Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 1

1.Moh Shohibul Faroj (933418119)


2.Adam abimanyu (933417219)
3.Agus Tri Suniawan (933418219)
Sejarah periwayatan hadist pada masa pra
kodifikasi hadist
periode I : Masa Rasulullah SAW dan Sahabat
(Masa Pewahyuan: 13 SH-11 H)
Periode II : Masa Sahabat danTabi’in
(Masa Penyebaran riwayat & pengetatan periwayatan)
Periode III : Masa Tabi’in + Tabi’ al-Tabi’in
(Masa Penyebaran Hadis Mawdlu‘ & Tadwin al-Hadits)
Periode I: Masa Rasulullah SAW dan Sahabat

• Siapa itu sahabat?


• Sahabat adalah orang yg pernah bergaul dengan Nabi SAW tetap muslim
hingga akhir hayatnya.

• Kondisi pada masa ini


• Tidak banyak masalah yang muncul pada masa ini, karena setiap ada
persoalan, para sahabat langsung konfirmasi kepada Nabi SAW.
• Itulah sebabnya pemalsuan hadist tidak muncul pada masa ini.
Cara Nabi SAW menyampaikan hadisnya:
• Pengajian di dalam Majlis.
Jika ada yang tidak menghadiri majlis ini, Nabi SAW berpesan untuk menyampaiknya
َ ‫ أَال َ ِليُب َ ِل ْغ الشَّا ِهد ُ الْغ َا ِئ‬karena bisa jadi yang tidak hadir lebih
kepada yang tidak hadir: ‫ب‬
paham dari pada yang hadir saat itu. Nabi SAW bahkan mendoakan mereka yang
menjaga hadistnya :
َ ً ‫اَّلل ُ ْام َرأ‬
(HR. Tirmidzi ) ُ ‫س ِم َع ِمنَّا َحدِ يثًا ف َ َح ِفظَه ُ َحتَّى يُب َ ِلغَه‬ َّ ‫ض َر‬
َّ َ ‫ن‬
Selain itu, Nabi SAW juga mengingatkan siapa saja untuk tidak berdusta atas namanya
(Hadis mutawatir)
• Nasihat dan dialog dengan seorang sahabat atau beberapa sahabat, atau selain sahabat
yang disaksikan sahabat.
• Keteladanan sikap dan prilaku.
• Ceramah umum di tempat terbuka, seperti: pada saat Fathul Makkah & Haji Wadâ’.
• Mengutus beberapa sahabat ke berbagai wilayah, seperti Abu Musa al-Asy‘ari &
Mu‘adz, Mâlik bin al-Huwayrits, Abu Qays, dll.
Sementara itu para sahabat memelihara ajaran
Nabi SAW dengan berbagai cara, antara lain:

• Mengikuti Nabi SAW secara bergantian, kecuali dalam urusan internal


rumah tangga diceritakan kepada istri beliau.
• Menghapalkan ajarannya. Metode ini yang paling banyak mereka lakukan
• Mempraktekkan langsung ajaran Nabi
• Mengajarkannya pada sesama sahabat dan tabi’in.
• Menulisnya dalam catatan terpisah dari Al-Qur’an. Kegiatan menulis
hadist di masa awal memang dilarang oleh Nabi SAW. Namun ketika
kekhawatiran percampuran hadist terhadap Al-Qur’an tidak lagi
mengkhawatirkan, maka beliau mengizinkan beberapa sahabat untuk
menuliskanya, seperti: ‘Abdullah bin ‘Amr, dan Abu Syah.
Periode II : Masa Sahabat dan Tabi‘in
Kondisi umum:
• Tidak ada lagi Nabi SAW yang bisa dikonfirmasi dan
memutuskan langsung permasalahan mereka.
• Munculnya kaum murtadin & Nabi palsu
• Al-Qur’an dalam proses pembukuan
• Sudah mulai muncul pertentangan akibat kepentingan politik.
Melihat kondisi di atas sehingga para sahabat (khususnya
Khulafa’ur Rasyidin) antusias untuk memelihara hadist Nabi
dengan memperketat periwayatan hadist, namun tetap
mempercayakan sebagian sahabat untuk mengajarkanya.
Periode III : Masa Tabi‘in dan Tbi‘ al-Tabi‘in
Sejak pecahnya perang antara kelompok Ali bin abi thalib dan Muawiyah dan
berlanjut dengan munculnya berbagai kelompok/mazhab politik, teologi dan
fiqh, maka muncul pula hadist palsu. Inilah sebabnya masa ini disebut juga
dengan Masa Penyebaran Hadis Palsu.
Untuk menghambat penyebaran hadist palsu, maka para khalifah melakukan
upaya pencegahan, antara lain:
1. Mengutus ulama hadist ke berbagai wilayah, seperti: Madina, Makah, Syam,
Kufah, Basrah, Mesir, Yaman, Khurasan, dll.
2. Khalifah Umar bin Abdul al-Aziz (99-101H) menginstruksikan Abu Bakar
untuk menghimpun hadist yang ada pada `Amrah bt `Abd al-Rahman &
Qasim untuk dikodifikasikan. Dan, Al-Zuhri yang pertama kali
menyelesaikan tugas khalifah tersebut lalu kitabnya disebar ke berbagai
daerah sebagai bahan penghimpunan hadist selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai