TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
RAIHAN MUYASSAR
13 0404 116
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda
Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja
keras sehingga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari,
karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk
tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil
bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, dengan judul :
“ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON
DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA
KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN
RUKO DI BINJAI )”
Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini hingga dapat terselesaikan tidak
terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan penting yaitu :
1. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Pembimbing I yang telah banyak membantu penelti,
meluangkan waktu, pikiran, memberikan bimbingan, masukan dan tenaga untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih
banyak.
2. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T, selaku Co Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan
bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat bernilai serta meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam mengarahkan penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih
banyak.
3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T, M.T, sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
ii
Penulis,
( Raihan Muyassar )
13 0404 116
iii
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN ......................................................................................................xiii
vi
BAB I
Tidak Ada Tabel
BAB II
Tabel 2.1 Ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 ) ...................14
Tabel 2.2 Ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 ) .....................14
Tabel 2.3 Tabel berat per lembar wiremesh ...................................................21
Tabel 2.4 Memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 )......25
Tabel 2.5 Pembesian 10 kg dengan besi polos/ulir ( SNI 7394 : 2008 ) ..........28
Tabel 2.6 Membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa(K 225)(SNI 7394 : 2008) 30
Tabel 2.7 Memasang 1 m2 bekisting untuk balok ( SNI 7394 : 2008 ) ............34
Tabel 2.8 Memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 ) .38
BAB III
Tidak Ada Tabel
BAB IV
Tabel 4.1 Tabel perbandingan prosedur pembuatan pelat lantai .....................46
Tabel 4.2 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional47
Tabel 4.3 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode bondek ..48
Tabel 4.4 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional49
Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode bondek ...50
Tabel 4.6 Tabel pengurangan beban pelat lantai menggunakan bondek .........51
BAB V
Tidak ada tabel
vii
BAB I
Tidak ada gambar
BAB II
Gambar 2.1 Pelat lantai beton menggunakan bondek dan besi wiremesh........11
Gambar 2.2 Alkadeck 1000® ...........................................................................19
Gambar 2.3 IMW Stell Deck 1000 ..................................................................19
Gambar 2.4 Detail wiremesh JKBL .................................................................22
Gambar 2.5 Pemasangan bekisting konvensional pelat lantai .........................26
Gambar 2.6 Pembesian konvensional pelat lantai............................................29
Gambar 2.7 Analisa Harga Satuan membongkar 10 m2 lantai yang lama .....31
Gambar 2.8 Pemasangan bondek dan besi wiremesh .......................................36
Gambar 2.9 Tumpangan dengan Tegangan Leleh Penuh ( 5000 Kg/cm² ) .....37
Gambar 2.10 Tumpangan dengan Setengah Tegangan Leleh ( 2500 Kg/cm² ) 37
Gambar 2.11 Pelat lantai beton menggunakan bondek .....................................39
BAB III
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ( flow chart )..............................................42
BAB IV
Tidak ada gambar
BAB V
Tidak ada gambar
viii
ix
1. Penelitian dilakukan dengan metode analisa yang mengacu pada studi kasus.
2. Penulisan tugas akhir ini mengacu pada metode studi analitis berdasarkan data-
data dan literatur yang berhubungan dengan topik dan dilakukan eksperimen
serta masukan-masukan dari dosen pembimbing.
3. Untuk menghitung perbedaan metode kerja, waktu pelaksaan dan biaya
pelaksaan menggunakan dua cara untuk kemudian di rata-rata kan. Yaitu:
Analisa biaya yang dilakukan oleh peneliti menggunakan AHS Cipta
Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016). Sedangkan harga
satuan barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan
Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 yang di tetapkan oleh
walikota madya medan.
Analisa biaya yang dibuat oleh pemilik RUKO.
