yang diekspresikan seseorang melalui bahasa tulis

yang memiliki kesatuan-kesatuan bahasa untuk membentuk komunikasi

kepada pembaca.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan

menulis merupakan bagian dari komponen keterampilan berbahasa, yaitu (1)

keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara (3) keterampilan

membaca (4) keterampilan menulis. Keempat komponen itu sangat berkaitan

erat, yang dikuasai dengan cara berurutan. Karena setiap manusia menguasai

keterampilan menyimak sejak kecil, sebelum pandai berbicara, setelah kata-

kata yang ia simak mulai diujarkan, maka ia menguasai keterampilan

berbicara, lalu semakin besar ia mulai belajar membaca, jika sudah mahir,

maka ia akan belajar menulis. Maka keterampilan menulis memerlukan

semua komponen keterampilan berbahasa agar mampu melakukan

keterampilan menulis.

Adapun menurut Charles W. Bridges menyebutkan bahwa “menulis

adalah petunjuk yang dihasilkan oleh penulis, gambaran secara kasar dari

4
Isah Cahyani, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 62.
5
Writing is a basic skill. It is integral to the learning process and indispensable for
business and interpersonal communication beyond every day informality. Freed D. White, The
Writer Art, (New York: Wadsworth, 1986), h. 25.
12

kertas. Di sini penulis harus berkosentrasi yang benar dalam menulis idenya.

Ia tidak harus memperhatikan dengan masalah-masalah seperti menemukan

kata yang tepat, menyusun kembali kalimat atau paragraf atau memperbaiki

yang salah dalam ejaan atau tanda baca.”6

Bagi seseorang yang sudah mahir menulis, ia mengalami bahwa

keterampilan menulis tidak semata-mata datang dengan sendirinya, tetapi

dibutuhkan latihan dan praktik yang teratur, maka proses sangat dibutuhkan

di dalamnya. “Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan,

keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang

penulis.”7 Dalam standar kompetensi keterampilan menulis juga terdapat

tujuan-tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1) Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis


dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di
dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis.
2) Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas
dalam tulisan
3) Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam
ekspresi tulis
4) Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara
membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara
dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.8

Maka dengan diletakkannya keterampilan menulis dalam kurikulum

sebagai standar kompetensi, diharapkan tujuan-tujuan keterampilan menulis

tersebut bisa terwujud pada diri siswa MAN Cibinong Bogor.


6
Writing is the stage in which the writer produces a rough draft ot the paper. Here the
writer should concentrate on actually writing his ideas. He sould not be concerned with such
matters as finding exactly the right word, restructing sentence or paragraphs, or correcting errors
in spelling or punctuation. Charles W. Bridges dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering
Form and Meaning (California: Wadsworth, 1984), hlm. 7.
7
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 9.
8
Ibid. h. 10.
13

C. Pengertian Drama

“Drama dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis

disebut piece de theatre. Kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang

maknanya adalah berbuat.”9 Adapun dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) drama adalah “Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat

menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau

dialog yang dipentaskan.”10 Jadi drama merupakan suatu jenis sastra yang

ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dapat dipentaskan sebagai

suatu jenis pertunjukan.

Adapun B. Rahmanto menyebutkan drama adalah “Bentuk sastra yang

dapat merangsang gairah para pemain dan penonton sehingga dapat digemari

masyarakat.”11 Sedangkan Menurut Brahim drama adalah “Pertunjukan dan


12
adanya lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu.” Adapun menurut

Robert Diyani menyebutkan “Drama, tidak seperti jenis sastra lainnya, ia seni

yang dipentaskan. Permainannya ditulis untuk dilakukan oleh pelaku di depan

penonton.” 13

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa drama

adalah suatu karangan yang menggambarkan sifat, sikap dan konflik

kehidupan manusia yang dilukiskan dengan gerak dalam bentuk dialog

9
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung:
Titian Ilmu Bandung, 2007), h. 275.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 342.
11
B.Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: KANISIUS, 1988), h.89.
12
Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 51.
13
Drama, unlike the other literary genres, is a staged art. Plays are writen to be
performed by actors before an audience. Robert Diyanni, Literatur: Reading Fiction, Poetry, and
Drama, (New York: McGraw-Hill, 2002), h. 1161.
14

sebagai unsurnya dan dapat menimbulkan perhatian penonton, drama juga

merupakan seni lakon atau pertunjukan yang menggabungkan seni sastra tulis

(naskah drama) dengan seni lainnya seperti seni musik, sehingga dapat

merangsang gairah pemain serta menarik perhatian penonton. “Drama juga

disebut tidak lain dari pada Life Presented in Action atau hidup yang

dihidangkan dengan gerak.”14

Pada dasarnya drama diciptakan untuk dipertunjukan. Berbeda dengan

cerita yang ditulis untuk dibaca seperti novel, cerpen dan puisi. Untuk dapat

menangkap alur dalam drama perlu dibaca secara nyaring oleh beberapa

orang sesuai dengan peran yang ada dalam naskah drama. Alur dalam drama

juga terputus-putus oleh adanya adegan dan babak.

D. Menulis Naskah drama

Menulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Membuat

huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur,dsb) atau melahirkan pikiran,

perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.”15 Menurut

Jakob Sumarjo “kesenian adalah ekspresi seseoranag untuk berhubungan

dengan orang lain.” 16

Menulis naskah drama merupakan kegiatan kesenian yang

mengekspresikan drama secara tertulis. Yang membedakan sastra drama

dengan sastra lainnya yaitu teks drama menggunakan situasi bahasa dialog.

Adapun langkah-langkah menulis naskah drama sebagai berikut:

14
Mbido Saleh, Sandiwara dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1967), h. 25.
15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 1497.
16
Jakob Sumarjo, Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 1992), h. 3.
15

1. Mencari dan menentukan tema


2. Membuat garis besar cerita
3. Menentukan tokoh dan peran
4. Menentukan pola babak dan adegan
5. Mengembangkan dialog17

Jadi, penulisan teks drama merupakan suatu proses kesenian yang utuh.

Ada berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menulis sebuah

teks drama, yaitu penciptaan latar, penciptaan tokoh yang hidup, penciptaan

konflik-konflik, dan penulisan adegan.

Selain itu penulisan teks drama juga harus memerhatikan tanda baca,

dan kaidah penulisan naskah drama, yaitu :

1. Kalimat dialog menggunakan tanda petik (“…..”)18

2. Nama tokoh ditulis sejajar dengan dialog

3. Petunjuk teknis keterangan ditulis dengan huruf yang berbeda atau diberi

dengan tanda kurung. Petunjuk teknis boleh diletakkan di awal, tengah

atau akhir dialog.

Dapat disimpulkan bahwa menulis naskah drama adalah karya sastra

yang merupakan cerita atau tiruan pelaku manusia hasil dari curahan ide,

gagasan, atau perasaan seorang penulis, yang disajikan dalam bentuk tulisan.

E. Unsur Instrinsik Naskah Drama

Unsur-unsur naskah drama terdiri atas “Alur, penokohan, latar, tema,

amanat, dan dialog.”19 Unsur instrinsik naskah drama merupakan isi dari

17
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), h. 12.33.
18
Ernawati Waridah, EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesia, (Jakarta: Kawan pustaka,
2009), h. 40.
16

penulisan teks drama, karena unsur merupakan bagian terkecil yang saling

berkaitan yang terdapat di dalam naskah drama. Unsur intrinsik drama

merupakan unsur yang membangun drama dari dalam. Unsur-unsurnya yaitu:

1. Penokohan dan Perwatakan

Tokoh-tokoh drama dalam perannya dibagi dalam tiga macam

tokoh yaitu:

a. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan

berperan sebagai penggerak lakuan atau tokoh utama.

b. Tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai penghalang dan

masalah bagi protagonis.

c. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau

antagonis, atau berfungsi menjadi penengah pertentangan antara kedua

tokoh tersebut.

Penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh

dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu.

Penokohan dapat digambarkan melalui dialog antartokoh, tanggapan

tokoh lain terhadap tokoh utama. Melalui penokohan, dapat diketahui

bahwa karakter tokoh adalah seorang yang baik, jahat atau bertanggung

jawab.

Sedangkan perwatakan adalah “kualitas nalar dan perasaan para

tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencangkup tidak saja

19
B.Rahmanto dan S. Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h.
3.13.
17

tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan, tetapi juga penampilan.”20 Lebih

jelasnya perwatakan itu merupakan gambaran watak atau sifat tokoh

cerita. Watak itu memiliki ciri-ciri dari seseorang baik secara keadaan

fisik (umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh); keadaan psikis (kegemaran,

keadaan emosi); serta keadaan sosiologis (pekerjaan, latar belakang

keluarga). Oscar G. Brocket menyebutkan “Karakter adalah bahan dari

yang direncanakan, diciptakan untuk peristiwa yang sebagian besar

dibangun lalu diucapkan dan dilakukan dari orang yang terkemuka.” 21

2. Latar

Latar yang juga disebut setting ini mengacu pada segala keterangan

waktu, ruang, dan suasana peristiwa dalam drama. Latar penggambaran

tempat (misalnya di Jakarta pada tahun 2007 di halaman sekolah), waktu

(contohnya pagi, siang, sore, dan malam), suasana (contohnya gembira,

menegangkan, mistis). “Latar dalam drama dijelaskan di dalam

kramagung, karena akan menjadi dasar untuk penataan dekorasi

pementasan.”22

3. Alur

Alur atau plot “alur adalah aksi dari cerita. Urutan peristiwa yang

melibatkan karakter.”23 Alur merupakan jalinan cerita dari pelukisan

20
Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2011), Cet. ke-2, h. 95.
21
Character is the material from which plots are created, for incidents are developed mainly
through the speech and behavior of dramatic personages. Oscar G. Brockett, The Teatre,
(Indianan University, 1969), h. 34.
22
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), Cet. VII, h. 12.7.
23
Is the action of the story. it is the sequence of events involving the caracter or characters.
Edward H. Jones, Outlines of Literature, (New York: The Macmillan Company, 1968), h. 83.
18

awal cerita, permasalahan awal, klimaks atau titik puncak cerita, hingga

antiklimaks (penyelesaian) yang saling berhubungan. “Drama yang baik

selalu mengandung konflik-konflik atau bisa dikatakan inti dari drama

adalah konflik.”24 Alur terdapat tiga macam, yaitu alur maju, campuran

dan alur mundur. “Ada perbedaan alur antara cerita dengan drama.

Dalam drama alur lebih mudah diikuti, karena dibantu dengan adanya

kramagung.”25

4. Tema

Tema merupakan “aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu

diingat.”26 Sehingga tema merupakan gagasan pokok yang mendasari

lakon drama. Judul drama bisa dijadikan pegangan untuk mempermudah

mengetahui tema sebuah drama.

5. Amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang melalui

dramanaya secara tersirat maupun tersurat; amanat tersurat disampaikan

secara langsung melalui dialog tokoh, sedangkan yang tersirat

disampaikan melalui penyusunan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

cerita.

24
Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 70.
25
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), h. 12.6.
26
Robert Stantion, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 36.
19

6. Penggunaan gaya bahasa

Sebagaimana dalam puisi, karya drama juga menggunakan gaya

bahasa dalam penerapannya. Penggunaan gaya bahasa tersebut antara

lain difungsikan untuk memaparkan gagasan secara lebih hidup dan

menarik, menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, untuk

menekankan suatu gagasan, untuk menyampaikan gagasan secara tidak

langsung.

7. Dialog

Hal yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya adalah

di dalam unsur intrinsik drama terdapat dialog. Dialog merupakan unsur

yang erat kaitannya dengan unsur lain di dalam drama, karena “lewat

dialog yang baik akan tercipta pemikiran, karakter yang kuat, dan konflik

peristiwa dalam cerita.”27 Karena itu dialog memiliki unsur yang sangat

penting dalam drama, dialog dapat membantu penonton dan pembaca

untuk memahami para tokoh dan tema dalam cerita. Sedangkan bagi

penulis naskah drama dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot,

perwatakan dan amanat.

F. Jenis-jenis Drama

1. Tragedi

Aristoteles dalam Chairul Anwar mengemukakan tragedi adalah

“Imitasi atau peniruan sebuah aksi yang bagus, sempurna dari seseorang

yang agung dan besar pengaruhnya dalam lapangan kehidupan.”28 Dalam

27
B.Rahmanto dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.26.
28
Chairul Anwar, Drama Bentuk-Gaya dan Aliran, (Yogyakarta: Elkaphi, 2005), h. 9.
20

Sylvan Barnet menyebutkan ketika menulis tentang tragedi, mungkin tema

yang paling umum adalah tentang tragedi kepahlawanan.” 29 Contoh drama

tragedi adalah drama Hamlet serta drama Romeo dan Juliet karya

dramawan Inggris yang terkenal yaitu William Shakespare.

2. Komedi

Sudjiman dalam B. Rahmanto menyebutkan drama komedi adalah

“Lakon ringan yang sifatnya menghibur, walaupun di dalamnya dapat

bersifat menyindir, biasanya berakhir dengan bahagia.”30 Contoh drama

komedi adalah drama Le Medecin-Malgre Lui (Dokter Gadungan) karya

Moliere si raja komedi dari Prancis abad ke-17.

3. Tragikomedi

Tragikomedi adalah drama gabungan antara tragedi dan komedi.

Ciri-ciri jenis drama ini adalah jika bagian awal cerita penuh dengan

komedi atau kelucuan maka pada bagian akhir akan disusul dengan

peristiwa tragis. Sebaliknya jika pada awal cerita penuh dengan kesedihan

maka di akhir cerita akan berakhir dengan suka cita. “Drama jenis ini

cenderung untuk memperlihatkan hal-hal yang bersifat duniawi yang

membaurkan segi suka dan duka, atau suka dan duka datang silih berganti

di dalam kehilangan sesuatu kita memperoleh suatu yang lain.”31 Contoh

drama tragikomedi adalah drama Le Cid karya Corneille.

29
When writing about tragedy, probably the commonest essay is on the tragic hero. Sylvan
Barnet, A Short Guide to Writing About Literarure, (Canada: Little, Brown and Company, 1968),
h. 78.
30
B.Rahmanto, dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.5.
31
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Jakarta: Angkasa Raya, tt), h. 169.
21

4. Melodrama

“Melodrama merupakan drama yang menguras air mata, biasanya

dipadu dengan musik.”32 Contoh drama ini adalah kisah Madame Butterfly

karya N. Riantiarno.

G. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut

Santoso yang dikutip oleh M.Subana mengatakan bahwa “Media adalah

semua bentuk prantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan

sehingga ide/gagasan itu sampai pada si penerima.”33 Sedangkan Oemar

Hamalik menyatakan bahwa “Media Pendidikan adalah alat metode, dan

teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah”.34

Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar

atau penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media

mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut

ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan

media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada

anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat

mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau

32
N Riantiarno, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, (Jakarta: MU;3
Books, 2003), h. 9.
33
M.Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka
Setia, 1987), h. 287.
34
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 12.
22

kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan

kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan

daripada tanpa bantuan media.

Jadi, bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan

sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran serta

memaksimalkan mutu mengajar dan belajar.

H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Mengingat media pembelajaran dalam posisi yang cukup penting dalam

proses pembelajaran, maka akan dipaparkan manfaat dari media pembelajaran

yaitu sebagai berikut:

1. Menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran

2. Membantu siswa dalam memperoleh pengalaman yang berbeda

3. Membatasi keterbatasan waktu, ruang dan lingkungan

4. Mengurangi verbalisme

“Media pada dasarnya adalah bahasa guru, artinya dalam proses

penyampaian pesan guru harus pandai memilih bahasa apa yang paling

mudah dimengerti dan dipahami oleh siswanya”.35 Jadi, seorang guru harus

peka dan mengerti media apa yang cocok diberikan oleh muridnya.

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai

penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Oleh karena itu, media yang

baik digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar ialah bahwa

35
Yudi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 185.
23

media itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik untuk

menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan intruksional

tertentu.

I. Pengertian Cerpen

Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (atau disingkat menjadi cerpen)

adalah cerita yang pendek. Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerpen

adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif serta relatif

pendek. Menurut Jakob Sumarjo menyebutkan bahwa “Cerpen harus berupa

cerita atau narasi (bukan analisa argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar

terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja) serta relatif pendek.” 36

Penceritaan atau narasi tadi harus dilakukan secara hemat dan

ekonomis. Inilah sebabnya dalam sebuah cerpen biasanya hanya ada dua atau

tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek saja bagi

pembacanya. Semuanya harus serba ekonomis sehingga hanya ada satu kesan

saja pada pembacanya. Namun begitu, sebuah cerpen harus merupakan suatu

kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.

J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen

Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah atas (SMA) materi

yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran

sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun

indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks

drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan

36
Jakob Sumarjo, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, (Bandung: Pustaka
Latifah, 2004), h.10.
24

penokohan, menghidupkan konflik, dan manghadirkan latar yang

mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang

menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama

dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagian-

bagian judul, deskripsi penokohan, babak (yang terdiri atas prolog,

monolog/dialog, dan epilog).

Langkah-langkah menulis naskah drama dimulai dari merumuskan tema

atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh,

membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke

dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis

dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf

kapital semua, dan memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis.

Dalam pembelajaran menulis naskah drama guru memberikan sebuah

media agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih mudah. Menurut Oemar

Hamalik “media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses

pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai

oleh setiap guru profesional.”37

Dalam proses pembelajaran guru memberikan sebuah cerpen yang sudah

dibaca sebelumnya oleh murid. Kegiatan membaca cerpen sebelum menulis

naskah drama sejalan dengan definisi yang diberikan Siahaan yang dikutip

oleh Alek yaitu “Proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang

dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh

37
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h.1.
25

tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu.”38

Cerpen tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang

cerita yang terkandung di dalamnya serta unsur-unsur penting seperti: tokoh,

alur, tema, latar dan lainnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam

memahami naskah drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang

terdapat di dalam naskah drama. Media cerpen ini berguna untuk

menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang naskah

drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa

harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang naskah drama dari cerpen

tersebut. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang

mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa.

Setelah siswa mengetahui hal-hal yang berakitan dengan naskah drama,

siswa diminta menulis sebuah naskah drama dengan memperhatikan hal-hal

yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam naskah drama

tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai

dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar dari

cerpen. Pada saat siswa praktik menulis naskah drama, guru mengarahkan

kegiatan siswa.

Biasanya anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan dalam menulis

naskah drama, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami.

Maka, apa salahnya jika seorang guru menghadirkan media cerpen sebagai

38
Alek dan Ahmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2009), h. 48.
26

alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum

pelaksanaan pengajaran.

Begitulah, guru bahasa harus melihat intruksi atau pengajarannya dalam

konteks yang tepat lagi wajar. “Guru harus melihat bahwa pengajaran
39
membaca dan menulis itu berkaitan erat.” Dengan membaca cerpen siswa

dapat menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan baik tentang

kerakter tokohnya, alur cerita dan dapat memperoleh perincian-perincian

dalam cerita sehingga bisa dia terapkan dalam menulis sebuah naskah drama.

Beberapa hal penting yang dapat ditemukan dalam membaca cerpen

ialah:

1. Untuk memperoleh perincian-perincian, seperti: apa yang telah dilakukan

tokoh, apa yang terjadi pada tokoh dan mengetahui bagaimana tokoh itu

memecahkan masalahnya.

2. Untuk memperoleh ide utama, seperti: mengetahui mengapa hal itu

merupakan topik yang menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa

saja yang dialami tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh

tokoh untuk mencapai tujuannya.

3. Untuk mengetahui urutan atau susunan, yaitu untuk mengetahui apa yang

terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam cerita.

Dalam hal ini siswa dapat menarik kesimpulan-kesimpulan,

memvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta

mengadakan interpretasi-interpretasi ketika dia membaca, membawa

39
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 5-6.
27

kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Dia mempunyai

kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh. Tatkala dia

membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajah-

wajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saat-

saat ketakutan, kebahagiaan dan ketegangan.

Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan

masalah kemampuan menulis naskah drama siswa dan diharapkan dapat

mengubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama.


28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1

Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus

atau dua kali pertemuan, yaitu dari bulan Mei dan bulai Juni 2011.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (classroom action research), yaitu “Sebuah pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”1 Sedangkan menurut H.E.

Mulyasa mengartikan PTK sebagai “penelitian tindakan (action research)

yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil

belajar sekelompok peserta didik.”2

Adapun menurut Rochiati Wiraatmadja menjelaskan Penelitian

Tindakan Kelas sebagai berikut:

“Penelitian yang dilakukan bagaimana sekelompok guru dapat


mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan
perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata
dari upaya itu.”3

1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet.
IV, h. 3.
2
H.E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. III, h. 10.
3
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 13.
29

Metode ini dipilih peneliti karena berdasarkan pendapat para ahli yang

menyatakan bahwa PTK sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan

mutu proses dan hasil belajar di kelas. Selain itu, pada PTK sifatnya bukan

mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan

ampuhnya sebuah perlakuan. Penelitian tindakan kelas merupakan cara untuk

melakukan perubahan ke arah perbaikan dalam pembelajaran.

Melalui metode ini, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas

sebagai sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas terhadap proses

belajar mengajar penulisan naskah drama menggunakan media cerpen dengan

beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu “(1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.” 4

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan partisipan ialah “Bahwa

orang yang akan melakukan tindakan haruslah terlibat dalam proses

penelitian dari awal.”5 Penelitian ini dilakukan secara partisipan karena

peneliti berperan sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah,

perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan. Dalam penelitian

partisipan ini, “Peneliti mengamati apa yang dikerjakan siswa, mendengarkan

apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktivitas mereka.”6

Kondisi ini dimaksudkan agar mempermudah peneliti saat pengumpulan data

sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan

hasil yang diharapkan.

