Anda di halaman 1dari 81

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON

DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL


PADA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT
( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUKO DI BINJAI )

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

RAIHAN MUYASSAR
13 0404 116

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tuntutan masyarakat terhadap kemudahan konstruksi bangunan telah


mengakibatkan rekayasa bidang konstruksi bangunan khususnya pada pekerjaan
pembuatan pelat lantai beton. Pada umumnya pekerjaan pelat lantai beton
dikerjakan dengan cara konvensional. Cara pengerjaannya di dahului dengan
pembuatan perancah dari bahan kayu, dan bisa juga memakai perancah besi
(scaffolding). Namun pemakaian kedua cara konvensional ini memerlukan biaya
yang relatif lebih tinggi, sementara tidak mengurangi waktu pengerjaan
pembuatan perancah. Maka dari itu pelaksana yang mengerjakan Ruko 3 lantai
yang pada awal rencana dari gambar yang tertera di Ijin Mendirikan Bangunan (
IMB ) menggunakan metode konvensional diganti dengan menggunakan pelat
bondek sebagai pengganti bekisting yang sifatnya permanen dan menyatu dengan
beton, menjadi satu kesatuan pelat lantai beton. Penggunaan pelat bondek supaya
mengurangi biaya pengerjaan, dan waktu pengerjaan pelat lantai beton serta
mengurangi jumlah volume beton yang berdampak pada bobot pelat lantai. Dalam
proses pengolahan data ini, menghitung analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai
beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja dan berpatokan pada AHS Cipta
Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016) dan harga satuan barang
menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan
Tahun Anggaran 2017 pembuatan pelat lantai beton dengan metode konvensional
dan metode bondek. Seteleh mendapatkan hasil analisa harga satuan yang
dihitung , selanjutnya di rata – rata kan dengan analisa harga satuan pembuatan
pelat lantai beton yang di dapat dari lapangan. selanjutnya menganalisa
perbandingan kedua metode pembuatan pelat lantai beton untuk mendapatkan
hasil tujuan penelitian analisa perbandingan antara kedua metode. Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan diperoleh empat tujuan. Pertama, Pembuatan pelat
lantai beton menggunakan Bondek dengan besi beton rangkai pabrikasi seperti
Wiremesh memiliki prosedur kerja yang lebih sederhana dibandingkan dengan
metode konvensional. Kedua, Pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat
bondek dengan besi beton rangkai pabrikasi wiremesh memiliki waktu pekerjaan
0,76 OH/m² yang lebih cepat 1,05 OH/m² atau percepatan pekerjaan 2,38
dibandingkan dengan metode konvensional yang memiliki waktu pekerjaan 1,81
OH/m². Ketiga, Pembuatan lantai pelat beton menggunakan pelat bondek dengan
besi beton rangkai pabrikasi wiremesh memerlukan biaya lebih murah yaitu Rp.
634.395 /m² dibandingkan dengan metode konvensional yang memerlukan biaya
Rp. 1.189.271,93 /m². Dengan demikian adanya efesiensi biaya sebesar Rp.
554.876,93 per meter persegi, atau efesiensi 46,6 %. Keempat, Pembuatan lantai
pelat beton menggunakan bondek didapat bobot 182,4 kg/m² dan dengan
menggunakan metode konvensional didapat bobot 240 kg/m². Dengan demikan,
berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek lebih ringan dibandingkan
metode konvensional yaitu sebesar 57,6 kg/m².

Kata Kunci : Pelat lantai bondek, Sederhana, dan Efisien.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda
Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja
keras sehingga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari,
karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk
tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil
bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, dengan judul :
“ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON
DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA
KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN
RUKO DI BINJAI )”
Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini hingga dapat terselesaikan tidak
terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan penting yaitu :
1. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Pembimbing I yang telah banyak membantu penelti,
meluangkan waktu, pikiran, memberikan bimbingan, masukan dan tenaga untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih
banyak.
2. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T, selaku Co Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan
bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat bernilai serta meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam mengarahkan penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih
banyak.
3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T, M.T, sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak DR. M. Ridwan Anas, S.T, M.T, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Johannes Tarigan dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T, M.T, sebagai
Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan pengajaran kepada
penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas, Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.
8. Teristimewa untuk keluarga saya, Kedua orangtua saya Ayahanda DR. Ir. H. Jamil Ansari,
S.H, M.M dan Ibunda Hj. Zumairi Hemisni. Serta kepada abang saya Muhammad Khairi,
S.H yang sangat saya cintai, terimakasih telah memberikan dukungan materil dan moril,
serta doa yang terus mengalir tanpa henti, dukungan, motivasi, kasih sayang dan segalanya
selama ini.
9. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil 2013 yang telah banyak membantu penulis
mulai dari awal proses pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai, khususnya: Osvaldo S.T,
Jacko S.T, Arif S.T, Novra S.T, Randi S.T, Heru F S.T, Syawali S.T, Albi S.T, Akbar S.T,
Rahmad S.T , Indah S.T, Fachruzi S.T, Nadya S.T, Joy S.T, Alfred, Utama, Zharfan,
Rahmat H, Heru R, Jeremi, Astrid, Nia, Izam, Salam, Syaiful, Bopak dan yang tidak dapat
disebutkan satu – persatu yang telah membantu saya selama masa perkuliahan.
10. Adik-adik 2016 yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan berlangsung
khususnya, Muammar, Okta, Eka, Wahyu, dan David.
11. Teruntuk para sahabat ROP Syafi’i, Dimas, Fahmi, Ridho, Dedo, Ikhsan, Wanda, Rendra
dan juga sahabat penulis Aziz S. Ked dan Haski S. ked terima kasih atas segala doa dan
dukungan untuk penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.
12. Terima kasih buat orang yang telah berada di samping penulis, karna bantuan dan
dukungannya lah penulis bisa meluangkan keluh kesah campur aduk perasaan penulis
dapat menyelesaikan Tuhas Akhir ini.

ii

Universitas Sumatera Utara


13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, terima kasih atas jasa-
jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan – kebaikan mereka selama masa
menyelesaikan tugas akhir. Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis
miliki, maka penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2019

Penulis,

( Raihan Muyassar )
13 0404 116

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


ABSTRAK .........................................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
DAFTAR NOTASI ...........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................3
1.4 Batasan Masalah .....................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................4
1.6 Metode Penelitian ...................................................................................5
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelat Lantai Beton ................................................................7


2.1.1 Pengertian Pelat Lantai Beton Konvensional .............................9
2.1.2 Pengertian Pelat Lantai Beton Bondek ........................................10
2.2 Komponen Pelat Lantai Beton ...............................................................12
2.2.1 Metode Konvensional .................................................................12
A. Beton dan dimensi.....................................................................12
B. Besi beton dan dimensi ............................................................13
C. Bahan bekisting dan dimensi ...................................................15
a). Kayu ..................................................................................15
b). Papan triplek .....................................................................16
c). Paku ..................................................................................16
2.2.2 Metode Bondek ...........................................................................17
A. Pelat baja gelombang / bondek dan dimensi ............................17
B. Wiremesh dan dimensi .............................................................21
C. Beton dan dimensi ....................................................................22
2.3 Metode Pelaksanaan ...............................................................................23
2.3.1 Metode Konvensional ...................................................................23
A. Pembuatan bekisting ................................................................23
B. Pemasangan besi penulangan beton .........................................26
C. Pengecoran beton mutu K – 225 ..............................................29
D. Pembongkaran bekisting ..........................................................30
2.3.2 Metode Bondek ..............................................................................31
A. Pembuatan balok anak ..............................................................32
B. Pemasangan Bondek .................................................................35
C. Pemasangan Wiremesh .............................................................36
D. Pengecoran beton mutu K – 225 ..............................................38

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum .....................................................................................................40


3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................40
3.3 Tata Urutan dan Langkah Kerja .............................................................41
3.4 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir ...................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tentang Prosedur Kerja ..........................................................................45


4.2 Percepatan Waktu Pekerjaan ..................................................................47
4.3 Perbedaan Biaya .....................................................................................49
4.4 Perbedaan Berat Pelat Lantai Beton .......................................................51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................53


5.2 Saran .......................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................x

LAMPIRAN ......................................................................................................xiii

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

BAB I
Tidak Ada Tabel

BAB II
Tabel 2.1 Ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 ) ...................14
Tabel 2.2 Ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 ) .....................14
Tabel 2.3 Tabel berat per lembar wiremesh ...................................................21
Tabel 2.4 Memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 )......25
Tabel 2.5 Pembesian 10 kg dengan besi polos/ulir ( SNI 7394 : 2008 ) ..........28
Tabel 2.6 Membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa(K 225)(SNI 7394 : 2008) 30
Tabel 2.7 Memasang 1 m2 bekisting untuk balok ( SNI 7394 : 2008 ) ............34
Tabel 2.8 Memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 ) .38

BAB III
Tidak Ada Tabel

BAB IV
Tabel 4.1 Tabel perbandingan prosedur pembuatan pelat lantai .....................46
Tabel 4.2 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional47
Tabel 4.3 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode bondek ..48
Tabel 4.4 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional49
Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode bondek ...50
Tabel 4.6 Tabel pengurangan beban pelat lantai menggunakan bondek .........51

BAB V
Tidak ada tabel

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

BAB I
Tidak ada gambar

BAB II
Gambar 2.1 Pelat lantai beton menggunakan bondek dan besi wiremesh........11
Gambar 2.2 Alkadeck 1000® ...........................................................................19
Gambar 2.3 IMW Stell Deck 1000 ..................................................................19
Gambar 2.4 Detail wiremesh JKBL .................................................................22
Gambar 2.5 Pemasangan bekisting konvensional pelat lantai .........................26
Gambar 2.6 Pembesian konvensional pelat lantai............................................29
Gambar 2.7 Analisa Harga Satuan membongkar 10 m2 lantai yang lama .....31
Gambar 2.8 Pemasangan bondek dan besi wiremesh .......................................36
Gambar 2.9 Tumpangan dengan Tegangan Leleh Penuh ( 5000 Kg/cm² ) .....37
Gambar 2.10 Tumpangan dengan Setengah Tegangan Leleh ( 2500 Kg/cm² ) 37
Gambar 2.11 Pelat lantai beton menggunakan bondek .....................................39

BAB III
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ( flow chart )..............................................42

BAB IV
Tidak ada gambar

BAB V
Tidak ada gambar

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

cm : Satuan panjang (centimeter)


kg : Satuan berat (kilogram)
m : Satuan panjang (meter)
m² : Satuan luas (meter persegi)
m³ : Satuan volume (meter kubik)
L : Satuan volume (liter)
Lbr : Satuan jumlah (lembar)
Unit/hr : Satuan waktu (unit per hati)
bh : Satuan jumlah (buah)
bh/hr : Satuan jumlah (buah per hari)
OH : Satuan Tenaga kerja per hari
PC : Semen Portland
PB : Agregat halus
KR : Agregat kasar

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kemudahan konstruksi bangunan telah


mengakibatkan rekayasa bidang konstruksi bangunan telah bergulir, Kemudahan
yang umumnya menjadi tuntutan masyarakat adalah konstruksi bangunan yang
murah, cepat dan mudah dilakukan tetapi tetap terjamin kekuatannya.
Salah satu bagian konstruksi bangunan yang menjadi tuntutan masyarakat
adalah penggunaan pelat/lantai bangunan dengan beton bertulang. Pembuatan
pelat/lantai bangunan dengan konstruksi beton bertulang telah menjadi pilihan
primadona masyarakat perkotaan bahkan pedesaan. Sampai sekarang ini,
masyarakat perkotaan di indonesia, misalkan kota medan dan kota banda aceh,
dalam pembuatan pelat beton bertulang masih dilakukan secara konvensional.
Metode konvensional ini cara pengerjaannya di dahului dengan pembuatan
perancah dari bahan kayu. setelah perancah selesai selanjutnya merangkai besi
beton, kemudian pengecoran beton, terakhir setelah 14 (empat belas) hari , atau
masa matangnya beton, dilakukan pembongkaran perancah. Dengan pengerjaan
seperti ini terasa sulit dan lama yang pada gilirannya berdampak pada mahalnya
biaya konstruksi.
Dalam metode konvensional yang banyak menggunakan bahan kayu untuk
perancah, juga telah berdampak pada pemakaian hutan produksi yang tidak
terkendali karena terjadi penebangan semua jenis kayu dihutan secara komersial.
hal ini telah mengakibatkan rusaknya lingkungan hutan, bahkan telah
mengakibatkan terjadinya banjir bandang yang merusak/menghancurkan
bangunan yang dilaluinya.
Meskipun sebagian masyarakat konstruksi telah berupaya mengurangi
bahan kayu dalam metode konvensional, yaitu memakai perancah besi
(scaffolding). Namun pemakaian scaffolding memerlukan biaya yang relatif lebih
tinggi, sementara tidak mengurangi waktu pengerjaan pembuatan perancah.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan studi pendahulu ke kota binjai, pada perbandingan ruko
dengan menggunakan plat bondek terdapat nilai lebih dengan menggunakan
metode bondek. Pelaksana yang membangun 5 unit ruko di binjai dengan
menggunakan metode plat bondek dan meninggalkan metode konvensional.
Alasan pelaksana menggunakan plat bondek supaya mengurangi biaya pengerjaan
dan waktu pengerjaan plat lantai beton, Adapun alasan pelaksana untuk
meninggalkan metode konvensional karena pekerjaan pembuatan perancah kayu
atau scaffolding serta merangkai besi beton rumit dan lama yang berdampak pada
tingginya upah kerja, banyak menggunakan kayu perancah dan besi beton serta
besarnya volume beton yang berdampak pada tingginya biaya bahan atau
konstruksi.
Selain itu, dikatakan sering terjadi kerusakan permukaan multiplek
perancah akibat hujan selama proses pembuatan yang lama yang berdampak pada
buruknya kualitas/kerapian beton. juga banyak residu kayu bekas perancah yang
tidak bermanfaat dan tidak bernilai ekonomis lagi, yang memerlukan ruang
penumpukan sebelum dimusnakan.
Fakta di atas menarik untuk diteliti secara akademis sehingga memberi
informasi yang benar dan pasti kepada masyarakat dunia konstruksi dan sekaligus
memberi wawasan positif baru kepada masyarakat tersebut. Dengan demikian,
diharapkan dapat merubah metode konvensional yang dirasakan sulit dan mahal,
bahkan telah berdampak pada kerusakan/penggundulan hutan akibat eksploitasi
semua jenis kayu hutan yang dipakai untuk perancah pembuatan pelat beton
bertulang.
Selain itu, yang lebih menarik lagi bagi peneliti untuk di teliti karena
pemilik RUKO merubah pembuatan pelat beton metode konvensional
sebagaimana ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bagunan (IMB) menjadi metode
bondek.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah


penelitian ini, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Bagaimana metode pelaksanaan pelat lantai beton dengan menggunakan
metode pelat bondek dan dengan menggunakan metode pelat konvensional?
2. Berapa perbedaan waktu/orang hari (OH) pelaksanaan pembuatan pelat lantai
beton dengan menggunakan pelat bondek dan dengan menggunakan pelat
konvensional?
3. Berapa perbedaan biaya pelaksanaan pelat lantai beton dengan menggunakan
pelat bondek dan dengan menggunakan pelat konvensional?
4. Apakah ada pengurangan berat lantai pada metode pelat bondek dibandingkan
metode pelat konvensional?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui kemudahan prosedur metode pelaksanaan pelat lantai beton


dengan menggunakan pelat bondek dan dengan menggunakan pelat
konvensional.
2. Mengetahui percepatan waktu pelaksaan pekerjaan pelat lantai beton dengan
metode pelat bondek dan dengan metode pelat konvensional.
3. Menganalisa biaya dan mengetahui perbedaan harga pelaksanaan plat beton
dengan menggunakan plat bondek dan dengan menggunakan plat
konvensional.
4. Mengetahui perbedaan berat pelat lantai beton dengan menggunakan metode
pelat bondek dan dengan menggunakan metode pelat konvensional.

