RSUD JOMBANG
Oleh :
NIM. 182002006
TAHUN 2020/2021
A. Definisi
Demam dengue (dengue fever/DF) adalah demam akut sebagai respon tubuh
terhadap salah satu serotipe virus dengue yang masuk kedalam aliran darah bersama
air liur nyamuk. Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk bergenus
Aedes.
B. Etiologi
Etiologi demam dengue (dengue fever/DF) adalah virus dengue dengan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor penularnya.
1. Agen
2. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai vektor penular
dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan penyakit ini adalah Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris. Serangga penyebar penyakit ini
masuk ke dalam klasifikasi ilmiah dalam filum Arthropoda, sehingga virus dengue
ini juga dinamakan sebagai Arbovirus.
C. Patofisiologi
Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk Aedes
sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami
viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue akan
bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak
memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini akan
mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran
darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi
leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang. Sel-
sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
Adalah penyakit akut yang ditandai oleh panas 2-7 hari, disertai 2 atau lebih gejala klinik
berikut :
Sakit kepala
Ruam
Leukopenia
Pada penderita anak Dengue Fever biasanya tampil klinis ringan, sedang pada orang
dewasa dapat disertai nyeri berat pada tulang dan persendian serta otot, dan pada saat
confalescence melalui periode prolong fatique, bahkan kadang disertai depresi.
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
1. Derajat I.
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet
positif.
2. Derajat II.
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III.
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).
4. Derajat IV.
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt),
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Deteksi virus, yang dapat dilakukan melalui metode pembiakan (kultur) dan
tes PCR ( Polymerase Chain Reaction)
Deteksi serologis, yaitu untuk mendeteksi adanya antibody terhadap infeksi
virus dengue ( antibodi antidengue)
4. Metode kultur
Deteksi virus dengue dengan pemeriksaan kultur adalah tes diagnostic pasti
(definitif), tetapi pertimbangan praktis membatasi penggunaannya. Yang harus
diperhatikan adalah singkatnya periode ketika virus dengue dapat dideteksi
dengan baik.
Saat ini ada lima metode deteksi serologis yang dapat dilakukan sebagai
pemeriksaaan penunjang penyakit DBD, yaitu :
7. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada
hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan USG.
G. Penatalaksanaan
Pada awalnya demam dengue (dengue fever/DF) sukar dibedakan dengan infeksi
virus lainnya seperti flu umpamanya sehingga kebanyakan orang akan mengobatinya
sendiri di rumah, dengan membeli obat-obatan yang dijual bebas untuk menurunkan
demam dan gejala lain yang dirasakan. Pasien yang terinfeksi virus dengue, yang
datang ke ruang gawat darurat, atau ke klinik praktek dokter bisa jadi sudah dalam
keadaan fase lanjut dari sekedar demam.
H. PENCEGAHAN.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
2. Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).
3. Kimiawi.
Pengendalian kimiawi antara lain :
a. Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah,
epistaksis, pendarahan gusi.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit) : kapan mulai panas
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien)
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
e. Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang
f. Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan,
usia)
b. Pemeriksaan per sistem
- Sistem persepsi sensori :
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering
- Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
- Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,
odem pulmo, krakles
- Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba, kapilary
refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
- Sistem gastrointestinal :
Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi
Perut : turgor, kembung/meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut
BAB : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena
- Sistem integument : petekie, ekimosis, kulit kering/lembab, adakah
pendarahan bekas tempat injeksi
- Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
4. Gejala klinis didapatkan :
a. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi
perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan spontan
dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari tempat lain.
c. Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan terdapat
kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit
dingin dan sembab atau gelisah.
d. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak teraba.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Dengue Shock
meliputi :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan proses
endosvaskuler
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An A
No RM : 43-49-29
Dx Medis : DF + status epilepticus
Postnatal :-
b. Imunisasi
BCG : .usia 1 bulan.................. Polio : setelah lahir..........
DPT : usia 2 bulan ...... Campak :9 bulan ..................