4
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet.
IV, h. 16.
5
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 208.
6
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 311.
30

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi

bahasa Indonesia di sekolah. Kondisi ini dimaksudkan agar penelitian dapat

berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Adapun penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

penelitian) dan akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai

dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah

satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, di mana

tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah lembar tugas siswa, lembar observasi untuk siswa, lembar jurnal,

wawancara dan lembar wawancara untuk guru dan siswa.

2. Tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan

kelas.

3. Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan

pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan

mengamati, menggali, dan mengodumentasikan semua gejala indikator

yang terjadi selama proses penilaian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu
31

oleh guru kelas yang berperan sebagai observer dan kolaborator. Sebagai

observer guru membantu peneliti untuk mengamati perkembangan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama.

Sebagai kolaborator guru kelas mengamati dan menilai peneliti dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan, hasil pengamatan yang didapat dari semua instrumen penelitian

dianalisa bersama oleh peneliti dengan guru kolaborator, sehingga dapat

diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat

dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Hasil

observasi yang diperoleh dianalisis peneliti bersama guru kolaborator.

Untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah mencapai

tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Hasil analisis

tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan

selanjutnya. Adapun model untuk penelitian tindakan kelas terdiri dari

beberapa tahap sebagai berikut:


32

Siklus I

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

Refleksi Pengamatan/
Pengumpulan data I

Siklus II

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


baru hasil
refleksi Tindakan I Tindakan I

Pengamatan/
Refleksi II
Pengumpulan data I

Apabila Dilanjutkan
permasalahan
belum Ke siklus berikutnya
terselesaikan
Gambar
Desain Penelitian Tindakan Kelas7

7
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.
VIII, h. 74.
33

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”8 Populasi dan sampel dalam

penelitian ini merupakan sumber data, artinya memiliki sifat-sifat atau

karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek sifat dan

karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh

peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

MAN 1 Cibinong Bogor, yang berjumlah 294 orang. Sedangkan sampel

merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek

penelitian ini adalah siwa kelas XI IPS 1 yaitu sebanyak 36 orang siswa atau

peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara

pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik random disebut random

sampling, yaitu dilakukan dengan cara memilih acak dengan melakukan

pengocokan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses

pembelajaran sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk observasi

pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru

mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS di MAN Cibinong-Bogor

kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan

observer.

8
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118.
34

E. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data

yang diperlukan, karena hasilnya sangat menentukan untuk penelitian.

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes dan

teknik non tes.

1. Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang

dilakukan sebanyak dua kali. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur

peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis naskah drama setelah

pembelajaran diakukan. Tes menulis naskah drama ini berupa lembar

tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis naskah drama. Hasil tes

berupa naskah drama.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.

1) Lembar Observasi

Lembar observasi diberikan pada saat proses pembelajaran

berakhir yang digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa

rehadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi ini

menggunakan observasi sistematis yaitu “Observasi yang dilakukan

oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen

pengamatan.”9

9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 200.
35

Lembar observasi terdiri sebanyak tiga lembar. Satu lembar diisi

oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar lagi diisi oleh observer

yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang bersangkutan.

Berikut lembar observasi siswa:

Tabel 3.1

Format Observasi Siswa

Kriteria
No Aspek yang diamati %
Kurang Cukup Baik
1 Guru memberikan
penjelasan secara
terperinci mengenai
materi pembelajaran
menulis naskah drama
2 Guru menguasai dengan
baik materi pembelajaran
menulis naskah drama
3 Guru menggunakan
media yang mendukung
terkait pembelajaran
menulis naskah drama
4 Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait
dengan pembelajaran
menulis naskah drama
5 Guru memberikan tugas
sesuai dengan materi
pembelajaran yang
diberikan
6 Guru memperhatikan
kegiatan siswa selama
proses pembelajaran
berlangsung, dan
membantu mengarahkan
siswa yang menemui
36

kesulitan dalam
mengerjakan tugas
menulis naskah drama
7 Guru membuka dan
menutup pembelajaran
dengan baik dan
mengesankan

Lembar di atas diisi oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar

di bawah ini diisi oleh observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa

Indonesia. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas

guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu

digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya.

Tabel 3.2

Format Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek Kriteria Keterangan Nilai


a) Menarik perhatian
siswa dan
Kemampuan
menimbulkan motivasi
1 membuka
b) Menjelaskan prosedur
pelajaran
pembelajaran yang
akan dilaksanakan
Sikap guru a) Kejelasan suara
2 dalam proses b) Antusiasisme
pembelajaran penampilan atau mimik
a) Kesesuaian
penggunaan media
cerpen dengan pokok
bahasam
Proses
3 b) Kejelasan dalam
pembelajaran
menerangkan materi
menulis naskah drama
dengan menggunakan
media cerpen serta
37

kejelasan dalam
menimbulkan contoh
a) Kemampuan
menggunakan media
yang berkaitan dengan
Kecermatan teori drama, langkah-
dalam langkah menulis
4
pemanfaatan naskah drama dengan
media media cerpen
b) Keterampilan dan
ketepatan saat
penggunaan media
a) Kemampuan
menggunakan penilaian
lisan saat pelaksanaan
5 Evaluasi menulis naskah drama
dengan media cerpen
b) Ketepatan dalam
penggunaan waktu
a) Meninjau kembali
pembelajaran yang
telah dilakukan dan
memberikan
kesempatan bertanya
Kemampuan
pada siswa
6 menutup
b) Memberikan tugas
pelajaran
kepada siswa dan
menginformasikan
bahan atau materi
pembelajaran
selanjutnya

Tabel 3.3

Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Aspek yang Diamati Jumlah Siswa


1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM
a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
38

tentang teori drama, langkah-langkah


menulis naskah drama dengan menggunakan
media cerpen
b. Siswa menulis naskah drama dengan
menggunakan media cerpen
c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan
yang berkaitan dengan drama
d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang
berkaitan dengan drama

2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM


a. Melamun
b. Mengobrol dengan temannya
c. Melakukan pekerjaan lain

2) Jurnal Siswa

Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan setelah proses

pembelajaran menulis naskah drama selesai. Lembar jurnal ini

bertujuan untuk melihat respon siswa terhadap proses pembelajaran

yang diberikan. Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.

Pertanyaan-pertanyaan dalam jurnal berbeda pada setiap

siklusnya. Pada siklus I terdapat dua pertanyaan. Pertanyaan pertama

mengenai materi apa yang dipelajari. Pertanyaan kedua mengenai

kesan yang didapat setelah belajar menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen.

Pada siklus II jurnal bertambah menjadi tiga pertanyaan.

Pertanyaaan pertama masih mengenai materi apa yang dipelajari dan

kesan apa yang didapat setelah proses pembelajaran menulis naskah


39

drama dengan menggunakan media cerpen. Pertanyaan ketiga yaitu

apakah kesulitan pada siklus I dapat teratarsi atau tidak.

3) Wawancara

Wawancara bermakna “berhadapan langsung antara interviewer

dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.”10

Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran dan kesulitan yang dialami oleh siswa pada

saat pemebelajaran berlangsung. Wawancara dilaksanakan kepada

sebagian siswa yaitu 30% dari jumlah siswa. Dalam melakukan

wawancara digunakan teknik terstruktur, yaitu “Pertanyaan telah

disiapkan peneliti dan setiap responden diberi pertanyaan yang sama,

dan pengumpul data mencatatnya.”11 Kegiatan wawancara

dilaksanakan di luar jam pelajaran dan dilaksanakan setelah

pembelajaran.

4) Dokumentasi

Pengambilan data dokumentasi foto dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung dan ketika melakukan wawancara.

Pengambilan gambar pembelajaran pada masing-masing siklus

mengacu pada kegiatan siswa ketika mengamati media yang berupa

naskah drama dan kegiatan siswa ketika sedang menulis naskah

drama.

10
Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 39.
11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 194.
40

F. Analisis data dan Interpretasi Data

Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu

pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang terkumpul. Data yang

sudah terkumpul berupa non tes yaitu observasi, hasil wawancara, dan hasil

jurnal. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu

“penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu.”12

Tahap analisa data tes dimulai dengan membaca keseluruhan data yang

ada, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Kriteria

keberhasilan peningkatan belajar adalah terjadinya peningkatan belajar

menulis naskah drama yang terlihat dari pengamatan telah menunjukan

bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai rencana dan siswa

memperlihatkan peningkatan yang tinggi dalam belajar menulis naksah

drama.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM

mata pelajaran Bahasa Indonesia di MAN Cibinong-Bogor, yaitu 75.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dibuat empat level, yaitu:

1. Di bawah KKM yaitu < 75 tingkat keberhasilan rendah

2. Sesuai KKM yaitu 75-80 tingkat keberhasilan sedang

3. Di atas KKM 81-85 tingkat keberhasilan tinggi

4. Di atas KKM 86-100 tingkat keberhasilan sangat tinggi.

12
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2001), Cet. II, h.
19.
41

G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen

Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama

dengan media cerpen, peneliti menentukan beberapa kriteria penilaian. Di

bawah ini adalah kriteria penilaian menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen:

Tabel 3.4

Format Penilaian Naskah Drama

Aspek Penilaian
Kelengkapan
Keesesuaian
Aspek
Naskah
Formal Penggunaan
No Nama Drama Kreativitas Jumlah
Naskah EYD
dengan
Drama
Cerpen
J D B K P
5 – 25 5 – 25 5 – 25 5 -25

Keterangan:

1. Kelengkapan aspek formal naskah drama

21-25 = Jika terdapat kelima aspek formal naskah drama yaitu judul

(J), dialog (D), babak (B), Kramagung (K), prolog (P).

16-20 = Jika terdapat empat aspek formal naskah drama

11-15 = Jika terdapat tiga aspek formal naskah drama

6-10 = Jika terdapat dua aspek formal naskah drama

1-5 = Jika terdapat satu aspek formal naskah drama

2. Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

21-25 = Jika naskah drama sesuai dengan isi cerpen dan cerpen
42

terangkum semua dalam naskah drama.

16-20 = Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen dan

cerpen terangkum semua dalam naskah drama.

11-15 = Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen namun

cerpen kurang lengkap dalam naskah drama

6-10 = Jika naskah drama kurang sesuai dengan isi cerpen dan

cerpen kurang lengkap dalam naskah drama

1-5 = Jika tidak ada kesesuaian antara naskah drama dengan

cerpen.

3. Kreativitas

21-25 = Jika sangat mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi

16-20 = Jika mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi

11-15 = Jika cukup mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi

6-10 = Jika kurang mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi

1-5 = Jika tidak mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi

4. Penggunaan EYD

21-25 = Jika tidak terdapat kesalahan dalam kaidah EYD

16-20 = Jika terdapat 1-5 kesalahan dalam kaidah EYD

11-15 = Jika terdapat 6-10 kesalahan dalam kaidah EYD


43

6-10 = Jika terdapat > 10 kesalahan dalam kaidah EYD

1-5 = Jika terdapat > 15 kesalahan dalam kaidah EYD

H. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil

yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan, maka akan ditindak

lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan

pembelajaran. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa

penelitian ini telah berhasil menguji proses pembelajaran menulis naskah

drama melalui media cerpen.


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di

kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor selama dua siklus. Secara garis besar,

pada bab empat ini akan memaparkan deskripsi awal penelitian, perencanaan

yang akan dilaksanakan, pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama

dengan menggunakan media cerpen, serta mendeskripsikan hasil yang dicapai

dalam proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media

cerpen.

B. Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011

1. Deskripsi Singkat MAN Cibinong-Bogor

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong Kabupaten Bogor pada

mulanya bernama Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Swasta 4 tahun

Bogor, yang berdiri pada tahun 1968 atas prakarsa M Taufiq Ismail sebagai

Ketua, M Imran Rosadi sebagai Sekretaris, dan K Mahpudin sebagai

Bendahara. Kemudian pada tahun 1982, status PGAP berubah menjadi

MAN Bogor Filial Cibinong dengan SK Direktur Jenderal Binbaga Islam

Depag Nomor Kep/e/302/1982, tanggal 23 Oktober 1982 yang pada waktu

itu sebagai Kepala MAN Bogor adalah Bapak Drs. Dudung, dan sebagai

Koordinator MAN Filial Cibinong adalah Zubaedi Muchtar, B.A. dengan


45

alamat di Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 di Komplek Pendidikan Al

Huda Cibinong.

Berkat peran serta Kakandepag Kab. Bogor, Bapak H. Abdurrahman

Amir, MAN Bogor memperoleh ijin dari Pemda untuk membeli tanah Kas

Desa Cirimekar seluas 8.065 m2 yang dibeli dengan dana DIPA (7.500 m2),

dana swadaya BP3 (565 m2), dan dibeli dari Bpk H. Abdul Fatah

(1.000m2), sehingga jumlah semuanya menjadi 9.065 m2. Mulai tahun

Anggaran 1985/1986 MAN Bogor mulai membangun gedung di Cirimekar.

Mulai tahun ajaran 1986/1987, MAN Bogor Filial Cibinong berpindah

dari Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 ke Kampus Cirimekar, dan sebagai

Koordinator adalah M. Taufiqurrahman, B.A. menggantikan pimpinan

sebelumnya yaitu Bapak Zubaedi Muchtar, B.A.

Kemudian pada tahun 1993 ditetapkan menjadi MAN Cibinong

berdasarkan SK Menteri Agama Nomor: 244 Tahun 1993, tanggal 25

Oktober 1993. Drs. H.Entjum Ma’sum sebagai Kepala MAN Cibinong.

Tabel 4.1

Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011

JUMLAH SISWA
SISWA
KELAS/ MISKIN
ROMBEL
PROGRAM
LK PR JML LK PR JML

X 10 143 232 375 3 8 11

XI IPA 4 43 89 132 7 16 23

XI IPS 4 48 114 162 1 0 1


46

XII IPA 3 25 72 97 3 3 6

XII IPS 3 38 82 120 0 2 2

XII BHS 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 24 297 589 886 14 29 42

2. Tujuan, Visi, dan Misi

a. Tujuan Madrasah : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Visi Madrasah : Terbentuknya peserta didik yang berprestasi dan

berakhlakul karimah

c. Misi Madrasah : Membentuk Siswa yang:

1) Berakhlakul Karimah

2) Berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Mampu bersaing dalam memasuki perguruan tinggi

4) Mampu bersaing dalam memasuki dunia kerja

5) Memiliki kemandirian

6) Menjadi teladan bagi teman dan masyarakat

3. Keadaan Sarana dan Prasarana

a. Tanah

Luas Tanah Seluruhnya : 15 670 m2

Luas tanah untuk bangunan : 3 540 m2

Luas tanah untuk sarana lingkungan


47

(halaman, jalan, taman) : 2 400 m2

Luas tanah Kosong/Hibah Pemkab

Bogor (Lokaasi di Karadenan) : 6 565 m2

b. Bangunan/Gedung

1. Ruang Kepala : 1 unit

2. Ruang Tata Usaha : 1 unit

3. Ruang Wakil Kepala : 1 unit

4. Ruang Guru : 2 unit

5. Ruang Belajar : 24 unit

6. Ruang BP/BK : 1 unit

7. Ruang Perpustakaan : 1 unit

8. Ruang Laboratorium Bahasa : 1 unit

9. Ruang Laboratorium Komputer : 1 unit

10. Ruang Laboratorium Kimia : 1 unit

11. Ruang Laboratorium Fisika : 1 unit

12. Ruang Laboratorium Biologi : 1 unit

13. Ruang Keterampilan Tata Boga : 1 unit

14. Ruang Keterampilan Tata Busana : 1 unit

15. Ruang Keterampilan THP : 1 unit

16. Masjid : 1 unit

17. Ruang UKS : 1 unit

18. Ruang OSIS : 1 unit

19. Ruang PMR : 1 unit


48

20. Ruang Bela Diri : 1 unit

21. Ruang Pramuka : 1 unit

22. Ruang PASKIBRA : 1 unit

23. Ruang Koperasi : 1 unit

24. Ruang Kantin : 1 unit

25. Lapangan Olah raga : 1 unit

26. Lapangan upacara : 1 unit

C. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan penelitian

pendahuluan di MAN Cibinong-Bogor. Kegiatan ini meliputi wawancara

dengan guru bahasa Indonesia, serta melakukan observasi dalam pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui proses

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis naskah drama kelas XI di

MAN Cibinong-Bogor. MAN Cibinong menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) kelas XI Tahun Pelajaran 2010-2011 sebesar 75 dan bagi

siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar KKM harus mengikuti

remidial.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata

pelajaran bahasa Indonesia, beliau mengakui bahwa pembelajaran keterampilan

menulis naskah drama selama ini menggunakan metode ceramah. Biasanya

guru menjelaskan apa itu drama selanjutnya guru memberikan contoh naskah

drama lalu siswa disuruh untuk membuat naskah drama. Selain itu peneliti

mendapatkan nilai menulis naskah drama yang telah dilakukan oleh guru
49

bahasa Indonesia sebelumnya. Berikut nilai hasil naskah drama siswa dalam

penelitian pendahuluan:

Tabel 4.2

Hasil Naskah Drama Sebelum Tindakan

Tingkat
No Nama Nilai
Keberhasilan
1 Achmad Suhendar 85 Tinggi
2 Ade Nurhasanah 75 Sedang
3 Aden Purnawan 70 Rendah
4 A Bukhori Muslim 65 Rendah
5 Ahmad Sonhaji 65 Rendah
6 Ana Nurjannah 75 Sedang
7 Anisa Yulianti 80 Sedang
8 Ashari Utomo Putra 60 Rendah
9 Asri Puspitasari 80 Sedang
10 Dhea Ulfah N 80 Sedang
11 Eka Rosiani Sari 70 Rendah
12 Endah Ami Pratiwi 75 Sedang
13 Eria Komarudin 70 Rendah
14 Ermawati 80 Sedang
15 Indah Syafitri 80 Sedang
16 Kemala Saras Rianty 80 Sedang
17 Khoirunnisa 75 Sedang
18 M. Angga Mahridan 60 Rendah
19 M. Hafiz Ramadhan 60 Rendah
20 Mahfudin 65 Rendah
21 Muhammad Iqbal 65 Rendah
22 Napsiah 75 Sedang
23 Naufal Fawwaz 80 Sedang
50

24 Novita Lestari 75 Sedang


25 Novita Sari 75 Sedang
26 Nurjayanti 70 Rendah
27 Rihlah Mawaddah 80 Sedang
28 Sarah Hayatin Nufus 75 Sedang
29 Saprudin 75 Sedang
30 Siti Aminah 75 Sedang
31 Siti Kurniasih 70 Rendah
32 Siti Mirnawati 60 Rendah
33 Siti Nurhasanah 75 Sedang
34 Tami Puspita Sari 60 Rendah
35 Wagiati 70 Rendah
36 Yudi Ardian 80 Sedang
Total 2610

Jumlah skor yang diperole h siswa


Total skor : x 100%
Ju ml ah siswa

2610
: x 100 %
36

: 72,50

Dari data tersebut diperoleh bahwa sebelum dilakukan tindakan ada

sebanyak 15 siswa dari 36 siswa atau 41,66% dari seluruh siswa memiliki

nilai rendah. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 72,50. Dari

hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis naskah drama

sebelum dilakukan tindakan pada siswa kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-

Bogor termasuk ke dalam kategori kurang.


51

Sedangkan dari hasil wawancara dengan beberapa siswa didapatkan

bahwa masih banyak yang merasa kesulitan di dalam menulis naskah drama,

di antaranya yaitu kesulitan untuk menuangkan ide, menentukan tema,

membuat dialog serta mengembangkan suatu keadaan. Beberapa dari

mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka senang sekali menulis,

tetapi kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dan ketika ada

pembelajaran menulis guru tersebut jarang sekali memberitahukan

kekurangan-kekurangan apa saja dari hasil tulisan mereka.

Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut, guru mata pelajaran bahasa Indonesia menentukan kelas

yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas XI IPS 1, karena berdasarkan

pengamatan bidang kurikulum dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia,

kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan

yang terbaik ataupun terburuk di antara 7 kelas lainnya.. Model

pembelajaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan media cerpen.

Media cerpen tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis naskah drama.

D. Tahap Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan pada tahap perencanaan siklus I ini adalah pertama-tama

peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dilengkapi dengan lembar kerja siswa. RPP yang dibuat didiskusikan

dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan


52

proses pembelajaran. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti menyiapkan

media cerpen agar mempermudah siswa dalam membuat naskah drama,

peneliti dan guru mata pelajaran memilih cerpen “Bertengkar Berbisik”

karya M. Kasim karena menurut keterangan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia bahwasannya cerpen itu pernah diberikan kepada siswa

sebelumnya, tujuannya ialah agar siswa lebih mudah memahami cerpen

tersebut. Selain itu, peneliti menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa

untuk setiap pertemuan, serta pedoman wawancara yang akan diberikan

pada akhir siklus.