1.4. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan biaya peneliti, dan waktu pendidikan maka


penelitian membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Analisa dilakukan untuk pelat pada lantai I RUKO pertama.

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa yang dilakukan peneliti untuk pelat beton metode bondek dan metode
konvensional menggunakan AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen
PUPR 28/2016). Sedangkan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan
Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 yang
di tetapkan oleh walikota madya medan.
3. Analisa untuk pelat lantai beton metode bondek dan metode konvensional pada
lokasi penelitian didasari pada analisa biaya yang dibuat oleh pemilik RUKO.
4. Dalam melakukan analisa menggunakan beton dengan mutu K-225.
5. Penelitian ini tidak menganalisa kekuatan struktur pelat lantai.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi peneliti :


Menambah pengetahuan dan pengalaman menghitung biaya dan waktu
pekerjaan konstruksi pelat beton bertulang untuk bangunan toko, rumah dan
kantor bertingkat.
2. Manfaat bagi Departeman Teknik Sipil USU :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penggunaan bahan dan biaya
kontruksi bangunan, dan menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya,
terutama bagi mahasiswa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
3. Manfaat bagi pihak lain :
Hasil penelititan ini akan bermanfaat bagi pihak lain untuk mengetahui bahan
konstruksi, serta penghematan biaya dan waktu pekerjaan sehingga menjadi
pilihan meninggalkan metode konvensional dalam membangun RUKO, rumah
dan kantor bertingkat lainnya. Untuk memberi wawasan baru tentang
konstruksi pelat beton bagi penulis dan masyarakat konstruksi indonesia
umumnya. Khususnya masyarakat sumatera utara dan aceh sehingga dapat
meninggalkan metode konvensional yang telah berdampak pada pemakaian
sumber daya alam hutan yang tidak terkendali.

Universitas Sumatera Utara


I.6. Metode Penelitian

Dalam pembahasan metodologi penelitian pada skripsi ini diuraikan dalam


beberapa tahap, antara lain :

1. Penelitian dilakukan dengan metode analisa yang mengacu pada studi kasus.
2. Penulisan tugas akhir ini mengacu pada metode studi analitis berdasarkan data-
data dan literatur yang berhubungan dengan topik dan dilakukan eksperimen
serta masukan-masukan dari dosen pembimbing.
3. Untuk menghitung perbedaan metode kerja, waktu pelaksaan dan biaya
pelaksaan menggunakan dua cara untuk kemudian di rata-rata kan. Yaitu:
 Analisa biaya yang dilakukan oleh peneliti menggunakan AHS Cipta
Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016). Sedangkan harga
satuan barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan
Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 yang di tetapkan oleh
walikota madya medan.
 Analisa biaya yang dibuat oleh pemilik RUKO.

I.7. Sistematika Penulisan

Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Bab I – Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, bagan alir penelitian, sistematika penulisan.
b. Bab II – Tinjauan Pustaka
Berisi tentang landasan teori yang berkaitan dan juga yang bersifat
mendukung penelitian tugas akhir ini.
c. Bab III – Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Berisi tentang tata cara dan teknik pengumpulan maupun pengolahan data
.
d. Bab IV – Hasil dan Pembahasan
Berisi tentang perhitungan dan pembahasan dari data penelitian yang telah
diperoleh.
e. Bab V – Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, yang akan menjawab
pertanyaan masalah yang sudah dirangkum pada rumusan masalah, dan
berisi tentang saran penulis berdasarkan hasil penelitian yang didapat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelat Lantai Beton

Pelat lantai floor deck termasuk salah satu komponen struktur konstruksi
pada suatu bangunan bertingkat, baik itu seperti gedung perkantoran, apartemen,
rumah tinggal, rumah toko ( Ruko ) dan rumah kantor ( Rukan ). Bisa juga sebagai
pelat atap dengan ketentuan tebal pelat beton yang berbeda dengan pelat lantai
yang sudah ditentukan. Dengan demikian pelat lantai tidak terletak langsung di
atas tanah, namun terletak di atas lantai yang berada di permukaan tanah.
Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, hal. 153 ), pelat lantai merupakan
elemen dalam bidang bangunan yang horizontal. Pelat lantai membagi ruang pada
tingginya, membentuk gedung bertingkat ( rumah susun ). Seperti dinding, pelat
lantai berfungsi sebagai pembagi ruang secara vertikal, dan menerima beban
secara struktural seperti beban mati, beban muatan, angin, gempa bumi, dan lain-
lain.
Adapun fungsi pelat lantai, yaitu :
1) Pemisah ruang secara mendatar.
2) Memindahkan beban pada dinding atau kolom dan mendukung dinding
pemisah yang tidak menerus ke bawah.
3) Menambah kestabilan.
4) Pencegahan terhadap kebisingan, mencegah rambatan gema suara dan
mencegah rambatan suara melalui udara.
5) Pencegahan terhadap suhu.
6) Pencegahan terhadap kebakaran.
7) Masa pakai yang lama dan perawatan yang sedikit. ( hal. 158 )
Kemudian dikatakan bahwa umumnya pelat lantai dibangun dengan
konstruksi beton bertulang sebagai dasar utamanya.
Menurut ( Ali, 2007, hal. 171 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis
yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan

Universitas Sumatera Utara


beban yang bekerja adalah tegak lurus pada bidang tersebut. Ketebalan bidang
pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang
maupun lebar bidangnya. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan
sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan
maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi ( beban mati dan/atau beban hidup ).
Beton didefinisikan sebagai “Campuran semen Portland atau semen
hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan ( admixture )” ( SNI 2847:2013, 2013, hal 17 ).
Dan beton bertulang juga di definisikan sebagai “beton yang ditulangi
dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minumum yang
disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi
bahwa kedua material bekerja bersama - sama dalam menahan gaya yang bekerja”
( SNI 03 -2847-2002, 2002, hal 6 ).
Pelat lantai beton umumnya dicor ditempat, bersama dengan balok
penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan
yang kuat yang menjadi satu kesatuan ( Nadia, 2017, hal. 8 ).
Pelat Lantai dari beton mempunyai keunggulan/keuntungan antara lain:
1) Merupakan isolasi suara yang baik.
2) Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai lantai
dapur, kamar mandi.
3) Dapat dipasang keramik untuk keindahan lantai.
4) Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang. ( hal. 7 )
Proses pembuatan Pelat Lantai Beton terus berkembang mengikuti
perkembangan teknologi bahan bangunan. Sekarang ini pembuatan Pelat Lantai
Beton sudah mulai menggunakan bahan pabrikasi disamping masih banyak yang
menggunkan secara konvensional. Dengan demikian ada dua cara pembutan Pelat
Lantai Beton yang di cor di tempat sekarang ini, yaitu pertama secara
konvensional, dan kedua dengan menggunakan bahan pabrikasi atau sering
disebut dengan metode bondek.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Pengertian Pelat Lantai Beton Konvensional

Pelat Lantai Beton Konvensional merupakan pelat lantai beton yang dibuat
secara manual/konvensional tanpa menggunakan bahan pabrikasi. Komponen
utama pelat lantai beton konvensional terdiri dari beton dan besi beton.
Pembentukannya menggunakan bekisting yang gunanya untuk tempat
mencetak dimensi beton dan merangkai besi beton sampai beton matang pada
umurnya. Selain bekisting ada penyangga bekisting dari bahan kayu untuk
menopang bekisting pembuatan pelat lantai beton.
Menurut ( Astanto, 2011 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya
seperti dikutip ( Saragih, 2016, hal. 11 ).
Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur pelat lantai
beton, kayu dan triplek diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting
untuk membentuk cetakan pelat lantai beton. Kayu juga berfungsi sebagai
perancah untuk bekisting pembuatan pelat lantai beton. Sejauh ini di Indonesia,
material utama yang digunakan sebagai bekisting dan perancah adalah kayu dan
plywood atau triplek.
Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam membentuk beton dimana perkembangan beton itu sendiri. Bekisting
berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan dan
sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses
pengeringan ( Widhiawati et al, 2010, hal. 22 ).
Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari
suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (
scaffolding ). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok
yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah
kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser.
Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional ( hal. 23 ).
Adapun keuntungan dan kerugian pelat lantai metode konvensional yaitu :

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan
1) Dapat dibentuk sesuai keinginan
2) Mampu memikul beban tekan yang berat
3) Tahan terhadap temperatur tinggi
4) Biaya pemeliharaan rendah / kecil
Kerugian
1) Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk di ubah
2) Pelaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi
3) Berat
4) Daya pantul suara besar
5) Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
6) Tidak memiliki kekuatan tarik
7) Setelah dicampur beton segera mengeras
8) Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang. ( Uji,
2012 )
Pembuatan pelat beton dengan metode konvensional Ini merupakan cara
lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya
tinggi. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-
lomba melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus
biaya termurah.
Dengan demikian pelat beton konvensional mempunyai dua komponen
utama yang dibuat tanpa pabrikasi.

2.1.2 Pengertian Pelat Lantai Beton Bondek

Pelat Lantai Beton bondek merupakan pelat lantai beton yang


menggunakan bahan pabrikasi. Komponen utama pelat beton bondek adalah pelat
baja gelombang sering disebut bondek, wiremash dan beton.
Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, hal. 181 ), pelat lantai beton datar
dengan bekisting seng gelombang khususnya ( metal deck ) memiliki keunggulan
yang mirip dengan pelat lantai kayu beton komposit, karena dapat dimanfaatkan

10

Universitas Sumatera Utara


sebagai bekisting saja, sebagai bekisting dan sekaligus sebagai penerima gaya
tarik, dan sebagai pelat balok T komposit.
Biasanya bekisting seng gelombang khusus digunakan pada kostruksi
rangka baja, di mana perlengkapan bekisting tidak dibutuhkan lagi. Jika bekisting
seng gelombang khusus digunakan pada konstruksi bangunan yang lain maka
dibutuhkan struktur rangka bekisting yang mirip dengan bekisting kayu ( hal. 181
).
Wiremesh merupakan tulangan baja pabrikasi sebagai pengganti tulangan
besi beton yang sudah di bentuk perlembar dengan ukuran 5,4 m x 2,1 m atau
gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1 m dan diletak diatas permukaan bondek
dengan pemisah antara wiremesh dan bondek digunakan tahu beton.
Union Wire Mesh adalah jaring baja tulangan bermutu tinggi yang
mempunyai tegangan leleh karakteristik 5.000 kg/cm² yang dirangkai sedemikian
rupa menggunakan las listrik untuk mendapatkan tegangan geser berkualitas
tinggi sebesar 2.500 kg/cm² di setiap titik pertemuan kawatnya ( PT. Union Metal,
Brosur Union Wiremesh , September 2017 ).

Gambar 2.1 pelat lantai beton menggunakan bondek


dan besi wiremesh

Dengan demikian pelat beton bondek mempunyai 3 komponen utama, dua


komponen diantaranya dibuat scara pabrikasi yaitu bondek dan wiremesh.

11

Universitas Sumatera Utara


2.2 Komponen Pelat Lantai Beton

2.2.1 Metode Konvensional

Seperti di jelaskan pada subbab 2.1.1 dikatakan komponen utama pelat


beton konvensional adalah beton dan besi beton. Selain itu komponen lain untuk
pelat beton konvensional adalah kayu, papan/triplek, kawat ikat, dan paku yang
sebagaimana diperlukan untuk pembuatan bekisting pelat lantai beton dan juga
penyokong/perancahnya. Beton sendiri terdiri dari semen, pasir, kerikil, dan air.
Sampai saat ini metode konvensional dalam pembuatan pelat lantai beton
ini masih banyak masyarakat yang menggunakan meskipun cara lama ini
membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatan pelat lantai beton tersebut.
Cara pembuatan pelat beton dengan metode konvensional ini awalnya
pengukuran agar memastikan kerataan pelat, membuat pembesian, pemasangan
bekisting dan perancahnya, dan sampai dengan pengecoran.

A. Beton dan dimensi

Beton adalah komponen pembuat pelat lantai. Beton didefinisikan sebagai


“Campuran semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan ( admixture)” ( SNI
2847:2013, 2013, hal 17 ).
Untuk mengetahui dimensi beton digunakan ukuran ruang ( volume )
dengan satuan meter kubik ( m3 ). Dimensi lain yang sering digunakan adalah
ukuran berat ( kg ). Untuk ukuran volume didapat dengan menghitung panjang,
lebar dan tebalnya.
Ketebalan pelat lantai beton berkisar antara 0,1 m sampai 0,12 m.
Ketebalan pelat lantai beton menurut SNI adalah 0,12 m.
Dengan ketebalan pelat 0,1 m, maka untuk setiap meter persegi diperlukan
beton sebanyak 0,1 m3. Dengan ukuran beratnya 220 kg.
Perlu diketahui berat jenis beton dengan asumsi per m3 adalah 2200 kg/m3
( Ahadi, 2016 )

12

Universitas Sumatera Utara


Disamping diperlukan volume beton juga diperlukan kualitas beton atau
mutu beton. Mutu beton umumnya diberi singkatan dengan huruf K. Dengan
demikian mutu beton sering diistilahkan dengan K 175, K 200, K 225, K 250, K
300, K 350. Makin besar sebutan angkanya berarti makin tinggi mutu betonnya.
Mutu beton merupakan perbandingan antara semen, pasir beton, dan kerikil.
Makin besar perbandingan antara semen pasir dan kerikil maka makin tinggi mutu
betonnya.

B. Besi beton dan dimensi

Tulangan beton merupakan salah satu komponen pembuat plat lantai. Besi
beton merupakan pembentuk tulangan beton.
Pengertian tulangan menurut SNI “batang baja berbentuk polos atau ulir
atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen
struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut
sertakan” ( SNI 03 -2847-2002, 2002, hal 12 ).
Adapun pengertian lain tentang baja tulangan beton dari SNI yaitu “baja
berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang
digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas ( hot rolling )” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ) .
Bahan baku yang digunakan yaitu billet. “Billet baja tuang kontinyu untuk
baja tulangan beton dan baja profil” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ).
Ada dua jenis tulangan beton yang digunakan untuk pembesian pelat lantai
beton. Yaitu, Baja Tulangan Polos ( BjTP ) dan Baja Tulangan Sirip ( BjTS ).
Baja Tulangan Polos ( BjTP ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton
polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata
tidak bersirip” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).
Baja Tulangan Sirip ( BjTS ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton
sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya
memiliki sirip melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan
daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).