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Bab I – Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, bagan alir penelitian, sistematika penulisan.
b. Bab II – Tinjauan Pustaka
Berisi tentang landasan teori yang berkaitan dan juga yang bersifat
mendukung penelitian tugas akhir ini.
c. Bab III – Metodologi Penelitian
Pelat lantai floor deck termasuk salah satu komponen struktur konstruksi
pada suatu bangunan bertingkat, baik itu seperti gedung perkantoran, apartemen,
rumah tinggal, rumah toko ( Ruko ) dan rumah kantor ( Rukan ). Bisa juga sebagai
pelat atap dengan ketentuan tebal pelat beton yang berbeda dengan pelat lantai
yang sudah ditentukan. Dengan demikian pelat lantai tidak terletak langsung di
atas tanah, namun terletak di atas lantai yang berada di permukaan tanah.
Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, hal. 153 ), pelat lantai merupakan
elemen dalam bidang bangunan yang horizontal. Pelat lantai membagi ruang pada
tingginya, membentuk gedung bertingkat ( rumah susun ). Seperti dinding, pelat
lantai berfungsi sebagai pembagi ruang secara vertikal, dan menerima beban
secara struktural seperti beban mati, beban muatan, angin, gempa bumi, dan lain-
lain.
Adapun fungsi pelat lantai, yaitu :
1) Pemisah ruang secara mendatar.
2) Memindahkan beban pada dinding atau kolom dan mendukung dinding
pemisah yang tidak menerus ke bawah.
3) Menambah kestabilan.
4) Pencegahan terhadap kebisingan, mencegah rambatan gema suara dan
mencegah rambatan suara melalui udara.
5) Pencegahan terhadap suhu.
6) Pencegahan terhadap kebakaran.
7) Masa pakai yang lama dan perawatan yang sedikit. ( hal. 158 )
Kemudian dikatakan bahwa umumnya pelat lantai dibangun dengan
konstruksi beton bertulang sebagai dasar utamanya.
Menurut ( Ali, 2007, hal. 171 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis
yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan
Pelat Lantai Beton Konvensional merupakan pelat lantai beton yang dibuat
secara manual/konvensional tanpa menggunakan bahan pabrikasi. Komponen
utama pelat lantai beton konvensional terdiri dari beton dan besi beton.
Pembentukannya menggunakan bekisting yang gunanya untuk tempat
mencetak dimensi beton dan merangkai besi beton sampai beton matang pada
umurnya. Selain bekisting ada penyangga bekisting dari bahan kayu untuk
menopang bekisting pembuatan pelat lantai beton.
Menurut ( Astanto, 2011 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya
seperti dikutip ( Saragih, 2016, hal. 11 ).
Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur pelat lantai
beton, kayu dan triplek diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting
untuk membentuk cetakan pelat lantai beton. Kayu juga berfungsi sebagai
perancah untuk bekisting pembuatan pelat lantai beton. Sejauh ini di Indonesia,
material utama yang digunakan sebagai bekisting dan perancah adalah kayu dan
plywood atau triplek.
Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam membentuk beton dimana perkembangan beton itu sendiri. Bekisting
berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan dan
sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses
pengeringan ( Widhiawati et al, 2010, hal. 22 ).
Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari
suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (
scaffolding ). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok
yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah
kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser.
Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional ( hal. 23 ).
Adapun keuntungan dan kerugian pelat lantai metode konvensional yaitu :
10
11
12
Tulangan beton merupakan salah satu komponen pembuat plat lantai. Besi
beton merupakan pembentuk tulangan beton.
Pengertian tulangan menurut SNI “batang baja berbentuk polos atau ulir
atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen
struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut
sertakan” ( SNI 03 -2847-2002, 2002, hal 12 ).
Adapun pengertian lain tentang baja tulangan beton dari SNI yaitu “baja
berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang
digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas ( hot rolling )” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ) .
Bahan baku yang digunakan yaitu billet. “Billet baja tuang kontinyu untuk
baja tulangan beton dan baja profil” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ).