Pada siklus I, siswa dituntut untuk memahami tentang pengertian

drama, unsur intrinsik, ciri-ciri dan kriteria naskah drama yang baik. Di

dalam pembelajaran guru tidak menyuguhkan secara langsung materi-

materinya akan tetapi guru menggali pengetahuan awal mereka melalui

tanya jawab, tujuannya agar siswa mampu menemukan sendiri tambahan

pengetahuan yang dimilikinya sehingga mereka dapat mengetahui tentang

naskah drama secara keseluruhan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan

media cerpen dan mempersilahkan siswa untuk membaca serta memahami

isi dari cerpen dan setelah itu siswa diharapkan menulis naskah drama

berdasarkan cerpen yang diberikan.

Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan ice breaking kepada

siswa tujuannya agar siswa tidak merasa jenuh setelah mereka menulis

naskah drama, dan juga agar pembelajaran diakhiri dengan kegiatan yang
53

mengesankan. Peneliti juga menggunakan metode refleksi untuk

perencanaan pembelajaran selanjutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal

24 Mei 2011, berdurasi 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) yaitu dimulai dari

pukul 08.30-10.00 WIB. Pengkondisian kelas di awal yaitu diberikan oleh

guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan memperkenalkan peneliti

yang akan menggantikannya dalam beberapa hari. Dan juga guru mata

pelajaran bahasa Indonesia memberi informasi bahwa yang akan

menggantikannya adalah seorang mahasiswi yang sedang melakukan

penelitian di MAN Cibinong-Bogor khususnya pada kelas XI IPS 1.

Tahap awal peneliti memberikan pertanyaan “Siapa yang pernah

mendengar kata drama?” Siswa menjawab dengan sangat antusias bahwa

mereka sering mendengarnya. Lalu peneliti memberikan pertanyaan “Lalu

siapa yang tahu drama itu apa?” Seketika suasana menjadi hening, hanya

ada satu siswa yang mengacungkan tangannya, guru memberi apresiasi

dengan menulis penjelasan yang diberikan oleh siswa tersebut dan

mengatakan “Cerdas, jawabannya bagus sekali. Ada lagi yang mau

melengkapi jawaban dari temannya tentang apa itu drama?” lalu satu

persatu siswa memberikan penjelasan tentang drama sehingga terkumpul

lima pendapat dari masing-masing siswa. Setelah itu peneliti merangkum

dan memberikan penjelasan drama secara lengkap dan jelas.


54

Kemudian guru memberi pertanyaan lanjutan “Apakah kalian pernah

menulis naskah drama?” Serentak anak-anak menjawab “Pernah”

selanjutnya guru menjelaskan dan diikuti dengan tanya jawab tentang unsur

intrinsik naskah drama, macam-macam drama, dan cara menulis naskah

drama yang baik dan benar. Kemudian guru memaparkan tentang

bagaimana penulisan naskah drama, teknik-teknik serta langkah-langkah

menggunakan media cerpen untuk menulis naskah drama.

Setelah itu, guru bertanya “Apakah kalian pernah membaca cerpen

yang berjudul Bertengkar Berbisik karya M. Kasim?” Sebagian dari anak-

anak menjawab “Pernah” sebagian lagi hanya diam saja. Lalu guru bertanya

kepada anak yang menjawab pernah “Apa inti cerita dari cerpen Bertengkar

Berbisik karya M. Kasim?” Seorang siswa menjawab “Cerpen itu berisikan

tentang 3 orang musafir yang terjebak dalam sebuah kampung, saat itu

waktu berbuka puasa sedangkan mereka tidak membawa bekal untuk

berbuka. Lalu mereka berinisiatif untuk menipu salah satu warga dari

kampung itu dengan berpura-pura salah satu dari mereka menjadi kepala

kampung. Setelah mereka makan kenyang dan ketika mereka akan tidur

mereka malah bertengkar, nah terdengarlah oleh yang punya rumah. Dan

akhirnya mereka bertiga ketahuan menipu, setelah itu mereka melarikan

diri. Begitu bu setahu saya,” lalu guru melempar pertanyaan selanjutnya

kepada siswa “Bagaimana, benar tidak apa yang dipaparkan oleh teman

kalian?” serentak siswa-siswa menjawab “Benar bu”.


55

Langkah selanjutnya guru membagikan cerpen Bertengkar Berbisik

karya M. Kasim serta lembar tugas kepada anak-anak. Kemudian siswa

diberi waktu 10 menit untuk membaca cerpen, keadaanpun menjadi ribut

maka guru mencoba untuk menertibkan dengan meminta untuk segera

membaca cerpen tersebut, maka suasanapun berubah menjadi hening. Guru

berkeliling untuk memastikan tidak ada siswa yang mengerjakan hal lain

selain membaca cerpen. Kemudian ada beberapa siswa yang bertanya

tentang dialog, apakah dialognya boleh diubah atau dikreatifkan atau

bahkan diefektifkan dari kalimat yang terlalu panjang dan di sinilah guru

menjelaskan bahwa dari cerpen itu harus diperhatikan dialog dan

kramagungnya, jika ada yang dikreatifkan atau diefektifkan kalimatnya

menjadi kalimat yang mudah dipahami maka akan menambah penilaian.

Selanjutnya guru memastikan bahwa semua siswa sudah memahami

cerpen yang akan diubah menjadi naskah drama tersebut dengan bertanya:

“Baik anak-anak, sudah siap menulis naskah drama?” Serentak anak-anak

menjawab “Siap!”. Lalu guru menugaskan siswa untuk memulai menulis

naskah drama dan setelah itu guru berkeliling untuk memastikan bahwa

semua siswa sudah mulai menulis naskah drama.

Suasana kelas menjadi tenang karena semua siswa sudah mulai

berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sesekali guru membimbing siswa

yang kesulitan dalam menulis naskah drama seperti kesulitan dalam menulis

kramagung, dialog dan babak. Sementara guru mata pelajaran bahasa


56

Indonesia yang bertugas sebagai observer mengamati proses pembelajaran,

observer duduk berada di belakang siswa.

Pada waktu sepuluh menit terakhir guru meminta untuk

mengumpulkan hasil naskah drama mereka, ada siswa yang sudah selesai

mengerjakannya dan ada juga beberapa siswa yang tergesa-gesa karena

belum selesai. Setelah semua siswa mengumpulkan naskah dramanya guru

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai pembelajaran,

tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Setelah itu guru membagikan jurnal

serta format observasi untuk diisi sebagai bahan refleksi pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Guru menginformasikan untuk membaca lagi cerpen

Bertengkar Berbisik karya M. Kasim di rumah serta membawa cerpen

tersebut pada pertemuan selanjutnya.

Pada detik-detik terakhir pembelajaran, guru memberikan satu ice

breaking. Kegiatan ini bertujuan agar pembelajaran diakhiri dengan

mengesankan, terlihat dari ekspresi seluruh siswa yang sangat ceria dan

senang ketika guru menutup pelajaran dan memberi salam.

3. Analisis Naskah Drama Siklus I

Peneliti menganalisis hasil naskah drama siswa berdasarkan kriteria-

kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil

naskah drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. “Cara

pengambilan sampel hasil naskah drama siswa diambil dengan teknik

random atau random sampling.”1 Naskah-naskah itu akan dianalisis pada

1
Subana dkk. Statistik Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2000). hlm. 25.
57

setiap siklus sehingga peneliti dapat mengetahui peningkatan atau

penurunan yang terjadi pada siswa. Berikut analisis kesebelas naskah drama

siswa tersebut:

a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar sudah cukup baik, di

dalamnya sudah terdapat judul yang diubah dari judul aslinya yaitu

judul berasal dari “Bertengkar Berbisik” berubah menjadi “Tiga

Orang Musafir Sang Penipu Ulung” itu artinya sudah ada daya

kreatifitas dalam segi penulisan judul, judul yang diberikan Ahmad

sangat cocok diberikan untuk cerita tersebut.

Dalam penulisan dialog yang ditulis oleh Ahmad hampir sama

dengan dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen. Hal tersebut

menyebabkan naskah drama terasa kaku ditambah dengan tidak

adanya pembagian babak dalam cerita sehingga tidak jelas

perpindahan babak atau perpindahan latarnya.

Begitu pula dalam penulisan kramagung, Ahmad menulis hampir

sama dengan yang terdapat dalam cerpen. Hanya ada beberapa

kramagung yang disederhanakan oleh Ahmad, misalnya:

Burkat : “Engkau pun penipu” (sambil terengah-engah

ketakutan)

Berasal dari kalimat:


58

“Engkau pun penipu” kata kepala kampung palsu itu terengah-

engah sebab ketakutan.

Sama halnya dalam penulisan prolog dan epilog, Ahmad

menuliskannya hampir sama dengan kalimat-kalimat yang terdapat

dalam cerpen.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad sudah

sesuai dengan isi cerpen. Isi cerpen seluruhnya terangkum dalam

naskah drama meskipun tidak adanya pembagian babak dan

penggambaran latarnya kurang jelas.

3) Kreativitas

Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita. Secara umum

Ahmad belum mampu mengembangkan kreativitasnya. Naskah yang

ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan dalam cerpen.

Hanya saja penulisan judul yang diubah dari judul yang terdapat

dalam cerpen.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ahmad masih diabaikan. Contohnya banyak

sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di sebelum kata kerja

yaitu di panggilkan yang seharusnya disambung menjadi

dipanggilkan, di malui yang seharusnya dimalui. Lalu ada kata yang

tidak menggunakan huruf kapital pada awal nama orang yaitu togop

yang seharusnya Togop.


59

b) Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus 1 ini

sudah cukup baik, hanya tidak ada babak dalam kelangkapan aspek

formal naskah dramanya. Judul yang diberikan Ade masih

menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah

judul menjadi lebih kreatif yaitu “Bertengkar Berbisik”.

Ade cukup pandai sekali mengembangkan sebuah dialog. Ia

membuat dialog-dialog baru yang tidak terdapat dalam cerpen.

Dialog-dialog itu Ade buat agar naskah dramanya terlihat lebih

menarik. Contoh dialog-dialog yang ditambahkan oleh Ade adalah

sebagai berikut:

Si Burkat : “Hai Togop, Togu ayo cepet jalannya

nanti kita kesorean”

Si Togop dan Togu : “Iya, ini juga sudah cepat-cepat”

Dalam naskah drama Ade terdapat prolog tetapi tidak ada

epilog. Ade salah satu siswa yang tidak menyelesaikan naskah drama,

itu disebabkan karena waktu yang terbatas. Ade sangat

menyederhanakan bentuk prolognya, seperti di bawah ini:

Pada waktu itu matahari sudah condong ke barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.

Mereka mempercepat langkah, agar dapat berbuka puasa di

kampung orang.
60

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.

Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di

kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung

kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti

sebentar akan bermusyawarah.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Ade menggantung, Ade tidak

menyelesaikan naskah dramanya, padahal tinggal sedikit lagi naskah

drama ade dapat sempurna. Sehingga isi cerita dalam cerpen kurang

lengkap terangkum dalam naskah drama.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ade cukup kreatif, terlihat dari

pengembangan cerita yang dituliskan Ade melalui dialog-dialognya

dengan ragam bahasa yang cukup menarik. Ade pun sangat pandai

berimprovisasi dalam dialog-dialog yang terdapat dalam naskah

dramanya.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Ade terdapat sedikit kesalahan dalam

penulisan EYD. Kesalahan-kesalahan itu ialah dalam penggunaan kata

depan di dan ke yang masih tertukar apakah disambung atau dipisah.


61

Contohnya kata di mulai yang seharusnya dimulai, di panggilkan yang

seharusnya dipanggilkan, dan ke sorean yang seharusnya kesorean.

c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Ana Nurjanah ini sudah baik, sudah terdapat judul

dalam naskah drama yang diubah sedikit saja dari judul aslinya yaitu

judul berasal dari “Bertengkar Berbisik” berubah menjadi

“Pertengkaran dengan Berbisik”.

Dalam penulisan dialog Ana menuliskannya hampir

menyerupai dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, hanya saja ada

sedikit kata-kata yang ditambahkan atau dihilangkan dalam dialog.

Tidak ada pembagian babak dalam naskah drama milik Ana,

sehingga naskah dramanya sedikit menyebabkan sulit dipahami

karena tidak jelas perpindahan babak dan perpindahan latarnya.

Ana sangat pandai sekali membuat kramagung, kramagung

yang dibuat Ana sangat bervariasi, digambarkan sesuai dengan

perilaku para tokoh dalam cerita misalnya:

Si Togu : “Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan dapat

juga kita bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya

tidak.” (Ia kecewa, menyesal, dan mengeluh)

Si Togop : “Kalau begitu (dengan berfikir panjang) lebih baik

kita cari akal, supaya kita dapat makan petang ini”


62

Prolog dan epilog yang dibuat oleh Ana masih sama dengan

prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Belum adanya

perubahan kreatifitas dalam penulisan prolog dan epilog.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Ana sesuai dengan isi cerpen, isi

cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Ana. Meskipun dalam

naskah drama Ana tidak ada babak.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu

mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan

kramagung yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari bentuk

aslinya. Meskipun dalam dialog Ana masih sedikit untuk

berimprovisasi.

4) Penggunaan EYD

Ana begitu mengabaikan penggunaan ejaan. Ada tujuh

kesalahan atau pertukaran antara preposisi dengan imbuhan kata di

yaitu di panggilkan yang seharusnya disambung menjadi

dipanggilkan, diantara yang seharusnya di antara, di iringkan yang

seharusnya diiringkan, dan sebagainya.

d) Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Asri masih bnyak kekurangan, tidak

ada judul dan babak dalam naskah drama. Sehingga cerita masih
63

mengambang untuk dibaca. Dalam penulisan dialog Asri masih

menyalin dengan dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, hanya

sedikit saja Asri menambahkan kata-kata sebagai pelengkap dialog.

Dalam penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi, Asri

banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak terdapat

dalam cerpen. Misalnya:

Burkat : “Engkau Togu, bagaimana pikiranmu? (sambil

memandang wajah Togu)

Kepala Kampung : “Tidak tau adat engkau ini, berani

menjatuhkan tangan rajamu!” (sambil

menolak tangannya dan berkata dengan

gusar)

Dalam penulisan prolog dan epilog Asri tidak banyak merubah

dengan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Sehingga masih

terlihat tidak berbeda jauh isinya dengan prolog dan epilog cerpen.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Asri sesuai dengan isi cerpen, isi

cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Asri. Meskipun dalam

naskah drama Asri tidak adanya babak dan judul.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Asri cukup kreatif, terlihat dari

penulisan kramagung, prolog serta epilog yang diubah oleh Asri.


64

Sehingga Asri cukup mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Asri sangat diabaikan. Lebih dari 15

kesalahan dalam naskah drama hasil Asri. Contohnya banyak sekali

kesalahan dalam penggunaan preposisi dan imbuhan di yaitu

dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara

yang seharusnya di antara. Lalu penggunaan huruf kapital di dalam

kata tempat dan nama orang yaitu di sitinjak yang seharusnya di

Sitinjak, sutan menjinjing alam yang seharusnya Sutan Menjinjing

Alam.

e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi

1). Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Endah Ami Prtiwi ini sudah sangat baik, aspek formal

naskah drama sudah lengkap, di dalamnya sudah terdapat judul,

dialog, babak, kramagung, prolog dan epilog. Judul cerpen yaitu

“Bertengkar Berbisik” Endah merubahnya menjadi “Pertengkaran 3

Serangkai dalam Berbisik” itu artinya Endah memberikan judul

dengan cukup kreatif.

Dalam penulisan dialog sudah tertulis secara rapih dan benar, dan

ada beberapa dialog yang diubah oleh Endah sehingga lebih menarik

untuk dibaca.

Dialog Berasal dari paragraf berikut ini


65

“Engkau Togu, bagaimana pikiranmu?” bertanya si Burkat

kepada temannya seorang lagi.

“Saya menurut saja” jawab si Togu.

Lalu diubah menjadi dialog berikut ini.

Burkat : “Oke, dan kamu Togu, bagaimana denganmu? Setuju

gak?”

Togu : “Kalau saya setuju-setuju aja sih, atur aja deh sama

kalian”.

Endah menuliskan babak dalam naskahnya, ia memberikan

babaknya dengan tulisan Scene 1, Scene 2, Scene 3, dst. Tetapi tidak

mencantumkan di mana keberadaan latar dalam setiap babak.

Dalam penulisan kramagung, Endah menuliskan dengan

menambahkan beberapa kalimat misalnya:

Berasal dari paragraf berikut

“Anak Keparat rupanya engkau ini, curang, tamak tidak setia

kawan, hanya memikirkan kesenangan sendiri saja,” kata si

Togop berbisik.

Endah mengubah kramagung menjadi berikut.

Togop : “Anak keparat rupanya kamu ini, curang, tamak, tidak

setia kawan, hanya mementingkan kesenangan sendiri

saja, egois kamu!!!” (sambil berbisik dan mulailah

emosinya naik)

Endah mengemas prolog sebagai berikut:


66

Suatu hari ada 3 orang musafir yang sedang berjalan di kampung

orang. Mataharipun sudah condong ke Barat, mereka sangat

bingung untuk berbuka puasa di mana.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka

itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang.

Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk

bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan

bermusyawarah.

2). Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Endah sudah sesuai dengan isi cerpen,

isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Endah. Diperjelas

dengan pembagian babak, dan alurnya sesuai dengan isi cerita dalam

cerpen.

3). Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Endah sudah cukup kreatif,

terlihat dari penulisan dialog yang diberikan dengan beberapa kalimat

yang cukup unik, judul yang dibah menjadi “Pertengkaran 3 Sekawan

dalam Berbisik”, kramagung yang diberikan sesuai dengan kondisi

cerita, epilog dan prolog yang tidak lagi menggunakan kata-kata

dalam cerpen.
67

4). Penggunaan EYD

Endah cukup mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya

banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang

mengikuti kata tempat yaitu dikampung yang seharusnya dipisah

menjadi di kampung, diantara yang seharusnya di antara. Lalu

penggunaan huruf kapital yang sering terdapat di tengah kalimat,

contohnya Dengan cara itu kita bisa menetap sementara di Rumah

kepala kampung sini yang seharusnya kata rumah tidak diawali oleh

huruf kapital.

f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty ini masih dalam taraf

nilai cukup, di dalamnya belum terdapat judul dan babak. Sehingga

naskahnya langsung kepada prolog cerita dan pembagian latar masih

kurang jelas.

Dalam beberapa dialog Kemala seringkali menghemat sebuah

dialog yang cukup panjang. Dialog yang dibuat oleh Kemala berikut

ini:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun

tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi

dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku

tanggung.”

Dialog Berasal dari paragraf berikut ini


68

“Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalan kita pun tak ada.

Di manakah kita akan menumpang? Bertanak sendiri dalam

puasa begini, saya tak sanggup rasanya.”

Dialog yang dihemat oleh Kemala:

Togu : “(Menghela nafas) Tiada guna menyesal dan

mengeluh sekarang. Lebih baik kita cari akal agar

dapat makan dan merehat malam ini!”

Berasal dari paragraf berikut ini:

“Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga kita

bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya tidak. Akan tetapi,

menyesal dan mengeluh tak ada gunanya. Lebih baik kita cari

akal, supaya kita dapat makan petang ini.”

Dalam dialog di atas Kemala tidak menyebutkan “Saya sangka

tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga bermalam di Batangtoru.....”

kalimat itu tidak begitu penting, karena pada dialog sebelumnya si

Togop sudah menjelaskan bahwa dia menyesal tidak bermalam di

Sitinjak.

Dalam penulisan kramagung, Kemala menambahkan dan

menuliskannya dengan cukup kreatif misalnya:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun

tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi

dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku


69

tanggung.” (Mengeluh sembari mengusap

keringatnya itu)

Dalam cerpen tidak terdapat kata-kata seperti yang dituliskan

Kemala dalam kramagung. Itu artinya Kemala sudah dapat

mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dalam cerpen sehingga ia bisa

menggambarkan ekspresi tokoh dalam cerita.

Dalam naskah drama Kemala terdapat prolog dan epilog. Prolog

yang dikreatifkan Kemala sebagai berikut.

Matahari nampak condong ke arah barat. Tiga orang musafir

mempercepat langkahnya untuk berbuka puasa di lai kampung

orang. Terhentilah mereka sejenak di awal sebuah kampung

kecil, bahagian Batangtoru.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.

Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di

kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung

kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti

sebentar akan bermusyawarah.

Epilog yang dibuat Kemala sebagai berikut:

Sungguh terlambat warga kampung tersebut saat mereka telah

mendapati ketiganya sudah meloloskan diri sebelum perintah

Empu rumah dilaksanakan. Mereka melompat dari jendela


70

kamar yang terbuka dan hilang di tempat yang kelam di balik

malam.

Berasal dari paragraf sebagai berikut:

Akan tetapi sebelum orang banyak dapat melakukan perintah

itu, Sutan Menjinjing Alam dengan kedua penngiringnya telah

dapat meloloskan diri, melompat dari jendela dan hilang di

tempat yang kelam.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Kesesuaian cerita dalam naskah drama milik Kemala sudah

sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam cerpen, meskipun

pembagian babak dan penggambaran latar kurang jelas dalam cerita.

3) Kreativitas

Hasil naskah drama karya Kemala ini cukup kreatif, dia

menambahkan beberapa kalimat dalam dialog dan bisa menghemat isi

yang terdapat dalam dialog. Meski ada beberapa dialog cerpen yang

dikutip seluruhnya.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan tanda baca masih banyak yang salah dalam naskah

drama milik Kemala ini. Ada beberapa penempatan tanda petik yang

salah diletakan oleh kemala. Yaitu penempatan tanda petik yang

diletakan di depan kramagung, seharusnya tanda petik hanya

diletakkan di dalam dialog saja. Misalnya:


71

Togu :”(Menghela nafas) Tiada guna menyesal dan

mengeluh sekarang. Lebih baik kita cari akal agar

dapat makan dan merehat malam ini!”