13

Universitas Sumatera Utara


Tabel berikut menunjukan perbandingan antara diameter beton dengan
berat besi beton.

2.1 Tabel ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 )
Diameter
Luas penampang Berat nominal per
No Penamaan nominal (d)
nominal (A) (cm²) meter (kg/m)
(mm)
1 P.6 6 0,2827 0,222
2 P.8 8 0,5027 0,395
3 P.10 10 0,7854 0,617
4 P.12 12 1,131 0,888
5 P.14 14 1,539 1,21
6 P.16 16 2,011 1,58
7 P.19 19 2,835 2,23
8 P.22 22 3,801 2,98
9 P.25 25 4,909 3,85
10 P.28 28 6,158 4,83
11 P.32 32 8,042 6,31
12 P.36 36 10,17 7,99
13 P.40 40 12,56 9,86
14 P.50 50 19,64 15,4

2.2 Tabel ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 )
Tinggi sirip Berat
Luas Jarak Lebar
Diameter Diameter (mm) nominal
penampang sirip sirip
No Penamaan nominal (d) dalam per
nominal (A) melintang membujur
(mm) minimal (do) min maks meter
(cm²) (maks) (maks)
(kg/m)
1 P.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222

2 P.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395

3 P.10 10 0,7854 8,9 0,5 1 7 7,9 0,617

4 P.13 13 1,327 12 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04

5 P.16 16 2,011 15 0,8 1,6 11,2 12,6 1,58

6 P.19 19 2,838 17,8 1 1,9 13,3 14,9 2,23

7 P.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98

8 P.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85

9 P.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18

10 P.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31

11 P.36 36 10,18 34 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99

12 P.40 40 12,57 38 2 4 28 31,4 9,88

14

Universitas Sumatera Utara


C. Bahan bekisting dan dimensi

Bekisting merupakan cetakan beton sementara untuk menahan beton


sampai mengering sesuai umur beton, dan perancah sebagai penahan/penyokong
bekisting beton tersebut. Cetakan beton ini akan dibuka saat beton sudah
memenuhi standar waktu yang dibutuhkan.
Pengertian bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang berisfat
sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta pelengkapnya ) pada bagian
samping dan bawah dari suatu konstruksi ( Wijaya et al, 2012, hal. 238 ).
Pengertian perancah Menurut ( SNI 2847:2013, 2013, hal. 22 ),
“komponen struktur tumpuan vertikal atau miring yang didesain untuk memikul
berat bekisting, beton, dan beban konstruksi”.
Dalam pembuatan bekisting harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan
permukaan beton yang baik.
2) Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping beban-
beban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi lendutan
atau lenturan ketika beton dituang.
3) Sedikit pembuangan agar bisa dipakai untuk keperluan pembekistingan yang
lainnya.
4) Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.
5) Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran bekisting.
6) Memperhatikan faktor ekonomis dari bekisting agar mampu mereduksi biaya.
( Widhiawati et al, 2010, hal. 23 ).
Dalam pembuatan bekisting, diperlukan bahan-bahan untuk pembuatan
bekisting yaitu triplek/polywod, kayu, paku.

a) Kayu

Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang banyak


digunakan, khususnya pada bekisting konvensional dimana keseluruhan bahan
bekisting termasuk juga perancahnya dibuat dari kayu.

15

Universitas Sumatera Utara


Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk
kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan
adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu untuk jenis-
jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan. Selain sebagai
material terpasang, kayu juga digunakan untuk material pendukung pekerjaan
struktur pada bangunan gedung seperti pembuatan bekisting balok, kolom, dan
pelat ( Kayu Bekisting, 2016 ).

b) Papan triplek

Salah satu komponen dari pekerjaan struktur beton bertulang adalah


cetakan beton atau bekisting. Bahan utama pada proses tersebut salah satunya
adalah plywood atau Triplek Cor, yaitu material kayu olahan yang sering pula
disebut kayu lapis.
Triplek memiliki ukuran 1,22 m x 2,44 m per lembar dan ketebalan yang
bervariasi, dalam pembuatan bekisting plat lantai memerlukan triplek dengan
ketebalan 9 mm. Luas 1 lembar triplek adalah 2,9768 m2 ( Ahadi, 2014 ).

c) Paku

Pembuatan konstruksi bangunan selalu membutuhkan benda kecil satu ini


yaitu paku. Paku sangat banyak dibutuhkan di dunia konstruksi. Paku memiliki
peranan penting dalam pembangunan khususnya pembuatan bekisting pelat lantai
beton dan perancah.
Hampir semua jenis konstruksi membutuhkan paku sebagai alat bantu
proses konstruksi. pembangunan apapun seperti rumah, ruko, hotel, apartemen,
gedung pencakar langit, jembatan besi, jembatan kayu, dan bangunan jenis lain
semuanya pasti menggunakan paku.
Paku ialah logam keras berujung runcing yang digunakan pada dunia
konstruksi, umumnya terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua
bahan dengan menembus keduanya ( Wikipedia, 2017 ).

16

Universitas Sumatera Utara


Dalam pembuatan bekisting plat lantai beton konvensional per 1 m2
berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan memasang bekisting pelat lantai per 1
m2 dari SNI 7394:2008 dibutuhkan paku ukuran 5 - 12 cm 0,4 kg.

2.2.2 Metode Bondek

Seperti di jelaskan pada subab 2.1.2 dikatakan komponen utama pelat


beton bondek adalah pelat baja gelombang sering disebut bondek, jaring besi baja
atau sering disebut wiremash dan beton.

A. Pelat baja gelombang / bondek dan dimensi

Pelat baja gelombang atau yang lebih kita kenal dengan bondek merupakan
komponen utama pembuatan pelat lantai beton yang gunanya sebagai bekisting
permanen dan juga lantai kerja. bondek memiliki tebal berkisar antara 0,75 mm
sampai dengan 1,40 mm. Dan memiliki lebar 1 m. Tetapi ada perusahaan yang
memproduksi bondek tersebut memiliki banyak pilihan lebar yang dibutuhkan
yaitu 890 mm, 950 mm, dan 1000 mm. Panjang yang dibutuhkan dalam memesan
bondek maksimal 12 m, tergantung pesanan yang diinginkan.
Pelat bondek banyak dimanfaatkan untuk renovasi bangunan ruko, pabrik,
mushola, dan mesjid menjadi dua lantai hingga lebih. Pelat bondek berbentuk
gelombang. Bahannya terbuat dari besi baja dengan ketebalan 0,75 mm – 1,2 mm.
Panjang pelat mencapai 12 m dan lebar 1 m. Pemasangannya langsung “digelar”
di atas balok beton atau balok baja IWF ( Mistra, 2015, hal. 35 ).
Pemasangan bondek lebih mudah dan lebih cepat dari pemasangan
bekisting konvensional yang pada umumnya lebih lama dan membutuhkan tenaga
kerja yang profesional dalam merakitnya agar tidak terjadi kebocoran atau
runtuhnya bekisting.
keuntungan menggunakan bondek yang dikutip dari salah satu perusahaan
pembuat pelat baja gelombang Union Floor Deck W-1000® atau bondek untuk
pelat lantai beton:

17

Universitas Sumatera Utara


1) Berfungsi ganda, yaitu sebagai bekisting tetap dan tulangan positif satu arah.
Efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat karena waktu untuk
pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi.
Pekerjaan pembesian di bagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau
bahkan dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh Floor Deck.
2) Cepat dan mudah pemasangannya, baik pada konstruksi beton maupun baja.
Tidak seperti bekisting konvensional pada umumnya yang harus dikerjakan
per bentangan. Union Floor Deck W-1000® dapat mencapai beberapa
bentangan sekaligus, sehinggal lebih cepat pemasangannya.
3) Union Floor Deck W-1000® dapat secara langsung digunakan sebagai
plafond.
4) Sudah lolos uji dari : - kelenturan dan pembebanan,
- kebakaran.
5) Efisiensi dan penghematan volume dalam pemakaian beton dengan
menggunakan Union Floor Deck W-1000® sampai dengan 25 %. ( PT. Union
Metal, Brosur Union Floor Deck W-1000® , September 2017 )
Ada juga keuntungan menggunakan bondek dari perusahaan lain pembuat
pelat baja gelombang Intan Steeldek® yaitu :
1) Peraktis dan ekonomis
a) Pemasangan cepat dan mudah, karena dibuat dalam bentuk lembaran –
lembaran yang panjang
b) Dapat menghemat biaya sekitar 10 % - 20 % jika dibandingkan dengan
pengerjaan konvensional
c) Tidak diperlukan papan sebagai bekisting dan balok kayu sebagai
penyangga
d) Ringkas dan mudah dalam pengangkutan ataupun memindahkan di
lapangan
2) Multifungsi
a) Dapat berfungsi juga sebagai pengganti tulangan positif satu arah dan
sebagai plafon
3) Daya tahan lentur tinggi

18

Universitas Sumatera Utara


a) Tulangan memanjang pada daerah dasar dibuat dua lajur, sehingga lebih
kaku
b) Bahan baku dengan grade G – 550, sehingga ketahanan terhadap lenturan
sangat tinggi. ( PT. Intan Metalindo, Brosur Intan Steeldek® , 2014 )

Gambar 2.2 Alkadeck 1000®

Gambar 2.3 IMW Stell Deck 1000

Dari kedua gambar diatas yaitu gambar 2.2 dan 2.3 yang di dapat dari
sumber perusahaan pembuat bondek yaitu PT. Alkajaya Satria Perkasa dan PT.
Indoutama Metal Work terdapat ukuran trapesium berbeda – beda. Guna
menghitung luas trapesium untuk mengetahui pengurangan beton dalam membuat
pelat lantai beton menggunakan bondek.
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium
terdapat panjang alas atas 132 mm, alas bawah 187 mm dan tinggi 55 mm.
Gambar 2.3 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium terdapat
panjang alas atas 130 mm, alas bawah 189 mm dan tinggi 50 mm.

19

Universitas Sumatera Utara


Jadi, ukuran rata – rata trapesium yang didapat dari kedua gambar tersebut
adalah panjang alas atas 131 mm, alas bawah 188 mm dan tinggi 52,5 mm
Adapun spesifikasi bahan bondek dari perusahaan pembuat Union Floor
Deck W-1000® ( PT. Union Metal, 2017 ), yaitu:

1) Bahan dasar : baja high - tensile, Tegangan leleh minimum 560 Mpa
(N/mm2)
2) Lapis lindung : hot dip galvanized
3) Tebal standar : 0,65 mm BMT atau 0,70 mm TCT
0,70 mm BMT atau 0,75 mm TCT
1,00 mm BMT atau 1,05 mm TCT
1,40 mm BMT atau 1,45 mm TCT
4) Berat bahan : 6,55 kg/m2 untuk ketebalan 0,65 mm BMT
7,03 kg/m2 untuk ketebalan 0,70 mm BMT
9,91 kg/m2 untuk ketebalan 1,00 mm BMT
13,76 kg/m2 untuk ketebalan 1,40 mm BMT
5) Standart bahan : SNI 07-2053-2006
6) Tinggi gelombang : 50 mm
7) Lebar efektif : 995 mm
8) Panjang : maksimal 12.000 mm

Dan ada juga spesifikasi bahan bondek dari perusahaan pembuat IMW
Steel Deck 1000 ( PT. Indoutama metal Deck, Brosur ), yaitu:

1) Bahan dasar : baja high – tensile G550, Tegangan leleh minimum 5500
(kg/cm2)
2) Lapis lindung : hot dip galvanized
3) Tebal coating : Z 22 (220 gr/mm2) – Z 275 (275 gr/mm2)
4) Tebal standar : 0,75 mm TCT (7,00 kg/m2)
1,05 mm TCT (10,20 kg/m2)
5) Standart bahan : ASTM A 653 SNI 070132-95
6) Tinggi gelombang : 50 mm

20

Universitas Sumatera Utara


7) Lebar efektif : 1000 mm
8) Panjang : maksimal 12.000 mm

B. Wiremesh dan dimensi

Definisi wiremesh yaitu, jaringan kawat baja las untuk tulangan beton
adalah jaringan yang berbentuk segi empat dari kawat hasil penarikan dingin yang
dibuat dengan pengelasan titik. Untuk selanjutnya disebut jaringan kawat baja las,
disingkat JKBL ( SNI 07 – 0663 – 1995, 1995, hal. 1 ).
Seperti yang sudah dikatakan di atas pada subbab 2.1.2 Wiremesh yang
disebut juga dengan Jaring Kawat Baja Las ( JKBL ) merupakan tulangan jaring
baja pabrikasi sebagai pengganti tulangan besi beton yang sudah di bentuk
perlembar dengan ukuran 5,4 m x 2,1 m atau gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1
m dan diletak diatas permukaan bondek dengan pemisah antara wiremesh dan
bondek digunakan tahu beton.
pembentukan wiremesh dengan menyusun tulangan 2 lapis vertikal dan
horizontal berjarang 150 mm x 150 mm dan disatukan dengan di las listrik setiap
titik pertemuan besi tulangannya, terbentuk jaring kawat baja dengan bentuk
perlembar ukuran 5,4 m x 2,1 m atau bentuk gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1
m.
Besi wiremesh memiliki diameter yang berbeda dan berat yang berbeda
juga. Wiremesh memiliki diameter 4 mm sampai dengan 16 mm, dengan bentuk
permukaan besi ulir atau polos. Adapun berat perlembar yang diketahui dari
masing – masing diameter dapat dilihat pada tabel 2.3 yang bersumber dari PT.
Union Metal .

2.3 Tabel berat per lembar wiremesh


RWNC M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M16
DIAMETER
4 5 6 7 8 9 10 12 16
(mm)
BERAT PER
LEMBAR 15,45 24,14 36,76 47,31 61,79 78,21 95,55 139,03 247,17
(KG)

21

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan dalam menggunakan wiremesh sebagai pengganti tulangan
besi beton yaitu pemasangannya mudah dan cepat sehingga menghemat waktu
konstruksi bangunan, dapat diproduksi atas dasar desain perencana, dan
mengurangi berat besi tulangan dalam beton.
Adapun spesifikasi bahan wiremesh dari perusahaan pembuat Union Wire
Mesh® ( PT. Union Metal, Brosur, September, 2017 ), yaitu:
1) Diameter JKBL Union : 4 mm sampai 16 mm.
2) Standar bahan : SNI 07-0663-1995
3) Tegangan Leleh Karakteristik : 5.000 kg/cm2, mutu U-50
4) Tegangan Geser Kampuh Las : 2.500 kg/cm2
5) Bentuk Permukaan Kawat : Polos dan Ulir
6) Spasi Standar : 150 mm x 150 mm ( tipe M )
100 mm x 100 mm ( tipe B )
7) Ukuran standar : -Lembar : 5,4 m x 2,1 m
( M4 – M10, M12, M16 )
-Roll : 54 m x 2,1 m ( M4 – M6 )

Gambar 2.4 detail wiremesh JKBL

C. Beton dan dimensi

Beton merupakan komponen paling utama dalam pembuatan pelat lantai


beton dan juga elemen struktur bangunan lainnya. Dalam pembuatan pelat lantai

22

Universitas Sumatera Utara


beton menggunakan metode bondek, volume beton yang diperlukan dalam
pembuatan pelat per 1 m2 lebih sedikit dibandingkan dengan volume beton
pembuatan pelat lantai menggunakan metode konvensional. Dikarenakan pelat
baja gelombang tersebut memiliki 3 gelombang ke arah atas dalam lebar 1 m,
sehingga volume beton yang diperlukan dalam pembuatan pelat 1 m3 pun
berkurang akibat ada 3 gelombang tersebut.

