Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

OLEH

I GUSTI AYU ARI PURNAMAWATI

(P07120320074)

NERS KELAS B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir.(Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Klasifikasi BBLR yaitu :
1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) : BB <2500 gr
2. BBLSR ( Berat Badan Lahir Sangat Rendah) : BB 1000-1500 gr
3. BBLESR(Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah) : BB <100 gr
4. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan :
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil
ke-10 kurva pertumbuhan janin
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil
ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-
90 pada kurva pertumbuhan janin

B. ETIOLOGI
a. Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
2. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK).
3. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.
b. Faktor :
A. Faktor Ibu
1. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
2. Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis,inkompeten serviks).
3. Tumor (mis. Mioma uteri,sistoma).
Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi
(mis. Tifus abdominalis,malaria).Kronis (mis.TBC,penyakit
jantung,gromeluronefritis kronis).
4. Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (mis.jatuh). Psikologis (mis.stres).
5. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
6. Plasenta antara lain plasenta previa,solusio plasenta.

B. Faktor Janin
1. kehamilan ganda,
2. Hidramnion,
3. Ketuban pecah dini,
4. cacat bawaan,
5. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),
6. Insufisiensi plasenta,
7. Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah ABO).
Faktor Plasenta adalah Plasenta previa dan solusio plasenta.

C. Tanda Dan Gejala


1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnese sering di jumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus
dan lahir mati
b. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya- sering di jumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum
atau perdarahan anterpartum
d. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya

(Tim Adaptasi Indonesia, 2009)

D. PATOFISIOLOGI
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah
utama.Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak
dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang“Stunting/Kuntet”
pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan,
kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek
buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-
zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab
itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan
akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik
maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak
di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot
yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang.
2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine
berkurang
5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik.
6. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran
darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya
otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari
pembuluh kapiler yang rapuh.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pada Masalah Hipotermi :
Di dapatkan dengan penatalaksaan Pemeriksaan fisik :
Suhu normal : 36 – 37,5˚C
Pada BBLR Hipotermi didapatkan hasil <36˚C
b. Pada Masalah Hipoglikemi :
Dengan melakukan pemeriksaan Darah Lengkap
Pada BBLR Hipoglikemi didapatkan hasil : < 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah dari pada kisaran bayi normal sesuai
usia pasca lahir
Bayi atterm BB 2500 gr : glokosa <30 mg/dL : 72 jam selanjutnya 40 mg/dL
BBLR glukosa darah < 25 mg/dL
c. Resiko Infeksi
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal
/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
PemeriksaanPenunjang
a) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
c) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
d) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan , 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f) Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
Pemeriksaan Analisa data gas darah.
(Saifudin, 1991)

V. PENATALAKSANAAN

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk perumbuhan
dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

A. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR


Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,metabolismenya
rendah dan permukaan badan relatif  luas oleh karena itu bayi prematuritas harus
dirawat di dalam incubator sehinga panas badanya mendekati dalam rahim. Bila
bayi dirawat dalam incubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35
derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat
celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat
dipertahankan.
B. Nutrisi
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 kal/kg BB sehingga pertumbuhanya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflex
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga  ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila factor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung.Permulaan cairan diberikan sekitar
50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg
BB/hari.
C. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan  prematuritas (BBLR).
Dengan demikian perawat dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator

Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang
berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal.
Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara
tertutup dan terbuka.
 Inkubator tertutup:
1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti
apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen
harus selalu disediakan.
2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi.
4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27
derajat celcius.
 Inkubator terbuka:
1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan
pada bayi.
2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan.
3. Membungkus dengan selimut hangat.
4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.
5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan
di bawah ini

Pengaturan suhu Inkubator


Berat badan lahir 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
(gram) (º C) (º C) (º C) (º C)
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 32-33 32
2001-2500 33 32-33 32 32
> 2500 32-33 32 31-32 32

Keterangan :
Apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap
minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di
luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
I. PENGKAJIAN
A. Keadaan umum: Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
B. Tanda-tanda Vital: Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
C. Kulit: Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
D. Kepala: Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
E. Mata: Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksterhadap cahaya.
F. Hidung:Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
G. Mulut:Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
H. Telinga:Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
I. Leher: Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
J. Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
K. Abdomen:Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada
garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
L. Umbilikus:Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
M. Genitalia:Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
N. Anus:Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
O. Ekstremitas:Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
P. Refleks:Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-
356).

1. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi,penyebabnya adalah : pusat pengatur
panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada jaringan
subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan kurangnya
mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Pola Napas Tidak Efektif b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
b. Termoregulasi Tidak Efektif b.d imaturitas kontrol dan pengatur suhu tubuh dan
berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
c. Resiko Hipotermi dibuktikan dengan tidak dapat mempertahan suhu tubuh secara adekuat
d. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
III.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan
Hasil

1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas


Efektif selama ... x... menit, maka pola Observasi :
napas membaik dengan kriteria  Monitor pola napas (frekuensi,
hasil : kedalaman, usaha napas)
 Ventilasi semenit (5)  Monitor bunyi napas tambahan
 Kapasitas vital (5) (mis. gurgling, mengi,
 Diameter thoraks anterior wheezing, ronkhi kering)
posterior (5)  Monitor sputum (jumlah, warna,
 Tekanan ekspirasi (5) aroma)

 Tekanan inspirasi (5) Terapeutik :

 Dispnea (5)  Pertahankan kepatenan jalan


napas dengan head-tilt dan
 Penggunaan otot bantu napas
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
(5)
trauma cervical)
 Pemanjangan fase ekspirasi
 Posisikan semi-Fowler atau
(5)
Fowler
 Ortopnea (5)
 Berikan minum hangat
 Pernapasan pursed-tip (5)
 Lakukan fisioterapi dada, jika
 Pernapasan cuping hidung (5)
perlu
 Frekuensi napas (5)
 Lakukan penghisapan lendir
 Kedalaman napas (5)
kurang dari 15 detik
 Ekskursi dada (5)
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
 Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Pemantauan Respirasi
Observasi :
 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk
efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan
napas
 Paplasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil X-ray thoraks
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
2. Termoregulasi Setelah dilakukan intervensi Regulasi Temperatur
Tidak Efektif selama ... x... menit, maka Observasi:
Termoregulasi membaik □ Monitor suhu bayi sampai
dengan kriteria hasil : stabil (36,5°C-37,5°C)
 Tidak mengigil (5) □ Monitor suhu tubuh anak tiap
 Kulit merah menurun (5) dua jam, jika perlu

 Tidak Kejang (5) □ Monitor tekanan darah,

 Tidak akrosianosis (5) frekuensi pernapasan dan nadi


□ Monitor warna dan suhu kulit
 Suhu Tubuh Normal (5) :
□ Monitor dan catat tanda dan
36ºC - 37ºC
gejala hipotermia atau
hipertemia
Terapeutik
□ Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
□ Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
□ Masukkan bayi BBLR ke
dalam plastik segera selelan
lahir (mis. bahan polyethylene
polyurethane)
□ Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
□ Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
□ Pertahankan kelembaban
Inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
suhu inkubator sesuai
kebutuhan
□ Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi (mis,
selimut, kain bedongan,
stetoskop) meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin ruangan
atau
□ Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu kipas
angina
□ Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
□ Gunakan kasur pendingin,
water circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
□ Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi
□ Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
□ Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
□ Demonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
3. Risiko Hipotermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia
selama ... x... menit, maka Observasi:
Termoregulasi membaik □ Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil : □ Identifikasi penyebab
 Tidak mengigil (5) hipotemia (mis. terpapar suhu
 Kulit merah menurun (5) lingkungan rendah, pakaian

 Tidak Kejang (5) tipis, kerusakan hipotalamus,

 Tidak akrosianosis (5) penurunan laju metabolisme,


kekurangan lemak subkutan)
 Suhu Tubuh Normal (5) :
□ Monitor tanda dan gejala
36ºC - 37ºC
akibat hipotermia (Hipotermia
ringan: takipnea, disartria,
menggigil, hipertensi,
diuresis; Hipotemia sedang:
aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun;
Hipotermia berat: oliguria,
refleks menghilang, edema
paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik
□ Sediakan lingkungan yang
hangat (mis. atur suhu
ruangan, inkubator) Ganti
pakaian dan/atau linen yang
basah
□ Lakukan penghangatan pasif
(mis. selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
□ Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis. kompres
hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode
kangguru)
□ Lakukan penghangatan aktif
internal (mis. infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan
hangat)
Edukasi
□ Anjurkan makan/minum
hangat

Regulasi Temperatur
Observasi:
□ Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,5°C-37,5°C)
□ Monitor suhu tubuh anak tiap
dua jam, jika perlu
□ Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan nadi
□ Monitor warna dan suhu kulit
□ Monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia atau
hipertemia
Terapeutik
□ Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
□ Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
□ Masukkan bayi BBLR ke
dalam plastik segera selelan
lahir (mis. bahan polyethylene
polyurethane)
□ Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
□ Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
□ Pertahankan kelembaban
Inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
suhu inkubator sesuai
kebutuhan
□ Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi (mis,
selimut, kain bedongan,
stetoskop) meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin ruangan
atau
□ Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu kipas
angina
□ Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
□ Gunakan kasur pendingin,
water circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
□ Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi
□ Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
□ Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
□ Demonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
4. Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama …x...jam Observasi
diharapkan dapat mengatasi  Monitor tanda dan gejela
Resiko Infeksi dengan kriteria infeksi local dan sitemik
hasil: Terapeutik
Tingkat infeksi  Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan tangan  Berikan perawatan kulit pada
meningkat (5) area edema
 Kebersihan badan  Cuci tangan sebelum dan
meningkat (5) sesudah kontak dengan
 Nafsu makan meningkat pasien dan lingkungan pasien
(5)  Pertahankan kondisi aseptik
 Demam menurun (5) pada pasien beresiko tinggi
 Kemerahanmenurun (5) Edukasi
 Nyeri menurun (5)  Jelaskan tanda dan gejala
 Bengkak menurun (5) infeksi
 Vesikel menurun (5)  Ajarkan cara mencuci tangan
 Cairan berbau busuk dengan benar
menurun (5)  Ajarkan etika batuk
 Sputum berwarna hijau  Ajarkan cara memeriksa
menurun (5) kondisi luka atau luka oprasi
 Drainase purulenmenurun  Anjurkan meningkatkan
(5) asupan nutrisi
 Pluria menurun (5)  Anjurkan meningkatkan
 Periode malaise menurun asupan cairan
(5) Kolaborasi
 Periode menggigil menurun □ Kolaborasi pemberian
(5) imunisasi, jika perlu
 Letargi menurun (5)
 Gangguan kognitif
menurun (5)
 Kadar sel darah putih
membaik (5)
 Kultur darah membaik (5)
 Kultur urine membaik (5)
 Kultur sputum membaik
(5)
 Kultur area luka membaik
(5)
 Kultur feses membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Ennis,Sharon Axton.2003.Pediatric Nursing Care Plans.Pearson Education.New Jersey.

Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba Medica :


Jakarta.

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Jogjakarta : Medi Action.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Rukiyah, dkk. 2010. AsuhanKebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info


Media.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif Obstetri Sosial
Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.

Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Dirumah Sakit.
Jakarta : Depkes.

Anda mungkin juga menyukai