Kemala begitu mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya

banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang

mengikuti kata setelahnya yaitu disana yang seharusnya dipisah

menjadi di sana, di mulai yang seharusnya dimulai. Lalu penggunaan

huruf kapital dalam penulisan nama orang seperti Sutan menjinjing

alam yang seharusnya Sutan Menjinjing Alam.

g) Hasil naskah drama siswa bernama M. Hafiz Ramadhan

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama milik M. Hafiz Ramadhan ditulis dengan cukup

baik, waaupun di dalamnya belum terdapat judul dan babak. Tetapi

untuk dialog, kramagung, epilog dan prolog ditulis dengan baik.

Hafiz cukup pandai mengembangkan cerita, di dalam naskah

dramanya ia menambahkan beberapa dialog dalam satu situasi, yang

dalam cerpen tidak ada. Salah satu contoh dialog-dialog itu ialah

seperti di bawah ini:

Togop : “Permisi pak, kalau boleh tau, di manakah rumah

kepala kampung ini?”

Warga : “Boleh, apakah anda bertiga ada keperluan dengan

kepala kampung kami?”


72

Togop : “Tidak ada, kami hanya ingin menumpang hari ini

untuk melanjutkan perjalanan ke kampung

Batangtoru”

Warga : “Ohhh... begitu, baiklah mari saya antar ke rumah

kepala kampung”

Dalam penulisan kramagung, ada beberapa kramagung yang

ditulis oleh Hafiz yang tidak lagi melihat pada cerpen. Misalnya:

Togu : “Kami hanya ingin menumpang bermalam, untuk

melanjutkan perjalanan kami, perkenalkan nama saya

Togu, ini Togop (sambil menunjuk Togop) dan ini

Sutan Menjinjing Alam”

Dalam naskah drama Hafiz terdapat prolog dan epilog. Dalam

epilog Hafiz masih saja mengunakan kalimat-kalimat yang terdapat

dalam cerpan, tetapi untuk prolog Hafiz sedikit mengemas menjadi

lebih menarik seperti di bawah ini:

Pada suatu hari, ada tiga orang musafir yang hendak menuju

suatu kampung yang bernama kampung Batangtoru. Mereka

mempercepat langkahnya agar dapat berbuka puasa. Ketika

hendak sampai di kampung Batangtoru mereka berhenti sejenak

di sebuah kampung kecil.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.


73

Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di

kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung

kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti

sebentar akan bermusyawarah.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah drama milik Hafiz sudah sesuai dengan isi cerpen, isi

cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Hafiz. Meski dalam

naskah tidak terdapat judul dan babak, tetapi Hafiz memberikan

beberapa penambahan latar agar cerita lebih lengkap dan menarik.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Yudi cukup kreatif, terlihat dari

penulisannya Hafiz mampu mengembangkan cerita dan

berimprovisasi dengan penambahan beberapa latar dan dialog-dialog.

Dengan tetap menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah

dimengerti.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Hafiz terdapat sedikit kesalahan dalam

penulisan EYD, hanya ada lima kesalahan dalam naskah drama

miliknya. Kesalahan-kesalahan itu ialah dalam penggunaan kata depan

di dan ke yang masih tertukar apakah disambung atau dipisah.

Contohnya kata diatas yang seharusnya di atas, di ikuti yang

seharusnya diikuti, dan kekampung yang seharusnya ke kampung.


74

h) Hasil naskah drama siswa bernama Novita Lestari

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Novita Lestari sudah cukup baik,

akan tetapi Novita tidak memberikan babak dalam naskah dramanya.

Judul yang diberikan oleh Novita masih menggunakan judul yang ada

di dalam cerpen.

Dalam dialog Novita belum bisa megembangkan dan

berimprovisasi. Dialog-dialog yang terdapat dalam naskah dramanya

sama dengan dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen, sehingga

belum adanya daya kreativitas dalam dialog.

Dalam naskah drama Novita terdapat prolog dan epilog. Akan

tetapi prolog dan epilog yang dituliskan oleh Novita masih

menggunakan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen, Novita

tidak mengubah ataupun mengembangkan prolog dan epilog yang

terdapat dalam cerpen.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Novita sudah sesuai dengan isi cerpen,

isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Novita. Hanya saja

di dalamnya tidak terdapat babak, sehingga masih sedikit sulit untuk

memahami alurnya.

3) Kreativitas

Hasil naskah drama yang ditulis oleh Novita masih kurang

kreatif, ia kurang mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi


75

dalam naskah dramanya. Mulai dari judul hingga epilog Novita masih

menggunakan kata-kata yang berasal dari cerpen, ia hanya sedikit

menambahkan beberapa kata saja sebagai pelengkap sebuah dialog.

Selebihnya bisa dikatakan Novita hanya memparafrasekan bentuk

cerpen menjadi bentuk naskah drama.

4) Penggunaan EYD

Dalam naskah drama milik Novita ada kesalahan-kesalahan

penulisannya. Novita masih kurang teliti dalam penulisan kata di

untuk preposisi atau untuk imbuhan, contohnya kata dikampung

seharusnya di kampung, dikasur seharusnya di kasur. Selanjutnya

kesalahan pada penempatan huruf kapital, contohnya kata keciL

seharusnya kecil, Biar seharusnya biar.

i) Hasil naskah drama siswa bernama Rihlah Mawaddah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Rihlah Mawaddah sudah cukup baik, aspek formal

naskah dramanya sudah cukup lengkap, akan tetapi tidak ada babak di

dalamnya. Judul yang diberikan Rihlah sudah diubah bentuknya dari

judul yang terdapat dalam cerpen. Judulnya yaitu “Tiga Musafir yang

Mencari Makan”, judul tersebut sangat jauh sekali dengan judul yang

terdapat dalam cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik”. Rihlah mencari

topik lain dalam cerita, sehingga ia tidak menitik beratkan fokus cerita

pada bertengkar berbisik, tetapi ia menitik beratkan masalah dalam


76

cerita yaitu ketika tiga orang musafir mencari makan, yang berimbas

kepada kebohongan dan pertengkaran.

Dalam penulisan dialog, Rihlah tidak mengubah bentuk asli dari

dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen. Sehingga ketika

membacanya terasa cukup kaku.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Rihlah cukup sesuai dengan isi cerpen,

isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Rihlah. Alurnya

sesuai dengan isi cerita dalam cerpen.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Rihlah cukup kreatif, terlihat dari

penulisan judul yang di ubah menjadi lebih menarik, prolog dan

epilog dengan menambahkan sedikit kata-kata yang berbeda dari yang

berada dalam cerpen. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang

sederhana yang tidak sulit untuk dipahami.

4) Penggunaan EYD

Kesalahan penulisan EYD yang terdapat dalam naskah drama

milik Rihlah ini cukup banyak, terdapat 12 kesalahan. Di antaranya

yaitu kesalahan dalam penulisan kata depan di yang bergabung

dengan kata tempat, contohnya diSitinjak yang seharusnya di Sitinjak,

dikampung yang seharusnya di kampung, di rumah yang seharusnya di

rumah. Dan penempatan huruf kapital dalam nama orang yaitu

contohnya si togop yang seharusnya si Togop


77

j) Hasil naskah drama siswa bernama Siti Aminah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Siti Aminah pada siklus 1 ini sudah

baik, di dalam aspek formal naskah dramanya hanya tidak ada babak.

Dalam judul Siti masih menggunakan judul dari cerpen yaitu

“Bertengkar Berbisik”.

Siti cukup pandai dalam mengembangkan sebuah dialog, dalam

naskah dramanya Siti sering menambahkan beberapa dialog sebagai

pembuka babak, dalog-dialog tersebut tentu tidak ada dalam cerpen.

Salah satunya sebagai berikut:

Serentak : “Hari sudah sore, sebentar lagi kita akan

menjelang buka puasa”

Burkat : “Tapi di mana kita akan menumpang?”

Togop : “Hmmmm... lebih baik kita bermalam di Sitinjak

saja, sepertinya di sana ada warung nasi...”

Dalam penulisan kramagung, Siti masih menggunakan yang

berasal dari cerpen, hanya saja kramagung Siti lebih banyak dengan

mengulang kata yang sama.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Siti sudah sesuai dengan isi cerpen, isi

cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Siti. Alurnya sesuai

dengan isi cerita dalam cerpen.


78

3) Kreativitas

Siti sudah cukup kreatif. Ia mampu mengembangkan cerita dan

berimprovisasi dalam dialog dan kramagung. Seperti yang sudah

dipaparkan di atas, Siti sangat pandai dalam membuat dialog-dialog

baru yang tidak ada di dalam cerpen.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan dalam naskah drama milik Siti ini tidak

begitu banyak terdapat kesalahan, hanya terdapat lima kesalahan. Di

antaranya siti masih belum bisa membedakan kata preposisi di dengan

kata berimbuhan di. Contohnya kata dimana seharusnya di mana, kata

di panggilkan seharusnya dipanggilkan. Dan juga ada satu kata yang

disingkat penulisannya yaitu kata dgn yang seharusnya dengan.

k) Hasil naskah drama siswa bernama Yudi Ardian

1). Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Yudi Ardian pada siklus 1 ini sudah cukup baik, di

dalamnya sudah terdapat judul walaupun judul yang diberikan Yudi

masih menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak

mengubah judul menjadi lebih kreatif.

Yudi sangat pandai sekali untuk menghemat suatu percakapan

yang panjang di dalam cerpen, terlihat dari dialog yang dibuat oleh

Yudi berikut ini:

Burkat : “Baik, tetapi mula-mula patutlah saya diberi gelar

dahulu, sebut saja gelar saya Sutan Manjinjing Alam.


79

Rahasia kita jangan sampai terbongkar, bahaya!!!

Tolong bawakan bungkusan dan payung saya ini.”

Dialog Berasal dari paragraf berikut ini

“Baik. Tetapi mula-mula patutlah saya diberi bergelar dahulu.

Sebut sajalah gelar saya Sutan Menjinjing Alam. Tetapi hari-

hari, jangan sesaat, kalau-kalau terbuka rahasia kita. Jika

terbuka, bukan saja kita tidak dapat makan, tetapi badan kita

akan merasai pula orang buat sudah itu bungkusan dan payung

saya ini, bawalah oleh kalian berdua. Karena tak pantas lagi

seorang raja membawa bungkusan kalau saya ada

pengiringnya.”

Hasil naskah drama Yudi pada siklus 1 tidak menggunakan

babak sehingga sulit untuk membagi kejadian-kejadian dalam cerita.

Dalam penulisan kramagung, Yudi menuliskan dengan cukup kreatif

misalnya:

Togop : “Itulah sebabnya maka saya katakan tadi, lebih baik

kita bermalam di Sitinjak saja. Di sana ada warung

nasi.” (sambil memandang-mandang pohon

disampingnya dengan penuh kekecewaan)

Dalam naskah drama Yudi terdapat prolog dan epilog. Prolog

yang diberikan Yudi sedikit berbeda dengan yang terdapat dalam

cerpen, seperti di bawah ini:


80

Pada suatu hari ketika matahari mulai terbenam, ada tiga

orang musafir yang berjalan kaki dengan cepat. Agar dapat

berbuka puasa di kampung orang. Ketika mereka sampai di

salah satu kampung, Batangtoru namanya. Mereka berhenti

sebentar bermusyawarah, burkat mengawali pembicaraan

mereka.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang

musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.

Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di

kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung

kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti

sebentar akan bermusyawarah.

2). Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Yudi cukup sesuai dengan isi cerpen,

isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Yudi. Alurnya

sesuai dengan isi cerita dalam cerpen.

3). Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Yudi cukup kreatif, terlihat dari

penulisan dialog yang diberikan menggunakan ragam bahasa yang

cukup kreatif dan Yudi pun pandai dalam mengemas dialog yang

panjang menjadi lebih sederhana. Yudi sangat pintar membuat suatu

kramagung setiap kramagung Yudi deskripsikan dengan


81

menyesuaikan tingkah laku para tokoh dalam cerita. Begitupun

dengan prolog dan epilog yang sudah dipaparkan di atas bahwa Yudi

sangat kreatif untuk membentuknya sehingga cerita tidak terasa kaku.

4). Penggunaan EYD

Yudi cukup mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya banyak

sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang mengikuti kata

tempat yaitu dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di

kampung, diantara yang seharusnya di antara.

4. Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Pembelajaran Siklus I

Hasil tes kognitif yang dilakukan pada pembelajaran menulis naskah

drama dalam siklus I ini yaitu tes unjuk kerja berdasarkan aspek penilaian

yang telah ditentukan. Kegiatan penilaian yang digunakan pada penelitian

ini penulis langsung berperan sebagai observer, karena jenis PTK partisipan

yang digunakan dalam penelitian ini. dengan demikian penulis langsung

menilai sendiri tingkah laku siswa dalam pembelajaran.

Untuk melihat kemampuan siswa tersebut, peneliti menentukan

beberapa kriteria penilaian yang telah dipaparkan sebelumnya pada BAB 3.

Berikut ini nilai seluruh siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I

1
No Nama 2 3 4 Total
J D B K P
1 Achmad Suhendar 5 5 - 5 5 25 15 15 75
2 Ade Nurhasanah 5 5 - 5 5 15 20 20 70
3 Aden Purnawan - 5 - 5 5 20 20 20 75
82

4 A Bukhori Muslim 5 5 - 5 5 20 15 15 70
5 Ahmad Sonhaji 5 5 - 5 5 20 15 20 75
6 Ana Nurjannah 5 5 - 5 5 25 20 15 80
7 Anisa Yulianti - 5 - 5 5 25 15 20 75
8 Ashari Utomo Putra 5 5 - 5 5 20 20 15 75
9 Asri Puspitasari - 5 - 5 5 25 20 15 75
10 Dhea Ulfah N 5 5 - 5 5 25 20 15 80
11 Eka Rosiani Sari 5 5 - 5 5 25 20 15 80
12 Endah Ami Pratiwi 5 5 5 5 5 25 20 15 85
13 Eria Komarudin - 5 - 5 5 25 15 20 75
14 Ermawati 5 5 - 5 5 25 15 15 75
15 Indah Syafitri - 5 - 5 5 25 20 15 75
16 Kemala Saras Rianty - 5 - 5 5 25 20 20 80
17 Khoirunnisa 5 5 5 5 5 25 15 10 75
18 M. Angga Mahridan 5 5 - 5 5 20 20 15 75
19 M. Hafiz Ramadhan - 5 - 5 5 25 20 20 80
20 Mahfudin 5 5 - 5 5 20 15 20 75
21 Muhammad Iqbal 5 5 - 5 5 20 20 15 75
22 Napsiah - 5 - 5 5 25 20 15 75
23 Naufal Fawwaz 5 5 - 5 5 25 15 15 75
24 Novita Lestari 5 5 - 5 5 25 20 15 80
25 Novita Sari 5 5 - 5 5 25 15 15 75
26 Nurjayanti 5 5 - - 5 25 20 15 75
27 Rihlah Mawaddah 5 5 - 5 5 25 25 10 80
28 Sarah Hayatin Nufus - 5 5 5 5 25 20 20 85
29 Saprudin - 5 - 5 5 25 20 15 75
30 Siti Aminah 5 5 - 5 5 25 20 20 85
31 Siti Kurniasih 5 5 - 5 5 20 15 20 75
32 Siti Mirnawati 5 5 5 5 - 25 15 15 75
33 Siti Nurhasanah 5 5 - 5 5 20 15 20 75
34 Tami Puspita Sari - 5 - 5 5 20 20 15 70
35 Wagiati 5 5 - 5 5 25 15 20 80
36 Yudi Ardian 5 5 - 5 5 25 20 20 85
Jumlah Skor 2765

Keterangan:

(1) = Kelengkapan aspek formal naskah drama yang terdiri dari:


83

(J) = Judul

(D) = Dialog

(B) = Babak

(K) = Kramagung

(P) = Prolog

(2) = Kesesuaian Naskah drama dengan cerpen

(3) = Kreativitas

(4) = Penggunaan EYD

Dari nilai pembelajaran pada siklus I yang dicapai oleh siswa

kemudian penulis urutkan mulai dari nilai terendah sampai tertinggi.

Adapun urutan data nilai terendah sampai tertinggi terdapat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.4

Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I

Tingkat
No Nama Total
Keberhasilan
1 A Bukhori Muslim 70 Rendah
2 Aden Purnawan 70 Rendah
3 Tami Puspita Sari 70 Rendah
4 Achmad Suhendar 75 Sedang
5 Ade Nurhasanah 75 Sedang
6 Ahmad Sonhaji 75 Sedang
7 Anisa Yulianti 75 Sedang
8 Ashari Utomo Putra 75 Sedang
9 Asri Puspitasari 75 Sedang
10 Eria Komarudin 75 Sedang
84

11 Ermawati 75 Sedang
12 Indah Syafitri 75 Sedang
13 Khoirunnisa 75 Sedang
14 M. Angga Mahridan 75 Sedang
15 Mahfudin 75 Sedang
16 Muhammad Iqbal 75 Sedang
17 Napsiah 75 Sedang
18 Naufal Fawwaz 75 Sedang
19 Novita Sari 75 Sedang
20 Nurjayanti 75 Sedang
21 Saprudin 75 Sedang
22 Siti Kurniasih 75 Sedang
23 Siti Mirnawati 75 Sedang
24 Siti Nurhasanah 75 Sedang
25 Ana Nurjannah 80 Sedang
26 Dhea Ulfah N 80 Sedang
27 Eka Rosiani Sari 80 Sedang
28 Kemala Saras Rianty 80 Sedang
29 M. Hafiz Ramadhan 80 Sedang
30 Novita Lestari 80 Sedang
31 Rihlah Mawaddah 80 Sedang
32 Wagiati 80 Sedang
33 Endah Ami Pratiwi 85 Tinggi
34 Sarah Hayatin Nufus 85 Tinggi
35 Siti Aminah 85 Tinggi
36 Yudi Ardian 85 Tinggi
Jumlah Skor 2765
85

Mencari rata-rata:

𝑓
P= X 100 % 2
𝑁

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Total skor : x 100%
Jumlah siswa

2765
: x 100 %
36

: 76,80

Berdasarkan tabel di atas nilai pada siklus I terendah hingga

tertinggi adalah nilai 70 ada 3 orang, nilai 75 ada 21 orang, nilai 80 ada 8

orang dan nilai 85 ada 4 orang. Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai

terendah pada siklus I adalah 70, dan nilai tertinggi adalah 85. Sedangkan

nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76,80. Dari hasil siklus I menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen di atas, siswa kelas XI

IPS 1 termasuk ke dalam kategori cukup/sedang.

5. Analisis Hasil Wawancara, Lembar Observasi dan Jurnal Siswa Pada

Siklus I

a) Analisis Hasil Wawancara

Dalam sebuah penelitian ini, salah satu analisis data dilakukan atas

pernyataan yang dikemukakan oleh para siswa. Hal ini dilakukan dengan

cara peneliti mendengarkan hasil wawancara yang ada dan

mendeskripsikan seluruh hasil yang ditemukan di lapangan.

2
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Rajawali, 1992). hlm. 40
86

Setiap akhir pembelajaran, dilakukan wawancara dengan siswa,

untuk mengetahui kemampuan, kendala, dan kondisi pembelajaran

menulis naskah drama dengan media cerpen. Siswa yang diwawancarai

berjumlah 11 orang. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI

IPS 1. Berikut hasil wawancara tersebut:

Tabel 4.5

Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I

No Pertanyaan Jawaban Persentase


Apakah kamu tertarik dalam a. Dapat 54,54%
1 pembelajaran menulis? b. Biasa saja 18,18%
c. Tidak 27,27%
Apakah model pembelajaran
a. Tertarik 63,63 %
dengan media cerpen dapat
2 b. Biasa saja 9,09 %
meningkatkan kamu dalam
c. Tidak 27,27 %
pembelajaran menulis?
Apakah dengan media cerpen dapat a. Dapat 54,54 %
3 mempermudah kamu dalam b. Biasa saja 27,27 %
menulis naskah drama? c. Tidak 18,18 %
Apakah ada kesulitan dalam a. Tidak 45,45 %
4 menulis naskah drama dengan b. Biasa saja 18,18 %
media cerpen? c. Ada 36,36 %
Apakah pembelajaran dengan a. Dapat 81,81 %
5 media cerpen dapat memotivasi b. Biasa saja 18,18 %
dalam menulis naskah drama? c. Tidak 0%
Apakah dengan media cerpen dapat a. Tidak 72,72 %
6 menurunkan kemampuan kamu b. Biasa saja 18,18 %
dalam menulis naskah drama? c. Dapat 9,09 %
Apakah pembelajaran tadi a. Dapat 81,81 %
7 membuat anda semakin ingin tahu b. Biasa saja 9,09 %
banyak tentang naskah drama? c. Tidak 9,09 %

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa

memberikan komentar positif dalam kegiatan pembelajaran menulis


87

naskah drama dengan media cerpen. Bahwa ada 63,63 % yang

berkomentar media cerpen dapat meningkatkan siswa dalam menulis

naskah drama, ada 54,54% siswa yang berkomentar media cerpen dapat

mempermudah mereka dalam menulis naskah drama, ada 81,81 % yang

berkomentar bahwa mereka termotivasi dengan pembelajaran menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen, dan ada 72,72% siswa

yang berkomentar bahwa dengan media cerpen tidak menurunkan

kemampuan mereka dalam menulis naskah drama. Itu artinya bahwa

rata-rata komentar siswa menilai positif dalam pembelajaran menulis

naskah drama dengan media cerpen.

b) Analisis Data Observasi

Lembar observasi diberikan untuk mengamati aktivitas guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini diberikan

pada akhir pembelajaran oleh peneliti kepada seluruh siswa yaitu

sebanyak 36 siswa. Berikut hasil lembar observasi siswa pada siklus I:

Tabel 4.6

Hasil Observasi Siswa pada Siklus I

Kriteria
No Aspek yang diamati
Kurang Cukup Baik
1 Guru memberikan penjelasan
secara terperinci mengenai
2, 77 % 16,66 % 80,55 %
materi pembelajaran menulis
naskah drama
2 Guru menguasai dengan baik
materi pembelajaran menulis 2,77 % 11,11 % 86,11 %
naskah drama
3 Guru menggunakan media 11,11 % 33,33 % 55,55 %
88

yang mendukung terkait


pembelajaran menulis naskah
drama
4 Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait dengan 5,55 % 27,77 % 66,66 %
pembelajaran menulis naskah
drama
5 Guru memberikan tugas
sesuai dengan materi 11,11 % 13,88 % 75 %
pembelajaran yang diberikan
6 Guru membuka dan menutup
pembelajaran dengan baik
0% 5,55 % 94,44 %
dan mengesankan

7 Guru memperhatikan
kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung,
dan membantu mengarahkan 0% 2,77% 97,22 %
siswa yang menemui
kesulitan dalam mengerjakan
tugas menulis naskah drama

Dari tabel di atas ada 55,55 % siswa yang memberikan nilai baik

untuk kategori penggunaan media, itu disebabkan karena pada siklus I

peneliti tidak berupaya maksimal menjelaskan akan ketepatan penggunaan

media cerpen dalam menulis naskah drama, dan juga dikarenakan beberapa

siswa terlihat malas untuk membaca cerpen terlebih dahulu. Ada 66,66 %

siswa yang memberikan nilai baik untuk butir guru memberikan kesempatan

bertanya. Itu disebabkan karena alokasi waktu yang kurang sehingga

manajemen waktunya kurang diperhatikan oleh peneliti.

Akan tetapi ada 97,22 % siswa yang memberikan nilai baik tentang

guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,


89

dan membantu mengarahkan siswa yang menemui kesulitan dalam

mengerjakan tugas menulis naskah drama. Dan pada butir guru membuka dan

menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan sebanyak 94,44%

siswa yang memilih kategori baik. Dapat disimpulkan dari seluruh siswa rata-

rata memberikan respon positif dalam lembar observasi pada siklus I ini.

c) Analisis Jurnal Siswa

Berdasarkan hasil jurnal siswa, menunjukan bahwa siswa

merespon positif pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.

Umumnya siswa dapat menjawab tentang pelajaran yang mereka peroleh

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan media cerpen

menulis naskah drama dapat memotivasi siswa, siswa merasa sangat

tertarik untuk menulis naskah drama karena mereka merasa sangat

terbantu dengan menggunakan media cerpen. Hal ini ditunjukan oleh

jawaban siswa yang pada umumnya merasa senang dan cukup tertarik

terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan merasa terbantu untuk

menulis naskah drama dengan media cerpen. Umumnya dari mereka

merespon bahwa pelajaran pada siklus I itu menyenangkan.

6. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran

Lembar kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk merekam

kejadian-kejadian yang terjadi pada proses pembelajaran dan sebagai bahan

refleksi untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Dalam aktivitas ini

digunakan sebanyak dua lembar observasi yaitu lembar aktivitas guru dan

lembar aktivitas siswa.


90

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru

mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor, diperoleh data

mengenai kegiatan peneliti dalam mengajar. Peneliti sangat antusias dalam

melaksanakan proses pembelajaran, walau penggunaan waktu kurang

efektif. Dalam menjelaskan materi dan penggunaan media sudah baik,

walau guru kurang meyakinkan siswa dalam manfaat media cerpen. Untuk

lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas guru dapat dilihat

dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.7

Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus I

No Aspek Kriteria Ket Nilai


a) Menarik perhatian siswa dan
Baik 85
Kemampuan menimbulkan motivasi
1 membuka b) Menjelaskan prosedur
pelajaran pembelajaran yang akan Baik 80
dilaksanakan
Sikap guru a) Kejelasan suara Baik 90
2 dalam proses b) Antusiasisme penampilan atau
Baik 90
pembelajaran mimik
a) Kesesuaian penggunaan media
Tepat 85
cerpen dengan pokok bahasan
b) Kejelasan dalam menerangkan
Proses
3 materi menulis naskah drama
pembelajaran
dengan menggunakan media Cukup 75
cerpen serta kejelasan dalam
menimbulkan contoh
a) Kemampuan menggunakan
Kecermatan media yang berkaitan dengan
dalam teori drama, langkah-langkah Baik 80
4
pemanfaatan menulis naskah drama dengan
media media cerpen
b) Keterampilan dan ketepatan Cukup 75
91

saat penggunaan media


a) Kemampuan menggunakan
penilaian lisan saat
Baik 85
pelaksanaan menulis naskah
5 Evaluasi
drama dengan media cerpen
b) Ketepatan dalam penggunaan
Cukup 75
waktu
a) Meninjau kembali
pembelajaran yang telah
dilakukan dan memberikan Baik 80
Kemampuan kesempatan bertanya pada
6 menutup siswa
pelajaran b) Memberikan tugas kepada
siswa dan menginformasikan
Baik 85
bahan atau materi
pembelajaran selanjutnya

Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa

selama proses pembelajaran. Diperoleh data aktivitas siswa bahwasannya

siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam mengerjakan

tugas. Terlihat dari sebagian siswa merespon guru dengan bertanya,

berpendapat dan menjawab seputar materi drama. Meskipun ada sebagian

kecil melakukan mengobrol dengan temannya dan ada juga yang melamun.

Untuk lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas siswa dapat

dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I

Aspek yang Diamati Jumlah Siswa


1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM
a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang teori drama, langkah-langkah 90 %
menulis naskah drama dengan menggunakan
92

media cerpen
b. Siswa menulis naskah drama dengan 100 %
menggunakan media cerpen
c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan 40 %
yang berkaitan dengan drama
d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang 60 %
berkaitan dengan drama

2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM


a. Melamun 2%
b. Mengobrol dengan temannya 10 %
c. Melakukan pekerjaan lain 5%

7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I

Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis

dari observasi, jurnal dan wawancara ditemukan beberapa kekurangan dan

kelebihan yang ada pada siklus I.

1) Kekurangan dan kendala yang ditemukan pada siklus I

(a) Aktivitas siswa dalam belajar masih kurang, terlihat waktu siswa

membaca cerpen dan menulis naskah drama masih banyak siswa yang

hanya diam saja di awal. Penyebab kekurangan ini diperkirakan

karena siswa masih ada yang bingung dan malas dahulu melihat

cerpen yang berisi 2 halaman padat dengan tulisan. Untuk mengatasi

permasalahan ini, peneliti akan berusaha menjelaskan dahulu akan

cerpen yang disajikan agar siswa lebih merasa tertarik untuk membaca

cerpen tersebut.
93

(b) Kurangnya manajeman waktu. Penyebab kekurangan ini adalah

karena waktu hanya berdurasi 2 x 45 menit sehingga sangat kurang

sekali untuk guru menjelaskan materi, siswa membaca cerpen dan

terlebih untuk siswa menulis sebuah naskah drama. Untuk mengatasi

permasalahan ini, peneliti akan berusaha memaksimalkan waktu,

mengefektifkan waktu dengan mengalokasikan waktu secermat

mungkin dan lebih antisipatif akan hal-hal yang tidak perlu. Peneliti

akan lebih memperhatikan susunan rencana pembelajaran yang telah

dibuat sebelum pembelajaran dilaksanakan.

(c) Kurangnya kelengkapan aspek formal hasil naskah drama siswa.

Dilihat dari hasil keseluruhan siswa, kelengkapan aspek formal naskah

drama yaitu banyak siswa yang tidak menampilkan babak dalam

naskah mereka. Dan ada juga beberapa siswa yang tidak memberi

judul dalam naskah dramanya. Peneliti akan mencoba memberikan

satu contoh naskah drama berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer,

karena pada pembelajaran siklus I peneliti tidak memberikan contoh

naskah drama. Tujuannya agar siswa dapat melihat contoh naskah

drama yang benar, yang didalamnya dilengkapi oleh aspek formal

naskah drama.

(d) Kurangnya kreativitas dalam menulis naskah drama. Masih banyak

siswa yang belum bisa berimprovisasi dan mengembangkan ceritanya.

Sehingga naskah drama terlihat sangat kaku, masih adanya siswa yang

hanya memindahkan dialog-dialog cerpen ke dalam naskah drama.


94

Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan mencoba memberikan

salah contoh bagaimana mengembangkan sebuah dialog, mengubah

suatu judul, dan membuat kramagung yang tidak lagi menggunakan

kata-kata yang terdapat dalam cerpen.

(e) Kurangnya penggunaan ketepatan ejaan. Banyak siswa yang

mengabaikan penggunaan ejaan, hal tersebut terlihat dalam

menuliskan prefiks dan imbuhan, penulisan huruf kapital, tanda baca,

dan penyingkatan kata seperti yg yang seharusnya yang, dgn yang

seharusnya dengan. Maka pada pembelajaran selanjutnya, sebelum

siswa memulai menulis naskah drama peneliti akan menekankan

kembali penggunaan ejaan yang benar, peneliti juga akan memberikan

sedikit tips-tips dalam penggunaan ejaan yang baik dan benar.

2) Kelebihan Pembelajaran pada Siklus I

(a) Pembelajaran dengan menggunakan media cerpen membuat suasana

baru dan menyenangkan dalam menulis naskah drama. Sebelumnya

hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan saja, sehingga

membuat siswa bosan. Dengan adanya pemberian media baru yaitu

cerpen, siswa merasa lebih antusias untuk menulis naskah drama.

Sehingga tidak adanya pemandegan ide-ide, siswa bisa lebih kreatif

dalam mengembangkan cerita.

(b) Adanya hiburan dan ice breaking pada akhir pembelajaran. Hal itu

menyebabkan siswa merasa terkesan akan proses pembelajaran.


95

E. Tahap Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus II

Pada tahap perencanaan pada siklus II ini peneliti juga menyiapkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar oobservasi, lembar

jurnal, dan panduan wawancara. RPP disusun oleh peneliti dan didiskusikan

bersama guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan

proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, maka proses

pembelajaran pada siklus II akan lebih diarahkan dengan mengacu pada

hasil evaluasi siklus I, perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I

diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa peraturan pembelajaran

yang terdapat pada siklus I yaitu:

a) Peneliti akan memotivasi siswa untuk bertanya

b) Peneliti akan memaksimalkan waktu dengan sebaik-baiknya.

c) Peneliti akan menekankan pada pemberian materi kelengkapan aspek

formal dalam naskah drama seperti: babak, judul, dialog, kramagung dan

prolog maupun epilog.

d) Peneliti akan memberikan salah satu contoh naskah drama untuk

mengembangkan suatu dialog, mengubah suatu judul dan berimprovisasi

dalam sebuah kramagung.

e) Peneliti akan memberikan penekanan pada penggunaan ejaan, tanda baca

dan pemilihan diksi.


96

f) Peneliti akan memberikan satu contoh naskah drama yang berjudul

Kapai-kapai karya Arifin C.Noer.

Pada siklus II ini peneliti menggunakan metode tanya jawab,

ceramah dan inquiri, dalam proses pembelajaran guru tidak memberikan

materi secara langsung, akan tetapi guru menggali pengetahuan siswa

tentang naskah drama.

Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar siswa lebih

semangat dalam manulis naskah drama sehingga aktivitas siswa dalam

menulis naskah drama meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki

tingkat aktivitas yang rendah.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada awal pembelajaran guru mengondisikan kelas dan

mengucapkan salam serta menyapa para siswa. Setelah itu guru

menanyakan apakah ada siswa yang tidak hadir, akan tetapi seluruh siswa

hadir pada siklus II. Sebelum memulai materi guru memberikan satu ice

breaking, dan siswa terlihat sangat senang dan merasa terhibur di awal

pelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi yaitu pertanyaan-

pertanyaan materi seputar drama dan naskah drama yang telah diberikan

pada pertemuan sebelumnya. Seperti biasa, seluruh siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dan selanjutnya

guru menyimpulkan dari jawaban-jawaban yang diberikan siswa.

Setelah itu guru bertanya akan kesulitan-kesulitan pada siklus I.

Beberapa siswa mengancungkan tangannya, dah pendapat dari beberapa


97

siswa hampir sama. Selanjutnya guru memberikan salah satu contoh naskah

drama yang berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer. Pembacaan naskah

diberi waktu lima menit. Kemudian guru bertanya apa saja aspek formal

naskah drama yang terdapat dalam naskah drama berjudul Kapai-kapai

karya Arifin C.Noer, dan hampir seluruh siswa dapat menjawab dengan

tepat.

Selanjutnya guru mengambil contoh dialog milik Siti Aminah yang

di sudah dikembangkan, seperti di bawah ini:

Serentak : “Hari sudah sore, sebentar lagi kita akan menjelang

buka puasa”

Burkat : “Tapi di mana kita akan menumpang?”

Togop : “Hmmmm... lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja,

sepertinya di sana ada warung nasi...”

Lalu, guru memberikan contoh kramagung milik Yudi, karena Yudi

cukup berimprovisasi dalam kramagung-kramagungnya. Seperti di bawah

ini:

Togop : “Itulah sebabnya maka saya katakan tadi, lebih baik kita

bermalam di Sitinjak saja. Di sana ada warung nasi.”

(sambil memandang-mandang pohon disampingnya

dengan penuh kekecewaan)

Dan selanjutnya guru memberikan salah satu judul yang sudah

diubah dari judul cerpen, yaitu judul milik Rihlah Mawaddah, dengan judul

“Tiga Musafir yang Mencari Makan”. Pemberian contoh-contoh tersebut


98

bertujuan untuk memotivasi siswa membuat naskah drama menjadi lebih

kreatif.

Setelah itu guru menjelaskan tentang kegunaan media cerpen dalam

menulis naskah drama. Mula-mula guru bertanya “Apakah di antara kalian

ada yang sudah menonton film Ayat-ayat Cinta dan Laskar pelangi?”

serentak siswa menjawab “Sudah bu” lalu guru memberi pertanyaan

kembali “Oke, lalu siapa di antara kalian yang sudah membaca novel Ayat-

ayat Cinta dan Laskar Pelangi?” dan ternyata hanya ada beberapa dari

mereka yang sudah membacanya. Di sini guru menjelaskan akan

penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama, bahwa film Ayat-

ayat Cinta dan Laskar Pelangi berawal dari sebuah novel. Maka, tidak beda

dengan pembelajaran yang mereka hadapi pada saat itu, mereka seolah-oleh

sedang menulis naskah drama yang dilakukan untuk sebuah film, akan tetapi

novel itu digantikan dengan cerpen yang bentuknya tidak jauh berbeda. Dan

siswa pun merasa senang dan antusias untuk menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen.

Selanjutnya guru memastikan bahwa seluruh siswa masih mengingat

cerita yang berada dalam cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar alur dan isi dalam

cerita. Terlihat dari jawaban-jawaban seluruh siswa bahwa mereka masih

mengingat isi cerita di dalamnya.


99

Setelah itu barulah guru memberikan penekanan penggunaan ejaan,

penempatan huruf kapital, dan tidak boleh lagi menyingkat suatu kata. Guru

juga memberikan tips-tips seputar penggunaan ejaan.

Kegiatan selanjutnya, guru membagikan lembar kerja, dan setelah

semua siswa menerima lembar kerja, kuru kembali bertanya “Sudah siap

menulis naskah drama dengan menggunakan cerpen yang kemarin?”

serentak semua siswa menjawab “Siap!!!”. Kemudian siswa mulai menulis

naskah drama dengan menggunakan cerpen yang sama seperti pertemuan

sebelumnya.

Guru berkeliling untuk memastikan semua siswa sudah mulai

menulis naskah drama. Siswa terlihat lebih tenang dibandingkan dengan

kegiatan menulis naskah drama pada siklus I. Di tengah-tengah proses

menulis ada yang bertanya tentang penambahan babak dalam cerita, dan

guru menjawab boleh karena itu akan menambah penilaian dalam poin

kreativitas. Dengan catatan penambahan babak tersebut tidak mengubah alur

cerita. Sementara observer atau guru mata pelajaran bahasa Indonesia terus

mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.

Dalam sepuluh menit terakhir guru mengumumkan bahwa waktu

sudah habis, ada beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakannya dan

ada pula yang terlihat tergesa-gesa menyelesaikannya. Setelah semua hasil

naskah drama siswa terkumpul, guru mengumumkan tiga terbaik hasil

naskah drama siswa, dan suasana menjadi sangat ribut. Setelah itu, guru
100

membagikan lembar observasi dan jurnal siswa sebagai bahan refleksi

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Setelah terkumpul lembar observasi dan jurnal, guru mengulas

kembali pelajaran yang telah didapat yaitu tentang penulisan naskah drama

dan seluruh siswa sangat antusias menjawab. Setelah itu guru memberikan

ice breaking sebagai penutup pembelajaran.

3. Analisis Naskah Drama Siswa Siklus II

Peneliti menganalisis hasil siswa berdasarkan kriteria-kriteria

penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil naskah

drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. Berikut

analisis kesebelas naskah drama siswa pada siklus II:

a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar pada siklus II sudah

sangat baik. Dalam aspek formal naskah drama Ahmad pada siklus I

tidak memakai babak, akan tetapi pada siklus II ini Ahmad

memberikan babak dalam naskah dramanya.

Ahmad masih memakai judul dalam naskah drama pada siklus I

yaitu “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung”. Dalam penulisan

dialog terlihat perbedaan, dialog-dialog pada siklus I Ahmad menulis

sama persis dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen akan

tetapi pada siklus II Ahmad lebih berimprovisasi, terlihat pada awal

cerita yaitu sebagai berikut:


101

Togu : “Bagaimana ini, hari semakin petang, bagaimana kita

akan berbuka puasa?”

Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi,

kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan

menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua

temannya).

Pada siklus I Ahmad hanya memberikan dialog pada awal cerita

sebagai berikut:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun tak

ada. Di manakah kita akan menumpang? Bertenak

sendiri dalam puasa begini, saya tak sanggup

rasanya”.

Dalam penulisan kramagung pada siklus I Ahmad sedikit

berimprovisasi dibandingkan kramagung pada siklus II, salah satu

contohnya sebagai berikut:

Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi,

kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan

menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua

temannya).

Dalam prolog dan epilog tidak banyak perubahan yang dilakukan

Ahmad, dia hanya memberikan kata-kata yang berbeda pada prolog

dan epilog siklus II.


102

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad pada

siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi

cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini

dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas.

3) Kreativitas

Dalam siklus I Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita.

Secara umum Ahmad belum mampu mengembangkan kreatifitasnya.

Naskah yang ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan

dalam cerpen, tetapi dalam siklus II ini Ahmad banyak sekali

mengembangkan dialog dan kramagung, ia mengembangkan dialog

dan kramagung menjadi lebih menarik.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ahmad pada siklus II ada sedikit perbaikan,

pada siklus I dalam naskah drama milik Ahmad terdapat tujuh

kesalahan tetapi pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu

artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaannya.

b) Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus II sudah

banyak peningkatan dibandingkan pada siklus I. Salah satunya yaitu

dalam naskah drama Ade pada siklus I tidak memakai babak, akan
103

tetapi pada siklus II ini Ade memberikan babak dalam naskah

dramanya.

Pada siklus I Ade memberikan judul pada naskah dramanya

menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Bertengkar

Berbisik”, pada siklus II Ade mengubah judulnya menjadi “Menipu

Demi Perut Kenyang”

Ade memang pandai sekali mengembangkan sebuah dialog.

Pada siklus I Ade sudah berimprovisasi, terlebih lagi pada siklus II ini

Ade banyak sekali berimprovisasi, banyak dialog yang tidak terdapat

dalam cerpen dan naskah dramanya pada siklus I. Salah satu

contohnya sebagai berikut:

 Di kampung Batangtoru

Si Burkat : “Saya adalah seorang kepala kampung dan

perkenalkan kedua pengikutku Togu dan Togop,

kami kemalaman dalam perjalanan, sudikan Tuan

mengantarkan kami ke rumah kepala kampung di

desa ini?”

Si Kodir : “Mari saya antarkan Engku ke rumah kepala

kampung di desa ini”

Si Kodir : “Inilah rumah kepala kampung di desa ini”

Si Burkat : “Trimakasih, sudah mengantarkan kami ke sini”.

Si Kodir : “Iya sama-sama, kalau begitu saya pamit”


104

Pada siklus I Ade tidak memberikan epilog, itu disebabkan

cerita dalam naskah drama ade terhenti di tengah jalan. Akan tetapi

pada siklus II ini ade menyelesaikan naskah dramanya dengan

melengkapi epilog pada akhir cerita.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Ade tidak menyelesaikan naskah dramanya pada siklus I, akan

tetapi pada siklus II ini ade menuntaskan cerita dalam naskah

dramanya. Sehingga alur dalam cerita terangkum seluruhnya, dan juga

dibubuhi babak sehingga cerita menjadi lebih jelas.