2.3 Metode Pelaksanaan

2.3.1 Metode Konvensional

Metode pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton secara konvensional


dilakukan secara bertahap. Yaitu pertama pemasangan bekisting, kemudian
setelah bekisting selesai dilakukan merangkai besi sebagai penulangan beton,
setelah pembesian selesai dilakukan pengecoran beton, terakhir pembongkaran
bekisting setelah beton mengeras atau 14 hari setelah selesai pengecoran.
Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai beton konvensional yang pertama
menentukan ketinggian pelat lantai, kedua pemasangan bekisting pelat lantai,
ketiga pengerjaan pengecoran pelat lantai, dan yang terakhir pembongkaran
bekisting pelat lantai ( Uji, 2012 ).
Dalam metode pelaksanaan konvensional ini menggunakan contoh
bentang antara balok ke balok sebesar 4 m, jadi luas pengerjaan 16 m2.

A. Pembuatan Bekisting

Sebaimana dijelaskan pada subbab 2.1.1 bahwa bekisting merupakan


cetakan beton sementara untuk menahan beton sampai mengering sesuai umur
beton, dan perancah sebagai penahan/penyokong bekisting beton tersebut.
Cetakan beton ini akan dibuka saat beton sudah memenuhi standar waktu yang
dibutuhkan.
Menurut ( Manullang, 2017, hal 116 ), Pekerjaan bekisting lantai dipasang
terlebih dahulu sebelum pemasangan besi dan pengecoran beton, bekisting juga

23

Universitas Sumatera Utara


dijadikan sebagai pijakan untuk pekerjaan pembesian lantai. Saat lantai akan dicor
perlu diperhatikan kebersihan dan kesiapan lapangan sebelum pekerjaan. Hal ini
untuk menghindari tercampurnya benda – benda asing dengan beton cor, sehingga
kualitas beton lantai kurang bagus.
Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, p. 176 ), konstruksi bekisting pelat
lantai beton bertulang pada umumnya dibuat dari kayu (kayu massif maupun
multipleks). Bekisting kayu terdiri dari papan bekisting setebal > 20 mm dan lebar
minimal 12 cm didukung oleh balok melintang ( 5 x 7 cm ) dengan jarak < 60 cm.
Balok melintang ini ditumpu setiap < 60 cm dengan tiang topang dari bambu,
kayu, atau pipa baja dan sebagainya.
Dalam pembuatan bekisting, diperlukan bahan-bahan untuk pembuatan
bekisting yaitu triplek/polywod, kayu, paku. Perlu diketahui panjang setiap kayu 4
meter.
Contoh pelaksanaan dan perhitungan membuat bekisting pelat lantai
sebesar 16 m2 dapat diketahui. Pada umumnya langkah – langkah pembuatan
bekisting yang dilakukan pada proyek-proyek pembangunan bangunan bertingkat
dimulai dengan meletakkan perancah dengan jarak antara batang perancah 60 cm.

Digunakan kayu berukuran , dalam bentang 4 m x 4 m atau 16 m2 diperlukan 16

baris kayu untuk perancah bekisting. Berarti membutuhkan 64 batang berdiri


tegak secara vertikal untuk menyanggah bekisting.
Untuk mengikat batang – batang perancah agar tidak jatuh atau bergesar

menggunakan dua kayu berukuran yang diletakkan di tengah secara horizontal

per barisnya dan diikat menggunakan paku. Jumlah kayu yang dibutuhkan 32
batang. Dan untuk mengikat perancah ada juga dari bagian paling bawah secara
horizontal guna untuk perletakan perancah agar tidak bergeser, jumlah kayu yang

diperlukan 10 batang untuk bawah dan menggunakan kayu . Untuk tempat


perletakan triplek diletakkan kayu di atas perancah sebanyak 10 batang dan kayu

Jadi total kayu yang digunakan untuk perancah bekisting dengan bentang

16 m2 yaitu kayu sebanyak 84 batang dan kayu sebanyak 32 batang.

24

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan triplek untuk pembuatan bekisting guna tempat pencetakan
beton. Triplek berukuran 1,22 m x 2,44 m perlembar dan luas perlebarnya yaitu
2,98 m2. Penggunaan triplek dapat dihitung dengan luas bekisting dibagi dengan
luas triplek. Jadi, jumlah triplek yang digunakan untuk pengerjaan pelat lantai
dengan bentang 16 m2 adalah 5,37 lembar atau digenapkan menjadi 6 lembar.
Jadi, perhitungan koevisien pembuatan bekisting pelat lantai per 16 m2

yang didapat secara umum yaitu kayu sebanyak 84 batang dengan koevisiennya

1,176 m3. Kayu sebanyak 32 batang dengan koevisiennya 0,16 m3. Serta

koevisien triplek sebanyak 6 lembar.


Dalam 1 m2 pemasangan bekisting untuk lantai dapat diketahui dengan

membagi hasil per 16 m2. Didapat hasil yaitu kayu dengan koevisien 0,073 m3.

Kayu dengan koevisien 0,01 m3. Triplek 1,22 x 2,44 m dengan koevisien 0,34

lembar triplek atau di genapkan menjadi 0,35 lembar.


Adapun volume atau koefisien bahan – bahan pembuatan memasang
bekisting untuk pelat lantai per 1 m2 yang di dapat dari analisa harga satuan
pekerjaan SNI 7394:2008.

2.4 Tabel memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Kayu kelas III m3 0,04
Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4
Minyak bekisting Liter 0,2

Bahan Balok kayu kelas II m3 0,015

Plywood tebal 9 mm Lbr 0,35


Dolken kayu galam,
Batang 6.000
(8–10) cm panjang 4m
Pekerja OH 0,66
Tukang kayu OH 0,33
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,033
Mandor OH 0,033

Dalam pembuatan memasang bekisting untuk pelat lantai per 1 m2 yang di


dapat berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008, memerlukan
beberapa kayu yaitu : kayu kelas III sebanyak 0,04 m3 ; balok kayu kelas II

25

Universitas Sumatera Utara


sebanyak 0,015 m3 ; dolken kayu galam, Ø (8-10), panjang 4 m sebanyak 6,00
batang.

Gambar 2.5 Pemasangan bekisting konvensional pelat lantai ( sumber:


Heinz Frick dan Pujo, L Setiawan, 2001 )

B. Pemasangan besi penulangan beton

Dalam pengerjaan pelat lantai beton, pembesian merupakan pekerjaan


pembetonan pelat lantai yang sangat penting.
Tulangan beton untuk pelat lantai beton konvensional bagi rumah tinggal
umumnya digunakan besi ukuran diameter 8 mm sampai 10 mm. Dimensi berat
besi beton berbanding lurus dengan diameter besi beton.
Beton konvensional membutuhkan banyak besi beton. Diameter besi untuk
rumah tinggal umumnya menggunakan besi berdiameter 8 – 10 mm. Jarak
pemasangan antar besi mulai dari 15 – 20 cm, bahkan ada yang berjarak setiap 25
cm ( Mistra, 2015, hal. 30 ).
Konsep pembesian arah x dan y dengan dua lapis masing – masing bagian
bawah dan atas sering di adopsi kontraktor dan pemborong. Konsep ini memang
bagus untuk pembesian pelat lantai ( hal. 65 )
Biasanya tukang memasang pembesian arah x dan arah y dengan
menggunakan besi polos diameter 8 mm dua lapis di bagian bawah dan dua lapis

26

Universitas Sumatera Utara


lagi di bagian atas. Dengan demikian jumlah besi untuk kedua arah tersebut
menjadi empat lapis besi ( hal. 65 ).
Pekerjaan pembesian pelat lantai menurut ( Manullang, 2017, hal 55 )
menggunakan tulangan dengan diameter 8 mm dengan jarak antartulangan 15 cm.
Menurut ( Manullang, 2017, hal 115 ), pekerjaan besi lantai dikerjakan
berdasarkan diameter tulangan yang telah ditentukan. Pemasangan besi umumnya
dilakukan dalam dua arah, yaitu arah x dan arah y sesuai dengan jarak
antartulangan yang telah ditetapkan.
Untuk menghitung volume besi lantai, yang harus diperhatikan adalah
diameter tulangan yang digunakan. Satuan yang digunkan untuk menghitung
volume besi lantai adalah kilogram ( kg ).
Dari teori yang didapat tentang pembesian pelat lantai, jarak yang
digunakan berkisar antara 15 cm sampai dengan 25 cm. Dapat disimpulkan bahwa
rata - rata jarak yang digunakan dalam pembesian pelat lantai yaitu 20 cm.
Contoh perhitungan berat besi yang dibutuhkan per 16 m2 menggunakan
tulangan polos dengan diameter 8 mm dengan jarak tulangan 20 cm. Pembesian
pada pelat lantai beton direncanakan 2 tulangan, yaitu tulangan atas dan tulangan
bawah dengan masing – masing arah x dan y.
Untuk menghitung berat besi tulangan pada lantai per 16 m2 sebagai
berikut : untuk besi atas dengan panjang 4,4 meter, jumlah besi dipasang dengan
jarak 0,20 m dalam bentang panjang 4 m, didapat 20 baris per 4 m. Jika dikalikan
dua karena dua arah hasilnya 40 baris. Untuk mendapatkan panjang besi yang
diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi 4,4 m, didapat 176 meter.
Ada juga besi dengan jarak 1 m diletakkan di bagian atas, perletakan besi 1
m tersebut hanya di bagian bentang daerah tengah yaitu 2 m. Besi tersebut
memiliki panjang 1,10 m. Dalam bentang panjang 2 m memerlukan 10 baris,
dikalikan dengan 4 sisi dalam bentang 16 m2, didapatkan 40 baris. Untuk
mendapatkan panjang besi yang diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi
1,10 m, didapat 44 meter.
Ada juga besi bagian bawah dengan panjang 4,2 m, jumlah besi dipasang
dengan jarak 0,20 m dalam bentang panjang 4 m, didapat 20 baris per 4 m. Jika

27

Universitas Sumatera Utara


dikalikan dua karena dua arah hasilnya 40 baris. Untuk mendapatkan panjang besi
yang diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi 4,2 m, didapat 168 meter.
Total besi seluruhnya yang diperlukan untuk pembesian pelat lantai
dengan bentang pengerjaan 16 m2 adalah 388 m. Dalam 1 batang besi yang dijual
memiliki panjang perbatang 12 m. Total batang besi yang diperlukan adalah 32,33
batang atau digenapkan 33 batang.
Menurut ( SNI 2052 : 2014, 2014 ), berat besi beton polos dengan
diameter 8 mm per meternya diketahui menurut adalah 0,395 kg per meter.
Untuk menghitung berat besi beton bisa juga menggunakan rumus
perhitungan berat besi tulangan dengan rumus 0,006165 x D2 x Panjang ( SNI 07-
0663-1995, 1995 ).
Jadi, didapatkan berat besi tulangan pada pelat lantai per 16 m2 adalah
dengan mengalikan berat besi polos diameter 8 mm per meter menurut SNI 2052 :
2014 dengan panjang besi yang diperlukan 388 m adalah 153,26 kg atau
digenapkan 154 kg. Dalam 1 m2 pengerjaan pembesian membutuhkan besi 24,25
m atau 9,625 kg besi.
Adapun volume atau koefisien besi beton polos diameter 8 mm
berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008 dalam memasang
pembesian 10 kg dengan besi polos yaitu : besi beton ( polos ) sebanyak 10,50 kg
dan kawat beton sebanyak 0,150 kg.

2.5 Tabel pembesian 10 kg dengan besi polos/ulir ( SNI 7394 : 2008 )


Kebutuhan Satuan Indeks
Besi beton (polos/ulir) kg 10,5
Bahan
Kawat beton kg 0,15
Pekerja OH 0,07
Tukang besi OH 0,07
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,007
Mandor OH 0,004

28

Universitas Sumatera Utara


Dapat disimpulkan bahwa setiap 1 m2 membutuhkan 9,625 kg atau
digenapkan 10 kg. dapat dipakai analisa harga satuan yang telah ditentukan oleh
SNI.
Pada gambar 2.6 yang menggambarkan pembesian pelat lantai secara
konvensional bersumber dari IMB ( Izin Mendirikan Bangunan ) ruko.

Gambar 2.6 Pembesian konvensional pelat lantai

C. Pengecoran beton mutu K-225

Pekerjaan pengecoran pelat lantai beton untuk membetuk pelat lantai


beton dilakukan setelah pekerjaan pemasangan bekisting dan pembesian lantai
selesai dilakukan. Tebal beton lantai yang dicor disesuaikan dengan tebal beton
yang telah direncanakan.
Menurut ( Manullang, 2017, hal. 53 ), Untuk menghitung biaya yang
dibutuhkan pada pengerjaan beton lantai per kubik, terlebih dahulu dihitung
volume betonnya. Perhitungan volume beton dihitung berdasarkan dimensi lantai
dan tebal lantai. Satuan yang digunakan untuk menghitung volume beton lantai
adalah meter kubik ( m3 ).
Pengerjaan pengecoran beton lantai pada bangunan harus dilakukan secara
bertahap mulai dari pemasangan bekisting lantai hingga pekerjaan pemasangan
besi lantai. Setelah itu, dilakukan pengecoran beton. Kebersihan lapangan harus

29

Universitas Sumatera Utara


dicek terlebih dahulu sebelum pekerjaan pengecoran tersebut dilakukan. Hal ini
untuk menghindari benda – benda asing ikut tercor di dalam beton lantai tersebut (
hal. 114 ).
Sebagai contoh pembentukan beton dengan mutu K-225 dalam 16 m2
dengan tebal 0,1 m memerlukan 1,6 m3 beton basah. Berat yang didapat dengan
cara mengalikan volume beton dengan berat jenis beton basah yaitu 2330 kg/m3
adalah 3728 kg.
Jadi, dalam 1 m2 dengan tebal 0,1 m pelat lantai beton memerlukan beton
0,1 m3. Dan berat yang di dapat dalam 0,1 m3 adalah 233 kg.
Adapun volume atau koefisien bahan – bahan campuran pembentuk beton
dalam membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa ( K 225 ) berdasarkan analisa harga
satuan pekerjaan SNI 7394:2008 yaitu : PC ( Portland Cement ) sebanyak 371 kg ;
PB ( Pasir Beton ) sebanyak 698 kg ; KR ( Kerikil ) sebanyak 1047 kg ; air
sebanyak 215 Liter.