Hepatitis : 2 bulan …………
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita oleh
anggota keluarga :
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga....
b. Lingkungan rumah dan komunitas:
lingkungan bersih, polusi tidak dekat dengan pabrik, dekat dengan sawah,ventilasi
baik, pencahayaan terdapat jendela jadi cahaya masuk e rumah
Gusi
Warna : merah muda
Lain-lain :
Gigi
Sudah tumbuh/belum : .sudah tumbuh gigi ..............................................
Caries gigi : tidak terdapat gigi Caries.................................................
e. Telinga
Bentuk : .simetris.............................................................................
Kebersihan : .bersih.............................................................................
Tragus pain : .tidak terdapat Tragus pain ...................................................
Refleks startle : sudah tidak menggunakan reflek rooting (usia pasien 28 bulan )
f. Leher
Bentuk : simetris
Bendungan vena jugularis : ..tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : ..tidak ada
g. Thorax/dada
Inspeksi
Bentuk : .simetris
Kelainan bentuk dada : ..tidak terdapat kelainan bentuk dada.
Tarikan intercostae : tidak ada
Palpasi
Fraktur tulang costae : .tidak ada.
Vokal vremitus : tidak ada.
Perkusi
Suara paru : ..redup (dupp)
Auskultasi
Suara nafas tambahan : .tidak ada
h. Abdomen/perut
Inspeksi
Bentuk : simetris
Asiteas : ..tidak ada penumpukan cairan di perut
Auskultasi
Bising usus : ...15... x/menit
Perkusi
Suara : timpani
Palpasi
Kuadran I : ....normal.....................................................................
Kuadran II : ....normal.........................................................
Kuadran III : .....normal.........................................................
Kuadran IV : ....normal........................................................
i. Punggung
Bentuk : ..simetris
Kelainan bentuk punggung : .tidak terdapat kelainan di punggug..
j. Genetalia
Kebersihan : .bersih
Kelainan bawaan : tidak ada....
k. Anus
Kebersihan : bersih
Kelainan bawaan : tidak ada .
l. Ekstremitas
Kelainan jumlah jari : tidak ada
Akral : hangat
CRT : ..<3 detik
IV. DAMPAK HOSPITALISASI
a. Pada anak : pasien terlihat rewel dan tidak nyaman
b. Pada orang tua : orang tua pasien terlihat khwartir dan cemas dengan kondisi pasien
yang panannya naik turun
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Darah Lengkap
Hitung jenis
Esonofil 0 2–4 %
L
Basophil 0 0–1 %
Segmen - 3–5 %
Limfosit 41 50 – 70 %
L
Menosit 52 25 – 40 %
H
Linosit 6 2–8 %
Immature granulocytes (IG) 0,3 3 %
Neuttrofil absolute (ANC) 1,28 2,5 – 7,0 10 3/ul
L
Limfosit absolute (ALC) 1,6 1,1 – 3,3 10 3/ul
LR 0,80 < 3,13
Likosit 0,30 0,5 – 1,5 %
L
He 25,4 >30,3 pg
L
Normoblas (NRBC) 0,30 %
T ratio 0,01 < 0,2
KIMIA DARAH
Glukosa darah sewaktu 59 <200 mg/dl
Katrium 139 135-147 mEq/1
natrium 4,46 3.5-147 mEq/1
0,5 – 1,5
Nama : An A
No RM : 43-49-29
Dx Medis : DF + status epilepticus
ANALISA DATA
DO :
b. Pasien terlihat lemah
c. membrane mukosa kering
d. kejang
e. kulit terasa hangat
f. TD : 100/60
g. RR : 26 x/jam
h. Nadi : 150 x/jam
i. Suhu : 39,6°C
2 DS : Ibu mengatakan anaknya kejang Prosedur endovaskuler Risiko perfusi perifer tidak
efektif
DO :
……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An A
No RM : 43-49-29
Dx Medis : DF + status epilepticus
Nama : An A
No RM : 43-49-29
Dx Medis : DF + status epilepticus
Nama : An A
No RM : 43-49-29
Dx Medis : DF + status epilepticus
Kolaborasi :
12.