Ada dua jenis tulangan beton yang digunakan untuk pembesian pelat lantai
beton. Yaitu, Baja Tulangan Polos ( BjTP ) dan Baja Tulangan Sirip ( BjTS ).
Baja Tulangan Polos ( BjTP ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton
polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata
tidak bersirip” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).
Baja Tulangan Sirip ( BjTS ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton
sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya
memiliki sirip melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan
daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).
13
2.1 Tabel ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 )
Diameter
Luas penampang Berat nominal per
No Penamaan nominal (d)
nominal (A) (cm²) meter (kg/m)
(mm)
1 P.6 6 0,2827 0,222
2 P.8 8 0,5027 0,395
3 P.10 10 0,7854 0,617
4 P.12 12 1,131 0,888
5 P.14 14 1,539 1,21
6 P.16 16 2,011 1,58
7 P.19 19 2,835 2,23
8 P.22 22 3,801 2,98
9 P.25 25 4,909 3,85
10 P.28 28 6,158 4,83
11 P.32 32 8,042 6,31
12 P.36 36 10,17 7,99
13 P.40 40 12,56 9,86
14 P.50 50 19,64 15,4
2.2 Tabel ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 )
Tinggi sirip Berat
Luas Jarak Lebar
Diameter Diameter (mm) nominal
penampang sirip sirip
No Penamaan nominal (d) dalam per
nominal (A) melintang membujur
(mm) minimal (do) min maks meter
(cm²) (maks) (maks)
(kg/m)
1 P.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
14
a) Kayu
15
b) Papan triplek
c) Paku
16
Pelat baja gelombang atau yang lebih kita kenal dengan bondek merupakan
komponen utama pembuatan pelat lantai beton yang gunanya sebagai bekisting
permanen dan juga lantai kerja. bondek memiliki tebal berkisar antara 0,75 mm
sampai dengan 1,40 mm. Dan memiliki lebar 1 m. Tetapi ada perusahaan yang
memproduksi bondek tersebut memiliki banyak pilihan lebar yang dibutuhkan
yaitu 890 mm, 950 mm, dan 1000 mm. Panjang yang dibutuhkan dalam memesan
bondek maksimal 12 m, tergantung pesanan yang diinginkan.
Pelat bondek banyak dimanfaatkan untuk renovasi bangunan ruko, pabrik,
mushola, dan mesjid menjadi dua lantai hingga lebih. Pelat bondek berbentuk
gelombang. Bahannya terbuat dari besi baja dengan ketebalan 0,75 mm – 1,2 mm.
Panjang pelat mencapai 12 m dan lebar 1 m. Pemasangannya langsung “digelar”
di atas balok beton atau balok baja IWF ( Mistra, 2015, hal. 35 ).
Pemasangan bondek lebih mudah dan lebih cepat dari pemasangan
bekisting konvensional yang pada umumnya lebih lama dan membutuhkan tenaga
kerja yang profesional dalam merakitnya agar tidak terjadi kebocoran atau
runtuhnya bekisting.
keuntungan menggunakan bondek yang dikutip dari salah satu perusahaan
pembuat pelat baja gelombang Union Floor Deck W-1000® atau bondek untuk
pelat lantai beton:
17
18
Dari kedua gambar diatas yaitu gambar 2.2 dan 2.3 yang di dapat dari
sumber perusahaan pembuat bondek yaitu PT. Alkajaya Satria Perkasa dan PT.
Indoutama Metal Work terdapat ukuran trapesium berbeda – beda. Guna
menghitung luas trapesium untuk mengetahui pengurangan beton dalam membuat
pelat lantai beton menggunakan bondek.
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium
terdapat panjang alas atas 132 mm, alas bawah 187 mm dan tinggi 55 mm.
Gambar 2.3 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium terdapat
panjang alas atas 130 mm, alas bawah 189 mm dan tinggi 50 mm.