2.6 Tabel membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa ( K 225 ) ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Semen Portland kg 371.000
Pasir beton kg 698
Bahan
Kerikil (Maks 30 mm) kg 1047
Air Liter 215
Pekerja OH 1.650
Tukang besi OH 0,275
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083

D. Pembongkaran bekisting

Dalam pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton metode konvensional,


pembongkaran bekisting diperlukan saat beton telah mengeras atau waktu yang
telah ditentukan 14 hari setelah pengecoran beton.

30

Universitas Sumatera Utara


Pembongkaran bekisting dilakukan dengan cara perlahan atau berhati –
hati supaya permukaan beton tidak rusak pada saat pembongkaran. Dibutuhkan
tukang yang profesional dalam pembongkaran bekisting.
Adapun koefisien pekerja untuk pembongkaran bekisting pelat lantai per 1
m2 yang di dapat dari ( Analisa Upah Dan Bahan, Analisis BOW, 1993, hal. 147 )
dapat dilihat pada gambar 2.8 yang mengacu pada analisa harga satuan
membongkar 10 m2 lantai yang lama berikut pekerjaan membersihkan bata-bata
atau ubin-ubin yang dibongkar.

Gambar 2.7 Analisa Harga Satuan membongkar 10 m2 lantai yang lama

Berdasarkan gambar 2.7, didapat hasil dari pembagiannya, koefisien


pekerja dalam mengerjakan pembongkaran bekisting pelat lantai per 1 m2 adalah
0,1 OH untuk pekerja dan 0,01 OH untuk mandor.

2.3.2 Metode Bondek

Metode pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat baja


gelombang atau bondek sebagai bekisting permanen dan lantai kerja serta
pemasangan wiremesh sebagai pengganti tulangan besi beton, lebih cepat dalam
pelaksanaan pekerjaannya dibanding dengan cara konvensional.
pemasangan bondek dan wiremesh hanya meletakkan bondek antara balok
ke balok dengan panjang bondek yang dibutuhkan serta meletakkan wiremesh,
antara bondek dan wiremesh diletakkan tahu beton supaya bondek dan wiremesh
tidak menyatu. perletakan wiremesh lebih mudah dibandingkan dengan memasang
pembesian pada metode konvensional. Karena bondek dan wiremesh merupakan
bahan pabrikasi.

31

Universitas Sumatera Utara


Untuk pelaksanaan pekerjaan pelat lantai bondek, antara balok dan pelat
lantai dilakukan dengan cara terpisah. Pekerjaan balok dilakukan terlebih dahulu
setelah selesai dilanjutkan dengan pengerjaan pelat lantai.
Kebutuhan beton untuk pelat lantai beton pada pelaksanaan metode bondek ini
juga mengalami penghematan beton sampai dengan 25 %.
Dalam metode pelaksanaan pengerjaan bondek ini menggunakan contoh
bentang antara balok ke balok sebesar 4 m, jadi luas pengerjaan 16 m2.

A. Pembuatan balok anak

Dalam metode konvensional, pembuatan pelat lantai beton tidak


memerlukan balok anak untuk bentang sampai empat meter. Karena plat lantai
beton memiliki kekakuan yang baik dan pada saat pembentukannya ditumpu
dengan bekesting. Sehingga plat lantai beton cukup bertumpu pada balok- balok
utama dengan jarak bentang sampai empat meter atau lebih.
Dalam metode bondek tingkat kekakuan pelat lantai beton berbanding
lurus dengan ketebalan pelat bondeknya. Umumnya ketebalan pelat bondek yang
sering dipakai dan diproduksi oleh pabrik memiliki ketebalan 0,75 mm.
Dengan ketebalan pelat bondek 0,75 mm sehingga dalam pengecoran
beton atau pembentukan pelat lantai benton maka pelat bondek harus ditumpu
dengan balok tumpuan jika bentang balok utama melebihi dua meter. Untuk
bentang balok utama empat meter setidaknya ditumpu oleh satu balok anak yang
melintang arah panjang pelat bondek.
Dengan adanya balok anak ini maka memberi keamanan pada saat
pengecoran beton pembentukan pelat lantai beton sampai masa matangnya beton.
Setelah itu akan mengurangi getaran pelat lantai beton pada masa pemakaian yang
pada gilirannya akan mengurangi keretakan bahan kramik jika dipakai untuk
mengindahkan lantai. Bahkan berdampak rasa aman pada setiap orang yang
melintas karena tidak merasakan getaran pelat lantai beton tersebut.
Pembuatan bekisting, pembesian dan bahan betonnya sama seperti
pembuatan balok utama. Hanya ukuran balok dan ukuran besinya sedikit lebih

32

Universitas Sumatera Utara


kecil dibandingkan dengan balok utama karena balok anak ini tidak berfungsi
memikul beban pelat lantai beton.
Menurut ( Manullang, 2017, hal. 40 ), pekerjaan balok merupakan salah
satu bagian dari struktur bangunan yang terletak di atas dinding bata yang
berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan menyalurkan beban dari
bagian atas.
Pekerjaan balok dilakukan dengan tahapan pemasangan bekisting terlebih
dahulu, kemudian dilakukan pembesian dan yang terakhir adalah pekerjaan cor
balok ( hal. 40).
Untuk perhitungan besi balok terdiri dari dua bagian, yaitu perhitungan
berat besi untuk tulangan pokok balok dan berat besi untuk besi sengkang balok.
Untuk bentang balok anak empat meter seperti Ruko umumnya dipakai besi polos
ukuran 12 mm untuk tulangan pokok sebanyak 15,54 kg. Dan besi polos ukuran 8
mm untuk sengkang balok sebanyak 6,304 kg. Dengan ukuran balok anak 20 cm x
25 cm panjang 4 m. Total diperlukan besi 21,844 kg atau per meter persegi lantai
adalah 1,28 kg.
Untuk tulangan pokok menggunakan besi diameter 12 mm dengan
panjang 4 meter sebanyak dua buah di bagian atas dan dua buah di bagian bawah,
sehingga totalnya menjadi 4 buah dengan total panjang besi 16 meter. Perlu
diketahui panjang besi satu batang 12 meter. Jadi, batang yang diperlukan dalam
16 meter yaitu 1,33 batang. Dapat diketahui berat besi yang diperlukan untuk
tulangan pokok balok dengan diameter 12 mm adalah 15,54 kg.
Selain pekerjaan tulangan pokok, berat besi yang harus dihitung adalah
sengkang balok. Besi yang digunakan untuk sengkang adalah diameter 8 mm
dengan jarak antar sengkang 20 cm. Jumlah sengkang dalam 4 meter balok anak
adalah 20 buah. Panjang setiap sengkang adalah 80 cm. Total panjang besi yang
diperlukan dalam 4 meter balok anak adalah 16 meter sama dengan 1,33 batang
besi. Dapat diketahui berat besi yang diperlukan untuk tulangan sengkang
pengikat tulangan pokok balok dengan diameter 8 mm adalah 6,304 kg.
Dalam pembuatan balok anak membutuhkan bekisting untuk cetakan

balok tersebut. Pembuatan bekisting balok anak memerlukan kayu sebanyak 15

batang untuk penyangga nya dan kayu sebanyak 13 batang untuk pengikat

33

Universitas Sumatera Utara


bekisting dan penyangga. Koevisien bahan yang digunakan untuk pembuatan

bekisitng adalah kayu dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,21 m3, dan kayu

dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,065 m3. Serta membutuhkan triplek

dengan ukuran 25 cm x 4 m dua lembar dan 20 cm x 4 m satu lembar. Luas triplek


yang di butuhkan dalam pembuatan balok ukuran 20 cm x 25 cm dengan panjang
4 m adalah 2,8 m2. Koevisien triplek yang dibutuh adalah 0,93 lembar atau
digenapkan menjadi 1 lembar.
Beton yang diperlukan dalam membuat balok anak ukuran 20 cm x 25
cm dengan panjang 4 m memerlukan 0,2 m3.
Adapun volume atau koefisien bahan – bahan pembuatan memasang
bekisting untuk balok per 1 m2 yang di dapat dari analisa harga satuan pekerjaan
SNI 7394:2008 yaitu: kayu kelas III 0,040 m3; paku 5 cm – 12 cm 0,4 kg; minyak
bekisting 0,2 L; balok kayu kelas II 0,018 m3; plywood tebal 9 mm 0,350 lbr;
dolken kayu galam Ø (8-10) cm, panjang 4 m 2 batang.

2.7 Tabel memasang 1 m2 bekisting untuk balok ( SNI 7394 : 2008 )


Kebutuhan Satuan Indeks
Kayu kelas III m³ 0,04
Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4
Minyak bekisting Liter 0,2
Bahan Balok kayu kelas II m³ 0,018
Plywood tebal 9 mm Lbr 0,35
Dolken kayu f (8–10) cm
Batang 2.000
panjang 4 m
Pekerja OH 0,66
Tukang besi OH 0,33
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,033
Mandor OH 0,033

Dapat diketahui berat balok anak ukuran 20 cm x 25 cm panjang 4 m.


Berat jenis beton bertulang 2400 kg/m3, dan volume beton yang di perlukan 0,2
m3. Jadi, didapat berat suatu balok anak ukuran 20 cm x 25 cm panjang 4 m
adalah 480 kg.

34

Universitas Sumatera Utara


B. Pemasangan bondek

Langkah pemasangan bondek diawali dengan meletakkan bondek sesuai


bentang pelat lantai yang ingin di buat. Perletakan bondek di letak diatas balok
yang sudah di cor. Tidak lupa dipasang penyangga diantara bentang perletakan
bondek agar tidak terjadi kelendutan, penyangga dibuka saat setelah beton
mengeras pada waktu yang telah ditentukan. Endstop di pasang untuk mencegah
bocornya pasta pada saat pengecoran.
Dalam pemasangan bondek ada beberapa cara pelaksanaan menurut
beberapa perusahaan pembuat bondek yaitu:
Metode pemasangan Union Floor Deck W-1000® untuk struktur beton :
1) Buka bundel Union Floor Deck W-1000®
2) Pasang penyangga sementara jika diperlukan
3) Letakkan Union Floor Deck W-1000® di atas penyangga sementara
4) Endstop dipasang pada Union Floor Deck W-1000®
5) Kakukan Union Floor Deck W-1000® dengan paku pada bekisting
6) Sambungan pada Union Floor Deck W-1000® diperkaku dengan jepitan
7) Pasang jaring kawat baja las ( wiremesh )
8) Penuangan beton. ( PT. Union Metal, 2017 )

Metode pemasangan IMW Steel Deck 1000 untuk struktur beton :


1) Lembaran IMW Steel Deck 1000 diletakkan diatas balok – balok pemikul (
beam ). Baik diatas konstruksi beton maupun pada konstruksi baja, kemudian
segera dimatikan/dipaku atau di las, jika perletakan di atas konstruksi baja. Hal
tersebut untuk menghindari dari pergeseran perletakan lembaran IMW Steel
Deck 1000 pada kedudukannya.
2) Cara perletakan IMW Steel Deck 1000 pada umumnya minimum 5 cm dari
bibir balok pemikul. Untuk sambungan arah memanjang, jarak perletakan IMW
Steel Deck 1000 satu dengan yang lainnya diusahakan seminimal mungkin.
Usahakan perletakan lembaran IMW Steel Deck 1000 bisa menutup dua atau
tiga bentangan balok pemikul ( kontinous span ), agar lebih peraktis dan
menghemat waktu baik dalam pemasangan maupun dalam pengangkutan.

35

Universitas Sumatera Utara


3) Lembaran IMW Steel Deck 1000 pada waktu beton masih basah berfungsi
sebagai bekisting dan merupakan lantai kerja paling aman bagi pekerja lainnya.
Tapi hindarkan terjadinya pemusatan beban diatas lembaran IMW Steel Deck
1000 yang belum berfungsi tersebut. Disarankan, gunakanlah papan balok kayu
untuk lintasan jalan para pekerja. ( PT. Indoutama Metal Works )

Sebagai contoh, perhitungan menggunakan bondek dapat kita ketahui


perhitungan volume penggunaan bondek dalam pembuatan pelat lantai beton 16
m2.
Dalam pemasangan bondek per 16 ( enam belas ) meter persegi diperlukan
bondek dengan lebar 1 m ( ketentuan dari pabrik ) dan panjang 4 m ( sesuai
bentang antar balok ) per lembar yang diperlukan. Berarti dalam bentang luas 16
m2 dibutuhkan empat lembar bondek dengan luas 4 m2 dengan jumlah koefisien
yang di butuhkan adalah 16 m2.
Jadi, koefisien pemasangan bondek dalam 1 m2 adalah 1 m2, karena 16 m2
dibagi 16 m.

Gambar 2.8 Pemasangan bondek dan besi wiremesh

C. Pemasangan wiremesh

Setelah bondek dipasang atau diletakkan pada bentang yang diinginkan,


barulah wiremesh diletakkan di atas bondek dengan ukuran yang sesuai dengan
bondek.

36

Universitas Sumatera Utara


Pemasangan dan penyambungan JKBL union tidaklah susah, tetapi perlu
diperhatikan beberapa hal sehingga didapati hasil yang optimal dan benar yaitu :

a). Tumpangan ( overlap ) JKBL


b). Perletakan JKBL
Penjalasan Tumpangan ( overlap )
i. Tumpangan sekuat tegangan leleh
Suatu tumpangan akan setara tegangan leleh penuh kalau lembaran itu
berhimpitan (overlap) sejauh satu kotak spasi (dua Kampuh las), ditambah
minimal 2,5 cm
ii. Tumpangan separuh tegangan leleh
Suatu tumpangan akan setara dengan separuh tegangan leleh, kalau
lembaran itu berhimpitan ( overlap ) sejauh satu kampuh las ditambah minimal
2,5 cm.

Gambar 2.9 Tumpangan dengan Gambar 2.10 Tumpangan dengan


Tegangan Leleh Penuh (5000 Setengah Tegangan Leleh (2500
2 2
Kg/cm ) Kg/cm )

Catatan:
Tambahan sebesar 2,5 cm adalah jarak minimal agregat beton yang
diizinkan oleh Peraturan Beton Indonesia ( PBI 8.16.1 ), membantu agar beton
tersebut dapat padat di sekitar kawat tersebut. persyaratan tumpangan separuh
tegangan leleh kadang-kadang diizinkan untuk tumpangan di tepi plat satu arah (
one way slab ), tetapi sebaiknya tumpangan tersebut ditentukan oleh insinyur
bangunan. Sebaiknya tumpangan digunakan sekuat tegangan leleh dan
ditempatkan di titik-titik yang bertegangan tarik tidak maksimum. ( Union Wire
Mesh® PT. Union Metal, Brosur, 2017 )

37

Universitas Sumatera Utara


Adapun volume atau koefisien pemasangan besi wiremesh berdasarkan
analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008 dalam memasang 1 kg jaring kawat
baja / wiremesh yaitu diperlukan : Jaring kawat baja dilas sebanyak 1,02 kilogram
dan kawat beton 0,05.