3) Kreativitas

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ade pada

siklus II terdapat peningkatan kreatifitas dibandingkan pada siklus I,

yaitu adanya peningkatan dalam penulisan judul, yang diubah dari

judul yang terdapat dalam cerpen, dan juga pengembangan dalam

dialog-dialog.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Ade pada siklus II ini lebih baik penulisan

ejaannya dibandingkan hasil naskah drama pada siklus I, kesalahan-

kesalahan Ade masih seputar penggunaan kata depan di yang

mengikuti kata kerja atau kata benda.

c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama


105

Naskah drama milik Ana Nurjanah pada siklus II ini mengalami

peningkatan dibandingkan naskah drama pada siklus I. Dalam siklus I

Ana tidak memberikan babak dalam naskah dramanya, akan tetapi

pada siklus II ini Ana memberikan babak, sehingga naskah drama

hasil Ana sedikit dapat dipahami karena sudah jelas perpindahan

babak dan perpindahan latarnya.

Dalam siklus I Ana sedikit merubah judul dari judul yang

terdapat dalam cerpen yaitu “Pertengkaran dengan Berbisik”, akan

tetapi dalam siklus II Ana merubah kembali judulnya dari pada judul

pada siklus I yaitu dengan judul “Musafir Penipu yang Berbisik” itu

artinya semakin meningkat daya kreatifitas dalam segi penulisan judul

yang dibuat oleh Ana.

Dalam penulisan dialog pada siklus I Ana menuliskannya hampir

sama dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, akan tetapi sangat

berbeda sekali dengan dialog yang terdapat pada siklus II. Ana banyak

berimprovisasi dalam dialog, salah satunya sebagai berikut:

Tuan Rumah :“Assalamu’alaikum, Engku ....” (sambil

bersalaman)

Burkat : “Wa’alaikum salam ...”

Tuan Rumah : “Silahkan duduk Engku”

Burkat : “Terimakasih ...”

Burkat : “Lihatlah, komidi kita berhasil baik” (sambil

berbisik kepada Togop dan Togu)


106

Ana memang pandai sekali membuat kramagung, pada siklus I

sudah dijelaskan sebelumnya akan kepandaian Ana membuat

kramagung-kramagung. Peneliti berikan salah satu contoh kramagung

lagi yang dibuat oleh Ana yaitu:

Togop : “Tadi aku sudah bilang, lebih baik kita berhenti dan

bermalam di Sitinjak saja, di sana ada sebuah warung

nasi” (sambil kesal dan menggaruk-garuk kepala)

Burkat : “Aku dapat akal!!!” (sambil mengancungkan jari

telunjuknya)

Togop : “Kalau begitu apa idemu?” (sambil penasaran)

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ana pada

siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi

cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini

dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu

mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan

kramagung, dialog yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari

bentuk aslinya.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ana pada siklus II ada sedikit perbaikan, pada

siklus I dalam naskah drama milik Ana terdapat tujuh kesalahan tetapi
107

pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu artinya ada

peningkatan dalam penulisan ejaannya. Kesalahan-kesalahan Ana

masih seputar penggunaan kata depan di sebagai preposisi atau

sebagai imbuhan.

d) Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Dalam siklus II Asri mengalami banyak peningkatan dibanding

hasil naskahnya pada siklus I. Aspek formal naskah drama milik Asri

sudah lengkap, pada siklus I Asri tidak memberikan judul dan babak,

tetapi pada siklus II ini Asri memberikan judul dan babak dalam

naskah dramanya. Judul yang diberikan Asri pada siklus II ini cukup

menarik, berbeda dengan judul yang terdapat dalam cerpen, judul

yang diberikan Asri pada siklus II ini yaitu “Kepala Kampung Palsu”.

Dalam penulisan dialog pada siklus I Asri masih menyalin dengan

dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II

Asri lebih kreatif dan lebih bisa mengembangkan dalam penulisan

dialog. Salah satu contohnya sebagai berikut:

Burkat : “Saya adalah kepala kampung, kami

kemalaman dan kami mencari rumah yang dapat

disinggahi, apakah ada?” (Burkat bertanya

kepada salah satu penduduk)

Pak Samin : “Mari saya antarkan Engku ke salah satu

penduduk kampung yang kaya raya”.


108

Burkat : “Terimakasih”

Togop : “Rencana kita sebenntar lagi akan berhasil”

(mengedipkan salah satu matanya kepada burkat)

Dalam siklus I penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi,

Asri banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak

terdapat dalam cerpen. Begitu pula pada siklus II Asri menambahan

bermacam-macam kramagung. Misalnya dalam dialog-dialog di

bawah ini:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada warung nasi, orang

yang kita kenalpun tidak ada” (menatap temannya

dengan wajah cemas)

Togop : “Tadi saya sudah bilang, kita lebih baik berhenti

di kampung Sitinjak saja di sana ada warung nasi”

(dengan suara penyesalan)

Burkat : “Aku dapat ide!!!” (jari telunjuk diacungkan)

Togop : “Ide apa yang kamu dapatkan?” (menatap

Burkat dengan wajah penuh harapan).

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah drama milik Asri pada siklus II secara keseluruhan

mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen

seluruhnya terangkum dalam naskah drama dan pada siklus II ini

dilengkapi babak dan judul sehingga alur terlihat sudah lebih jelas.
109

3) Kreativitas

Naskah drama milik Asri pada siklus I hampir tidak

mengembangkan cerita. Naskah yang ditulis Asri hampi seluruhnya

mengutip apa yang disajikan cerpen. Namun, pada siklus II ini, hal

tersebut tidak terjadi kembali. Asri mulai berimprovisasi yaitu dengan

menambahkan dialog-dialog yang tidak terdapat dalam cerpen. Hal

tersebut menyebabkan alur yang pada siklus I sulit dimengerti,

menjadi lebih jelas dalam naskah drama siklus II ini. secara

keseluruhan, Asri mengalami peningkatan dalam kreativitas.

4) Penggunaan EYD

Kekurangan pada naskah drama Asri ini terletak pada

penggunaan ejaan, baik pada siklus I atau pada siklus II. Permasalahan

penempatan prefiks di sudah mengalami perbaikan. Dalam siklus I

Asri mengalami enam belas kesalahan ejaan, akan tetapi pada siklus II

Asri mengalami sebelas kesalahan ejaan.

Secara umum naskah drama milik Asri mengalami peningkatan

dan perbaikan. Kekurangan-kekurangan hanya terdapat dalam ejaan.

Hal tersebut dapat diperbaiki dengan mulai membiasakan menulis

dengan benar.

e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Endah pada siklus I diberi judul

Pertengkaran 3 “Serangkai dalam Berbisik”, lalu pada siklus II ini


110

judul naskah drama Endah berubah menjadi “Tiga Sekawan Musafir

Penipu”. Itu artinya kreativitas dalam diri Endah makin

berkembang.

Pada siklus II dialog Endah lebih berkembang dan variatif.

Tidak banyak menyalin dari cerpen. Hal tersebut menyebabkan

cerita lebih jelas dan menarik. Ada penambahan dialog dalam awal

cerita seperti dialog berikut ini:

Togop : “Hari sudah gelap, sebentar lagi saatnya berbuka

puasa, lalu kita akan berbuka puasa di mana?”

Pembagian babak dalam siklus II sudah sangat jelas diberikan

Endah. Dalam siklus I Endah hanya membagi babak dengan Scene 1,

Scene 2, dst. Dalam siklus II ini Endah membagi babak dengan

menginformasikan latar, yaitu: Dalam Perjalanan Menuju

Batangtoru, Di Kampung Batangtoru, Sampai Di rumah Kepala

Kampung Batangtoru, Istirahat malam di Kamar Tidur.

Dalam penulisan kramagung pada siklus II Endah memberikan

kramagung dengan lebih variatif dibanding naskah drama siklus I.

Dan penulisan prolog pada siklus II ini masih hampir sama dengan

prolog di siklus I. Akan tetapi Epilog dalam siklus II Endah

menampilkannya dengan lebih kreatif dan tidak lagi menyalin epilog

yang terdapat dalam cerpen, seperti berikut ini:


111

Siklus II

Namun akan tetapi sebelum para warga menangkap tiga

sekawan penipu itu, mereka bertiga berusaha kabur dan

membawa dirinya masing-masing, dan mereka hilang di

tempat itu.

Siklus I

Akan tetapi sebelum para warga melakukan perintah itu, Sutan

Menjinjing Alam dan kedua pengiringnya meloloskan diri

masing-masing, melompat dari jendela kamar itu dan hilang di

tempat yang kelam.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Kesesuaian cerita dalam naskah drama milik Endah pada siklus

I memang sudah cukup sesuai, dan pada siklus II kesesuaian itu

lebih meningkat karena diperjelas dengan babak yang diberikan

informasi latar. Sehingga alur dalam cerita semakin jelas.

3) Kreativitas

Pada siklus I Endah hanya sedikit saja mengembangkan cerita

dalam naskahnya, ia banyak menyalin dialog-dialog dalam cerpen.

Tetapi dalam siklus II ini Endah lebih banyak berimprovisasi dalam

dialog, banyak dialog yang ditambahkan oleh Endah yang tidak

terdapat dalam cerpen. Begitu juga dengan kramagung, kramagung

Endah dalam siklus II ini lebih bervariatif. Sehingga alurnya dapat


112

mudah dimengerti. Secara keseluruhan Endah mengalami

peningkatan dalam kreativitas.

4) Penggunaan EYD

Ejaan Endah dalam siklus II ini juga masih ada

kekurangannya. Hanya saja tidak sebanyak kesalahan ejaan pada

siklus I. Dalam siklus I ada 12 kesalahan dalam ejaan dan tanda

baca, tetapi dalam siklus II ini hanya ada 3 kesalahan tanda baca

dan ejaannya. Itu artinya sudah banyak peningkatan dan perbaikan

dalam penggunaan ejaan.

f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty pada siklus II

mengalami banyak peningkatan dibandingkan dengan naskah

drama pada siklus I. Dalam siklus II sudah terdapat judul dan

babak. Judul yang diberikan oleh Kemala ialah “Penipu Muslihat

Para Musafir”. Itu artinya cerita dalam naskah drama milik kemala

menjadi semakin jelas.

Dalam siklus I Kemala hanya sedikit berimprovisasi dalam

dialog. Akan tetapi pada siklus II ini sudah banyak sekali

perubahan dalam dialog yang dibuat oleh Kemala, ia begitu pandai

mengembangkan cerita dan berimprovisasi pada siklus II ini. salah

satu pengembangan dialog yang dibuat Kemala adalah sebagai

berikut:
113

 Di ruang makan

Engku Kinanda :“Silahkan santap jamuan ini duhai

Sutan. (mempersilahkan makan)

Burkat :“Kinanda amatlah baik. Merasa tidak

enak saya kepada Engku.”

Engku Kinanda :“Tak perlu sungkan. Anggaplah rumah

sendiri”

Togop dan Togu : (menatap tajam ke arah Burkat)

Dalam siklus I penulisan kramagung Kemala sudah cukup

kreatif, akan tetapi pada siklus II Kemala lebih kreatif lagi

mengembangkan kramagung, hampir di setiap dialog Kemala

selalu memberikan kramagung.

Dalam naskah drama Kemala terdapat prolog. Di akhir cerita

Kemala memberikan satu babak lagi sebagai penutup dalam cerita.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah drama milik Kemala pada siklus I secara keseluruhan

sudah baik, tetapi pada siklus II Kemala mengalami peningkatan.

Isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus

II ini dilengkapi babak dan judul sehingga alur terlihat sudah lebih

jelas.

3) Kreativitas

Hasil naskah drama karya Kemala pada siklus II sangat

kreatif, terlihat pada pemberian judul, pengembangan dialog-dialog


114

dan kramagung, seperti yang sudah dipaparkan penulis sebelumnya

pada kelengkapan aspek formal naskah drama.

4) Penggunaan EYD

Kekurangan pada naskah drama Kemala ini terdapat pada

penggunaan ejaan, baik pada siklus I atau pada siklus II.

Permasalahan penempatan prefiks di sudah mengalami perbaikan.

Masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan yang Kemala

menulisnya dengan kata yg. Secara umum naskah drama milik

Kemala mengalami peningkatan dan perbaikan. Kekurangan-

kekurangan hanya terdapat dalam ejaan. Hal tersebut dapat

diperbaiki dengan mulai membiasakan menulis dengan benar.

5) Hasil naskah drama siswa bernama M. Hafiz Ramadhan

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama milik M. Hafiz Ramadhan pada siklus II ini

sudah sangat baik dibandingkan siklus I. Jika pada siklus I naskah

drama milik Hafiz tidak ada judul dan babak, pada siklus II naskah

drama milik Hafiz sudah dilengkapi oleh judul dan babak. Judul yang

diberikan Hafiz berbeda dengan judul yang berasal drai cerpen, judul

milik Hafiz ialah “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung”.

Pada siklus I sudah terlihat kepandaian Hafiz untuk

berimprovisasi dalam dialog. Begitu pula pada siklus II ini, Hafiz

banyak sekali berimprovisasi dalam dialog-dialognya. Pengembangan

cerita pada awal dan akhir naskah sangatlah nampak sekali.


115

Pada siklus I epilog Hafiz masih mengunakan epilog yang

terdapat dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II ini Hafiz sudah

merubah epilog dengan menggunakan kata-kata sendiri, seperti di

bawah ini:

Dan mereka bertiga pun akhirnya bisa meloloskan diri dari

kepungan warga, dengan berlari ke tengah hutan.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah drama milik Hafiz pada siklus II sudah sesuai dengan isi

cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Hafiz.

Serta dilengkapi juga oleh judul dan babak, sehingga cerita dapat

dipahami dengan sangat jelas.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Hafiz sudah sangat kreatif, Hafiz

mampu mengembangkan cerita dan berimprovisasi dengan

penambahan dialog-dialog serta ia juga menambahkan beberapa latar

dalam ceritanya, dengan tetap menggunakan bahasa yang sederhana

dan mudah dimengerti.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Hafiz pada siklus II ini lebih baik penulisan

ejaannya dibandingkan hasil naskah drama pada siklus II, kesalahan-

kesalahan Hafiz masih seputar penggunaan kata depan di yang

mengikuti kata kerja atau kata benda.


116

6) Hasil naskah drama siswa bernama Novita Lestari

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama milik Novita Lestari pada siklus II sudah lebih

baik dibandingkan hasil naskah dramanya pada siklus I. Pada siklus II

novita mencantumkan babak dalam naskah dramanya. Dan juga judul

yang sudah diubah dari judul aslinya, pada siklus I Novita masih

menggunakan judul yang ada di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus

II ini Novita mengubah judulnya menjadi “Tiga Pengelana Penipu”.

Dalam penulisan dialog pada siklus I Novita masih menyalin

dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II

Novita lebih kreatif dan lebih bisa mengembangkan dialog. Salah satu

contohnya sebagai berikut:

Togu : “Wah gawat, bisa-bisa kita mati di sini cepat kita

meloloskan diri.” (sambil berbisik dan panik)

Togop : “Ya benar ayo kita lompat ke jendela.”

Dalam siklus I Novita kuang bisa untuk berimprovisasi dalam

kramagung, tetapi pada siklus II ini Novita sudah pandai sekali

berimprovisasi dalam kramagung-kramagungnya, salah satu contoh di

bawah ini:

Togop : “Tadi kan saya sudah bilang, lebih baik kita bermalam

di Sitinjak saja di sana ada warung nasi. (sambil

menatap kedua temannya dengan sinis)

Burkat : “Saya ada akal!” (sambil loncat kegirangan)


117

Dalam naskah drama siklus I Novita menulis prolog masih

menggunakan prolog yang terdapat dalam cerpen, tetapi pada siklus II

ini Novita sudah merubah prolog dengan menggunakan kata-kata yang

sederhana. Seperti di bawah ini:

Tiga pengelana berjalan menuju kampung Batangtoru, mereka

bertiga sedang kebingungan ketika hari sudah mulai petanng,

dan berjalan dengan mempercepat langkah agar bisa berbuka

puasa di kampung orang”.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Novita dalam siklus II sudah sangat

sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya

ditulis oleh Novita. Dan didukung pula oleh babak sehingga sangat

mudah untuk memahami alurnya.

3) Kreativitas

Hasil naskah drama yang ditulis oleh Novita sudah sangat

kreatif, ia mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi dalam

naskah dramanya. Dalam siklus I Novita terlihat tidak dapat

mengembangkan ceritanya mulai dari judul hingga epilog Novita

masih menggunakan kata-kata yang berasal dari cerpen, tetapi dalam

siklus II ini ia sudah sangat berimprovisasi itu sebabnya cerita naskah

dramanya menjadi lebih menarik.


118

4) Penggunaan EYD

Dalam naskah drama milik Novita pada siklus II ini masih

terdapat kesalahan-kesalahan dalam ejaan. Novita masih kurang teliti

dalam penulisan kata di untuk preposisi atau untuk imbuhan.

7) Hasil naskah drama siswa bernama Rihlah Mawaddah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Rihlah Mawaddah pada siklus II sudah lebih baik

dibandingkan pada siklus I. Aspek formal naskah dramanya sudah

sangat lengkap, di dalamnya sudah dilengkapi dengan babak. Judul

pada siklus II ini Rihlah masih menggunakan judul yang diberikannya

pada siklus I yaitu “Tiga Musafir yang Mencari Makan”.

Dialog pada siklus I, Rihlah tidak mengubah dialog-dialog yang

terdapat dalam cerpen. Akan tetapi pada siklus II Rihlah sudah dapat

berimprovisasi dalam dialog. Salah satu contohnya seperti di bawah

ini:

Togop : “Gara-gara kamu ini Burkat kita ketauan dan

hampir kita habis digebukin”.

Burkat : “Tapi ini juga salah kamu.”

Togu : “Sudah jangan saling menyalahkan, semua ini salah

kita.”

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Rihlah pada siklus II sudah sesuai

dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum ditulis oleh Rihlah.
119

Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. serta dilengkapi babak

dalam naskah dramanya sehingga cerita dapat dimengerti dengan

jelas.

3) Kreativitas

Naskah milik Rihlah pada siklus II sudah kreatif dibandingkan

pada siklus I, terlihat dari pengembangan dialog, prolog serta epilog

naskah drama. Rihlah dapat berimprovisasi dalam naskahnya.

Sehingga cerita dapat disuguhkan menjadi lebih menarik untuk

dibaca.

4) Penggunaan EYD

Permasalahan Rihlah pada siklus I terdapat dalam penulisan

ejaan. Akan tetapi pada siklus II ini permasalahan itu dapat teratasi.

Dalam siklus I kesalahan yang dilakukan Rihlah mengenai ejaan

terdapat dua belas kesalahan. Akan tetapi, pada siklus II ini Rihlah

hanya melakukan empat kesalahan ejaan saja. Kesalahan kata di pada

siklus II sudah cukup teratasi. Kesalahan yang sering dijumpai pada

siklus II ini yaitu salah penempatan pada huruf kapital.

8) Hasil naskah drama siswa bernama Siti Aminah

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Siti Aminah pada siklus II ini sudah

sangat baik dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II ini sudah

dilengkapi oleh babak, pada siklus I tidak terdapat babak. Sehingga

aspek formal naskah drama milik Siti sudah lengkap. Pada siklus 1
120

judul yang diberikan Siti masih menggunakan judul dari cerpen yaitu

“Bertengkar Berbisik”, akan tetapi pada siklus II ini Siti mengubah

judulnya menjadi “Penipu Tak Punya Hati”.

Siti memang sangat pandai dalam mengembangkan sebuah

dialog, dalam siklus I sudah terlihat kepandaian Siti dalam

berimprovisasi. Dan dalam siklus II siti lebih berimprovisasi. Hampir

dari semua dialognya tidak memakai kata-kata dari cerpen, ia

menggunakan kata-katanya sendiri di dalam dialog-dialognya. Salah

satu contohnya seperti di bawah ini:

Togop dan Togu : “Dasar kau penipu, penjahat lebih baik kau

mati saja, sama saja kau membunuh kami

berdua, aku cekik kau, dasar kau tidak setia

kawan”.

Empunya Rumah : “Ada apa ini???” (sambil membuka pintu)

Togop dan Togu : “Maaf Engku kami ingin berbicara kepada

Engku, bahwa dia adalah penipu dia bukan

kepala kampung”. (sambil menunjuk kepada

Burkat)

Empunya Rumah : “Owh ternyata kamu bertiga itu penipu,

memanfaatkan saya hanya untuk

mendapatkan suap nasi penjahat kau, lebih

baik kau pergi dari sini, tolong bawa dia

pergi dari sini”.


121

Berasal dari dialog seperti di bawah ini:

Empunya rumah : “Tidak tahu adat engkau ini, berani

menjatuhkan tangan kepada rajamu?”

Togop dan Togu : “Ia bukan raja engku, bukan kepala

kampung, tetapi penipu... dia yang mengajak

kami menipu engku, menyuruh kami

menyebut dia kepala kampung...”

Raja palsu : “Engkau pun penipu”

Empunya rumah : “O, sekarang aku sudah mengerti, kamu

bertiga ini bangsat... penipu...

menganyahkan nasiku dengan akal busuk...

ayo kamu orang kampung ini, tangkap ketiga

bangsat ini, boleh kita bawa kepada engku

jaksa di Batangtoru”. (Engkunya rumah

pada orang banyak)

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Siti pada siklus II sudah sesuai dengan

isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum ditulis oleh Siti. Walaupun

pada siklus II ini Siti menuliskan dramanya dengan cukup singkat

sehingga hasilnya terlihat lebih sederhana, akan tetapi itu tidak

merubah alur dalam cerita. Naskah drama milik Siti sudah sesuai

dengan isi cerita dalam cerpen. Serta dilengkapi babak dalam naskah

dramanya sehingga alur dapat dimengerti dengan jelas.


122

3) Kreativitas

Pada siklus I Siti sudah cukup kreatif. Ia mampu

mengembangkan cerita dan berimprovisasi dalam dialog dan

kramagung. Siti sangat pandai dalam membuat dialog-dialog baru

yang tidak ada sebelumnya di dalam cerpen. terlebih lagi pada siklus

II ini, dalam dialog-dialognya Siti hampir saja tidak menggunakan

kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen dan siklus I. Siti sangat

mengembangkan cerita dan banyak berimprovisasi.

4) Penggunaan EYD

Siti tidak begitu bermasalah dalam penulisan ejaan. Pada siklus I

Siti hanya melakukan lima kesalahan, dan dalam siklus II kesalahan

Siti makin berkurang, ia hanya melakukan tiga kesalahan ejaan. Itu

artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaan.

9) Hasil naskah drama siswa bernama Yudi Ardian

1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama milik Yudi Ardian pada siklus 1 sudah

terdapat judul walaupun judul yang diberikan Yudi masih

menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah

judul menjadi lebih kreatif. Tetapi pada siklus II ini Yudi

memberikan judul yang berbeda dengan judul yang terdapat dalam

cerpen yaitu “Penipu Semalam”.

Pada siklus II ini Yudi sangat pintar berimprovisasi dalam

dialog. Selain Yudi sangat pandai sekali untuk menghemat suatu


123

percakapan yang panjang di dalam cerpen, Yudi juga memberikan

tambahan-tambahan dialog yang cukup unik. Terlihat dari dialog

yang dibuat oleh Yudi berikut ini:

Togu : “Santai saja teman, kita harus yakin kita sanggup

keluar dari masalah ini. ingat semboyan kita?”

(mencoba menenangkan kedua temannya dengan

memegang tangan Burkat dan Togop)

Togu, Burkat, Togop :”One for all, all for one. Semangat

semangat!! (Ketiga musafir kembali

ceria dan tersenyum sambil

berpelukan)

Kedua dialog di atas tidak terdapat dalam cerpen, Yudi

menambahkan kedua dialog tersebut sehingga cerita lebih terasa

menarik.

Naskah drama Yudi pada siklus I tidak menggunakan babak

sehingga sulit untuk membagi kejadian-kejadian dalam cerita.

Tetapi pada siklus II Yudi sudah menggunakan babak dalam

naskah dramanaya, seperti: Di jalan menuju Batangtoru, di

kampung Batangtoru, di rumah kepala kampung Batangtoru, di

kamar tidur, di hutan.

Dalam siklus I penulisan kramagung Yudi sudah cukup

kreatif, tetapi dalam siklus II Yudi lebih kreatif lagi dalam

penulisan kramagung. misalnya:


124

Togu : “Siang mulai berganti petang. Di manakah dan

bagaimana kita berbuka puasa?” (berfikir

bagaikan profesor)

Burkat : “Di kampung ini nampaknya tidak ada lepau nasi,

akupun tidak memliki kenalan, di manakah kita

singgah dan beristirahat?” (gelisah tiada menentu

dengan menatap kedua temannya).

Togop : “Tadi sudah ku bilang, lebih baik kita berhenti di

Sitinjak, di sana ada warung nasi.” (sambil

memukul-mukulkan tangannya ke pohon yang ada

di sampingnya)”

Dalam naskah drama siklus I Yudi sudah memberikan prolog

dan epilog. Sedangkan dalam siklus II ini Yudi memberikan prolog

tidak berbeda jauh dengan naskah drama pada siklus I, akan tetapi

dalam epilog Yudi memberikan sangat berbeda dengan siklus I.

Selain Yudi memberikan satu babak lagi di akhir cerita, Yudi juga

hanya memberikan satu kalimat sebagai epilog naskah drama yaitu:

Mereka bertiga pun kembali melanjutkan perjalanan untuk

pulang ke rumah.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Yudi dalam siklus I sudah sesuai

dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis

oleh Yudi. Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. Dalam
125

siklus II ini Yudi masih mempertahankan kesesuaian cerita dalam

cerpen tersebut, terlebih lagi Yudi menambahkan alurnya yaitu

dengan menambahkan babak serta dialog dalam cerita. Sehingga

cerita lebih menarik.

3) Kreativitas

Naskah yang diberikan Yudi pada siklus I sudah sangat

kreatif, dan dalam siklus II ini Yudi lebih memperlihatkan daya

kreatifitasnya yaitu terlihat dari cara dia memberikan judul yang

berbeda dari cerpen, menambahkan satu babak, manambahkan

dialog yang tidak terdapat dalam cerpen tanpa merubah alur dalam

cerita.

4) Penggunaan Bahasa

Dalam siklus I Yudi hanya melakukan 5 kesalahan ejaan,

dan dalam siklus II ini Yudi mengalami perbaikan yaitu hanya

terdapat 2 kesalahan dalam ejaannya yaitu kata kesini seharusnya

ke sini dan di cicipi yang seharusnya di cicipi. Secara keseluruhan

naskah drama milik Yudi pada siklus II ini mengalami banyak

peningkatan.

4. Hasil Belajar Siswa Pada Tindakan Pembelajaran Siklus II

Hasil tes kognitif yang dilakukan pada pembelajaran menulis naskah

drama dalam siklus II ini masih sama pada siklus I yaitu tes unjuk kerja

berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan. Berikut penilaian-

penilaian siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
126

Tabel 4.9

Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus II

1
No Nama 2 3 4 Total
J D B K P
1 Achmad Suhendar 5 5 5 5 5 25 20 20 90
2 Ade Nurhasanah 5 5 5 5 5 25 20 20 90
3 Aden Purnawan 5 5 - 5 5 20 20 20 80
4 A. Bukhori Muslim 5 5 5 5 5 15 20 20 80
5 Ahmad Sonhaji 5 5 5 5 5 20 20 20 85
6 Ana Nurjannah 5 5 5 5 5 25 25 20 95
7 Anisa Yulianti - 5 5 5 5 25 20 20 85
8 Ashari Utomo Putra 5 5 5 5 5 20 15 20 80
9 Asri Puspitasari 5 5 5 5 5 20 25 10 80
10 Dhea Ulfah N 5 5 5 5 5 20 20 20 85
11 Eka Rosiani Sari 5 5 5 5 5 25 20 20 90
12 Endah Ami Pratiwi 5 5 5 5 5 25 25 15 90
13 Eria Komarudin 5 5 5 5 5 20 20 20 85
14 Ermawati 5 5 5 5 5 20 20 20 85
15 Indah Syafitri 5 5 5 5 5 20 20 20 85
16 Kemala Saras Rianty 5 5 5 5 5 25 25 15 90
17 Khoirunnisa 5 5 5 5 5 25 20 15 85
18 M. Angga Mahridan 5 5 5 5 5 20 20 15 80
19 M. Hafiz Ramadhan 5 5 5 5 5 25 25 20 95
20 Mahfudin 5 5 5 5 5 25 15 20 85
21 Muhammad Iqbal 5 5 5 5 5 20 20 20 80
22 Napsiah 5 5 5 5 5 25 20 20 90
23 Naufal Fawwaz 5 5 5 5 5 25 15 20 85
24 Novita Lestari 5 5 5 5 5 25 25 15 90
25 Novita Sari 5 5 5 5 5 25 20 20 90
26 Nurjayanti 5 5 5 5 5 25 20 20 90
27 Rihlah Mawaddah 5 5 5 5 5 20 20 20 85
28 Saprudin 5 5 5 5 5 20 15 20 80
29 Sarah Hayatin Nufus 5 5 5 5 5 20 25 20 90
30 Siti Aminah 5 5 5 5 5 25 25 20 95
31 Siti Kurniasih 5 5 5 5 5 20 20 20 85
32 Siti Mirnawati 5 5 5 5 5 25 20 20 90
33 Siti Nurhasanah 5 5 5 5 5 20 20 25 90
127

34 Tami Puspita Sari - 5 5 5 5 20 20 20 80


35 Wagiati 5 5 5 5 5 25 20 20 90
36 Yudi Ardian 5 5 5 5 5 25 25 20 95

Keterangan:

(1) = Kelengkapan aspek formal naskah drama yang terdiri dari:

(J) = Judul

(E) = Dialog

(B) = Babak

(K) = Kramagung

(Q) = Prolog

(2) = Kesesuaian Naskah drama dengan cerpen

(3) = Kreativitas

(4) = Penggunaan EYD

Dari nilai pembelajaran pada siklus II yang dicapai oleh siswa

kemudian penulis urutkan mulai dari nilai terendah sampai tertinggi.

Adapun urutan data nilai terendah sampai tertinggi terdapat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.10

Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I

Tingkat
No Nama Total
Keberhasilan
1 Aden Purnawan 80 Sedang
2 A. Bukhori Muslim 80 Sedang
3 Ashari Utomo Putra 80 Sedang
128

4 Asri Puspitasari 80 Sedang


5 M. Angga Mahridan 80 Sedang
6 Muhammad Iqbal 80 Sedang
7 Saprudin 80 Sedang
8 Tami Puspita Sari 80 Sedang
9 Ahmad Sonhaji 85 Tinggi
10 Anisa Yulianti 85 Tinggi
11 Dhea Ulfah N 85 Tinggi
12 Eria Komarudin 85 Tinggi
13 Ermawati 85 Tinggi
14 Indah Syafitri 85 Tinggi
15 Khoirunnisa 85 Tinggi
16 Mahfudin 85 Tinggi
17 Naufal Fawwaz 85 Tinggi
18 Rihlah Mawaddah 85 Tinggi
19 Siti Kurniasih 85 Tinggi
20 Achmad Suhendar 90 Sangat Tinggi
21 Ade Nurhasanah 90 Sangat Tinggi
22 Eka Rosiani Sari 90 Sangat Tinggi
23 Endah Ami Pratiwi 90 Sangat Tinggi
24 Kemala Saras Rianty 90 Sangat Tinggi
25 Napsiah 90 Sangat Tinggi
26 Novita Lestari 90 Sangat Tinggi
27 Novita Sari 90 Sangat Tinggi
28 Nurjayanti 90 Sangat Tinggi
29 Sarah Hayatin Nufus 90 Sangat Tinggi
30 Siti Mirnawati 90 Sangat Tinggi
31 Siti Nurhasanah 90 Sangat Tinggi
32 Wagiati 90 Sangat Tinggi
33 Ana Nurjannah 95 Sangat Tinggi
129

34 M. Hafiz Ramadhan 95 Sangat Tinggi


35 Siti Aminah 95 Sangat Tinggi
36 Yudi Ardian 95 Sangat Tinggi
Total 3125

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Total skor : x100%
Ju mlah sis wa

3125
: x100%
36

: 86,80

Berdasarkan tabel di atas nilai pada siklus II terendah hingga

tertinggi adalah nilai 80 ada 8 orang, nilai 85 ada 11 orang, nilai 90 ada 13

orang, dan nilai 95 ada 4 orang. Dari data tersebut diketahui nilai terendah

pada siklus II yaitu 80 dan nilai tertinggi yaitu 95. Sedangkan rata-rata yang

diperoleh adalah 86,80. Dari hasil siklus II menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen di atas, siswa kelas XI IPS 1 termasuk ke dalam

kategori sangat baik.

5. Analisis Hasil Wawancara, Lembar Observasi dan Jurnal Siswa Pada

Siklus II

a) Analisis Hasil Wawancara

Dalam siklus II peneliti kembali melakukan sebuah wawancara

dengan siswa di akhir pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui kemampuan, kendala, dan kondisi pembelajaran menulis

naskah drama dengan media cerpen. Siswa yang diwawancarai berjumlah


130

11 orang. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI IPS 1.

Berikut hasil wawancara tersebut:

Tabel 4.11

Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II

No Pertanyaan Jawaban Persentase


1. Apakah pembelajaran pada a. Tidak 63,63 %
pertemuan kemarin dapat b. Biasa saja 9,09 %
kesulitan? c. Dapat 27,27 %
2 Apakah kesulitan pada pertemuan a. Dapat 90,90 %
sebelumnya dapat teratasi? b. Biasa saja 9,09 %
c. Tidak 0%
3 Apakah dengan pemberian contoh a. Dapat
81,81 %
naskah drama dapat mempermudah b. Biasa saja
18,18 %
dalam penulisan EYD dan c. Tidak
0%
kreatifitas menulis naskah drama?
4 Apakah media cerpen dapat a. Dapat 90,90 %
mempermudah menulis naskah b. Biasa saja 0%
drama? c. Tidak 9,09 %
5 Apakah kamu merasa kemampuan a. Dapat
menulis naskah drama mengalami b. Biasa saja 90,90 %
peningkatan setelah mengikuti c. Tidak 0%
pembelajaran menulis naskah 9,09 %
drama menggunakan media cerpen?
6 Pembelajaran dengan model a. Dapat
81,81 %
pemberian media cerpen membuat b. Biasa saja
18,18 %
kamu senang menulis khususnya c. Tidak
0%
menulis naskah drama?
7 Apakah pembelajaran dengan a. Dapat 100 %
media cerpen dapat memotivasi b. Biasa saja 0%
dalam menulis naskah drama? c. Tidak 0%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa

berkomentar positif dan siswa semakin antusias dalam pembelajaran

menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Ada 63,63 %


131

siswa yang berkomentar bahwa pembelajaran pada siklus 1 mendapat

kesulitan. Dan pada siklus II kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi,

terbukti dari 90,90 % siswa yang menjawab teratasi. Dan 100 % siswa

berkomentar bahwa siswa merasa kemampuan menulis naskah drama

mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah

drama menggunakan media cerpen. Itu artinya siswa merasa senang dan

termotivasi dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan media

cerpen.

b) Analisis Data Observasi

Dalam siklus II peneliti kembali memberikan lembar observasi

pada akhir pembelajaran. Seluruh siswa mengisi lembar observasi yaitu

sebanyak 36 siswa. Berikut hasil lembar observasi tersebut:

Tabel 4.12

Hasil Lembar Observasi pada Siklus II

Kriteria
No Aspek yang diamati
Kurang Cukup Baik
Guru memberikan penjelasan
secara terperinci mengenai
1 0% 8,33 % 91,6 %
materi pembelajaran menulis
naskah drama
Guru menguasai dengan baik
2 materi pembelajaran menulis 2,77 % 2,77 % 94,44 %
naskah drama
Guru menggunakan media
yang mendukung terkait
3 0% 5,55 % 94,44 %
pembelajaran menulis naskah
drama
Guru memberikan
4 0% 11,11 % 88,88 %
kesempatan kepada siswa
132

untuk bertanya terkait dengan


pembelajaran menulis naskah
drama
Guru memberikan tugas
5 sesuai dengan materi 5,55 % 8,33 % 86,11
pembelajaran yang diberikan
Guru memperhatikan
kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung,
6 dan membantu mengarahkan 5,55 % 11,11% 83,33 %
siswa yang menemui
kesulitan dalam mengerjakan
tugas menulis naskah drama
Guru membuka dan menutup
7 pembelajaran dengan baik 0% 0% 100 %
dan mengesankan

Dalam lembar observasi pada siklus II sebanyak 94,44 % siswa

memberikan nilai baik untuk kategori penggunaan media, itu artinya

siswa sudah mengerti akan tepatnya media cerpen dalam menulis

naskah drama. Dan juga ada 8, 88% siswa yang memberikan nilai baik

untuk point guru memberikan kesempatan bertanya, itu artinya sudah

ada peningkatan guru dalam memberikan kesempatan siswa bertanya,

dan juga berarti guru dapat memaksimalkan waktu pada siklus II. Dari

data di atas menunjukan bahwa adanya peningkatan pembelajaran

yang cukup tinggi dibandingkan pembelajaran pada siklus I.

c) Analisis Jurnal Siswa

Berdasarkan hasil jurnal siswa pada siklus II, menunjukan

bahwa siswa merespon positif pembelajaran yang dilaksanakan.

Umumnya siswa dapat menjawab tentang pelajaran yang mereka


133

peroleh pada pembelajaran siklus II. Dengan media cerpen menulis

naskah drama dapat memotivasi siswa, mempermudah siswa dalam

menulis naskah drama, dan siswa merasa sangat tertarik untuk menulis

naskah drama karena mereka merasa sangat terbantu dengan

menggunakan media cerpen. Dan sebanyak 98% siswa menjawab

bahwa kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi pada siklus I dapat

teratasi. Selanjutnya jawaban mengenai kesan yang mereka dapatkan

dalam proses pembelajaran adalah bahwa mereka sangat senang

menullis naskah drama dan mereka menjadi tertarik kepada sastra

seperti puisi, cerpen, novel, terlebih naskah drama.

6. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran pada Siklus II

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yang dilakukan oleh

observer yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor,

diperoleh data mengenai kegiatan guru dalam mengajar pada siklus II.

Banyaknya peningkatan yang dilakukan oleh guru, di antaranya yaitu

peningkatan dalam menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi,

Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasan, kejelasan

dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan

media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh, ketepatan dalam

penggunaan waktu, meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan

dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa. Untuk lebih jelasnya,

penilaian observer mengenai aktivitas guru dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.
134

Tabel 4.13

Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus II

No Aspek Kriteria Ket Nilai


a) Menarik perhatian siswa dan
Baik 90
Kemampuan menimbulkan motivasi
1 membuka b) Menjelaskan prosedur
pelajaran pembelajaran yang akan Baik 90
dilaksanakan
Sikap guru a) Kejelasan suara Baik 90
2 dalam proses b) Antusiasisme penampilan
Baik 90
pembelajaran atau mimik
a) Kesesuaian penggunaan
media cerpen dengan pokok Tepat 95
bahasan
b) Kejelasan dalam
Proses
3 menerangkan materi menulis
pembelajaran
naskah drama dengan
Baik 90
menggunakan media cerpen
serta kejelasan dalam
menimbulkan contoh
a) Kemampuan menggunakan
media yang berkaitan dengan
Kecermatan
teori drama, langkah-langkah Baik 85
dalam
4 menulis naskah drama
pemanfaatan
dengan media cerpen
media
b) Keterampilan dan ketepatan
Baik 90
saat penggunaan media
a) Kemampuan menggunakan
penilaian lisan saat
Baik 85
pelaksanaan menulis naskah
5 Evaluasi
drama dengan media cerpen
b) Ketepatan dalam penggunaan
Baik 85
waktu
a) Meninjau kembali
Kemampuan pembelajaran yang telah
6 menutup dilakukan dan memberikan Baik 90
pelajaran kesempatan bertanya pada
siswa
135

b) Memberikan tugas kepada


siswa dan menginformasikan
Baik 80
bahan atau materi
pembelajaran selanjutnya

Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa

selama proses pembelajaran pada siklus II. Diperoleh data peningkatan

aktivitas siswa dibandingkan pada kegiatan di siklus I bahwasannya siswa

sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam mengerjakan tugas.

Terlihat dari sebagian siswa merespon guru dengan bertanya, berpendapat

dan menjawab seputar materi drama. Dan ada penurunan dalam kegiatan

melamun, mengobrol dengan temannya dan melakukan kegiatan lain

dibandingkan dengan kegiatan pada siklus I. Untuk lebih jelasnya, penilaian

observer mengenai aktivitas siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.14

Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus II

Aspek yang Diamati Jumlah Siswa


1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM
a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang teori drama, langkah-langkah 95 %
menulis naskah drama dengan menggunakan
media cerpen
b. Siswa menulis naskah drama dengan 100 %
menggunakan media cerpen
c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan 60 %
yang berkaitan dengan drama
d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang 75 %
berkaitan dengan drama

2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM


a. Melamun 1%
136

b. Mengobrol dengan temannya 5%


c. Melakukan pekerjaan lain 1%

7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II

Penerapan media cerpen telah berhasil membuat siswa lebih semangat

dalam belajar. Perasaan senang siswa dalam belajar bahasa Indonesia

khususnya menulis naskah drama sudah semakin terlihat dengan keaktifan

siswa dan juga hasil naskah drama yang dibuat oleh masing-masing siswa

dalam belajar.

Aktivitas siswa dalam belajar bahasa Indonesia sudah semakin

meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki aktivitas yang rendah

dalam belajar menulis naskah drama. Penerapan media cerpen membuat

siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia sehingga tidak

ada ketakutan siswa untuk bertanya dalam proses pembelajaran. Dan juga

guru dapat memaksimalkan waktu yang ada, sehingga tidak terkesan

terburu-buru lagi dalam proses pembelajaran.

Seperti sudah dijelaskan dalam butir sebelumnya bahwa dalam hasil

data jurnal dan lembar observasi telah terlihat peningkatan siswa dalam

proses pembelajaran. Sebagian besar siswa merespon positif terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kekurangan siswa yaitu dalam soal

ejaan.

Berdasarkan hasil analisis dari observasi, jurnal dan wawancara pada

siklus I ditemukan beberapa kekurangan, akan tetapi kekurangan-

kekurangan itu dapat teratasi di siklus II di antaranya sebagai berikut:


137

(a) Siswa mulai tidak takut untuk bertanya kepada peneliti mengenai materi

yang disampaikan.

(b) Umumnya aktivitas siswa dalam belajar sudah sangat antusias, terlihat

ketika siswa akan memulai menulis naskah drama mereka serentak

menjawab “Siap!!!” di waktu guru menlontarkan pertanyaan “Sudah

siap menulis naskah drama kembali?”.

(c) Guru sudah dapat mengelola kelas dan menggunakan waktu dengan

baik. Terlihat dari ketepatan waktu dan hasil data observer.

(d) Sebagian besar siswa sudah melengkapi aspek formal naskah drama.

Dilihat dari hasil keseluruhan siswa, sudah terdapat babak dalam

naskah drama. Itu dikarenakan sebelum mereka menulis naskah drama

guru memberikan satu contoh naskah drama berjudul Kapai-kapai karya

Arifin C.Noer, karena pada pembelajaran siklus I peneliti tidak

memberikan contoh naskah drama.

(e) Kreatifitas siswa dalam menulis naskah drama sudah semakin

meningkat. Umumnya siswa yang sudah bisa berimprovisasi dan

mengembangkan ceritanya. Dengan penambahan tokoh, babak terlebih

menambahkan dialog dan kramagung. Sehingga naskah drama terlihat

lebih menarik dan unik.

(f) Dalam penggunaan ejaan kebanyakan siswa sudah mengalami

peningkatan. Meskipun masih ada yang mengabaikan penggunaan ejaan

seperti dalam menuliskan kata di sebagai prefiks dan imbuhan, dalam

penulisan huruf kapital dan penyingkatan kata sudah banyak siswa yang
138

tidak menyalahkan aturan. Hal itu dikarenakan sebelum siswa memulai

menulis naskah drama peneliti memberikan penekanan tentang ejaan

dan peneliti memberikan sedikit tips dalam penggunaan ejaan yang baik

dan benar.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan membahas seluruh hasil penelitian yang

telah dilakukan di kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor selama dua siklus.

Adapun pembahasan mengacu kepada semua instrumen penelitian.

1. Hasil Naskah Drama Siswa

Berdasarkah hasil analisis naskah drama siswa pada siklus II bahwa

seluruh siswa sudah bisa menuangkan ide dan berimprovisasi dalam

dialog, kramagung judul, epilog dan prolog. Itu artinya daya kreatifitas

siswa sudah sangat bagus. Dengan begitu kegiatan menulis naskah drama

pada kegiatan pembelajaran sebelum dilakukan tindakan atau prates ke

siklus I mengalami peningkatan, begitu pula pembelajaran dari siklus I ke

siklus II juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini ditunjukan

oleh nilai rata-rata siswa dalam menulis naskah drama mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I nilai rata-rata kelas yaitu

7,43. Pada siklus II meningkat menjadi 8,68. Untuk mengetahui

perkembangan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, peneliti

menyajikan hasil penilaian naskah drama pada prates dan pada setiap

siklus, agar penilaian dan peningkatan dapat terlihat jelas. Berikut tabel

penilaian siklus I dan siklus II.


139

Tabel 4.15

Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama

pada Prates, Siklus I dan Siklus II

No Nama Prates Siklus 1 Siklus 2


1 Achmad Suhendar 85 75 90
2 Ade Nurhasanah 75 75 90
3 Aden Purnawan 70 70 80
4 Ahmad Bukhori Muslim 65 70 80
5 Ahmad Sonhaji 65 75 85
6 Ana Nurjannah 75 80 95
7 Anisa Yulianti 80 75 85
8 Ashari Utomo Putra 60 75 80
9 Asri Puspitasari 80 75 80
10 Dhea Ulfah Nurkhaidah 80 80 85
11 Eka Rosiani Sari 70 80 90
12 Endah Ami Pratiwi 75 85 90
13 Eria Komarudin 70 75 85
14 Ermawati 80 75 85
15 Indah Syafitri 80 75 85
16 Kemala Saras Rianty 80 80 90
17 Khoirunnisa 75 75 85
18 M. Angga Mahridan 60 75 80
19 M. Hafiz Ramadhan 60 80 95
20 Mahfudin 65 75 85
21 Muhammad Iqbal 65 75 80
22 Napsiah 75 75 90
23 Naufal Fawwaz 80 75 85
24 Novita Lestari 75 80 90
25 Novita Sari 75 75 90
140

26 Nurjayanti 70 75 90
27 Rihlah Mawaddah 80 80 85
28 Saprudin 75 85 80
29 Sarah Hayatin Nufus 75 75 90
30 Siti Aminah 75 85 95
31 Siti Kurniasih 70 75 85
32 Siti Mirnawati 60 75 90
33 Siti Nurhasanah 75 75 90
34 Tami Puspita Sari 60 70 80
35 Wagiati 70 80 90
36 Yudi Ardian 80 85 95
Rata-rata 72,50 76,80 86,80

Dari tabel di atas, terlihat bahwa beberapa siswa mengalami

peningkatan skor dari prates ke siklus 1 hingga ke siklus II. Peningkatan

yang signifikan terjadi dalam kelengkapan aspek formal dan kreatifitas.

Tetapi ada beberapa siswa yang mengalami penurunan, ada siswa yang

tidak ada perubahan, ada siswa yang hanya sedikit saja mengalami

peningkatan, tetapi ada pula siswa yang sangat melonjak jauh mengalami

peningkatannya.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah,

serta nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya seperti tergambar dalam

tabel berikut:
141

Tabel 4.16

Tingkat Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 1

No Tingkat Kemampuan Prates Siklus 1 Siklus 2


1 Tertinggi 85 85 95

2 Terendah 60 70 80

3 Rata-rata 72,50 76,80 86,80

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kemampuan tertinggi pada Prates

atau sebelum tindakan mencapai skor 85, sedangkan kemampuan menulis

naskah drama siklus 1 skor masih sama yaitu mencapai skor 85, akan

tetapi mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II, skor

meningkatan menjadi 95. Kemampuan terendah siswa sebelum diberikan

tindakan mengalami skor 60, akan tetapi mengalami peningkatan pada

siklus 1 skor terendahnya menjadi 70, dan pada siklus II nilai terendah

mengalami peningkatan menjadi 80.

Dan berdasarkan kemampuan tertinggi dan terendah siswa

diperoleh nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata kemampuan siswa sebelum

diberikan tindakan mencapai skor 72,50, meningkat nilai rata-rata siswa

pada siklus I menjadi 76,80 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa

meningkat tinggi yaitu mencapai skor 86,80. Pada kegiatan sebelum

dilakukan kegiatan menulis naskah drama dengan menggunakan media

cerpen tingkat keberhasilan rata-rata siswa masuk dalam kategori rendah,

pada siklus I meningkat menjadi kategori sedang, akan tetapi mencapai


142

peningkatan yang tinggi pada siklus II yaitu masuk dalam kategori sangat

tinggi.

2. Hasil Wawancara Siswa

Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen dilakukan kegiatan

wawancara pada setiap siklus. Siwa diberi beberapa pertanyaan terkait

tentang pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media

cerpen.

Siswa yang diwawancarai berjumlah 11 orang pada setiap

siklusnya. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI IPS 1.

Berikut paparan respon siswa terhadap pembelajaran menulis naskah

drama dengan menggunakan media cerpen yang sebelumnya telah dibahas

pada hasil wawancara pada siklus I dan siklus II:

a. Bahwa pada siklus I ada 63,63 % yang berkomentar media cerpen

dapat meningkatkan siswa dalam menulis naskah drama, akan tetapi

meningkat pada siklus II menjadi 100 % siswa yang berkomentar

bahwa mereka merasa kemampuan menulis naskah drama mengalami

peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

media cerpen. Itu artinya bahwa media cerpen sudah tepat dirasakan

siswa dalam menulis naskah drama.

b. Pada siklus I sebanyak 36,36 % siswa yang merasa kesulitan menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen, tetapi pada siklus

II sebanyak 90,90% yang berkomentar bahwa kesulitan-kesulitan pada


143

siklus I dapat teratasi. Itu artinya peneliti telah berhasil mengurangi

kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran menulis naskah drama

dengan menggunakan media cerpen.

c. Pada siklus I sebanyak 81,81% yang berkomentar bahwa mereka

termotivasi dengan pembelajaran menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen. Sedangkan pada siklus II sebanyak 100%

siswa yang berkomentar bahwa mereka sangat termotivasi dengan

pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media

cerpen. Itu artinya bahwa pembelajaran pada siklus II sudah berjalan

lebih baik dibandingkan pembelajaran pada siklus I.

d. Pada siklus I sebanyak 54,54 % siswa berkomentar bahwa mereka

tertarik dalam pembelajaran menulis setelah mereka mengikuti

pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. Dan pada

siklus II komentar siswa akan ketertarikan mereka dalam menulis

setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan media

cerpen meningkat menjadi 81,81 %. Itu artinya model pembelajaran

menulis naskah drama dengan media cerpen membuat siswa semakin

tertarik akan pembelajaran keterampilan menulis.

3. Hasil Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi diberikan untuk mengamati aktivitas guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini diberikan

pada akhir pembelajaran oleh peneliti kepada seluruh siswa yaitu sebanyak

36 siswa.
144

Berikut paparan jawaban siswa pada lembar observasi terhadap

pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen

yang sebelumnya telah dibahas pada hasil lembar observasi pada siklus I

dan siklus II:

a. Dalam siklus I hanya ada 55,55 % siswa yang memberikan nilai baik

untuk kategori penggunaan media. Akan tetapi pada siklus II meningkat

menjadi 94,44 % siswa memberikan nilai baik untuk kategori

penggunaan media. Itu artinya seluruh siswa menilai bahwa media

cerpen sangat tepat untuk pembelajaran menulis naskah drama.

b. Pada siklus I sebanyak 66,66 % siswa yang memberikan nilai baik

untuk point guru memberikan kesempatan bertanya. Dan pada siklus II

meningkat menjadi 88,88% siswa yang memberikan nilai baik untuk

point guru memberikan kesempatan bertanya, itu artinya sudah ada

peningkatan guru dalam memberikan kesempatan siswa dalam

bertanya, dan guru juga dapat memaksimalkan waktu pada siklus II.

c. Pada siklus I ada 94,44% siswa yang memberikan nilai baik tentang

guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik dan mengesankan.

Sedangkan dalam siklus II sudah 100% siswa yang memberikan nilai

baik tentang guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik dan

mengesankan.

4. Hasil Jurnal Siswa

Jurnal siswa merupakan media untuk menyampaikan pendapat dan

kesan yang dirasakan siswa selama proses pembelajaran. Jurnal siswa diisi
145

pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus. Hasil jurnal siswa

sangat penting sebagai bahan masukan untuk perbaikan pada proses

pembelajaran siklus berikutnya. Pendapat yang dikemukakan siswa sangat

beragam. Sebagian besar siswa berpendapat positif terhadap proses

pembelajaran menulis naskah drama dengan penggunaan media cerpen.

Serta siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran bahasa

Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil jurnal siswa pada setiap siklusnya.

Berbagai pendapat siswa tersebut peneliti sajikan dalam bentuk tabel

persentase berikut ini:

Tabel 4.17

Persentase Komentar dalam Jurnal Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No Respon Siswa Siklus 1 Siklus 2

1 Positif 66,6 % 86,11 %

2 Biasa 25 % 11, 11%

3 Negatif 8,3 % 2,7 %

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komentar positif yang

diberikan siswa pada setiap siklus meningkat. Pada siklus I komentar

positif yang diberikan siswa sebanyak 66,6%, kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 86,11 %. Siswa yang berkomentar biasa dan negatif

mengalami penurunan. Hal ini mengabarkan hasil yang menggembirakan

bagi peneliti. Didukung juga dengan banyaknya siswa yang berpendapat


146

dan bertanya pada proses pembelajaran serta hasil naskah drama yang

semakin membaik.

5. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran

Lembar kegiatan guru dan siswa ini dilakukan pada setiap

pembelajaran yang bertujuan untuk merekam kejadian-kejadian yang

terjadi sehubungan dengan objek yang diteliti. Lembar observasi ini diisi

oleh observer yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 1

MAN Cibinong-Bogor. Berikut ini persentase aktivitas guru dan siswa

mulai dari siklus I sampai siklus II.

Tabel 4.18

Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

No Aspek Kriteria Siklus I Siklus II


a) Menarik perhatian
siswa dan 85 90
Kemampuan
menimbulkan motivasi
1 membuka
b) Menjelaskan prosedur
pelajaran
pembelajaran yang 80 90
akan dilaksanakan
Sikap guru a) Kejelasan suara 90 90
2 dalam proses b) Antusiasisme
90 90
pembelajaran penampilan atau mimik
a) Kesesuaian
penggunaan media
85 95
cerpen dengan pokok
bahasan
b) Kejelasan dalam
Proses
3 menerangkan materi
pembelajaran
menulis naskah drama
dengan menggunakan 75 90
media cerpen serta
kejelasan dalam
menimbulkan contoh
147

a) Kemampuan
menggunakan media
yang berkaitan dengan
Kecermatan teori drama, langkah- 80 85
dalam langkah menulis
4
pemanfaatan naskah drama dengan
media media cerpen
b) Keterampilan dan
ketepatan saat 75 90
penggunaan media
a) Kemampuan
menggunakan penilaian
lisan saat pelaksanaan 85 85
5 Evaluasi menulis naskah drama
dengan media cerpen
b) Ketepatan dalam
75 85
penggunaan waktu
a) Meninjau kembali
pembelajaran yang
telah dilakukan dan
80 90
memberikan
kesempatan bertanya
Kemampuan
pada siswa
6 menutup
b) Memberikan tugas
pelajaran
kepada siswa dan
menginformasikan
85 80
bahan atau materi
pembelajaran
selanjutnya

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas

guru semakin meningkat dari siklus I ke siklus II, walau ada beberapa

kriteria yang nilainya tetap yaitu dalam kejelasan suara, antusias

mengajar dan kemampuan menggunakan penilaian lisan saat proses

pembelajaran. Kriteria yang meningkat yaitu pada siklus I kejelasan guru

dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan


148

media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh masih dalam

taraf cukup, akan tetapi pada siklus II kriteria itu meningkat menjadi

lebih baik. Begitu pula peningkatan dalam kriteria keterampilan dan

ketepatan penggunaan media serta ketepatan dalam penggunaan waktu.

Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa

selama proses pembelajaran. Berikut ini persentase aktivitas siswa pada

siklus I dan siklus II.

Tabel 4.19

Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Jumlah Siswa
Aspek yang Diamati
Siklus I Siklus II
1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM
a. Siswa memperhatikan penjelasan
dari guru tentang teori drama, 90 % 95 %
langkah-langkah menulis naskah
drama dengan menggunakan media
cerpen
b. Siswa menulis naskah drama dengan 100 % 100 %
menggunakan media cerpen
c. Siswa mengajukan pendapat atau 40 % 65 %
pertanyaan yang berkaitan dengan
drama
d. Siswa menjawab pertanyaan dari 60 % 75 %
guru yang berkaitan dengan drama

2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan


KBM
a. Melamun 2% 1%
b. Mengobrol dengan temannya 10 % 5%
c. Melakukan pekerjaan lain 5% 1%
149

Dari tabel di atas dapat diketahui aktivitas siswa yang sering

muncul dalam proses pembelajaran. Pada siklus I Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis

naskah drama dengan menggunakan media cerpen sebanyak 90 %, pada

siklus II meningkat menjadi 95%. Pada siklus I sebanyak 100 % atau

seluruh siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen,

dan pada siklus II kegiatan itu masih tetap bertahan. Pada siklus I siswa

yang mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan

drama sebanyak 40%, akan tetapi pada siklus II meningkat menjadi 65%.

Pada siklus I siswa yang menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan

dengan drama sebanyak 60%, meningkat pada siklus II menjadi 75%.

Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran

mengalami penurunan pada siklus II. Siswa yang melamun pada siklus I

sebanyak 2%, menurun pada siklus I menjadi 1%. Siswa yang mengobrol

dengan temannya pada siklus I sebanyak 10%, menurun pada siklus II

menjadi 5%. Sedangkan siswa yang melakukan pekerjaan lain pada

siklus I sebanyak 5%, pada siklus II menjadi 1%.

Maka dari pemaparan di atas diperoleh data aktivitas siswa

bahwasannya siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam

mengerjakan tugas. Begitupun dengan guru yang melakukan proses

pembelajaran dengan sangat antusias.


150

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian mengenai peningkatan

siswa menulis naskah drama dengan media cerpen, maka penulis dapat

mengemukakan beberapa simpulan dan saran.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penerapan media cerpen dalam penulisan naskah drama dapat

meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas XI IPS 1 MAN

Cibinong-Bogor.

2. Penguasaan kemampuan siswa terhadap materi naskah drama

menunjukan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya

peningkatan hasil belajar siawa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata

siklus I adalah 76,80, meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata

menjadi 86,80.

3. Motivasi belajar siswa meningkat setelah belajar menulis naskah drama

dengan menggunakan media cerpen. Hal ini dibuktikan dengan usaha

siswa dalam memperbaiki setiap kesalahan pada naskah drama yang

dibuatnya. Siswa berusaha untuk membentuk suatu cerita dengan utuh

dan membuatnya dengan sekreatif mungkin.


151

4. Setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen, siswa

menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif untuk menuangkan ide-ide

yang dimilikinya ke dalam naskah drama. Terlihat dalam hasil naskah

drama yang sudah dilengkapi oleh aspek formal naskah drama, yaitu

terdapat judul, dialog, babak, kramagung, prolog dan epilog; kesesuaian

naskah drama dengan cerpen; daya kreativitas; serta penggunaan EYD.

5. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan lembar jurnal, respon siswa

setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen adalah baik.

B. Saran

Telah terbuktinya pembelajaran menulis naskah drama dengan

menggunakan media cerpen dapat meningkatkan hasil belajar bahasa

Indonesia, maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Media cerpen sangat efektif diterapkan untuk pembelajaran menulis

naskah drama. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media cerpen

dalam meningkatkan pembelajaran menulis naskah drama guna

mencapai nilai di atas rata-rata yang telah ditentukan.

2. Guru diharapkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan

sehingga menjadi guru yang profesional karena mampu memperbaiki

proses pembelajaran melalui suatu kejadian terhadap permasalahan

yang terjadi di kelas.


152

3. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan

kegiatan ini dapat dilakukan serta berkesinambungan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah guru harus bisa memotivasi

siswa untuk belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Ahmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press, 2009.

Anwar, Chairul, Drama Bentuk-Gaya dan Aliran, Yogyakarta: Elkaphi, 2005.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2002.

_________________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV,


2007.

Barnet, Sylvan, A Short Guide to Writing About Literarure, Boston: Little, Brown
and Company, 1968.

Brahim, Drama dalam Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1968.

Bridges, Charles W dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and


Meanin, California: Wadsworth, 1984.

Brocket, Oscar G, The Teatre, Indianan University, 1969.

Cahyani, Isah, Bahasa Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam


Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Departemen Pendidikan Nasional, KamusBesar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,


Jakart: PT Gramedia Pustaka Utama, Edisi keempat, 2008.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia,


Bandung: Titian Ilmu Bandung, 2007.

Diyanni, Robert, Literatur (Reading Fiction, Poetry, and Drama), New York:
McGraw-Hill, 2002.
Endaswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Media
Pressindo, Cet. IV, 2008.

Hamalik, Oemar, Media Pembelajaran, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

Jones, Edward H, Outlines of Literature, New York: The Macmillan Company,


1968.

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Minderop, Albertine, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan


Pustaka Obor Indonesia, Cet. II, 2011.

Mulyasa, H.E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, Cet. III, 2010.

Munadi, Yudi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.

Rahmanto, B dan Endah Peni Adji, Drama, Jakarta:Universitas Terbuka, 2007.

________, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: KANISIUS, 1998.

Riantiarno, N, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, Jakarta: 3


Books, 2003.

Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, Cet. II, 2001.

Saleh, Mbido, Sandiwara dalam Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1967.

Semi, M. Atar, Anatomi Sastra, Jakarta: Angkasa Raya, tt.

Stantion, Robert, Teori Fiksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.


Subagyo, Joko, Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Subana dkk, Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Subana, Muhammad, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung:


Pustaka Setia, 1985.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006.

Sumarjo, Jakob, Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia,


Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992.

_____________, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, Bandung:


Pustaka Latifah, 2004.

Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia S, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Tarigan, Djago, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka, 2005.

Tarigan, Henry Guntur, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa,


Bandung: Angkasa, 2008.

_____________________, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,


Bandung: Angkasa, 2008.

Waridah, Ernawati, EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesia, Jakarta: Kawan


pustaka, 2009.

White, Freed D, The Writer Art, New York: Wadsworth, 1986.

Wiraatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2005.
BIODATA PENULIS

Didah Nurhamidah dilahirkan pada 19


Desember 1989 di Kelurahan Pakansari,
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Sebagai Putri bungsu dari
tiga bersaudara, pasangan bapak M.
Abdullah dan ibu Eny Suhaeni.
Pendidikan dasar yang penulis tempuh
pertama kali di MI Nizhomiyah tamat pada tahun 2001,
melanjutkan ke MTs Al-Huda Cibinong-Bogor tamat tahun
2004, kemudian melanjutkan di MAN 1 Cibinong-Bogor tamat
tahun 2007. Kemudian tercatat sebagai mahasiswi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007.
Selama kuliah penulis mengikuti beberapa organisasi di
antaranya yaitu ia tercatat sebagai kader HMI Komisariat
Tarbiyah Cabang Ciputat, Tari Saman POSTAR, pengurus
BEM-FITK Periode 2008-2010, Sekretaris Jendral BEMJ-PBSI
Periode 2010-2011.

Anda mungkin juga menyukai