19
1) Bahan dasar : baja high - tensile, Tegangan leleh minimum 560 Mpa
(N/mm2)
2) Lapis lindung : hot dip galvanized
3) Tebal standar : 0,65 mm BMT atau 0,70 mm TCT
0,70 mm BMT atau 0,75 mm TCT
1,00 mm BMT atau 1,05 mm TCT
1,40 mm BMT atau 1,45 mm TCT
4) Berat bahan : 6,55 kg/m2 untuk ketebalan 0,65 mm BMT
7,03 kg/m2 untuk ketebalan 0,70 mm BMT
9,91 kg/m2 untuk ketebalan 1,00 mm BMT
13,76 kg/m2 untuk ketebalan 1,40 mm BMT
5) Standart bahan : SNI 07-2053-2006
6) Tinggi gelombang : 50 mm
7) Lebar efektif : 995 mm
8) Panjang : maksimal 12.000 mm
Dan ada juga spesifikasi bahan bondek dari perusahaan pembuat IMW
Steel Deck 1000 ( PT. Indoutama metal Deck, Brosur ), yaitu:
1) Bahan dasar : baja high – tensile G550, Tegangan leleh minimum 5500
(kg/cm2)
2) Lapis lindung : hot dip galvanized
3) Tebal coating : Z 22 (220 gr/mm2) – Z 275 (275 gr/mm2)
4) Tebal standar : 0,75 mm TCT (7,00 kg/m2)
1,05 mm TCT (10,20 kg/m2)
5) Standart bahan : ASTM A 653 SNI 070132-95
6) Tinggi gelombang : 50 mm
20
Definisi wiremesh yaitu, jaringan kawat baja las untuk tulangan beton
adalah jaringan yang berbentuk segi empat dari kawat hasil penarikan dingin yang
dibuat dengan pengelasan titik. Untuk selanjutnya disebut jaringan kawat baja las,
disingkat JKBL ( SNI 07 – 0663 – 1995, 1995, hal. 1 ).
Seperti yang sudah dikatakan di atas pada subbab 2.1.2 Wiremesh yang
disebut juga dengan Jaring Kawat Baja Las ( JKBL ) merupakan tulangan jaring
baja pabrikasi sebagai pengganti tulangan besi beton yang sudah di bentuk
perlembar dengan ukuran 5,4 m x 2,1 m atau gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1
m dan diletak diatas permukaan bondek dengan pemisah antara wiremesh dan
bondek digunakan tahu beton.
pembentukan wiremesh dengan menyusun tulangan 2 lapis vertikal dan
horizontal berjarang 150 mm x 150 mm dan disatukan dengan di las listrik setiap
titik pertemuan besi tulangannya, terbentuk jaring kawat baja dengan bentuk
perlembar ukuran 5,4 m x 2,1 m atau bentuk gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1
m.
Besi wiremesh memiliki diameter yang berbeda dan berat yang berbeda
juga. Wiremesh memiliki diameter 4 mm sampai dengan 16 mm, dengan bentuk
permukaan besi ulir atau polos. Adapun berat perlembar yang diketahui dari
masing – masing diameter dapat dilihat pada tabel 2.3 yang bersumber dari PT.
Union Metal .
21
22
A. Pembuatan Bekisting
23
per barisnya dan diikat menggunakan paku. Jumlah kayu yang dibutuhkan 32
batang. Dan untuk mengikat perancah ada juga dari bagian paling bawah secara
horizontal guna untuk perletakan perancah agar tidak bergeser, jumlah kayu yang
Jadi total kayu yang digunakan untuk perancah bekisting dengan bentang
24
yang didapat secara umum yaitu kayu sebanyak 84 batang dengan koevisiennya
1,176 m3. Kayu sebanyak 32 batang dengan koevisiennya 0,16 m3. Serta
membagi hasil per 16 m2. Didapat hasil yaitu kayu dengan koevisien 0,073 m3.
Kayu dengan koevisien 0,01 m3. Triplek 1,22 x 2,44 m dengan koevisien 0,34
2.4 Tabel memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Kayu kelas III m3 0,04
Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4
Minyak bekisting Liter 0,2
25
26
27
28
29
2.6 Tabel membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa ( K 225 ) ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Semen Portland kg 371.000
Pasir beton kg 698
Bahan
Kerikil (Maks 30 mm) kg 1047
Air Liter 215
Pekerja OH 1.650
Tukang besi OH 0,275
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
D. Pembongkaran bekisting
30
31
32
batang untuk penyangga nya dan kayu sebanyak 13 batang untuk pengikat
33
bekisitng adalah kayu dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,21 m3, dan kayu
dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,065 m3. Serta membutuhkan triplek
34
35
C. Pemasangan wiremesh
36
Catatan:
Tambahan sebesar 2,5 cm adalah jarak minimal agregat beton yang
diizinkan oleh Peraturan Beton Indonesia ( PBI 8.16.1 ), membantu agar beton
tersebut dapat padat di sekitar kawat tersebut. persyaratan tumpangan separuh
tegangan leleh kadang-kadang diizinkan untuk tumpangan di tepi plat satu arah (
one way slab ), tetapi sebaiknya tumpangan tersebut ditentukan oleh insinyur
bangunan. Sebaiknya tumpangan digunakan sekuat tegangan leleh dan
ditempatkan di titik-titik yang bertegangan tarik tidak maksimum. ( Union Wire
Mesh® PT. Union Metal, Brosur, 2017 )
37
2.8 tabel memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Jaring kawat baja dilas kg 10,2
Bahan
Kawat beton kg 0,05
Pekerja OH 0,025
Tukang kayu OH 0,025
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,002
Mandor OH 0,001
38
39
3.1 Umum
Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk
menyelamatkan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan
fasilitas yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat memahami
hal yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur
penelitian dan teknik penilaian ( B. Dhanardono Hansen, 2002).
40
Tata urutan dan langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
a. Menentukan data yang diperlukan
b. Studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
c. Wawancara dengan Pemilik RUKO, pengumpulan data yang menyangkut
kegiatan dan biaya, pengamatan bangunan khususnya pelat lantai beton.
d. Penyusunan dan pengolahan data dengan melakukan perhitungan per jenis
kegiatan dan harga satuan.
e. Analisa perbandingan aspek yang dibahas.
f. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.
41
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Skunder :
Data Primer :
- Standar Satuan Harga
- Survei Lapangan Barang 2017
- Wawancara - AHS Cipta Karya permen
PUPR 28 – 2016
- Gambar Kerja
Pengolahan Data
42
43
44
Dari hasil analisa satuan kerja antara metode bondek dengan metode
konvensional yang didapatkan dari referensi harga Analisa Harga Satuan dari
Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan hasil analisa satuan
kerja yang di buat oleh pemilik RUKO ( terlampir ) terlihat bahwa prosedur kerja
metode bondek lebih sederhana dibandingkan dengan metode konvensional. Hal
ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan - tahapan
pekerjaan yang harus dilalui.
Metode bondek terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan metode
konvensional. Kesederhanaan itu terlihat pada jumlah tahapan dan jenis
kegiatannya.
Pada metode konvensional ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu
pertama pembuatan bekisting yang pelaksanaannya terlihat lebih rumit karena
memerlukan bahan dan waktu serta pekerjaan yang profesional supaya tidak
terjadi rubuh ketika pengecoran beton. Kedua, pekerjaan merangkai besi beton
yang juga memerlukan waktu yang lama dan pekerjaan yang profesional supaya
pembesian terjamin terhadap kekuatan struktur lantai. Ketiga, pekerjaan
pengecoran beton. Dan keempat pembongkaran bekisting.
Sedangkan pada metode bondek hanya ada dua tahapan pekerjaan
berdasarkan hasil temuan lapangan. Atau tiga tahap menurut teori karena dalam
teori pemasangan bondek dibedakan dengan pemasangan wiremesh. Sedangkan
45
Jumlah 4 3
46
Orang/Hari Orang/Hari
Pekerjaan Pekerjaan
(OH) per m² (OH) per m²
47
48
Sebagaimana terlihat pada hasil dan pembahan pada subbab 4.1 dan 4.2 di
atas, menggunakan metode bondek selain lebih sederhana dan waktunya lebih
cepat juga hasil penelitian diperoleh biayanya pun lebih murah dibandingkan
dengan metode konvensional.
Pada metode konvensional yang dihitung berdasarkan Analisa Harga
Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan
Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun
Anggaran 2017 diperoleh harga pembuatan pelat beton per meter persegi adalah
Rp. 1.410.078. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya pembuatan bekisting Rp.
1.043.213 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 201.647,78 / m²; 3) biaya pengecoran
beton Rp. 151.532,13 / m²; 4) biaya pembongkaran bekisting Rp. 13.685 / m².
Sementara hasil menurut analisa perhitungan pemilik RUKO diperoleh
harga per meter persegi Rp. 968.465,87. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya
pembuatan bekisting Rp..724.341,87 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 107.022,44 /
m² ; 3) biaya pengecoran beton Rp. 122.546,69 / m²; 4) biaya pembongkaran
bekisting Rp. 14.554,69 / m².
Atau rata – rata pembuatan pelat beton menggunakan metode
konvensional per meter persegi adalah Rp. 1.189.271,93. Dapat dilihat pada tabel
4.4.
49
50
51
52
5.1 Kesimpulan
53
5.2 Saran
54
Ahadi, 18 April 2016, Daftar Berat Jenis Atau Bobot Isi Material Bangunan,
(online), http://www.ilmusipil.com/daftar-berat-jenis-atau-bobot-isi-material-
bangunan , Diakses 5 Desember 2018, jam 15.10
Analisis BOW, 1993, Analisa Upah Dan Bahan ( Analisis BOW ), penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
Asroni, Ali. 2007. Teori Dan Desain Balok Plat Beton Bertulang. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Kamal, B., Alamelu dan Abinaya. 2016, Design Of Composite Deck Slab,
International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET),
Volume: 03 Issue: 05, May-2016.
Manullang, R,. 2017. Dari Tanah Jadi Ruko. Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
Mistra. 2015. Teknik Meningkat Rumah Cara Dak. Griya Kreasi ( penebar Swadaya
Grup ), Jakarta Timur.
Nadia, D. 2017. Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Pelat
Lantai Konvensional Dan Bondek. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Universitas
Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta
Pemerintah Indonesia. 2017. Standar Satuan Harga Barang Dan Upah Pemerintah
Kota Medan Tahun 2017 : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah
Kota, Medan.
Saragih, R.A.P. 2016. Analisa Perbandingan Biaya Pelat Beton Bondek Dengan
Pelat Beton Konvensional Pada Konstruksi Gedung Bertingkat. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik Universitas Udayana: Denpasar.
SNI 03-2847-2002, 2002, “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung”, Bandung.
SNI 07-0663-1995, 1995, “Jaringan Kawat Baja Las Untuk Tulangan Beton”,
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
SNI 2052:2014, 2014, “Baja Tulangan Beton”, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
SNI 7394:2008, 2008, “Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton
Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung Dan Perumahan”, Badan Standardisasi
Nasional.
Wijaya, I, B, A,. Ludfi dan Sugeng. 2012. “Studi Perbandingan Biaya Bekisting
Semi Modern Dengan Bekisting Konvensional Pada Bangunan Gedung”.
Denpasar, Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 6, No. 3, Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya Malang, 2012.
xi
xii
K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
OH
Pekerja 0,66 89.000 58.740,00
Rp Rp
OH
Tukang kayu 0,33 150.000 49.500,00
Rp Rp
OH
Kepala tukang 0,033 200.000 6.600,00
Rp Rp
OH
Mandor 0,033 175.000 5.775,00
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 120.615,00
BAHAN
B BEKISTING
Kayu
sembarang 5 x m3 Rp Rp
7 panjang 4 m 0,05 6.670.000 333.500,00
Kayu
sembarang 2,5 m3 Rp Rp
x 5 panjang 4m 0,016 6.670.000 106.720,00
Paku 2 cm – Rp Rp
kg
10 cm 1,25 24.012 30.015,00
triplek tebal 9 Rp Rp
lbr
mm 0,25 246.790 61.697,50
JUMLAH
HARGA BAHAN Rp
BEKISTING 531.932,50
C BESI BETON
Besi polos 12 Rp Rp
kg
mm 9,25 18.676 172.753,00
Besi polos 8 Rp Rp
kg
mm 2,37 18.676 44.262,12
Kawat ikat Rp Rp
kg
(bendrat) 0,75 28.681 21.510,75
JUMLAH
HARGA BAHAN Rp
BESI 238.525,87
D BETON
II. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2)
cm, w/c = 0,58
K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 1,65 89.000 146.850,00
Rp Rp
Tukang batu OH 0,275 150.000 41.250,00
Rp Rp
kepala tukang OH 0,028 200.000 5.600,00
Rp Rp
Mandor OH 0,083 175.000 14.525,00
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 208.225,00
B BAHAN
Portland Rp Rp
cement kg 371 1.787,56 663.184,76
Rp Rp
Pasir beton kg 698 231,45 161.551,40
Rp Rp
Krikil kg 1047 266,80 279.339,60
lite Rp Rp
air r 215 25,00 5.375,00
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 1.109.450,76
Jumlah (A+B) Rp
C 1.317.675,76
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 197.651,36
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.515.327,13
per 1 m2
dibutuhkan
beton 0,076 m3
K Sa Harga
Jumlah
No Uraian o tu Koefisien Satuan
(Rp)
de an (Rp)
A Tenaga Kerja
L.
0 Rp Rp
Pekerja 1 OH 0,025 89.000 2.225
L.
0 Rp Rp
Tukang besi 2 OH 0,025 150.000 3.750
L.
0 Rp Rp
Kepala tukang 3 OH 0,025 200.000 5.000
L.
0 Rp Rp
Mandor 4 OH 0,001 175.000 175
Rp
Jumlah Harga Tenaga Kerja 11.150
B Bahan
Rp Rp
Wiremesh kg 10,2 17.256 176.011,20
Rp Rp
Kawat Ikat kg 0,05 28.681 1.434,05
Rp
Jumlah Harga Bahan 177.445,25
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 0,0125 89.000 1.113
I. Pemasangan 1 m²
bekisting untuk lantai
L.0 OH 0,66 Rp Rp
Pekerja 1 89.000 58.740
L.0 OH 0,33 Rp Rp
tukang kayu 2 150.000 49.500
L.0 OH 0,033 Rp Rp
Kepala tukang 3 200.000 6.600
L.0 OH 0,033 Rp Rp
Mandor 4 175.000 5.775
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 120.615
B BAHAN
Rp Rp
m3 0,055
kayu kelas III 6.670.000 366.850
Rp Rp
kg 0,4
Paku 5 cm – 12 cm 24.012 9.605
Rp Rp
kg 0,2
Minyak bekisting 2.668 534
Rp Rp
lbr 0,35
Plywood tebal 9 mm 266.800 93.380
Dolken kayu galam, (8–10) Rp Rp
btg 6
cm panjang 4m 52.693 316.158
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 786.526
Jumlah (A+B) Rp
C 907.141
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x D Rp
D (maksimum) 136.071
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.043.213
II. Pembesian 10 kg
L.0 Rp Rp
Tukang besi 2 OH 0,07 150.000 10.500
L.0 Rp Rp
Kepala tukang 3 OH 0,007 200.000 1.400
L.0 Rp Rp
Mandor 4 OH 0,004 175.000 700
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 18.830
B BAHAN
Rp Rp
besi beton polos 8 mm kg 10,5 18.676 196.098
Rp Rp
kawat ikat kg 0,15 28.681 4.302,15
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 200.400,15
Jumlah (A+B) Rp
C 219.230,15
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C Rp
D (maksimum) 32.884,52
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 252.114,67
III. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2) cm,
w/c = 0,58
IV. Pembongkaran
bekisting per 1 m²
K Harga
N od Sat Satuan ( Jumlah
o Uraian e uan Koefisien Rp ) Harga ( Rp )
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 1 100000 100.000
Pekerja terlatih Rp
(tukang) OH 2 130000 260.000
Pekerja tidak terlatih Rp
( pembantu tukang) OH 4 100000 400.000
Rp
Mandor OH 1 150000 150.000
JUMLAH TENAGA Rp
KERJA 910.000
BAHAN
B BEKISTING
Kayu sembarang 5 x Rp
7 panjang 4 m m3 0,21 4800000 1.008.000
Kayu sembarang 2,5 Rp
x 7 panjang 4m m3 0,065 4800000 312.000
Rp
Paku 5 cm – 12 cm kg 5 19000 95.000
Rp
triplek tebal 9 mm lbr 1 140000 140.000
JUMLAH HARGA
BAHAN Rp
BEKISTING 1.555.000
C BESI BETON
Rp
Besi polos 12 mm kg 37 7838 290.006
Rp
Besi polos 8 mm kg 9,48 7595 72.001
Rp
Kawat ikat kg 3 22000 66.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN BESI 428.007
D BETON
Rp
Bahan beton K - 225 m3 0,2 750000 150.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN BETON 150.000
E Jumlah (A+B+C+D) Rp
K Harga
N od Sat Satuan ( Jumlah
o Uraian e uan Koefisien Rp ) Harga ( Rp )
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 0,25 100000 25.000
Pekerja terlatih Rp
(tukang) OH 1 130000 130.000
Pekerja tidak terlatih Rp
( pembantu tukang) OH 2 100000 200.000
Rp
Mandor OH 0,25 150000 37.500
JUMLAH TENAGA Rp
KERJA 392.500
B BAHAN
Rp
plat bondek m2 16 120000 1.920.000
Rp
weremesh m2 17,64 51146,38 902.222
Rp
kawat ikat kg 2 22000 44.000
Rp
beton tahu bh 50 3000 150.000
triplek 9 mm penahan Rp
cor beton lbr 1 140000 140.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 3.156.222
Jumlah (A+B) Rp
C 3.548.722
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 532.308
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 4.081.030
H. Jamil Ansari
I. Pemasangan 16 m²
bekisting untuk lantai
A TENAGA KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 3 100.000 300.000
Rp Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 6 130.000 780.000
Rp Rp
Mandor OH 3 150.000 450.000
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 2.730.000
B BAHAN
Rp Rp
Triplek tebal 9 mm lbr 6 140.000 840.000
Rp Rp
Paku 2 cm – 10 cm kg 5 19.000 95.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 7.347.800
Jumlah (A+B) Rp
C
10.077.800
Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 11.589.470
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 0,5 100000 50.000
Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 1 130000 130.000
Rp
Mandor OH 0,5 150000 75.000
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 455.000
B BAHAN
Rp
besi polos 8 mm kg 130,35 7595 990.008
Rp
kawat ikat kg 2 22000 44.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 1.034.008
Jumlah (A+B) Rp
C
1.489.008
Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.712.359
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 0,05 100000 5.000
Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 0,25 130000 32.500
Rp
Mandor OH 0,05 150000 7.500
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 345.000
B BAHAN
Rp
Beton K - 225 m3 1,6 850000 1.360.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 1.360.000
Jumlah (A+B) Rp
C
1.705.000
Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.960.750
A TENAGA KERJA
Rp
Mandor OH 0,15 150000 22.500
Jumlah (A) Rp
B
202.500
Rp
D
Harga Satuan Pekerjaan (B+C) 232.875
pemilik
H. Jamil Ansari