2.8 tabel memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 )
Kebutuhan Satuan Indeks
Jaring kawat baja dilas kg 10,2
Bahan
Kawat beton kg 0,05
Pekerja OH 0,025
Tukang kayu OH 0,025
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,002
Mandor OH 0,001

Jadi, dalam memasang 1 kilogram tulangan wiremesh sama dengan


memasang 0,1835 m2 tulangan wiremesh. Dengan hasil bagi antara luas wiremesh
perlembar 11,34 meter persegi dan berat perlembar 61,79 kilogram, didapat 1
meter persegi pemasangan wiremesh sama dengan 5,449 kilogram. Selanjutnya,
luas 1 meter persegi wiremesh dibagi dengan berat nya 5,449 kilogram, didapat
hasil 0,1835 meter persegi per 1 kilogram.

D. Pengecoran beton K-225

Dalam pengecoran beton untuk pelat lantai beton menggunakan bondek,


volume beton berkurang karena adanya gelombang pada pelat bondek dibanding
dengan volume beton menggunakan metode konvensional.
Untuk mengetahui berapa pengurangan volume beton dalam pembuatan
pelat lantai beton menggunakan metode bondek per 1 meter kubik, terlebih dahulu
kita hitung volume gelombang yang ada pada bondek tersebut. Setelah itu volume
beton dengan metode konvensional dikurangkan dengan volume gelombang.
Pada contoh perhitungan dipakai menggunakan bondek dari sumber PT
Alkajaya Satria Perkasa. Bisa dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3 pada subbab 2.2.2.a,
yang pertama kita hitung luas gelombang menggunakan rumus trapesium sama
kaki karena bentuk gelombang berbentuk trapesium sama kaki, setelah

38

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan luas gelombang pada bondek lalu dikalikan dengan jumlah
gelombang pada bentang lebar 1 m ( 3 buah gelombang ), setelah itu untuk
mendapatkan volume nya dikalikan luas bentang per 1 m2 . Setelah mendapatkan
volume gelombang pada bondek per meter persegi, dikurangkan dengan volume
beton pembuatan pelat lantai.
Perhitungan luas trapesium sama kaki per satu gelombang adalah
0,0087725 m2. Luas gelombang 0,0087725 m2 dikalikan dengan jumlah
gelombang yaitu tiga buah gelombang dan dikalikan juga dengan luas bentang per
1 m2. Didapatkan volume gelombang pada bondek pada ukuran 1 meter x 1 meter
adalah 0,026317 m3.
Volume beton pembuatan pelat lantai dengan ukuran 1 m2 dan tebal 10 cm
metode konvensional adalah 0,1 m3.
Jadi, untuk pengurangan volume beton menggunakan bondek didapat hasil
0,026317 m3 atau penghematan beton sebesar 25%. Hasil di dapat dari
pengurangan antara volume beton metode konvensional 0,1 m3 dengan volume
gelombang pada bondek 0,026317 m3.

Gambar 2.11 Pelat lantai beton menggunakan bondek

39

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk
menyelamatkan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan
fasilitas yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat memahami
hal yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur
penelitian dan teknik penilaian ( B. Dhanardono Hansen, 2002).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, keterangan-


keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau keseluruhan dari elemen
populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Untuk mendukung
penulisan dan sebagai keperluan analisa data, maka penulis memerlukan sejumlah
data pendukung yang berasal dari dalam maupun dari luar proyek pembangunan
RUKO di Binjai. Oleh karena itu, penulis menggunakan dua macam cara
pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer dapat berupa data-data teknis dari proyek, seperti gambar bestek.
Data primer ini disebut juga data asli atau data baru yang diperoleh dari hasil
survey di lapangan.
b. Data Sekunder
Adalah data-data pendukung yang dapat dijadikan input dan referensi dalam
melakukan analisis. Data sekunder, dianataranya data mengenai daftar harga
satuan dan analisa pekerja, data bahan atau amterial yang digunakan,
peraturan-peraturan bangunan gedung Departemen Pekerja Umum dan data-
data lainnya yang dapat dijadikan referensi dalam menganalisis. Data ini

40

Universitas Sumatera Utara


diperoleh dari buku-buku literatur, laporan, perpustakaan atau dari laporan
penelitian terdahulu.

3.3 Tata Urutan dan Langkah Kerja

Tata urutan dan langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
a. Menentukan data yang diperlukan
b. Studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
c. Wawancara dengan Pemilik RUKO, pengumpulan data yang menyangkut
kegiatan dan biaya, pengamatan bangunan khususnya pelat lantai beton.
d. Penyusunan dan pengolahan data dengan melakukan perhitungan per jenis
kegiatan dan harga satuan.
e. Analisa perbandingan aspek yang dibahas.
f. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.

41

Universitas Sumatera Utara


3.4 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Langkah – langkah yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini,


bila dibuat diagram alir adalah sebagai berikut :

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON


DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT
KONVENSIONAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT
(STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUKO DI BINJAI)

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Skunder :
Data Primer :
- Standar Satuan Harga
- Survei Lapangan Barang 2017
- Wawancara - AHS Cipta Karya permen
PUPR 28 – 2016
- Gambar Kerja

Analisa Harga Satuan

Metode Metode Bondek


Konvensional

Pengolahan Data

Analisa Perbandingan Prosedur Kerja,


Perbandingan Waktu dan Biaya

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ( Flow Chart )

42

Universitas Sumatera Utara


Pembangunan gedung ini membutuhkan suatu diagram alir ( flow chart )
untuk mempermudah dalam perencanaan maupun perhitungan. Flow chart ini
dimulai dari penentuan dari fungsi bangunan yang akan didirikan, dalam hal ini
bangunan yang direncanakan adalah RUKO. Kemudian dilanjutkan dengan
mempelajari dan menentukan dasar – dasar teori yang dipakai, setelah itu
mengidentifikasi bangunan yang disertai dengan pengumpulan data yang
dibutuhkan.
Adapun data yang di dapat dari lapangan ( Data Primer ) yaitu survei
lapangan, dan wawancara dengan pemilik RUKO. Data Skunder di dapat dari
AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016), harga satuan
barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota
Medan Tahun Anggaran 2017 yang di tetapkan oleh walikota madya medan, dan
gambar kerja.
Ketiga data tersebut digunakan peneliti untuk menghitung analisa harga
satuan pekerjaan pelat lantai beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja yang
didapat dari lapangan serta menggunakan AHS Cipta Karya Kementrian PUPR
( Permen PUPR 28/2016) dan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan
Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017
menggunakan metode konvensional dan metode bondek, guna menganalisa
perbandingkan metode konvensional dengan metode bondek.
Dalam proses pengolahan data ini peneliti menghitung analisa harga
satuan pekerjaan pelat lantai beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja dan
berpatokan pada AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016)
dan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan
Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 pembuatan pelat lantai beton
dengan metode konvensional dan metode bondek. Seteleh mendapatkan hasil
analisa harga satuan yang dihitung oleh peneliti , selanjutnya di rata – rata kan
dengan analisa harga satuan pembuatan pelat lantai beton yang di dapat dari
lapangan.
Setelah mendapatkan rata – rata nya, selanjutnya peneliti menganalisa
perbandingan kedua metode pembuatan pelat lantai beton. Dalam menganalisa

43

Universitas Sumatera Utara


perbandingan kedua metode tersebut yaitu metode bondek dan metode
konvensional akan di dapat 4 ( empat ) tujuan penelitian, adapun tujuan tersebut
yang pertama, mengetahui perbedaan metode pelaksanaan pelat lantai beton
antara metode bondek dan metode konvensional. Kedua, mengetahui perbedaan
waktu/orang hari (OH) pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton antara metode
bondek dan metode konvensional. Ketiga, mengetahi perbedaan biaya
pelaksanaan pelat lantai beton antara metode bondek dan metode konvensional.
Dan yang terakhir, mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bobot pelat lantai
beton dengan pelaksanaannya antara menggunakan metode bondek dan metode
konvensional.
Dari analisa perbandingan pembuatan pelat lantai beton dengan
menggunakan metode bondek dan metode konvensional di dapatkan perbedaan
keempat aspek tersebut dan simpulkan hasil perbandingan dari kedua metode.

44

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana rumusan masalah dalam penelitian ini maka hasil penelitian


harus menjawab pertanyaan masalah tersebut. Dengan demikian ada tiga hasil
penelitian yang harus di bahas dalam bab ini, yaitu bagaimana prosedur kerja,
berapa percepatan waktu, berapa perbedaan biaya dan berapa perbedaan berat
pelat lantai beton antara metode bondek dan metode konvensional.

4.1 Tentang Prosedur Kerja

Dari hasil analisa satuan kerja antara metode bondek dengan metode
konvensional yang didapatkan dari referensi harga Analisa Harga Satuan dari
Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan hasil analisa satuan
kerja yang di buat oleh pemilik RUKO ( terlampir ) terlihat bahwa prosedur kerja
metode bondek lebih sederhana dibandingkan dengan metode konvensional. Hal
ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan - tahapan
pekerjaan yang harus dilalui.
Metode bondek terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan metode
konvensional. Kesederhanaan itu terlihat pada jumlah tahapan dan jenis
kegiatannya.
Pada metode konvensional ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu
pertama pembuatan bekisting yang pelaksanaannya terlihat lebih rumit karena
memerlukan bahan dan waktu serta pekerjaan yang profesional supaya tidak
terjadi rubuh ketika pengecoran beton. Kedua, pekerjaan merangkai besi beton
yang juga memerlukan waktu yang lama dan pekerjaan yang profesional supaya
pembesian terjamin terhadap kekuatan struktur lantai. Ketiga, pekerjaan
pengecoran beton. Dan keempat pembongkaran bekisting.
Sedangkan pada metode bondek hanya ada dua tahapan pekerjaan
berdasarkan hasil temuan lapangan. Atau tiga tahap menurut teori karena dalam
teori pemasangan bondek dibedakan dengan pemasangan wiremesh. Sedangkan

45

Universitas Sumatera Utara


hasil temuan lapangan pemasangan bondek satu paket dengan pemasangan
wiremesh. Pertama, kegiatan pemasangan bondek dan besi wiremesh. Kegiatan
pemasangan bondek dan bahannya sangat sederhana namun terjamin kekuatan
strukturnya baik untuk proses pengecoran maupun untuk kekuatan struktur beton
pada bangunan, serta pemasangannya pun tidak rumit dan cepat. Hal yang sama
pada kegiatan pemasangan dan bahan wiremesh juga sederhana serta menjamin
kekuatan rangkaian tulangan beton karena wiremesh merupakan bahan pabrikasi
yang tidak diragukan lagi terhadap faktor kesalahan manusia dalam pembesian.
Pada kegiatan pengecoran pun akan lebih cepat karena jumlah volume beton lebih
sedikit (23,5%) dibanding dengan metode konvensional. Meskipun dalam metode
bondek sedikit penambahan pekerjaan yaitu pembuatan besi joint ( wiremesh,
bondek, dan balok utama ) dan balok anak yang diperlukan untuk mengurangi
amplitude ( keleturan ) bondek. Tetapi pekerjaan ini dilakukan pada saat
pekerjaan balok utama bangunan. Karena tidak ada proses menunggu usia beton (
14 hari ) atau menunggu pembongkaran bekisting maka keuntungan metode
bondek setelah pengecoran keesokan harinya dapat dilakukan pekerjaan lantai (
pemasangan keramik ).
Tahap pengerjaan dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut.

4.1 Tabel perbandingan prosedur pembuatan pelat lantai


Perbandingan Prosedur

No Tahap Konvensional Bondek

Pemasangan bekisting pelat Pemasangan bekisting


1 Pertama
lantai balok anak dan besi joint

Pemasangan bondek dan


2 Kedua Merangkai besi
wiremesh

3 Ketiga Pengecoran pelat Pengecoran pelat

4 Keempat pembongkaran bekisting -

Jumlah 4 3

46

Universitas Sumatera Utara


4.2 Percepatan Waktu Pekerjaan

Sebagaimana hasil dan pembahasan pada point pertama, bahwa prosedur


kerja metode bondek lebih sederhana dibandingkan prosedur kerja metode
konvensional. Kesederhanaan itu bukan hanya dilihat dari cara kerjanya saja tetapi
tercermin juga dari waktu pekerjaannya. Waktu pekerjaan pembuatan pelat beton
menggunakan metode bondek lebih cepat dibandingkan dengan metode
konvensional.
Hasil penelitian terhadap pembuatan pelat beton metode konvensional
berdasarkan AHS dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 )
diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 1,52 OH. Terdiri dari : a)
pembuatan bekisting 1,06 OH/m² ; b) pembesian 0,151 OH/m² ; c) pengecoran
0,20 OH/m² ; d) pembongkaran 0,11 OH/m².
Kemudian yang dihitung berdasarkan hasil analisa satuan kerja yang di
buat oleh pemilik RUKO diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 2,09
OH. Terdiri dari : a) pembuatan bekisting 1,50 OH/m² ; b) pembesian 0,25
OH/m² ; c) pengecoran 0,21 OH/m² ; d) pembongkaran 0,13 OH/m².
Atau rata – rata waktu yang diperlukan pembuatan pelat beton metode
konvensional per meter persegi adalah 1,81 OH seperti yang ada di tabel 4.2.

4.2 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional


Cara Konvensional
Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri

Orang/Hari Orang/Hari
Pekerjaan Pekerjaan
(OH) per m² (OH) per m²

Pembuatan bekisting 1,5 Pembuatan bekisting 1,06


Pembesian 0,25 Pembesian 0,151
Pengecoran 0,21 Pengecoran 0,2
Pembongkaran Pembongkaran
0,13 0,11
bekisting bekisting
Jumlah 2,09 Jumlah 1,52
Rata - rata 1,81

47

Universitas Sumatera Utara


Sementara hasil penelitian terhadap pembuatan pelat beton metode bondek
berdasarkan AHS dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 )
diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 0,64 OH. Terdiri dari : a)
pemasangan bondek dan wiremesh 0,18 OH/m² ; b) pengecoran 0,20 OH/m² ; c)
pembuatan balok anak dan pemasangan joint 0,26 OH/m².
Kemudian yang dihitung berdasarkan hasil analisa satuan kerja yang di
buat oleh pemilik RUKO diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 0,89
OH. Terdiri dari : a) pemasangan bondek dan wiremesh 0,22 OH/m² ; b)
pengecoran 0,18 OH/m² ; c) pembuatan balok anak dan pemasangan joint 0,50
OH/m².
Atau rata – rata waktu yang diperlukan pembuatan pelat beton metode
bondek per meter persegi adalah 0,76 OH seperti yang ada di tabel 4.3.

4.3 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode bondek


Metode Bondek
Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri
Orang/Hari Orang/Hari
Pekerjaan Pekerjaan
(OH) per m² (OH) per m²

Pemasangan bondek Pemasangan bondek


0,22 0,18
dan wiremesh dan wiremesh
Pengecoran 0,18 Pengecoran 0,2
Pembuatan balok Pembuatan balok
anak dan 0,5 anak dan 0,26
pemasangan joint pemasangan joint
Jumlah 0,9 Jumlah 0,64
Rata - rata 0,76

Terlihat dari hasil di atas bahwa metode konvensional diperlukan waktu


pekerjaan setiap meter persegi adalah 1,81 OH. Lebih lama dari pada metode
bondek yang hanya diperlukan waktu 0,76 OH. Dengan demikian menggunakan
metode bondek terdapat percepatan pekerjaan 2,38 atau lebih cepat 1,05 OH per
meter persegi.
Dengan demikian menggunakan metode bondek mendapat keuntungan
waktu lebih cepat 2,5 kali dibandingkan metode konvensional.

48

Universitas Sumatera Utara


4.3 Perbedaan Biaya

Sebagaimana terlihat pada hasil dan pembahan pada subbab 4.1 dan 4.2 di
atas, menggunakan metode bondek selain lebih sederhana dan waktunya lebih
cepat juga hasil penelitian diperoleh biayanya pun lebih murah dibandingkan
dengan metode konvensional.
Pada metode konvensional yang dihitung berdasarkan Analisa Harga
Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan
Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun
Anggaran 2017 diperoleh harga pembuatan pelat beton per meter persegi adalah
Rp. 1.410.078. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya pembuatan bekisting Rp.
1.043.213 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 201.647,78 / m²; 3) biaya pengecoran
beton Rp. 151.532,13 / m²; 4) biaya pembongkaran bekisting Rp. 13.685 / m².
Sementara hasil menurut analisa perhitungan pemilik RUKO diperoleh
harga per meter persegi Rp. 968.465,87. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya
pembuatan bekisting Rp..724.341,87 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 107.022,44 /
m² ; 3) biaya pengecoran beton Rp. 122.546,69 / m²; 4) biaya pembongkaran
bekisting Rp. 14.554,69 / m².
Atau rata – rata pembuatan pelat beton menggunakan metode
konvensional per meter persegi adalah Rp. 1.189.271,93. Dapat dilihat pada tabel
4.4.

4.4 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional


Cara Konvensional
Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri
Pekerjaan Biaya per m² Pekerjaan Biaya per m²
Pembuatan
Pembuatan bekisting Rp724.342 Rp1.043.213
bekisting
Pembesian Rp107.022 Pembesian Rp201.648
Pengecoran Rp122.547 Pengecoran Rp151.532
Pembongkaran
Pembongkaran bekisting Rp14.555 Rp13.685
bekisting

49

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Rp968.466 Jumlah Rp1.410.078
Rata - rata Rp1.189.272
Sedangkan menggunakan metode bondek yang dihitung berdasarkan
Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR
28/2016 ) dan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan
Tahun Anggaran 2017 diperoleh harga pembuatan pelat beton per meter persegi
adalah Rp. 699.090. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya pemasangan bondek dan
wiremesh Rp. 305.958,66 / m²; 2) biaya pengecoran beton Rp. 115.164,85 / m²; 3)
biaya pembuatan balok anak dan joint Rp. 277.966,42 / m².
Sementara menurut analisa perhitungan pemilik RUKO diperoleh harga
per meter persegi Rp. 569.701,31. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya
pemasangan bondek dan wiremesh Rp. 255.064,37 / m²; 2) biaya pengecoran
beton Rp. 95.921 / m²; 3) biaya pembuatan balok anak dan joint Rp. 218.716,12 /
m².
Atau rata – rata pembuatan pelat beton menggunakan metode bondek per
meter persegi adalah Rp. 634.395. Dapat dilihat pada tabel 4.5.

4.5 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode bondek


Metode Bondek
Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri
Biaya per Biaya per
Pekerjaan Pekerjaan
m² m²
Pemasangan bondek dan Pemasangan bondek
Rp255.064 Rp305.959
wiremesh dan wiremesh

Pengecoran Rp95.921 Pengecoran Rp115.165


Pembuatan balok
Pembuatan balok anak dan
Rp218.716 anak dan pemasangan Rp277.966
pemasangan joint
joint
Jumlah Rp569.701 Jumlah Rp699.090
Rata - rata Rp569.701

Dengan demikian terdapat perbedaan biaya antara metode konvensional


dan metode bondek rata – rata Rp. 554.876,93 / m². Atau penghematan biaya
konstruksi pembuatan pelat beton sebesar 46,6 %.

50

Universitas Sumatera Utara


4.4 Perbedaan Berat Pelat Lantai Beton

Ada hal yang lebih menarik dikaitkan dengan beban konstruksi.


Ditemukan berat beton per meter persegi pada metode konvensional adalah 240
kg (0,1 m3/m2). Sedangkan pada metode bondek adalah 182,4 kg (0,076 m3/m2).
Dengan demikan, ditemukan bahwa pembuatan pelat beton menggunakan metode
bondek adanya penghematan volume beton yang signifikan sebesar 57,6 kg/m²,
atau 0,024 m3/m2 untuk beton K 225.
Kemudian, selain ada penghematan volume beton, juga ada penghematan
jumlah besi per m² pada metode bondek, yaitu sebesar 0,954 kg/ m². Hal ini
terlihat bahwa pada metode konvensional ditemukan volume besi beton sebesar
8,15 kg/m². Sementara dalam metode bondek ditemukan sebesar 7,196 kg/m² (
besi wiremesh 6,008 kg/m² dan besi joint 1,188 ).
Namun dibalik adanya pengurangan berat pelat lantai beton pada metode
bondek sebesar 58,554 kg/m², terdiri dari beban beton sebesar 57,6 kg/m² dan
beban besi sebesar 0,954 kg/m², adanya penambahan beban bondek per m² sebesar
7 kg. Sehingga total pengurangan berat pelat lantai beton dengan menggunakan
metode bondek menjadi 51,554 kg/m².
Selain adanya penambahan berat bondek pada metode bondek, adanya
penambahan beban dari balok anak. Untuk balok anak ukuran 20 cm x 25 cm
dengan panjang balok anak 4 m diperoleh 428,844 kg. atau terhadap luas lantai 16
m2 ( 4m x 4 m ) adanya penambahan berat balok sebesar 26,803 kg/m² sehingga
total pengurangan beban konstruksi per m² adalah 51,554 kg/m² dikurang dengan
26,803 kg/m² didapat hasil 24,751 kg/m². Dapat dilihat pada tabel 4.6.

4.6 Tabel pengurangan beban pelat lantai menggunakan bondek


Keterangan Bobot per m²
Berat beton konvensional 240 (kg/m²)
Berat beton bondek 182,4 (kg/m²)
Berat besi konvensional 8,15 (kg/m²)

51

Universitas Sumatera Utara


Berat besi bondek 7,196 (kg/m²)
Berat Bondek 7 (kg/m²)
Berat balok anak 26,803 (kg/m²)
Jumlah pengurangan beban 24,751 (kg/m²)
Dengan adanya pengurangan berat pelat lantai beton menggunakan metode
bondek maka akan mengurangi beban struktur bangunan. Kemudian dengan
adanya pengurangan berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek maka
pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya pembuatan struktur bangunan yang
secara totalitas akan mengurangi biaya konstruksi bangunan.
Akhirnya dalam pembahasan bab ini ditemukan totalitas penghematan
pembuatan plat beton lantai I dengan luas lantai Ruko 64 / m² (4 m x 16 m)
menggunakan metode bondek adalah, 1) penghematan waktu sejumlah 67,2 OH;
2) penghematan biaya Rp 32.743.161 ; 3) pengurangan beban konstruksi sebesar
1.584,06 kg ( 1,584 Ton).

52

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembuatan pelat lantai beton menggunakan Bondek dengan besi beton
rangkai pabrikasi seperti Wiremesh memiliki cara dan tahapan, atau prosedur
kerjanya yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode konvensional.
Metode konvensional dilalui dengan 4 tahapan pekerjaan. Pertama pembuatan
bekisting. Kedua merangkai besi beton. Ketiga pengecoran beton. Keempat
pembongkaran bekisting.
Sedangkan metode bondek hanya dilalui dengan 2 tahapan. Pertama
pemasangan pelat bondek dan wiremesh. Kedua pengecoran beton. Meskipun
ada tambahan pekerjaan pembuatan “balok anak gantung” untuk mengurangi
amplitudo kelenturan bondek, dan pemasangan “besi joint” (penyatu bondek
dan wiremesh dengan balok struktur bangunan), namun pekerjaan ini
dilakukan pada saat pembuatan balok struktur bangunan.
2. Pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat bondek dengan besi beton
rangkai pabrikasi wiremesh memiliki waktu pekerjaan yang lebih cepat
dibandingkan dengan metode konvensional.
Metode konvensional memerlukan waktu 1,81 OH (orang hari) per meter
persegi. Sedangkan metode bondek memerlukan waktu 0,76 OH per meter
persegi. Dengan demikian lebih cepat 1,05 OH, atau adanya percepatan
pekerjaan 2,38.
3. Pembuatan lantai pelat beton menggunakan pelat bondek dengan besi beton
rangkai pabrikasi wiremesh memerlukan biaya lebih murah dibandingkan
dengan metode konvensional.
Metode konvensional memerlukan biaya Rp. 1.189.271,93 per meter persegi.
Sedangkan metode bondek memerlukan biaya Rp. 634.395 per meter persegi.

53

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian adanya efesiensi biaya sebesar Rp. 554.876,93 per meter
persegi, atau efesiensi 46,6 %.
4. Pembuatan lantai pelat beton menggunakan metode bondek, berat lantai lebih
ringan. Berat pelat lantai beton per meter persegi pada metode konvensional
adalah 240 kg. Sedangkan pada metode bondek adalah 182,4 kg. Dengan
demikan, berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek lebih ringan
dibandingkan metode konvensional yaitu sebesar 57,6 kg/m².
5. Totalitas penghematan pembuatan pelat lantai beton untuk lantai I dengan
luas lantai Ruko 64 / m² (4 m x 16 m) menggunakan metode bondek adalah,
1) penghematan waktu 67,2 OH; 2) penghematan biaya Rp 32.743.161 ; 3)
pengurangan beban konstruksi sebesar 1.584,06 kg ( 1,584 Ton).

5.2 Saran

1. Dari kesimpulan di atas terlihat adanya percepatan waktu pekerjaan dan


efisiensi biaya. Oleh karenanya pembuatan lantai plat beton penggunaan plat
baja gelombang ( Bondek ) dengan besi beton rangkai pabrikasi ( wiremesh )
perlu disosialisasikan kepada masyarakat umum.
2. Bagi Pemerintah, metode ini harus menjadi alternatif pilihan pertama.
Terutama untuk membangun bangunan bertingkat yang menggunakan
anggaran biaya Negara baik pusat maupun daerah. Dengan pilihan metode ini
tentu akan menghemat uang Negara. Dan juga secara tidak langsung akan
mengurangi eksploitasi hutan Negara yang selama ini telah berdampak
terhadap kerusakan hutan akibat menggunakan metode konvensional yang
banyak menggunakan kayu untuk semua jenis kayu.
3. Berhubung penelitian ini tidak menghitung struktur bangunan (pondasi,
kolom, balok), padahal seharusnya dengan berkurang beban lantai pelat beton
maka harus diikuti dengan berkurangnya beban pondasi, kolom dan balok.
Sehubungan dengan itu, perlu ada peneliti berikutnya untuk menghitung
kembali struktur pondasi, kolom, dan balok sebab adanya pengurangan beban
lantai pelat sehingga didapatkan efisiensi biaya kontruksi totalitas bangunan.

54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, 18 April 2016, Daftar Berat Jenis Atau Bobot Isi Material Bangunan,
(online), http://www.ilmusipil.com/daftar-berat-jenis-atau-bobot-isi-material-
bangunan , Diakses 5 Desember 2018, jam 15.10

Ahadi, 28 September 2014, Cara Menghitung kebutuhan Bekisting Triplek, (online),


http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-kebutuhan-bekisting-triplek,
Diakses 5 Desember 2018, jam 15.55

Analisis BOW, 1993, Analisa Upah Dan Bahan ( Analisis BOW ), penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.

Asroni, Ali. 2007. Teori Dan Desain Balok Plat Beton Bertulang. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Frick, Heinz,. Setiawan. 2001. Ilmu Konstruksi Bangunan Cara Membangun


Kerangka Gedung Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Seri Konstruksi Arsitektur 4,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kamal, B., Alamelu dan Abinaya. 2016, Design Of Composite Deck Slab,
International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET),
Volume: 03 Issue: 05, May-2016.

Kayu Bekisting, 2016, https://kayubekisting.com/kayu-bekisting/jenis-jenis-kayu-


untuk-konstruksi-bangunan/, Diakses 5 Desember 2018, jam 17.00

Lakshmikandhan, K. N., etc. 2013, Investigations on Efficiently Interfaced Steel


Concrete Composite Deck Slabs, Indian Institute of Technology, Chennai
600036, India, Hindawi Publishing Corporation Journal of Structures Volume
2013, Article ID628759.

Manullang, R,. 2017. Dari Tanah Jadi Ruko. Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.

Mistra. 2015. Teknik Meningkat Rumah Cara Dak. Griya Kreasi ( penebar Swadaya
Grup ), Jakarta Timur.

Nadia, D. 2017. Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Pelat
Lantai Konvensional Dan Bondek. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Universitas
Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta

Pemerintah Indonesia. 2017. Standar Satuan Harga Barang Dan Upah Pemerintah
Kota Medan Tahun 2017 : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah
Kota, Medan.

Universitas Sumatera Utara


Sahid, Muh Nur, Budi Priyanto, dan Winardi. 2015. “Analisis Perbandingan
Rencana Anggaran Biaya Struktur Pelat Lantai Konvensional Dan Sistem
Floor Deck”, Surakarta, Jurnal Eco Rekayasa Vol.11, No.1, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Maret 2015.

Saragih, R.A.P. 2016. Analisa Perbandingan Biaya Pelat Beton Bondek Dengan
Pelat Beton Konvensional Pada Konstruksi Gedung Bertingkat. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik Universitas Udayana: Denpasar.

SK SNI T-15-1991-03, 1991, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk


Bangunan Gedung”, Yayasan LPMB, Bandung.

SNI 03-2847-2002, 2002, “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung”, Bandung.

SNI 07-0663-1995, 1995, “Jaringan Kawat Baja Las Untuk Tulangan Beton”,
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 2052:2014, 2014, “Baja Tulangan Beton”, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 2847:2013, 2013, “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung”,


Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 7394:2008, 2008, “Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton
Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung Dan Perumahan”, Badan Standardisasi
Nasional.

Uji, Andi Tenri. 2017, “Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton


Menggunakan Boundeck Dan Plat Konvensional Pada Gedung Graha
Suraco”, Makassar, Jurnal, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Wibawa , I Gede Sastra, Dkk. 2017. “Perbandingan Kebutuhan Biaya Pekerjaan


Pengecoran Pelat Lantai Metode Konvensional Dengan Metode Floor Deck
Studi Kasus Pada Pembangunan Proyek The Hattens Wines Bali”. Bali, Jurnal
logic. Vol. 17. No. 1, Politeknik Negeri Bali, Maret 2017.

Widhiawati, I, A, Rai,. Yana, dan Asmara. 2010. “Analisa Biaya Pelaksanaan


Antara Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Menggunakan Metal deck”.
Denpasar, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1, Universitas Udayana,
Januari 2010.

Wijaya, I, B, A,. Ludfi dan Sugeng. 2012. “Studi Perbandingan Biaya Bekisting
Semi Modern Dengan Bekisting Konvensional Pada Bangunan Gedung”.
Denpasar, Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 6, No. 3, Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya Malang, 2012.

xi

Universitas Sumatera Utara


Wikipedia, Paku, 29 November 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Paku diakses
Akses 5 Desember 2018, jam 20.25

IMW Steel Deck 1000. PT. Indoutama Metal Works.(brosur)

2017. Union Floor Deck W-1000. PT. Union Metal.(brosur)

2017. Union Wire Mesh. PT. Union Metal.(brosur)

xii

Universitas Sumatera Utara


ANALISA BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON
MENGGUNAKAN METODE
BONDEK per m²
Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR
28/2016 ), dan
Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun
Anggaran 2017.

I. analisa biaya pembuatan balok anak 20 cm x 25 cm x 1 m dan


angkur per m²

K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
OH
Pekerja 0,66 89.000 58.740,00
Rp Rp
OH
Tukang kayu 0,33 150.000 49.500,00
Rp Rp
OH
Kepala tukang 0,033 200.000 6.600,00
Rp Rp
OH
Mandor 0,033 175.000 5.775,00
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 120.615,00
BAHAN
B BEKISTING
Kayu
sembarang 5 x m3 Rp Rp
7 panjang 4 m 0,05 6.670.000 333.500,00
Kayu
sembarang 2,5 m3 Rp Rp
x 5 panjang 4m 0,016 6.670.000 106.720,00
Paku 2 cm – Rp Rp
kg
10 cm 1,25 24.012 30.015,00
triplek tebal 9 Rp Rp
lbr
mm 0,25 246.790 61.697,50
JUMLAH
HARGA BAHAN Rp
BEKISTING 531.932,50
C BESI BETON
Besi polos 12 Rp Rp
kg
mm 9,25 18.676 172.753,00
Besi polos 8 Rp Rp
kg
mm 2,37 18.676 44.262,12
Kawat ikat Rp Rp
kg
(bendrat) 0,75 28.681 21.510,75
JUMLAH
HARGA BAHAN Rp
BESI 238.525,87
D BETON

Universitas Sumatera Utara


Bahan beton K Rp Rp
m3
- 225 0,05 1.515.327 75.766,36
JUMLAH
HARGA BAHAN Rp
BETON 75.766,36
Jumlah (A+B+C+D) Rp
E 966.839,73
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x E
(maksimum Rp
F ) 145.025,96
Rp
G Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 1.111.865,69

II. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2)
cm, w/c = 0,58

K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 1,65 89.000 146.850,00
Rp Rp
Tukang batu OH 0,275 150.000 41.250,00
Rp Rp
kepala tukang OH 0,028 200.000 5.600,00
Rp Rp
Mandor OH 0,083 175.000 14.525,00
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 208.225,00
B BAHAN
Portland Rp Rp
cement kg 371 1.787,56 663.184,76
Rp Rp
Pasir beton kg 698 231,45 161.551,40
Rp Rp
Krikil kg 1047 266,80 279.339,60
lite Rp Rp
air r 215 25,00 5.375,00
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 1.109.450,76
Jumlah (A+B) Rp
C 1.317.675,76
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 197.651,36
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.515.327,13
per 1 m2
dibutuhkan
beton 0,076 m3

III. Pemasangan 10 kg jaring kawat

Universitas Sumatera Utara


baja (wiremesh)

K Sa Harga
Jumlah
No Uraian o tu Koefisien Satuan
(Rp)
de an (Rp)
A Tenaga Kerja

L.
0 Rp Rp
Pekerja 1 OH 0,025 89.000 2.225

L.
0 Rp Rp
Tukang besi 2 OH 0,025 150.000 3.750

L.
0 Rp Rp
Kepala tukang 3 OH 0,025 200.000 5.000

L.
0 Rp Rp
Mandor 4 OH 0,001 175.000 175
Rp
Jumlah Harga Tenaga Kerja 11.150
B Bahan
Rp Rp
Wiremesh kg 10,2 17.256 176.011,20
Rp Rp
Kawat Ikat kg 0,05 28.681 1.434,05
Rp
Jumlah Harga Bahan 177.445,25
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan

D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 188.595,25


Overhead + Profit (Contoh
E 15%) 15% x D 28.289,29
Harga Satuan Pekerjaan per - 10 kg (D+E)
F 216.884,54

IV. analisa biaya pemasangan bondek per


1 m²

K Sa Harga Jumlah
o tu Satuan ( Harga (
No Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )
TENAGA
A KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 0,0125 89.000 1.113

Universitas Sumatera Utara


Rp Rp
Tukang besi OH 0,0125 150.000 1.875
Rp Rp
kepala tukang OH 0,0125 200.000 2.500
Rp Rp
Mandor OH 0,0005 175.000 88
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 5.575
B BAHAN
Rp Rp
plat bondek m2 1 133.400 133.400
Rp Rp
beton tahu bh 3 3.000 9.000
triplek 9 mm
penahan cor Rp Rp
beton lbr 0,0625 244.789 15.299
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 157.699
Jumlah (A+B) Rp
C 163.274
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 24.491,15
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 187.765,46

Universitas Sumatera Utara


ANALISA BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON MENGGUNAKAN
METODE
KONVENSIONAL per m²
Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ), dan
Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017.

I. Pemasangan 1 m²
bekisting untuk lantai

N Ko Satu Harga Satuan Jumlah Harga (


Koefisien
o Uraian de an ( Rp ) Rp )
A TENAGA KERJA

L.0 OH 0,66 Rp Rp
Pekerja 1 89.000 58.740

L.0 OH 0,33 Rp Rp
tukang kayu 2 150.000 49.500

L.0 OH 0,033 Rp Rp
Kepala tukang 3 200.000 6.600

L.0 OH 0,033 Rp Rp
Mandor 4 175.000 5.775
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 120.615
B BAHAN
Rp Rp
m3 0,055
kayu kelas III 6.670.000 366.850
Rp Rp
kg 0,4
Paku 5 cm – 12 cm 24.012 9.605
Rp Rp
kg 0,2
Minyak bekisting 2.668 534
Rp Rp
lbr 0,35
Plywood tebal 9 mm 266.800 93.380
Dolken kayu galam, (8–10) Rp Rp
btg 6
cm panjang 4m 52.693 316.158
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 786.526
Jumlah (A+B) Rp
C 907.141
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x D Rp
D (maksimum) 136.071
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.043.213

II. Pembesian 10 kg

N Ko Satu Harga Satuan Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien ( Rp ) Rp )
A TENAGA KERJA
Pekerja OH 0,07 Rp Rp

Universitas Sumatera Utara


L.0 89.000 6.230
1

L.0 Rp Rp
Tukang besi 2 OH 0,07 150.000 10.500

L.0 Rp Rp
Kepala tukang 3 OH 0,007 200.000 1.400

L.0 Rp Rp
Mandor 4 OH 0,004 175.000 700
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 18.830
B BAHAN
Rp Rp
besi beton polos 8 mm kg 10,5 18.676 196.098
Rp Rp
kawat ikat kg 0,15 28.681 4.302,15
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 200.400,15
Jumlah (A+B) Rp
C 219.230,15
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C Rp
D (maksimum) 32.884,52
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 252.114,67

III. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2) cm,
w/c = 0,58

N Ko Satu Harga Satuan Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien ( Rp ) Rp )
A TENAGA KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 1,65 89.000 146.850,00
Rp Rp
Tukang batu OH 0,275 150.000 41.250,00
Rp Rp
kepala tukang OH 0,028 200.000 5.600,00
Rp Rp
Mandor OH 0,083 175.000 14.525,00
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 208.225,00
B BAHAN
Rp Rp
Portland cement kg 371 1.787,56 663.184,76
Rp Rp
Pasir beton kg 698 231,45 161.551,40
Rp Rp
Krikil kg 1047 266,80 279.339,60
Rp Rp
air liter 215 25,00 5.375,00
JUMLAH Rp
HARGA BAHAN 1.109.450,76
Jumlah (A+B) Rp
C 1.317.675,76

Universitas Sumatera Utara


Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C Rp
D (maksimum) 197.651,36
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.515.327,13

IV. Pembongkaran
bekisting per 1 m²

N Ko Satu Harga Satuan Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien ( Rp ) Rp )
A TENAGA KERJA
Rp Rp
Pekerja OH 0,1 89.000 8.900
Rp Rp
Mandor OH 0,01 150.000 1.500
JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 11.900
Jumlah (A) Rp
B 11.900
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x B Rp
C (maksimum) 1.785
Rp
D Harga Satuan Pekerjaan (B+C) 13.685

Universitas Sumatera Utara


Hasil Temuan
Lapangan
ANALISA BIAYA PEMBUATAN PLAT BETON
MENGGUNAKAN METODE
BONDEK per 16 m²

I. analisa biaya pembuatan balok anak 20 cm x 25 cm x 4 m dan angkur ( joint bondek,


wiremesh dan balok struktur )

K Harga
N od Sat Satuan ( Jumlah
o Uraian e uan Koefisien Rp ) Harga ( Rp )
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 1 100000 100.000
Pekerja terlatih Rp
(tukang) OH 2 130000 260.000
Pekerja tidak terlatih Rp
( pembantu tukang) OH 4 100000 400.000
Rp
Mandor OH 1 150000 150.000
JUMLAH TENAGA Rp
KERJA 910.000
BAHAN
B BEKISTING
Kayu sembarang 5 x Rp
7 panjang 4 m m3 0,21 4800000 1.008.000
Kayu sembarang 2,5 Rp
x 7 panjang 4m m3 0,065 4800000 312.000
Rp
Paku 5 cm – 12 cm kg 5 19000 95.000
Rp
triplek tebal 9 mm lbr 1 140000 140.000
JUMLAH HARGA
BAHAN Rp
BEKISTING 1.555.000
C BESI BETON
Rp
Besi polos 12 mm kg 37 7838 290.006
Rp
Besi polos 8 mm kg 9,48 7595 72.001
Rp
Kawat ikat kg 3 22000 66.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN BESI 428.007
D BETON
Rp
Bahan beton K - 225 m3 0,2 750000 150.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN BETON 150.000
E Jumlah (A+B+C+D) Rp

Universitas Sumatera Utara


3.043.007
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x E
(maksimum Rp
F ) 456.451
Rp
G Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 3.499.458

II. analisa biaya pemasangan


bondek dan weremesh per 16 m²

K Harga
N od Sat Satuan ( Jumlah
o Uraian e uan Koefisien Rp ) Harga ( Rp )
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 0,25 100000 25.000
Pekerja terlatih Rp
(tukang) OH 1 130000 130.000
Pekerja tidak terlatih Rp
( pembantu tukang) OH 2 100000 200.000
Rp
Mandor OH 0,25 150000 37.500
JUMLAH TENAGA Rp
KERJA 392.500
B BAHAN
Rp
plat bondek m2 16 120000 1.920.000
Rp
weremesh m2 17,64 51146,38 902.222
Rp
kawat ikat kg 2 22000 44.000
Rp
beton tahu bh 50 3000 150.000
triplek 9 mm penahan Rp
cor beton lbr 1 140000 140.000
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 3.156.222
Jumlah (A+B) Rp
C 3.548.722
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 532.308
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 4.081.030

III. analisa biaya pengecoran


beton K-225 per 16 m²

N K Sat Harga Jumlah


o Uraian od uan Koefisien Satuan ( Harga ( Rp )

Universitas Sumatera Utara


e Rp )
A TENAGA KERJA
Rp
Pekerja OH 0,05 100000 5.000
Pekerja terlatih Rp
(tukang) OH 0,25 130000 32.500
Pekerja tidak terlatih Rp
( pembantu tukang) OH 2,5 100000 250.000
Rp
Mandor OH 0,05 150000 7.500
JUMLAH TENAGA Rp
KERJA 295.000
B BAHAN
Rp
Beton K - 225 m3 1,223 850000 1.039.550
JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 1.039.550
Jumlah (A+B) Rp
C 1.334.550
Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C
(maksimum Rp
D ) 200.183
Rp
E Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.534.733

Medan, 23 Januari 2018


Pemilik

H. Jamil Ansari

Universitas Sumatera Utara


Hasil Temuan Lapangan
ANALISA BIAYA PEMBUATAN PLAT BETON MENGGUNAKAN
METODE
KONVENSIONAL per 16 m²

I. Pemasangan 16 m²
bekisting untuk lantai

N Ko Satu Harga Satuan ( Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )

A TENAGA KERJA

Rp Rp
Pekerja OH 3 100.000 300.000

Rp Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 6 130.000 780.000

Pekerja tidak terlatih ( Rp Rp


pembantu tukang) OH 12 100.000 1.200.000

Rp Rp
Mandor OH 3 150.000 450.000

JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 2.730.000

B BAHAN

Kayu sembarang 5 x 7 panjang Rp Rp


4m m3 1,176 4.800.000 5.644.800

Kayu sembarang 2,5 x 5 Rp Rp


panjang 4 m m3 0,16 4.800.000 768.000

Rp Rp
Triplek tebal 9 mm lbr 6 140.000 840.000

Rp Rp
Paku 2 cm – 10 cm kg 5 19.000 95.000

JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 7.347.800

Jumlah (A+B) Rp
C
10.077.800

Universitas Sumatera Utara


Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x D Rp
D
(maksimum) 1.511.670

Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 11.589.470

II. Pembesian per 16 m²

N Ko Satu Harga Satuan ( Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )

A TENAGA KERJA

Rp
Pekerja OH 0,5 100000 50.000

Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 1 130000 130.000

Pekerja tidak terlatih ( Rp


pembantu tukang) OH 2 100000 200.000

Rp
Mandor OH 0,5 150000 75.000

JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 455.000

B BAHAN

Rp
besi polos 8 mm kg 130,35 7595 990.008

Rp
kawat ikat kg 2 22000 44.000

JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 1.034.008

Jumlah (A+B) Rp
C
1.489.008

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C Rp


D
(maksimum) 223.351

Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.712.359

III. analisa biaya pengecoran beton K-


225 per 16 m²

Universitas Sumatera Utara


N Ko Satu Harga Satuan ( Jumlah Harga (
o Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )

A TENAGA KERJA

Rp
Pekerja OH 0,05 100000 5.000

Rp
Pekerja terlatih (tukang) OH 0,25 130000 32.500

Pekerja tidak terlatih ( Rp


pembantu tukang) OH 3 100000 300.000

Rp
Mandor OH 0,05 150000 7.500

JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 345.000

B BAHAN

Rp
Beton K - 225 m3 1,6 850000 1.360.000

JUMLAH HARGA Rp
BAHAN 1.360.000

Jumlah (A+B) Rp
C
1.705.000

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C Rp


D
(maksimum) 255.750

Rp
E
Harga Satuan Pekerjaan (C+D) 1.960.750

IV. Pembongkaran bekisting


per 16 m²

N Ko Satu Harga Satuan ( Jumlah Harga (


o Uraian de an Koefisien Rp ) Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja tidak terlatih ( Rp


pembantu tukang) OH 2 90000 180.000

Rp
Mandor OH 0,15 150000 22.500

Universitas Sumatera Utara


JUMLAH Rp
TENAGA KERJA 202.500

Jumlah (A) Rp
B
202.500

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x B Rp


C
(maksimum) 30.375

Rp
D
Harga Satuan Pekerjaan (B+C) 232.875

Medan, 23 Januari 2018

pemilik

H. Jamil Ansari

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai